• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN KARAKTER"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KELUARGA

DALAM SOSIALISASI PENDIDIKAN NILAI DAN KARAKTER

A. PENDAHULUAN

Masalah terbesar yang dihadapi oleh suatu bangsa termasuk bangsa

indonesia adalah munculnya berbagai macam krisis, di antaranya krisis ekonomi,

politik, sosial, budaya, pertahanan, keamanan dan moral. Namun diantara

banyaknya krisis tersbut, yang menjadi masalah utama adalah krisis moral.

Dengan adanya krisis moral akan memunculkan berbagai macam krisis lainnya.

Banyak bukti yang menjelaskan terjadinya kerusakan moral di masyarakat.

Pada tingkat elit, rusaknya moral bangsa ditandai dengan maraknya praktik

Korupsi, Kolosi dan Nepotisme (KKN) pada hampir semua instansi pemerintah.

Sementara pada tingkat bawah (rakyat), ditunjukkan dengan merajalelanya

berbagai tindakan kejahatan di tengah-tengah masyarakat, seperti penipuan,

pencurian, penjambretan, perampokan, perkosaan maupun pembunuhan. Sedang

di kalangan pelajar ditandai dengan maraknya seks bebas, penyalah gunaan

narkoba, penyebaran foto dan video porno serta tawuran.

Keberhasilan suatu bangsa dalam memperoleh tujuannya tidak hanya

▸ Baca selengkapnya: apa yang kamu tangkap dari peran alan mary nancy dan mike bagaimana seharusnya peran mereka masing-masing dalam keluarga

(2)

oleh kualitas sumber daya manusia. Bahkan ada yang mengatakan bahwa “Bangsa

yang besar dapat dilihat darikualitas/karakter bangsa (manusia) itu sendiri.”1

Fenomena kerusakan moral tersebut menyadarkan kita akan pentingnya

pendidikan karakter. Pendidikan karakter akan berjalan efektif dan utuh jika

melibatkan tiga institusi, yaitu, keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan

karakter tidak akan berjalan dengan baik jika mengabaikan salah satu institusi,

terutama keluarga. Pendidikan informal dalam keluarga mempunyai peranan

penting dalam proses pembentukan karakter seseorang. Hal itu disebabkan

keluarga merupakan lingkungan tumbuh dan berkembangnya anak sejak usia dini

hingga menjadi dewasa. Melalui pendidikan dalam keluargalah karakter seorang

anak terbentuk.

B. PERAN KELUARGA DALAM SOSIALISASI PENDIDIKAN NILAI DAN KARAKTER

1. Definisi Keluarga

Secara etimologis, keluarga adalah orang-orang yang berada dalam

seisi rumah yang sekurang-kurangnya terdiri dari suami, istri, dan anak-anak.

Keluarga juga diartikan satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam

1Abdul Majid dkk, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosda

(3)

masyarakat, biasanya terdiri dari ibu, bapak, dengan anak-anaknya, atau orang

yang seisi rumah yang menjadi tanggung jawabnya.2

Dalam persepsi sosiologi, keluarga merupakan kelompok sosial

terkecil yang ditandai oleh tempat tinggal bersama, kerjasama ekonomi, dan

reproduksi.3 Keluarga adalah sekelompok sosial yang dipersatukan oleh

pertalian kekeluargaan, perkawinan atau adopsi yang disetujui secara sosial,

yang umumnya secara bersama-sama menempati tempat tinggal dan saling

berinteraksi sesuai peranan masing-masing.

Di dalam al-Qur’an, kata keluarga dipresentasikan melalui kata ahl

yang berarti kumpulan laki-laki dan perempuan yang diikat oleh tali

pernikahan dan di dalamnya terdapat orang yang menjadi tanggungannya

seperti anak dan mertua.4 Pada dua ayat al-Qur’an surat Hud ayat 46 dan surat

Thoha ayat 132 dijelaskan pengertian keluarga:

ههبه ككلك سكييلك امك ينهليأكسيتك لفك ححلهاصك ررييغك للمكعك هرننكإه ككلههيأك نيمه سكييلك هرننكإه حرونر ايك لكاقك

نكيلهههاجكليا نكمه نكوكرتك نيأك ككظرعهأك يننهإه ملليعه

“Allah berfirman: "Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk

keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya

(perbuatannya) perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu

2 Amirulloh Syarbini, Model pendidikan karakter dalam keluarga, Jakarta: gramedia,

2014,7

(4)

memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikat) nya.

Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan

termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." 5

ىوكقيتنكلله ةربكقهاعكلياوك ككقرزررينك نرحينك اققزيره ككلرأكسينك ل اهكييلكعك ريبهطكصياوك ةهلصنكلابه ككلكهيأك ريمرأيوك

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah

kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu,

Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu

adalah bagi orang yang bertakwa.”6

Satu hal yang tidak bisa lepas dari keluarga adalah tempat tinggal

atau rumah. Rumah mempunyai peran yang sangat penting dalam

pembentukan karakter seseorang. Karena rumah mempunyai beberapa

fungsi diantaranya, pertama; sebagai tempat berteduh dari panas dan

hujan. Kedua; sebagai tempat beristirahat setelah seharian lelah dengan

segala aktifitas yang telah dikerjakan. Ketiga; sebagai benteng untuk

menjaga privasi seseorang. Keempat; tenpat beraktualisasi. Kelima; tempat

untuk mengekspresikan jati diri seseorang.

Kondisi rumah yang berbeda antara seseorang dengan yang lain

mempengaruhi pembentukan karakter yang berbeda pula.

5 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Quran dan Terjemahannya, edisi revisi,

Semarang: CV. Adi Grafika, 163

(5)

Dari gambar diatas tentu bisa kita ketahui jelas terdapat perbedaan

karakter dalam orang-orang yang tinggal di rumah tersebut. Orang tinggal

dilingkungan yang bersih dan nyaman mempunyai kecenderungan hidupnya lebih

sehat, lebih disiplin dan lebih beranggung jawab dibanding dengan mereka yang

tinggal di lingkungan yang kotor dan kumuh.

(6)

Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer

kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya

dalam sebuah kelompok atau masyarakat.7 Karakter berasal dari bahasa

latin “charassein”, kharax”, dalam bahasa Inggris “ character”, yunani “

charactere” dari kata ”charassein” yang artinya mengukir, membuat tajam

atau membuat dalam.8

Karakter juga dimaknai sebagai cara berfikir dan berperilaku yang

khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup

keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara9.

Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang

berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,

lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,

perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agam, hukum, tata

krama, budaya, adat istiadat, dan estetika. Karakter adalah perilaku yang

tampak dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bersikap maupun

bertindak.10

7 http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi, diakses pada Rabu, 14 Januari 2015

8 Enni k. Hairuddin, Membentuk Karakter Anak dari Rumah, Jakarta: Gramedia, 2014,2 9Muchlas Samani dan Hariyanto, Pendidikan Karakter, Bandung: Remaja Rosdakarya,

cetakan ketiga, 2013,41

(7)

Karakter yang baik menurut Lickona, terdiri dari mengetahui yang

baik (moral knowing), menginginkan yang baik (moral feeling), dan

melakukan hal yang baik (moral action), yang dalam penjelasannya

disebutkan sebagai pembiasaan dalam cara berfikir, kebiasaan dalam hati,

dan kebiasaan dalam tindakan .11

Dari pengertian diatas maka sosialisasi pendidikan nilai dan

karakter dapat diartikan sebagai proses pemberian tuntunan kepada

individu untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam

dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa pada lingkungan tertentu,

sebagai pendidikan nilai, budi pekerti, moral, watak, yang bertujuan

mengembangkan kemampuannya untuk memberikan keputusan

baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam

kehidupan sehari-hari.

3. Peran Keluarga

Seorang pendidik, James Stensen mengamati bahwa para orang tua

yang berhasil membesarkan orang dewasa. Mereka memandang anak-anak

mereka sebagai orang dewasa yang sedang berproses.12

11 Thomas Lickona, Educating for Character, Mendidik untuk Membentuk Karakter,

terjemahan Juma Abdu Wamaungo, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, 82

12 Thomas Lickona, Characters Matters, Pendidikan Karakter, terjemahan Saut Pasaribu,

(8)

Ini berarti kita perlu mengambil pandangan yang jauh. Bagaimana

hal yang kita lakukan sekarang sebagai orang tua akan mempengaruhi

karakter anak kita di masa depan? Karakter seperti apa yang kita inginkan

dimiliki ketika mereka menjadi orang yang dewasa? Akankah mereka

menjadi orang yang taat beribadah serta berbakti pada orang tua? Akankah

mereka menjadi pekerja keras, murah hati dan bertanggung jawab?

Bagaimanakah kita kita sebagai orang tua menanamkan karakter kepada

anak-anak kita?

Orang tua masa kini menaruh perhatian yang sangat besar kepada

sekolah yang bagus dan bergengsi untuk membentuk anak-anaknya

menjadi anak-anak yang pandai, cerdas dan berkarakter. Akan tetapi dalam

kenyataannya, harapan orang tua masih jauh dari realisasinya.

Karakter kita terdiri dari kebiasaan-kebiasaan kita. Kebiasaan yang

yang kita bentuk semasa kanak-kanak dan remaja kerap bertahan hingga

dewasa. Orang tua dapat mempengaruhi pembentukan kebiasaan anak

mereka, untuk yang baik dan yang buruk. Saat seorang anak ditanya

“bagaimana orang tuamu mempengaruhi perkembangan karaktermu?” Apa

yang diharapkan orang tua atas jawaban anak-anaknya?13 Pertumbuhan

dan perkembangan seorang anak sebagaimana perlakuan dan pembiasaan

orang tuanya terhadapnya. Anak tidak mungkin menjadi hina dan tercela

(9)

dengan tiba-tiba, tapi orang dekatnyalah yang akan menjadikan hina dan

tecela.14

Berikut ini adalah sebelas prinsip , yang didasarkan pada penelitian

dan kearifan sepanjang masa yang dapat membimbing kita dalam

pekerjaan membangun karakter yang banyak menuntut namun

bermanfaat.15

1) Memprioritaskan Pembangunan Karakter

2) Menjadi Orang Tua yang Otoritatif

3) Mencintai Anak-anak

4) Mengajarkan Melalui Contoh

5) Mengelola Lingkungan Moral

6) Pengajaran Langsung untuk Membentuk Hati Nurani dan

Kebiasaan

7) Mengajarkan Pertimbangan yang Baik

8) Disiplin Serta Bijaksana

9) Menyeselesaikan Konflik Secara Adil

(10)

10) Memberi Kesempatan untuk Mempraktekkan Kebajikan

11) Memupuk Perkembangan Spiritual

Pendidikan karakter merupakan bagian integral dari keseluruhan

tatanan sistem, maka harus dikembangkan secara sistematik dalam tiga

pilar pendidikan karakter, yaitu, satuan pendidikan, keluarga dan

masyarakat.16 Dari ketiga pilar tersebut penulis hanya akan menyajikan

pilar yang berhubungan dengan keluarga. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat

pada tabel di bawah ini.17

No Nilai

16Abdul Majid dkk, Pendidikan....,154 17 Abdul Majid dkk, Pendidikan....,155

18 Proses pendidikan karakter yang dilakukan secara sengaja dan dirancang untuk

mencapai tujuan karakter dengan menerapkan kegiatan yang tersstruktur.

19 Proses penciptaan aneka situasi dan kondisi untuk berperilaku sesuai nilai yang telah

(11)

sama dalam

metode yang bisa digunakan, antara lain:

a. Internalisasi

Internalisasi adalah upaya memasukkan pengetahuan

(knowing) dan ketrampilan melaksanakan pengetahuan (doing)

kedalam diri seseorangsehingga pengetahuan itu menjadi

kepribadiaanya (being) dalam kehidupan sehari-hari.

(12)

“Anak adalah peniru yang baik.” Ungkapan tersebut

seharusnya disadari oleh orang tua, sehingga mereka bisa lebih

menjaga sikap dan tindakannyaketika berada atau bergaul dengan

anak-anaknya. Berbagi keteladanan dalam mendidik anak menjadi

menjadi sesuatu yang sangat penting.

c. Pembiasaan

Inti dari pembiasaan adalah pengulangan. Jika orang tua

setiap masuk rumah mengucapkan salam, itu telah diartikan

sebagai usaha membiasakan. Bila anak masuk rumah tidak

mengucapkan salam, maka orang tua mengingatkan untuk

mengucapkan salam.

d. Bermain

Masa anak-anak merupakan merupakan masa puncak

kreativitasnya, dan kreativitas mereka perlu dijaga dengan

menciptakan lingkungan yang menghargai kreativitas, yaitu

melalui bermain .

(13)

Sebuah cerita mempunyai daya tarik yang menyentuh anak,

dengan bercerita orang tua dapat menanamkan nilai pada anaknya,

sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

f. Nasehat

Nasehat merupakan kata-kata yang mampu menyentuh hati

disertai dengan keteladanan. Nasehat memadukan antara metode

ceramah dan keteladanan, namun lebih diarahkan pada bahasa hati.

g. Penghargaan dan Hukuman

Memberi penghargaan kepada anak penting untuk

dilakukan, karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan

penghargaan dan ingin dihargai. Selain penghargaan hukuman juga

juga bisa diterapkan untuk membentuk karakter anak. Penghargaan

harus didahulukan dibandingkan hukuman.20

4. Kendala-kendala yang dihadapi

Dalam mensosialisasikan pendidikan karakter, orang tua

mempunyai beberapa kendala diantaranya:

a. Perubahan Zaman dan Gaya Hidup

b. Pengaruh Televisi pada Gaya Komunikasi Anak

(14)

c. Perbedaan Watak dan Jenis Kelamin Anak

d. Perbedaan Tipe Kecerdasan Anak21

Dari berbagai kendala tersebut orang tua harus senantiasa

meningkatkan pengetahuan dan usahanya serta harus lebih mengenal

anak-anaknya agar penanaman karakter pada anak-anak-anaknya dapat berhasil.

C. PENUTUP

Berdasarkan uraian di atas, kita dapat menarik beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pendidikan karakter sangat penting untuk kemajuan suatu bangsa.

2. Tiga pilar yang berhubungan dengan pendidikan karakter adalah:

a. Keluarga

b. Satuan pendidikan

c. masyarakat

3. Keluarga merupakan pilar pertama dalam pembentukan karakter

seorang anak.

(15)

4. Dalam menanamkan pendidikan karakter anak, perlu metode yang

tepat, sistematis dan berkelanjutan.

5. Perlu adanya kerja sama yang baik antara satuan pendidikan dan orang

tua dalam usaha menanamkan pendidikan karakter pada anak.

Daftar Pustaka

Abdul Majid dkk, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, Bandung: Remaja Rosda

Karya, 2013

Amirulloh Syarbini, Model pendidikan karakter dalam keluarga, Jakarta:

gramedia, 2014

Departemen Agama Republik Indonesia, al-Quran dan Terjemahannya, edisi

revisi, Semarang: CV. Adi Grafika

http://id.wikipedia.org/wiki/Sosialisasi, diakses pada Rabu, 14 Januari 2015

Enni k. Hairuddin, Membentuk Karakter Anak dari Rumah, Jakarta: Gramedia,

(16)

Muchlas Samani dan Hariyanto, Pendidikan Karakter, Bandung: Remaja

Rosdakarya, cetakan ketiga, 2013

Thomas Lickona, Educating for Character, Mendidik untuk Membentuk Karakter,

terjemahan Juma Abdu Wamaungo, Jakarta: Bumi Aksara, 2013

Thomas Luckona, Characters Matters, Pendidikan Karakter, terjemahan Saut

Referensi

Dokumen terkait

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan; teknik observasi yang digunakan untuk mengamati begaimana metode bermain peran dalam

Yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Sekolah SMA N I Panggang, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga, Kabupaten Gunungkidul, menerangkan bahwa sehubungan ijin cuti

Pengelolaan layanan operasional tersebut tidak lepas dari permasalahan yang sering terjadi dalam penggunaan sistem informasi manajemen, seperti adanya insiden-insiden layanan TI

Sehubungan dengan 33 orang karyawan PT.YY yang tidak lagi terkena PPh pasal 21 setelah perubahan PTKP maka PT.YY wajib mengembalikan sisa kelebihan bayar dari bulan

Uji penduga ( presumptive test ) dilakukan dengan menggunakan 9 tabung reaksi (seri 3-3-3) dimana 3 tabung berisi media Lactose Broth Double Strength (untuk 2 resep) dan

Menurut Assauri (1999:4) mendefinisikan pemasaran: “Sebagai usaha menyediakan dan menyampaikan barang dan jasa yang tepat kepada orang-orang yang tepat pada tempat dan waktu

Dewi (2014: 3) juga mengemukakan bahwa kelemahan menyunting teks prosedur kompleks terletak pada metode pembelajaran oleh guru yang kurang bervariasi. Untuk

Data Primer ( Data Utama ) adalah data penelitian yang diperoleh secara langsung dari lapangan atau Sumber Asli ( tidak melalui perantara ) berupa keterangan informan dan