THE DIFFERENCE OF WORK FAMILY CONFLICT REVIEWED WITH TYPE A AND B PERSONALITY
Filinia ABSTRACT
This research aimed to know the difference of work family conflict reviewed with type A and B personality. There are two hypothesis in this research. First hypothesis is there is a difference of work to family conflict reviewed with type A and B personality. Second hypothesis is there is a difference of family to work conflict reviewed with type A and B personality. The amount of samples in this research were 120 subject. Samples were collected from several
institutions on Yogyakarta. The samples’scriterion in this research were married
employee and already had a kids. The sampling method was nonrandom sampling which not all population members had a opportunity to be a sample. Techniques to collect the sampling was accidental sampling which used to search information
from anybody who could be found. The Work to Family Conflict’s, Family to Work Conflict’s and Type A and B Personality’s scale were used to collect the
data in several institutions in Yogyakarta. The data was analyzed with Cronbach’s
Alpha to reliability test and Independent Sample T-Test to hypothesis test by SPSS for windows 16.0. the analyzed showed the reliability was 0,906 for work to family conflict scale with 12 items, 0,831 for family to work conflict scale with 11 items and 0,869 for type A and B personality scale with 24 items. Hypothesis test showed the Sig.(2-tailed) was 0,05 for work to family conflict and 0,172 for family to work conflict. The result told that there was a difference work to family conflict reviewed with type A and B personality and there was no difference family to work conflict reviewed with type A and B personality.
PERBEDAAN KONFLIK PERAN GANDA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN A DAN B
Filinia ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan konflik peran ganda ditinjau dari tipe kepribadian A dan B. Terdapat dua hipotesis yang diajukan di dalam penelitian ini. Hipotesis pertama adalah terdapat perbedaan konflik pekerjaan keluarga ditinjau dari tipe kepribadian A dan B. Hipotesis kedua adalah terdapat perbedaan konflik keluarga pekerjaan ditinjau dari tipe kepribadian A dan B. Jumlah sampel pada penelitian ini sebesar 120 subjek. Pengambilan sampel dilakukan di beberapa lembaga yang ada di Yogyakarta. Kriteria sampel untuk penelitian ini adalah karyawan yang sudah menikah dan memiliki anak. Metode sampling yang digunakan adalah nonrandom sampling yaitu metode sampling yang memiliki syarat bahwa tidak seluruh anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Teknik pengambilan sampel menggunakan
accidental sampling yaitu teknik yang digunakan untuk mencari informasi yang diperlukan kepada siapapun yang berhasil ditemui. Pengambilan data dilakukan menggunakan skala Konflik Keluarga Pekerjaan, Konflik Pekerjaan Kelurga dan Tipe Kepribadian A dan B di beberapa lembaga yang ada di Yogyakarta. Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan Cronbach’s Alphauntuk uji reliabilitas dan Independent Samples T-Test untuk uji hipotesis dengan bantuan program komputer SPSS for Windows 16.0. Dari hasil analisis penelitian didapatkan reliabilitas sebesar 0,906 untuk skala Konflik Pekerjaan keluarga dengan 12 aitem, 0,831 untuk skala Keluarga Pekerjaan dengan 11 aitem dan 0,869 untuk skala Tipe Kepribadian A dan B dengan 24 aitem. Uji hipotesis menghasilkan nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,05 untuk Konflik Pekerjaan Keluarga dan 0,172 untuk Konflik Keluarga Pekerjaan. Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan Konflik Pekerjaan Keluarga ditinjau dari tipe kepribadian A dan B dan tidak ada perbedaan Konflik Keluarga Pekerjaan ditinjau dari tipe kepribadian A dan B.
PERBEDAAN KONFLIK PERAN GANDA
DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN A DAN B
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Filinia
109114089
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
HALAMAN MOTTO
Ora et Labora
A journey of a thousand miles
begins with a single step
-
Lao Tzi
-
All our dreams can come true if
we have the courage to pursue them.
-Walt Disney-
Failure is only the opportunity to begin again,
only this time more wisely.
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya yang pertama dan satu-satunya ini kupersembahkan
kepada :
Tuhan Allah dan Yesus Kristus yang selalu membimbing dan memberikan ketenangan dalam setiap masalah
Papa dan mama yang tidak kenal lelah dalam mendoakan, menyemangati dan memenuhi kebutuhan financial selama perantauan ini
Adikku satu-satunya yang sudah tenang di surga
Pacar yang selalu sabar menemani dalam suka dan duka
Dosen pembimbing yang begitu sabar dan telaten dalam membantu terwujudnya karya ini
PERBEDAAN KONFLIK PERAN GANDA DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN A DAN B
Filinia ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan konflik peran ganda ditinjau dari tipe kepribadian A dan B. Terdapat dua hipotesis yang diajukan di dalam penelitian ini. Hipotesis pertama adalah terdapat perbedaan konflik pekerjaan keluarga ditinjau dari tipe kepribadian A dan B. Hipotesis kedua adalah terdapat perbedaan konflik keluarga pekerjaan ditinjau dari tipe kepribadian A dan B. Jumlah sampel pada penelitian ini sebesar 120 subjek. Pengambilan sampel dilakukan di beberapa lembaga yang ada di Yogyakarta.Kriteria sampel untuk penelitian ini adalah karyawan yang sudah menikah dan memiliki anak.Metode sampling yang digunakan adalah nonrandom sampling yaitu metode sampling yang memiliki syarat bahwa tidak seluruh anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Teknik pengambilan sampel menggunakan
accidental sampling yaitu teknik yang digunakan untuk mencari informasi yang diperlukan kepada siapapun yang berhasil ditemui.Pengambilan data dilakukan menggunakan skala Konflik Keluarga Pekerjaan, Konflik Pekerjaan Kelurgadan Tipe Kepribadian A dan B di beberapa lembaga yang ada di Yogyakarta. Teknik analisis pada penelitian ini menggunakan Cronbach’s Alphauntuk uji reliabilitas dan Independent Samples T-Test untuk uji hipotesis dengan bantuan program komputer SPSS for Windows 16.0. Dari hasil analisis penelitian didapatkan reliabilitas sebesar 0,906 untuk skala Konflik Pekerjaan keluarga dengan 12 aitem, 0,831 untuk skala Keluarga Pekerjaandengan 11 aitem dan 0,869 untuk skala Tipe Kepribadian A dan B dengan 24 aitem. Uji hipotesis menghasilkannilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,05 untuk Konflik Pekerjaan Keluarga dan 0,172 untuk Konflik Keluarga Pekerjaan. Hasil ini menunjukkan bahwa ada perbedaan Konflik Pekerjaan Keluarga ditinjau dari tipe kepribadian A dan B dan tidak ada perbedaan Konflik Keluarga Pekerjaan ditinjau dari tipe kepribadian A dan B.
THE DIFFERENCE OF WORK FAMILY CONFLICT REVIEWED WITH TYPE A AND B PERSONALITY
Filinia ABSTRACT
This research aimed to know the difference of work family conflict reviewed with type A and B personality.There are two hypothesis in this research. First hypothesis is there is a difference of work to family conflict reviewed with type A and B personality. Second hypothesis is there is a difference of family to work conflict reviewed with type A and B personality. The amount of samples in this research were 120 subject. Samples were collected from several institutions
on Yogyakarta. The samples’s criterion in this research were married employee and already had a kids. The sampling method was nonrandom sampling which not all population members had a opportunity to be a sample. Techniques to collect the sampling was accidental sampling which used to search information from anybody who could be found. The Work to Family Conflict’s, Family to Work
Conflict’s and Type A and B Personality’s scale were used to collect the data in
several institutions in Yogyakarta. The data was analyzed with Cronbach’s Alpha to reliability test and Independent Sample T-Test to hypothesis test by SPSS for windows 16.0. the analyzed showed the reliability was 0,906 for work to family conflict scale with 12 items, 0,831 for family to work conflict scalewith 11 items and 0,869 for type A and B personality scale with 24 items. Hypothesis test showed the Sig.(2-tailed) was 0,05 for work to family conflict and 0,172 for family to work conflict. The result told that there wasa difference work to family conflict reviewed with type A and B personality and there was no difference family to work conflict reviewed with type A and B personality.
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas bimbingan serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsinya yang berjudul “Perbedaan Konflik Peran Ganda Ditinjau dari Tipe
Kepribadian A dan B”.Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini dapat selesai dengan mendapatkan dukungan serta
bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya secara tulus kepada:
1. Bpk. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma sekaligus dosen pembimbing akademik.
2. Ibu Ratri Sunar Asusti, M.Si., selaku Kepala Program Studi Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Dewi Soerna Anggraeni, M.Psi., selaku Dosen Pembimbing Skripsi.
Terima kasih atas kesabaran, bantuan, dan bimbingan yang diberikan
selama proses penyusunan skripsi saya.
4. Papa dan Mama di Singkawang. Terima kasih atas doa dan dukungannya
selama proses penyusunan skripsi ini.
5. Adik satu-satunya yang sudah tenang di surga. Terima kasih sudah
6. Ibu P. Henrietta P.D.A.D.S., S.Psi., M.A. dan Bapak TM. Raditya
Hernawa, M.Psi. selaku dosen penguji. Terima kasih atas saran yang telah
diberikan untuk penyempurnaan skripsi ini.
7. Alfonsus Bayu Dirgantara selaku kekasih, teman seperjuangan dan
pendamping di setiap lika liku penyelesaian skripsi ini.
8. Teman-teman luar biasa (Christy, Rinta, Ika, Vivid, Rachel dan Ester)
yang membuat perjuangan menuju sarjana menjadi lebih berwarna.
9. Om dan Tante Darlius yang sudah mengizinkan saya tinggal di rumah
selama perkuliahan ini.
10.Bpk. Emmanuel Bele selaku Sekretaris WR1 yang telah banyak membantu
saya dalam pengambilan data
11.Feby, Rika, Yovi, Pakdhe, Mas Anjar, Mymy, Yohana yang sudah
membantu saya dalam proses pengambilan data
12.Ibu Mamik dari Toko Merah yang telah membantu saya dalam
pengambilan data
13.Pak Ari dari Kotaperak FM yang telah membantu saya dalam pengambilan
data
14.SMP Pangudi Luhur 1 yang telah mengizinkan saya untuk mengambil data
di sana
15.Universitas Sanata Dharma yang telah menjadi tempat saya mengambil
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR SKEMA ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
1. Manfaat Teoritis ... 10
BAB II LANDASAN TEORI ... 11
A. Konflik Peran Ganda ... 11
1. Definisi Konflik ... 11
2. Definisi Konflik Peran Ganda ... 12
3. Jenis-jenis Konflik Peran Ganda ... 13
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konflik Peran Ganda 14 5. Dampak Konflik Peran Ganda ...16
6. Dimensi Konflik Peran Ganda ...17
7. Pengukuran Konflik Peran Ganda ... 18
B. Kepribadian Tipe A dan B ... 21
1. Definisi Kepribadian ... 21
2. Proses Terbentuknya Kepribadian ... 22
3. Definisi Tipe Kepribadian A dan B ... 23
4. Karakteristik Tipe Kepribadian A ... 25
5. Karakteristik Tipe Kepribadian B ... 28
6. Pengukuran Tipe Kepribadian A dan B ... 29
C. Dinamika Perbedaan Konflik Peran Ganda ditinjau dari Tipe Kepribadian A dan B ... 31
D. Skema Penelitian ... 34
E. Hipotesis ... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37
A. Jenis Penelitian ... 37
1. Variabel Bebas ...37
2. Variabel Tergantung ...37
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 37
1. Konflik Peran Ganda ... 37
2. Tipe Kepribadian A dan B ... 38
D. Populasi dan Metode Pengambilan Sampel ... 39
1. Populasi ... 39
2. Subjek Penelitian ... 40
E. Metode Pengumpulan Data ... 40
1. Skala Konflik Peran Ganda ... 41
2. Skala Tipe Kepribadian A dan B ... 42
F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 44
1. Validitas Skala ... 44
2. Seleksi Aitem ... 44
3. Reliabilitas ... 49
G. Metode Analisis Data ... 50
1. Uji Asumsi ... 50
2. Uji Hipotesis ... 51
BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52
A. Pelaksanaan Penelitian ... 52
B. Deskripsi Subjek Penelitian ... 52
C. Deskripsi Data Penelitian ... 54
1. Uji Asumsi ... 57
2. Uji Hipotesis ... 60
E. Pembahasan ... 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66
A. Kesimpulan ... 66
B. Keterbatasan Penelitian ... 66
C. Saran ... 67
1. Bagi Subjek Penelitian ... 67
2. Bagi Peneliti Selanjutnya... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 68
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Blue Print Skala Konflik Peran Ganda sebelum Tryout……… 42
Tabel 2 Blue Print Skala Tipe Kepribadian A dan B sebelum Tryout…... 43
Tabel 3 Blue Print Skala Konflik Peran Ganda sesudah Tryout……… 46
Tabel 4 Blue Print Skala Penelitian Konflik Peran Ganda……… 47
Tabel 5 Blue Print Skala Tipe Kepribadian A dan B sesudah Tryout……... 48
Tabel 6 Blue Print Skala Penelitian Tipe Kepribadian A dan B……… 49
Tabel 7 Deskripsi Subjek Penelitian………... 53
Tabel 8 Deskripsi Data Penelitian……….. 55
Tabel 9 Mean Empirik dan Teoritik………... 56
Tabel 10 Ringkasan UjiNormalitas Skala Konflik Peran Ganda……… 58
Tabel 11 Ringkasan Uji Normalitas Skala Tipe Kepribadian A dan B……... 58
Tabel 12 Ringkasan Levene’s Testpada Skala Konflik Pekerjaan Keluarga.. 60
Tabel 13 Ringkasan Levene’s Test pada Skala Konflik Keluarga Pekerjaan.. 60
Tabel 14 Ringkasan Independent Samples Test pada Skala Konflik Pekerjaan Keluarga………... 61
DAFTAR SKEMA
Skema 1 Skema Dinamika Perbedaan Konflik Peran Ganda Ditinjau dari Tipe
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Skala Penelitian (Tryout)………... 72
Lampiran B Uji Reliabilitas dan Kualitas Aitem………... 88
1. Hasil Analisis Skala Konflik Pekerjaan Keluarga sebelum Seleksi Aitem………... 89
2. Hasil Analisis Skala Konflik Pekerjaan Keluarga sesudah Seleksi Aitem………... 90
3. Hasil Analisis Skala Konflik Keluarga Pekerjaan sebelum Seleksi Aitem………... 91
4. Hasil Analisis Skala Konflik Keluarga Pekerjaan sesudah Seleksi Aitem………... 92
5. Hasil Analisis Skala Tipe Kepribadian A dan B sebelum Seleksi Aitem 93 4. Hasil Analisis Skala Tipe Kepribadian A dan B setelah Seleksi Aitem 95 Lampiran C Skala Penelitian (setelah tryout)……….……… 96
Lampiran D Uji Normalitas……… 109
1. Uji Normalitas Skala Konflik Pekerjaan Keluarga………. 110
2. Uji Normalitas Skala Konflik Keluarga Pekerjaan………. 110
2. Uji Normalitas Skala Tipe Kepribadian A dan B……… 111
Lampiran E Uji Homogenitas dan Hipotesis……….... 112
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dunia kerja pada zaman sekarang telah mengalami perubahan.Hal ini
tampak pada wanita yang mulai memasuki dunia kerja seperti laki-laki. Badan
pusat statistik Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 2009, prosentase
wanita di dalam rumah tangga yang bekerja di perkotaan maupun perdesaan
adalah 60,54% dari seluruh penduduk Indonesia yang berjenis kelamin
perempuan, sedangkan pada tahun 2012, prosentase tersebut meningkat
menjadi 60,67%. Badan pusat statistik Indonesia juga membandingkan
prosentase wanita yang bekerja, pengangguran dan mengurus rumah
tangga.Hasilnya menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Pada tahun
2012, prosentase wanita yang bekerja adalah 47,91%, pengangguran hanya
3,48% dan yang mengurus rumah tangga sebanyak 36,97%. Hal ini
menunjukkan bahwa kebanyakan wanita di Indonesia mulai mendalami dunia
kerja selain mengurus rumah tangganya.
Meskipun data statistik menunjukkan bahwa perempuan Indonesia telah
memasuki dunia kerja, namun budaya Indonesia masih menganggap bahwa
prioritas utama seorang wanita adalah mengurus keluarganya sehingga
meskipun seorang wanita mendalami pekerjaan, wanita tersebut tetap wajib
mementingkan keluarganya (Kementerian Riset & Teknologi Republik
juga sesuai dengan ajaran muslim yang dianut oleh mayoritas penduduk
Indonesia yaitu sekitar 195.000.000 jiwa dari 222.000.000 jiwa yang
mengatakan bahwa tanggung jawab terbesar wanita adalah rumah tangganya
(dalam muslim.or.id) dan pencari nafkah dalam keluarga adalah seorang
laki-laki (Viano dalam kompasiana, 2011).
Wanita yang mulai bekerja di luar rumah membuat kehidupan rumah tangga
menjadi tidak mudah.Hal ini sesuai dengan kisah seorang ibu rumah tangga
yang dikutip oleh harian Kompas.Ibu rumah tangga tersebut mengalami konflik
karena suaminya merasa ibu tersebut sibuk bekerja di luar rumah sehingga
menelantarkan anak-anak mereka.Masalah ibu rumah tangga tersebut
ditanggapi oleh seorang konselor yang mengatakan bahwa pandangan
masyarakat saat ini masih menganggap bahwa pencari nafkah adalah pria dan
wanita bertugas di dalam rumah. Konselor tersebut juga mengatakan bahwa
dalam buku The Psychology of Woman,perempuan yang bekerja sering mengalami ketegangan peran berupa konflik dalam pekerjaan dan keluarganya
(harian Kompas, 2011).
Masalah rumah tangga yang lain diceritakan oleh Billy Boen dalam
bukunya Young on Top yang mengatakan bahwa menyeimbangkan dunia kerja dengan keluarga tidak mudah. Di dalam dunia kerja, setiap orang akan
berusaha mengejar karir dan mengakibatkan waktu bersama keluarga
berkurang. Pada saat seseorang telah mendapatkan kesuksesan, waktu untuk
bekerja menjadi lebih fleksibel dan dapat memberikan lebih banyak waktu
untuk bersama keluarga melainkan mengerjakan hal-hal untuk pekerjaan
sehingga mengakibatkan dunia kerja dan keluarga menjadi tidak seimbang
(Boen, youngontop.com, 2013).
Kasus konflik rumah tangga dan pekerjaan dialami juga oleh seorang ibu
rumah tangga yang menceritakan kisahnya dalam sebuah majalah wanita
bahwa membagi waktu untuk pekerjaan dan rumah tangga memang tidak
mudah.Solusi yang diterapkan oleh wanita tersebut untuk mengatasi konflik
antara pekerjaan dan rumah tangga adalah dengan berhenti bekerja dan
menjalankan bisnis di rumah.Solusi tersebut dilakukan dengan harapan agar
dapat mengatur keluarga dengan lebih baik.Meskipun demikian, solusi tersebut
tidak mudah dilakukan karena menjalankan bisnis di rumah juga menyita
banyak waktu bersama keluarga.Kasus yang dialami ibu rumah tangga tersebut
menunjukkan bahwa menyeimbangkan waktu antara keluarga dan pekerjaan
memang tidak mudah (www.femina.co.id).
Permasalahan dalam menyeimbangkan dunia kerja dan keluarga memang
telah menjadi masalah umum dalam pernikahan.Hal tersebut diungkapkan
dalam sebuah artikel dalam okezone. Di dalam artikel tersebut dikatakan bahwa berbagi pekerjaan dalam rumah tangga menjadi hal yang sulit bagi pria dan
wanita karena tekanan norma-norma mengenai kodrat pria dan wanita serta
pekerjaan di kantor masing-masing (www.lifestyle.okezone.com).
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa wanita zaman
sekarang melaksanakan dua pekerjaan sekaligus yaitu pekerjaan di luar rumah
dikatakan dapat membantu wanita dalam mengurus rumah tangga tetapi
tanggung jawab utama rumah tangga tetap ada pada wanita (Schultz, 2010).
Fakta bahwa wanita saat ini juga mulai bekerja seperti pria akan
mengakibatkan suatu konflik yang disebut konflik peran ganda. Konflik ini
terjadi saat tuntutan dalam pekerjaan bertentangan dengan tuntutan dalam
keluarga.
Konflik peran ganda merupakan konflik antar peran pada saat tuntutan
dalam pekerjaan tidak sesuai dengan tuntutan di dalam keluarga (Spector,
2008).Konflik peran ganda juga didefinisikan sebagai konflik antar peran pada
saat peran dalam pekerjaan dan keluarga saling bertentangan (dalam Ahmad,
2008).Menurut Riggio (2008) konflik peran ganda merupakan konflik yang
muncul pada saat seseorang berusaha menyeimbangkan peran dan kebutuhan
dalam pekerjaan dengan keluarga atau kehidupan di luar pekerjaan.
Konflik peran ganda telah menjadi suatu masalah yang cukup serius di
antara masyarakat. Hal ini tampak pada berita yang dilansir oleh Antara News
yang memberitakan bahwa sepanjang tahun 2013 telah terdapat tiga orang
polisi yang bunuh diri di Jakarta, Medan dan Magelang. Ketiga polisi tersebut
berjenis kelamin laki-laki.Tindakan bunuh diri tersebut dikarenakan tuntutan
bekerja selama 24 jam dalam kepolisian dengan gaji yang tidak sepadan
memicu konflik di dalam keluarga. Tuntutan pekerjaan dan keluarga yang
muncul bersamaan dan bertentangan diduga merupakan penyebab utama
di dalam kompasiana (2012), pria mengaku depresi jika tuntutan dalam
keluarga bertentangan dengan tuntutan dalam pekerjaannya (kompasiana.com).
Konflik peran ganda dapat menyebabkan berbagai dampak pada pria
maupun wanita. Penelitian lain menunjukkan bahwa konflik peran ganda
menyebabkan rendahnya kepuasan kerja pada wanita maupun pria (Allen,
Herst, Bruck & Sutton, 2000; Spector, 2008). Konflik peran ganda juga dapat
menyebabkan ketidakhadiran maupun keterlambatan dalam pekerjaan sampai
kekecewaan pada hidup berumah tangga (Spector, 2008).Penelitian
sebelumnya juga menunjukkan bahwa konflik peran ganda menyebabkan
produktivitas (Triastutik, 2013) dan motivasi (Rahmadita, 2013) kerja
menurun.
Terdapat 3 faktor utama yang mempengaruhi konflik peran ganda, yaitu
faktor pekerjaan, faktor keluarga dan faktor individual (Ahmad, 2008).Pertama,
faktor pekerjaan dapat mempengaruhi konflik peran ganda, misalnya seorang
manajer atau karyawan yang memiliki kesempatan untuk medapatkan promosi
lebih rentan terhadap konflik peran ganda daripada karyawan biasa. Seorang
karyawan yang bekerja dalam waktu yang cukup lama di luar rumah juga lebih
rentan terhadap konflik peran ganda karena dia akan lebih susah
menyeimbangkan kegiatan di pekerjaan dan di rumah.
Kedua, faktor keluarga yang mempengaruhi konflik peran ganda adalah
anak-anak. Seseorang yang memiliki anak terutama balita akan lebih rentan
terhadap konflik peran ganda. Seseorang yang memiliki tanggungjawab untuk
ganda.Lingkungan keluarga juga sangat mempengaruhi konflik peran ganda.
Jika seseorang sedang mengalami masalah dalam keluarga, dia akan terus
memikirkan hal tersebut walaupun sedang bekerja.
Faktor terakhir yang mempengaruhi konflik peran ganda adalah faktor
individual.Faktor individual termasuk jenis kelamin. Seseorang yang
menyakini bahwa bekerja di luar rumah adalah tugas pria akan lebih susah
untuk menerima jika istrinya bekerja. Kepribadian juga merupakan salah satu
faktor yang terkait dengan konflik peran ganda. Hal ini dikarenakan
pengalaman seorang individu, persepsi individu terhadap peran dalam
pekerjaan dan keluarga dan cara individu menghadapi masalah dapat
mempengaruhi konflik peran ganda.
Spector (2008) juga mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi
konflik peran ganda yaitu konflik dari sisi perusahaan dan karyawan. Pertama,
pada sisi perusahaan, konflik peran ganda dapat muncul karena individu
diharuskan bekerja dalam waktu yang lama dalam perusahaan (Day &
Chamberlain, 2006; Van Daalen, Willemsen & Sanders, 2006 dalam Spector,
2008) dan jadwal yang kurang fleksibel juga dapat menimbulkan konflik peran
ganda (Major, Klein & Ehrhart, 2003 dalam Spector, 2008).
Kedua, dalam sisi karyawan, kepribadian dapat menjadi salah satu faktor
yang mempengaruhi konflik peran ganda, misalnya individu yang cenderung
memiliki tendensi emosi negatif lebih rentan dengan konflik peran ganda
Seseorang juga akan mengalami konflik peran ganda jika harus
menyelesaikan tuntutan dalam pekerjaan dan keluarga secara bersamaan,
misalnya seseorang akan tidak hadir dalam pekerjaan jika diharuskan untuk
mengantarkan anak yang sedang sakit. Konflik peran ganda juga disebabkan
oleh berbagai faktor seperti lamanya jam kerja dan jadwal kerja yang tidak
fleksibel (Spector, 2008).
Penelitian sebelumnya dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tipe
kepribadian Big Five dan konflik peran ganda.Di dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa tipe kepribadian neuroticism berkaitan paling erat dengan konflik peran ganda dibandingkan tipe kepribadian big five yang lainnya (Setianingrum & Cokroamidjojo, 2006).Hal ini berarti tipe kepribadian
memang mempengaruhi konflik peran ganda.
Penelitian lain dilakukan oleh Shaheen (2012) yang meneliti mengenai tipe
kepribadian A dan B dengan konflik peran ganda pada wanita profesional. Di
dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa tipe kepribadian A memiliki
hubungan yang signifikan dengan konflik peran ganda. Hal lain yang
ditemukan adalah bahwa tipe kepribadian A mengalami konflik peran ganda
yang lebih tinggi daripada tipe kepribadian B. Akan tetapi, penelitian tersebut
masih memiliki kekurangan yaitu hanya meneliti subjek berjenis kelamin
wanita dan berprofesi sebagai dokter dan guru. Shaheen juga menyarankan
agar penelitian selanjutnya mampu meneliti konflik peran ganda pada
perempuan maupun laki-laki dan menjangkau subjek dengan pekerjaan yang
Di dalam buku Encyclopedia of Social Psychology (2007) dikatakan bahwa tipe kepribadian A adalah sekumpulan perilaku yang berkaitan dengan
ketidaksabaran dan kepentingan untuk menyelesaikan banyak tugas, agresif,
permusuhan terhadap orang-orang yang menghalangi jalannya dan keinginan
untuk mencapai kesuksesan yang memicu persaingan yang berlebihan.
Individu dengan tipe kepribadian A juga berbicara, berjalan dan makan dengan
cepat agar dapat mendapatkan hasil yang maksimal dalam waktu
sesingkat-singkatnya. Ciri-ciri tipe kepribadian A adalah stabil, pekerja keras, agresif,
kompetitif dan memiliki gaya hidup yang mementingkan pekerjaan. Individu
dengan tipe kepribadian A juga merupakan tipe yang mengerjakan pekerjaan
dengan sempurna dan memiliki keinginan kuat untuk produktivitas dan
lingkungan kerja yang menantang. Individu dengan tipe kepribadian A bekerja
dalam waktu yang lama dan memiliki kepercayaan diri terhadap
kemampuannya sendiri (Shaheen, 2012).
Tipe kepribadian B merupakan tipe kepribadian yang bertolak belakang
dengan tipe kepribadian A. Individu dengan tipe kepribadian B merupakan tipe
yang santai dan kurang memperhatikan tuntutan untuk mencapai
kesuksesan.Meskipun demikian, individu dengan tipe kepribadian B bukan tipe
pemalas (Baumeister,2007).
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa tipe kepribadian A lebih rentan
terhadap stress dibandingkan dengan tipe kepribadian B (Giu, 2013). Hal
tersebut menyebabkan tipe kepribadian A lebih memungkinkan untuk
konflik peran ganda merupakan salah satu sumber stress (Riggio, 2008).
Penelitian lain dilakukan oleh Shaheen (2012) yang menemukan bahwa tipe
kepribadian A mengalami konflik peran ganda yang lebih tinggi dibandingkan
dengan tipe B. Meskipun demikian, penelitian tersebut hanya meneliti
perempuan yang bekerja sebagai guru dan tenaga medis. Penelitian yang
mengaitkan tipe kepribadian B dengan konflik peran ganda belum ditemukan
dan kemungkinan belum pernah diteliti sehingga dunia penelitian belum
memiliki pengetahuan mengenai hubungan tipe kepribadian B dengan konflik
peran ganda. Hal tersebut yang mendorong penulis untuk meneliti mengenai
perbedaan konflik peran ganda ditinjau dari tipe kepribadian A dan B.
Penelitian ini juga dilakukan berdasarkan saran dari penelitian sebelumnya
(Shaheen, 2012) untuk meneliti perbedaan konflik peran ganda ditinjau dari
tipe kepribadian A dan B dengan subjek wanita maupun pria dan pekerjaan
yang lebih bervariasi. Penelitian ini dirasa penting karena melalui penelitian ini
dapat diketahui secara jelas perbedaan konflik peran ganda ditinjau dari tipe
kepribadian A dan B.
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah terdapat perbedaan konflik peran ganda pada karyawan ditinjau dari
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperjelas perbedaan
konflik peran ganda pada karyawan ditinjau dari tipe kepribadian A dan B.
D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah hasil dari penelitian ini dapat
menyumbangkan dan menegaskan mengenai perbedaan konflik peran ganda
ditinjau dari tipe kepribadian A dan B. Penelitian ini akan menambah ilmu
pengetahuan dalam Psikologi terutama bidang psikologi industri dan
organisasi serta psikologi kepribadian. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan referensi berupa hasil penelitian, teori maupun saran bagi
penulis selanjutnya yang akan meneliti topik yang sama.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada karyawan
mengenai perbedaan konflik peran ganda ditinjau dari tipe kepribadian A
dan B sehingga karyawan dapat lebih menyadari kepribadiannya
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konflik Peran Ganda
1. Definisi Konflik
Rubin et al (dalam Tjosuold, 2006) mendefinisikan konflik sebagai suatu
perbedaan rasa, ketertarikan atau kepercayaan bahwa aspirasi seseorang
belum dapat tercapai. Lewicki et al (dalam Tsjosuold, 2006) juga
mendefinisikan konflik sebagai interaksi dari orang-orang yang saling
tergantung satu sama lain yang merasakan tujuan yang bertentangan dan
saling mengganggu dalam mencapai tujuan. Konflik juga didefinisikan
sebagai proses dinamis yang muncul di antara orang-orang yang tergantung
satu sama lain dan mengalami reaksi emosi negatif saat mengalami
perbedaan pendapat dan gangguan dalam mencapai tujuan (Barki &
Hartwick dalam Tsjosuold, 2006). Jehn dan Bendersky (dalam Tsjosuold,
2006) mendefinisikan konflik sebagai perasaan saat memiliki pandangan
yang berbeda dan tidak sesuai di antara orang-orang yang terlibat.Konflik
juga diartikan sebagai ketegangan yang dialami individu atau kelompok
karena terdapat perbedaan antara dirinya dengan individu atau kelompok
yang lain (De Dreu et al dalam Tsosuold, 2006).
Berdasarkan definisi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa konflik
emosi negatif yang muncul saat mengalami perbedaan pendapat dan
gangguan dalam mencapai tujuannya.
2. Definisi Konflik Peran Ganda
Baltes dan Heydens-Gahir (2003) mendefinisikan konflik peran ganda
sebagai bentuk konflik peran pada saat tuntutan dari pekerjaan mengganggu
kehidupan rumah tangga maupun tuntutan dari kehidupan berkeluarga
mengganggu pekerjaan (Spector, 2008). Greenhaus dan Beutell (1985) juga
mengatakan hal yang kurang lebih sama mengenai konflik peran ganda.
Mereka mengatakan bahwa konflik peran ganda merupakan bentuk konflik
peran dimana tuntutan dalam pekerjaan dan keluarga saling bertentangan
(Aluja & Blanch, 2012).
Pada saat konflik peran ganda diartikan secara tradisional, konflik ini
disebut sebagai konflik yang muncul pada saat peran dalam pekerjaan
bertentangan dengan peran dalam keluarga (Carlson, Kacmar, & Williams,
2000; Mesmer-Magnus & Viswesvaran, 2005) dan mengabaikan konflik
yang muncul pada saat peran dalam keluarga bertentangan dengan
pekerjaan. Pada saat ini, konflik peran ganda telah diartikan sebagai konflik
yang muncul saat peran dalam pekerjaan bertentangan dengan peran dalam
keluarga maupun sebaliknya (Byron, 2005; Carlson et al., 2000; Cinamon,
2006; Cinamon & Rich, 2005; Greenhaus & Beutrell, 1985 dalam Gaffey &
Frone, Russel dan Copper (1992) mendefinisikan konflik peran ganda
sebagai konflik yang terjadi ketika seseorang harus memperhatikan
pekerjaan di kantor dan juga keluarga secara utuh sehingga sulit
membedakan antara pekerjaan mengganggu keluarga atau keluarga
mengganggu pekerjaan (dalam Rahmadita, 2013). Kahn et al (1964) juga
mendefinisikan konflik peran ganda sebagai konflik yang muncul saat
tekanan sebagai anggota organisasi bertentangan dengan tekanan sebagai
anggota dalam keluarga (dalam Boyar, Carson, Mosley Jr, Maertz Jr,
Pearson, 2006).
Berdasarkan definisi tersebut, penulis menyimpulkan bahwa konflik
peran ganda merupakan konflik antar peran yang terjadi pada saat tuntutan
dalam pekerjaan dan keluarga muncul secara bersamaan dan saling
bertentangan.
3. Aspek Konflik Peran Ganda
Grennhaus dan Beutell (dalam Gaffey & Rottinghaus, 2009) membagi
konflik peran ganda menjadi tiga, yaitu:
a. Time-based conflict
Konflik ini terjadi pada saat tuntutan pada salah satu peran membuat
individu tidak memiliki waktu yang cukup untuk peran yang lain,
misalnya seseorang harus terlambat menjemput anaknya karena bekerja
b. Strains-based conflict
Konflik ini terjadi pada saat kondisi emosi seseorang pada salah satu
peran terbawa dalam peran lainnya, misalnya kondisi stres di keluarga
mempengaruhi kondisi stres di pekerjaan sehingga berdampak pada
kinerja
c. Behavior-based conflict
Konflik ini terjadi pada saat perilaku pada salah satu peran bertolak
belakang dengan perilaku pada peran lain, misalnya seseorang
memerlukan sikap yang keras di pekerjaan sedangkan jika di dalam
keluarga harus menunjukkan sikap yang hangat.
Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa konflik
peran ganda terdiri dari tiga aspek yaitu time-based, strains-based dan
behavior-based conflict.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konflik Peran Ganda
Spector (2008) mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi konflik peran ganda, yaitu :
a. Konflik dari sisi perusahaan
Dalam sisi perusahaan, konflik peran ganda dapat muncul karena
individu diharuskan bekerja dalam waktu yang lama dalam perusahaan
(Day & Chamberlain, 2006; Van Daalen, Willemsen & Sanders, 2006
menimbulkan konflik peran ganda (Major, Klein & Ehrhart, 2003 dalam
Spector, 2008).
b. Konflik dari sisi karyawan
Dalam sisi karyawan, kepribadian dapat menjadi salah satu faktor yang
mempengaruhi konflik peran ganda, misalnya individu yang cenderung
memiliki tendensi emosi negatif lebih rentan dengan konflik peran ganda.
Menurut Ahmad (2008) terdapat 3 faktor utama yang mempengaruhi
konflik peran ganda, yaitu :
a. Faktor pekerjaan
Dalam pekerjaan, jenis pekerjaan dapat mempengaruhi konflik peran
ganda, misalnya seorang manajer atau karyawan yang memiliki
kesempatan untuk medapatkan promosi lebih rentan terhadap konflik
peran ganda daripada karyawan biasa.Tingkat pendidikan juga termasuk
dalam faktor pekerjaan yang mempengaruhi konflik peran
ganda.Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi lebih
rentan terhadap konflik peran ganda. Seorang karyawan yang bekerja
dalam waktu yang cukup lama di luar rumah juga lebih rentan terhadap
konflik peran ganda karena dia akan lebih susah menyeimbangkan
kegiatan di pekerjaan dan di rumah.
b. Faktor keluarga
Faktor keluarga yang mempengaruhi konflik peran ganda adalah
anak-anak. Seseorang yang memiliki anak terutama balita akan lebih rentan
tanggungjawab untuk mengurus orang tua juga lebih rentan terhadap
konflik peran ganda.Lingkungan keluarga juga sangat mempengaruhi
konflik peran ganda. Jika seseorang sedang mengalami masalah dalam
keluarga, dia akan terus memikirkan hal tersebut walaupun sedang
bekerja.
c. Faktor individual
Faktor individual termasuk jenis kelamin. Seseorang yang menyakini
bahwa bekerja di luar rumah adalah tugas pria akan lebih susah untuk
menerima jika istrinya bekerja. Selain itu, kepribadian juga merupakan
salah satu faktor yang terkait dengan konflik peran ganda. Hal ini
dikarenakan pengalaman seorang individu, persepsi individu terhadap
peran dalam pekerjaan dan keluarga dan cara individu menghadapi
masalah dapat mempengaruhi konflik peran ganda.
Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa konflik
peran ganda dipengaruhi oleh konflik dari sisi perusahaan dan karyawan
serta faktor pekerjaan, keluarga dan individual.
5. Dampak Konflik Peran Ganda
Zhang, Griffeth dan Fried (2011) membagi dampak konflik peran ganda
menjadi 2, yaitu :
a. Dampak yang berkaitan dengan kesehatan psikologis
Konflik Peran Ganda dikatakan berdampak pada kesehatan
berdampak buruk pada kepuasan hidup dan dapat menyebabkan burnout. Penelitian yang dilakukan oleh Lu et al (2006) di Taiwan (dalam Zhang,
Griffeth dan Fried, 2011) juga menemukan bahwa konflik peran ganda
berdampak buruk pada kebahagian karyawan.
b. Dampak yang berkaitan dengan pekerjaan
Hasil meta analisis membuktikan bahwa konflik peran ganda
mengakibatkan komitmen menurun (Allenet al., 2000 dalam Zhang,
Griffeth dan Fried, 2011) dan meningkatkan keluarnya karyawan dari
perusahaan (Kelloway et al., 1999; Kossek and Ozeki, 1999;
Mesmer-Magnus and Viswesvaran, 2005 dalam Zhang, Griffeth dan Fried, 2011).
Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa konflik
peran ganda dapat berdampak pada kesehatan maupun pekerjaan karyawan.
6. Dimensi Konflik Peran Ganda
Para peneliti (Grandey et al., 2005; Judge et al., 2006; Kinnunenet al.,
2010; Kossek and Ozeki, 1998; Netemeyer et al., 1996 dalam Rathi &
Barath, 2013) mengemukakan bahwa konflik peran ganda terdiri dari dua
dimensi yaitu :
a. Konflik Pekerjaan-Keluarga (work to family conflict)
Konflik pekerjaan-keluarga merupakan bentuk konflik antar peran pada
saat permintaan-permintaan umum, waktu yang dihabiskan dan
ketegangan dalam pekerjaan mengganggu pemenuhan kewajiban dalam
b. Konflik Keluarga-Pekerjaan (family to work conflict)
Konflik keluarga-pekerjaan merupakan bentuk konflik antar peran pada
saat permintaan-permintaan umum, waktu yang dihabiskan dan
ketegangan dalam keluarga mengganggu pemenuhan kewajiban dalam
pekerjaan (Rathi & Barath, 2013).
Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa konflik
peran ganda terdiri dari dua dimensi yaitu konflik pekerjaan-keluarga (work to family conflict) dan konflik keluarga-pekerjaan (family to work conflict).
7. Pengukuran Konflik Peran Ganda
Pengukuran konflik peran ganda dapat dilakukan menggunakan 3 aspek
dalam konflik peran ganda yaitu time-based, strains-based dan behavioral-based conflict (Nikandrou, Panayotopoulou, Apospori, 2008).Pengukuran konflik peran ganda juga dapat dilakukan dengan menggabungkan dua
dimensi konflik peran ganda yaitu konflik pekerjaan-keluarga dan konflik
keluarga-pekerjaan dengan 3 aspek dalam konflik peran ganda yaitu time-based, strains-based dan behavioral-based conflict.Skala pengukuran konflik peran ganda yang menggabungkan 2 dimensi dan 3 aspek konflik
peran ganda adalah skala dari Carlson et al (2000).Skala tersebut berupa
kuesioner yang terdiri dari 18 soal, 9 soal untuk tiap dimensi dan 3
pertanyaan untuk tiap aspek.Contoh soal untuk mengukur konflik
daripada yang saya inginkan”, sedangkan contoh soal untuk mengukur
konflik keluarga-pekerjaan adalah “waktu yang saya habiskan untuk
tanggung jawab dalam keluarga sering mengganggu tanggung jawab dalam
pekerjaan” (Hassan, Dollard dan Winefield, 2010).
Pengukuran lain dalam konflik peran ganda juga menggabungkan konflik
pekerjaan-keluarga dan konflik keluarga-pekerjaan dengan time-based, strains-based dan behavioral-based conflict. Meskipun demikian, pengukuran tersebut hanya berfokus pada time-based dan strains-based conflict karena behavioral-based conflict belum memiliki prediksi yang valid dibandingkan dua aspek yang lain. Pengukuran tersebut menggunakan
skala dari Frone dan Yardley (1996).Skala tersebut memiliki 12 soal yang
mengukur konflik pekerjaan-keluarga (6 soal) dan konflik
keluarga-pekerjaan (6 soal). Contoh soal untuk konflik keluarga-pekerjaan-keluarga adalah
“pekerjaan atau karir menahan saya untuk menghabiskan waktu yang saya
inginkan bersama keluarga”, sedangkan contoh soal untuk konflik keluarga
-pekerjaan adalah “kehidupan keluarga mengganggu tanggung jawab saya
dalam pekerjaan, seperti sampai di kantor tepat waktu, menyelesaikan
pekerjaan harian atau lembur” (Zhang, Griffeth dan Fried, 2011).
Konflik peran ganda muncul dengan berbagai bentuk karena konflik
dapat bermula dari berbagai situasi.Meskipun demikian, kebanyakan
penelitian berfokus pada time-based dan strains-based conflict.pengukuran yang lain dari konflik peran ganda berfokus pada 4 dimensi konflik peran
keluarga-pekerjaan time-based, konflik pekerjaan-keluarga strains-based dan konflik keluarga-pekerjaan strains-based. Pengukuran tersebut menggunakan skala 12 soal dengan tipe Likert yang terdiri dari 3 soal tiap dimensi dengan
penilaian semakin tinggi nilai subjek maka konflik peran ganda semakin
tinggi.Contoh soal untuk konflik pekerjaan-keluarga time-based adalah
“waktu yang harus saya sediakan untuk pekerjaan menahan saya untuk
berpartisipasi dalam tanggung jawab dan aktivitas keluarga”.Contoh soal
untuk konflik keluarga-pekerjaan time-based adalah “kehidupan pribadi saya menyita waktu yang ingin saya habiskan untuk bekerja”.Contoh soal
untuk konflik pekerjaan-keluarga strains-based adalah “kondisi stres yang
saya alami dalam pekerjaan seringkali membuat saya mudah marah di
rumah”.Contoh soal untuk konflik keluarga-pekerjaan strains-based adalah
“saya sering memikirkan masalah yang terjadi di rumah saat sedang
bekerja” (Rotondo, Carlson, Kincaid, 2002).
Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa
pengukuran konflik peran ganda dapat dilakukan dengan menggabungkan
dua dimensi konflik peran ganda yaitu konflik pekerjaan-keluarga dan
konflik keluarga-pekerjaan dengan 3 aspek konflik peran ganda yaitu time-based, strains-based dan behavioral-based conflict. Penulis akan berfokus pada time-based dan strains-based conflict yang digabungkan dengan konflik pekerjaan-keluarga dan keluarga-pekerjaan pada penelitian ini.
conflict belum memiliki prediksi valid yang cukup dibandingkan dua jenis konflik peran ganda yang lain (Zhang, Griffeth dan Fried, 2011).
B. Kepribadian Tipe A dan B
1. Definisi Kepribadian
Stagner (dalam Pervin, Cervone & John, 2004) mendefinisikan
kepribadian sebagai suatu organisasi dalam diri individu yang meliputi
persepsi, kognitif, emosi dan motivasi yang menentukan reaksi unik tiap
individu terhadap lingkungannya.Kepribadian juga didefinisikan sebagai
karakteristik seseorang yang menyebabkan munculnya konsistensi perasaan,
pemikiran dan perilaku.Kepribadian juga didefinisikan sebagai suatu
organisasi psikologis dalam diri individu yang menentukan karakteristik
perilaku dan pikirannya (Allport dalam Mischel, 1971).
Mischel (1971) mendefinisikan kepribadian sebagai suatu pola khusus
dalam perilaku (termasuk pikiran dan emosi) yang memberikan karakteristik
pada tiap individu dalam beradaptasi dengan lingkungannya. Definisi yang
lain dari kepribadian adalah pola sifat atau karakteristik tertentu yang relatif
permanen dan bersifat individual serta konsisten pada perilaku individu
(Feist & Feist, 2010). Pervin, Cervone dan John (2010) juga memberikan
definisi yang hampir sama mengenai kepribadian yaitu karakteristik
individu yang menyebabkan munculnya konsistensi perilaku, pemikiran dan
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kepribadian
merupakan karakteristik dalam diri seorang individu yang relatif permanen
dan konsisten serta menentukan reaksi unik tiap individu baik dalam hal
perilaku, pemikiran maupun perasaan terhadap lingkungannya.
2. Proses Terbentuknya Kepribadian
Cloninger (2004) mengatakan bahwa perkembangan kepribadian
seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
a. Pengaruh biologis
Temperamen adalah gaya yang konsisten dari emosi dan perilaku sejak
lahir karena pengaruh biologis. Pada zaman dulu, para peneliti percaya
bahwa kecenderungan bawaan membuat seseorang menjadi tipe
kepribadian tertentu (Kagan dalam Cloninger, 2004).Perkembangan
dalam dunia penelitian saat ini membuat para peneliti mulai
meninggalkan pemahaman mengenai pengaruh biologis dalam
membentuk kepribadian manusia karena lingkungan juga dapat
mempengaruhi perkembangan kepribadian manusia (Cloninger, 2004).
b. Pengalaman pada saat kanak-kanak dan dewasa
Kepribadian akan terus berkembang. Pengalaman seseorang, terutama di
saat kanak-kanak sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian
manusia. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran di masa awal kehidupan
berdampak sangat signifikan untuk mengembangkan kemampuan
Pervin, Cervone & John (2004) juga mengatakan bahwa
perkembangan kepribadian dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu nature
(bawaan) dan nurture (yang didapatkan dari didikan/belajar). Kepribadian seseorang dapat terbentuk karena bawaan sejak lahir dan
dapat terbentuk juga karena didikan orang tua maupun lingkungan.Para
peneliti menemukan bahwa kedua faktor tersebut bukanlah pengaruh
yang terpisah melainkan berinteraksi secara dinamis (Pervin, Cervone &
John, 2004).
Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa proses
terbentuknya kepribadian individu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu
nature (bawaan sejak lahir) dan nurture (yang didapatkan berdasarkan pengalaman, didikan atau ajaran).
3. Definisi Tipe Kepribadian A dan B
Friedman dan Rosenman (dalam Lee, King & King, 1987) membagi
kepribadian manusia menjadi dua, yaitu tipe A dan tipe B. Menurut
Friedman dan Rosenman (dalam Lee, King & King, 1987), tipe
kepribadian A merupakan suatu reaksi emosi pada individu yang dapat
diobservasi melalui perilakunya yang memiliki motivasi tinggi untuk
mencapai lebih dan lebih dalam waktu yang sangat singkat. Individu
dengan tipe kepribadian A merupakan individu yang sangat
mementingkan waktu, tidak menyukai kemalasan, tidak sabar terhadap
kompetitif, ekstravert dan kebutuhan yang tinggi akan kekuatan (Ganster,
Schaubroeck, Sime & Mayes dalam Smither, 1994).
Tipe kepribadian A juga didefinisikan sebagai tipe kepribadian yang
memiliki dorongan yang berlebihan, merasa terdesak dan tidak sabar dan
didasari kebencian (Riggio, 2008). Schultz dan Schultz (2006) juga
mendefinisikan tipe kepribadian A sebagai tipe kepribadian yang
memiliki dorongan yang tinggi akan persaingan dan sangat
mementingkan waktu. Individu dengan tipe kepribadian A merupakan
individu yang ambisius dan agresif, selalu memiliki keinginan untuk
mendapatkan prestasi, berlomba dengan waktu dan selalu ingin
melampaui orang lain (Schultz & Schultz, 2006).
Tipe kepribadian B merupakan tipe kepribadian yang bertolak
belakang dengan tipe kepribadian A. Individu dengan tipe kepribadian B
merupakan individu yang tenang, santai, puas dan tidak terburu-buru
(Smither, 1994). Tipe kepribadian B juga didefinisikan sebagai tipe
kepribadian yang memiliki tingkat stress yang rendah, mampu bekerja di
dalam lingkungan yang menegangkan dan mampu bekerja secara efektif
tanpa menyerah (Schultz & Schultz, 2006).
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa tipe
kepribadian A merupakan suatu reaksi emosi individu yang dapat
diobservasi melalui dorongannya yang kuat akan suatu pencapaian dalam
waktu yang singkat sedangkan tipe kepribadian B merupakan tipe
kepribadian B dapat disimpulkan sebagai suatu reaksi emosi individu
yang dapat diobservasi melalui perilakunya yang tenang, santai dan
memiliki tingkat stress yang lebih rendah.
4. Karakteristik Tipe Kepribadian A
Ciri-ciri tipe kepribadian A juga dideskripsikan oleh Friedman dan
Rosenman (1961) sebagai berikut :
a. Memiliki dorongan secara terus menerus dan agresif untuk prestasi,
kemajuan dan pengakuan
b. Kompetitif dan berhasrat untuk menang
c. Memiliki kebiasaan untuk tenggelam dalam beberapa pekerjaan dan
hobi yang melibatkan subjek dengan tekanan waktu deadlines
d. Kewaspadaan yang tinggi secara mental dan fisik
e. Memiliki kecenderungan untuk mempercepat langkah mereka dalam
pelaksanaan kebanyakan fungsi fisik dan mental
Penulis akan memakai ciri-ciri di atas sebagai acuan untuk membuat
pengukuran tipe kepribadian A dan B. Penulis hanya menggunakan ciri-
ciri tipe kepribadian A sebagai acuan untuk mengukur tipe kepribadian A
dan B karena kedua tipe kepribadian tersebut saling bertolak belakang.
Hassmen, Stahl dan Borg (1993) mendefinisikan tipe kepribadian B
sebagai ketidakhadiran karakteristik tipe kepribadian A. Selain itu, tipe
kepribadian B juga disebut sebagai tipe kepribadian yang tidak
2001). Billing, Glassboro dan Steverson (2013) juga mengatakan bahwa
tipe kepribadian B merupakan tipe kepribadian yang tidak menunjukkan
tendesi-tendesi seperti tipe kepribadian A. Penulis memakai ciri-ciri tipe
kepribadian A di atas sebagai acuan juga untuk mempertimbangkan
jumlah aitem tryout yang dapat dibuat. Penulis dapat membuat aitem
tryout yang lebih banyak menggunakan 5 ciri-ciri tipe kepribadian A tersebut dibandingkan dengan teori lain yang menjabarkan ciri-ciri tipe
kepribadian A yang lebih banyak.
Ciri-citi tipe kepribadian A yang lain dideskripsikan oleh Kunnanatt
(2003) yang mengatakan bahwa tipe kepribadian A dapat digambarkan
sebagai suatu tindakan atau emosi yang meliputi :
a. Behavioral Dispositions (Ambisius, agresivif, kompetitif dan tidak sabar)
b. Specific Behavior (ketegangan otot, kewaspadaan yang tinggi, cara berbicara yang penuh empati, dan langkah yang cepat dalam sebagian
besar aktivitas)
c. Emotional Responses (kejengkelan, kemarahan dan kebencian) (Rosenman et al dalam Kunnanatt, 2003).
Kunnanatt (2003) juga mendeskripsikan karakteristik tipe kepribadian A sebagai berikut :
a. Memiliki dorongan yang tetap dan terus menerus untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan;
c. Memiliki dorongan yang kuat untuk berkembang dan diakui;
d. Memiliki keterlibatan yang terus menerus dalam fungsi yang banyak
dan berbeda tanpa dibatasi oleh waktu;
e. Memiliki kewaspadaan yang sangat tinggi secara fisik maupun
mental;
f. Agresif dan memiliki rasa kebencian (Rosenman dalam Kunnanatt,
2003).
Kunnanatt (2003) juga menjabarkan lebih rinci mengenai tipe
kepribadian A sebagai berikut :
a. Bergerak, berjalan, makan dan berbicara dengan cepat;
b. Menekankan kata-kata dalam berbicara;
c. Terburu-buru dalam menyelesaikan kalimat dalam pembicaraan;
d. Tidak sabar untuk memprediksi hal-hal yang terjadi;
e. Memotong pembicaraan dan menyelesaikan kalimat dari orang lain
yang berbicara dengan lambat;
f. Sulit menunggu seseorang menyelesaikan suatu pekerjaan yang dapat
diselesaikan dengan lebih cepat menurut mereka;
g. Mendesak diri sendiri dalam segala aktivitas yang mampu mereka
lakukan;
h. Memikirkan dua atau lebih hal sekaligus;
i. Mendengarkan pembicaraan dan memikirkan hal lain sekaligus;
j. Memikirkan mengenai pekerjaan saat sedang menyetir atau dalam
k. Mencoba untuk makan dan membaca dalam waktu yang sama;
l. Jika terlibat dalam topik pembicaraan yang tidak mereka sukai maka
mereka akan mengganti topik pembicaraan menjadi topik yang
disukai;
m.Sulit menikmati waktu luang bahkan saat liburan;
n. Tidak menghargai hal-hal yang bertentangan dengan tujuan utama
mereka
Tipe A juga memilliki karakteristik tertentu dalam pekerjaan atau
perusahaan yaitu (Kunnanatt, 2003):
a. Bekerja dalam waktu yang lama dan tenggat waktu yang stabil;
b. Sering membawa pulang pekerjaan atau mengerjakannya pada akhir
minggu dan tidak bisa bersantai;
c. Bersaing dengan diri sendiri dan menentukan target yang tinggi untuk
produktifitas dan mempertahankannya;
d. Cenderung frustasi dengan situasi kerja, terganggu dengan tuntutan
pekerjaan dari orang lain dan sering salah paham dengan atasan.
5. Karakteristik Tipe Kepribadian B
Friedman (1996) mendeskripsikan tipe kepribadian B sebagai berikut :
a. Mampu menunjukkan ekspresinya dengan mudah;
b. Mampu memberikan toleransi tanpa perasaan terganggu atau
c. Jarang memotong pembicaraan orang lain dan membiarkan orang lain
menyelesaikan kalimatnya;
d. Mampu mendengarkan orang lain dengan sabar;
e. Mampu menerima dengan sabar kritikan yang membangun maupun
menjatuhkannya;
f. Mampu menyerahkan atau mempercayakan pekerjaan kepada orang
lain;
g. Mampu mempercayai orang lain dengan mudah;
h. Menghindari hal-hal yang berpusat pada diri sendiri;
i. Mampu menerima setiap sisi kepribadiannya.
6. Pengukuran Tipe Kepribadian A dan B
Pengukuran tipe kepribadian A dan B yang dilakukan oleh Shaheen
(2012) menggunakan Anjum Khalique Type A Scale (1991), skala asli yang dirancang untuk mengukur gaya perilaku tipe kepribadian A. Skala
tersebut terdiri dari 12 pasang pernyataan untuk mengukur kompetitif,
urgensi waktu dan keagresifan. Setiap pasang pernyataan memiliki 1
pernyataan dengan karakteristik dari tipe kepribadian A dan yang lainnya
tipe kepribadian B. Nilai maksimal dari skala tersebut adalah 12 dengan
nilai rendah (1-8) dan nilai tinggi (9-12). Jika subjek mendapatkan nilai
tinggi maka subjek merupakan tipe kepribadian A.
Instrumen lain untuk mengukur tipe kepribadian A dan B
Skala tersebut terdiri dari 28 soal dengan 5 poin di antara 2 pernyataan
(misalnya 1 : jarang membanting pintu sampai 5 : sering membanting
pintu). Jika subjek mendapatkan nilai yang lebih tinggi maka subjek
merupakan tipe kepribadian A dan jika nilai rendah maka subjek
merupakan tipe kepribadian B (Korotkov, Perunovic, Claybourn, Fraser,
Houlihan, Macdonald dan Korotkov, 2010).
Pengukuran tipe kepribadian A dan B juga dapat dilakukan dengan
menggunakan Jenkins Activity Survey (JAS). Skala tersebut terdiri dari 12 pernyataan yang terdiri dari 2 faktor yaitu perjuangan untuk
berprestasi dan ketidaksabaran-mudah marah.Pernyataan-pernyataan
dalam skala tersebut memiliki 5 pilihan respon dengan rentang dari tipe
B (extremely type B) sampai tipe A (extremely type A). Contoh
pernyataannya adalah “Seberapa besar pekerjaan Anda menggerakkan
tindakan Anda?” dan contoh pilihannya adalah 1 untuk sangat sedikit
dibandingkan orang lain dan 5 untuk sangat banyak dibandingkan orang
lain. Contoh pernyataan lain adalah “secara khusus, seberapa mudah
Anda marah?” dan contoh pilihannya adalah 1 untuk sangat tidak mudah
dan 5 untuk sangat mudah (Srivastava, 2009).
Pengukuran tipe kepribadian A dan B yang lain adalah menggunakan
skala Bortner (1968). Pengukuran ini terdiri dari 14 pasang pernyataan
yang saling bertolak belakang untuk mengukur tipe kepribadian A dan B.
Subjek akan diminta untuk memilih salah satu pernyataan yang paling
Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa
pengukuran tipe kepribadian A dan B dapat dilakukan menggunakan
karakteristik kepribadian A dan B. Penulis akan menggunakan ciri-ciri
tipe kepribadian A dan B menurut Friedman dan Rosenman (1961)
sebagai acuan untuk membuat pengukuran tipe kepribadian A dan B
untuk penelitian ini.
C. Dinamika Perbedaan Konflik Peran Ganda ditinjaudari Tipe Kepribadian A dan B
Individu dengan tipe kepribadian A merupakan individu yang sangat
mementingkan waktu, tidak menyukai kemalasan, tidak sabar terhadap hal-hal
atau orang lain yang menghalangi pemenuhan tujuannya, kompetitif, ekstravert
dan kebutuhan yang tinggi akan kekuatan (Ganster, Schaubroeck, Sime &
Mayes dalam Smither, 1994). Tipe kepribadian B merupakan tipe yang
bertolak belakang dengan tipe kepribadian A. Individu dengan tipe kepribadian
B merupakan individu yang tenang, santai, puas dan tidak terburu-buru
(Smither, 1994). Tipe kepribadian B juga didefinisikan sebagai tipe
kepribadian yang memiliki tingkat stress yang rendah, mampu bekerja di dalam
lingkungan yang menegangkan dan mampu bekerja secara efektif tanpa
menyerah (Schultz & Schultz, 2006).
Tipe kepribadian A merupakan tipe kepribadian yang memiliki
kemungkinan yang lebih tinggi untuk menghadapi masalah kesehatan karena
Eaker & Stokes dalam Korotkov, 2010), merokok lebih banyak (Mccann,
Stockton & Lester dalam Korotkov, 2010), mengalami kesulitan untuk tidur
dan lebih banyak mimpi buruk (Hayer & Hick dalam Korotkov, 2010)
dibandingkan dengan tipe kepribadian B. Pada saat bekerja, tipe kepribadian A
juga menunjukkan ketidakhadiran dan burnout yang lebih sering, ketidakpuasan dalam bekerja serta motivasi keluar yang lebih tinggi
dibandingkan dengan tipe kepribadian B (Korotkov, 2010).
Pada saat menghadapi konflik, tipe kepribadian A lebih sering menyangkal,
memilih solusi yang tidak menyakitkan, fokus pada masalah dan menyalahkan
diri sendiri (Korotkov, 2010). Tipe kepribadian A juga dikatakan lebih sering
menyalahkan faktor internal (ketidakmampuan dan kurangnya perjuangan diri
sendiri) jika mengalami kegagalan, mengekspresikan kemarahan dan rasa
frustasi yang dihadapi serta memecahkan masalah secara kurang efektif
(Musante, Macdougal, Dembroski, 1984).
Individu dengan tipe kepribadian A akan lebih rentan untuk mengalami
konflik pekerjaan keluarga. Hal ini dikarenakan karakteristik tipe kepribadian
A yang sering membawa pekerjaan kantor ke rumah untuk dikerjakan di akhir
minggu rentan mengalami konflik pekerjaan keluargatime-based, yaitu konflik yang terjadi pada saat tuntutan pada salah satu peran membuat individu tidak
memiliki waktu yang cukup untuk peran yang lain. Tipe kepribadian A juga
rentan mengalami strains-based conflict yaitu konflik yang terjadi pada saat kondisi emosi seseorang pada salah satu peran terbawa peran lainnya. Hal ini
sekaligus. Faktor-faktor lain yang menyebabkan konflik pekerjaan keluarga
adalah bekerja dalam waktu yang lama dan tendensi emosi negatif. Individu
dengan tipe kepribadian A rentan mengalami konflik pekerjaan keluarga
karena cenderung bekerja dalam waktu yang lama dan memiliki tendensi emosi
negatif karena mengekspresikan kemarahan dan frustasi pada saat mengalami
konflik.
Di sisi lain, tipe kepribadian B akan lebih rentan terhadap konflik keluarga
pekerjaan.Hal ini dikarenakan tipe kepribadian B merupakan tipe kepribadian
yang cenderung menyalahkan faktor eksternal ketika menghadapi kegagalan
sehingga tipe kepribadian B mungkin saja menyalahkan tuntutan dalam
keluarga yang mengganggu pekerjaannya. Tipe kepribadian B juga merupakan
tipe kepribadian yang mudah menunjukkan ekspresinya sehingga akan
cenderung mengalami strains-based conflict karena emosi dalam salah satu peran akan mudah diekspresikan pada peran yang lain.Tipe kepribadian B
merupakan tipe kepribadian yang mampu bekerja secara efektif tetapi tipe
kepribadian ini cenderung mengerjakan pekerjaan satu per satu sehingga jika
tanggung jawab dalam keluarga muncul bersamaan dengan tuntutan dalam
pekerjaan maka tipe kepribadian B mungkin saja menjadi tidak fokus untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Tipe kepribadian B juga merupakan tipe
kepribadian yang mampu memberikan toleransi dan mendengarkan orang lain
dengan sabar sehingga jika pasangan atau anak-anak membutuhkan
perhatiannya maka mungkin saja tipe kepribadian B akan menunda
Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis menyimpulkan bahwa tipe
kepribadian A lebih rentan mengalami konflik pekerjaan keluarga sedangkan
D. Skema Penelitian
Tipe Kepribadian A
Sangat mementingkan waktu
Tidak sabar terhadap hal-hal
atau orang lain yang menghalangi pemenuhan tujuannya
kompetitif
Sering membawa pekerjaan
kantor ke rumah untuk dikerjakan di akhir minggu
Sering memikirkan 2 hal
sekaligus
Bekerja dalam waktu yang
lama
Memiliki tendensi emosi
negatif
Lebih rentan dengan konflik pekerjaan keluarga
Konflik Pekerjaan Keluarga
Time-based conflict Strains-based conflict
Bekerja dalam waktu yang
lama
Tendensi emosi negatif
Tipe Kepribadian B
Menyalahkan faktor eksternal
Mudah menunjukkan ekspresi
Mampu bekerja secara efektif
Mendengarkan orang lain
dengan sabar
Menyalahkan orang lain
Mengekspresikan emosi ke
peran yang lain
Menyelesaikan pekerjaan satu
per satu
Mampu mendengarkan
pasangan atau anak-anak
Konflik Keluarga Pekerjaan
Strains-based conflict Tidak fokus dalam bekerja
Cenderung menunda pekerjaan
untuk mendengarkan pasangan atau anak-anak
E. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Terdapat perbedaan konflik pekerjaan keluarga ditinjau dari tipe
kepribadian A dan B
2. Terdapat perbedaan konflik keluarga pekerjaan ditinjau dari tipe
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian komparatif yaitu penelitian
mengenai perbandingan antara satu variabel dengan variabel yang lain
(Purwanto & Sulistyastuti, 2008). Di dalam penelitian ini, penulis ingin
mengetahui perbedaan konflik peran ganda ditinjau dari tipe kepribadian A dan
B.
B. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang digunakan dalam analisis data untuk menguji
hipotesis adalah :
1. Variabel bebas : a. Kepribadian tipe A
b. Kepribadian tipe B
2. Variabel tergantung : Konflik peran ganda
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Konflik peran ganda
Konflik peran ganda merupakan suatu konflik yang muncul pada
karyawan saat tanggungjawab dalam salah satu peran bertentangan dengan