• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perjanjian Penyelesaian Kredit Antara PT.BANK CIMB Niaga Tbk Dengan PT.Mestika Sawit Intijaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perjanjian Penyelesaian Kredit Antara PT.BANK CIMB Niaga Tbk Dengan PT.Mestika Sawit Intijaya"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KESEPAKATAN BERSAMA MENGENAI PENYELESAIAN PINJAMAN ANTARA PT. BANK CIMB NIAGA TBK DENGAN PT MESTIKA SAWIT

INTIJAYA MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA

A. Pengertian Tentang Kesepakatan Bersama Mengenai Penyelesaian Pinjaman Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

1. Pengaturan Perjanjian Bernama dan Perjanjian Tidak Bernama pada Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Pasal 1313 KUH Perdata mengemukakan “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu

orang lain atau lebih”. KUH Perdata mengatur beberapa jenis perjanjian yang

(2)

 Pasal 1457 KUHPerdata

“Jual beli adalah suatu persetujuan dengan mana pihak yang satu

mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu barang, dan pihak yang

lain untuk membayar harga yang dijanjikan.”

 Pasal 1541 KUHPerdata

“Tukar menukar ialah suatu persetujuan dengan mana kedua belah pihak

mengikatkan diri untuk saling memberikan suatu barang secara timbal

balik sebagai ganti suatu barang lain.”

 Pasal 1548 KUHPerdata

“Sewa menyewa adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu

mengikatkan diri untuk memberikan kenikmatan suatu barang kepada pihak yang lain selama waktu tertentu, dengan pembayaran suatu harga yang disanggupi oleh pihak tersebut terakhir itu. Orang dapat menyewakan pelbagai jenis barang, baik yang tetap maupun yang

bergerak.”

Pasal 1601 KUHPerdata

“Selain persetujuan untuk menyelenggarakan beberapa jasa yang diatur

oleh ketentuanketentuan khusus untuk itu dan oleh syarat-syarat yang diperjanjikan, dan bila ketentuanketentuan yang syarat-syarat ini tidak ada, persetujuan yang diatur menurut kebiasaan, ada dua macam persetujuan, dengan mana pihak kesatu mengikatkan diri untuk mengerjakan suatu pekerjaan bagi pihak lain dengan menerima upah, yakni: perjanjian kerja dan perjanjian pemborongan kerja.

 Pasal 1618 KUHPerdata

“Persekutuan adalah suatu perjanjian dengan mana dua orang atau lebih

mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan, dengan

maksud untuk membagi keuntungan yang terjadi karenanya”

 Pasal 1653 KUHPerdata

“Selain persekutuan perdata sejati, perhimpunan orang-orang sebagai

badan hukum juga diakui undang-undang, entah badan hukum itu diadakan oleh kekuasaan umum atau diakuinya sebagai demikian, entah pula badan hukum itu diterima sebagai yang diperkenankan atau telah didirikan untuk suatu maksud tertentu yang tidak bertentangan dengan

undang-undang atau kesusilaan”

 Pasal 1666 KUHPerdata

“Penghibahan adalah suatu persetujuan dengan mana seorang penghibah

(3)

itu. Undang-undang hanya mengakui penghibahanpenghibahan antara

orang-orang yang masih hidup.”

 Pasal 1694 KUHPerdata

“Penitipan adalah terjadi apabila seseorang menerima sesuatu barang

dari orang lain dengan syarat bahwa ia akan menyimpannya dan

mengembalikannya dalam ujud asalnya”

 Pasal 1740 KUHPerdata

“Pinjam pakai adalah suatu perjanjian dalam mana pihak yang satu menyerahkan suatu barang untuk dipakai dengan cuma-cuma kepada pihak lain, dengan syarat bahwa pihak yang menerima barang itu setelah memakainya atau setelah lewat waktu yang ditentukan, akan

mengembalikan barang itu.”

 Pasal 1754 KUHPerdata

“Pinjam meminjam adalah suatu perjanjian, yang menentukan pihak

pertama menyerahkansejumlah barang yang dapat habis terpakai kepada pihak kedua dengan syarat bahwa pihak kedua itu akan mengembalikan barang sejenis kepada pihak pertama dalam jumlah dan keadaan yang

sama.”

 Pasal 1770 KUHPerdata

“Perjanjian bunga abadi ialah suatu persetujuan bahwa pihak yang

memberikan pinjaman uang akan menerima pembayaran bunga atas

sejumlah uang pokok yang tidak akan dimintanya kembali.”

 Pasal 1774 KUHPerdata

“Suatu persetujuan untung-untungan ialah suatu perbuatan yang

hasilnya, yaitu mengenaiuntung ruginya, baik bagi semua pihak maupun bagi sementara pihak, tergantung pada suatu kejadian yang belum pasti.

(4)

Tentang perjanjian tidak bernama diatur dalam Pasal 1319 KUHPerdata, yaitu yang berbunyi: ”Semua perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus

maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama tertentu, tunduk pada peraturan

umum yang termuat dalam bab ini dan bab yang lain”.

2. Perjanjian Kredit Menurut Beberapa Ahli Hukum Perdata

Dari perumusan Pasal 1313 KUH Perdata, dapat disimpulkan bahwa perjanjian atau persetujuan dalam pasal tersebut adalah perjanjian yang menimbulkan perikatan. Dengan demikian, hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian melahirkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, disamping sumber lainnya, yaitu undang-undang.

Terhadap perjanjian kredit terdapat beberapa pandangan, yaitu:

a. Pandangan yang menyatakan perjanjian pemberian kredit dan perjanjian pinjam meminjam adalah sama. Subekti mengatakan bahwa, dalam bentuk apapun juga pemberian kredit itu diadakan, pada hakekatnya yang terjadi adalah suatu perjanjian pinjam meminjam. Sebagaimana diatur oleh KUH Perdata Pasal 1754 sampai dengan Pasal 1769. 19 Marhais Abdul Hay juga berpendapat bahwa perjanjian kredit identik dengan perjanjian pinjam meminjam, dan dikuasai oleh ketentuan bab XIII dari buku III KUH Perdata.

20

19 Subekti, Jaminan Jaminan untuk Pemberian Kredit menurut Hukum Indonesia,

(Bandung : Alumni, 1982), hal 3.

20 Marhais Abdul Hay, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung : Pradnya Paramita,

(5)

b. Pandangan yang menyatakan perjanjian pemberian kredit dan perjanjian pinjam meminjam adalah berbeda. Mariam Darus Badrulzaman tidak sependapat dengan Subekti dan Marhais Abdul Hay, karena berdasarkan kenyataan perjanjian kredit itu memiliki identitas sendiri yang berbeda dengan perjanjian pinjam uang. 21 Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Djuhaendah Hasan yang menyatakan perjanjian kredit tidak tepat dikuasai oleh ketentuan bab XIII buku III KUH Perdata, sebab antara perjanjian pinjam meminjam dengan perjanjian kredit terdapat beberapa perbedaan. 22

Perbedaan antara perjanjian pinjam meminjam dengan perjanjian kredit terletak pada beberapa hal, antara lain:

1) Perjanjian kredit selalu bertujuan, dan tujuan tersebut biasanya berkaitan dengan program pembangunan. Biasanya dalam pemberian kredit sudah ditentukan tujuan penggunaan uang yang akan diterima tersebut, sedangkan dalam perjanjian pinjam meminjam tidak ada ketentuan tersebut, dan debitur dapat menggunakan uangnya secara bebas.

2) Dalam perjanjian kredit, sudah ditentukan bahwa pemberi kredit adalah bank atau lembaga pembiayaan dan tidak dimungkinkan diberikan oleh individu. Sedangkan dalam perjanjian pinjam meminjam, pemberian pinjaman dapat oleh individu.

3) Pengaturan yang berlaku bagi perjanjian kredit berbeda dengan perjanjian pinjam meminjam. Bagi perjanjian pinjam meminjam, berlaku ketentuan

21 Mariam Darus Badrulzama, Perjanjian Kredit Bank, (Bandung : Alumni 1983), hal

11.

22 Djuhaendah Hasan, Lembaga Jaminan Kebendaan bagi Tanah dan Benda Lain yang

(6)

umum dari buku III bab XIII KUH Perdata. Sedangkan bagi perjanjian kredit, akan berlaku ketentuan dalam UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Paket Kebijakan Pemerintah dalam Bidang Ekonomi terutama Bidang Perbankan, Surat Edaran Bank Indonesia ( SEBI ) dan sebagainya. 4) Pada perjanjian kredit, telah ditentukan bahwa pengembalian uang pinjaman harus disertai bunga, imbalan, atau pembagian hasil. Sedangkan dalam perjanjian pinjam meminjam, hanya berupa bunga saja dan bunga ini pun baru ada jika diperjanjikan.

5) Pada perjanjian kredit, bank harus mempunyai keyakinan akan kemampuan debitur untuk melakukan pengembalian kredit yang diformulasikan dalam bentuk jaminan, baik materiil, maupun immateriil. Sedangkan dalam perjanjian pinjam meminjam, jaminan merupakan pengamanan bagi kepastian perlunasan hutang, dan ini pun ada apabila diperjanjikan, juga jaminan itu hanya merupakan jaminan secara fisik atau materiil saja. 23

Pendapat lain dikemukakan oleh Sutan Remy Sjahdeini, yaitu bahwa perjanjian kredit bukanlah perjanjian riil seperti halnya perjanjian pinjam meminjam. Perjanjian kredit mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan perjanjian pinjam meminjam. 24 Ciri-ciri pembeda itu adalah :

1) Sifat konsensual dari suatu perjajian kredit merupakan ciri pertama yang membedakannya dari perjanjian pinjam meminjam uang yang bersifat riil.

23 Ibid, hal 174.

24 Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi

(7)

Perjanjian kredit adalah perjanjian loan of money menurut hukum Inggris yang dapat bersifat riil maupun konsensual, tetapi bukan perjanjian peminjaman uang menurut hukum Indonesia yang bersifat riil. Bagi perjanjian kredit, yang jelas-jelas mencantumkan syarat-syarat tangguh, tidak dapat dibantah lagi bahwa perjanjian itu merupakan perjanjian yang konsensual sifatnya. Setelah perjanjian kredit ditandatangani oleh bank dan nasabah debitur, nasabah debitur belum berhak menggunakan atau melakukan penarikan kredit. Atau sebaliknya, setelah ditandatangani kredit oleh kedua belah pihak, belumlah menimbulkan kewajiban bagi bank untuk menyediakan kredit sebagaimana yang diperjanjikan. Hak nasabah debitur untuk dapat menarik atau kewajiban bank untuk menyediakan kredit, masih bergantung pada terpenuhinya semua syarat yang ditentukan di dalam perjanjian kredit. 25

2) Kredit yang diberikan oleh bank kepada nasabah debitur tidak dapat digunakan secara leluasa untuk keperluan atau tujuan tertentu oleh nasabah debitur, seperti yang dilakukan oleh peminjam uang atau debitur pada perjanjian peminjaman uang biasa. Pada perjanjian kredit, kredit harus digunakan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di dalam perjanjian, dan pemakaian yang menyimpang dari tujuan itu dapat menimbulkan hak kepada bank untuk mengakhiri perjanjian kredit secara sepihak dan untuk seketika dan sekaligus menagih seluruh baki debet atau outstanding kredit. Hal ini berarti, nasabah debitur bukan merupakan pemilik mutlak dari

(8)

kredit yang diperolehnya berdasarkan perjanjian kredit itu, sebagaimana bila seandainya perjanjian kredit itu adalah perjanjian peminjaman uang. Dengan kata lain, perjanjian kredit bank tidak mempunyai ciri yang sama dengan perjanjianpinjam meminjam atau perjanjian pinjam mengganti. Oleh karena itu, pada perjanjian kredit bank, tidak berlaku ketentuan-ketentuan ke XIII buku III KUH Perdata. 26

3) Yang membedakan perjanjian kredit bank dari perjanjian peminjaman uang adalah mengenai syarat cara penggunaanya. Kredit bank hanya dapat digunakan menurut cara tertentu, yaitu dengan menggunakan Cek atau perintah pemindahbukuan. Cara lai hampir dapat dikatakan tidak mungkin atau tidak diperbolehkan. Pada perjanjian peminjaman uang biasa, uang yang dipinjamkan diserahkan seluruhnya oleh kreditur ke dalam kekuasaan mutlak nasabah debitur. Kredit selalu diberikan dalam bentuk rekening koran yang penarikan dan penggunaannya selalu berada dalam pengawasan bank. 27

Selanjutnya, Remy Sjahdeini menyimpulkan bahwa perjanjian kredit memiliki pengertian secara khusus, yakni : “perjanjian antara bank sebagai

kreditur dengan nasabah sebagai debitur mengenai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, yang mewajibkan nasabah-nasabah debitur untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.” 28

26 Ibid.

(9)

Dari pengertian perjanjian kredit di atas, dapat disimpulkan bahwa perjanjian kredit merupakan kesepakatan yang dibuat antara bank selaku kreditur dengan nasabah selaku debitur mengenai pinjaman dana untuk dijadikan modal dalam suatu usaha yang akan dijalankan debitur, dengan pengembalian dana tersebut pada waktunya yang ditentukan disertai bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha debitur.

Dalam praktiknya, perjanjian kredit ini disetujui oleh bank hanya berdasarkan kepercayaan bahwa debitur akan segera melunasi utangnya pada waktunya tertentu yang telah ditentukan. Oleh karena itu, bank sebelum menyepakati suatu perjanjian kredit harus memiliki keyakinan mengenai kesanggupan, kemampuan, dan kemauan debitur untuk melunasi utangnya. untuk memperoleh keyakinan tersebut, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha debitur. Namun sekalipun bank telah melakukan penilaian yang ketat terhadap para calon debiturnya, kredit yang diberikan selalu mengandung risiko.

Risiko yang mungkin akan dihadapi, terutama oleh pihak perbankan selaku kreditur adalah apa yang biasa sdikenal dengan istilah kredit macet. Yakni suatu keadaan dimana seorang nasabah atau debitur tidak mampu membayar lunas kredit bank pada waktunya. 29 Keadaan yang demikian dalam hukum perdata

disebut wanprestasi atau ingkar janji. Sebagaimana telah diketahui bahwa kredit merupakan perjanjian pinjam uang, maka debitur yang tidak dapat membayar lunas utangnya setelah jangka waktunya habis, adalah wanprestasi.

29 Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit, suatu Tinjauan Yuridis, (Jakarta :

(10)

Kredit macet mempunyai dampak negatif bagi kedua belah pihak. Bagi nasabah, dalam hal ini nasabah yang masih beritikad baik, artinya kredit macet terjadi bukan disengaja, kredit macet berarti ia harus menanggung beban kewajiban yang cukup berat terhadap bank. Karena bunga tetap dihitung terus selama kredit belum dilunasi. Mengingat setiap pinjaman dari bank (konvensional) mengandung bunga, maka jumlah kewajiban nasabah semakin lama akan semakin bertambah besar. Sedangkan bagi bank, dampaknya lebih serius karena selain dana yang disalurkan untuk kredit berasal dari masyarakat, kredit macet juga mengakibatkan bank kekurangan dana sehingga mempengaruhi kegiatan usaha bank. Bank yang terganggu kesehatannya, akan sulit melayani permintaan nasabah, seperti permohonan kredit, penarikan tebungan, dan deposito. Keadaan yang demikian akan mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap bank hingga manjadi berkurang. Bahkan bukannya tidak mungkin izin usaha bank dicabut pemerintah dan dilikuidasi.

3. Kesepakatan Bersama Mengenai Penyelesaian Pinjaman Sebagai Perjanjian Tidak Bernama dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

Kesepakatan Bersama Mengenai Penyelesaian Pinjaman (selanjutnya disebut KBPP) merupakan perjanjian yang dibuat antara Kreditur, Debitur dan Penjamin untuk menyelesaikan pijaman/hutang Debitur kepada Kreditur. Perjanjian ini dibuat antara 3 (tiga) pihak, yaitu:

a. CIMB Niaga yang berkedudukan sebagai Kreditur;

(11)

c. Pemilik Aset yang berkedudukan sebagai Penjamin.

KBPP merupakan sebuah perjanjian yang tidak lepas dari perjanjian sebelumnya, yaitu Perjanjian Kredit yang dibuat oleh Notaris Jhon Langsung, SH Nomor 200 tanggal 31 Juli 2008 antara CIMB Niaga sebagai Kreditur dan Mestikasawit Intijaya sebagai Debitur. Dalam perjanjian tersebut, Pemilik Aset tidak terlibat langsung dalam perjanjian kredit tersebut karena jaminan yang diberikan Mestikasawit Intijaya kepada CIMB Niaga adalah jaminan kebendaan yang merupakan asset dari Mestikasawit Intijaya.

Perjanjian tersebut selanjutnya mengalami 2 (dua) kali addendum, yaitu Addendum Perjanjian Kredit Nomor 0344/Addendum/PK/MDP/IX/2008 tertanggal 5 September 2008 yang berkaitan dengan penambahan fasilitas atas tujuan ppenggunaan untuk transaksi callable forward dan Addendum Perjanjian Kredit Nomor 339/Addendum/PK/MDP/VII/2009 tanggal 24 Juli 2009 untuk penarikan salah satu jaminan yang diberikan. Addendum ketiga merupakan KBPP yang merupakan addendum perjanjian yang tidak terlepaskan dari 3 (tiga) perjanjian sebelumnya yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.

(12)

B. Perjanjian Tentang Kesepakatan Penyelesaian Pinjaman Antara PT. Bank CIMB Niaga Tbk dengan PT. Mestika Sawit Intijaya

1. Dasar Hukum Perjanjian Tentang Kesepakatan Penyelesaian Pinjaman Antara PT. Bank CIMB Niaga Tbk dengan PT. Mestikasawit Intijaya

Penyelamatan dan penyelesaian kredit macet apabila sampai terjadi kredit bermasalah, maka harus melakukan upaya-upaya dalam mengatasi kredit bermasalah sampai tidak ada alternatif lainnya, serta melakukan penghapusan kredit dan pengelolaan kredit yang telah dihapus bukukan. Restrukturisasi Kredit Bank merupakan upaya yang dilakukan oleh Bank dalam rangka perbaikan dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya. 30 Akan tetapi tidak semua kredit bermasalah dapat

direstrukturisasi, bank dilarang melakukan Restrukturisasi Kredit apabila bertujuan hanya untuk menghindari:

a. Penurunan Kualitas Produktif;

b. Peningkatan Pembentukan PPAP; dan/atau

c. Penghentian pengakuan pendapatan bunga yang belum diterima akan tetapi sudah dibukuan sebagai pendapatan bank atau sering disebut dengan bungana

accrual.

Peraturan Bank Indonesia, Nomor: 8/19/PBI/2006 tentang Kualitas Aktiva

Produktif menyatakan bahwa upaya penyelamatan terhadap kredit bermasalah

dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

30 Mariam Liliawati Moejono.,Tinjauan Yuridis Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996

(13)

a. Rescheduling (penjadwalan kembali)

Memperpanjang jangka waktu kredit sehingga debitur mempunyai waktu lebih longgar untuk mencari penyelesaian yang lebih menguntungkan, atau dengan cara memperpanjang jangka waktu angsuran sehingga jangka waktu angsuran menjadi lebih ringan sesuai dengan kemampuannya.

b. Reconditioning (mengubah persyaratan)

1) Kapitalisasi bunga yakni dengan cara bunga dijadikan hutang pokok. 2) Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu maksudnya bunga

yang dapat ditunda pembayarannya, sedangkan pokok pinjaman tetap harus membayar.

3) Penurunan suku bunga agar meringankan beban debitur.

4) Pembebasan bunga diberikan kepada debitur yang tidak mampu lagi membayar kredit, akan tetapi wajib bagi debitur membayar pokok pinjaman sampai lunas.

c. Restructuring (penataan kembali)

Tindakan menambah fasilitas kredit bagi debitur atau dengan cara menambah

equity (modal sendiri) yaitu dengan menyetor fresh money, akan tetapi ini

(14)

1) Penurunan suku bunga kredit.

2) Pengurangan tunggakan bunga kredit. 3) Pengurangan tunggakan pokok kredit. 4) Perpanjangan jangka waktu kredit. 5) Penambahan fasilitas kredit.

6) Pengambilalihan aset debitur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

7) Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan debitur.

Hal tersebut yang mendasari CIMB Niaga dan Mestikasawit Intijaya membuat KBPP. KBPP merupakan upaya penyelamatan kredit macet dengan tindakan pengambilalihan asset debitur (Mestikasawit Intijaya) sesuai dengan ketentuan berlaku. Hal tersebut secara eksplisit dinyatakan dalam Pasal 2 KBPP yang berbunyi:

1.1.Debitur dan Pemilik Aset setuju dan sepakat bahwa penyelesaian hutang debitur kepada kreditur akan diselesaikan dengan cara penyerahan kepada kreditur berupa:

a. Saham sebagaimana disebut di atas

b. Tanah dan bangunan sebagaimana disebut di atas

c. Mesin dan barang dagangan sebagaimana disebut di atas

Keseluruhan saham, tanah bangunan, mesin dan barang dagangan

disebut sebagai “Asset”.

1.2.Aset yang diserahkan sebagaimana ditetapkan dalam ayat 2.1. Pasal ini akan dijual oleh kreditur kepada pihak ketiga dan yang hasil penjualan tersebut diserahkan oleh Debitur dan Pemilik Aset kepada Kreditur dan karenanya menjadi hak sepenuhnya Kreditur, yang akan diperhitungkan sebagai pelunasan seluruh kewajiban Debitur dan Kreditur.

1.3.Debitur dan Pemilik Aset diwajibkan untuk menyerahkan kepada Kreditur jika belum berada di Kreditor, berupa:

a. Saham-saham tersebut atau resipis sebagai pengganti saham-saham

b. Dokumen-dokumen asli kepemilikan atas jaminan, berikut fisik

(15)

1.4.Seluruh Hutang Debitur terhadap Kreditur yang tercantum dalam Pasal 1 ayat 1.1. di atas akan dinyatakan lunas seteah asset terjual seluruhnya dan harga penjualannya telah diterima oleh Kreditur. Selama hasil pembayaran penjualan asset belum diterima oleh kreditur maka hutang

debitur masih terhutang dan dinyatakan belum dibayar”.

Hak dan kewajiban para pihak diatur dalam Pasal 3 KBPP yang pada intinya menyatakan bahwa Mestika Sawit Intijaya dan Pemilik Aset wajib menyerahkan seluruh asset yang dijaminkan pada KBPP kepada Kreditur untuk dijual kepada Pihak Ketiga dimana seluruh hasil penjualan tersebut diserahkan kepada Kreditur untuk selanjutnya diperhitungkan sebagai pelunasan utang debitur kepada kreditur. Dengan demikian,

a. Hak dan Kewajiban Kreditur

Hak Kreditur adalah sebagai berikut:

1) Menerima asset dari Mestikasawit Intijaya dan Pemilik Asset untuk selanjutnya dilakukan penjualan di bawah tangan oleh Kreditur atau Pihak yang ditunjuk Kreditur.

2) Menerima kuasa dari Mestikasawit Intijaya dan Pemilik Aset untuk menjual asset, dimana kuasa tersebut tidak dapat dicabut kembali atau dibatalkan/diakhiri dengan alasan apapun juga termasuk namun tidak terbatas pada alasan-alasan yang dimaksud dalam Pasal 1813 KUH Perdata.

(16)

ataupun memberikan pertanggungjawaban kepada Mestiksawit Intijaya dan Pemilik Aset.

4) Menerima jaminan dari Mestikasawit Intijaya bahwa tidak ada tuntutan di kemudian hari berupa apapun juga terhadap Mestikasawit Intijaya, Pengurus lama mapun Karyawan Mestiksawit Intijaya yang masih menjadi tanggung jawab Mestikasawit Intijaya

5) Menerima Laporan Keuangan Mestikasaeit Intijaya untuk buku tahun 2008 dan 2009 yang mencakup hutang piutang, asset dan kewajiban-kewajiban Mestikasaeit Intijaya dan menjamin bahwa tidak ada kewajiban-kewajiban lain di luar dari yang tercantum dalam Laporan Keuangan tersebut.

6) Kewajiban Kreditur adalah sebagai berikut:

7) Menjual asset milik Mestikasawit Intijaya dan Pemilik Aset sesuai ketentuan yang berlaku dan menggunakan hasil penjualan asset tersebut sebagai pelunasan seluruh hutang/kewajiban Mestikasawit Intijaya dan Pemilik Aset.

b. Hak dan Kewajiban Debitur

Hak Kreditur adalah sebagai berikut:

Seluruh hutang Mestikasawit Intijaya akan lunas apabila seluruh Aset telah terjual kepada Pihak Ketiga dan hasil penjualan tersebut diserahkan kepada CIMB Niaga.

(17)

1) Menyerahkan asset Mestikasawit Intijaya kepada CIMB Niaga untuk selanjutnya dijual CIMB Niaga melalui mekanisme penjualan di bawah tangan.

2) Mengikatkan diri untuk menandatangani akta-akta yang diperlukan untuk penjualan asset kepada Pihak Ketiga yang membeli asset Mestikasawit Intijaya.

3) Memberikan Kuasa kepada CIMB Niaga untuk menjual aset Mestikasawit Intijaya, dimana kuasa tersebut yang tidak dapat dicabut kembali atau dibatalkan/diakhiri dengan alasan apapun juga termasuk namun tidak terbatas pada alasan-alasan yang dimaksud dalam Pasal 1813 KUH Perdata.

4) Memberikan kuasa kepada CIMB Niaga untuk menawarkan, menetapkan harga, syarat-syarat pembayaran syarat-syarat lainnya yang dianggap baik tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu.

5) Melaksanakan berbagai hal yang berkaitan dengan proses penjualan asset seperti melaksanakan penjualan asset (penyerahan kunci-kunci tempat penyimpanan jaminan, penyerahan fisik asset, mengurus dan menyelesaikan ijin-ijin yang diperlukan) dengan menggunakan biaya dari Pemilik Aset.

(18)

7) Memberikan jaminan kepada Kreditur bahwa tidak ada tuntutan di kemudian hari berupa apapun juga terhadap Mestikasawit Intijaya, Pengurus lama mapun Karyawan Mestiksawit Intijaya yang masih menjadi tanggung jawab Mestikasawit Intijaya.

8) Menyerahkan Laporan Keuangan Perseroan untuk buku tahun 2008 dan 2009 yang mencakup hutang piutan, asset dan kewajiban-kewajiban Perseroan dan menjamin bahwa tidak ada kewajiban lain di luar dari yang tercantum dalam Laporan Keuangan tersebut.

9) Menanggung risiko yang timbul dari penjualan asset dan membebaskan CIMB Niaga dari segala tuntutan baik mengenai saham-saham maupun mengenai jaminan tersebut.

c. Hak dan Kewajiban Pemilik Aset

Hak Pemilik Aset adalah sebagai berikut:

Wijayanto telah memberikan jaminan pribadi sebagaimana dinyatakan dalam

Lampiran Addendum Perjanjian Kredit Nomor

0344/Addendum/PK/MDP/IX/2008 tertanggal 5 September 2008. Apabila seluruh Asset telah dijual, maka jaminan perorangan atas nama Wijayanto menjadi berakhir.

Kewajiban Pemilik Aset adalah sebagai berikut:

(19)

2) Mengikatkan diri untuk menandatangani akta-akta yang diperlukan untuk penjualan asset kepada Pihak Ketiga yang membeli asset Pemilik Aset. 3) Memberikan Kuasa kepada CIMB Niaga untuk menjual aset Pemilik Aset,

dimana kuasa tersebut yang tidak dapat dicabut kembali atau dibatalkan/diakhiri dengan alasan apapun juga termasuk namun tidak terbatas pada alasan-alasan yang dimaksud dalam Pasal 1813 KUH Perdata.

4) Memberikan kuasa kepada CIMB Niaga untuk menawarkan, menetapkan harga, syarat-syarat pembayaran syarat-syarat lainnya yang dianggap baik tanpa meminta persetujuan terlebih dahulu.

5) Melaksanakan berbagai hal yang berkaitan dengan proses penjualan asset seperti melaksanakan penjualan asset (penyerahan kunci-kunci tempat penyimpanan jaminan, penyerahan fisik asset, mengurus dan menyelesaikan ijin-ijin yang diperlukan) dengan menggunakan biaya dari Pemilik Aset.

2. Akibat Hukum Perjanjian Kesepakatan Penyelesaian Pinjaman Antara PT. Bank CIMB Niaga Tbk dengan PT. Mestikasawit Intijaya

(20)

Akibat perjanjian tersebut, Aset yang selama ini dijaminkan kepada CIMB Niaga dapat dijual CIMB Niaga melalui penjualan di bawah tangan dimana hasil penjualan tersebut digunakan untuk pelunasan hasil hutang Mestikasawit Intijaya. Selain itu, Wijayanto dan Selly Kustamin yang sebelumnya tidak terlibat langsung secara pribadi dalam perjanjian sebelumnya menjadi para pihak dalam KBPP ini, yaitu sebagai penjamin yang memberikan jaminan kebendaan berupa gadai atas saham sejumlah 23.390 (dua puluh tiga ribu tiga ratus Sembilan puluh) lembar saham Mestikasawit Intijaya kepada CIMB Niaga.

Jaminan kebendaan tersebut diberikan kepada CIMB Niaga untuk dieksekusi dengan cara dijual kepada Pihak Ketiga dimana hasil penjualan tersebut diserahkan sepenuhnya kepada CIMB Niaga untuk diperhitungkan dalam pelunasan hutang Mestikasawit Intijaya.

3. Berakhirnya Perjanjian Kesepakatan Penyelesaian Pinjaman Antara PT. Bank CIMB Niaga Tbk dengan PT. Mestikasawit Intijaya

Sebagai sebuah perikatan, sebuah perjanjian dapat berakhir karena

beberapa hal sebagaimana diatur Pasal 1381 KUH Perdata yang berbunyi sebagai berikut:

“Perikatan hapus:

karena pembayaran;

karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan;

karena pembaruan utang;

karena perjumpaan utang atau kompensasi; karena percampuran utang;

karena pembebasan utang;

(21)

karena berlakunya suatu syarat pembatalan, yang diatur dalam Bab I buku ini;dan

karena lewat waktu, yang akan diatur dalam suatu bab sendiri”.

Berdasarkan Pasal 2.1 jo Pasal 2.2. Perjanjian KBPP menyatakan bahwa perjanjian KBPP berakhir apabila seluruh hutang debitur telah dibayar kepada kreditur. Pembayaran dilakukan melalui mekanisme sebagai berikut:

2. Debitur dan Penjamin menyerahkan jaminan kepada Kreditur untuk dijual kepada Pihak Ketiga;

3. Hasil penjualan jaminan tersebut akan diperhitungkan sebagai pelunasan kewajiban kepada kreditur.

Berdasarkan Pasal 1.1 Perjanjian KBPP berakhir apabila terjadi pembayaran seluruh utang kepada kreditur sebesar Rp. 252.272.045.297,- 31.

Pembayaran utang tersebut dilakukan dengan melakukan penjualan jaminan dan hasil penjualan tersebut digunakan untuk menyelesaikan kewajiban kepada Kreditur dan sisanya dikembalikan kepada debitur serta pemilik jaminan.

Apabila kita melihat total nilai jaminan dan total kewajiban maka dapat diketahui terdapat ketimpangan antara nilai jaminan dan total kewajiban. Total utang sebesar Rp. 252.272.045.297,-(dua ratus lima puluh dua miliyar dua ratus tujuh puluh dua juta empat puluh lima ribu dua ratus Sembilan puluh tujuh Rupiah) sedangkan nilai jaminan adalah sebesar Rp. 100.096.086.000,- (seratus miliyar Sembilan puluh yang enam juta delapan puluh enam ribu Rupiah) terdiri dari:

31 Hutang Kreditur terdiri dari hutang kredit sebesar Rp. 37.736/045.297,- dan Kewajiban

(22)

- Hak Tanggungan Peringkat I atas Setifikat Hak Milik Nomor 65/Pematang Seleng, Setifikat Hak Milik Nomor 246/Pematang Seleng, Setifikat Hak Milik Nomor 342 sebesar Rp. 30.000.000.000,- (tiga puluh miliyar Rupiah);

- Fidusia atas Mesin sebesar Rp. 51.096.086.000,- (lima puluh satu miliyar Sembilan puluh enam juta delapan puluh enam ribu Rupiah)

- Fidusia atas Barang Dagangan sebesar 18.000.000.000,- (delapan belas miliyar Rupiah);

- Gadai atas Saham sejulan 23.390 (dua puluhtiga rbu tiga ratus Sembilan puluh) lembar.

Besarnya ketimpangan tersebut menyebabkan bahwa masih terdapat sisa kewajiban apabila seluruh jaminan dijual sesuai dengan nilai jaminan. Dalam hal masih terdapat sisa kewajiban setelah seluruh asset dijual maka debitur tidak dapat melepaskan diri dari perikatan dengan kreditur untuk menyelesaikan sisa kewajiban tersebut. Debitur masih memiliki perikatan untuk menyelesaikan kewajiban termasuk terhadap seluruh harta yang dimiliki oleh Debitur. Hal tersebut sesuai dengan Pasal 1131 KUH Perdata yang menyatakan “Segala

barang-barang bergerak dan tak bergerak milik debitur, baik yang sudah ada

maupun yang akan ada, menjadi jaminan untuk perikatan-perikatan perorangan

debitur itu”. Demikian juga sebaliknya, apabila seluruh kewajiban debitur dapat

Referensi

Dokumen terkait

Data dalam penelitian ini adalah kumpulan dialog-dialog dari Joan Jett dalam naskah film The Runaways karya Floria Sigismondi yang termasuk kedalam jenis dari

Definisi perancangan (menurut Al-Bahra. Dalam Jurnal Ridwan Setiawan 2005) yang terdapat dalam buku yang berjudul Analisis dan Desain Sistem Informasi , menjelaskan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : Tidak ada pengaruh pengembangan cuff ETT menggunakan spuit dan cuff inflator terhadap denyut nadi

memberitahukan kebakaran pada suatu ruangan yang baik akan terdiri dari : ƒ Sensor; untuk mendeteksi tanda-tanda kebakaran.. ƒ Mikrokontroller; untuk mengolah informasi dari sensor

[r]

Selain dua hal yang telah disebutkan diatas, mahasiswa juga bisa mendapatkan informasi terkini mengenai kampus ataupun yang berhubungan dengan mata kuliah yang diambil, diskusi

[r]

[r]