• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakterisasi dan Isolasi Senyawa Triterpenoid Steroid dari Daun Nipah (Nypa fruticansWurmb.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakterisasi dan Isolasi Senyawa Triterpenoid Steroid dari Daun Nipah (Nypa fruticansWurmb.)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Uraian Tumbuhan

2.1.1 Morfologi tumbuhan

Nipah mirip sekali dengan tumbuhan sago muda, akan tetapi nipah tidak berduri dan tidak berbatang. Daun-daunnya timbul pada sebuah rimpang mendatar yang terbenam di dalam tanah berlumpur (Heyne, 1950).Akar serabut dapat mencapai panjang 13 meter. Dari rimpang tumbuh daun majemuk setinggi 3-8,5 meter dengan tangkai daun sekitar 1-1,5 m (Steenis, dkk., 1947). Panjang anak daun dapat mencapai 100 cm dan lebar daun 4-7 cm. Daun nipah yang masih muda berwarna kuning sedangkan yang tua berwarna hijau.Daunnya seperti susunan daun kelapa (Siregar, 2012).

Bunga nipah majemuk muncul dari ketiak daun dengan bunga betina terkumpul di ujung membentuk bola dan bunga jantan tersusun dalam malai serupa untai merah, jingga atau kuning pada cabang di bawahnya.Panjang tangkai bunga mencapai 100-170 cm. Tandan bunga inilah yang dapat disadap untuk diambil niranya (Siregar, 2012).

Buah nipah berbentuk bulat telur dan gepeng, berwarna coklat kemerahan.Panjang buahnya sekitar 13 cm dengan lebar 11 cm (Siregar, 2012).Buah berkelompok membentuk bola berdiameter sekitar 30 cm, dalam satu tandan dapat terdiri antara 30-50 butir buah (Steenis, dkk., 1947).

2.1.2 Habitat tumbuhan

(2)

pasang surut air laut dan tumbuhan ini dikelompokan ke dalam ekosistem mangrove (Heriyanto, dkk., 2011).

2.1.3 Sistematika tumbuhan

Sistematika tumbuhan nipah menurut Nurani (2015), sebagai berikut: Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Class : Monocotyledoneae Ordo : Arecales

Famili : Arecaceae Genus : Nypa

Spesies : Nypa fruticans Wurmb.

2.1.4 Nama asing

Nipah dikenal dengan nama attap palm (Singapura), nipa palm (Filipina), chak (Thailand), dua la (Vietnam), dani (Myanmar) (Siregar, 2012; Tsuji, dkk., 2011).

2.1.5 Nama daerah

(3)

2.1.6Kandungan kimia

Nipah merupakan tumbuhan mangrove yang tumbuh secara berkelompok pada daerah yang terpengaruh oleh pasang surut air laut. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan hanya sedikit informasi tentang kandungan dari daun nipah, tetapi pada umumnya tumbuhan mangrove mengandung senyawa kimia seperti: senyawa alkaloid, saponin, tanin, benzoquinon, naphthoquinon, flavonoid, polifenol, sesquiterpen, diterpen, triterpen, sterol, karbohidrat, dan lemak (Purnobasuki, 2004).

2.1.7Kegunaan tumbuhan

Masyarakat telah menggunakan nipah dalam bidang pengobatan seperti obat sakit perut, diabetes, dan obat penurun panas oleh masyarakat pesisir perairan Banyuasin Sumatera Selatan. Masyarakat Kalimantan menggunakan arang dari akar tumbuhan nipah sebagai obat sakit gigi, dan sakit kepala (Putri,dkk., 2012), sebagai obat maag (Rizki, dkk., 2012), dan sebagai obat sinusitis (Purnobasuki, 2004).

(4)

2.2Uraian Kimia

2.2.1 Triterpenoid/steroid

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik, yaitu skualen. Senyawa tersebut mempunyai struktur siklik yang relatif kompleks kebanyakan merupakan suatu alkohol, aldehid atau asam karboksilat. Triterpenoid adalah senyawa tanpa warna, berbentuk kristal, sering kali bertitik leleh tinggi dan aktif optik, dapat dibagi atas 4 kelompok senyawa yaitu triterpen sebenarnyasteroid, saponin dan glikosida jantung (Harborne, 1984). Struktur kimia isopren dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Struktur kimia isoprene (Robinson, 1991)

Pembagian triterpenoid berdasarkan jumlah cincin yang terdapat pada struktur molekulnya (Robinson, 1991), antara lain:

a. triterpenoid asiklik, yaitu triterpenoid yang tidak mempunyai cincin tertutup dalam cincin molekulnya, contohnya skualen.

b. triterpenoid trisiklik, yaitu triterpenoid yang mempunyai tiga cincin tertutup dalam cincin molekulnya, contohnya ambrein.

(5)

d. triterpenoid pentasiklik, yaitu triterpenoid yang mempunyai lima cincin tertutup dalam cincin molekulnya, contohnya α-amirin. Contoh struktur kimia triterpenoid dapat dilihat pada Gambar 2.2- 2.6.

Gambar 2.2. Struktur dasar triterpen (Robinson, 1991)

Gambar 2.3.Skualen (Robinson, 1991)

(6)

Gambar 2.5. Lanosterol (Robinson, 1991)

Gambar 2.6.α-Amirin (Harbone, 1984)

Steroid adalah triterpen yang kerangka dasarnya sistem cincin siklopentana perhidrofenanten (Harborne, 1984), dapat dilihat pada Gambar 2.7 berikut ini:

Gambar 2.7.Struktur dasar steroid dan sistem penomorannya (Robinson, 1991) 2

1

4 5

6 3

7 8

0 1

2

3

4 5

6

(7)

Senyawa steroid dahulu dianggap sebagai senyawa yang hanya terdapat pada hewan tetapi sekarang ini makin banyak senyawa steroid yang ditemukan dalam tumbuhan (fitosterol).Fitosterol merupakan senyawa steroid yang berasal dari tumbuhan.Senyawa fitosterol yang biasa terdapat pada tumbuhan tinggi yaitu sitosterol, stigmasteroldankampesterol (Harborne, 1984).

2.2.2 Alkaloid

Menurut Harborne, alkaloid adalah senyawa bersifat basa yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen yang terletak dalam sistem siklik. Alkaloid mempunyai aktivitas fisiologi yang menonjol sehingga digunakan secara luas dalam bidang pengobatan.

Ada tiga pereaksi yang sering digunakan dalam skrining fitokimia untuk mendeteksi golongan senyawa alkaloid sebagai pereaksi pengendapan yaitu pereaksi Mayer, Bouchardat dan Dragendroff (Farnsworth, 1966).

2.2.3 Glikosida

Glikosida adalah senyawa organik yang bila dihidrolisis menghasilkan satu atau lebih gula yang disebut glikon dan bagian bukan gula disebut aglikon.Gula yang paling sering dijumpai dalam glikosida adalah glukosa.Sacara kimia dan fisiologi, glikosida alam cenderung dibedakan berdasarkan bagian aglikonnya (Robinson, 1991).

Menurut Farnsworth (1966), berdasarkan hubungan ikatan antara aglikon dan glikonnya, glikosida dapat dibagi menjadi empat yaitu:

(8)

glikon dengan aglikon melalui atom N, contoh: krotonosidin.d. tipe C-glikosida, ikatan antara bagian glikon dengan aglikon melalui atom C, contoh: barbaloin.

2.2.4 Flavonoid

Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-C6, artinya kerangka karbonya terdiri atas dua gugus C6 (cincin benzene tersubstitusi) disambungkan oleh rantai alifatik tiga karbon (Robinson, 1991).Flavonoid mencangkup banyak pigmen yang banyak terdapat pada tumbuhan mulai dari jamur sampai angiospermae.Pada tumbuhan tinggi, flavonoid terdapat baik dalam bagian vegetatif maupun dalam bunga. Fungsi flavonoid pada tumbuhan adalah dapat menarik burung dan serangga yang membantu proses penyerbukan, pengatur tumbuh, pengatur fotosintesis, kerja antimikroba dan antivirus (Robinson, 1991).

2.2.5 Saponin

Saponin adalah sekelompok senyawa dengan struktur triterpenoid yang mengikat satu atau lebih gula sehingga memiliki sisi hidrofil dan lipofil dengan penggocokan akan menimbulkan buih (Batee, 2014). Saponin merupakan senyawa aktif permukaan yang kuat, dapat menimbulkanbusa jika dikocok dalam air, pada konsentrasi rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah (Robinson, 1991). Uji saponin sederhana adalah dengan mengocok ekstrak alkohol air dari tumbuhan dalam tabung reaksi, maka akan terbentuk busa yang bertahan lama pada permukaan cairan (Harborne, 1984).

2.2.6 Tanin

(9)

mempunyai rasa sepat dan memiliki kemampuan menyamakan kulit.Tanin terdapat luas dalam tumbuhan berpembuluh, dalam angiospermae terdapat khusus dalam jaringan kayu (Harborne, 1984).

2.3 Ekstraksi

Ekstraksiadalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut menggunakanpelarut cair.Simplisia yang diekstraksi mengandung senyawa aktifyangdapat larut dan senyawa yang tidak dapat larut seperti serat, karbohidrat,protein dan lain-lain. Senyawa aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan kedalam golongan minyak atsiri, alkaloida, flavonoida dan lain-lain. Mengetahui senyawa aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan pelarut dengan cara yang tepat(Depkes,RI., 2000).

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan danmassa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen, POM., 1995).

2.3.1 Metode ekstraksi

Menurut Depkes, RI., (2000), ada beberapa metode ekstraksi yaitu: 1. Cara dingin

Ekstraksi dengan cara dingin terdiri dari: a. Maserasi

(10)

denganbeberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruang (kamar). Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinu (terus menerus).Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama dan maserat selanjutnya.

b. Perkolasi

Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction) yang umumnya dilakukan pada temperatur ruang. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

2. Cara panas

Ekstraksi dengan cara panas terdiri dari: a. Refluks

Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya pada metode ini dilakukan pengulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.

b. Sokletasi

Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinue dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

c. Digesti

(11)

ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-50°C. d. Infudasi

Infudasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90oC selama 15 menit.

e. Dekoktasi

Dekoktasi adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada temperatur 90oC selama 30 menit.

2.4 Kromatografi

Kromatografi adalah istilah umum untuk berbagai cara pemisahan berdasarkan partisi cuplikan antara fase bergerak, dapat berupa gas atau zat cair, dan fase diam, dapat berupa zat cair atau zat padat. Pada tahun 1903 Tswett menguraikan karyanya mengenai pemakaian kolom kapur untuk memisahkan pigmen dalam daun.Istilah kromatografi digunakan Tswett untuk menggambarkan daerah berwarna yang bergerak ke bagian bawah kolom (Johnson dan Stevenson, 1978).

Menurut Sastrohamidjojo (1985), cara-cara kromatografi dapat digolongkan sesuai dengan sifat-sifat dari fase diam, yang berupa zat padat atau cair. Jika fase diam berupa zat padat disebut kromatografi serapan,jika berupa zat cair disebut kromatografi partisi. Karena fasegerak berupazat cair atau gas maka terdapat 4 macam sistem kromatografi, yaitu:

a. fase gerak zat cair - fase diam padat (kromatografi serapan): - kromatografi lapis tipis

- kromatografi kolom

(12)

- kromatografi gas - padat

c. fase gerak zat cair - fase diam zat cair (kromatografi partisi) - kromatografi kertas

d. fase gerak gas - fase diam cair - kromatografi gas - cair - kromatografi kolom kapiler

Pemisahan dengan kromatografi tergantung pada kenyataan bahwa senyawa-senyawa yang dipisahkan terdistribusi diantara fase gerak dan fase diam dalam perbandingan yang sangat berbeda-beda dari satu senyawa terhadap senyawa yang lain (Sastrohamidjojo, 1985).

2.4.1 Kromatografi lapis tipis

Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah metode pemisahan fisikokimia.Lapisan yang memisahkan, yang terdiri atas bahan berbutir-butir (fase diam), ditempatkan pada penyangga berupa pelatgelas, logam, atau lapisan yang cocok. Campuran yang akan dipisahkan, berupa larutan, ditotolkan berupa bercak atau pita. Setelah plat atau lapisan diletakkan dalam bejana tertutup rapat yang berisi larutan pengembang yang cocok (fase gerak), pemisahan terjadi selama perambatan kapiler. Senyawa yang tidak berwarna harus ditampakkan/dideteksi (Stahl,1973).

a. Fase diam (lapisan penyerap)

(13)

mikron.Partikel dengan butiran yang kasar tidak akan memberikan hasil pemisahan yang memuaskan (Sastrohamidjojo, 1985).Fase diam yang umum digunakan dalam KLT ada empat, yaitu: silika gel, alumina, kieselguhr, dan selulosa.

1. Silika gel

Silika gel merupakanfase diam yang paling sering digunakan dalam KLT. Adabeberapajenis silika gel yang dapat digunakan, yaitu: silika gel G,

silika gel H,dan silika gel PF (Adnan, 1997). 2. Alumina

Penggunaan alumina dalam KLT tidak sesering silikagel. Aluminadapat digunakan dalam memisahkan bermacam-macam senyawa seperti terpena, alkaloid, steroid, dan senyawa-senyawa alisiklik, alifatik, serta aromatik. Sebagai fase diam, alumina tidak mengandung zat perekat, mempunyai sifat sedikit alkalis dan dapat digunakan baik tanpa maupun dengan aktivasi (Adnan, 1997).

3. Kieselguhr dan selulosa

Kieselguhr dan selulosa merupakan bahan penyangga yang berbeda penggunaannya dari silika gel dan alumina karena fase diam ini digunakan dalam memisahkan senyawa polar seperti asam amino, karbohidrat, nukleotida (Gritter, dkk., 1991).

b. Fase gerak (pelarut pengembang)

(14)

yang bertujuan untuk memperoleh pemisahan senyawa yang baik. Kombinasi pelarut adalah berdasarkan atas polaritas masing-masing pelarut, sehingga dengan demikian akan diperoleh sistem pengembang yang cocok. Pelarut pengembang yang digunakan dalam kromatografi lapis tipis antara lain: n-heksana, karbontetraklorida, benzen, kloroform, eter, etilasetat, piridian, aseton, etanol, metanol dan air (Gritter, dkk., 1991).

c. Visualisai dan identifikasi noda

Visualisasi dimaksudkan untuk melihat komponen penyusun yang sudah terpisah setelah proses pengembangan. Visualisasi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, misalnya dapat digunakan uap iodium, sinar ultraviolet khususnya apabila digunakan adsorben yang mengandung fosfor. Cara lain yaitu dengan charringatau dengan penyemprotan menggunakan reagensia tertentu (Adnan, 1997).

d. Harga Rf

Mengidentifikasi noda-noda dalam kromatografi lapis tipis sangat lazim menggunakan harga Rf (Retardation Factor) mulai dari 0 sampai 1.

�� = Jarak titik pusat bercak dari titik awal Jarak garis depan pelarut dari titik awal

Faktor-faktor yang mempengaruhi harga Rf yaitu struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan, sifat penjerap, tebal dan kerataan dari lapisan penjerap, pelarut dan derajat kemurniannya, derajat kejenuhan uap pengembang dalam bejana, teknik percobaan, jumlah cuplikan yang digunakan, suhu dan kesetimbangan (Sastrohamidjojo, 1985).

(15)

Salah satu metode pemisahan yang memerlukan pembiayaan paling murah dan memakai peralatan paling dasar adalah kromatografi lapis tipis preparatif (KLTP). Berbagai penelitian telah dilakukan untuk memeriksa pengaruh ketebalan dari penjerap terhadap kualitas pemisahan, tetapi ketebalan penjerap yang paling sering digunakan adalah 0,5-2 mm. Ukuran plat kromatografi yang digunakan biasanya 20 x 20 cm. Fase diam yang paling sering digunakan adalah silika gel dengan ukuran partikel dan mutu yangsamadengan yang digunakan pada kromatografi lapis tipis (Hostettmann, dkk., 1986).

Penotolan cuplikan dilakukan dengan melarutkan cuplikan dalam sedikit pelarut.Cuplikan ditotolkan berupa pita dengan jarak sesempit mungkin karena pemisahan tergantung pada lebar pita.Penotolan dapat dilakukan dengan pipet tetapi lebih baik dengan penotol otomatis.Pelarut yang baik untuk melarutkan cuplikan adalah pelarut yang atsiri. Pengembangan plat KLT preparatif dilakukan dalam bejana kaca yang dapat menampung beberapa plat. Bejana dijaga tetap jenuh dengan pelarut pengembang dengan bantuan kertas saring yang diletakkan berdiri disekeliling permukaan bagian dalam bejana. Pita ditampakkan dengan cara yang tidak merusak maka senyawa yang tidak berwarna dengan penjerap dikerok dari plat kaca. Cara ini berguna untuk memisahkan campuran beberapa senyawa sehingga diperoleh senyawa murni (Gritter, dkk., 1991).

2.4.3 Kromatografi lapis tipis dua arah

(16)

tertentu sehingga memungkinkan untukmelakukan pemisahan analit yang mempunyai tingkat polaritas yang hampir sama(Rohman, 2009).

Kromatografi lapis tipis dua arah dilakukan dengan melakukan penotolan sampel disalah satu sudut lapisan lempeng tipis dan mengembangkannya sebagaimana biasa dengan eluen pertama.Lempeng kromatografi selanjutnya dipindahkan dari chamber yang menggunakan eluen kedua sehingga pengembangan dapat terjadi pada arah kedua yang tegak lurus dengan arah pengembangan yang pertama.Suksesnya pemisahan tergantung pada kemampuan untuk memodifikasi selektifitas eluen kedua dibandingkan dengan selektifitas eluen pertama (Rohman, 2009).

2.5 Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometer UV pada umumnya digunakan untuk menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonjugasi dan auksokrom dari suatu senyawa organik, menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang maksimum suatu senyawa dan mampu menganalisis senyawa organik secara kuantitatif dengan menggunakan hukum Lambert-Beer (Dachriyanus, 2004).

Elektron yang terlibat dalam beberapa molekul organik padapenyerapan sinar UV adalah elektron sigma (δ), elektro phi (π) dannon bonding electron (n).Elektron δ merupakan elektron yang membentukikatan tunggal dan elektron π

terdapat ikatan rangkap (Gandjar dan Rohman, 2012).

(17)

Spektra inframerah mengandung banyak serapan yang dihubungkan dengan sistem vibrasi yang berinteraksi dalam molekul, dan karenamempunyai karakteristik yang unik untuk setiap molekul maka dalam spektrum memberikan pita-pita serapan yang karakteristik juga (Sastrohamidjojo, 1985).

Gambar

Gambar 2.1 Struktur kimia isoprene (Robinson, 1991)
Gambar 2.3.Skualen (Robinson, 1991)
Gambar 2.6.α-Amirin (Harbone, 1984)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Multimedia adalah suatu konsep dalam bidang teknologi informasi, dimana dalam bentuk teks, gambar, suara, animasi dan video yang disatukan dalam komputer untuk disimpan, diproses

Kegiatan event-event masing-masing OPD (event kota, provinsi, nasional dengan menampilkan foto dan narasi foto) (setiap

[r]

Oleh karena itu penulis membuat sebuah aplikasi multimedia tentang flipflop yang dapat digunakan untuk pembelajaran mata kuliah Sistem Digital dan Organisasi Komputer, agar

[r]

[r]

Pada Penulisan Ilmiah ini, diuraikan pembuatan animasi pengenalan bahasa Jepang dengan menggunakan Macromedia Flash MX, yang dalam penulisannya terdapat abjad dan angka dalam