• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menjelaskan posisi benda langit pada bola langit. Memilih sistem koordinat yang tepat untuk menjelaskan sebuah situasi. Koordinat itu berada pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Menjelaskan posisi benda langit pada bola langit. Memilih sistem koordinat yang tepat untuk menjelaskan sebuah situasi. Koordinat itu berada pada"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Menjelaskan posisi benda langit pada bola langit.

Memilih sistem koordinat yang tepat untuk

menjelaskan sebuah situasi. Koordinat itu berada

pada permukaan bola.

Melakukan transformasi antar sistem koordinat

yang berbeda.

Melakukan koreksi terhadap posisi pengamatan.

Menjelaskan konsep gerak diri bintang, gerak

(3)

Apa yang disebut dengan Astronomi Bola?

1.

Benda-benda langit tampak melekat pada

sebuah bentuk setengah bola yang

memiliki diameter tak terhingga

2.

Posisi sebuah benda pada permukaan bola

: Arah pada permukaan bola

3.

Didefinisikan tata koordinat 2 Dimensi

(4)

Z N O G1 G'1

*

S2 S'2

*

S1 S'1

Gambar 1. Proyeksi posisi S1 dan S2 pada Bola langit

Jarak sudut antara dua bintang, S1 dan S2 didefinisikan sebagai besar sudut S OS1 2 = besar sudut S OS1' 2 ' atau S OG2 1 =S OG'2 '1. Jarak ke bintang-bintang tidak diperhitungkan (tampak terproyeksi pada bola langit di di S1’, S2’, dan G1’ (lihat Gambar 1).

(5)

*

Polaris

Bumi

Bola langit yang berputar

Kutub Langit Selatan (KLS) KLU

Ekuator langit

Gambar 2. Bola langit yang menunjukkan KLU, KLS dan Equator langit. Bintang Polaris terletak dekat sekali dengan KLU

Proyeksi kutub-kutub Bumi pada bola langit adalah Kutub Langit Utara (KLU) dan Kutub Langit Selatan (KLS)

(6)
(7)
(8)

Cosmogony

A

cosmogony

is theory about Earth’s place in the

universe.

A

geocentric

cosmogony is a theory that proposes

Earth to be at the center of the universe.

A

heliocentric

cosmogony is a theory that proposes

the Sun to be at the center of the universe.

(9)

Which is the geocentric cosmogony and

which is the heliocentric cosmogony?

(10)

Planets were often called

wandering stars

because

they move from one constellation to the next.

(11)

For most of human history, we have thought

the universe was geocentric

(12)

Copernicus devised the first

comprehensive heliocentric

cosmology to successfully

explain retrograde motion

(13)

Gerak Semu Planet

Gambar 17 Gerak Retrograde Planet Mars

(14)

Copernicus devised the first

comprehensive heliocentric

cosmology to successfully

explain retrograde motion

(15)

Gambar 18. Ilustrasi gerak Retrograde

Orbit Bumi

(16)
(17)

Venus Bumi

Gambar 19. Konjungsi dan Oposisi beberapa planet

Mars Konjungsi

(18)

Periode Sinodis

•Fenomena dari konsep geosentrik

•Interval waktu dari dua buah konfigurasi planet-Matahari yang sama

•P1=periode sideris planet/Bumi •P2=periode sideris Bumi/planet •S = periode sinodis planet

•Relasi periode sideris dan periode sinodis planet: 1/S = 1/P1 - 1/P2

•Kasus 1: Jika planet inferior, P1 = periode sideris planet dan P2=periode sideris Bumi

•Kasus 2: Jika planet superior, P1 = periode sideris Bumi dan P2=periode sideris planet

(19)

Fasa planet

 Fasa (q)= 0.5(1+cos f)

 f = sudut yang dibentuk Matahari-Planet-Bumi

 Kasus 1: planet inferior konjungsi inferior, f = 180o ,, permukaan planet yang gelap menghadap Bumi, cth. Bulan baru

 Kasus 2: planet inferior konjungsi superior, f = 0o , permukaan planet yang terang menghadap Bumi, cth. Bulan purnama

 Kasus 3: planet superior, 0 <= f<90o,

 f=0 bila oposisi

 f mendekati 90 bila pada mendekati poisisi kuadratur timur atau barat

 Untuk menghitung fasa setelah konjungsi inferior planet inferior atau setelah oposisi planet superior:

 tanf=.(a sinq) / (b – a cosq) , a dan b merupakan panjang radius vektor

Matahari-Bumi dan Matahari-Planet

(20)

Bola langit yang berputar KLS KLU Bumi Ekuator langit dan horizon

* Lingkaran harian bintang

Gambar 5. Bola langit dilihat dari Kutub Utara (KU)

Di Kutub. Jika kita berdiri di salah satu kutub, sumbu rotasi benda langit (sebenarnya Bumi) adalah poros KLU-KLS. Bintang-bintang akan tampak berputar melingkar terhadap titik tepat di atas kepala. Bintang tidak terbit dan tidak terbenam. Lintasan yang ditempuh bintang dalam bola langit ini disebut lingkaran harian.

(21)

KLU KLS Bumi

Ekuator langit

Bola langit

*

Di Ekuator. Jika kita berdiri di ekuator, ekuator langit membentang melintas kepala kita, dari Timur ke Barat dan sumbu rotasi langit adalah garis dari Utara ke Selatan. Dari ekuator, bintang tampak terbit tegak lurus di horizon timur dan terbenam di horizon barat. Dari ekuator kita bisa melihat semua bintang.

Gambar 6.Bola langit dilihat dari Ekuator

(22)

Ekliptika Maret Juni September Desember U S 23½

Ekliptika

Gambar 7. Revolusi Bumi mengitari Matahari

(23)

Gerak Matahari Ekuator langit Ekliptika 22 Jun 22 Des 21 Mar 23 Sep

Gambar 8.Gerak tahunan Matahari pada bola langit

Dari titik pandang Bumi, Matahari seolah-olah bergerak pada bola langit.

(24)

Bumi Kutub Utara Ekuator  Greenwich, England Meridian Greenwich  Suatu tempat pada Bumi Meridian suatu tempat bujur lintang

Gambar 9 .Sistem Lintang-Bujur

Sistem Koordinat

(25)

*

Lintasan vertikal bintang KLU Meridian lokal pengamat Zenith Nadir U S Horizon pengamat B T Azimuth tinggi

(26)

Ekliptika Ekuator langit Bola langit KLU Vernal equinox a 

Gambar 11. Asensiorekta dan Deklinasi

*

(27)

Waktu

Ada tiga satuan standar waktu yaitu:

a. Hari : panjang waktu satu kali rotasi Bumi

i. Hari matahari (solar day): Acuan matahari. Interval waktu dari saat terbit Matahari ke saat terbit berikutnya atau dari saat terbenam Matahari ke saat terbenam berikutnya

ii. Hari sideris (siderial day) : Acuan bintang. Interval waktu dari saat sebuah bintang berada di atas kepala sampai bintang tersebut kembali berada di atas kepala.

b. Tahun: panjang waktu satu kali revolusi Bumi c. Bulan : panjang waktu satu kali rotasi Bulan

(28)

Bumi pada t1 Bumi pada t2

ke bintang

Gambar 12. Perbedaan antara hari matahari dan hari sideris

          

Satu hari matahari = 24 jam

Satu hari sideris = 23 jam 56 menit

(29)

U S B Horizon KLU Pengamat Z Meridian pengamat Ekuator langit T

Sudut Jam

Gambar 13. Sudut Jam : seberapa jauh sebuah bintang sudah meninggalkan meridian (titik sigma, ) ke arah Barat

(30)

Waktu Sideris

Hari sideris dimulai ketika vernal equinox ada di meridian lokal (SJ

 )

 =0) dan berakhir ketika vernal equinox kembali melintas di meridian (23 jam 56 menit waktu (hari kemudian)).

Titik acuan waktu dsideris adalah vernal equinox (titik  = Aries). Waktu sideris Lokal (WSL) didefinisikan sebagai sudut jam dari vernal equiniox SJ )

( )

WSL = SJ Equation 1

Sebuah bintang yang diperlihatkan dengan lingkaran jam, memiliki asensiorekta a (diukur ke arah Timur dari titik  dan sudut jam, SJ (diukur ke arah barat dari titik

).

Perhatikan:

( ) 0

a  = WSL = SJ(*)a(*) Equation 2

Jika * (bintang) diganti dengan  , akan diperoleh: ( ) ( )

WSL = SJ  a  Equation 3

(31)

Ekuator langit KLU WSL = SJ () Vernal Equinox ()

Gambar 14. Definisi Waktu Sideris Lokal

Lingkaran mencerminkan equator langit dan titik di pusat lingkaran adalah KLU. Panjang panah menyatakan sudut jam dari vernal equinox. Sudut jam diukur ke arah Barat (searah jarum jam bila dilihat dari Utara) dari titik sigma, , ke vernal equinox.

(32)

Ekuator langit KLU SJ () Vernal quinox WSL * a ()

(33)

Fasa Bulan

(34)

Orbit Bumi

Ke Matahari

Gambar 22. Arah Rotasi Bumi

Sore

(35)

Geometri Bola dan

Geometri Bidang Datar

Bidang Datar

Bila 2 garis tegak lurus

garis ke 3, maka ke-2 garis tersebut sejajar

Bila 2 garis tak sejajar,

maka ke-2 garis itu akan memotong di satu titik

Bidang Bola

Bila 2 garis tegak lurus

garis ke 3, maka ke 2 garis tersebut belum tentu sejajar

Bila 2 garis tak sejajar, maka ke-2 garis itu

belum tentu memotong di satu titik

(36)

Geometri Bola dibentuk oleh: lingkaran besar, lingkaran kecil, dan sudut-sudut bola

 Lingkaran Besar yaitu lingkaran pada permukaan bola yang

pusatnya berimpit dengan pusat bola dan membagi bola sama besar

 Lingkaran kecil yaitu lingkaran pada permukaan bola tetapi

pusatnya tidak berimpit dengan pusat bola

 Kutub yaitu titik potong garis tengah yang tegak lurus

bidang lingkaran besar dengan bola

 Sudut bola yaitu sudut yang terbentuk jika dua lingkaran

besar berpotongan.

 Segitiga Bola terbentuk jika tiga lingkaran besar saling

berpotongan satu dengan yang lain membentuk suatu bagian dengan 3 sudut yang mengikuti ketentuan:

Jumlah dua sudut bola > sudut ke-3

Jumlah ketiga sudut > 180 derajat

(37)

Kutub Kutub

Pusat Bola

Lingkaran kecil

Lingkaran besar

(38)

Geometri Bola

Lingkaran kecil

Lingkaran besar

(39)

Sifat-sifat

segitiga bola

Sudut A, B, dan C adalah sudut bola; dan a, b, dan c adalah sisi-sisi segitiga bola ABC.

0 < (a + b + c) < 360

180 < (A + B + C) < 540

a + b > c, a + c > b, b + c > a a > b A > B ; a = b A = B

Ekses sudut bola, yaitu selisih

antara jumlah sudut-sudut A, B, dan C sebuah segitiga bola dengan radians (180°) adalah: E = A + B + C  (rad)

a

b

(40)

Formula Segitiga

Bola

Empat buah formula yang

biasa digunakan adalah

:

Formula cosinus demikian pula • Formula sinus A cos c sin b sin c cos b cos a cos =    

B

cos

a

sin

c

sin

a

cos

c

cos

b

cos

=

c

sin

C

sin

b

sin

B

sin

a

sin

A

sin

=

=

A

cos

c

cos

b

sin

c

sin

b

cos

B

cos

a

sin

=

B

cot

C

sin

b

cot

a

sin

C

cos

a

cos

=

a

b

c

Formula empat bagian

(41)

Formula Sinus:

sin

sin

sin

sin

sin

sin

A

B

C

a

=

b

=

c

Catatan: untuk

a, b, c

yang kecil

(dalam radian):

sin

A

sin

B

sin

C

a

=

b

=

c

(Aturan sinus untuk

(42)

Segitiga Bola Siku-Siku

Segitiga bola dengan

sedikitnya

satu buah

sudutnya sama dengan 90

disebut

segitiga

bola siku-siku

.

C

A

B

90

Khusus pada segi-tiga

bola siku-siku berlaku

aturan “NAPIER”,

yaitu aturan putaran

lima unsur.

a

b

(43)

Aturan Napier

(siku-siku di B)

Sinus unsur tengah = hasil kali tangen unsur yang mengapit

Sinus unsur tengah = hasil kali cosinus unsur yang berhadapan a 90 - A c 90 - B 90 - C

(44)

Tata Koordinat Astronomi

Komponen-komponen dasar pada Tata Koordinat Astronomi:

Lingkaran Dasar Utama: yang membagi bola menjadi 2

belahan, belahan utara dan belahan selatan

Kutub-kutub: pada diameter bola yang tegak lurus lingkaran

dasar utama

Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui

kutub-kutub lingkaran dasar utama, tegak lurus lingkaran dasar utama

Titik asal: titik acuan pengukuran besaran koordinat I Koordinat I(“absis”): dihitung dari titik asal sepanjang

lingkaran dasar utama

Koordinat II(“ordinat”): dihitung dari lingkaran dasar

(45)

KS KU

Lingkaran Dasar Utama Lingkaran Dasar Kedua

(46)

Tata Koordinat Bumi

Lingkaran Dasar Utama: lingkaran

Ekuator

Kutub-kutub:

Kutub Utara (KU)

dan

Kutub Selatan (KS)

Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui meridian

pengamat

Titik asal: titik potong ekuator dengan meridian Greenwich  Koordinat I: bujur,  atau , dihitung dari meridian

Greenwich ke meridian pengamat:

0° <  < 180° atau 0h < < 12h ke timur dan ke barat

 Koordinat II: lintang f, dihitung:

0° < f < 90° ke arah KU, dan -90° < f < 0° ke arah KS

(47)

Sistem Koordinat Bumi

•Lingkaran besar adalah lingkaran yang berpusat di pusat bola Bumi.

•Panjang busur lingkaran besar merupakan sudut yang dibentuk oleh kedua ujungnya dilihat dari pusat bola Bumi. •Lingkaran besar merupakan geodesik (jarak terpendek antara dua titik di permukaan bola).

(48)

Lingkaran

kecil

yang

sejajar

dengan

khatulistiwa

disebut

lingkaran

lintang

(parallel of latitude).

Keliling sebarang lingkaran kecil untuk suatu

lintang tertentu:

Keliling = 360

0

x cos (

f

)

Panjang busur lingkaran kecil di antara dua

buah bujur:

(49)

Exercise

Alderney, di Kepulauan Channel, memiliki

bujur 2°W dan lintang 50°N. Sementara

Winnipeg di Kanada, memiliki bujur 97°W

dan lintang 50°N. Berapakah jarak pisah

kedua kota, dalam

mil laut

, di sepanjang

(50)

Exercise

Jarak di sepanjang

parallel of latitude

adalah



x

cos(

f

) = (97° - 2°) cos(50°)

= 61,06°

Dengan mengingat 1° = 60 mil laut, maka jarak pisah

kedua kota adalah 61,06 x 60 =

3663 mil laut.

Catatan:

1 mil laut

 busur lingkaran besar sepanjang 1 menit

busur di permukaan Bumi.

(51)

Tata Koordinat Horison

Lingkaran Dasar Utama:

Bidang Horison

 Kutub-kutub:

Titik Zenit (Z)

dan

Titik Nadir (N)

Lingkaran Dasar ke-2: lingkaran besar yang melalui

meridian pengamat

Titik asal: Titik

Utara

. Titik-titik Utara, Selatan, Barat, dan

Timur adalah titik kardinal

Koordinat I: azimut, A diukur dari Utara ke Timur,

0° < A < 360°

Koordinat II: tinggi bintang h, diukur dari lingkaran

horison:

0° < h < 90° ke arah Z, dan

(52)
(53)

Tata Koordinat Ekuatorial I

(

HA-DEC

)

Lingkaran Dasar Utama:

Ekuator Langit

 Kutub-kutub:

Kutub Utara Langit (KUL)

dan

Kutub Selatan Langit (KSL)

 Lingkaran Dasar ke-2: meridian pengamat

Titik asal: Titik , yang merupakan perpotongan meridian

pengamat dengan lingkaran ekuator langit

Koordinat I: sudut jam HA, diukur ke arah barat:

0h < HA < 24h

Koordinat II: deklinasi, , diukur:

0° <  < 90° ke arah KUL, dan -90° <  < 0° ke arah KSL

(54)
(55)

Tata Koordinat Ekuatorial II

(RA-DEC)

Lingkaran Dasar Utama:

Lingkaran

Ekuator

Kutub-kutub:

Kutub Utara Langit (KUL)

dan

Kutub Selatan Langit (KSL)

Lingkaran Dasar ke-2: meridian pengamat

 Titik asal: Titik , yang merupakan perpotongan ekuator dan ekliptika

 Koordinat I: asensiorekta, a, diukur dari titik  ke arah timur: 0h < a < 24h

 Koordinat II: deklinasi, , diukur

0° <  < 90° ke arah KUL, dan -90° <  < 0° ke arah KSL

(56)
(57)

Tata Koordinat Ekliptika

Lingkaran Dasar Utama:

Bidang Ekliptika

 Kutub-kutub:

Kutub Utara Ekliptika (KUE)

dan

Kutub Selatan Ekliptika (KSE)

 Titik asal: Titik 

Koordinat I: bujur ekliptika, , diukur dari titik ke arah

timur: 0h < < 24h

Koordinat II: lintang ekliptika, b, diukur dari bidang

ekliptika ke bintang :

0° < b < 90° ke arah KUE, dan -90° < b < 0° ke arah KSE

(58)
(59)

Lintasan Harian Benda Langit

Terbit, Terbenam, dan Kulminasi/Transit

Setiap benda langit bergerak pada lingkaran kecil yang sejajar ekuator dan berjarak . Benda bergerak dari bawah horison ke atas horison di sebelah timur. Peristiwa ini disebut sebagai

terbit. Lalu benda terbenam, yaitu bila benda bergerak dari atas horison ke bawah horison, di sebelah barat. Saat terbit atau terbenam, z = 90 dan h = 0.

Besarnya HA (terbit/terbenam) menyatakan waktu yang ditempuh benda langit dari terbit sampai transit atas (HA = 0h = 0 ), dan dari transit atas sampai terbenam.

(60)

Bintang Sirkumpolar

Bintang bisa diamati jika berada di atas horison. Ada bintang yang tidak pernah terbenam atau tidak pernah terbit. Bintang bintang ini disebut sebagai Bintang Sirkumpolar.

Pada bintang sirkumpolar di atas horison, berlaku:

z(transit bawah) 90 ; jika:

  90 - f , untuk belahan bumi utara

  f- 90, untuk belahan bumi selatan

Pada bintang sirkumpolar di bawah horison, berlaku: z(transit atas) 90 ; jika:

  f - 90 , untuk belahan bumi utara

(61)

Senja dan Fajar

Pada saat Matahari terbenam, cahayanya masih dapat menerangi Bumi. Ketika Matahari berada 18 di bawah horison, pengaruh terang tersebut sudah hilang. Selang

antara matahari terbit atau terbenam dengan saat jarak zenitnya 108

disebut sebagai fajar atau senja.

*

z

= 90,

h

= 0  terbit/terbenam *

z

= 96,

h

= - 6  fajar/senja sipil *

z

= 102,

h

= -12  fajar/senja nautika

(62)

Pergerakan Tahunan Matahari

Matahari mengitari Bumi pada bidang ekliptika

posisinya dalam koordinat ekliptika berubah

terhadap waktu

posisi pada koordinat

ekuator juga berubah

Dalam 1 tahun,

a

berubah dari 0

h

sampai 24

h

dan

berubah dari -23,27

sampai + 23,27

(63)

Posisi Matahari dalam koordinat ekuator

II dan ekliptika

Tanggal (h) b () (ah) () lokasi

21 Maret 0 0 0 0 Titik musim semi

22 Juni 6 0 6 +23.27 Titik musim

panas

23 Sept. 12 0 12 0 Titik musim

gugur

22 Des. 18 0 18 -23.27 Titik musim

(64)

Posisi titik

terhadap Matahari dalam

peredaran harian dan tahunan Matahari

Tanggal

a

(

h

)

HA

(

h

)

21 Maret

0

0

22 Juni

6

-6

23 Sept.

12

-12

22 Des.

18

-18

(65)

Exercise

 Berapakah jarak pisah kedua kota, dalam mil laut, di sepanjang busur lingkaran besar?

Gunakan formula cosinus: cos AW = cos WP cos AP +

sin WP sin AP cos P = cos240° + sin240° cos 95° = 0,5508

Diperoleh, AW = 56,58°

= 3395 mil laut Bandingkan dengan rute di sepanjang

parallel of latitude!

(Berapa nilainya dalam km bila diketa- hui radius bola Bumi R = 6370 km?)

(66)

Exercise

 Dari Alderney, pada arah azimut berapa Anda menghadap Winnipeg?

Gunakan formula sinus:

sin A / sin WP = sin P / sin WA sin x = sin 40° . sin 95° / sin 56,58° sin x = 0,77

x = 50,1° atau 129,9° Yang dipakai adalah x = 50,1°

Azimut diukur searah jarum jam dari utara, sehingga azimut Winnipeg 360° - 50,1° = 309,9°

(67)

Trigonometri Bola pada SKH

Koord. Bumi equator north pole south pole latitude co-latitude parallel of latitude meridian of longitude greenwich meridian longitude Koord.Horison horizon zenith nadir altitude zenith distance parallel of altitude vertical circle principal vertical azimuth

(68)

Exercise

Dari St.Andrews, pada 2 Februari 1998

pukul 18.00, Bulan memiliki ketinggian

+39°

dan

azimut

196°,

sementara Saturnus pada ketinggian +34°

dan azimut 210°. Berapakah jarak pisah

kedua objek di langit? Manakah yang

terletak lebih ke timur?

(69)

Exercise

Berapakah jarak pisah kedua objek di langit? Perbedaan azimut adalah sebesar 14°.

Dengan formula cosinus:

cos MS = cos MZ cos ZS + sin MZ sin ZS cos Z

= 0,98

Sehingga MS = 12,3°

Manakah yang terletak lebih ke timur?

Bulan terletak lebih ke timur dan lebih tinggi daripada Saturnus.

(70)

Trigonometri Bola pada SKE 1

• Deklinasi objek X  Jarak sudut dari ekuator langit ke objek yang bersangkutan.

• Sudut Jam objek X  Jarak sudut antara

meridian objek dengan meridian langit.

!!! Sudut jam diukur ke arah barat dan dinyata- kan dalam satuan ‘jam’ (0 – 24 jam).

(71)

Exercise

Bintang paling utara di rasi Layang-layang,

Crucis, memiliki deklinasi sebesar -57°.

Pada lintang berapa bintang ini tepat akan

terlihat?

Pada lintang berapa dapat tepat berada di

zenit?

(72)

Exercise

 Pada lintang berapa bintang ini tepat akan terlihat?

Bintang berada di S (tepat di horison), 57°dari ekuator.

Berarti dari zenit ke ekuator sebesar 33°. Dari sini, 57° dari zenit menuju kutub utara langit. Dengan kata lain, tinggi kutub utara langit dari horison adalah sebesar 33°.

Padahal ketinggian kutub utara langit sesuai dengan lintang setempat.

Sehingga lintang pengamatan adalah 33°N. Sehingga setiap pengamat yang lebih utara dari 33°N tidak akan dapat melihat rasi Layang-layang.

(73)

Exercise

 Pada lintang berapa dapat tepat berada di zenit?

Sebagai sebuah aturan umum, bila sebuah bintang dengan deklinasi x° melintas tepat di atas kepala, lokasi pengamat berada di lintang x°.

Bintang berada di Z, zenit, sejarak 57° dari ekuator atau 33° dari ekuator menuju horison.

Dari sini sumbu kutub ekuator P berada 57° di bawah horison utara, sehingga lintang yang dimaksud

(74)

Exercise

 Pada lintang berapa tidak pernah terbenam?

Anggap kulminasi bawah bintang berada di S, tepat di atas horison selatan. Titik ini sejauh 57° ke arah bawah menuju ekuator, atau 33° dari S ke arah atas menuju kutub selatan langit (KSL). Bila KSL berada 33° di atas horison selatan, kutub utara langit pastilah berada 33° di bawah horison utara. Dengan demikian, lintang yang dimaksud adalah -33° atau 33°S. Bintang tidak akan pernah terbenam (sirkumpolar) bagi setiap pengamat di 33°S.

(75)

Trigonometri Bola pada SKE 2

 SKE 1 masih bergan-tung pada waktu pe-ngamatan, yaitu bila-mana pengamatan as-tronomi dilakukan.

 Sebagai “titik NOL” pada SKE 2, dipilih titik tetap yang be-rada di ekuator langit.

 Asensio rekta objek X  Sudut di sepanjang ekuator langit yang diukur ke arah timur dari  melalui meridian objek X.

(76)

Trigonometri Bola pada SKE 2

(77)

Perbandingan SKE 1 & SKE 2

SKE 1

celestial equator north celestial pole south celestial pole declination polar distance parallel of declination meridian celestial meridian hour angle  SKE 2 celestial equator north celestial pole south celestial pole

declination polar distance parallel of declination meridian vernal equinox right ascension

(78)

Exercise

 Empat buah bintang di setiap titik sudut “Great Square of Pegasus” adalah:

Star R.A. Declination

a And 00h 08m +29°05'

b Peg 23h 04m +28° 05'

a Peg 23h 05m +15° 12'

 Peg 00h 13m +15° 11'

Hitunglah panjang diagonal “persegi” (a And to a Peg)!

(79)

Exercise

 Untuk menentukan panjang diagonal, gunakan formula cosinus: cos S1S2 = cos S1P cos S2P + sin S1P sin S2P cos P

Substitusikan semua nilai untuk memperoleh jarak antara a And ke a Peg sebesar 20,1°.

(80)

Hubungan SKH & SKE 2

z

Jarak zenith

z = 90

0

- a

(81)

Tinjau segitiga bola PZX:

cos (90  ) = cos (90  f) cos z + sin (90  f) sin z cos (360  A)

(82)

Selain itu,

cos z = cos (90  ) cos (90  f) + sin (90  ) sin (90  f) cos H

(83)

sin

sin(360

)

sin

sin(90

)

H

A

z

 

=

 

sin

= 

sin

cos

cos

H

A

a

(3)

(84)

Dengan 2 buah dari 3 buah persamaan di atas, kita dapat

menentukan

(

a

,

A

) dari (

H

,

)

atau sebaliknya

(

H

,

) dari (

a

,

A

)

.

Bila diperlukan asensio rekta, dapat digunakan hubungan

berikut ini:

(85)

Exercise

Buktikan bahwa ekuator langit memotong

horison di azimut 90° dan 270°, untuk

sebarang lintang (

kecuali di kutub utara dan

selatan

)!

Pada sudut berapakah ekuator langit

(86)

Exercise

 Buktikan bahwa ekuator langit memotong horison di azimut 90° dan 270°, untuk sebarang lintang (kecuali di kutub utara dan selatan)!

Akan ditentukan azimut A titik X,

yang berada di horison (a=0)

dan ekuator sekaligus (=0).

Terapkan formula cosinus:

cos PX = cos PZ cos XZ + sin PZ sin XZ cos Z

0 = 0 + sin (90-f) cos A

Karena 90°- f tidak NOL (kita tidak berada di

kutub), untuk memperoleh 0 = sin (90- f) cos A,

cos A haruslah bernilai 0. Sehingga A = 90° or 270°.

(87)

Exercise

 Pada sudut berapakah ekuator langit memotong horison di lintang f?

Gunakan formula cosinus:

cos SY = cos SW cos YW + sin SW sin YW cos W

cos (90°-φ) = 0 + cos x Sehingga sudut x adalah 90°-φ. Ekuator langit memotong horison pada

(88)

Azimut Titik Terbit/Terbenam

 Pada saat terbit/terbenam, benda langit memiliki jarak zenit sebesar z = 900.

(89)

cos (90  ) = cos (90  f) cos 90

+ sin (90  f) sin 90 cos (360  A) sin  = cos f cos A

 cos A = sin δ / cos f

(90)

Contoh:

Batas azimut terbenamnya Matahari di posisi lintang f = 430 31;

cos f = +0,725 =  230 27 (mid summer) = +230 27 (mid winter) a) mid-summer: cos A = + 0,549 A = 56,70 (sunrise) atau 303,30 (sunset) b) mid-winter: cos A = 0,549 A = 123,30 (sunrise) atau 236,70 (sunset)

(91)

Waktu Terbit/Terbenam Matahari

cos 90 = cos (90  ) cos (90  f) + sin (90  )

sin (90  f) cos H

0 = sin  sin f + cos  cos f cos H

 cos H =  tan  tan f

(atau + tan  tan f untuk belahan selatan)

Diperoleh H, sudut jam Matahari terbit/terbenam, yang secara pendekatan

menyatakan interval waktu antara tengah hari dengan waktu terbit/terbenam Matahari.

(92)

Contoh:

Panjang hari di posisi lintang f = 430 31; tan f = 0,950.

mid-summer: cos H=  0,412

H=  114,30  7,62 jam

Panjang hari = 2H = 15,24 jam

=15 jam 15 menit mid-winter: cos H= +0,412

H=  65,680  4,38 jam

Panjang hari = 2H = 8,76 jam

(93)

Dari persamaan:

cos H = tan  tan f

Saat ekuinoks, tan  = 0  cos H = 0 atau H = 900, 2700

 6 jam, 18 jam (=  6 jam) (ingat, 1jam  15)

Panjang hari saat ekuinoks= 2H = 12 jam = panjang malam

(equinox  equal day and night).

(94)

Equinoctial Corollaries

Dari persamaan:

cos

A

=

sin

/cos

f

Saat ekuinoks, Matahari berada di ekuator langit,

=

0

0

sin

=

0

cos

A

=

0 atau

A

=

90

0

, 270

0

Saat ekuinoks, Matahari terbit di titik

TIMUR

,

terbenam di titik

BARAT

(tidak peduli lintang

(95)

Refraksi

Posisi benda langit yang tampak di langit

sebenarnya berbeda dengan posisi fisiknya,

salah satu sebab adalah karena efek

refraksi.

Cahaya yang bergerak dengan kecepatan cahaya

akan mengubah bayangan benda yang melewati

suatu medium.

(96)

Definisikan:

Indeks refraksi,

n

, setiap medium transparan adalah

1/kecepatan cahaya di dalam medium.

Kecepatan cahaya di udara bergantung kepada

temperatur

dan

tekanan

sehingga indeks

refraksi udara bervariasi untuk tiap lapisan

atmosfer yang berbeda.

(97)

o

z

n Permukaan Bumi

Lapisan atmosfer terendah

 150 km  800 km i1 N A X Z

Refraksi Astronomi : yaitu refraksi terhadap sinar bintang akibat atmosfer bumi.

(98)

Refraksi di dalam atmosfer

:

Diandaikan atmosfer bumi terdiri dari n lapisan

sejajar yang seragam dari permukaan bumi, dan

mempunyai kecepatan v

i

yang berbeda untuk

tiap lapisan (i dari 1 sampai n). Hukum Snell

juga berlaku bagi refraksi untuk tiap lapisan:

n

1

sin i = n

2

sin r

dengan :

n

1

dan n

2

adalah indeks bias medium 1 atau 2,

i adalah sudut datang, dan

(99)

Di batas permukaan pertama: 1 0 1 1 v v r sin i sin = Di lapisan berikutnya: 2 1 2 2 v v r sin i sin = , dan seterusnya.

Tetapi dengan geometri sederhana: r1 = i2 , r2 = i3 , dan seterusnya

Sehingga kita peroleh:

1 1 0 1 vv sinr i sin       = 2 1 0 sini v v       = 2 2 1 1 0 sinr v v v v             = 2 2 0 sinr v v       = = ... n n 0 sinr v v       =

(100)

Dari rumus di atas, ada indikasi bahwa masing-masing lapisan saling meniadakan, sehingga yang berperan hanyalah perbandingan antara v0 (yang sama dengan c, yaitu kecepatan cahaya

dalam ruang hampa) dan vn (kecepatan cahaya di udara pada lapisan terbawah).

Bila rn adalah jarak zenit semu bintang z', dan i1 adalah jarak zenit benar z. Refraksi tidak

memberikan pengaruh bagi bintang yang ada di zenith. Tetapi untuk posisi lain, efek refraksi ini mengakibatkan bintang akan tampak lebih tinggi, dan efek terbesar adalah bila bintang ada di horison.

Definisikan sudut refraksi dengan R, dimana R = z - z', atau z = R + z'. Maka: sin(z) = sin(R) cos(z') + cos(R) sin(z').

Jika dianggap R sangat kecil, maka dapat didekati dengan : sin(R) = R (dalam radians), dan cos(R) = 1.

Sehingga,

sin(z) = sin(z') + R cos(z').

Bila dibagi dengan sin(z') akan memberikan z tan R 1 z sin z sin   =  , atau z tan R 1 v v n 0   = Sehingga, R = tanz 1 v v n 0  = k tan(z')

(101)

Nilai v0 adalah c, yaitu kecepatan cahaya dalam ruang hampa, yang harganya konstan.

Tetapi vn bergantung kepada temperatur dan tekanan udara pada lapisan terbawah.

Pada temperatur (0°C = 273K) dan tekanan standard (1000 millibars), k = 59.6 detik busur. Di dalam The Astronomical Almanac, harga k adalah:

k = 16.27" P(millibars)/(273+T°C)

Pada jarak zenit besar, model ini tidak berlaku. Besar refraksi di dekat horison ditentukan dari pengamatan di atas permukaan bumi. Pada temperatur dan tekanan standard, refraksi di horison (refraksi horisontal) sebesar 34 menit busur.

(102)

Efek refraksi pada saat Matahari atau Bulan

terbit/terbenam

Saat Matahari atau Bulan terbit/terbenam, jarak zenit dari

pusat kedua benda tersebut adalah 90. Refraksi yang

terjadi saat itu disebut sebagai refraksi horisontal.

Refraksi horisontal

saat benda langit terbit/terbenam

adalah 35

. Jika jarak zenit = 90

, maka jarak zenit benar

adalah 90

35

.

Misalkan H adalah sudut jam bila jarak zenit pusat

Matahari  90, maka H+H adalah sudut jam pusat

Matahari ketika pusat Matahari yang tampak, berada di

(103)

Bila Matahari dianggap terbenam ketika tepi atasnya berada di horison, dan semi diameter Matahari adalah 16, maka:

Tabel 1. Lintang tampak dan sudut refraksi Lintang tampak Sudut refraksi

0 3521 1 2445 2 1824 3 1424 4 1143 10 518 30 141 60 034 90 000 ecH cos . sec . sec 15 51 H = f  

(104)

Efek Refraksi pada asensiorekta dan

deklinasi.

aa

= R sec



sin



= R cos

dengan

adalah sudut

(105)

Koreksi Semi diameter

Pada saat Matahari terbenam, z = 90, h = 0, maka:

 jarak zenit piringan Matahari adalah: z = 90  R(z=90)  tinggi pusat Matahari adalah : h = 0  R(z=90)

Matahari dikatakan terbit jika batas atas piringan mulai

muncul di horison, dan terbenam jika batas piringan sudah terbenam di horison, maka z dan h harus dikoreksi oleh semidiameter piringan Matahari , S , sehingga:

z = 90  R(z=90)  S h = 0  R(z=90)  S

Jadi saat Matahari atau Bulan terbit atau terbenam: h = 050

(106)

Koreksi ketinggian di atas muka laut

Bidang horison pengamat di Bumi bergantung kepada

ketinggian pengamat. Jika pengamat berada pada ketinggian l

(meter) dari muka laut, maka sudut kedalaman (angle of dip), q, adalah : (dalam satuan menit busur).

Jika efek refraksi diperhitungkan, maka:

(dalam satuan menit busur). Jarak ke horison-laut, dituliskan dengan:

(dalam km).

Jika efek refraksi diperhitungkan, maka: (dalam km). 1, 93 l q = 1, 78 l q = 3,57 d = l 3,57 d = l

Gambar

Gambar 1. Proyeksi posisi S1 dan S2 pada Bola langit
Gambar 2. Bola langit yang menunjukkan KLU, KLS dan Equator langit.  Bintang Polaris terletak dekat sekali dengan KLU
Gambar 3. Foto trail bintang.
Gambar 4. Pergerakan Bintang Polaris
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ciptakan keberuntungan dengan habits jangan menunggu keberuntungan (Siauw, 2014d: 94). Seorang pengemban dakwah yang selalu meluaskan pengetahuannya dengan membaca

Bertolak dari permasalahan penelitian tersebut di atas serta dirasa perlu untuk lebih mengembangkan penelitian-penelitian yang telah ada, maka penulis termotivasi untuk mengadakan

Menurut Hamzah (2011:1), motivasi dapat juga diartikan sebagai proses untuk mencoba mempengaruhi orang atau orang yang dipimpinnya agar melakukan pekerjaan yang

(1) Apabila wajib retribusi tidak membayar atau kurang membayar retribusi yang terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31, Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dapat

Desain Lengan Robot ini akan mentitik beratkan pada perhitungan secara mekanik dari berbagai part mesin antara lain pada kekuatan pelat, kekuatan poros dalam menerima beban

Tanyakan pada klien apakah klien dulu pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya? Apakah klien pernah mengalami kecelakaan atau trauma? Apakah klien pernah menderita

yang dibangun oleh Al Alusi cinta kepada manusia adalah iradah dari Tuhan, karena. makna dasar dari cinta adalah penyatuan diri dari seseorang yang mencintai

Berdasarkan hasil ANAREG linear berganda terdapat hubungan yang signifikan secara simultan antara fakor fisik kimia lingkungan (suhu, salinitas, pH dan tingkat kecerahan