• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PROFIL KEMISKINAN DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PROFIL KEMISKINAN DAERAH"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

LP2KD Prov. Kaltara, 2014-2015 33

BAB III

PROFIL KEMISKINAN DAERAH 3.1. Kondisi Umum Kemiskinan Daerah

Berhubung data pilih antara Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) dan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) belum dilakukan secara nasional oleh BPS Pusat, sehingga data yang disajikan ini merupakan data gabungan antara Kaltim dan Kaltara dengan menggunakan Aplikasi Analisis Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan dari Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K).

1. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin dan Tingkat Kemiskinan

Tren pencapaian perkembangan jumlah penduduk miskin dan tingkat kemiskinan di Provinsi Kaltim/Kaltara pada tahun 2010-2014 berfluktuatif. Jumlah penduduk miskin meningkat kembali sebesar 4.900 jiwa pada tahun 2014 dibanding tahun 2013, begitu juga tingkat kemiskinan naik sebesar 0,04%. (Grafik 3.1). Berdasarkan data yang dirilis BPS Provinsi Kaltim, jumlah penduduk miskin di Kaltara pada Maret 2015 sebesar 39,69 ribu (6,24 persen) terdiri dari penduduk miskin di daerah perkotaan sebanyak 13,05 ribu orang dan di daerah perdesaan sebanyak 26,64 ribu orang.

2. Komposisi Penduduk Miskin Perkotaan dan Perdesaan dengan Tingkat Kemiskinan

Tren pencapaian komposisi penduduk miskin perkotaan dan perdesaan dengan tingkat kemiskinan di Provinsi Kaltim/Kaltara pada tahun 2010-2014 berfluktuatif. Pada tahun 2013 komposisi penduduk miskin perkotaan meningkat dari 147.540 jiwa menjadi 155.710 jiwa pada tahun 2014, tahun 2013 komposisi penduduk miskin perdesaan juga meningkat dari 90.420 jiwa menjadi 97.890 jiwa pada tahun 2014, begitu juga tingkat

(2)

LP2KD Prov. Kaltara, 2014-2015 34 kemiskinan meningkat 0,04% dari 6,38% tahun 2013 menjadi 6,42% pada tahun 2014 (Grafik 3.2). Berdasarkan data yang dirilis BPS Provinsi Kaltim, persentase penduduk miskin yang berada di daerah perdesaan Kaltara pada bulan Maret 2015 sebesar 9,49% lebih besar dibanding di daerah perkotaan sebesar 3,67%.

3. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Tren pencapaian indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan di Provinsi Kaltim/Kaltara tahun 2010-2014 berfluktuatif (Grafik 3.3). Tren ada kecenderungan selalu menurun walaupun di tahun 2012 P1 meningkat dari 0,99% menjadi 1,25% di tahun 2013, dan di tahun 2012 P2 meningkat sebesar 0,14% dari 0,25% menjadi 0,39% di tahun 2013, tetapi di tahun 2014 mengalami penurunan kembali untuk P1 1,08% dan P2 0,28%. Berdasarkan data yang dirilis oleh BPS Provinsi Kaltim, pada Maret 2015, P1 di Kaltara sebesar 0,790 sedangkan untuk P2 sebesar 0,177. P1 dan P2 di daerah perdesaan lebih tinggi dari pada perkotaan yaitu P1 untuk perkotaan hanya 0,515 sementara di daerah perdesaan mencapai 1,139, sedangkan P2 untuk perkotaan hanya 0,141 sementara di daerah perdesaan mencapai 0,222. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemiskinan di daerah perdesaan lebih parah daripada daerah perkotaan.

(3)

LP2KD Prov. Kaltara, 2014-2015 35

3.2. Analisis Kondisi Umum Kemiskinan Daerah 3.2.1. Analisis Posisi Relatif

a. Tingkat Kemiskinan (%)

Pencapaian posisi relatif tingkat kemiskinan Provinsi Kaltim/Kaltara tahun 2014 sebesar 6,42% berada dibawah capaian nasional 11,25% dan dibanding pada tahun 2013 sebesar 6,38% mengalami penurunan sebesar 0,04% berarti penanggulangan kemiskinan yang diupayakan telah lebih baik, namun masih dibawah Provinsi

Kalimantan Tengah 6,03% dan Provinsi Kalimantan Selatan 4,68% untuk di Pulau Kalimantan. Hal ini menunjukkan kinerja Pemerintah Provinsi Kaltara sudah lebih baik dibanding capaian nasional, namun dibandingkan provinsi di Pulau Kalimantan perlu kebijakan yang pro terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat di Kaltara (Grafik 3.4).

Pencapaian posisi relatif tingkat kemiskinan kabupaten di Provinsi Kaltara tahun 2013 (Grafik 3.5). Hanya di Kabupaten Bulungan capaiannya 12,04% diatas capaian provinsi Kaltim/Kaltara 6,38% dan capaian nasional 11,47% pada tahun yang sama berarti lebih buruk (bermasalah), sedangkan untuk kabupaten/kota lainnya berada diantara capaian provinsi dan capaian nasional berarti agak lebih baik (telah ada upaya perbaikan masalah) terutama untuk capaian Kota Tarakan 7,90% akan mendekati capaian provinsi.

(4)

LP2KD Prov. Kaltara, 2014-2015 36

b. Garis Kemiskinan (Rp)

Pencapaian posisi relatif tingkat kemiskinan Provinsi Kaltim/Kaltara tahun 2014 sebesar Rp.431.560 mengalami peningkatan sebesar Rp.13.657,7 dibanding tahun 2013 sebesar Rp.417.902,30 dan berada di atas capaian Provinsi Kalimantan Barat Rp.282.835, Provinsi Kalimantan Tengah Rp.318.094 dan Provinsi Kalimantan Selatan Rp.308.512 untuk di Pulau Kalimantan pada tahun 2014 (Grafik 3.6).

Pencapaian posisi relatif garis kemiskinan kabupaten di Provinsi Kaltara tahun 2013 (Grafik 3.7). Dari 5 kabupaten/kota capaian garis kemiskinan di Kabupaten Malinau Rp.428.015 dan Kota Tarakan Rp.422.050 berada diatas capaian Provinsi Kaltim/Kaltara Rp.417.902,30 berarti ada peningkatan (lebih baik), sedangkan capaian untuk Kabupaten Bulungan Rp.322.878, Kabupaten Nunukan Rp.304.856 dan Kabupaten Tana Tidung Rp.301.852 berada dibawah capaian provinsi berarti tidak baik (bermasalah).

Menurut BPS Provinsi Kaltim, pada Maret 2015, Garis Kemiskinan Kalimantan Utara sebesar Rp.475.620,- per kapita per bulan. Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Non-Makanan (GKNM), terlihat bahwa peranan komoditi makanan jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan Maret 2015, sumbangan GKM terhadap GK sebesar 71,80 persen. Garis kemiskinan di daerah perkotaan lebih besar dibandingkan di daerah perdesaan, pada bulan Maret 2015 garis kemiskinan di daerah perkotaan sebesar Rp.489.129,- sedangkan di daerah perdesaan sebesar Rp.458.490,-.

(5)

LP2KD Prov. Kaltara, 2014-2015 37

c. Tingkat Kemiskinan Kota (%)

Pencapaian posisi relatif tingkat kemiskinan kota di Provinsi Kaltim/Kaltara terhadap capaian nasional tahun 2014 sebesar 4,01% berada di bawah capaian nasional 8,34% berarti lebih baik, tetapi masih berada diatas capaian Provinsi Kalimantan Selatan 3,79% untuk di Pulau Kalimantan (Grafik 3.8).

d. Tingkat Kemiskinan Desa (%)

Pencapaian posisi relatif tingkat kemiskinan desa di Provinsi Kaltim/Kaltara terhadap nasional 2014 sebesar 10,33% berada dibawah nasional 14,17% berarti lebih baik, akan tetapi masih berada diatas capaian Provinsi Kalimantan Barat 9,76%, Provinsi Kalimantan Tengah 6,57% dan Provinsi Kalimantan Selatan 5,33% untuk di Pulau Kalimantan (Grafik 3.9). Di Kaltara, selain Kota Tarakan, perekonomian Kaltara sangat ditentukan oleh APBD terutama gaji pegawai negeri. Ke depan ketergantungan seperti ini perlu dicarikan solusi. Misal, pemerintah daerah harus berinvestasi ke infrastruktur yang bisa mengakses sampai ke seluruh desa di Kaltara, mencari solusi energi terbarukan dengan memanfaatkan topografi daerah, mendorong dan mendukung percepatan pelayanan perijinan yang murah, aman, tepat dan cepat kepada investor, dan mengeduksi warganya agar selalu mendukung kebijakan pemerintah daerah terutama untuk membangun infrastruktur dan bidang pendidikan dengan tali asih yang wajar jika ada tanah milik masyarakat yang terkena kegiatan tersebut, dan masyarakat diajak terlibat langsung dalam kegiatan pembangunan melalui pemberdayaan dan kemandirian.

(6)

LP2KD Prov. Kaltara, 2014-2015 38

e. Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa)

Pencapaian jumlah penduduk miskin (jiwa) di Provinsi Kaltim/Kaltara terhadap nasional 2014 sebesar 253.600 jiwa berada dibawah capaian Provinsi Kalimantan Barat 401.510 jiwa untuk di Pulau Kalimantan berarti lebih baik

(tidak bermasalah), akan tetapi jika dibanding dengan pencapaian Provinsi Kalimantan Selatan 182.880 jiwa dan Provinsi Kalimantan Tengah 146.320 jiwa masih berada dibawah berarti lebih

buruk/bermasalah (Grafik 3.10).

Jumlah penduduk miskin di Kaltara ada kecenderungan meningkat, berhubung Kaltara menjadi pintu masuk TKI illegal yang pada umumnya penduduk miskin. Mereka masuk menjadi TKI melalui Kabupaten Nunukan, termasuk mereka yang dideportasi akibat tidak memiliki ijin. Hal ini perlu penangangan khusus dan serius oleh seluruh pemangku kepentingan, agar populasi TKI bisa berkurang. Oleh sebab itu, alternatif penciptaan lapangan usaha kerja baru segera diciptakan. Misalnya, membuka industri perkebunan sawit, perkebunan karet, dan perkebunan kakao hingga ke perbatasan negara, termasuk industri kemaritiman serta mengembangkan ekowisata sektor kehutanan dan pengembangan tanaman buah-buahan unggul daerah berbasis kebudayaan lokal. Solusi ini diharapkan akan membawa perubahan yang mendasar bagi masyarakat Kaltara termasuk para TKI yang bekerja di Malaysia mau kembali bekerja di Kaltara jika terwujud.

Para TKI yang bekerja di Malaysia, hanya sebagai buruh pada sektor industri perkebunan dan industri perikanan laut. Untuk sector perkebunan mereka bekerja baik di kebun yang ada di wilayah Malaysia termasuk kebun yang ada di wilayah kita di perbatasan Negara, sedangkan untuk industri perikanan tangkap mereka umumnya bekerja sebagai ABK pada kapal bertonase 20-70 GT dengan alat tangkap pukat trawl yang beroperasi di fishing ground laut Kaltara.

Kedua lahan usaha potensial tersebut diatas, saat ini dieksploitasi belum bisa untuk kemakmuran rakyat Kaltara. Oleh sebab itu, keberpihakan pemerintah harus terus diupayakan melalui regulasi dan peningkatan jumlah anggaran untuk membangun Kaltara lebih baik lagi guna mencapai kesejahteraan rakyat di Kaltara khususnya. Berhubung di Kaltara inilah

(7)

LP2KD Prov. Kaltara, 2014-2015 39 martabat dan harga diri bangsa Indonesia diuji, dan sebagai pembuktian bahwa Kaltara di mekarkan dari Kaltim benar-benar untuk peningkatan kesejahteraan rakyat terutama bagi penduduk miskin yang bermukim di perbatasan negara, pedalaman, pesisir, dan pulau-pulau kecil.

Pencapaian posisi relatif jumlah penduduk miskin (jiwa) kabupaten di Provinsi Kaltara tahun 2013 dari terbesar ke terkecil yaitu Kota Tarakan 16.700 jiwa, Kabupaten Nunukan 14.900 jiwa, Kabupaten Bulungan 14.200 jiwa, Kabupaten Malinau 7.200 jiwa dan Kabupaten Tana Tidung 1.900 jiwa (Grafik 3.11). Hal ini menunjukkan bahwa Kota Tarakan dan Kota Nunukan sebagai daerah transit bagi pencari kerja (TKI) dari luar Kaltara. Untuk mengatasi hal ini, sangat diperlukan kebijakan yang pro terhadap pencari kerja, misal melakukan pelayanan yang mendekatkan dan mempermudah perijinan bagi TKI/TKW yang butuh passport atau sejenisnya, membuka dan menciptakan lapangan kerja baru yang seluas-luasnya di Kaltara berbasis keunggulan daerah, diantaranya sektor perkebunan dan perikanan (perairan laut dan perairan umum) menuju industrilisasi berbasis pemberdayaan dan kemandirian masyarakat Kaltara yang memiliki daya saing tinggi dan bermutu tinggi.

Untuk lahan-lahan produktif di wilayah perdesaan Kabupaten Bulungan, pemerintah telah membuka kesempatan kepada warga baik dari dalam maupun luar Kabupaten untuk mengikuti program transmigrasi, yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan perekenonian di Bulungan dalam upaya untuk mendukung dan mensukseskan pengembangan program kedaulatan pangan di sentra Delta Sungai Kayan.

(8)

LP2KD Prov. Kaltara, 2014-2015 40

f. Jumlah Penduduk Miskin Kota (Jiwa)

Pencapaian posisi relatif jumlah penduduk miskin kota (jiwa) Provinsi Kaltim/Kaltara terhadap nasional 2014 sebesar 97.890 jiwa berada diatas capaian Provinsi Kalimantan Barat 82.050 jiwa, Provinsi Kalimantan Selatan 62.510 jiwa dan Provinsi Kalimantan Tengah 40.780 jiwa untuk di Pulau Kalimantan berarti buruk (bermasalah), maka perlu perbaikan terhadap jumlah penduduk miskin di perkotaan Kaltara (Grafik 3.12).

Berhubung infrastruktur di Ibukota Kabupaten termasuk Provinsi Kaltara belum layak terbangun, maka jumlah penduduk miskin di perkotaan juga meningkat. Sebagai DOB Kaltara berupaya meningkatkan pembangunan infrastuktur di Ibukota Provinsi Kaltara yaitu di Tanjung Selor, tanpa mengabaikan peningkatan pembangunan infrastruktur perdesaan di Kaltara. Hal ini menjadi magnet untuk menarik terjadinya urbanisasi penduduk. Oleh sebab itu, ke depan urbanisasi harus bisa diarahkan ke sentra-sentra lahan tidur di Kaltara, terutama di sepanjang jalan provinsi, jalan kecamatan, jalan perdesaan dan menuju jalan-jalan perkampungan pemukiman penduduk di Kaltara, agar sumberdaya yang belum produktif dapat diolah dan dimanfaatkan untuk peningkatan kesejahteraan rakyat.

Di Kota Tarakan, urbanisasi menjadi masalah ditambah daya dukung lingkungan untuk pertambahan penduduk miskin. Kota Tarakan menjadi magnet urbanisasi penduduk perdesaan baik lokal maupun luar Kaltara. Ke depan, perlu terobosan yang konkrit untuk mengatasinya, misal membangun jembatan penghubung antar Kota Tarakan dan Kabupaten Bulungan (jembatan bulan).

g. Jumlah Penduduk Miskin Desa (Jiwa)

Pencapaian posisi relatif jumlah penduduk miskin desa (jiwa) Provinsi Kaltim/Kaltara untuk nasional 2014 sebesar 155.710 jiwa berada dibawah capaian Provinsi Kalimantan Barat 319.460 jiwa berarti lebih baik (tidak masalah), namun masih berada diatas capaian Provinsi Kalimantan Selatan 120.370 jiwa dan Provinsi Kalimantan Tengah 105.370 jiwa berarti lebih buruk (bermasalah) untuk di Pulau Kalimantan (Grafik 3.13).

(9)

LP2KD Prov. Kaltara, 2014-2015 41 Penduduk miskin di desa Kaltara bisa diatasi. Hal ini didukung sumberdaya alam Kaltara baik didaratan maupun perairan masih sangat melimpah. Namun pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya belum berpihak terhadap penduduk miskin di perdesaan, baik penduduk miskin yang berada di daerah pulau kecil, pesisir, pedalaman, terlebih lagi perbatasan. Oleh sebab itu, ke depan diperlukan terobosan yang konkrit untuk mengatasinya. Diantaranya membangun desa melalui perencanaan yang komprehensif dan terintegrasi dan mudah diimplementasikan untuk kemakmuran penduduk Kaltara dan sebagai pusat pertumbuhan perekonomian nasional kelak.

h. Posisi Relatif Kedalaman Kemiskinan (P1)

Pencapaian posisi relatif indeks kedalaman kemiskinan (P1) Provinsi Kaltim/Kaltara sebesar 1,08% mengalami penurunan 0,17% dibanding tahun 2013 yaitu 1,25% berada dibawah capaian nasional pada 2014 sebesar 1,75%, berarti

baik (tidak bermasalah), tetapi berada diatas capaian Provinsi Kalimantan Barat 0,98%, Provinsi Kalimantan Tengah 0,75% dan Provinsi Kalimantan Selatan 0,0,63% untuk di Pulau Kalimantan berarti lebih buruk (bermasalah) (Grafik 3.14).

(10)

LP2KD Prov. Kaltara, 2014-2015 42 Pencapaian posisi relatif indeks kedalaman kemiskinan (P1) kabupaten di Provinsi Kalimantan Utara tahun 2013 (Grafik 3.15), capaian untuk Kabupaten Bulungan 2.15% dan Kabupaten Malinau 1,95% berada diatas capaian nasional 1,89% dan Provinsi Kalimantan Timur/Utara 1,25 berarti buruk (bermasalah), sedangkan capaian untuk Kota Tarakan 1,34%, Kabupaten Nunukan 1,27% dan Kabupaten Tana Tidung 0,33% berada dibawah capaian nasional dan Provinsi berarti

agak lebih baik (telah ada upaya perbaikan masalah).

i. Posisi Relatif Kedalaman Kemiskinan Kota (P1)

Pencapaian posisi relatif indeks kedalaman kemiskinan kota (P1) Provinsi Kaltim/Kaltara 0,70 berada dibawah capaian nasional 1,25%, capaian Provinsi Kalimantan Barat 0,98%, dan Provinsi Kalimantan Tengah 0,75% untuk tahun 2014 berarti lebih baik (tidak masalah), akan tetapi masih berada diatas capaian Provinsi Kalimantan Selatan 0,0,63% untuk di Pulau Kalimantan berarti buruk/bermasalah (Grafik 3.16).

(11)

LP2KD Prov. Kaltara, 2014-2015 43

j. Posisi Relatif Kedalaman Kemiskinan Desa (P1)

Pencapaian posisi relatif indeks kedalaman kemiskinan desa (P1) Provinsi Kaltim/Kaltara 1,68% dibawah capaian nasional 2,26% untuk tahun 2014 berarti lebih baik (tidak bermasalah), akan tetapi masih berada diatas capaian Provinsi Kalimantan Barat 1,05%, Provinsi Kalimantan Tengah 0,72% dan Provinsi Kalimantan Selatan 0,59% untuk di Pulau Kalimantan berarti buruk/bermasalah, maka perlu dieleminir melalui intervensi kebijakan yang memprioritaskan pembangunan di perdesaan Kaltara lebih besar dari kegiatan pembangunan yang dilakukan di perkotaan agar arus urbanisasi bisa menurun signifikan, berhubung potensi perekonomian kini dan masa mendatang terdapat di daerah perdesaan (Grafik 3.17).

k. Posisi Relatif Keparahan Kemiskinan (P2)

Pencapaian posisi relatif indeks keparahan kemiskinan (P2) di Provinsi Kaltim/Kaltara 2014 sebesar 0,28% berada dibawah capaian nasional 0,44% berarti lebih baik (tidak bermasalah), namun masih berada diatas capaian Provinsi Kalimantan Barat 0,18%, Provinsi Kalimantan Tengah 0,17% dan Provinsi Kalimantan Selatan 0,14% untuk di Pulau Kalimantan berarti

buruk/bermasalah (Grafik 3.18).

Grafik 3.17.

(12)

LP2KD Prov. Kaltara, 2014-2015 44 Pencapaian posisi relatif indeks keparahan kemiskinan (P2) kabupaten di Provinsi Kaltara tahun 2013, untuk di Kabupaten Malinau 0,55% dan Kabupaten Bulungan 0,.54% berada diatas Provinsi Kaltim/Kaltara 0,39% dan capaian nasional 0,48% berarti lebih buruk (bermasalah), sedangkan capaian untuk Kota Tarakan 0,32%, Kabupaten Nunukan 0,28% dan Kabupaten Tana Tidung 0,03% berada dibawah capaian nasional dan provinsi berarti lebih baik (Grafik 3.19).

3.2.2. Analisis Perkembangan Antar Waktu a. Perkembangan Tingkat Kemiskinan Daerah

Tren pencapaian perkembangan tingkat kemiskinan (%) Provinsi Kaltim/Kaltara tahun 2010-2014 ada kecenderungan menurun. Akan tetapi pada tahun 2014 kembali meningkat sebesar 0,04% dari 6,38% pada tahun 2013 sehingga mencapai 6,42%. Hal ini menunjukkan masih buruk/bermasalah (Grafik 3.20).

Grafik 3.19.

(13)

LP2KD Prov. Kaltara, 2014-2015 45 Tren pencapaian perkembangan tingkat kemiskinan kota

(%) Provinsi Kaltim/Kaltara tahun 2010-2014 meningkat berarti memburuk (bermasalah). Untuk tahun 2010 mencapai 4,02% menjadi 3,80% pada tahun 2011 (menurun 0,22%), tetapi naik kembali 0,02% pada tahun 2012 sehingga menjadi 3,82%, kemudian turun lagi 0,11% pada tahun 2013 sehingga mencapai 3,71%, akan tetapi naik kembali pada tahun 2014 sebesar 0,27% sehingga menjadi 3,98% (Grafik 3.21).

Tren perkembangan tingkat kemiskinan desa (%) Provinsi Kaltim/Kaltara tahun 2010-1014 ada kecenderungan menurun, walaupun pada tahun 2014 meningkat sebesar 0,16% dibanding tahun 2013 yaitu 9,90%. Hal ini menunjukkan ada upaya perbaikan untuk mengatasi tingkat kemiskinan di perdesaan termasuk di Kaltara (Grafik 3.22).

b. Perkembangan Garis Kemiskinan

Tren pencapaian perkembangan garis kemiskinan (%) Provinsi Kaltim/Kaltara tahun 2010-2014 ada kecenderungan membaik (tidak bermasalah). Hal ini menunjukkan pemerintah telah cukup berhasil mengatasi garis kemiskinan di Kaltara. Akan tetapi peningkatan garis kemiskinan tersebut, belum seimbang dengan kenaikan harga sembako yang ada kecenderungan lebih tinggi sebagai akibat kenaikan harga BBM, bahkan sembako yang tersedia sangat sulit didapat oleh penduduk di Kaltara, terutama bagi penduduk miskin di perbatasan, pesisir dan pulau-pulau kecil di Kaltara (Grafik 3.23).

Grafik 3.21.

Grafik 3.22.

(14)

LP2KD Prov. Kaltara, 2014-2015 46 c. Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kota dan Desa

Trend pencapaian perkembangan indeks kedalaman kemiskinan (P1) kota Provinsi Kaltim/Kaltara tahun 2010-2014 telah ada upaya perbaikan, namun masih buruk (bermasalah). Dari tahun 2010 P1 mencapai 0,57% selama 5 tahun turunnya hanya 0,02% sehingga mencapai 0,55% pada tahun 2014, apalagi jika dibanding tahun 2013 lebih meningkat lagi sebesar 0,23% sehingga menjadi 0,80%. Untuk di Kaltara diduga naiknya P1

kota disebabkan oleh urbanisasi penduduk baik lokal maupun non lokal akibat di daerah perdesaan miskin pembangunan infrastruktur dasar bagi penduduk, disisi lain TKI/TKW illegal yang masuk melalui Kabupaten Nunukan dan Kota Tarakan untuk bekerja di Malaysia bagian timur yang bekerja sebagai buruh kasar dan tenaga informal (PRT) masih memiliki kompetensi dan pendidikan minim sekali, di lain pihak Balai Latihan Kerja (BLK) yang ada di Kota Tarakan dan Nunukan belum mampu memberikan keterampilan dan pengetahuan yang cukup bagi pencari kerja (TKI/TKW) sebagai akibat rendahnya kualitas dan kuantitas BLK tersebut (Grafik 3.24).

Tren pencapaian perkembangan indeks keparahan kemiskinan (P2) desa Provinsi Kaltim/Kaltara tahun

2010-2014 ada kecenderungan

menurun/dalam proses perbaikan (permasalahannya mulai teratasi). Dari tahun 2010 selama 5 tahun terjadi penurunan 1.25% yang sebelumnya 2,44% menjadi 1,19% pada tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah cukup berhasil menanggulangi P2 di Kaltara, salah satunya melalui pelaksanaan program PNPM Mandiri Perdesaan sehingga tingkat ksejahteraan masyarakat perdesaan terus meningkat, disisi lain peralihan tenaga terdidik dari perkotaan ke perdesaan untuk terlibat

Grafik 3.24.

(15)

LP2KD Prov. Kaltara, 2014-2015 47 langsung dalam program, baik bertindak sebagai fasilitator, konsultan program dan pemerhati kesejahteraan penduduk di perdesaan (Grafik 3.25).

d. Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kota dan Desa

Tren pencapaian perkembangan indeks keparahan kemiskinan (P2) kota (indeks) Provinsi Kaltim/Kaltara tahun 2010-2014 berfluktuatif namun masih bermasalah. Dalam kurun waktu 5 tahun P2 kota tahun 2010 mencapai 0,12% mengalami kenaikan 0,07% untuk tahun 2014 sehingga mencapai 0,19%, dan jika dilihat tahun 2013 kenaikan lebih tinggi lagi 0,15%. Hal ini menunjukkan

telah terjadi urbanisasi penduduk, yang mengakibatkan permasalahan baru bagi pemerintah. Disisi lain, potensi yang melimpah diperdesaan terbengkalai diolah dan dimanfaatkan akibat kekurangan tenaga kerja produktif, kreatif dan inovatif

(Grafik 3.26).

Tren pencapaian perkembangan indeks keparahan kemiskinan (P2) desa (indeks) Provinsi Kaltim/Kaltara

ada kecenderung membaik (ada upaya pemecahan masalah). Selama 5 tahun terjadi penurunan sebesar 0,65% dari tahun 2010 mencapai 0,70% sehingga mencapai 0,25 pada tahun 2014, walaupun pada tahun 2013 menjadi 0,59 (naik 0,11%) dibanding capaian di tahun 2010 (Grafik 3.27).

Grafik 3.26.

(16)

LP2KD Prov. Kaltara, 2014-2015 48 e. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa)

Tren pencapaian perkembangan jumlah penduduk miskinan (jiwa) Provinsi Katim/Kaltara tahun 2010-2014 ada kecenderungan membaik. Dalam waktu 5 tahun telah terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 31.208 jiwa atau rata-rata penurunan sebanyak 6.241,6 jiwa per tahun (Grafik 3.28)

3.2.3. Analisis Efektifitas a. Tingkat Kemiskinan

Tren pencapaian efektifitas tingkat kemiskinan (%) Provinsi Katim/Kaltara tahun 2002-2014 menunjukkan ada perbaikan akan tetapi masih mengalami perlambatan untuk menurunkan tingkat kemiskinan. Dalam waktu selama 5 tahun terakhir laju rata-rata penurunan tingkat kemiskinan hanya 0,338%. Tren terbaik terjadi pada tahun 2011 dibanding tahun 2010 dari 8,00% menjadi 6,63% dengan tingkat penurunan sebesar 1,37%,

sedangkan yang terjelek terjadi pada tahun 2013 dibanding tahun 2012 dari 6,38% tetap menjadi 6,38% atau tidak terjadi penurunan tingkat kemiskinan (Grafik 2.29).

Tren pencapaian efektifitas garis kemiskinan (Rp) Provinsi Kaltim/Kaltara 2002-2014 mengalami perbaikan, akan tetapi masih mengalami perlambatan untuk meningkatkan garis kemiskinan. Dalam waktu 5 tahun terakhir, laju rata-rata peningkatan sebesar Rp.22.948,2 per tahun tidak imbang dibanding dengan kenaikan harga sembako dampak dari naik turunnya harga BBM bersubsidi (Grafik 3.30).

Grafik 3.28.

Grafik 3.29.

(17)

LP2KD Prov. Kaltara, 2014-2015 49 Tren efektifitas tingkat kemiskinan kota (%)

Provinsi Kaltim/Kaltara 2002-2014 menunjukkan buruk dan mengalami perlambatan. Hal ini mengindikasikan penanggulangan kemiskinan di kota belum berhasil, yang terjadi sebaliknya yaitu hanya menambah tingkat kemiskinan akibat urbanisasi penduduk. Selama 5 tahun terakhir laju rata-rata penurunan kemiskinan kota hanya 0,024%, kinerja terbaik hanya terjadi pada tahun 2012 ke tahun 2013 terjadi penurunan kemiskinan kota 0,11% dari 3,82% menjadi 3,71%, sedangkan terburuk tejadi pada tahun 2014 mengalami kenaikan 0,27% dibanding tahun 2013 yang sebelumnya hanya 3,71% (Grafik 3.31). Akan tetapi trend efektifitas tingkat kemiskinan desa (%) Provinsi Kaltim/Kaltara 2002-2014

menunjukkan trend membaik dan agak cepat terjadinya penurunan tingkat kemiskinannya. Selama 5 tahun terakhir, laju rata-rata penurunan tingkat kemiskinan desa 0,72%, penurunan terbaik terjadi pada tahun 2011 sebesar 2,40% dibanding tahun 2010 dari 13,66% menjadi 11,26%, sedangkan terburuk terjadi pada tahun 2014 dibanding tahun 2013 mengalami kenaikan 0,16% dari 9,90% menjadi 10,06% (Grafik 3.32).

b. Jumlah Penduduk Miskin

Tren efektifitas jumlah penduduk miskin kota (jiwa) Provinsi Kaltim/Kaltara tahun 2002-2014 memburuk dan melambat. Dalam waktu 5 tahun terakhir justeru terjadi kenaikan jumlah pendudk miskin di kota berarti lebih buruk (bermasalah), laju rata-rata kenaikan 3.856 jiwa per tahun, yang paling

Grafik 3.31.

Grafik 3.32.

(18)

LP2KD Prov. Kaltara, 2014-2015 50 terburuk kenaikannya terjadi pada tahun 2011 sebesar 8.700 jiwa dibanding tahun 2010 dari 79.200 jiwa menjadi 87.900 jiwa berarti bermasalah, sedangkan yang penurunan hanya terjadi pada tahun 2013 sebesar terjadi pada tahun 2014 sebesar 1.080 jiwa dibanding tahun 2013 dari 90.420 jiwa menjadi 98.480 jiwa berarti telah terjadi perbaikan tetapi lambat

(Grafik 3.33).

Tren efektifitas jumlah penduduk miskin desa (%) di Provinsi Kaltim/Kaltara tahun 2002-2014 mengalami perbaikan dan akan tetapi penurunnya sedang (agak lambat), walaupun pada tahun 2014 terjadi kenaikan. Selama 5 tahun terakhir laju rata-rata penurunan sebesar 1920 jiwa pertahun, yang paling terbaik terjadi pada tahun 2013 sebanyak 7.060 jiwa dari 154.600 jiwa pada tahun 2012 menjadi 147.540 jiwa pada tahun 2013 berarti tidak bermasalah (perbaikan dan percepatan) terhadap jumlah penduduk miskin di desa, sedangkan peningkatan juga terjadi pada tahun 2014 sebanyak 6.660 jiwa dari 147.540 jiwa pada tahun 2013 menjadi 154.200 jiwa pada tahun 2014 berarti bermasalah (Grafik 3.34) .

(19)

LP2KD Prov. Kaltara, 2014-2015 51

c. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Tren efektifitas indeks kedalaman kemiskinan (P1) di Provinsi Kaltim/Kaltara tahun 2002-2014 mengalami perbaikan akan tetapi agak mengalami perlambatan. Dalam 5 tahun terakhir laju rata-rata penurunan P1 hanya sebesar 0,095% per tahun, perbaikan terbesar terjadi pada tahun 2014 sebesar 0,49% dari 1,25% pada tahun 2013 sehingga menjadi 0,79%, sedangkan pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,26% dari 0,99 pada tahun 2012 menjadi 1,25% berarti

buruk (bermasalah) (Grafik 3.35). Akan tetapi tren efektifitas P1 kota memburuk (bermasalah) dan cenderung datar (sama saja). Dalam kurun 5 tahun terakhir laju rata penurunan P1 kota hanya 0,004% saja, terjadi 3 kali peningkatan P1, P1 terbesar peningkatannya terjadi pada tahun 2012 sebesar 0,11% berarti buruk (bermasalah), dan terjadi perbaikan pada tahun 2014 sebesar 0,25% (Grafik 3.36). Tren P1 di desa dalam 5 tahun terakhir laju rata-ratanya perbaikan masalah P1 desa sebesar 0,25% jauh lebih besar dibanding laju rata-rata perbaikan masalah P1 kota yang hanya 0,004%. Hal ini menunjukkan untuk menanggulangi kemiskinan di perdesaan Kaltara lebih berhasil dibanding perkotaan (Grafik 3.37). Grafik 3.35. Grafik Grafik 3.36. Grafik 3.37.

(20)

LP2KD Prov. Kaltara, 2014-2015 52

d. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Tren efektifitas indeks keparahan kemiskinan (P2) di Provinsi Kaltim/Kaltara tahun 2002-2014

memburuk (bermasalah) dan laju P2 mengalami percepatan. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir laju rata-rata penurunan P2 hanya 0,032% per tahun, perbaikan terbesar terjadi pada tahun 2014 sebesar 0,21% dari 0,39 untuk tahun 2013 menjadi 0,18% pada tahun 2014, sedangkan peningkatan P2 terburuk terjadi pada tahun 2013 sebesar 0,14% dari 0,25% untuk tahun 2012 menjadi 0,39% pada tahun 2013 (Grafik 3.38). Sedangkan untuk tren P2 kota di Provinsi Kaltara dalam 5 tahun terakhir juga memburuk (bermasalah) dan laju tren P2 mengalami perlambatan. Hal ini menunjukkan telah ada perbaikan namun tren P2 naik turun saja, kenaikan P2 terjadi sebanyak 3 kali yaitu tahun 2011, 2012, dan 2013, kenaikan P2 terburuk tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 0,70% dan terburuk terkecil terjadi pada tahun 2012 sebesar 0,20%. Untuk penurunan P2 hanya terjadi pada tahun 2014 sebesar 0,14% dari 0,27% pada tahun 2013 menjadi 0,13 pada tahun 2014 (Grafik 3.39). Trend P2 desa di Provinsi Kaltara, dalam 5 tahun terakhir trend P2 mengalami perbaikan

dan laju trendnya juga mengalami percepatan, dengan laju rata-rata perbaikan sebesar 0,45% per tahun. Penurunan P2 desa terjadi 2 kali, terbesar terjadi di tahun 2011 sebesar 0,41% dari 0,70% tahun 2010 menjadi 0,29% di tahun 2011, dan penurunan terkecil terjadi di tahun 2014 sebesar 0,34% dari 0,59% tahun 2013 menjadi 0,25% tahun 2014, sedangkan kenaikan P2 desa terbesar terjadi di tahun 2013 sebesar 0,29% dari 0,30% tahun 2012 menjadi 0,59% untuk tahun 2013, sedangkan kenaikan P2 desa terkecil terjadi di tahun 2012 hanya 0,01% saja dari 0,29% tahun 2011 menjadi 0,30% tahun 2012 (Grafik 3.40).

Grafik 3.38.

Grafik 3.39

(21)

LP2KD Prov. Kaltara, 2014-2015 53

3.2.4. Analisis Relevansi

Relevansi menggambarkan kesesuaian perkembangan kondisi kemiskinan daerah Pemerintah Kaltara terhadap Pemerintah Nasional. a. Tingkat Kemiskinan

Tren pencapaian relevansi tingkat kemiskinan (%) di Provinsi Kaltim/Kaltara terhadap nasioanl tahun 2002-2014 cenderung relevan, dan berada dibawah tren capaian nasional. Hal ini menunjukkan bahwa penanggulangan kemiskinan di Provinsi Kaltara

lebih baik dibanding capaian nasional. Capaian relevansi Prov. Kaltara terlihat dari capaian dalam 5 tahun terakhir, walaupun pada tahun 2014 terjadi kenaikan 0.04% dari 6,38 untuk tahun 2013 menjadi 6,42% pada tahun 2014 (Grafik 3.41). Tren pencapaian relevansi tingkat kemiskinan kota (%) Provinsi Kaltim/Kaltara terhadap nasional tahun 2002-2014 cenderung cukup relevan dan berada dibawah tren capaian nasional. Capaian relevansi tingkat kemiskinan kota Provinsi Kaltara dalam 5 tahun terakhir laju rata-rata penurunannya lebih rendah dibanding nasional, terlihat pada tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 0,3% dari 3,71 untuk tahun 2013 menjadi 4.01% pada tahun 2014 (Grafik 3.42). Tren pencapaian relevansi tingkat kemiskinan desa (%) Provinsi Kaltim/Kaltara terhadap nasional tahun 2002-2014 cenderung cukup relevan dan

berada dibawah tren capaian nasional. Capaian relevansi tingkat kemiskinan desa Provinsi Kaltara dalam 5 tahun terakhir laju rata-rata penurunannya lebih rendah dibanding nasional, terlihat pada tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 0,43% dari 9,90% untuk tahun 2013 menjadi 4.01% tahun 2014 (Grafik 3.43).

Grafik 3.42.

(22)

LP2KD Prov. Kaltara, 2014-2015 54

b. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Tren pencapaian relevansi indeks kedalaman kemiskinan (P1)-kota di Provinsi Kaltim/Kaltara terhadap nasional tahun 2002-2014 cenderung tidak relevan dan berada dibawah tren capaian nasional. Pencapaian relevansi P1-kota di Provinsi Kaltara dalam 5 tahun terakhir laju rata-rata penurunannya justru terjadi peningkatan P1-kota dibanding capaian nasional, terlihat pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,07% dari 0,73% untuk tahun 2012 menjadi 0.80% tahun 2014. Hal ini menunjukkan masih bermasalah

(Grafik 3.44).

Tren pencapaian relevansi indeks kedalaman kemiskinan (P1)-desa di Provinsi Kaltim/Kaltara terhadap nasional tahun 2002-2014 kurang relevan dan berada dibawah tren capaian nasional. Pencapaian relevansi P1-desa di Provinsi Kaltara dalam 5 tahun terakhir laju rata-rata penurunannya

justru P1-desa meningkat dibanding capaian nasional, terlihat pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,57% dari 1,43% di tahun 2012 menjadi 1,98% di tahun 2013. Hal ini menunjukkan masih bermasalah (Grafik 3.45).

c. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Tren pencapaian relevansi indeks keparahan kemiskinan (P2)-kota di Provinsi Kaltim/Kaltara terhadap nasional tahun 2002-2014 tidak relevan dan berada dibawah tren capaian nasional. Pencapaian relevansi P2-kota di Provinsi Kaltara dalam 5 tahun terakhir laju rata-rata penurunannya justru P2-desa meningkat dibanding capaian nasional, terlihat pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,05% dari 0,022% di tahun 2012

menjadi 0,27% di tahun 2013. Hal ini menunjukkan masih bermasalah (Grafik 3.46). Grafik

Grafik 3.45 Grafik 3.44

(23)

LP2KD Prov. Kaltara, 2014-2015 55 Tren pencapaian relevansi indeks keparahan kemiskinan (P2)-desa di Provinsi Kaltim/Kaltara terhadap nasional tahun 2002-2014 tidak relevan dan berada diatas tren capaian nasional. Pencapaian relevansi P2-desa di Provinsi Kaltara dalam 5 tahun terakhir laju rata-rata penurunannya justru P2-desa meningkat dibanding capaian nasional, terlihat pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 0,29% dari 0,30% di tahun 2012 menjadi 0,59% di tahun 2013. Hal ini menunjukkan masih bermasalah (Grafik 3.47).

3.2.5. Analisis Keterkaitan

Analisis keterkaitan dilakukan untuk mengetahui apakah 4 (empat) indikator utama kemiskinan ada keterkaitan dengan 4 (empat) perspektif di Provinsi Kaltara, sehingga dapat diketahui penyebab masalah kemiskinan (Tabel 3.1).

Tabel 3.1.

Analisis Keterkaitan Indikator Kemiskinan Terhadap Empat Perspektif di Provinsi Kaltara, tahun 2010-2014

Prov. Kaltara

Persepktif Posisi Relatif Perkembangan Antar

Waktu

Efektifitas Relevansi Keterkaitan

Indi k at o r Persentase Penduduk Miskin (%) Provinsi Kaltim/Kaltar a 6,42% berada dibawah capaian nasional 11,25 Dari tahun 2010, 2011, 2012 membaik, tetapi tahun 2013 tetap, tahun 2014 memburuk Cukup efektif Cukup relevan terhadap capaian nasional Dari ke empat perspesktif terhadap indikator-indikator kemiskinan di Provinsi Kaltara posisinya secara umum masih berada dibawah capaian nasional, akan tetapi efektifitasnya masih belum efektif begitu juga relevansinya, hal ini menunjukkan Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) Provinsi Kaltim/Kaltar a 253.600 jiwa berada dibawah capaian nasional 401.510 jiwa Dari tahun 2010, 2011, 2012 membaik, tahun 2013, 2014 memburuk, Belum efektif Belum relevan terhadap capaian nasional Indeks Kedalaman Kemiskinan P1 (%) Provinsi Kaltim/Kaltar a 1,08% berada

P1-kota dari tahun 2010,2011,2012, 2013 memburuk, tahun 2014 Belum efektif Belum relevan terhadap capaian Grafik 3.47

(24)

LP2KD Prov. Kaltara, 2014-2015 56 capaian nasional 1,75% sedangkan P1-desa tahun 2010,2011 membaik, tahun 2012,2013 memburuk, dan tahun 2014 membaik sinkronnya program/kegiata n yang telah disusun dan dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Kaltara terhadap pemerintah pusat. Indeks Keparahan Kemiskinan P2 (%) Provinsi Kaltim/Kaltar a 0,28% berada dibawah capaian nasional 0,44%

P2-kota dari tahun 2010,2011,2012,201 3 memburuk, tahun 2014 membaik, sedangkan P2 desa tahun 2010, 2011 membaik, tahun 2012,2013 memburuk, tahun 2014 membaik Tidak efektif Tidak relevan terhadap capaian nasional

Gambar

Grafik 3.45  Grafik 3.44

Referensi

Dokumen terkait

Bank Indonesia Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2007 Bank Indonesia Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2008 Bank Indonesia Laporan Perekonomian Indonesia Tahun 2009

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi merupakan bagian organisasi yang terdiri dari manusia dan peralatan yang dirancang untuk

Dengan menggunakan analisis regresi multilinier, sebanyak 20 senyawa xanton yang sudah diketahui nilai IC50-nya digunakan sebagai senyawa fitting untuk mendapatkan

Nabuasa CD, (2011) Hubungan Riwayat Pola Asuh Pola Makan, dan Asupan Zat Gizi Terhadap Kejadian Stunting pada Anak Usia 24-59 Bulan di Kecamatan Biboki Utara Kabupaten

Metodologi yang digunakan adalah metodologi pustaka dengan mencari teori-teori yang berhubungan dengan aplikasi yang dibuat baik teori umum maupun teori khusus, dan

Perlindungan hukum terhadap korban tindak pidana perdagangan orang perlu dilaksanakan guna membantu korban dalam membantu memperjuangkan haknya memperoleh keadilan,

Dinamika penerimaan diri pada subjek dengan umur yang paling tua dapat narpidana wanita bergantung pada faktor yang menerima keadaan subjek dengan cepat, bahkan menjadi

Simpulan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar siswa kelas IV SDN Se-Gugus IV Kecamatan Limapuluh Kota Pekanbaru terbagi