• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI BATUAN VULKANIK PERBUKITAN SEPULUHRIBU, KOTA TASIKMALAYA DAN SEKITARNYA, JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI BATUAN VULKANIK PERBUKITAN SEPULUHRIBU, KOTA TASIKMALAYA DAN SEKITARNYA, JAWA BARAT"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

M3P-01

STUDI BATUAN VULKANIK PERBUKITAN SEPULUHRIBU, KOTA

TASIKMALAYA DAN SEKITARNYA, JAWA BARAT

Hernanda Danar Dono1*, Lucas Donny Setjadji1

1

Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl.Grafika No.2 Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia, Tel. 0274-513668, *Email:hernanda.danar.dono@gmail.com

Diterima 18 Oktober 2014

Abstrak

Perbukitan Sepuluhribu yang berada Kota Tasikmalaya dan sekitarnya merupakan suatu bentukan perbukitan bergelombang (hummocky hills)yang terdiri dari bukit-bukit kecil dengan diameter 10-100 m dan tinggi 10-150 m. Banyak peneliti terdahulu menginterpretasikan bahwa seluruh batuan penyusun perbukitan ini tersusun oleh hasil longsoran Gunung Galunggung (sector collapse) yang menurut Bronto (1989) terjadi sekitar 4200 tahun yang lalu. Namun, berdasar pada data singkapan terbaru yang didapat di lapangan, terdapat batuan-batuan yang diyakini bukan berasal dari produk longsoran Galunggung. Untuk itu dilakukan penelitian untuk melakukan pemetaan batuan vulkanik di Perbukitan Sepuluhribu secara lebih detail. Pada pemeriaan singkapan batuan di lapangan, ditemukan singkapan intrusi, perlapisan skoria-lapili-tuf, breksi autoklastika dan struktur geologi seperti kekar tektonik dan sesar yang seharusnya tidak terdapat pada batuan hasil longsoran. Analisa geokimia dan petrografi dilakukan pada batuan-batuan tersebut untuk dibandingkan dengan hasil analisa peneliti terdahulu. Hasil perbandingan tersebut menunjukan batuan vulkanik yang diduga insitu memiliki komposisi mineralogi yang lebih basaltik. Hasil plot pada diagram geokimia juga menunjukan titik plot yang berbeda dengan data peneliti terdahulu. Berdasar pada data lapangan dan analisis tersebut, dibuat satuan batuan di Perbukitan Sepuluhribu berdasar asal batuannya. Batuan vulkanik di Perbukitan Sepuluhribu tidak hanya tersusun oleh endapan lahar dan endapan hasil longsoran saja, namun juga terdapat batuan vulkanik insitu yang dapat dikelompokkan menjadi lima batuan vulkanik, : batuan vulkanik Situgede, batuan vulkanik Asasutra, batuan vulkanik Cintaraja, batuan vulkanik Rancamacan dan batuan vulkanik Cipasung. Singkapan batuan vulkanik insitu tersebut memiliki ukuran kecil dan terpisah-pisah, yang mengindikasikan merupakan hasil vulkanisme yang relatif kecil ukurannya dan terpisah-pisah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa minimal terdapat tiga interpretasi pusat erupsi insitudi Perbukitan Sepuluhribu dan sekitarnya yang diduga menjadi sumber batuan vulkanik insitu, yaitu : Gunung Asasutra, Maar Situgede, dan Gunung Cipasung. Sedangkan dua pusat erupsi lainnya diyakini ada namun tidak diketahui letak dan karakteristiknya karena keterbatasan singkapan yang ada di lapangan.

Kata Kunci :Perbukitan Sepuluhribu Tasikmalaya, Perbukitan Bergelombang, sector collapse, debris avalanche, batuan vulkanik.

Pendahuluan

Perbukitan Sepuluhribu terletak di sekitaran kota Tasikmalaya, Jawa Barat merupakan suatu topografi bergelombang yang telah banyak dilakukan penelitian. Berdasar penelitian tersebut seluruhnya mengidentifikasi bahwa Perbukitan Sepuluhribu merupakan hasil longsoran Gunung Galunggung (sector collapse) yang menurut Bronto (1989) terjadi 4200±150 tahun yang lalu. Namun, berdasar data singkapan terbaru yang terdapat di lapangan karena aktivitas penambangan, terdapat singkapan batuan yang karakteristik batuannya berbeda dengan

(2)

endapan longsoran yang terdiri dari debris avalanche deposit. Sehingga penelitian batuan vulkanik Perbukitan Sepuluhribu ini menarik untuk dilakukan.

Maksud dan Tujuan

Penelitian ini bermaksud untuk melakukan deksripsi dan studi batuan vulkanik Perbukitan Sepuluhribu secara lebih detail, sedangkan tujuannya adalah melakukan pemetaan batuan vulkanik Perbukitan Sepuluhribu berdasar ada pada asal batuannya. Berdasar maksud dan tujuan tersebut, hasil dari penelitian adalah peta geologi yang dibuat berdasar asal sumber materialnya, yang kemudian akan dibuat laporan secara sistematis.

Hipotesis

Berdasar pada pengumpulan data lapangan yang dibandingkan dengan dasar teori dan penelitian terdahulu, maka dirumuskan hipotesis :

1. Tidak seluruh batuan vulkanik yang menyusun Perbukitan Sepuluhribu merupakan hasil longsoran Galunggung.

2. Terdapat sumber erupsi (gunung api) di Perbukitan Sepuluhribu yang morfologinya sekarang sudah tidak terlihat lagi

Metode Penelitian

Dalam menjawab tujuan dan hipotesis penelitian, maka metode penelitian yang dilakukan adalah studi pustaka-interpretasi pra lapangan - observasi awal - perumusan masalah dan hipotesis – pengumpulan data lapangan - tahapan analisis meliputi determinasi asal batuan, analisa petrografi dan analisa geokimia-penyusunan peta geologi - pembahasan dan penyusunan laporan. Tahapan pengumpulan data lapangan merupakan tahapan paling kritis, karena deskripsi detail singkapan batuan akan digunakan dalam penentuan asal batuan sehingga ditabulasikan dengan tabel. Tabulasi tabel pengamatan lapangan akan diintegrasikan dengan dasar teori, data analisa petrografi dan analisa geokimia sehingga dapat digunakan dalam pertimbangan asal batuan.

Pertimbangan asal batuan kemudian akan menjadi dasar dalam penentuan peta geologi yang akan dibuat berdasar pada sumber materialnya. Penamaan satuan batuan tersebut akan mempertimbangkan nama lokasi atau sumber materialnya. Kemudian dibuat profil sayatan geologi untuk memeperjelas kedudukan dan stratigrafi masing-masing batuan, sehingga penyusunan laporan akan lebih sistematis dan baik. Hasil dari laporan diarapkan dapat menjawab maksud tujuan penelitian dan hipotesis yang diajukan.

Pengutaraan Data

Geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi empat satuan, yaitu : satuan kaki gunung api, satuan dataran gunung api, satuan perbukitan bergelombang (hummocky hills), dan satuan dataran fluvial. Satuan ini didasarkan pada topografi dan geometri yang ada, satuan dataran gunung api merupakan yang pelamparannya paling luas di daerah penelitian.

Hasil pengumpulan data lapangan yang ditabulasikan dalam tabel dengan beberapa parameter penting seperti yang terlihat di Tabel 1. Hasil tabulasi data berupa tabel deksripsi pengamatan lapangan dapat dilihat pada lampiran. Peneliti membuat 160 lokasi pengamatan yang merata penyebarannya di daerah penelitian, dan dari tabel hasil pengumpulan data lapangan menunjukan bahwa singkapan batuan di daerah penelitian terdiri dari perlapisan skoria-lapili-tuf, intrusi, lava, block ash debris avalanche deposit dan endapan lahar. Selain parameter tersebut, terdapat juga strukutur geologi berupa kekar tektonik, kekar akibat longsoran (jigsaw cracks)dan sesar yang ditemukan di daerah penelitian. Hasil pengumpulan

(3)

data lapangan tersebut akan dijadikan dasar dalam penentuan asal batuan yang akan dibahas detail dalam bab hasil kajian dan pembahasan.

Struktur geologi yang ditemukan di daerah penelitian antara lain sesar turun, sesar geser dan kekar yang meliputi kekar tektonik dan kekar longsoran (jigsaw cracks).Sesar baik turun ataupun geser yang ditemukan di daerah penelitian tidak membentuk kelurusan yang masif, sehingga geometri sesar yang ada umumnya tidak panjang dan lokal saja penarikannya. Kekar tektonik umumnya memiliki orientasi yang baik dan teratur, ditemukan pada perlapisan skoria-lapili-tuf (lihat Gambar 4). Sedangkan kekar longsoran (jigsaw cracks) memiliki arah yang tidak teratur, saling potong-memotong, terbuka dan ditemukan pada blok lava yang berukuran cukup besar yang mengindikasikan bahwa itu merupakan hasil longsoran.

Analisis petrografi dilakukan pada 42 sampel batuan yang meliputi sampel lava, intrusi, fragmen breksi dan skoria-lapili-tuf. Dari analisa yang dilakukan, sebagian besar nama batuan beku koheren adalah basal piroksen, sebagian kecil andesit piroksen. Sampel lapili-tuf yang dianalisa menunjukan nama crystall tuff dan sampel skoria menunjukan nama basal piroksen. Semua sampel intrusi merupakan basal piroksen. Tekstur trachyticumum dijumpai di sampel lava dan intergranular-intersertal pada intrusi. Mineral yang umum dijumpai adalah fenokris berupa plagioklas, olivin, klinopiroksen, ortopiroksen, mineral opak, kadang terdapat hornblende yang tertanam pada massa dasar mikrolit plagioklas dan gelas vulkanik. Mineral ubahan seperti klorit, kalsit, lempung juga umum dijumpai pada analisa petrografi, terutama pada lava dan fragmen breksi yang diambil dari endapan lahar.

Peneliti melakukan analisa geokimia pada sampel batuan yang masih segar di daerah penelitian, meliputi intrusi, lava, breksi autoklastika dan satu sampel yang berasal dari tubuh Galunggung. Hasil dari analisa tersebut kemudian diplotkan dalam berbagai grafik yang yang dianggap dapat memberi informasi geokimia batuan. Hasilnya seluruh sampel batuan yang diambil dari Perbukitan Sepuluhribu merupakan basal seri Low-K Tholeeite, sedangkan sampel dari tubuh Galunggung memiliki kandungan SiO2 yang paling tinggi dan termasuk dalam seri andesit basaltik seriLow-K basaltic andesite.

Diagram plot untuk beberapa sampel lain menunjukan trens yang cukup acak, namun umumnya sampel batuan Perbukitan Sepuluhribu memiliki nilai SiO2 yang relatif rendah, kandungan unsur mafik (Al2O3,FeO, MnO, TiO2, P2O5,CaO) yang cukup tinggi. Sedangkan nilai MgO relatif rendah yang mengindikasikan magma telah berevolusi dari magma primernya.

Hasil Kajian dan Pembahasan

Berdasar pada tabel hasil pengumpulan data lapangan yang diintegrasikan dengan dasar teori dan penelitian terdahulu di tempat lain, maka dideterminasi asal batuannya. Hal ini mempertimbangkan kenampakan di lapangan antara lain :

1. Keberadaan batuan koheren berupa intrusi dan lava. Intrusi di daerah penelitian yang memiliki kondisi segar, struktur batuan yang masih terjaga baik dan tidak mengalami fragmentasi kuat berupa jigsaw cracks dimungkinkan bukan berasal dari longsoran Galunggung, karena seharusnya memiliki fragmentasi dan kondisinya telah lapuk karena berumur tua.

2. Keberadaan batuan fragmental berupa perlapisan skoria-lapili-tuf yang berlapis baik, kondisinya masih segar, dan tidak mengalami kehancuran struktur batuan. Pada dasar teori disebutkan bahwa batuan yang berukuran halus akan hancur akibat pergerakan batuan. Perlapisan skoria-lapili-tuf tebal dan berlapis baik, dimungkinkan bukan berasal dari longsoran Galunggung. Selain itu, erupsi Galunggung pada 1982/83 menghasilkan endapan piroklastika jatuhan yang tipis di daerah Kota Tasikmalaya.

(4)

3. Keberadaan struktur geologi berupa sesar dan kekar tektonik. Pada batuan yang ditemukan sesar maupun kekar tektonik dengan arah yang terorientasi baik dimungkinkan memiliki genesa yang berbeda dengan longsoran Galunggung yang memiliki jigsaw cracks tidak teratur pada fasies bloknya dan tidak memiliki struktur geologi pada fasies matriksnya.

4. Keberadaan breksi autoklastika yang seharusnya tidak ditemukan di batuan hasil longsoran Galunggung, kriptodome di Galunggung telah hancur seluruhnya oleh erupsi antara 1894-1982/83, sehingga tidak mungkin tertransport dalam keadaan masih utuh sampai daerah penelitian.

5. Block and ash depositdan endapan lahar yang dapat diamati di lapangan secara deskriptif merupakan hasil longsoran danreworkedbatuan vulkanik Galunggung.

Setelah dilakukan penyortiran, maka didapat beberapa lokasi pengamatan yang memiliki batuan yang diduga bukan dari longsoran Galunggung (lihat Tabel 2).

Proses berikutnya adalah sampel batuan yang diduga insitu tersebut dilakukan analisis petrografi dan dibandingkan dengan data petrografi peneliti terdahulu. Dari perbandingan tersebut terdapat perbedaan antara lain : sampel intrusi di daerah penelitian semua basal, sementara intrusi di dinding kaldera Galunggung ada yang andesit. Tekstur fragmen breksi bukan berasal dari lava berdasar pada tekstur batuan, skoria dan lapili tuf yang memiliki karakteristik masih panas saat terendapkan.

Data geokimia juga dibandingkan dengan peneliti terdahulu melalui diagram plot. Dari analisa tersebut, diketahui bahwa sampel batuan intrusi, lava dan breksi autoklastika yang diduga insitu di Perbukitan Sepuluhribu kurang mengalami diferensiasi yang signifikan bila dibandingkan dengan magma Old Galunggung, karena kandungan SiO2yang relatif rendah dan kandungan unsur seperti K2O dan Na2O yang relatif lebih rendah. Unsur-unsur mafik juga kandungannya relatif lebih tinggi bila dibandingkan yang ada di Old Galunggung. Batuan dari Gunung Galunggung relatif tersebar acak titik plotnya, yang berarti komposisinya cukup beragam. Sedangkan batuan yang diduga insitu relatif seragam titik plotnya lihat Gambar 5.

Dari hasil kajian tersebut, diyakini lokasi pengamatan yang didugainsitutadi memanglah bukan berasal dari longsoran Galunggung karena perbedaan karakteristik fisik, mineralogi batuan serta kandungan unsur geokimianya. Berdasar integrasi pada data-data tersebut, maka peneliti membuat peta geologi daerah penelitian berdasar pada sumber materialnya, berikut hasil peta geologi yang dapat dilihat di Gambar 7.

Berdasar pada peta dan hasil profil sayatan tersebut didukung kenampakan lapangan, maka disusunlah stratigrafi batuan vulkanik daerah penelitian sebagai berikut yang disusun dari atas ke bawah, sesuai dengan urutan umurnya (termuda-tertua) :

 Endapan lahar yang merupakan satuan batuan termuda yang ada di daerah penelitian

 Endapan tepra Galunggung periode erupsi 1982/83.

Block and ash debris avalanche deposityang merupakan hasil longsoran Galunggung terdiri dari fasies blok dan fasies matriks.

 Batuan vulkanik Asasutra yang terdiri dari perlapisan skoria-lapili-tuf dan sisipan lava.

 Batuan vulkanik Situgede yang terdiri dari intrusi basal, breksi piroklastik dan breksi autoklastik.

 Batuan vulkanik Rancamacan yang terdiri dari perlapisan skoria-lapili-tuf dan breksi piroklastik.

 Batuan vulkanik Cipasung yang terdiri dari intrusi basal dan breksi piroklastik.

 Batuan vulkanik Cintaraja yang terdiri dari intrusi basal dan perlapisan lapili-tuf. Batuan vulkanik Asasutra, Batuan vulkanik Situgede, Batuan vulkanik Rancamacan, Batuan vulkanik Cipasung, Batuan vulkanik Cintaraja diyakini merupakan batuan-batuan

(5)

yang insitu namun tidak diketahui umurnya secara pasti karena tidak dilakukan dating sehingga dianggap seumur.

Batuan-batuan yang didugainsitutersebut berasal dari magmatisme dan vulkanisme yang terdapat di daerah penelitian, berdasar pada perbandingan dengan dasar teori dan penelitian di lokasi lain, peneliti menginterpretasi terdapat tiga pusat erupsi (gunung api) di Perbukitan Sepuluhribu, Tasikmalaya, yaitu :

1. Gunung Cipasung, merupakan bentukan lava dome dengan kekar tiang ideal dengan diameter 13 m, struktur kekar tiang ini sangat mirip dengan bagian dalam lava dome, pusat erupsi ini diperkirakan merupakan suatu gunung api monogenesis tipe freatik-freatomagmatic volcanodengan erupsi freatik-freatomagmatik yang skema pembentukan lava dometersebut dapat dilihat pada Gambar 7.

2. Gunung Asasutra, gunung api tipe small stratovolcano, diinterpretasi berdasar pada perlapisan-skoria-lapili tebal yang sangat terbatas, profil sayatan geologi telah menunjukan bentukan morfologi positif gunung api, kemudaian diperkuat dengan adanya perlapisan lava dan adanya sesar turun radial yang sangat khas di zona sentral gunung api (lihat Gambar 8 dan 9).

3. Maar Situgede, gunung api tipe maar yang berbentuk depresi dengan diamater sekitar 200 m dengan breksi autoklastika pada bagian tengahnya yang diperkirakan adalah lava dome. Breksi piroklastik di sekitar depresi diperkirakan adalah produk awal erupsi, akhir fase erupsi terbentuklava domedi bagian tengah maar (lihat Gambar 10 dan 11).

Kesimpulan dan Saran

Batuan di daerah penelitian tidak hanya terdiri dari endapan longsoran Galunggung dan endapan lahar saja, terdapat unit batuan vulkanik diyakini insitu yang berasal dari magmatisme dan vulkanisme di daerah penelitian. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan setidaknya minimal terdapat tiga pusat erupsi yang diperkirakan ada di daerah penelitian yaitu: Gunung Cipasung, Gunung Asasutra dan Maar Situgede. Batuan vulkanik Rancamacan dan batuan vulkanik Cintaraja diyakini insitu dan terbentuk dari suatu vulkanisme, namun karena keterbatasan data, tidak diketahui keberadaan pusat erupsinya. Dengan ditemukannya suatu pusat erupsi di daerah penelitian, maka akan mengubah kondisi geologi dan potensi geologi daerah Perbukitan Sepuluhribu Tasikmalaya. Keberadaan gunung api dapat menjadi sumber panas dalam untuk potensi panasbumi apabila umurnya masih relatif muda, namun apabila sudah cukup tua maka bisa menjadi potensi endapan minerak ekonimis. Maka dari itu, peneliti menyarankan dilakukan dating untuk batuan batuan yang diyakini insitu di Perbukitan Sepuluhribu, karena pada penelitian ini peneliti tidak melakukandating.Sehingga hasilnya dating tersebut akan sangat membantu dalam hal penentuan potensi di Kota Tasikmalaya dan sekitarnya.

Daftar Pustaka

Bronto, S.,Geologi Gunung api Purba : Publikasi Khusus, Badan Geologi, Bandung, 2010. Bronto,S., Vocanic Geology of Galunggung, West Java, Indonesia : A Thesis Submitted In

Partial Fulfiment Of The Requirements For Degree Of Doctor Of Philoshopy In Geology In The Universisy Of Canterbury,1989.

Kusumadinata, K., Data Dasar Gunung Galunggung, dalam : Katili, J., Sudrajat, A.dan Kusumadinata, K., (eds) Letusan Galunggung 1982-1983 : Kumpulan Makalah Hasil Penyelidikan,Direktorat Vulkanologi,Bandung p 3-13, 1982.

Ponomareva, V., Ivan, V., dan Oleg, V, Journal Of Volcanology and Geothermal Research : Sector Collapse and Large Landslides on Late Pleistocene- Holocene volcanoes in Kamchatka, Russia.El Sevier, Amsterdam, 2006.

(6)

Ui,T., Takarada, S., dan Yoshimoto, M.,Debris Avalanche,Academic Press, London, 2000. Wilson, M., Igneous Petrogenesis: A Global Tectonic Approach, Harper Collins Academic,

London, 1989.

Winter, J.D., An Introduction to Igneous and Metamorphic Petrology, Prenntic Hall, New Jersey, 2001.

Wirakusumah, A, Geologi Gunungapi Galunggung, Tasikmalaya, Jawa Barat, dalam : Katili, J., Sudrajat, A.dan Kusumadinata, K., 1986, (eds) Letusan Galunggung 1982-1983 : Kumpulan Makalah Hasil Penyelidikan, Direktorat Vulkanologi, Bandung p 15-40., 1982.

(7)

Tabel 1.Contoh Tabulasi Hasil Pengamatan dan Deskripsi Batuan

Keterangan: :Tidak terdapat keberadaan batuan tersebut di lokasi pengamatan. : terdapat keberadaan batuan tersebut di singkapan di lokasi pengamatan Stasiun

Pengamatan

Koheren Fragmental Kekar

Sesar Intrusi Lava Skoria

Tuf-Lapili Block and Ash Deposit Endapan Lahar Tektonik Jigsaw Cracks LD-008-01          LD-009-01          LD-045-01          LD-046-01          LD-047-01          LD-048-01          HD-001-01          HD-002-01          HD-002-02          HD-003-01          HD-004-01          HD-004-02          HD-004-03          HD-005-01          HD-006-02          HD-006-01          HD-007-01          HD-008-01          HD-009-01          HD-009-02          HD-010-01          HD-011-01          HD-012-01          HD-013-01          HD-013-02          HD-013-03          HD-013-04          HD-014-01          HD-014-02          HD-010-01          HD-011-01          HD-012-01          HD-013-01          HD-013-02          HD-013-03          HD-013-04         

(8)

Tabel 2. Lokasi pengamatan yang diduga bukan berasal dari longsoran Galunggung. Stasiun Pengamatan Koheren Fragmental Kekar Tektonik Sesar Wilayah Adminitrasi

Intrusi Lava Scoria Tuf-Lapili HD-004-01       Rancamacan, Desa Karikil, Kecamatan Mangkubumi, Tasikmalaya. HD-004-02       HD-004-03       HD-009-01       Gn. Asasutra, Desa Mangkubumi, Kecamatan Mangkubumi, Tasikmalaya HD-009-02       HD-013-01       Sekitar Waduk Situgede, Desa Linggajaya, Kecamatan Kawalu, Tasikmalaya. HD-013-02       HD-013-03       HD-013-04       HD-042-01       HD-042-02       HD-042-03       HD-019-01       Desa Cintaraja, Kecamatan Leuwisari, Tasikmalaya. HD-019-02       HD-023-01       Desa Cipasung, Kecamatan Singaparna, Tasikmalaya HD-023-02      

Keterangan:Tidak terdapat keberadaan batuan tersebut di lokasi pengamatan. : terdapat keberadaan batuan tersebut di singkapan di lokasi pengamatan

(9)

600 Gambar 1.Peta indeks daerah penelitian yang terletak di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, luasan sekitar 10 x 7 km.

(10)
(11)

Gambar 3.Kenampakan struktur geologi di kekar tektonik yang memotong skoria lapili tuf

Gambar 4.Contoh Perbandingan unsur geokimia antara batuan yang didugainsitudi Perbukitan Sepuluhribu dengan batuan vulkanik Galunggung.

(12)
(13)

Gambar 6. Kenampakanfeeder dikeCipasung yang struktur batuannya sangat miriplava dome,diinterpretasikan merupakan pusat gunung api tipefreatik-freatomagmatic volcano.

Gambar 7.Skema pembentukan lava dome oleh intrusi dalam Bronto (2010).

Ken

K

Gambar 8.Sayatan geologi di sekitar Gunung Asasutra, terlihat suatu bentukan morfologi positif yang mirip dengan suatu gunung api.

(14)

Gambar 9.Sesar turun sistematis di sekitar Gunung Asasutra yang memotong skoria lapili tuf tebal dan sangat khas pada zona sentral gunung api.

Gambar 10.Profil geologi pada Situgede, bentukan yang sangat mirip gunung api tipe maar di mana pada bagian tengahnya yang berupa pulau tersusun oleh breksi autoklastika.

Gambar 11.Endapan breksi piroklastika dengan arah aliran sangat jelas ke selatan di sekitar Situgede, diduga adalah produk primer maar Situgede.

Gambar

Tabel 1. Contoh Tabulasi Hasil Pengamatan dan Deskripsi Batuan
Tabel 2. Lokasi pengamatan yang diduga bukan berasal dari longsoran Galunggung. Stasiun Pengamatan Koheren Fragmental Kekar Tektonik Sesar Wilayah Adminitrasi
Gambar 2. Peta Geomorfologi daerah penelitian dan profil sayatan geomorfologi
Gambar 3. Kenampakan struktur geologi di kekar tektonik yang memotong skoria lapili tuf
+4

Referensi

Dokumen terkait

Persentase keberhasilan kalus yang dapat hi- dup setelah diseleksi dalam media yang mengandung filtrat lebih tinggi berasal dari penggunaan filtrat yang diletakkan di bawah

Variabel struktur modal merupakan variabel intervening bagi growth opportunity yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan tetapi tidak bagi profitabilitas.. Hossain (2014)

Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Plus Qurrota A’yun dan SD Islam AsSalam Kota Malang dalam Pembelajaran Tematik Hasil belajar siswa pada kedua SD tersebut dapat disimpulkan

Dari penjelasan tersebut, cocoklah jika etika Driyarkara disebut sebagai etika deontologi yang teleologis, karena meskipun Driyarkara menekankan bahwa manusia dikatakan baik

Dewasa ini, dunia bisnis semakin meluas, ditambah dengan adanya perkembangan teknologi yang begitu cepat. Hal ini begitu mempengaruhi proses bisnis dari proses yang

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kesiapsiagaan warga sekolah bagi Sekolah Menengah Atas dan Kejuruan di kecamatan Lembang, aspek struktural Sekolah Aman Bencana dan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Aplikasi Primer Mikrosatelit pada Proses Seleksi Padi Varietas Code untuk Sifat Umur Berbunga adalah benar karya saya dengan

O Bapa yang terkasih, Allah Yang Maha Tinggi, kami anak- anakMu yang hina ini bersujud di hadapan Kemuliaan TahtaMu di Surga.Kami mohon agar Engkau membebaskan