• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan iklim investasi yang aman dan nyaman bagi investor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Menciptakan iklim investasi yang aman dan nyaman bagi investor"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menciptakan iklim investasi yang aman dan nyaman bagi investor merupakan langkah awal dalam merangsang pertumbuhan ekonomi suatu daerah maupun bangsa. Kebijakan fiskal, kebijakan moneter, dan keadaan sosial politik yang mendukung sangat perlu dibutuhkan oleh para investor demi keamanan dan kenyamanan dalam berinvestasi, tentu saja dengan pertimbangan tingkat pengembalian atas pengorbanan yang telah dilakukan. Begitu juga pemerintah tidak mengesampingkan kepentingan masyarakat secara umum.

Dinamika investasi selanjutnya akan mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi. Pendapatan yang diinvestasikan dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari menyebabkan terjadinya akumulasi modal selanjutnya akan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat. Todaro dan Smith (2006: 118) menyatakan bahwa:

akumulasi modal (capital accumulation) akan diperoleh bila sebagian dari pendapatan yang diterima saat ini yang ditabung dan diinvestasikan lagi dengan tujuan meningkatkan output dan pendapatan di masa depan. Pabrik-pabrik, mesin, peralatan, dan bahan-bahan baku baru akan meningkatkan stok modal (capital stock) fisik suatu negara (yaitu total nilai riil neto dari semua barang modal produktif secara fisik) dan memungkinkan untuk meningkatkan tingkat output yang ingin dicapai. Investasi produktif secara langsung tersebut ditopang oleh investasi dalam apa yang dikenal sebagai infrastruktur sosial dan ekonomi (jalan-jalan, listrik, air dan sanitasi, komunikasi, dan sebagainya) yang memfasilitasi dan mengintegrasikan aktivitas-aktivitas ekonomi.

Infrastruktur jalan sebagai subsektor infrastruktur merupakan salah satu indikator utama yang dapat memacu pertumbuhan ekonomi masyarakat.

(2)

Ketersediaan infrastruktur jalan yang memadai dan bermutu menjadi kebutuhan pokok bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat. Selain sebagai alat penghubung satu daerah dengan daerah yang lainnya (mempermudah mobilitas penduduk, barang maupun jasa), infrastruktur jalan sangat diyakini dapat memberikan efek pengganda (multiplier effect) terhadap pertumbuhan sektor-sektor lain, sehingga dapat memperkecil kesenjangan pembangunan antarwilayah.

Ketersediaan infrastruktur terutama infrastruktur jalan akan mempengaruhi para investor dalam mengalokasikan sumberdayanya untuk berinvestasi ke suatu daerah/wilayah. Keputusan berinvestasi adalah keputusan masa depan, yaitu mengalokasikan segala sumber daya pada saat ini dengan harapan akan memperoleh hasil yang lebih di masa yang akan datang. Namun, kondisi iklim investasi yang tidak kondusif bagi investor sangat menggangu dan mempengaruhi keputusan dalam berinvestasi, salah satunya adalah kondisi infrastruktur. Penarikan minat Foreign Direct Investment (FDI) ke Indonesia masih sulit dilakukan karena masih banyaknya hambatan yang dihadapi dalam merealisasikan investasi, diantaranya adalah masalah keterbatasan infrastruktur (ICN, 2009).

Kondisi panjang jalan berdasarkan status pembinaannya tahun 2011 di Provinsi Sumatera Barat mencapai 2.366,82 km, yang terdiri dari jalan nasional sepanjang 1.212,89 km, jalan provinsi sepanjang 1.153,93 km. Untuk kondisi kualitas jalan menurut kriteria IRI (International Roughness Index) kualitas jalan nasional tidak mantap di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2011 mencapai 274,76 km yang terdiri dari 11,32 persen kondisi jalan rusak ringan dan 11,33 persen dengan kondisi rusak berat. Sementara untuk kondisi jalan mantap

(3)

sepanjang 938,13 km atau sekitar 77,35 persen kondisi jalan mantap di Sumatera Barat (Bappenas, 2013).

Investasi merupakan indikator utama dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat, menciptakan lapangan kerja, mengurangi kemiskinan dan memperkecil kesenjangan pendapatan masyarakat. Keberhasilan pemerintah dalam upaya menangani dan menanggulangi permasalahan-permasalahan sosial masyarakat terutama peningkatan pendapatan masyarakat, akan terlihat dari seberapa besar tingkat pertumbuhan ekonomi yang diperoleh oleh daerah tersebut.

Kemajuan pertumbuhan ekonomi Sumatera Barat, tidak dapat dipisahkan dari meningkatnya investasi. Investasi merupakan kunci penentu laju pertumbuhan ekonomi, karena di samping akan mendorong kenaikan output

secara signifikan, juga secara otomatis akan meningkatkan permintaan input, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat sebagai konsekuensi dari meningkatnya pendapatan yang diterima masyarakat (BKPM, 2014).

Perkembangan realisasi PMA Provinsi Sumatera Barat dalam tiga tahun terakhir (2010-2012) cenderung meningkat, nilai realisasi PMA tahun 2012 tercatat sebesar 75,02 juta US$ meningkat dibandingkan tahun 2011 (65,457 juta US$) dengan jumlah proyek sebanyak 45 proyek. Sementara untuk perkembangan realisasi PMDN pada tahun 2012 cenderung menurun, nilai realisasi PMDN tahun 2012 sebesar mencapai Rp885,28 miliar lebih rendah dari nilai realisasi PMDN 2011 (Rp1.678 miliar) dengan jumlah proyek sebanyak 22 proyek (BKPM, 2014).

(4)

0 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 7.926 7.049 17.225 23.768,4 4.962,7 7.814,7 8.456,6 8.631,4 8.344,3 7.437,6 17.576,1 24.158 5.187,5 8.064,9 8.579,2 9.015,7 8.675,9 7.657,3 17.480 23.841,1 5.383,7 8.247,6 8.637,5 9.294,2 9.138,7 8.017,5 17.641,9 24.462,1 5.649,8 8.571,1 8.893,5 9.736,7 9.650,1 8.416,1 17.880,1 24.828,6 5.982,2 8.972,1 9.174,1 10.219,3

Perkembangan pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Barat tahun 2007-2011 menunjukkan adanya peningkatan pendapatan per kapita, yang secara makro menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat. Jika dilihat secara nasional dan antarregional (6 provinsi) pada Gambar 1.1 PDRB atas dasar harga konstan 2000 per kapita menurut provinsi 2007-2011, diperoleh bahwa tingkat pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Barat masih berada di bawah rata-rata pendapatan per kapita nasional, begitu juga untuk wilayah antarregional di Pulau Sumatera, tingkat pendapatan per kapita Provinsi Sumatera Barat masih di bawah Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Riau, Provinsi Bangka Belitung, dan Provinsi Kepulauan Riau.

Sumber: BPS (diolah)

Gambar 1.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Per Kapita Menurut Provinsi, 2007-2011 (ribu rupiah)

Permasalahan kesenjangan dalam pendapatan per kapita di Provinsi Sumatera Barat menjadi persoalan dalam pemerataan pembangunan di Provinsi Sumatera Barat. Ketidakmerataan dalam distribusi pendapatan per kapita di

(5)

kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat tahun 2011 dan 2012 dijelaskan pada tabel berikut.

Tabel 1.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Per Kapita Sumatera Barat Berdasarkan Kabupaten/Kota, 2011-2012 (juta rupiah)

Kabupaten/Kota PDRB Pertumbuhan Ekonomi PDRB Per Kapita 2011 2012 2011 2012 Kepulauan Mentawai 560.536,49 589.971,58 5,25 7,27 7,51 Pesisir Selatan 2.223.619,3 2.349.436,32 5,66 5,12 5,37 Solok 2.303.828,56 2.448.011,4 6,26 6,53 6,89 Sijunjung 1.420.360,11 1.506.681,43 6,08 6,96 7,26 Tanah Datar 2.766.811,59 2.924.846,73 5,71 8,08 8,53 Padang Pariaman 3.049.705,18 3.233.680,01 6,03 7,71 8,15 Agam 3.280.044,92 3.503.881,92 6,82 7,13 7,58

Lima Puluh Kota 3.025.798,44 3.218.673,28 6,37 8,58 9,04

Pasaman 1.452.571,4 1.541.988,68 6,16 5,67 5,96 Solok Selatan 694.917,8 739.633,15 6,43 4,74 4,98 Dhamasraya 1.234.376,14 1.316.135,71 6,62 6,37 6,63 Pasaman Barat 2.881.110,75 3.067.381,19 6,47 7,80 8,15 Padang 12.792.184,8 13.637.509,4 6.61 15,17 15,96 Solok 559.279,15 594.697,89 6,33 9,31 9,72 Sawahlunto 550.056,74 582.968,72 5,98 9,56 10,04 Bukittinggi 1.093.252,85 1.163.126,91 6,39 9,71 10,17 Padang Panjang 446.700,28 474.561,42 6,24 9,39 9,85 Payakumbuh 930.856,29 993.371,12 6,72 7,87 8,29 Pariaman 764.821,01 810.844,44 6,02 9,56 10,03

Sumber: BPS Sumatera Barat (diolah)

Tabel 1.1 PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 per kapita Sumatera Barat berdasarkan kabupaten/kota 2011-2012 diketahui bahwa Kabupaten Solok Selatan dengan tingkat pendapatan per kapita terendah yaitu sebesar Rp4.760.000,00 per kapita (tahun 2011); Rp4.980.000,00 per kapita (tahun 2012), diikuti oleh Kabupaten Pesisir Selatan yaitu sebesar Rp5.120.000,00 per kapita (tahun 2011); Rp5.370.000,00 per kapita (tahun 2012), dan Kabupaten Pasaman yaitu sebesar Rp5.670.000,00 per kapita (tahun 2011); Rp5.960.000,00 per kapita

(6)

(tahun 2012). Daerah dengan tingkat pendapatan per kapita tertinggi di Provinsi Sumatera Barat adalah Pemerintah Kota Padang yaitu sebesar Rp15.170.000,00 per kapita (tahun 2011); Rp15.960.000,00 per kapita (tahun 2012), diikuti dengan Pemerintah Kota Sawahlunto yaitu sebesar Rp9.520.000,00 per kapita (tahun 2011); Rp10.040.000,00 per kapita (tahun 2012) dan Pemerintah Kota Pariaman yaitu sebesar Rp9.560.000,00 per kapita (tahun 2011); Rp10.030.000,00 per kapita (tahun 2012).

Kebijakan ekonomi yang ditentukan oleh pusat (baik kebijakan fiskal dan kebijakan moneter) sangat mempengaruhi kebijakan pembangunan yang akan dilakukan oleh pemerintah provinsi, kabupaten maupun kota di Provinsi Sumatera Barat terutama dalam hal menciptakan iklim investasi yang baik. Namun, usaha untuk meningkatkan perekonomian masyarakat ternyata secara agregat telah memberikan kesenjangan laju pertumbuhan ekonomi dan perbedaan tingkat pendapatan per kapita antarwilayah regional. Kondisi ini menjadi permasalahan serius dalam hal pemerataan pembangunan antarwilayah kawasan regional. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh infrastruktur jalan, nilai kurs rupiah dan pendapatan per kapita terhadap PMA dan PMDN di kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat tahun 2000-2010.

(7)

1.2 Keaslian Penelitian

Penelitian yang sejenis telah banyak dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang akan menjadi acuan dan pembanding atas penelitian ini.

Tabel 1.2 Keaslian Penelitian

Nama Peneliti Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian Aiello et al. (2010) Regional infrastructure and firm investment: Theory and Empirical

Evidence for Italy.

Regression Panel Data

Pengeluaran pemerintah di bidang infrastruktur memberikan

kontribusi terhadap penurunan/pengurangan

kesenjangan ekonomi di wilayah bagian selatan dan utara Italia. Caglayan et al.

(2010)

The Effect of the Exchange Rates on Investment in Mexican Manufacturing Industry. External Exposure Measures, Measuring Market Power, Measuring Exchange Rate Volatility (ARCH)

1. Penurunan nilai mata tukar mata uang (depreciation) berdampak positif (negatif) terhadap investasi tetap melalui saluran ekspor (impor).

2. Perubahan nilai tukar mata uang peso berdampak pada sektor yang berorientasi ekspor.

3. Sensitivitas dari investasi terhadap pergerakan nilai mata uang peso lebih kuat pada sektor manufaktur barang tidak tahan lama dan industri dengan rasio mark-up yang rendah. Cahyono dan Kaluge. (2010) Analisis Pengaruh Infrastruktur Publik Terhadap Produk Domestik Bruto Per Kapita di Indonesia. Engle-Granger Cointegration dan Error Correction Model (ECM)

1. Infrastruktur publik (jalan, listrik dan telepon) mempengaruhi Produk Domestik Bruto per kapita di Indonesia untuk jangka panjang.

2. Infrastruktur publik (jalan, listrik dan telepon) tidak mempengaruhi Produk Domestik Bruto Per kapita di Indonesia untuk jangka pendek.

Zameer dan Siddiqi (2010)

The Impact of Exports, FDI and External Debt on Exchange Rate Volatility in Pakistan. Autoregressive Distributed Lag Model (ARDL), Co-Integration and Error Correction Model (ECM)

Dalam jangka pendek dan jangka panjang ekspor, FDI dan utang luar negeri berpengaruh signifikan terhadap perubahan nilai tukar mata uang rupee (Pakistan).

(8)

Nama Peneliti Judul Penelitian Alat Analisis Hasil Penelitian Ngouhouo dan Mawazini (2012) Foreign Direct Investments and Individual Income in Central Africa. Regression Through Doubled Least Squares (DLS)

Terdapat dampak secara langsung antara FDI (Foreign Direct Investment) dengan pendapatan per kapita dalam komunitas ekonomi dan moneter Afrika Tengah (EMCCA).

Ngowani (2012)

Exchange Rate Volatility and its Impact on FDI in Emerging Market Economies: The Case of Zambia. OLS (Ordinary Least Squared)

Nilai tukar RMB (Renmimbi) tidak berpengaruh signifikan (negatif) terhadap investasi langsung luar negeri (foreign direct investment) di Zambia. Tirtosuharto (2012) The Impact of Public Capital Investment on the Revenue Growth of Medium Enterprise in Indonesia. OLS (Ordinary Least Squared)

1. Dampak terbesar dari investasi belanja modal adalah pada usaha menengah di sektor industri dan perdagangan. 2. Jenis investasi modal yang

paling optimal adalah infrastruktur transportasi.

Nourzad et al. (2014)

The Interaction Between FDI and Infrastructure Capital in The Development

Process.

Uji Regresi Data Panel 46 negara kurun waktu rata-rata lima tahun (1980-2000)

Infrastruktur dasar yang dibangun oleh setiap negara membantu dalam meningkatkan efek marjinal dari FDI dalam pendapatan riil suatu negara.

Dibandingkan dengan penelitian-penelitian terdahulu, maka penelitian ini memiliki beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaan terletak pada alat analisis yang digunakan yaitu regresi data panel dan beberapa variabel pendukung seperti variabel infrastruktur jalan, foreign direct investment (FDI), nilai tukar mata uang asing (foreign exchange rate), pendapatan per kapita, sedangkan

perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek kajian penelitian yaitu wilayah Provinsi Sumatera Barat dan kurun waktu penelitian yaitu dari tahun 2000-2010.

1.3 Rumusan Masalah

Masalah pemerataan hasil pembangunan menjadi masalah serius yang dihadapi oleh pemerintahan daerah. Upaya-upaya yang dilakukan untuk

(9)

mengurangi kesenjangan hasil pembangunan antarwilayah tampaknya belum mencapai hasil yang memuaskan. Situasi ini juga dialami oleh pemerintah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat, program-program pembangunan seperti perbaikan infrastruktur, terutama jalan yang telah dijalankan ternyata belum mampu menciptakan iklim investasi yang baik bagi para investor terutama para investor dari dalam negeri.

Kurun waktu 2000-2010 merupakan masa rentang waktu yang tepat untuk melihat keadaan pembangunan yang telah berjalan. Masa reformasi merupakan titik balik dari perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik ke desentralistik (UU No. 22 Tahun 1999 diubah menjadi UU No 32 Tahun 2004). Begitu juga dengan diberlakukannya UU No. 25 Tahun 1999 diubah menjadi UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah memberikan kewenangan kepada daerah mengelola segala potensi sumber daya daerah yang ada dalam wadah NKRI.

Pertumbuhan ekonomi, pendapatan per kapita yang tinggi merupakan sinyal yang baik bagi investor untuk berinvestasi menanamkan modalnya ke suatu wilayah/negara. Realisasi investasi baik PMA dan PMDN, kebijakan pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur jalan telah berlangsung lama serta memakan biaya yang relatif besar, tetapi tidak mampu mengurangi kesenjangan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita antarwilayah terkhususnya di Provinsi Sumatera Barat.

(10)

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukan sebelumnya, maka dalam penelitian ini mencoba untuk menjawab beberapa pertanyaan penelitian.

1. Apakah infrastruktur jalan dalam kondisi baik berpengaruh signifikan terhadap PMA dan PMDN di kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat, 2000-2010?

2. Apakah nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap PMA dan PMDN di kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat, 2000-2010?

3. Apakah pendapatan per kapita berpengaruh signifikan terhadap PMA dan PMDN di kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat, 2000-2010?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Menganalisis pengaruh infrastruktur jalan dalam kondisi baik terhadap PMA dan PMDN di kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat, 2000-2010.

2. Menganalisis pengaruh nilai tukar rupiah terhadap PMA dan PMDN di kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat, 2000-2010.

3. Menganalisis pengaruh pendapatan per kapita terhadap PMA dan PMDN di kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Barat, 2000-2010.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi kepada: 1. mahasiswa dan peneliti, sebagai bahan masukan dan tambahan referensi bagi

(11)

peranan infrastruktur jalan dalam kondisi baik, pengaruh nilai tukar rupiah, dan pendapatan per kapita terhadap investasi baik PMA maupun PMDN; 2. pemerintah, terutama di era otonomi daerah penelitian ini dapat dijadikan

sebagai bahan pertimbangan dalam merumuskan kebijakan perencanaan pembangunan, terutama kaitannya dengan perbaikan dan penyediaan infrastruktur jalan dalam upaya meningkatkan investasi dan upaya pemerataan dan meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat di daerah.

1.7 Sistematika Penulisan

Penelitian ini terdiri dari lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut. Bab I Pendahuluan, yang berisikan mj latar belakang masalah, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penelitian. Bab II Landasan Teori dan Kajian Pustaka berisikan pengertian secara teoritis tentang investasi, jalan, nilai tukar rupiah, pendapatan per kapita, dan kajian pustaka tentang penelitian-penelitian terdahulu. Bab III Metoda Penelitian berisikan desain penelitian, metoda pengumpulan data, definisi operasional, dan metoda analisis data. Bab IV Analisis dan Pembahasan berisikan deskripsi data, analisis data, uji hipotesis, uji konsistensi, dan pembahasan. Bab V Simpulan dan Saran berisikan simpulan, implikasi, keterbatasan, dan saran penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Di desa sepulu ini telah terjadi pernikahan yang tidak wajar antara seorang bapak tiri dengan anak tirinya yakni si Fulan dengan si Farah, sebenarnya ini tidak

Stroke lakunar adalah infark kecil yang terletak pada bagian noncortical dari cerebrum (otak besar) dan brainstem (batang otak) dan merupakan hasil dari oklusi yang

Dari hasil pengamatan kromosom ikan manvis golden marble diketahui bahwa bentuk dan ukuran kromosom yang ditemukan dalam satu preparat cukup beragam, demikian pula dengan

Model pembelajaran memiliki andil yang cukup besar dalam kegiatan pembelajaran.Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif bagi guru

Gresik Jawa Timur 13 Titik Dwi Setyowati 201510706851 SD NEGERI KEDANYANG Desa Kedanyang No. Raya

Langkah-langkah dalam melakukan uji t sebagai berikut: Memformulasikan hipotesis teoritis (Ho) dan Hipotesis penelitian (Ha), di mana hasil uji tabelnya kepemimpinan

Asam lemak dengan jumlah atom karbon lebih dari 12 tidak larut dalam air dingin maupun air panas, tetapi dalam jumlah rantai atom karbon yang pendek bersifat larut dalam air,

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti