• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI PENDAHULUAN - BIPA SUPLEMEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KATA PENGANTAR DAFTAR ISI PENDAHULUAN - BIPA SUPLEMEN"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

(2)

PENDAHULUAN

Bahasa Indonesia saat ini telah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sejak diikrarkan sebagai bahasa nasional dalam Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928 dan ditetapkan sebagai bahasa negara dalam Pasal 36 UUD 1945 bahasa Indonesia terus berbenah menjadi bahasa yang mandiri. Saat ini disamping sebagai lambang jati diri bangsa dan sebagai alat pemersatu berbagai suku bangsa yang berbeda-beda latar belakang sosial, budaya, agama, dan bahasa daerahnyau, bahasa Indonesia juga telah mampu mengemban fungsinya sebagai sarana komunikasi yang modern dalam penyelenggaraan pemerintahan, pendidikan, dan pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi dan seni.

Di era global saat ini seiring dengan kemajuan yang telah dicapai oleh bangsa Indonesia peran Indonesia dalam pergaulan antarbangsa juga telah menempatkan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa yang dipandang penting di dunia. Hal itu juga ditunjang oleh posisi Indonesia dalam percaturan dunia yang semakin hari semakin penting, terutama melalui peranannya, baik dalam turut serta menyelesaikan konflik-konflik politik di berbagai kawasan maupun karena posisi geografis Indonesia yang terletak dalam lintas laut yang sangat strategis. Kenyataan seperti itu telah menyebabkan banyak orang asing tertarik dan berminat mempelajari bahasa Indonesia sebagai alat untuk mencapai berbagai tujuan, baik politik, perdagangan, seni-budaya, maupun wisata.

Terkait dengan hal tersebut, bahasa Indonesia hingga saat ini telah diajarkan kepada orang asing di berbagai lembaga, baik di dalam maupun di luar negeri. Salah satu lembaga yang mengajarkan bahasa Indonesia kepada penutur asing adalah UPT P2B Universitas Sebelas Maret.Dalam pelaksanaan pembelajaran BIPA mahasiswa dan dosen menggunakan buku Keren dan Akademik. Sebagai buku acuan buku Keren memilki beberapa kelemahan diantaranya : (a) penataan materi yang kurang runtut ; (b) diksi atau pilihan kata yang kurang sesuai dengan konteks kalimat; (c) kalimat yang belum semuanya berstruktur kalimat bahasa Indonesia; dan (d) materi bidang fonologi,morfologi,sintaksis,dan wacana yang belum lengkap. Oleh karenanya disusun buku suplemen sebagai buku pendamping untuk melengkapi kekurangan dan

(3)

SISTEMATIKA SUPLEMEN Buku suplemen BIPA disusun dengan urutan sebagai berikut. I. Fonologi mencakupi :

a. Huruf abjad pada halaman...

b. Vokal dalam bahasa Indonesia halaman... c. Huruf konsonan bahasa Indonesia halaman... d. Huruf diftong bahasa Indonesia halaman... e. Gabungan huruf konsonan halaman... f. Pemakaian huruf kapital halaman... g. Singkatan dan akronim halaman... II. Morfologi mencakupi

a. Kata halaman... b. Kata ulang halaman... c. Kata majemuk halaman... d. Ungkapan halaman... e. Kata sapaan halaman... f. Kata bentukan halaman... III. Sintaksis

a. Hakikat

b. Pola kalimat bahasa Indonesia c. Jenis Kalimat

(4)

4. Kalimat logis 5. Kalimat inversi 6. Kalimat aktif 7. Kalimat pasif 8. Kalimat majemuk IV. Wacana

a. Wacana tulis 1. Deskripsi 2. Eksposisi 3. Narasi 4. Persuasi 5. Argumentasi

TATACARA PENGGUNAAN SUPLEMEN

Suplemen disusun berdasarkan urutan bidang yaitu dari fonologi sampai sintaksis. Pengurutan ini dimaksudkan untuk mempermudah dosen pengampu untuk mencari materi yang dibutuhkan. Semua materi dalam suplemen telah sesuai dengan materi yang ada di buku Keren namun lebih tertata secara sistematis. Sebaiknya dalam menyelenggarakan PBM BIPA di kelas pengampu :

1. Memperkenalkan materi fonologi yang ada di suplemen terlebih dahulu sebelum menggunakan Keren. Karena mahasiswa sering mengalami kesulitan dalam melafalkan fonem tertentu.Contoh dalam suplemen masih terbatas jumlahnya sehingga pengampu dimohon menambah contoh lain.

2. Menjelaskan secara rinci masalah proses pembentukan kata berkaitan dengan awalan,akhiran,gabungan (konfik) disertai contoh dalam kalimat yang dibuat pengampu sesuai konteks. Contoh pada buku Keren sebaiknya dianalisis dan

diperbaiki apabila ada kesalahan. Materi pembentukan kata yang terpencar sebaiknya ditata agar menjadi satu kesatuan.

(5)

4. Memberikan perhatian lebih pada masalah struktur kalimat pada buku Keren yang masih dipengaruhi oleh struktur bahasa Inggris

5. Mencermati paragraf yang ada di buku Keren berkaitan dengan bentuk paragraf dan teknik penulisannya. Untuk panduan penulisan bahasa Indonesia yang benar

pengampu dapat mempelajari buku suplemen bagian fonologi (halaman...) sedangkan untuk bentuk paragraf ada pada bagian wacana tulis.

6. Sebagai buku pendamping buku suplemen belum membahas tentang budaya oleh karenanya pengampu BIPA dimohon dapat mencermati masalah budaya yang ada pada buku Keren dan menambah wawasan tentang budaya Indonesia lain yang belum ada.

I FONOLOGI I. PEMAKAIAN HURUF A. Huruf Abjad

Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama tiap huruf disertakan di sebelahnya.

Huruf Nama Huruf Nama Huruf Nama

(6)

B b

Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.

Huruf Vokal Contoh Pemakaian dalam Kata

Di Awal Di Tengah Di Akhir

A

Anak-anak bermain di teras (téras).

Upacara itu dihadiri pejabat teras pemerintah. Kami menonton film seri (séri).

Pertandingan itu berakhir seri.

Vokal i dalam beberapa kasus akan dilafalkan é terutama apabila berada di suku kata tertutup dengan huruf akhir “k” kecuali nama.

(7)

Berilah tanda titik pada kalimat di bawah ini! (titék) Sopir angkot itu menepikan kendaraannya. (sopér) C. Huruf Konsonan

Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

Huruf Konsonan Contoh Pemakaian dalam Kata

Di Awal Di Tengah Di Akhir

(8)

w

* Huruf k di sini melambangkan bunyi hamzah.

** Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan ilmu.

D. Huruf Diftong

Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.

Huruf diftong Contoh Pemakaian dalam Kata

Di Awal Di Tengah Di Akhir

Ai

Saya menggulai teh panas dengan sedikit gula Saya menggulai daging kambing

*pada kalimat 1 menggulai teh bukan diftong melainkan imbuhan me – i Pada kalimat 2 menggulai daging kambing “ai” adalah diftong.

E. Gabungan Huruf Konsonan

Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy.

Gabungan Huruf Konsonan

Contoh Pemakaian dalam Kata

Di Awal Di Tengah Di Akhir

(9)

ng

II. PEMAKAIAN HURUF KAPITAL A. Huruf Kapital atau Huruf Besar

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya:

Dia mengantuk. Apa maksudnya?

Kita harus bekerja keras. Pekerjaan itu belum selesai.

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya:

Adik bertanya, “Kapan kita pulang?” Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah!”

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Misalnya:

Allah Alkitab Islam

Yang Mahakuasa Quran Kristen

Yang Maha Pengasih Weda

Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya. Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

(10)

Misalnya:

Mahaputra Yamin Sultan Hasanuddin Haji Agus Salim Imam Syafii Nabi Ibrahim

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.

Misalnya:

Dia baru saja diangkat menjadi sultan. Tahun ini ia pergi naik haji.

5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya:

Wakil Presiden Adam Malik Perdana Menteri Nehru Profesor Supomo

Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian Gubernur Irian Jaya

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.

Misalnya:

Siapa gubernur yang baru dilantik itu?

Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal. 6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya:

Amir Hamzah Dewi Sartika

(11)

Halim Perdanakusumah Ampere

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya: mesin diesel 10 volt 5 ampere

7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya:

bangsa Indonesia suku Sunda bahasa Inggris

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.

Misalnya:

mengindonesiakan kata asing keinggris-inggrisan

8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Misalnya:

bulan Agustus hari Natal bulan Maulid perang Candu hari Galungan tahun Hijriah hari Jumat tarikh Masehi

hari Lebaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.

Misalnya:

(12)

9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya:

Asia Tenggara Kali Brantas

Banyuwangi Lembah Baliem

Bukit Barisan Ngarai Sianok

Cirebon Pegunungan Jayawijaya

Danau Toba Selat Lombok

Dataran Tinggi Dieng

Gunung Semeru Tanjung Harapan Jalan Diponegoro Teluk Benggala

Jazirah Arab Terusan Suez

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.

Misalnya:

berlayar ke teluk mandi di kali menyeberangi selat pergi ke arah tenggara

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.

Misalnya:

garam inggris gula jawa kacang bogor pisang ambon

10. Hurul kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan. Misalnya:

Republik Indonesia

(13)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Badan Kesejahteraan Ibu dan Anak

Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.

Misalnya:

menjadi sebuah republik beberapa badan hukum

kerja sama antara pemerintah dan rakyat menurut undang-undang yang berlaku

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

Misalnya:

Perserikatan Bangsa-Bangsa Yayasan Ilmu-llmu Sosial

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Rancangan Undang-Undang Kepegawaian

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya:

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.

Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.

Misalnya:

Dr. doktor

(14)

S.H. sarjana hukum S.S. sarjana sastra Prof. profesor

Tn. tuan

Ny. nyonya

Sdr. saudara

14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.

Misalnya:

“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto. Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”

Surat Saudara sudah saya terima. “Silakan duduk, Dik!” kata Ucok. Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.

Misalnya:

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya:

Sudahkah Anda tahu?

Surat Anda telah kami terima.

Singkatan dan Akronim

1. Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu hurul atau lebih.

a. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda titik.

Misalnya:

(15)

Muh. Yamin Suman Hs. Sukanto S.A.

M.B.A. master of business administration M.Sc. master of science

S.E. sarjana ekonomi

S.Kar. sarjana karawitan

S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat

Bpk. Bapak

Sdr. Saudara

Kol. Kolonel

b. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

Misalnya:

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia GBHN Garis-Garis Besar Haluan Negara SMTP sekolah menengah tingkat pertama PT perseroan terbatas

KTP kartu tanda pengenal

c. Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya:

dll. dan lain-lain dsb. dan sebagainya dst. dan seterusnya hlm. halaman

(16)

a.n. atas nama d.a. dengan alamat u.b. untuk beliau u.p. untuk perhatian

d. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

Misalnya:

Cu kuprum

TNT trinitrotoluen cm sentimeter kVA kilovolt-ampere

l liter

kg kilogram

Rp rupiah

2. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dan deret kata yang diperlakukan sebagai kata.

a. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.

Misalnya:

LAN Lembaga Administrasi Negara PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia IKIP Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan SIM Surat Izin Mengemudi

b. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dan deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.

Misalnya:

Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Iwapi Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia

Kowani Kongres Wanita Indonesia

(17)

Pilpres Pilihan Presiden

Posyandu Pos Pelayanan Terpadu

c. Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya:

pemilu pemilihan umum

radar radio detecting and ranging

rapim rapat pimpinan

rudal peluru kendali tilang bukti pelanggaran Catatan:

Jika dianggap perlu membentuk akronim, hendaknya diperhatikan syarat-syarat berikut. (1) Jumlah suku kata akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia (2) Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

II MORFOLOGI KATA

Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan memiliki makna. Kata dapat terdiri dari dua suku kata, tiga, atau empat

Contoh : bom (satu suku kata) , meja (dua suku kata), saudara (tiga suku kata) .antariksa (empat suku kata)

Kata dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi :

1. Kata dasar yaitu kata yang tidak mendapat awalan, akhiran, atau awalan + akhiran Contoh : Belilah satu kaleng cat.

Kata satu, kaleng, dan cat adalah kata dasar.

2. Kata berimbuhan yaitu kata yang telah mendapat imbuhan berupa : a. awalan : me + tulis = Dia gemar sekali menulis buku. ;

pe + tinju = Petinju itu jatuh.

b. akhiran : makan + an = Tini menjual makanan di pinggir jalan

(18)

Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa kata ulang. Kata ulang sering disebut juga dengan reduplikasi. Kata ulang adalah kata yang terbentuk dari proses pengulangan. Kata ulang memiliki beberapa jenis sebagai berikut.

1. Kata ulang murni adalah kata ulang yang bagian perulangannya sama dengan dengan kata dasar yang diulangnya. Contoh: pohon-pohon, rumah-rumah, teman-teman.

2. Kata ulang berubah bunyi adalah kata ulang yang bagian perulangannya terdapat perubahan bunyi, baik bunyi vokal maupun bunyi konsonan. Contoh : tindak-tanduk, bolak-balik, dan sayuh-mayur.

3. Kata ulang sebagian adalah kata ulang yang perulangannya hanya terjadi pada suku awalnya saja dan disertai dengan pergantian vokal suku pertama dengan bunyi e. Contoh: tetangga, tetumbuhan, dan lelaki.

4. Kata ulang berimbuhan adalah kata ulang yang disertai dengan pemberian imbuhan. Contoh: berbeda-beda, melirik-lirik, dan bersama-sama.

Kata ulang mempunyai beberapa macam makna sebagai berikut. 1. Menyatakan banyak dan bermacam-macam.

Contoh : Kelinci suka makan sayur-mayur.

Setiap hari ibu selalu menyediakan lauk- pauk yang lezat 2. Menyatakan banyak tak tentu jumlahnya.

Contoh : lembu-lembu berendam di kubangan lumpur. 3. Menyatakan menyerupai atau tiruan

Contoh: Adik bermain kuda-kudaan. 4. Menyatakan agak

Contoh: Saat marah, muka Kenthus terlihat kemerah-merahan. 5. Menyatakan berbalasan (saling)

Contoh: Mereka bersalam-salaman menandakan sudah berbaikan. 6. Menyatakan himpunan atau kumpulan

Contoh: Para binatang berbaris tiga-tiga. 7. Menyatakan sangat

Contoh : Harimau mengaum keras-keras sehingga terdengar di seluruh wilayah hutan. 8. Menyatakan berulang-ulang

(19)

9. Menyatakan perbuatan yang hanya dilakukan tanpa tujuan untuk bersenang-senang Contoh : Gajah itu berjalan-jalan menikmati pagi.

10. Menyatakan hal atau tentang

Contoh: Para remaja puteri belajra masak-memasak.

5. Kata Majemuk

Kata majemuk adalah gabungan dua kata yang menimbulkan makna baru. Contoh : Ani naik kereta api ke Jakarta.

Anti membeli sapu tangan biru muda.

Kata kereta api terbentuk dari kata kereta dan kata api yang memiliki arti berbeda dengan kata bentukannya.

6. Idiom atau ungkapan

Ungkapan adalah kelompok kata yang digunakan untuk menyatakan suatu maksud dengan arti kiasan.

Contoh:

1. Orang itu memang bermuka dua. (culas)

2. Ayahku adalah tangan kanan pemilik perusahaan. (orang yang dipercaya) 3. Pujian itu membuatnya besar kepala. (sombong)

4. Tiba-tiba air bah melanda Banten pesisir, menghancurkan manusia dan harta benda. 5. Air bah artinya banjir

6. Rumah orang Belanda yang kukuh itu disapu bersih. Disapu bersih artinya habis

7. Krakatau menunjukkan giginya ke daerah Jakarta. Menunjukkan giginya artinya menunjukkan kekuatannya 8. Krakatau mengumandangkan keangkerannya ke seluruh dunia.

Mengumandangkan keangkerannya artinya memperhatikan bahwa Krakatau menakutkan

(20)

7. Kata Sapaan

Kata sapaan adalah kata yang digunakan langsung untuk menyapa lawan bicara. Kata sapaan terdiri atas (1) sapaan kekerabatan (Bapak, Ibu, Saudara, Kakek, Nenek, Kakak, Adik, Abang), (2) sapaan jabatan (Dokter, Suster, Letnan, Profesor, Kapten), (3) sapaan sosial (Tuan, Nyonya), dan (4) sapaan pronomina persona orang kedua (Anda, kamu, saudara).

Penggunaan jenis sapaan ditentukan oleh umur, status sosial/jabatan, dan tingkat keakraban. Contoh, kata sapaan kamu digunakan untuk orang yang setara/lebih muda yang sudah akrab, Anda dan Saudara digunakan untuk situasi yang lebih formal ,sedangkan Bapak atau Ibu digunakan jika orang yang bertanya lebih muda/lebih rendah statusnya daripada yang ditanya.

8. Kata Ganti Orang

Cermati contoh dua kalimat berikut!

1. Mereka pergi ke kolam renang bersama-sama. 2. Dia gemar bertualang untuk menjelajahi hutan.

Pada kalimat tersebut terdapat kata ganti orang, yaitu mereka dan dia. Mereka menunjuk pada kata ganti orang ketiga jamak. Adapun dia menunjuk pada kata ganti orang kedua tunggal.

Apa pengertian kata ganti orang? Kata ganti orang atau pronomina persona adalah kata yang mengganti orang yang lebih dulu disebut. Kata ganti orang terdapat atas:

1. kata ganti orang pertama, yaitu kata ganti yang mengacu pada diri sendiri

(21)

Jenis Kata Ganti Orang Makna

Tunggal Jamak

Pertama Kedua

Ketiga

Saya, aku, daku, ku-, -ku Engkau, kamu, Anda, dikau, kau-, -mu Ia, dia, beliau, -nya

Kami, kita

Kalian, kamu (sekalian), Anda (sekalian)

Mereka, -nya

Perhatikan contoh berikut :

1. Aku harus pergi ke kampus lusa. 2. Bolehkah saya meminjam pensilmu?

Pada kalimat (2) penggunaan kata saya lebih baik karena kata saya lebih sopan dan lebih formal dibandingkan aku.

3. Kamu harus datang ke acara ulang tahunku 4. Ku ambil bukumu nanti siang.

5. Mereka tidak memberi tahu teman-tamannya. Proses Pembentukan Kata

Kata bentukan bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga (3) yaitu kata yang mendapat awalan (prefik), kata yang mendapat akhiran (sufik), dan kata yang mendapat awalan dan akhiran (afik gabung).

1. Awalan

Me-Pemakaian awalan me- bervariasi yaitu mem-, men-, meny-, meng-, dan menge-Contoh : melapor, membaca, menarik, menyanyi, menghitung, dan mengecat Makna awalan me- :

(22)

Contoh : Dia mengambil bukuku. 2. Melakukan perbuatan dengan alat.

Contoh : Dia asyik memotong kukunya. memotong, 3. Menjadi atau dalam keadaan.

Contoh : Karena hujan semalam air Bengawan Solo meluap. 4. Membuat kesan.

Contoh : Setiap berdebat dengan adiknya Tono selalu mengalah. 5. Menuju ke.

Contoh : Pesawat terbang itu mendarat dengan mulus. 6. Mencari.

Contoh : Pekerjaan ayahnya mendamar di hutan..

Awalan Keterangan Contoh

Me-(a) apabila bertemu dengan kata-kata yang bermula dengan huruf l, m, n, ng, ny, r, dan w.

(b) apabila bertemu dengan kata-kata yang bermula dengan huruf K, S, P, dan T, tetapi huruf K akan bertukar menjadi jadi m, dan T menjadi n.

me.lukis, me.masak, me.nanti, me.nganga,

me.nyala, me.radang, dan me.wangi men + Kenal = me.ngenal

men + Suruh = me.nyuruh men + Pandu = me.mandu men + Tulis = me.nulis mem- apabila bertemu dengan kata-kata yang bermula dengan huruf b dan f. mem.beli, mem.buru,mem.fitnah

men- apabila bertemu dengan kata-kata yang bermula dengan huruf c, d, dan j. men.cari, men.dapat,men.jadi, men.jalar

meng-menge- apabila bertemu dengan kata-kata yang terdiri daripada satu suku kata saja. menge.bom, menge.cat,menge.lap

Makna Awalan me- dengan berbagai variasinya.

Awalan me- dengan berbagai variasi mempunyai beberapa makna, yaitu: (a) melakukan perbuatan....

(23)

Anti membantu ibu membuat kue.

mengambil = melakukan perbuatan ambil Dia selalu mengambil kesempatan pertama.

(b) menjadi seperti....

membatu = menjadi seperti batu menikus = menjadi seperti tikus

(c) pergi ke....

menyeberang = pergi ke seberang mendarat = pergi ke darat

(d) memasang... di / pada...

memagar = memasang pagar di... mengalas = memasang alas pada....

(e) menjadi...

menguning = menjadi kuning membesar = menjadi besar

(f) melakukan kerja dengan menggunakan....

mencangkul = melakukan kerja dengan menggunakan cangkul mengetam = melakukan kerja dengan menggunakan ketam

(g) membuat...

melemang = membuat lemang menyambal = membuat sambal

(h) mengeluarkan bunyi...

mengaum = mengeluarkan bunyi "aum" mengiau = mengeluarkan bunyi "iau"

2. Menggunakan Imbuhan A. Kata Dasar Bentuk

ber-1. Menurut jenis katanya, dapat berupa sebagai berikut.

(24)

b. Kata kerja, misalnya, kerja → bekerja; ganti → berganti; lari → berlari.

c. Kata keadaan, misalnya, sama → bersama; pasrah → berpasrah; sedih → bersedih. d. Kata keterangan, misalnya, hati-hati → berhati-hati; ramai-ramai → beramai-ramai. e. Kata bilangan, misalnya, dua → berdua; lima → berlima.

f. Kata ganti, misalnya, aku → beraku; engkau → berengkau 2. Menurut bentuknya, dapat berupa sebagai berikut.

a. Kata asal, misalnya, satu → bersatu; bahagia → berbahagia

b. Kata bersambung, misalnya, kesusahan → berkesusahan; kenalan → berkenalan. c. Kata majemuk, misalnya, kembang biak → berkembang biak; temu pandang → bertemu pandang

d. Kata ulang, misalnya, sama-sama → bersama-sama; hati-hati → berhati-hati

e. Kelompok kata, misalnya, tanam anggrek putih → bertanam anggrek putih; kebun kopi → berkebun kopi. pindah

B. Arti Bentuk

ber-1. Jika kata dasarnya berupa kata kerja

a. Dalam keadaan sedang melakukan pekerjaan seperti kata dasarnya, contohnya: berkumpul = dalam keadaan kumpul; berbicara = dalam keadaan bicara.

Setiap sore banyak anak muda berkumpul di Manahan.

b. Dalam keadaan dikenai pekerjaan, contoh: dibawanya kain berlipat; Seperti gayung bersambut dia bahagia cintanya diterima.

(25)

d. Menyatakan perbuatan berbalasan, contohnya: bertinju = saling tinju; berikrar = saling mengucap ikrar.

2. Jika kata dasarnya kata keadaan

a. Dalam keadaan, misalnya, bersuka cita = dalam keadaan sukacita; bermalas-malasan = dalam keadaan malas.

Dia berduka karena ayahnya meninggal.

a. Berusaha agar dalam keadaan, misalnya, bersiap = berusaha agar dalam keadaan siap. Saya bersiap diri menyambut kedatanganmu pukul 15 nanti

c. Menjadi, misalnya, bertambah = menjadi tambah; berbaik hati = menjadi baik hati. 3. Jika kata dasarnya kata benda

a. Mempunyai, contoh: bermimpi = mempunyai mimpi; berkesempatan = mempunyai kesempatan.

b. Mengusahakan, contoh: bersawah = mengusahakan sawah; berkebun = mengusahakan kebun.

c. Memakai (mengenakan, mempergunakan, mengendarai, atau naik), contoh: berpakaian = mengenakan pakaian; bermotor = mengendarai motor.

d. Mencari atau mengumpulkan, contoh: berkayu = mengumpulkan kayu.

e. Menyebut atau memanggil, contoh: saya berteman saja dengan dia = memanggil teman.

f. Bekerja sebagai atau berlaku seperti, contoh: berkuli = bekerja sebagai kuli. 3. peN –

(26)

peN-Kata benda yang diturunkan imbuhan peN- bisa berubah bentuk menjadi pem-, pen-, peny-, dan peng-. Pada umumnya sumber untuk pembentukan kata benda ini adalah verba (kata kerja) dan adjektiva (kata sifat).

Contoh:

a. peN- + bantu (kata kerja)

pembantu (kata benda) b. peN- + datang (kata kerja)

pendatang (kata benda) c. peN- + sapu (kata kerja)

penyapu (kata benda) d. peN- + asuh (kata kerja)

pengasuh (kata benda) 2. Kata Benda dengan Imbuhan

pe-Kata benda yang dibentuk dengan imbuhan pe- bermakna orang yang pekerjaannya melakukan kegiatan yang dinyatakan oleh verba.

Contoh:

pe- + lari (kata kerja)

pelari (kata benda) se –

Unsur se- berasal dari sa yang berarti “satu”. Awalan se- dipakai pada kata-kata penggolong, seperti sebuah mangga, sebatang pohon, sebiji jagung, dan sepotong pakaian.

1. Arti awalan

se-a. Menyatakan seluruh

Contoh: Aminah meraih juara lomba menari se-Jawa Tengah. b. Menyatakan sama dengan

Contoh: Ruri secantik ibunya. c. Menyatakan beberapa

Contoh: Selesaikan pekerjaan ini semampumu! d. Menyatakan satu

(27)

Akhiran :

Akhiran -i ,–kan, -an

1. Arti Imbuhan Akhiran -i

a. Menyatakan perbuatan yang berulang-ulang. Contoh: pukuli, cubiti, tendangi

b. Menyatakan kausalitas atau membuat jadi. Contoh: basahi, warnai

c. Sebagai objek yang menyatakan tempat. Contoh: duduki, singgahi

d. Menyatakan membuang. Contoh: kuliti, kupasi 2. Arti Imbuhan Akhiran -kan

a. Menyebabkan perbuatan untuk kepentingan orang lain. Contoh: bacakan, ambilkan, injakkan

b. Menyatakan kausalitas atau membuat jadi. Contoh: kecilkan, besarkan, panaskan Akhiran –an

3. Kata Benda dengan Imbuhan –an

Kata benda dengan sufiks (akhiran) –an umumnya diturunkan dari sumber verba (kata kerja) walaupun kata dasarnya adalah kelas kata lain.

Contoh:

tendang (kata kerja) + -an

tendangan 4. Kata Benda dengan Imbuhan

(28)

Awalan + akhiran (konfik)

Unsur bentukan kata berimbuhan ke-an

Pada umumnya, ke-an bergungsi untuk membentuk kata benda. Contoh:

Bakar (verba)

kebakaran (nomina) Cepat (adjektiva)

kecepatan (nomina)

Akan tetapi, imbuhan ke-an juga dapat bergungsi membentuk kata kerja (pasif) dan kata sifat atau keadaan.

(verba)

Di bawah ini beberapa makna kata yang dibentuk dengan imbuhan ke-an. 1. Menyatakan tempat atau daerah

Contoh: kerajaan, kedutaan

Mahasiswa asing berdatangan ke kedutaan untuk mengurus surat ijin belajar.

2. Menyatakan hal yang disebut dalam kata dasar atau peristiwa yang terjadi Contoh: kebersihan, ketuhanan, keindahan

Semua mahasiswa wajib menjaga kebersihan kelas masing-masing. 3. Menyatakan kena atau menderita sesuatu

Contoh: kehujanan, kepanasan, kedinginan Tomi sakit karena kehujanan setiap hari.

4. Menyatakan perbuatan yang dilakukan dengan tidak sengaja Contoh: ketiduran, kelupaan, kegugupan

Tina ketiduran sehingga terlambat masuk sekolah. 5. Menyatakan terlalu

(29)

6. Mengandung sedikit sifat seperti yang disebut dalam kata dasar atau menyerupai Contoh: kebarat-baratan, kekanak-kanakan, kehitam-hitaman

Meskipun sudah mahasiswa Dia masih kekanak-kanakan. Pe – an

Kata Benda dengan Imbuhan peN-an

Kata benda dengan imbuhan peN-an umumnya diturunkan dari verba dengan meng- yang berstatus transitif.

Contoh:

peN- + rusak + -an

pengrusakan ke – an

Pada umumnya, ke-an bergungsi untuk membentuk kata benda. Contoh:

Bakar (verba)

kebakaran (nomina)

Cepat (adjektiva)

kecepatan (nomina)

Akan tetapi, imbuhan ke-an juga dapat bergungsi membentuk kata kerja (pasif) dan kata sifat atau keadaan.

Di bawah ini beberapa makna kata yang dibentuk dengan imbuhan ke-an. Menyatakan tempat atau daerah

Contoh: kerajaan, kedutaan

Menyatakan hal yang disebut dalam kata dasar atau peristiwa yang terjadi Contoh: kebersihan, ketuhanan, keindahan

Menyatakan kena atau menderita sesuatu Contoh: kehujanan, kepanasan, kedinginan

(30)

Contoh: ketiduran, kelupaan, kegugupan Menyatakan terlalu

Contoh: kekecilan, kebesaran, kemurahan, kepahitan

Mengandung sedikit sifat seperti yang disebut dalam kata dasar atau menyerupai Contoh: kebarat-baratan, kekanak-kanakan, kehitam-hitaman

Kata Benda dengan Imbuhan ke-an

Kata benda dibentuk dengan imbuhan ke-an dapat diturunkan dari sumber verba (kata kerja), adjektiva (kata sifat), atau nomina (kata benda). Adapun nomina ini bergantung pada sumber yang dipakai, antara lain sebagai berikut.

a. Bila sumbernya verba, maknanya adalah hal atau keadaan yang berhubungan dengan yang dinyatakan verba.

Contoh:

ke- + berpihak + -an

keberpihakan

b. Bila sumbernya adjektiva, maknanya adalah hal atau keadaan yang berhubungan dengan yang dinyatakan adjektiva.

Contoh:

ke- + ramah + -an

keramahan

c. Bila sumbernya nomina, maknanya merujuk pada keabstrakan. Contoh:

ke- + uang + -an

keuangan se – nya

Arti imbuhan se-nya

a. Menyatakan komparatif/menyatakan tingkat lebih Contoh: Sebaiknya engkau pulang nanti.

b. Menyatakan superlatif/tingkat paling

(31)

c. Menyatakan waktu/setelah

Contoh: Sesampainya di rumah, ia langsung tidur.

III. SINTAKSIS

Kalimat adalah gabungan kata yang memiliki fungsi dan arti yang lengkap.

Fungsi kalimat terdiri dari S (subjek),P (predikat),O (objek),K (keterangan),dan Pel (pelengkap/ komplemen)

Contoh :

Saya (S) guru (P)

Saya (S) membeli (P) buku (O)

Pekerjaannya (S0 berdagang (P) ayam (Pel) Saya (S) pergi (P) tadi pagi (Ket.waktu)

Saya (S) pergi (P) ke rumah sakit untuk berobat (Ket tujuan). Saya (S) membeli tiket kereta api (P) di Balapan (Ket tempat) Saya (S) tidak masuk (P) karena sakit (Ket sebab).

Syarat Kalimat Efektif

 Minimal terdiri dari Subjek dan Predikat Contoh : Saya (S/N) guru (P/N).

 Mempunyai kesejajaran bentuk

Contoh : Saya membeli, membaca,dan menjual buku. (me + beli;me(m) + baca; me(n) + jual) : bentuknya sama

 Mempunyai kesejajaran makna

Contoh : Saya membeli pensil, buku,dan penghapus. (pensil,buku,dan penghapus adalah alat tulis)

(32)

Contoh : Datanglah pada hari Senin pagi.

(karena kata Senin sudah mengandung makna “hari” jadi tidak perlu memakai kata “hari” kata “pada” tidak usah dipakai karena kalau dihilangkan tidak mengubah makna)

Datanglah Senin pagi.

 Menggunakan kata hubung dan kata gabung yang tepat. Hubungan antara aku dengan dia sudah putus.

Kalimat di atas salah karena kata “dengan” seharusnya diganti “dan” Hubungan antara aku dan dia sudah putus.

JENIS KALIMAT

1. Berdasar Isi atau Tanggapan yang Ditimbulkannya

a. Kalimat berita; menimbulkan tanggapan berupa isyarat atau sikap. Berdasar kandungannya dibedakan atas:

1) Berita kepastian  contoh: Paman akan datang besok pagi 2) Berita pengingkaran contoh: Bukan dia yang mengambil bukuku 3) Berita kesangsian  contoh: Barangkali mereka tidak datang hari ini

b. Kalimat tanya; isinya berupa pertanyaan, reaksinya berupa jawaban. Berdasar isinya kalimat tanya dibedakan atas:

 Kalimat tanya biasa, isinya memerlukan jawaban Contoh:

Siapa nama orang itu? (Nama orang itu) Amir. Kapan mereka pulang? (Mereka pulang) tadi pagi.

 Kalimat tanya retoris : kalimat yang tidak memerlukan jawaban dan berfungsi menegaskan maksud pembicaraan

Contoh:

Adakah orang yang tidak ingin bahagia? Bukankan kau sendiri yang mengatakan?

c. Kalimat perintah; kalimat yang berisi perintah dan reaksinya berupa tindakan. Dilihat dari isinya dibedakan atas 2 macam:

 Kalimat perintah kasar, dengan ciri:

Menggunakan kata kerja yang tidak berimbuhan Contoh: Jangan sebut namaku!

(33)

Tidak menyebutkan orang yang diperintah Contoh: Tunggu di sini!

 Kalimat perintah halus, dengan ciri-ciri: Menggunakan akhiran –kan dan –lah Contoh:

Tunggulah di sini sebentar! Ambilkan buku saya di meja! Menggunakan kata penghalus Contoh:

Tolong ambilkan buku saya. Maaf tutupkan pintu itu.

Menggunakan bentuk kalimat tanya Dapatkah Anda tutup pintu itu?

Dapatkah Anda ambilkan buku di atas meja itu? a. Berdasarkan Jenis Kata yang Menduduki Fungsi Predikat

a. Kalimat verbal; kalimat yang predikatnya berupa kata kerja

Berdasar bentuk kata kerja yang menduduki fungsi predikat kalimat dapat dibedakan:  Kalimat aktif, kalimat yang predikatnya kata kerja aktif

Contoh:

Ia menulis surat.

Ani memanggil adiknya dengan lembut.

 Kalimat pasif, kalimat yang predikatnya kata kerja pasif Contoh:

Buku saya diambil adik

Para penjahat buronan itu kini sudah tertangkap

b. Kalimat nominal; kalimat yang predikatnya bukan kata kerja. Contoh:

Gedung yang berada di dekat rumah saya, tinggi. (kata sifat) Kucing bibi lima ekor. (kata bilangan/nominal)

b. Berdasar Urutan Jabatannya

(34)

Contoh:

Semua orang mengharapkan kebahagiaan

S P

b. Kalimat infersi; kalimat yang predikatnya mendahului subjek Contoh:

Indah sekali pemandangan itu

P S

Kalimat aktif dan kalimat pasif

Berdasarkan peranan subjeknya, kalimat dibedakan menjadi kalimat aktif dan kalimat pasif.

1. Kalimat aktif

Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai pelaku kegiatan. Predikat kalimat aktif berupa kata dasar atau kata yang berimbuhan meN-, meN-I, meN-kan, dan ber-.

meN-1 memiliki makna perbuatan yang dilakukan berkali-kali

meN-kan memiliki makna perbuatan yang dilakukan untuk orang lain Perhatikan contoh berikut!

a. Buaya makan dengan lahap. b. Ayah menggambarkan adik bunga.

c. Induk katak menasihati anak katak yang nakal. d. Lembu berenang menyeberangi sungai.

Berdasarkan perlu tidaknya objek, kalimat aktif dibedakan menjadi kalimat aktif transitif dan aktif intransitif. Kalimat aktif transitif adalah kalimat yang membutuhkan objek. Kalimat aktif intransitif adalah kalimat yang tidak membutuhkan objek. Perhatikan kedua contoh berikut! b. Ayam hutan raksasa menyeberangkan lutung dengan hati-hati.

c. Kijang berlari masuk ke hutan.

(35)

2. Kalimat pasif

Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya berperan sebagai penderita atau dikenai pekerjaan. Kalimat pasif menggunakan predikat yang berimbuhan di-, ke-an, dan ter-. Perhatikan contoh berikut!

a. Burung bangau terkena panah pemburu.

b. Lutung kesakitan karena terjatuh dari pohon yang besar. c. Kelinci itu diterkam harimau.

Kalimat Majemuk

Dilihat dari jumlah S/P/O/Ket/Pelengkapnya kalimat dibedakan atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk.

Kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua pola atau lebih. Macamnya:

a. Kalimat majemuk setara, yaitu kalimat majemuk berupa penggabungan dua kalimat tunggal yang masing-masing mempunyai kedudukan yang sama. Kalimat majemuk setara ini ditandai dengan kata dan, sedang, serta (setara penjumlahan); tetapi, namun, sedangkan, melainkan (setara pertentangan); lalu, kemudian (setara perurutan); atau (setara pemilihan).

Contoh: a) Saya membaca b) Mereka menulis

menjadi c) Saya membaca dan mereka menulis

b. Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang mempunyai kedudukan yang berbeda. Artinya, salah satu kalimatnya mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dan bebas (induk kalimat), sementara kalimat yang lainnya mempunyai kedudukan yang lebih rendah dan tidak bebas (anak kalimat).

Kata penghubung yang menandai anak kalimat antara lain walaupun, meskipun, sungguhpun, karena, apabila, jika, kalau, sebab, agar, supaya, ketika, sehingga, dan sebagainya.

Contoh: a) Ia tetap belajar b) Ia sedang sakit

(36)

c. Kalimat majemuk campuran, adalah kalimat majemuk yang terjadi akibat adanya penggabungan kalimat majemuk bertingkat dengan kalimat majemuk setara. Artinya, kalimat ini sekurang-kurangnya terdiri atas tiga pola kalimat sehingga strukturnya terdiri atas dua induk kalimat dan satu anak kalimat, atau dua anak kalimat dan satu induk kalimat.

Contoh: a) Hari sudah malam b) Kami berhenti bekerja c) Kami langsung pulang

menjadi d) Kami berhenti bekerja dan langsung pulang karena hari sudah malam. (Induk kalimat setara = dua) (Anak kalimat satu)

2. Peribahasa

Peribahasa ialah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya dan biasanya mengisahkan maksud tertentu. Perhatikan contoh berikut!

- Bagaikan langit dan bumi, berarti sangat berbeda.

- Bahasa menunjukkan bangsa, berarti budi bahasa atau perangai serta tutur kata menunjukkan tabiat seseorang.

- Hancur badan dikandung tanah budi baik terkenang jua, berarti budi bahasa yang baik tidak dilupakan orang.

- Hidup segan mati pun tak mau, berarti orang yang tidak memiliki kemauan.

- Hujan berbalik ke langit, berarti orang yang berkuasa, pandai, atau kaya meminta tolong kepada orang yang lemah, bodoh, atau miskin.

- Patah tumbuh hilang berganti, berarti seorang pemimpin bila sudah tiada akan ada penggantinya.

- Seperti anjing dengan kucing, berarti selalu bertengkar.

- Seperti api dalam sekam, berarti perbuatan jahat yang tidak tampak.

- Tangan mencencang bahu memikul, berarti siapa yang salah harus menanggung akibatnya.

- Terlampau cepat jadi lambat, berarti bila pekerjaan dikerjakan dengan terburu-buru, justru menjadi lambat.

(37)

1. Kalimat Langsung

Kalimat langsung adalah kalimat yang diucapkan dalam ujaran langsung. Kalimat ini ditandai dengan ciri tanda koma (,) sebelum ujaran langsung dan tanda petik ganda (“…”) di antara ujaran langsung.

Contoh:

Anita berkata, “Ayahku dulunya adalah seniman yang andal.” 2. Kalimat Tak Langsung

Kalimat tak langsung adalah kalimat yang diucapkan dalam ujaran tidak langsung. Kalimat ini ditandai dengan kata bahwa untuk menggantikan tanda koma serta petik ganda yang mengapit ujaran langsungnya.

Contoh:

Anita mengatakan bahwa ayahnya dulunya adalah seniman yang andal. Majas Perpautan

Majas pertautan adalah majas yang mempunyai hubungan dengan yang lain, misalnya mempunyai hubungan dengan suatu peristiwa, benda, atau yang lain. Yang termasuk majas pertautan adalah majas metonimia, sinekdoke (pars pro toto), sinekdoke (totem pro parte), alusio, dan eufemisme.

1. Majas metonimia

Majas metonimia adalah majas yang memakai nama ciri atau nama hal yang ditautkan dengan orang, barang, atau hal sebagai penggantinya. Contoh:

– Bapak sedang menikmati Tugu Luwak. (kopi cap Tugu Luwak) – Mereka akan ke Jakarta dengan Garuda. (pesawat Garuda) 2. Majas sinekdoke (pars pro toto)

Majas sinekdoke (pars pro toto) adalah majas yang menyebutkan bagian dari sesuatu, tetapi yang dimaksudkan keseluruhannya. Contoh:

– Ia sudah lama tidak menampakkan batang hidungnya.

(38)

Majas sinekdoke (totem pro parte) adalah majas yang menyebutkan keseluruhannya, tapi yang dimaksudkan hanya bagiannya. Contoh:

SMP 13 menang dalam lomba catur dengan SMP 12.Laos terpaksa mengakui keunggulan Indonesia. 4. Majas alusio

Majas alusio adalah majas yang menunjukkan secara tidak langsung kepada peristiwa-peristiwa, tokoh-tokoh, tempat, atau dalam karya-karya sastra terkenal. Contoh:

– Jangan meniru sifat Datuk Maringgih.

– Tugu itu mengingatkan kita pada peristiwa 10 November 1945. 5. Majas eufemisme

Majas eufemisme adalah majas yang berupa ungkapan-ungkapan halus untuk menggantikan ungkapan-ungkapan yang dirasakan kasar, kurang sopan, atau kurang menyenangkan. Contoh:

– Cara berpikir anak itu agak ketinggalan jika dibanding dengan temannya. – Para tunawisma ditampung dalam tempat khusus.

IV.WACANA

Wacana dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi wacana lisan dan wacana tulis. Perbedaan antara keduanya terletak pada penggunaan kosa katanya. Dalam wacana tulis, penulis

menggunakan berbagai bentuk paragraf antara lain deskrisi,narasi,eksposis,persuasi,dan argumentasi.

A. Wacana Tulis

Wacana tulis atau paragraf dibedakan atas deskripsi,narasi,eksposisi,persuasi,dan argumentasi. Wacana tulis menggunakan kalimat efektif dan bahasa ragam baku. 1. Deskripsi

Tulisan yang bertujuan memberikan gambaran sehingga pembaca seolah-olah melihat potret. Tulisan deskripsi berisi gambaran tentang apa yang ditangkapoleh panca indera pembaca yaitu : apa yang dilihat,apa yang dicium, apa yang didengar,apa yang dirasa, dan apa yang diraba.

(39)

Setiap bertemu Dina aku selalu tidak mampu menyembunyikan kekagumanku.Di kelasku dia satu-satunya gadis yang mempunyai rambut panjang hampir sepinggang. Matanya hitam dan selalu tampak bersinar. Suaranya lembut dan merdu. Kulitnya kuning dan halus. Setiap kali aku berada di dekatnya selalu tercium bau harum yang lembut dari parfum yang ia pakai. Perasaanku sangat bahagia kalau bersama dia.

Paragraf di atas menggambarkan seorang perempuan bernama Dina melalui apa yang ditangkap mata (rambut panjang,mata hitam,kulit kuning), yang ditangkap hidung (bau harum lembut), yang ditangkap telinga (suaranya lembut), yang ditangkap indera peraba (kulitnya halus), dan kndera perasa (bahagia).

Dalam deskripsi penulis dapat menggambarkan gerakan,bentuk benda,arah,warna,suara,dan sebagainya. Penguasaan kosa kata berkaitan dengan hal-hal tersebut harus diperkenalkan terlebih dahulu kepada siswa.

Misal bentuk : bulat,lonjong/oval,persegi,persegi panjang, segitiga, kubus,limas,layang-layang,jajar genjang, belah ketupat, dan lain-lain. Arah : kiri, kanan, atas, bawah, depan, belakang, samping, barat, timur, utara, selatan, tenggara, dan lain-lain. Suara : pelan, keras, nyaring, bising, merdu, serak, parau, dan lain-lain.

2. Eksposisi

Tulisan yang bertujuan menjelaskan. Ada beberapa jenis eksposisi yaitu

a. Eksposisi Proses yaitu tulisan yang berisi penjelasan tentang tahap/proses terjadinya atau pembuatan sesuatu

(40)

Paragraf di atas menjelaskan proses membuat makanan tradisional Surakarta. Beberapa kata yang biasa dipakai dalam tulisan eksposisi proses adalah : mula-mula,pertama-tama (pertama),kemudian,lalu,setelah itu, dan akhirnya (terakhir).

b. Eksposisi Ilustrasi yaitu tulisan yang berisi penjelasan tentang sesuatu disertai gambaran/ contoh

Saat ini Surakarta pantas menyandang predikat sebagai kota pariwisata dan budaya. Sejak Joko Widodo dilantik menjadi wali kota, Surakarta terus berbenah mempercantik diri. Tirtonadi yang tadinya kumuh kini ditata kembali menjadi taman yang indah. Begitu pula Bale Kambang difungsikan kembali sebagai taman rekreasi untuk masyarakat. Sepanjang jalan Slamet Riyadi dibangun City Walk yang diramaikan dengan pedagang makanan tradisional sepanjang sore hingga malam. Di tempat itu pada malam-malam tertentu disuguhkan pertunjukkan musik tradisional. Tempat-tempat belanja barang kerajinan pun ditata rapi di sepanjang jalan menuju keraton.

Dalam paragraf di atas untuk mendukung gambaran Surakarta sebagai kota pariwisata dan budaya penulis memberikan contoh-contoh konkrit berupa pembenahan (Tirtonadi ditata, Bale Kambang difungsikan kembali) dan kondisi Surakarta saat ini (indah,bersih).

c. Eksposisi Analogi yaitu tulisan yang berisi penjelasan tentang sesuatu yang bersifat abstrak dengan perumpamaan hal lain yang bersifat konkrit.

(41)

dilakukan maka filsafat pun pergi kembali menjelajah laut lepas, berspekulasi dan meneratas.(Sabarti, 1989:163)

Pada paragraf di atas untuk menjelaskan apa arti filsafat kepada pembaca penulis mengibaratkannya sebagai pasukan marinir. Dengan membaca paragraf di atas pembaca menjadi tahu bahwa filsafat berfungsi sebagai pijakan bagi pengembangan pengetahuan

e. Eksposisi klasifikasi yaitu tulisan yang berisi penjelasan tentang suatu hal bersifat umum oleh karenanya dalam penjelasan

Hewan berkembang biak untuk melestarikan jenisnya. Cara perkembangbiakan hewan dapat dibedakan menjadi empat yaitu membelah diri, bertelur, melahirkan, dan bertelur-melahirkan. Membelah diri dan bertunas merupakan cara perkembangbiakan hewan tanpa melalui proses perkawinan. ....

Pada paragraf di atas penulis mengklasifikasikan perkembangbiakan hewan melalui pengelompokkan (klasifikasi) yaitu membelah diri, bertelur, melahirkan, dan bertelur-melahirkan. Dari klasifikasi tersebut kemudian penulis menguraikan idenya secara runtut

f. Eksposisi perbandingan tulisan yang berisi penjelasan suatu ide melalui analisis persamaan dan perbedaan ide tersebut dengan ide lain yang dikenal pembaca.

(42)

Paragraf di atas menguraikan perbedaan cara beradaptasi kaktus dan teratai dalam mempertahankan hidup. Kedua tumbuhan tersebut bertahan hidup dengan mengandalkan daun. Perbedaannya daun kaktus kecil karena untuk mengurangi penguapan sedang daun teratai lebar untuk memperbanyak penguapan.

3. Narasi adalah tulisan yang bertujuan memberikan informasi tentang sebuah kejadian. Dalam narasi terdapat tokoh (pelaku), alur/plot (urutan kejadian), setting (tempat dan waktu)

Perhatikan contoh berikut :

Sudah dua hari Ani mengurung diri di kamar. Seminggu yang lalu ketika ia mendengar kabar bahwa pesawat yang ditumpangi kedua orang tuanya jatuh dan hilang, ia masih berharap orang tuanya selamat. Dua hari ia selalu mengikuti berita perkembangan hasil pencarian. Setelah tiga hari pencarian tidak membuahkan hasil dan pencarian dihentikan, Ani merasa tidak lagi punya harapan Harapan Ani semakin pupus saat dua hari lalu ia membaca di surat kabar ada seorang pernduduk menemukan puing-puing pesawat di lereng gunung. Sejak saat itu ia tidak mau keluar dari kamar.

Narasi dibedakan menjadi dua yaitu narasi ekspositori dan narasi sugesti. Narasi ekspositori adalah narasi yang bersifat faktual (kejadian nyata) sedangkan narasi sugesti adalah narasi yang bersifat imajinatif (khayalan).

4. Persuasi adalah tulisan yang bertujuan membujuk agar pembaca melakukan sesuatu seperti yang dikehendaki penulis. Contoh persuasi dalam bahasa Indonesia adalah iklan baik komersial maupun layanan masyarakat. Perhatikan paragraf di bawah ini:

5. Argumentasi

Argumentasi adalah tulisan yang digunakan untuk meyakinkan pembaca. Untuk meyakinkan pembaca dalam argumentasi penulis perlu memberikan alasan-alasan untuk membuktikan suatu kebenaran. Argumentasi dapat dikembangkan dengan teknik deduksi, induksi, sebab-akibat, akibat-sebab, maupun akibat-akibat.

(43)

Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan. Tapi tahukah Anda ? Di balik manfaat rokok yang secuil itu terkandung bahaya yang sangat besar bagi orang yang merokok maupun orang di sekitar perokok yang bukan perokok. Asap rokok mengandung kurang lebih 4000 bahan kimia yang 200 diantaranya beracun dan 43 jenis lainnya dapat menyebabkan kanker bagi tubuh.. Asap rokok yang baru mati di asbak mengandung tiga kali lipat bahan pemicu kanker di udara dan 50 kali mengandung bahan pengiritasi mata dan pernapasan. Dengan begitu suatu tempat yang dipenuhi polusi asap rokok adalah tempat yang lebih berbahaya daripada polusi di jalanan raya yang macet. Jadi bersyukurlah Anda jika belum merokok, karena Anda adalah orang yang bijaksana.

(44)

II. PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN HURUF MIRING A. Huruf Kapital atau Huruf Besar

1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya:

Dia mengantuk. Apa maksudnya?

Kita harus bekerja keras. Pekerjaan itu belum selesai.

2. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya:

Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”

Bapak menasihatkan, “Berhati-hatilah, Nak!” “Kemarin engkau terlambat,” katanya. “Besok pagi,” kata Ibu.

3. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.

Misalnya:

Allah Alkitab Islam

Yang Mahakuasa Quran Kristen

Yang Maha Pengasih Weda

Tuhan akan menunjukkan jalan yang benar kepada hamba-Nya. Bimbinglah hamba-Mu, ya Tuhan, ke jalan yang Engkau beri rahmat.

4. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.

Misalnya:

(45)

Haji Agus Salim Imam Syafii Nabi Ibrahim

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.

Misalnya:

Dia baru saja diangkat menjadi sultan. Tahun ini ia pergi naik haji.

5. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya:

Wakil Presiden Adam Malik Perdana Menteri Nehru Profesor Supomo

Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara Sekretaris Jenderal Departemen Pertanian Gubernur Irian Jaya

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, atau nama tempat.

Misalnya:

Siapa gubernur yang baru dilantik itu?

Kemarin Brigadir Jenderal Ahmad dilantik menjadi mayor jenderal. 6. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya:

Amir Hamzah Dewi Sartika

(46)

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.

Misalnya: mesin diesel 10 volt 5 ampere

7. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya:

bangsa Indonesia suku Sunda bahasa Inggris

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan.

Misalnya:

mengindonesiakan kata asing keinggris-inggrisan

8. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Misalnya:

bulan Agustus hari Natal bulan Maulid perang Candu hari Galungan tahun Hijriah hari Jumat tarikh Masehi

hari Lebaran Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama.

Misalnya:

Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia. 9. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.

(47)

Asia Tenggara Kali Brantas

Banyuwangi Lembah Baliem

Bukit Barisan Ngarai Sianok

Cirebon Pegunungan Jayawijaya

Danau Toba Selat Lombok

Dataran Tinggi Dieng

Gunung Semeru Tanjung Harapan Jalan Diponegoro Teluk Benggala

Jazirah Arab Terusan Suez

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri.

Misalnya:

berlayar ke teluk mandi di kali menyeberangi selat pergi ke arah tenggara

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama geografi yang digunakan sebagai nama jenis.

Misalnya:

garam inggris gula jawa kacang bogor pisang ambon

10. Hurul kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan. Misalnya:

Republik Indonesia

Majelis Permusyawaratan Rakyat

(48)

Keputusan Presiden Republik Indonesia, Nomor 57, Tahun 1972

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi.

Misalnya:

menjadi sebuah republik beberapa badan hukum

kerja sama antara pemerintah dan rakyat menurut undang-undang yang berlaku

11. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi.

Misalnya:

Perserikatan Bangsa-Bangsa Yayasan Ilmu-llmu Sosial

Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Rancangan Undang-Undang Kepegawaian

12. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya:

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.

Dia adalah agen surat kabar Sinar Pembangunan.

Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas Hukum Perdata”.

13. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan.

Misalnya:

Dr. doktor

(49)

Prof. profesor

Tn. tuan

Ny. nyonya

Sdr. saudara

14. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.

Misalnya:

“Kapan Bapak berangkat?” tanya Harto. Adik bertanya, “Itu apa, Bu?”

Surat Saudara sudah saya terima. “Silakan duduk, Dik!” kata Ucok. Besok Paman akan datang.

Mereka pergi ke rumah Pak Camat. Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.

Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan.

Misalnya:

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

15. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda. Misalnya:

Sudahkah Anda tahu?

Referensi

Dokumen terkait

Modern. Jakarta: Pustaka Jaya. Buku itu membahas kesusatraan Malaysia dan sejumlah masalah- nya. Pembahasan yang dilakukan terhadap kesusastraan Malaysia ada- lah dalam rangka

Proses analisa semantik akan dicari kata-kata yang berhubungan dengan kata relasi dan kata kunci domain ontologi yang dicari, dari teks bebas yang diberikan

Dalam upaya menjamin kesetaraan kesehatan tersebut, pemerintah terus berupaya berinovasi dalam meningkatkan pelayanan kesehatan , yaitu salah satunya dengan mengeluarkan

Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya adalah. sebagai

It is concluded that by comparing the degree of differences between the two models in daytime and night: by using the model ATC E to simulate the LST annual

media berbasis web moodle lebih baik daripada yang menerapkan model pembelajaran langsung tanpa menggunakan media berbasis web moodle. Manfaat yang didapat dari hasil

Pada penggunaan MPL, siswa yang mempunyai kecerdasan emosi tinggi memiliki prestasi belajar akuntansi yang sama baiknya dengan siswa yang mempunyai kecerdasan

Dari uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai” Peningkatan Kemampuan Mahasiswa Membuat Proposal Penelitian Melalui Model Pembelajaran Langsung