• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN TANAH DESA DI DESA PANCA JAYA KECAMATAN MUARA KAMAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGELOLAAN TANAH DESA DI DESA PANCA JAYA KECAMATAN MUARA KAMAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA SKRIPSI"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN TANAH DESA DI DESA PANCA JAYA

KECAMATAN MUARA KAMAN KABUPATEN KUTAI

KARTANEGARA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Ilmu Hukum

Diajukan Oleh : JUNIATI NIM. 0810015136 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2013

(2)

A

ABBSTSTRRAAKK

J

JUUNNIIAATTII. 2012, Pengelolaan Tanah Desa di Desa Panca Jaya Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara (di bawah bimbingan Dosen Pembimbing Utama Ibu Haris Retno Susmiyati, SH, MH dan Dosen Pembimbing Pendamping Wiwik Harjanti , SH., LL. M.)

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengelolaan tanah desa di Desa Panca Jaya Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara, bagaimana permasalahan dalam pengelolaan tanah desa dan bagaimana solusi hukum dalam mengatasi permasalahan pengelolaan tanah desa yang ada di Desa Panca Jaya Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan tanah desa di Desa Panca Jaya Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara, untuk mengetahui permasalahan dalam pengelolaan tanah desa yang ada di Desa Panca Jaya Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara dan untuk mengetahui solusi hukum dalam mengatasi permasalahan pengelolaan tanah desa yang ada di Desa Panca Jaya Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui tanah desa yang dimilki oleh Desa Panca Jaya Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara seluas 65 Ha dan yang sudah digunakan 29,7 Ha dan yang baru terencana peruntukannya 16,8 Ha serta yang belum ada perencanaannya 18,5 Ha. Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan tanah desa adalah klaim tanah desa oleh masyarakat setempat, kerja sama pemanfaatan dan sewa tanah desa tidak dilakukan dengan perjanjian tertulis, pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Bupati melalui Camat dan Lembaga Pengawas/Intansi terkait tidak efektif, sanksi terhadap Camat yang tidak diatur dalam Peraturan Bupati Kutai Kartanegara Nomor 71 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Aset Desa, dan perencanaan pengelolaan tanah desa tidak ada Peraturan Desa yang mengaturnya.

Solusi hukum dari permasalah tersebut adalah pemindahan tempat tinggal terhadap masyarakat, kerja sama pemanfaatan harus ada perjanjian secara tertulis, pemberian sanksi terhadap Camat, pengaturan sanksi dalam Peraturan Bupati Kutai Kartanegara Nomor 71 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan aset desa terhadap Camat ataupun Lembaga Pengawas/Intansi terkait harus Ada, dan dibuatnya Peraturan Desa yang mengatur tentang tata cara, mekanisme, dan prosedur dalam perencanaan pengelolaan tanah desa.

(3)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Tanah merupakan salah satu sumber utama bagi kelangsungan hidup dan penghidupan bangsa dalam mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang terbagi secara adil dan merata, maka tanah adalah untuk diusahakan atau digunakan bagi pemenuhan kebutuhan yang nyata. Sehubungan dengan itu, penyediaan, peruntukan, penguasaan, penggunaan dan pemeliharaannya serta pengelolaanya perlu diatur agar terjamin kepastian hukum dalam penguasaan dan pemanfaatannya serta penataannya terselenggara dengan baik.

Pengelolaan itu sendiri, dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007 Tentang Pedomaan Pengelolaan Kekayaan Desa dalam pasal 1 angka (8) disebutkan “Pengelolaan adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penghapusan, pemindah-tanganan, penatausahaan, penilaian, pembinaan, pengawasan dan pengendalian.’’

Indonesia sendiri dalam usaha untuk mewujudkan kebijakan Negara mengenai penataan dan pengelolaan sumber daya alam , sebagaimana yang dimuat dalam Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan: “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai Negara dan dipergunakan untuk sebesar besarnya kemakmuran rakyat”, Negara menetapkan garis kebijakan Nasional dibidang pertanahan yang merupakan salah satu unsur penting dari kesekian banyak potensi Sumber Daya Alam yang ada.

(4)

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan dasar Pokok-Pokok Agraria, atau yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan UUPA sebagai landasan yuridis atau dasar hukumnya, untuk menindak lanjuti amanat Pasal 33 ayat (3) UUD 1945. UUPA memberikan landasan yuridis bagi penyelenggaraan kebijakan pengelolaan tanah. Sebagai bagian dari kewenangan Negara berdasarkan Hak Menguasai dari Negara, arti penting pengelolaan tanah termuat di dalam Pasal 2 UUPA, yang menyebutkan bahwa Hak Menguasai dari Negara berisi kewenangan:1

1. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa;

2. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang orang dengan bumi, air dan ruang angkasa;

3. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.

Pengelolaan pertanahan pada akhirnya bertujuan untuk mewujudkan kepastian hukum dalam hal hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan bumi, air dan ruang angkasa, termasuk pula dengan perbuatan-perbuatan hukum yang terkait dengan Sumber Daya Alam itu. Tujuan lain dari diselenggarakannya program pengelolaan pertanahan adalah untuk mewujudkan keteraturan terkait dengan penyelenggaraan, kemajuan kesejahteraan masyarakat sekitar dan administrasi yang berkaitan dengan penguasaan dan pemanfaatan tanah yang akan berdampak langsung maupun

1

Boedi Harsono, 2005, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta, Halaman 232.

(5)

tidak langsung terhadap kesinambungan pembangunan di Indonesia terutama yang ada di Desa Panca Jaya Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara.

Tujuan pengelolaan pertanahan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagian konsideran huruf c dan d Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 10 Tahun 2006 Tentang Badan Pertanahan Nasional, yang menyebutkan bahwa: 1. Pengaturan dan pengelolaan pertanahan tidak hanya ditujukan untuk

menciptakan ketertiban hukum, tetapi juga untuk menyelesaikan masalah sengketa dan konflik pertanahan yang timbul.

2. Kebijakan Nasional dibidang pertanahan perlu disusun dengan memperhatikan aspirasi dan peran serta masyarakat guna dapat memajukan kesejahteraan umum.

Pengelolaan pertanahan meliputi tanah-tanah hak dan tanah Negara. Tanah Hak meliputi tanah yang dikuasai oleh perseorangan maupun badan hukum dengan hak-hak atas tanah yang disebut dalam Pasal 16 Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA) yakni: Hak Milk, Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, dan Hak Pakai. Sedangkan Tanah Negara meliputi tanah-tanah yang belum dilekati dengan suatu hak dan dikuasai langsung oleh Negara.

Dalam hal ini, kekayaan dan sumber-sumber pendapatan desa, pada dasarnya merupakan sumber daya desa. Secara umum sumber daya biasa dipahami dalam bentuk tanah, tenaga kerja dan modal. Ada juga yang berpendapat bahwa sumber daya identik dengan aset, karena disamping meliputi property juga termasuk didalamnya unsur manusia atau penduduk desa (SDM).

(6)

Berbicara tentang aset desa, maka biasanya telah dibatasi pada aset yang bersifat tangible atau yang berwujud, seperti tanah desa, tanah kas desa, pasar desa, pasar hewan desa, tambatan perahu, bangunan desa, pelelangan ikan desa dan lain sebagainya.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa pasal 1 angka (9) disebutkan bahwa “Kekayaan Desa adalah barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa atau perolehan hak lainnya yang sah.’’ Dalam hal ini, istilah tanah desa pada Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa tidak disebutkan hanya saja pada pasal 69 disebutkan adanya kekayaan desa yaitu” kekayaan desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 68 ayat (1) huruf a terdiri atas : tanah kas desa, pasar desa, pasar hewan, tambatan perahu, bangunan desa, pelelangan ikan yang dikelola oleh desa, dan lain-lain kekayaan milik desa.”

Istilah tanah desa pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa disebutkan pada pasal 1 angka (10) yaitu” tanah desa adalah barang milik desa berupa tanah bengkok, kuburan, dan titisara.” Kemudian pada Peraturan Bupati Kutai Kartanegara Nomor 71 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Aset Desa menyebutkan adanya istilah tanah desa dalam jenis-jenis aset desa yang terdapat pada pasal 2 ayat (1) huruf b yaitu “aset desa yang tidak bergerak, terdiri dari : tanah desa, tanah kas desa, bangunan/gedung milik desa, pasar desa, dan lain-lain.” Dari istilah-istilah tanah desa tersebut muncul adanya bentuk-bentuk tanah desa yang mana terdapat pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa

(7)

disebutkan pada pasal 1 angka (10) disebutkan tanah desa berupa tanah bengkok, kuburan, dan titisara.

Sehingga dari uraian diatas penulis memilih istilah tanah desa karena jika kita teliti lebih lanjut Peraturan Bupati Kutai Kartanegara Nomor 71 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Aset Desa pada pasal 1 angka (16) disebutkan bahwa “aset desa atau kekayaan desa adalah barang atau bukan barang yang berasal dari kekayaan asli desa, dibeli atau diperoleh atas beban anggaran pendapatan dan belanja desa atau perolehan hak lainnya yang sah.” Sehingga tanah desa yang ada di Desa Panca Jaya ini merupakan salah satu kekayaan desa karena didapat dari beli dan atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Pengelolaan kekayaan desa juga termuat dalam Peraturan Bupati Kutai Kartanegara Nomor 71 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Aset Desa pasal 1 angka (15) yang mana pengelolaan itu sendiri adalah rangkaian kegiatan mulai dari perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharan, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, penilaian, pembinaan, pengawasan, dan pengendalian. Sedangkan apabila kita berbicara tentang pengelolaan aset desa, termasuk tanah desa maka pemerintah desa sebagai pengelola harus secara rasional mengarahkan pada upaya peningkatan kesejahteraan desa secara umum. Artinya, konsep pengelolaan harus diarahkan pada kesejahteraan masyarakat bukan kelompok-kelompok tertentu, terlebih-lebih pejabat pengelolanya.

Dalam kaitanya dengan pengelolaan tanah desa yang ada di Desa Panca Jaya Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara tersebut, dari hasil pra penelitian Desa Panca Jaya memiliki 65 Ha tanah desa. Dalam

(8)

pengelolaan tanah desa, yang mana konsep pengelolaan harus diarahkan pada kesejahteraan masyarakat justru pengelolaan tanah desa di Desa Jaya belum mensejahterakan masyarakat desanya, faktanya dalam pengelolaan tanah desa Panca Jaya terdapat masalah antara lain perjanjian antara pihak desa dengan kelompok tani hanya secara lisan yang mengakibatkan konflik. Masalah dalam pengelolaan juga adanya pengklaiman tanah desa yang terdapat kios pasar oleh masyarakat yang dijadikan tempat tinggal.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai permasalahan pemanfaatan kekayaan desa yang ditinjau secara yuridis empiris sebagai penelitian dengan judul: “Pengelolaan Tanah Desa di Desa Panca Jaya Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara”.

B.Rumusan Masalah

Dengan mengacu pada judul penelitian serta berkaitan dengan latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan di atas, maka permasalahan-permasalahan yang hendak dikemukakan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengelolaan tanah desa di Desa Panca Jaya Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara?

2. Bagaimana permasalahan dalam pengelolaan tanah desa yang ada di Desa Panca Jaya Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara?

3. Bagaimana solusi hukum dalam mengatasi permasalahan pengelolaan tanah desa yang ada di Desa Panca Jaya Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara?

(9)

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengelolaan tanah desa di Desa Panca Jaya Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara;

2. untuk mengetahui permasalahan dalam pengelolaan tanah desa yang ada di Desa Panca Jaya Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara; 3. untuk mengetahui solusi hukum dalam mengatasi permasalahan pengelolaan

tanah desa yang ada di Desa Panca Jaya Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara.

D.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperluas khasanah pengetahuan secara:

1. Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengembangan Ilmu Hukum, khususnya Hukum Agraria dalam kaitannya dengan pengaturan pengelolaan tanah-tanah desa melalui peraturan desa yang khusus mengatur tentang tanah desa.

2. Praktis

a. Menambah pengetahuan dan wawasan tentang Pengelolaan dan informasi tanah desa khususnya tanah desa yang ada di Desa Panca Jaya

Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara dengan tetap memperhatikan kepentingan umum masyarakat Desa Panca Jaya.

(10)

b. Menambah pengetahuan dan wawasan masyarakat luas sebagai pengamat kebijakan publik yang terkait dengan pengelolaan tanah desa khususnya tanah aset desa yang ada di Desa Panca Jaya.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang dilakukan dengan memahami Pengelolaan Tanah Desa tersebut, adapun karya orang lain yang dijadikan sebagai bahan tambahan materi penulisan proposal yaitu :

1. Ary Anggraito Tobing, 2009, yang menulis tesis pada Universitas Diponegoro Semarang dengan judul : “Eksistensi Tanah Bengkok Setelah Berubahnya Pemerintahan Desa Menjadi Kelurahan di Kota Salatiga”;. 2. Ana Widanarti, 2010, yang menulis tesis pada Universitas Diponegoro

Semarang dengan judul “Perolehan Tanah Titisara untuk Penyediaan Kavling Siap bangu Melalui Tukar Guling di Desa Jungjang Wetan Kecamatan Arjawinangun Kabupaten Cirebon”.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini diuraikan berdasarkan bab per bab sehingga jelas letak permasalahan yang ada. Adapun sistematika yang digunakan dalam penulisan ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Keaslian Penelitian F. Sistematika Penulisan

(11)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Agraria

B. Pengertian Hukum Agraria C. Pengertian Hukum Tanah D. Pengertian Pengelolaan E. Pengertian Desa

F. Tinjauan Hukum Tentang Tanah Desa

1. Pengertian Tanah Desa dan Asas Pengelolaan Tanah Desa 2. Jenis-Jenis Kekayaan Desa

3. Jenis Pemanfaatan

4. Pembinaan dan Pengawasan 5. Sanksi

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penulisan hukum ini adalah yuridis empiris. Penelitian hukum yuridis empiris yaitu mengkaji hukum yang dikonsepkan sebagai perilaku nyata, sebagai gejala sosial yang sifatnya tertulis, yang dialami setiap orang dalam hubungan hidup bermasyarakat.2

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian ini penulis mengunakan pendekatan penelitian empiris karena sesuai dengan jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti. Pendekatan penelitian empiris yaitu

mengkaji pengelolaan tanah desa di Desa Panca Jaya Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara.

2

Abdulkadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, Halaman 155

(12)

C. Pendekatan Masalah

Penulis menggunakan pendekatan Nonjudicial Case Study, yaitu pendekatan studi kasus hukum tanpa konflik. Kalaupun ada konflik, diselesaikan oleh pihak-pihak sendiri secara damai, tanpa campur tangan pengadilan.

D. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Desa Panca Jaya, sebagai objek penelitian adalah tanah desa yang terdapat di Desa Panca Jaya Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara

E. Waktu dan Jadwal Penelitian F. Jenis dan Sumber Data G. Teknik Pengumpulan Data

a. Studi Lapangan yaitu penulis terjun langsung ke lokasi penelitian dengan tujuan memperoleh data yang valid dan lengkap dengan cara mengadakan Peneliti melakukan wawancara yang ditujukan kepada:

1) Kelompok Tani Margo Mulyo Desa Panca Jaya yang diberi kewenangan untuk mengelola sebagian tanah desa; 2) Kepala desa, sekretaris atau staf Desa Panca Jaya;

3) Pejabat kantor Pemerdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Kutai Kartanegara yang berwenang dalam pengurusan tanah aset desa yang ada di Kabupaten Kutai Kartanegara.

b. Studi dokumen yaitu dengan mengkaji dokumen berupa perundang-undangan; dan

(13)

c. Studi kepustakaan yaitu menkaji buku, skripsi, tesis, jurnal, makalah, artikel, dan dokumen hukum.

H. Analisis Data

Analisis data yang akan dilakukan yaitu dengan cara deskriptif kualitatif, artinya menyajikan data secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta yang ada dilapangan dan disajikan secara tertulis dan bukan dalam bentuk angka.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum / Profil Wilayah Penelitan

a. Letak Geografis Batas Administrasi dan Luas Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara

b. Keadaan Letak Geografis, Batas Administrasi dan Luas Kecamatan Muara Kaman

c. Keadaan Lokasi Penelitian Desa Panca Jaya Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara

1) Keadaan Geografis Batas Administrasi, dan Luas Wilayah Desa Panca Jaya

2) Kondisi Masyarakat pada Lokasi Penelitian

B. Pembahasan

1. Pengelolaan Tanah Desa yang Ada di Desa Panca Jaya

Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara

a. Perencanaan Pengelolaan Tanah Desa di Desa Panca

Jaya Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara

b. Pelaksanaan Pengelolaan Tanah Desa di Desa Panca

(14)

1) Pengelolaan Tanah Desa dengan Cara Pinjam Pakai 2) Pengelolaan Tanah Desa dengan Cara Sewa

3) Pengelolaan Tanah Desa dengan Cara Kerja Sama Pemanfaatan

c. Pembinaan dan Pengawasan dalam Pengelolaan Tanah Desa di Desa Panca Jaya

2. Permasalahan yang dihadapi Dalam Pengelolaan Tanah

Desa yang Ada di Desa Panca Jaya Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara

a. Klaim Tanah Desa Panca Jaya oleh Masyarakat Setempat b. Kerja Sama Pemanfaatan dan Sewa Tanah Desa Tidak

dilakukan dengan Perjanjian Tertulis

c. Pembinaan dan Pengawasan yang dilakukan Oleh Bupati melalui Camat dan Lembaga Pengawas/Intansi Terkait Tidak Efektif

d. Sanksi terhadap Camat yang Tidak diatur Dalam Peraturan Bupati Kutai Kartanegara Nomor 71 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Aset Desa

e. Perencanaan Pengelolaan Tanah Desa Tidak Ada Peraturan Desa yang mengaturnya

f. Tanah Desa seluas 35,3 Ha yang masih Belum digunakan 3. Solusi Hukum Dalam Mengatasi Permasalahan Pengelolaan

Tanah Desa yang Ada di Desa Panca Jaya Kecamatan Muara Kaman Kabupaten Kutai Kartanegara

(15)

a. Pemindahan Tempat Tinggal terhadap Masyarakat

b. Kerja sama Pemanfaatan Harus Adanya Perjanjian secara Tertulis.

c. Pemberian Sanksi Terhadap Camat

d. Pengaturan Sanksi Dalam Peraturan Bupati Kutai Kartanegara Nomor 71 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Aset Desa Terhadap Camat ataupun Lembaga Pengawas/Intansi Terkait Harus Ada

e. Peraturan Desa yang Mengatur Tentang Tata Cara, Mekanisme, dan Prosedur dalam Perencanaan Pengelolaan Tanah Desa Harus dibuat

f. Masyarakat dan Pihak Desa Bermusyawarah BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan B. Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(16)

DARTAR PUSTAKA

A. Buku

Adisasmita, Rahardjo, 2011, Pengelolaan Pendapatan dan Anggaran Daerah, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Hamzah, Andi, 1986, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Harsono, Boedi, 2005, Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang Undang Pokok Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1991, Edisi Kedua, Djambatan, Jakarta.

Mahmud Marzuki, Peter, 2005, Penelitian Hukum, Kencana Media Group, Jakarta. Mertokusumo, Soedikno, 1988, Hukum dan Politik Agraria, Karunia Terbuka, Jakarta.

Muhammad, Abdulkadir 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Mustofa, Bachson, 1988, Hukum Agraria dalam Perspektif, Remadja Karya, Bandung.

Sihombing, B.F, 2004, Evolusi Kebijakan Pertanahan dalam Hukum Tanah Indonesia, Gunung Agung, Jakarta.

Perangin, Effendi, 1989, Hukum Agraria di Idonesia Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi Hukum, Rajawali, Jakarta.

R. Tjitrosoedibio, dan Subekti, 1983, Kamus Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta. Samun, Ismaya, 2011, Pengantar Hukum Agraria, Graha Ilmu, Yogyakarta. Santoso, Urip, 2007, Hukum Agraria dan Hak-hak Atas Tanah, Kencana, Jakarta. Supradi, 2008, Hukum Agraria, Sinar Grafika, Jakarta.

(17)

Widjaja,. Haw, 2003, Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat, dan Utuh, PT. RajaGrafindo, Jakarta.

B. Peraturan Perundang-undangan

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Pokok-pokok Agraria TAP MPR RI Nomor IX/MPR/2001 tentang Pembaharuan Agraria dan Pengelolaan

Sumber Daya Alam

Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1979 Tentang Desa Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan Kekayaan Desa

Peraturan Bupati Kutai Kartanegara Nomor 71 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Aset Desa

C. Dokumen Hukum, Hasil Penelitian, tesis dan Disertasi

Anggraito Tobing, Ary, 2009, yang menulis tensis pada Universitas Diponegoro Semarang dengan judul : “Eksistensi Tanah Bengkok Setelah Berubahnya Pemerintahan Desa Menjadi Kelurahan di Kota Salatiga”.

Hafidzah Nafsika, Uthi’, 2010, yang menulis proposal pada Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan judul “Tinjaua Hukum Agraria Nasional terhadap Pelaksanaan Sewa-menyewa Tanah Kas di Desa Sribit Kecamatan Delanggu Kabupaten Klaten”.

(18)

D. Artikel Jurnal Ilmiah, Artikel Koran, Artikel Internet, dan Makalah Seminar

http://www.ut.ac.id/html/suplemen/sosi4303/pengertian desa.htm, diakses hari jumat tanggal 27 April 2012 pukul 14.50

http://ridwanaz.com/umum/geografi/definisi-desa-pola-keruangan-dan-ciri-ciri masyarakatnya/, diakses hari senin tanggal 28 Mei 2012 pukul 14.00 Wita. Law Community, Hukum Agraria,

http://wonkdermayu.wordpress.com/kuliah-hukum/hukum agraria-suatu-pengantar/, diakses hari rabu tanggal 16 Mei 2012 pukul 12.20 Wita.

http://www.kmpk.ugm.ac.id/data/SPMKK/5c-PEMBINAAN(revJan'03).doc diakses

tanggal 28 september 2012 pukul 23.39 wita

artikata.com, Pengertian Legal Survei, diakses tanggal 24 September 2012 pukul 21.31 Wita

http://www.artikata.com/arti-319710-asas.html diakses tanggal 10 Oktober 2012 pukul 20.00 wita

http://kabupaten.kutaikartanegara.com/kecamatan.php?k=Muara_Kaman diakses hari Minggu, 10 Febuari 2013 pukul 20.00 Wita

Referensi

Dokumen terkait

Dengan berlakunya Peraturan Bupati ini, maka Peraturan Bupati Lombok Utara Nomor 3 Tahun 2016 tentang Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pengelolaan Kuangan

3. Beberapa manfaat perencanaan usaha adalah pekerjaan atau aktivitas dapat dilakukan secara teratur dan dengan tujuan yang jelas, menghindari pekerjaan atau aktivitas yang

Kunci dengan Menggunakan Tabel Input-Output), (Tesis); (Jakarta: Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998).. tingkat output, dalam tabel yang mempunyai sifat hubungan linier

M ari kita baca Yohanes 17:17:”Kuduskanlah mereka dalam kebenaran: firman-Mu adalah kebenaran”, dan kemudian Wahyu 22:18-19:“Aku bersaksi kepada setiap orang yang

kombinasi yang lebih kecil. 6) Jika tidak ditemukan kombinasi, maka kartu tersebut dianggap one pair atau tidak diikut sertakan dalam pencarian berikutnya. 7) Kartu yang sudah

Dalam perhitungan bobot agregat masing-masing alternatif untuk tiap-tiap kriteria dapat dicari nilai fuzzy agregatnya dengan menggunakan persamaan 3 sehingga

Untuk periode yang sama dengan nilai ACWP < BCWP, menunjukkan biaya aktual yang dikeluarkan lebih kecil penyelesaian volume pekerjaanya, berarti tidak terjadi

2. Telepon akan memvalidasi kode PIN dan mulai melakukan pendaftaran jaringan. Setelah nama jaringan ditampilkan pada layar, Anda siap untuk melakukan atau menjawab panggilan.