• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGANTAR DAN SEJARAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN. Oleh: Muna Erawati, S.Psi, M.Si

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGANTAR DAN SEJARAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN. Oleh: Muna Erawati, S.Psi, M.Si"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGANTAR DAN SEJARAH PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

Oleh:

Muna Erawati, S.Psi, M.Si

Pengantar

Istilah Ilmu Jiwa Perkembangan sebenarnya bukan istilah yang lazim dipakai dalam disiplin psikologi di Indonesia. Penggunaan nama mata kuliah ‘Ilmu Jiwa Perkembangan’ di PTAI (perguruan Tinggi Agama Islam) nampaknya dimaksudkan untuk membuka ruang lingkup yang lebih luas sekaligus memunculkan keunikan tersendiri. Ilmu jiwa perkembangan merupakan salah satu mata kuliah pada Program Studi Pendidikan Agama Islam yang dimaksudkan agar mahasiswa mendapat bekal konsep-konsep dasar dan teori perkembangan. Pengetahuan yang diperoleh dalam kuliah ini diharapkan dapat digunakan dalam penulisan karya ilmiah dan praktek mengajar.

Hurlock (1989a) secara kritis membedakan psikologi perkembangan dengan psikologi anak. Psikologi anak adalah subdisiplin psikologi yang mempelajari anak dengan berorientasi pada keluaran (outcome) perkembangan anak. Sebaliknya psikologi perkembangan menekankan pada proses pemerolehan itu sendiri misalnya, bagaimana proses seorang anak belajar berbicara. Selain itu, psikologi perkembangan lebih memberi porsi pada peranan lingkungan dalam kehidupan manusia. Dengan demikian maka psikologi perkembangan menjadi subdisiplin paling tepat bagi dunia pendidikan seperti pada jurusan tarbiyah (kependidikan) di PTAI.

Sebelum mengenal lebih jauh tentang psikologi perkembangan akan dibahas terlebih dulu pengertian dari beberapa istilah kunci. Pertama, pertumbuhan adalah dinamika perubahan yang terjadi pada aspek fisik-biologis inidividu (kuantitatif). Ciri-ciri pertumbuhan fisik lebih mudah diamati misalnya, pertambahan tinggi badan, pertambahan berat badan, pertambahan gigi, rambut, perubahan proporsi badan, dan seterusnya. Kedua, istilah perkembangan menunjuk pada dinamika perubahan aspek fungsional dan psikologis individu (kualitatif). Perubahan kualitatif ini dapat diamati melalui perilaku, sikap, dan cara berpikir.

Walaupun kedua istilah tersebut mempunyai akar perbedaan, tetapi kemudian istilah perkembangan secara terminologis disepakati digunakan untuk merujuk pada perubahan secara kuantitatif (pertumbuhan) maupun kualitatif dalam disiplin psikologi.

(2)

Hal ini didasarkan pada alasan bahwa perubahan aspek kualitatif tidak dapat dilepaskan dari aspek pertumbuhan fisik.

Sementara itu, Santrock (2012) secara singkat mengemukakan bahwa psikologi perkembangan (developmental psychology) adalah psikologi yang mengkaji pola perubahan yang terjadi pada manusia sejak masa konsepsi sampai akhir hayat. Masa konsepsi merupakan momentum pertemuan antara sel telur dari ibu dengan sel sperma dari ayah.

Periode-periode Perkembangan Manusia

Perkembangan manusia diyakini terjadi sejak masa konsepsi yaitu saat pertemuan sel telur dengan sel sperma. Masa konsepsi dipandang menjadi peletak dasar perkembangan manusia. Fase perkembangan akan berakhir pada saat manusia meninggal. Secara parsial, psikologi perkembangan dapat dipecah menjadi beberapa subdisiplin yaitu perkembangan masa prenatal, perkembangan anak, perkembangan remaja, perkembangan orang dewasa, dan gerontology (psikologi perkembangan yang mempelajari masa usia lanjut). Dengan demikian maka ruang lingkup psikologi perkembangan adalah dimulai sejak masa konsepsi sampai manusia meninggal.

Hurlock (1996) membagi tahapan perkembangan menjadi sepuluh (10) fase: a. prenatal (masa konsepsi sampai melahirkan)

b. neonatal (bayi baru lahir) c. bayi (0 tahun sampai 2 tahun) d. awal kanak-kanak (3 sampai 6 tahun) e. kanak-kanak akhir (7 sampai 10 tahun) f. puber (11 sampai 15 tahun)

g. remaja (16 sampai 21 tahun) h. dewasa dini (22 sampai 40 tahun) i. dewasa madya (41 sampai 60 tahun) j. lanjut (61 tahun dan seterusnya).

Berdasarkan pentahapan versi Hurlock di atas maka terlihat bahwa masa awal perkembangan sampai masa remaja mendapat porsi perhatian yang lebih besar. Secara khas, antara masa kanak-kanak dengan masa remaja dijembatani oleh masa puber. Hal ini menandaskan bahwa masa kanak-kanak secara kualitas berbeda dengan masa puber.

(3)

Sedangkan Santrock (1999) membagi menjadi delapan fase : a. Masa prenatal dari konsepsi sampai bayi lahir

b. Masa bayi (infancy) dari lahir sampai 18-24 bulan

c. Masa kanak-kanak (early childhood) dari akhir masa bayi berakhir pada 5-6 tahun d. Masa anak-anak (masa sekolah/middle and late childhood) dari akhir masa

kanak-kanak sampai 11 tahun e. Remaja usia 11-18 tahun

f. Remaja akhir masa anak-anak sampai 18-22 tahun g. Dewasa awal dari akhir masa remaja sampai 35 tahun h. Dewasa tengah baya dari 35 sampai 60 tahun

i. Usia lanjut dari 60 tahun sampai meninggal

Model pentahapan Santrock cenderung lebih sederhana dan fleksibel dalam patokan usia. Individu memiliki variasi perkembangan di mana walaupun secara normatif diperoleh pola periode seperti diuraikan di atas.

Uraian usia yang dipaparkan di atas secara definitif tidak selalu dapat diterapkan, mengingat usia sebenarnya mengandung beberapa kriteria yang lebih dari sekedar kronologis. Tolok ukur keberhasilan perkembangan salah satunya terletak pada kematangan individu. Kriteria kematangan menurut Santrock (1999) dapat dilihat dari beberapa aspek:

1. Usia kronologis yaitu usia yang dilihat berdasar akta kelahiran. Usia ini paling lazim digunakan sebagai patokan kematangan, walaupun mengandung kelemahan. Tidak setiap individu mencapai kematangan sesuai usia kronologisnya. Ada yang lebih cepat matang dibanding usia kronologisnya, ada pula yang lebih lambat dibanding usia kronologisnya.

2. Usia fisik-biologis dilihat dari tingkat pertumbuhan atau kemasakan fisiologis maupun kesehatan fisiologis-biologisnya. Contoh kadang terjadi pertumbuhan fisik yang melebihi atau lebih lambat dari usia kronologis. Kasus bayi raksasa di Semarang yang secara kronologis berusia satu tahun, tetapi berat badannya setara dengan usia kronologis anak enam tahun-an. Ada pula kasus anak yang usia kronologisnya terus bertambah, tetapi tidak mengalami pertumbuhan fungsi fisiologis seperti pada bayi cerebral palsy (kerusakan otak).

3. Usia psikologis dilihat dari kematangan dalam berpikir, mengendalikan diri, dan mengarahkan dirinya sendiri. Misalnya individu yang memasuki masa pubertas umumnya secara fisiologis sudah mengalami kematangan fungsi reproduksi,

(4)

tetapi secara mental belum bisa dikategorikan dewasa secara psikologis. Umumnya mereka masih belum mampu berpikir dengan menyeluruh, mengendalikan emosi, dan melakukan regulasi diri secara baik. Regulasi diri adalah kemampuan individu untuk mengarahkan dirinya sendiri mencapai tujuan. 4. Usia sosial dilihat dari bagaimana peran individu secara sosial berdasar patokan norma masyarakat dan aturan perundangan yang berlaku. Misalnya remaja usia 17 tahun dianggap layak mempertanggung jawabkan perbuatan di hadapan hukum, sehingga ia berhak mendapat SIM, mengikuti pemilu (pemilihan umum), dan sebagainya.

5. Aspek ekonomi dilihat dari sejauhmana kemandirian seseorang dari segi ekonomi. Individu yang telah mampu menafkahi dirinya dipandang matang secara ekonomi.

Dimensi-dimensi yang dipelajari dalam disiplin psikologi perkembangan meliputi fisik-motorik, sosio-emosional, dan kognitif (Santrock, 1999). Perkembangan fisik-motorik merupakan dimensi perkembangan kemampuan gerakan tubuh. Dimensi sosio-emosional adalah perkembangan individu dalam aspek ‘rasa’, hubungan interpersonal (hubungan antara satu individu dengan individu lain), dan relasi-relasi sosial lainnya. Dimensi kognitif merupakan perkembangan intelektualitas individu yang meliputi fungsi kecerdasan, kreativitas, dan potensi-potensi khusus.

Teori-teori tentang dinamika perkembangan fisik-motorik, sosio-emosional, dan kognitif akan dikembangkan lebih luas termasuk kajian perkembangan moral. Hal ini didasarkan realita bahwa perkembangan moral merupakan aspek yang sentral pada kajian pendidikan agama di PTAI. Sebagaimana diketahui, mahasiswa jurusan ketarbiyahan diproyeksikan untuk menjadi guru pelajaran agama Islam pada jenjang sekolah dan madrasah.

Pandangan Tradisional dan Pendekatan Rentang Sepanjang Kehidupan

Ada dua pandangan atau pendekatan terhadap kehidupan manusia dalam psikologi perkembangan yaitu pandangan tradisional dan pendekatan rentang sepanjang kehidupan (life-span approach). Pandangan tradisional melihat kehidupan manusia diawali dengan gerakan progresif sampai pada masa dewasa yang mencapai kemapanan (established) dan kemudian akan mengalami penurunan (regresi) saat menuju usia senja. Pandangan tradisional menganggap bahwa perubahan perkembangan secara ekstrim hanya terjadi pada masa lahir sampai remaja dan hanya sedikit perkembangan terjadi pada masa dewasa dan penurunan perkembangan pada masa usia lanjut.

(5)

Sebaliknya pandangan life-span approach memahami bahwa pola

progresif-established-regresif tersebut cenderung hanya berlaku pada aspek perkembangan fisik-motorik saja. Sedangkan pada tataran sosio-emosional dan kognitif, sebenarnya terjadi perkembangan yang progresif terus-menerus. Salah satu bukti adalah semakin individu bertambah usia sampai memasuki usia senja maka kemampuan mengendalikan emosi dan kebijaksanaannya semakin bertambah. Selain itu, bagi pendekatan ini, masing-masing tahap perkembangan sebaiknya dipahami dengan tolok ukur berbeda. Tolok ukur capaian perkembangan pada satu tahap tidak dapat disamakan dengan tahap lainnya.

Ada tujuh dasar karakteristik perspektif life-span approach;

a. perkembangan sepanjang hayat; perkembangan meliputi pertambahan maupun penurunan yang saling berinteraksi secara dinamis sepanjang hayat.

b. multidimensional artinya perkembangan meliputi dimensi biologis, kognitif, dan sosio-emosional.

c. multidireksional; sebuah dimensi ada yang mengalami pertambahan sementara dimensi lainnya mengalami penurunan; orang yang sudah lansia semakin bijaksana, tetapi menurun kemampuan melakukan kegiatan yang membutuhkan kecekatan. d. plastis; perkembangan masing-masing orang dipengaruhi oleh kondisi

individualitasnya masing-masing. Sifat perkembangan yang lentur ini tetap memiliki batasan-batasan, tetapi kesempatan terbuka luas untuk mengembangkan potensi perkembangannya, misalnya melalui training.

e. bertautan dengan sejarah (kondisi dan situasi di mana manusia hidup pada masa sebelumnya). Perkembangan itu sendiri merupakan sejarah hidup masing-masing individu.

f. multidisiplin; ada beberapa disiplin yang berkaitan misalnya, psikologi, sosiologi, neurologi, antropologi, peneliti medis, dan seterusnya.

g. kontekstual; seseorang bertindak dan berkembang sesuai dengan kondisi dan situasi di mana ia berada saat itu.

Sejarah Psikologi Perkembangan

Berikut akan disajikan cerita tentang kisah perubahan-perubahan masyarakat yang mempengaruhi cara pandangnya terhadap perkembangan individu yang didasarkan pada referensi Santrock (1999). Ada tiga isu penting yang secara definitif dapat

(6)

dipetakan dari abad ke abad yaitu isu anak-anak, remaja, dan aging. Harapan penulis, melalui sejarah ini mahasiswa dapat mengambil hikmah dan berpikir lebih kritis lagi mengenai fenomena sosial-perkembangan yang terjadi pada masa sekarang.

a. Sejarah tentang perhatian pada perkembangan anak. Pada abad pertengahan (1500), anak oleh masyarakat Eropa dipandang sebagai miniatur orang dewasa. Hal ini terlihat dari lukisan-lukisan masa ini gambar anak-anak dengan pakaian orang dewasa. Pengaruh dari ajaran Nasrani yang berkembang pada waktu itu tentang dosa bawaan (original sin) juga mengakibatkan masyarakat memiliki pandangan bahwa bayi pada dasarnya memiliki sifat bawaan yang jahat. Membesarkan anak didasari atas tujuan untuk menjadikan mereka sebagai budak supaya mereka terbebas dari dosa bawaan. Anak-anak masa ini harus bekerja dan memiliki ikatan emosi yang lemah dengan orangtua. Pada tahun 1600-an pandangan ini mulai sedikit berubah.

Pada abad 17 seorang filsuf bernama John Locke mengemukakan pandangan bahwa bayi lahir laksana ‘tabula rasa’ (blank slate/meja lilin), ia tidak sependapat kalau anak membawa bakat jahat. Menurutnya bayi seperti ‘blank tablet’ atau tablet kosong. Anak memperoleh karakteristik melalui pengalaman hidup. Ia juga yakin pengalaman masa kanak-kanak menentukan masa dewasanya. Ia menyarankan agar para orangtua meluangkan waktu dengan anak-anaknya membantu mereka agar dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat.

Pada abad 18, muncul pandangan dari filsuf Perancis bernama Jean-Jacques Rousseau yang menganggap bahwa anak pada dasarnya ‘innate goodness’ atau baik. Karena dasarnya sudah baik, maka anak-anak semestinya dibiarkan tumbuh secara alamiah dengan sedikit pengasuhan orangtua dan sedikit batasan.

Akhir-akhir ini perhatian lebih ditujukan pada usaha untuk meningkatkan kesejahteraan anak (child-well-being). Periode anak dipandang sebagai masa unik, bahkan perilaku melanggar hukum yang dilakukan oleh anak-anak telah diatur dalam perundangan yang khas bagi usia anak-anak.

b. Sejarah tentang perhatian pada perkembangan remaja. Keresahan tentang generasi muda baru muncul di awal abad 20. Tahun 1904, G. Stanley Hall menulis buku ilmiah pertamanya tentang masa perkembangan remaja. Pandangannya yang sangat popular untuk menggambarkan gejolak masa perkembangan remaja adalah ‘storm and stress’ atau masa ‘badai dan tekanan’ di mana masa remaja merupakan masa yang dipenuhi dengan konflik dan perubahan suasana hati (mood).

(7)

Pada perkembangan selanjutnya, masa remaja tidak selalu dianggap sebagai bentuk perilaku abnormal dan menyimpang. Berbagai penelitian yang dilakukan dari segala penjuru dunia memperlihatkan bahwa ¾ remaja di dunia memiliki self-positive image (image diri yang positif). Mereka melewati masa remaja dengan bahagia, identitas diri yang sehat, bersikap positif pada keluarga serta sekolah, dan dapat mengatasi tekanan hidup dengan baik (confident about coping with life’s stress).

Dari tahun 1890 sampai 1920, di Amerika setiap negara bagian telah menghapus kewajiban bekerja bagi remaja dan sebaliknya menggantinya dengan mengharuskan mereka menjalani pendidikan di sekolah. Pada tahun tersebut 600 % atau enam kali lipat naik jumlah remaja yang lulus sekolah. Tahun 1950 dianggap sebagai tahunnya remaja, sebab pada tahun ini, selain secara fisik, secara sosial remaja diakui identitasnya, negara-negara bagian di Amerika juga menerbitkan produk perundangan yang dikhususkan bagi anak usia 16-21 tahun.

c. Sejarah tentang perhatian pada isu aging. Masa awal kehidupan manusia, mereka sudah tertarik dengan tema umur panjang dan kematian. Mitos yang muncul pada masa itu adalah setiap orang sebenarnya dianugerahi keabadian, tetapi anugerah itu dicabut karena manusia melanggar ketentuan dari Tuhan. Untuk memohon kelanggengan, mereka memberikan sesaji, pengurbanan, berdoa, dan melakukan tindakan heroik agar dapat hidup abadi.

Pada abad keempat sebelum Masehi, filsuf Yunani bernama Epicurus mengajak orang agar bersikap positif terhadap kematian. Hal ini akan mengurangi rasa takut dan hidup bahagia. Menurut pengamatan orang Yunani pada waktu itu, kematian adalah hilangnya suhu tubuh, sebab orang mati badannya dingin, orang hidup badannya hangat. Aristotle pun menyatakan bahwa kematian adalah ketika panas tubuh menghilang. Pada abad 18, Benjamin Franklin bereksperimen menghidupkan kembali ayam mati dengan menyengat tubuh ayam dengan kilatan listrik.

Salah satu tokoh life-span approach adalah Johan Teten dari Jerman yang mempublikasikan dua buku yang membahas manusia dan perkembangannya pada tahun 1777. Tokoh kedua adalah ilmuwan Belgia bernama Adolphe Quetelet (1842) yang menyatakan bahwa aging dapat diteliti secara empirik dan dipengaruhi faktor hereditas serta lingkungan.

Abad 20. Ketika nutrisi, sanitasi, dan pengetahuan medis mengalami peningkatan signifikan, maka usia harapan hidup pun meningkat pula. Sejauh ini usia batas usia terpanjang yang ada dalam sejarah manusia adalah 120 tahun. Perhatian terhadap

(8)

perkembangan masa usia lanjut juga meningkat. Bahkan lahir ilmu yang bernama

gerontology yang mempelajari aging (masa usia lanjut) dari tinjauan biologis dan sosiemosional. Gerontology berasal dari bahasa Yunani; geront yang artinya orang yang sudah tua dan logos. Istilah ini diperkenalkan pertama kali oleh Elie Metchnikoff, tahun 1903 di Pasteur Institute of Paris. Himpunan masyarakat

gerontology didirikan pada tahun 1945 dengan kegiatan riset dan pemikiran tentang masa usia lanjut.

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Siswa calon Anak Magang Cukup Datang ke kantor Raditya Center PT Bintang Solusi Utama Saat jam kerja untuk mengisi formulir rencana PKL.. Jam Yang Tepat untuk datang ke kantor

[r]

dengan jumlah sampel sebanyak 25 sampel yang diambil dari pedagang makanan jajanan saus cabai yang terdapat di.. SD Negeri pada kecamatan Padang

Tingkat produktivitas tenaga kerja perempuan dilihat dari tingkat ketrampilan dalambeternak dan pola kehidupan produktif masih belum optimal.waktu yang dicurahkan untuk beternak

Pada seseorang yang menderita penyakit epilepsi, dia cenderung mengalami kesulitan untuk mengontrol tubuhnya sendiri dan menggunakan manfaat daun benalu yang dipercaya sangat

[r]

Kemerdekaan Indonesia membawa masyarakat mengenal dunia lebih jauh lagi. Mereka kini sudah lebih mengenal teknologi dan ilmu pengetahuan yang jauh lebih

[r]