• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Spiritual dalam Novel Centhini: 40 Malam Mengintip Sang Pengantin Karya Sunardian Wirodono - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pendidikan Spiritual dalam Novel Centhini: 40 Malam Mengintip Sang Pengantin Karya Sunardian Wirodono - Test Repository"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN SPIRITUAL DALAM NOVEL

CENTHINI,

MALAM MENGINTIP SANG PENGANTIN

KARYA SUNARDIAN WIRODONO

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Oleh :

AZZA NURUL LAILA

NIM:

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda-tangan, di bawah ini:

Nama : Azza Nurul Laila

NIM : - -

Fakultas : TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

Program Studi : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil

karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Salatiga, September Yang Menyatakan,

Azza Nurul Laila

(4)

iv

Drs. Juz’an, M.Hum Dosen IAIN Salatiga Nota Pembimbing Lamp : eksemplar

Hal : Naskah skripsi

Saudari Azza Nurul Laila

Kepada

Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga di Salatiga

Assalamu'alaikum. Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini,

kami kirimkan naskah skripsi saudari :

Nama : Azza Nurul Laila

NIM : - -

Fakultas / Progdi :Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan Agama Islam (PAI)

Judul :PENDIDIKAN SPIRITUAL DALAM NOVEL

CENTHINI, MALAM MENGINTIP SANG

PENGANTIN KARYA SUNARDIAN WIRODONO

Dengan ini kami mohon skripsi Saudari tersebut di atas supaya segera

dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

Wassalamu'alaikum, Wr, Wb.

Salatiga, September Pembimbing

Drs. Juz’an, M.Hum.

(5)

v SKRIPSI

PENDIDIKAN SPIRITUAL DALAM NOVEL

CENTHINI, MALAM MENGINTIP SANG PENGANTIN KARYA SUNARDIAN WIRODONO

DISUSUN OLEH: AZZA NURUL LAILA

- -

Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Fakultas Tarbiyah dan

Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga, pada tanggal September

dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S Kependidikan.

Susunan Panitia Penguji

Ketua Penguji : Mufiq, S.Ag., M. Phil.

Sekretaris Penguji : Drs. Juz’an, M. Hum. Penguji I : Drs. Bahroni, M. Pd.

Penguji II : Drs. A. Bahrudin, M. Ag

Salatiga, September Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan (FTIK)

Suwardi, M. Pd.

NIP. KEMENTERIAN AGAMA

(6)

vi MOTTO

Didiklah anak-anak kamu, sesungguhnya mereka diciptakan untuk menghadapi

zaman yang berbeda dengan zaman kamu ini

(H.R. Bukhari)

“Our parents are the greatest gift in a life”

(orang tua kita adalah anugerah terbesar di dalam sebuah kehidupan)

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada pihak-pihak yang penulis anggap

mempunyai peran penting dalam hidupnya

. Teruntuk Ayahanda dan Ibunda tercinta Surmanto dan Siti Muawanah tersayang

yang telah membesarkan dan mendidikku dengan penuh cinta dan kesabaran serta

ikhlas-tulus memberikan dukungan dan doa restunya kepada penulis.

. Kepada adiku yang paling cerewet yang sedang sibuk belajar di Purworejo Ainaa

Salsabila.

. Keluarga besarku, nenek, kakek, dan semuanya.

. Keluarga Getar dan Ldk tercinta yang memberikan banyak pengalaman dalam

perkuliahan maupun proses kehidupan.

. Kepada Pak Wus yang telah memperkenalkan dengan buku Serat Centhini karya

Elizabeth D. Inandiak yang menginspirasi untuk menjadikan skripsi.

. Teman-teman tercinta dari Mb Yani, Laily, Dita, Pak de, Pak Ndut yang sudah

memberi semangat serta dukungan dalam penulisan skripsi sehingga bisa selesai

(8)

viii

KATA PENGANTAR ِميح ّرلا ِنمحّرلا الله مسِب

Segala puji dan syukur hanya bagi Allah SWT, yang telah meberikan

kekuatan dan pertolongan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi

ini. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita

Nabi agung Muhammad saw yang telah menuntun umatnya kejalan kebenaran

dan keadilan, serta kepada keluarga, sahabat-sahabatnya, serta para pengikutnya.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk

memperoleh gelar S Sarjana Pendidikan (S.Pd) di Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul “Pendidikan Spiritual dalam Novel Centhini, Malam Mengintip Sang Pengantin karya Sunardian Wirodono”. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil. Dengan penuh kerendahan

hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(FTIK).

. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI).

. Bpk Drs. Juz’an, M.Hum., selaku pembimbing skripsi, yang telah

meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan dukungan kepada

(9)

ix

. Bapak Dr. Adang Kuswaya M.Pd., selaku dosen pembimbing akademik yang

telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan selama masa kuliah.

. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu

pengetahuan, sehingga peneliti mampu menyelesaikan penelitian skripsi

ini.

. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan

serta bantuan.

. Kedua orang tuaku, Bapak Surmanto dan Ibu Siti Muawanah, yang

senantiasa membimbing, mendidik dengan sabar dan penuh kasih sayang,

serta doa yang tak pernah luput untuk penulis.

. Untuk Sofyan Ashari atau Pak Wus yang telah memperkenalkan dengan Serat

Centhini sehingga menjadi inspirasi untuk penulisan skripsi.

. Untuk Pak De dan Pak Ndut yang memberikan nasehat dalam penulisan

skripsi ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.

. Rekan-rekan seperjuangan di Teater Getar dan LDK IAIN Salatiga yang

telah memberi banyak pengalaman penulis.

. Sahabat-sahabat yang telah banyak melakukan hal terbaik kepada

penulis, sebagai teman dalam susah maupun senang, yang tidak akan

pernah bisa terbalaskan baik budinya untuk

Semoga amal mereka diterima oleh Allah SWT serta

mendapatkan balasan yang berlipat ganda. Penulis menyadari dan mengakui bahwa

(10)

x

keterbatasan kemampuan serta pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran

yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan dalam kesempurnaan skripsi ini.

Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi penulis

sendiri maupun pembaca pada umumnya serta bermanfaat bagi dunia pendidikan,

bagi agama, nusa dan bangsa.

Amin amin yarobbal 'alamin.

Salatiga, September Penulis

Azza Nurul Laila

(11)

xi

ABSTRAK

Laila, Azza Nurul. . Pendidikan Spiritual dalam Novel Centhini: Malam Mengintip Sang Pengantin. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

Pembimbing: Drs. Juz’an, M.Hum.

Kata Kunci: Pendidikan Spiritual. Novel Centhini.

Pendidikan adalah komponen penting dalam dunia pendidikan karena pendidikan dibutuhkan untuk membentuk manusia seutuhnya sesuai dengan norma Islam dan memiliki pengetahuan luas serta karakter yang kuat. Pada dasarnya pendidikan spiritual sangatlah penting dalam kehidupan, karena dengan pendidikan spiritual yang tertanam pada diri manusia akan menumbuhkan jati diri manusia yang berbeda dan karakter berlandaskan syariat Islam. Mengetahui bahwa pendidikan adalah komponen inti dalam dunia untuk mendapatkan berbagai macam pengetahuan untuk bekal kehidupannya, betapa pentingnya pendidikan karena seseorang akan mampu menjalani kehidupan dengan memiliki etika yang luhur dan budi pekerti yang baik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ) Konsep spiritual yang terdapat dalam novel Chentini, Malam Mengintip Sang Pengantin karya Sunardian Wirodono, ) Pendidikan spiritual yang terdapat dalam novel Chentini, Malam Mengintip Sang Pengantin karya Sunardian Wirodono, dan ) Implikasi pendidikan spiritual yang terdapat dalam novel Chentini, Malam Mengintip Sang Pengantin karya Sunardian Wirodono pada kehidupan sehari-hari.

Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan metode kepustakaan (library

research) sedangkan dalam pengumpulan datanya menggunakan metode dokumenter

(bibliograpfi), analisis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan analisis isi (content analiysis).

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: ) Konsep spiritual yang terkandung dalam novel adalah konsep religius karena memberikan keterangan prilaku dan cara pendekatan-pendekatan dengan Tuhan Yang Maha Esa dan lingkunganya sesuai dengan ajaran agama Islam. ) Pendidikan spiritual yang terdapat dalam novel

centhini ini antara lain: tenggang rasa, qona’ah, kesabaran, kejujuran, kerjasam,

integritas, rasa syukur, keadilan, keberania, rasa percaya, kesederhanaan, kedamaian, tanggung jawab, kemurnian hati, ketekunan, cinta. ) Implikasi pendidikan spiritual dalam kehidupan sehaari-hari adalah memahami bagaimana kepribadian anak dan mulai mempraktekan pendidikan spiritualita yang terdapat dalam novel Centhini,

Malam Mengintip Sang Pengantin seperti tenggang rasa, qona’ah, kesabaran,

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... iii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...

B. Rumusan Masalah ...

C. Tujuan Penelitian ...

D. Manfaat Penelitian ...

E. Metode Penelitian ...

F. Penegasan Istilah ...

G. Sistematika Penulisan ... BAB II KAJIAN PUSAKA

(13)

xiii

. Macam-macam Sastra dan Tujuan Sastra ... . Karakter Novel Centhini ... . Tujuan Penulisan ... B. Konsep Pendidikan Spiritual ... . Konsep Pendidikan Spiritual ... . Tujuan ... . Cara/Metode ... . Hasil ... BAB III KONSEP PENDIDIKAN SPIRITUAL DALAM NOVEL

A. Latar Belakang Penulisan Novel... B. Pokok Bahasan Pendidikan Spiritual dalam Novel ... BAB IV ANALISIS DATA

A. Pendidikan Spiritual ... B. Karakter Tokoh Utama Pendidik Spiritual ... C. Implikasi Pendidikan Spiritual dalam Kehidupan

Sehari-hari ... BAB V PENUTUP

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Daftar Riwayat Hidup

Lampiran Surat Pembimbingan dan Asisten Pembimbingan Skripsi

Lampiran Daftar SKK

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memiliki makna usaha manusia untuk menumbuh

kembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rokhani sesuai

dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Dimana

pendidikan bertujuan untuk memajukan bangsa, memberikan pengertian

pandangan, dan pemahaman, yang dapat menyebabkan ia tumbuh dan

berkembang.

Ihsan mengemukakan bahwa dengan pendidikan manusia akan

mendapatkan berbagai macam pengetahuan untuk bekal kehidupannya, karena

pendidikan merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang

hayat (Ihsan, : ).

Pendidikan Islam adalah salah satu komponen inti dalam dunia

pendidikan. Karena manusia membutuhkan tidak hanya pengetahuan saja akan

tetapi dibutuhkan pula kekuatan spiritual keagamaan agar terbentuk manusia

yang memiliki ketinggian akhlak dan moral dalam hidup yang dijalaninya

sesuai dengan kaidah-kaidah Islam.

Betapa pentingnya pendidikan Islam karena seseorang akan mampu

menjalani kehidupan dengan memiliki etika yang luhur dan budi pekerti yang

baik pula. Sehingga tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual saja, tetapi

juga memiliki kecerdasan emosional dan spiritual. Proses pengembangan

(16)

dari bahasa latin spiritus, yang berarti napas. Dalam dunia modern kata ini

merujuk ke energi hidup dan ke suatu dalam diri yang “bukan fisik”, termasuk

emosi dan karakter juga mencakup kualitas-kualitas vital seperti energi,

semangat, keberanian, dan tekad. Kecerdasan spiritual berkembang secara

alami dari kecerdasan personal (pengetahuan, penghayatan, dan pemahaman

tentang diri sendiri), melalui kecerdasan sosial, sampai ke penghayatan dan

pemahaman berbagai bentuk kehidupan lain dan jagat raya sendiri (Buzan,

:xix).

Proses pengembangan potensi dalam pendidikan Islam salah satunya

adalah spiritual. Spiritulisasi dari segi bahasa berarti aksi spiritualitas, kondisi

spiritualitas, atau karakter spiritual jiwa manusia. Dalam psikologi,

spiritualisasi berarti pembentukan kualitas keribadian yang akan menuntun

seseorang menuju kekhusyukan (kedewasaan, kematangan) dirinya dengan

isu-isu moral dan agama serta jauh dari sifat keduniaan dan sensual (Jaya,

: ).

Sejarah sendiri telah memberikan gambaran yang jelas bahwa

spiritulisasi adalah tugas pokok dan terpenting dari para nabi dan rasul Allah

(17)

Artinya: “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam

kesesatan yang nyata.”

Dewasa ini pendidikan tidak hanya bisa didapat di sekolah atau

lembaga pendidikan formal saja. Tidak harus antara murid dengan guru.

Pendidikan bisa didapat dari mana saja bahkan bisa dengan siapa saja yang

ditemuinya dalam kehidupan. Berbagai media kini telah dapat dijadikan

sumber belajar untuk menambah wawasan seseorang dalam meningkatkan

taraf hidupnya.

Salah satunya adalah melalui karya-karya sastra yang bermutu dan

berkualitas. Sastra memiliki arti alat untuk mendidik. Menelisik lebih jauh

sastra yang berkualitas tentang pesan dan muatanya maka hampir secara

keseluruhan karya-karya sastra adalah sarana-sarana etika dalam kehidupan

sehari-hari. Memahami karya sastra pada giliranya merupakan pemahaman

terhadap nasihat dan peraturan, larangan dan anjuran, kebenaran yang harus

diteladani, serta berbagai jenis kejahatan dan kebaikan yang harus ditiru

ataupun dihindari dalam kehidupan (Ratna, : ).

Karya sastra berkualitas kini dapat ditemui dalam berbagai hal,

mengingat ini adalah era modern dan sangat pesat akan teknologi. Salah satu

karya sastra yang yang bernilai dan berkualitas adalah novel Centhini karya

Sunardian Wirodono yang berisikan tentang pengalaman panjang orang Jawa,

(18)

keseharian. Novel Centhini sendiri memuat tentang teks-teks agama Islam,

dengan digambarkan melalui kehidupan tokoh-tokoh didalamnya.

Novel Centhini adalah karya sastra gubahan dari Serat Centhini, di

mana Serat Centhini berasal dari kitab Jatiswara sehingga sebagian besar

nama tokoh-tokoh dengan berbagai perwatakanya berasal dari kitab Jatiswara.

Kitab Jatiswara ditulis semasa Sunan Pakubuwono III bertahta, akan tetapi

tidak diketahui secara jelas siapa yang menuliskan kitab tersebut.

Serat Centhini adalah karya sastra Jawa yang amat sangat megah serta

banyak diburu dan dikaji oleh berbagai kalangan. Serat Centhini sendiri

menjadi karya sastra yang banyak orang menterjemahkan kedalam bahasa

asing sehingga ada begitu banyak bermunculan tafsiran dari Serat Centhini.

Buku ini menyajikan kisah tentang perjalanan spiritual dari para tokoh

yang dapat diambil manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Pelajaran yang

akan dikaji adalah pendidikan spiritual yang dialami oleh para tokoh. Contoh

petikan dialog tentang ajaran pendidikan spiritual Islam yang diucapkan Syekh

Amongraga terhadap Niken Tambangraras:

”Adapun rukun Islam itu ada lima perkara,” Syekh Amongraga pun kemudian berujar, “dua kalimat syahadat, shalat, zakat, puasa, dan naik

haji bagi yang kuasa…”

Itulah petikan dialog yang terdapat dalam Novel Centhini. Dengan

melihat isi dari novel Centhini yang penuh dengan pelajaran tentang

pendidikan spiritual Islam. Maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan

(19)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah penelitian ini dapat

dirumuskan, sebagai berikut:

. Bagaimanakah konsep spiritual yang terdapat dalam novel Chentini,

Malam Mengintip Sang Pengantin karya Sunardian Wirodono?

. Pendidikan spiritual apa saja yang terdapat dalam novel Chentini,

Malam Mengintip Sang Pengantin karya Sunardian Wirodono?

. Bagaimanakah implikasi pendidikan spiritual yang terdapat dalam novel

Chentini, Malam Mengintip Sang Pengantin karya Sunardian Wirodono

pada kehidupan sehari-hari?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian berjudul “Pendidikan Spiritual dalam Novel Centhini,

Malam Mengintip Sang Pengantin Karya Sunardian Wirodono” bertujuan untuk:

. Mengetahui konsep spiritual yang terdapat dalam novel Chentini,

Malam Mengintip Sang Pengantin karya Sunardian Wirodono?

. Mengetahui pendidikan spiritual apa saja yang terdapat dalam novel

Chentini, Malam Mengintip Sang Pengantin karya Sunardian

Wirodono?

. Mengetahui implikasi pendidikan spiritual yang terdapat dalam novel

Chentini, Malam Mengintip Sang Pengantin karya Sunardian Wirodono

(20)

D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat antara lain:

. Secara teoritis

a. Menambah wawasan bagi pembaca tentang keberadaan karya-karya

sastra.

b. Menambah dan memperkaya keilmuan media sebagai sarana

pendidikan

c. Bagi peminat sastra pada umumnya diharapkan akan lebih mudah

dalam memahami nilai-nilai atau pesan-pesan yang terkandung dalam

sebuah karya sastra

. Secara praktis

a. Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam mengetahui pendidikan

spiritualitas yang terkandung dalam novel Chentini, Malam

Mengintip Sang Pengantin karya Sunardian Wirodono.

b. Memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi

penulis sendiri

E. Metode Penelitian

Pengertian metode, berasal dari kata mothodos (Yunani) yang

dimaksud adalah cara atau suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah

yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu

(21)

dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk keabsahannya

(Ruslan, : ). . Jenis penelitian

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian kepustakaan

(library research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis

(descriptive of analyze research). Deskriptif analisis ini mengenai

blibliografi yaitu pencarian fakta, hasil dan ide pemikiran seseorang

melalui cara mencari, menganalisis, membuat interprestasi serta

melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang di lakukan

(Moleong, : ). Prosedur dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan data deskriptif yang berupa data tertulis setelah dilakukan

analisis pemikiran (content analyze) dari suatu teks (Robert B & Steven J,

dalam Moleong, : ). . Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah metode

dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal

atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,

prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, :

).

Penelusuran dokumentasi ini penting untuk mengumpulkan data guna

menjadi referensi dalam penyusunan skripsi ini. Melalui dokumentasi ini

juga dapat ditemukan teori-teori yang bisa dijadikan bahan pertimbangan

(22)

. Sumber data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh (Arikunto, : ). a. Data primer

Sebagai sumber data primer merupakan sumber data utama

yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu Novel Chentini: Malam Mengintip Sang Pengantin karya Sunardian Wirodono yang

diterbitkan oleh Diva press.

b. Data sekunder

Sumber data sekunder, yaitu berbagai literatur yang

berhubungan dan relevan dengan objek penelitian, baik itu berupa

transkip, wawancara, buku, artikel di surat kabar, majalah, tabloid,

website, multiplay, dan blog di internet yang berupa jurnal.

. Teknik analisis data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode analisis isi (content analys). Penelitian dengan metode analisis isi

digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi, yang

disampaikan dalam bentuk lambang yang terdokumentasi atau dapat

didokumentasikan. Metode ini dapat digunakan untuk menganalisis semua

bentuk komunikasi, seperti pada surat kabar, buku, puisi, film, cerita

rakyat, peraturan perundang-undangan, dan sebagainya (Hadi, : ). Dengan menggunakan analisis isi, peneliti dimungkinkan untuk

(23)

sendiri yang dipilih oleh peneliti. Prosedur penggunaannya pun tidak

terlalu rumit. Setidaknya ada tiga macam alasan mengenai perlunya suatu

metode penelitian analisis isi terhadap pernyataan seseorang, buku, media

massa, atau yang lain (Hadi, : ). Dengan menggunakan metode analisis isi, akan diperoleh suatu hasil atau pemahaman terhadap berbagai

isi pesan.

Selain itu penulis juga menggunakan metode deskriptif analisis

yang terdiri dari tiga kegiatan, diantaranya adalah reduksi data, penyajian

data dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Milles & Huberman, : ). Pertama setelah pengumpulan data selesai, maka tahap selanjutnya

mereduksi data yang telah diperoleh, yaitu dengan menggolongkan,

mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data,

dengan demikian maka dapat ditarik kesimpulan.

F. Penegasan Istilah

Untuk mempermudah pembaca memperoleh pemahaman dan gambaran

yang pasti terhadap istilah tersebut, maka penulis akan menjabarkan terlebih

dahulu yaitu:

. Pendidikan Spiritual

Pendidikan adalah proses dimana seseorang mengembangkan

kemampuan sikap dan bentuk tingkah lakunya dalam masyarakat dimana

dia hidup. Dengan pendidikan manusia akan mendapatkan berbagai

(24)

merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat (Ihsan,

: ).

Spiritual merupakan konsep keseluruhan tentang spirit, berasal dari

bahasa latin spiritus, yang berarti napas. Pada saat ini, spiritual lebih

merujuk ke energi hidup dan ke sesuatu dalam diri kita yang “bukan fisik”

termasuk emosi dan karakter. Ini mencakup kualitas-kualitas vital seperti

energi, semangat, keberanian, dan tekad (Buzan, : xix). Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI), spiritual merupakan rohani, batin,

kejiwaan, mental, moril jasmani, fisik, materil (Poerwadarminta: ). Hasan Al-Bana mengatakan bahwa pendidikan spiritual adalah

tarbiyah ruhiyah yang bertujuan untuk memperkuat barisan cara ta‟aruf.

Maksudnya ialah memperkuat jiwa dan ruh, mengantisipasi adat, tradisi,

terus menerus dalam hubungan baik dengan Allah, dan senantiasa

memohon pertolongan dari-Nya. Tanpa mengesampingkan aktifitasnya

dalam kehidupan didunia, dengan kata lain, senantiasa menjaga

keseimbangan kebutuhan dunia dan akhirat (Fuat Fa’uzi, : ). . Novel

Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif.

Biasanya dalam bentuk cerita (Maslikhah, : ). Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI), novel adalah karangan prosa yang panjang

mengandung rangkaian ceritakehidupan seseorang dengan orang di

sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

Novel merupakan salah satu karya sastra prosa fiksi, mengandung

(25)

penyampaian isi berupa bahasa, dan elemen-elemen fiksional atau

unsur-unsur intrinsik yang membangun karya fiksi itu sendiri sehingga menjadi

suatu wacana. Pada sisi lain, dalam rangka memaparkan isi, pengarang

akan memaparkanya melalui penjelasan ataupun komentar, dialog maupun

monolog, serta melalui perbuatan atau action (Aminuddin, : ). Dalam penelitian kali ini penulis akan meneliti isi dari novel

Centhini, Malam Mengintip Sang Pengantin karya Sunardian Wirodono

yang diterbitkan oleh Diva Press sebagai bahan penelitian yang

mengandung muatan pendidikan, dengan meneliti isi dan juga unsur-unsur

intrinsik pada novelnya.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Sistematika penulisan skripsi yang disusun terbagi dalam tiga bagian,

yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari

sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing,

halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman

motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman

daftar isi, halaman daftar lampiran.

Bagian inti atau isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam

lima bab yang rinciannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memaparkan latar belakang masalah, fokus penelitian,

tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,

(26)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan diuraikan tentang paparan novel itu sendiri dan

konsep pendidikan spiritual.

BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang hasil temuan pendidikan

spiritual yang ada dalam Novel Chentini: Malam Mengintip Sang Pengantin karya Sunardian Wirodono.

BAB IV ANALISIS DATA

Dalam bab ini akan disajikan analisis mengenai pendidikan

spiritual, karakter tokoh utama, dan implikasi pendidikan spiritual

dalam novel Novel Chentini: Malam Mengintip Sang Pengantin di kehidupan sehari-hari.

BAB V PENUTUP

(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Novel Centhini . Serat Centhini

Serat Centhini adalah buku atau kitab kasustraan Jawa yang aslinya

ditulis dalam bahasa Jawa dalam bentuk tembang Macapat dan mulai

ditulis pada tahun dan selesai pada tahun . Tembang Macapat adalah sejumlah tembang Jawa dengan irama tertentu, jumlah suku kata

tertentu, akhir kata tertentu dalam satu bait tembang, Serat Centhini

sangat populer di masyarakat Jawa untuk refleksi peristiwa tertentu

menggunakan tembang yang pas dengan suasana yang ingin ditimbulkan.

Sejumlah nama tembang macapat: Maskumambang, Gambuh,

Dhandanggula, Durma, Pangkur, Pocung, Megatruh, Jurumedung,

Wirangrong, Balabak, Girisa.

Kandungan isinya pun sangat beragam, meliputi: sejarah,

pendidikan, geografis, arsitektur, pengetahuan, alam, falsafah, agama,

tasawuf, mistik, ramalan, sulapan, ilmu magi (ilmu kekebalan, sirep, dan

ilmu penjahat), perlambang, adat istiadat, tata cara (tata cara perkawinan,

tata cara pindah rumah, berganti nama, meruwat, menerima tamu, dan tata

cara selamatan dari hidup), etika, pengetahuan sifat manusia (psikologi),

pengetahuan dunia fauna (hewan-hewan), pengetahuan dunia flora

(tumbuh-umbuhan)/botani, obat-obatan tradisional, makanan tradisional,

(28)

dan bahkan sampai pada hal-hal sanggama yang di anggap "porno" atau

"tabu" pun juga diuraikan dalam naskah ini. Karena kandungan isinya

yang demikian, Serat Centhini sering disebut dengan "Ensiklopedi

Kebudayaan Jawa", yaitu tentang segala apa yang terdapat di bumi Pulau

Jawa, dan bahkan hingga apa yang ada di benua lain (Tim Penyadur,

: V).

Tim penulis dipimpin/diprakarsai oleh Adipati Anom

Amangkunegara II, Putera Mahkota Kerajaan Surakarta, kemudian

menjadi raja dengan gelar Sunan Paku Buwana V ( - ). Anggota tim terdiri dari tiga orang, yaitu: ) Kyai Ngabehi Ranggasutrasna, )

Kyai Ngabehi Yasadipura II, dan ) Kyai Ngabehi Sastradipura. Ketiga

anggota tim merupakan pegawai kepujanggaan di Kerajaan Surakarta.

Sebelum menulis, ketiga pujangga diperintahkan mempersiapkan sesuai

dengan tugasnya masing-masing.

Kyai Ngabehi Ranggasustrasna, ahli bahasa dan sastra Jawa, diberi

tugas menjelajahi separo Pulau Jawa sebelah timur, mulai Surakarta

sampai Banyuwangi. Ia berangkat lewat Jawa Tengah sebelah Utara

kembali melalui Jawa Timur sebelah Selatan. Kyai Ngabehi Yasadipura II

(Putera Punjangga Yasadipura I) diberi tugas menjelajahi separo Pulau

Jawa sebelah Barat, mulai dari Surakarta sampai Anyer. Ia berangkat

lewat Jawa Tengah sebelah Utara melalui Jawa Barat sebelah Selatan.

Segala yang mereka berdua lihat dan dengar harus dicatat, diingat-ingat,

(29)

agama, dan tasawuf diberi tugas naik haji ke Mekkah dan tinggal

beberapa lama untuk mmperdalam pengetahuan agama Islam. Ia setelah

kembali berganti nama menjadi Kyai Haji Muhammad Ilhar. Setelah

selesai penjelajahan mereka bertiga bertemu kembali di Kadipaten Putra

Mahkota, di Surakarta. Barulah penulisan dimulai dengan dibantu oleh

banyak nara sumber sesuai dengan topiknya.(Tim Penyadur, : - ). Serat Centhini terdiri dari jilid dengan pupuh tembang (jenis puisi Jawa). Satu pupuh embang bisa mepcapai ratusan kuplet atau

bait, bahkan ada yang mencapai kuplet, dan masing-masing kuplet terdiri antara hingga baris, dan seluruhnya kurang lebih . halaman folio tulis tangan.

Serat Centhini menceritakan tentang pelarian tiga anak kasunan

Giri yang melarikan diri karena tidak mau sujud terhadap Sultan Agung,

dan akhirnya raja Mataram itu memerintahkan kepada Pangeran Pekik

dari Surabaya untuk menyerang kekhalifahan Giri. Perang dipimpin oleh

Endrasena itupun terjadi dan ketiga anak kesunanan Giri melakukan

pelarian (Elizabeth, : - ). Tiga anak kesunanan Giri itu adalah Jayengresmi, Jayengsari dan Rancangkapti. Diceritakan bahwa Jayengsari

terlepas dari kedua adiknya, Jayengsari mencoba untuk mencari kedua

adiknya di dalam istana bermaksud mengajak mereka berdua dalam

pelarianya, namun ia tidak menemukan mereka di istana yang telah

menjadi kobaran api.

Jayengresmi, dengan diikuti oleh dua santri bernama Gathak dan

(30)

Jawa sekitar keraton Majapahit, Blitar, Gamprang, hutan Lodhaya, Tuban,

Bojonegoro, hutan Bagor, Gambirlaya, Gunung Padham, desa Dhandher,

Kasanga, Sela, Gubug Merapi, Gunung Prawata, Demak, Gunung Muria,

Pekalongan, Gunung Panegaran, Gunung Mandhalawangi, Tanah

Pasundan, Bogor, bekas keraton Pajajaran, Gunung Salak, dan kemudian

tiba di Karang.

Dalam perjalanan itu, mereka memperolah pengetahuan mengenai

adat-istiadat tanah Jawi, syariat para nabi, pengetahuan mengenai wudlu,

shalat, pengetahuan dzat Allah, sifat dua puluh, Hadis Markum, hingga

perhitungan selamatan orang meninggal dunia, serta perwatakan Kurawa

dan Pandawa.

Dalam perjalanan ini, Jayengresmi mengalami "pendewasaan

spiritual", karena bertemu dengan sejumlah guru, tokoh- tokoh gaib dalam

mitos Jawa kuno, dan sejumlah juru kunci makam-makam keramat di

tanah Jawa. Dalam pertemuan dengan tokoh-tokoh itu, dia belajar

mengenai segala macam pengetahuan dalam khazanah kebudayaan Jawa,

mulai dari candi, makna suara burung gagak dan prenjak, khasiat burung

pelatuk, petunjuk pembuatan kain lurik, pilihan waktu berhubungan

seksual, perhitungan tanggal, hingga ke kisah Syekh Siti Jenar.

Pengalaman dan peningkatan kebijaksanaannya ini membuatnya dikenal

dengan sebutan Syekh Amongraga. Dalam perjalanan tersebut, Syekh

Amongraga berjumpa dengan Ni Ken Tambangraras yang menjadi

istrinya, serta pembantunya Centhini, yang juga turut serta mendengarkan

(31)

Pelarian Jayengsari dan Rancangkapti diiringi santri bernama

Buras, berkelana ke Sidacerma, Pasuruan, Ranu Grati, Banyubiru, kaki

Gunung Tengger, Malang, Baung, Singhasari, Sanggariti, Tumpang,

Kidhal, Pasrepan, Tasari, Gunung Bromo, Ngadisari, Klakah,

Kandhangan, Argopuro, Gunung Raung, Banyuwangi, Pekalongan,

Gunung Perau, Dieng, sampai ke Sokayasa di kaki Gunung Bisma

Banyumas.

Dalam perjalanan itu mereka berdua mendapatkan pengetahuan

mengenai adat-istiadat tanah Jawa, syariat para nabi, kisah Sri Sadana,

pengetahuan wudhu, shalat, pengetahuan dzat Allah, sifat dan asma-Nya

(sifat dua puluh), Hadist Markum, perhitungan slametan orang meninggal,

serta perwatakan Pandawa dan Kurawa.

Setelah melalui perkelanaan yang memakan waktu bertahun-tahun,

akhirnya ketiga keturunan Sunan Giri tersebut dapat bertemu kembali dan

berkumpul bersama para keluarga dan kawulanya, meskipun hal itu tidak

berlangsung terlalu lama karena Syekh Amongraga (Jayengresmi)

kemudian melanjutkan perjalanan spiritualnya menuju tingkat yang lebih

tinggi lagi, yaitu berpulang dari muka bumi.

Perjalanan Amongraga dalam kitab Jatsiwara menceritakan bahwa

Syekh Amongraga menikah berkali-kali, Syekh Amongraga menikah dan

hari kemudian pergi untuk melanjutkan pengembaraanya. . Macam-macam Sastra dan Tujuan Sastra

Sastra merupakan ekspresi kreatif untuk menuangkan ide, gagasan,

(32)

kreatif tersebut akan senantiasa berkembang sesuai dengan perkembangan

zaman. Pada satu sisi sastra merupakan bentuk refleksi sikap seseorang

terhadap gejala yang muncul dari lingkungan alam sekitarnya yang

dituangkan dalam bentuk kesenian, disisi lain sastra juga menjadi bentuk

hiburan yang tiada lain merupakan sebuah kebutuhan untuk memenuhi

kepuasan emosi. Sastra adalah implikasi dari perpaduan perasaan

seseorang dengan bermediakan bahasa serta tersusun dalam sebuah karya.

a. Teori Sastra

Teori sastra berisi konsep atau uraian hukum-hukum umum suatu

objek ilmu pengetahuan dari sudut pandang tertentu. Suatu teori dapat

didedukasi secara logis dan dicek kebenaranya atau dibantah

kesahihanya pada objek atau gejala yang diamati tersebut. Menurut

Wellek dan Warren dalam buku karya Alfian ( : - ) sastra terbagi tiga bidang, yaitu ) teori sastra, ) sejarah sastra, ) kritik sastra. Teori

sastra adalah studi tentang prinsip, kategori, dan kriteria karya sastra

yang dapat diacu dan dijadikan titik tolak dalam telaah di bidang

sastra. Sejarah sastra merupakan studi tentang kelahiran dan

perkembangan karya sastra. Sedangkan kritik sastra adalah studi

tentang karya-karya sastra secara konkret yakni penilaian atas suatu

karya sastra.

b. Ruang Lingkup

Ruang lingkup sastra (literature) adalah kreativitas penciptaan,

sedangkan rung lingkup studi sastra (literary studies) adalah ilmu

(33)

sedangkan studi sastra berfokus pada ilmu. Karena ruang lingkup

sastra adalah kreativitas penciptaan, maka karya sastra (puisi. Drama,

novel, cerpen) adalah sastra (Yusuf, : - ) c. Ciri-ciri sastra dan fungsi sastra

Menurut Wellek dan Warren dalam tulisan Rokhmansyah ( : ) karya sastra memiliki ciri utama, yaitu ) fiksionalitas, ) ciptaan, )

imajinasi, ) penggunaan bahasa khas. Fiksionalitas berarti fiksi,

rekaan, direka-reka, bukan sesuatu yang nyata, sesuatu yang

dikonstruksikan. Ciptaan berarti diadakan oleh pengarang, sengaja

diciptakan oleh pengarang tentang sesuatu. Penggunaan bahasa khas

berarti penggunaan bahas yang berbeda dengan bahasa ilmiah, bahasa

percakapan sehari-hari dan mengandung konotasi atau gaya bahasa.

Adapun fungsi sastra dalam kehidupan masyarakat yaitu:

. Fungsi rekreatif, yaitu sastra dapat memberikan hiburan yang

menyenangkan bagi penikmat atau pembacanya.

. Fungsi didaktif, yiatu sastra mampu mengarahkan atau mendidik

pembacanya karena nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang

terkandung di dalamnya.

. Fungsi estetis, yaitu sastra mampu memberikan keindahan bagi

penikmat atau pembacanya karena sifat keindahanya.

. Fungsi moralitas, yaitu sastra mampu memberikan pengetahuan

kepada pembacanya sehingga tahu moral yang baik dan buruk

(34)

. Fungsi religius, yaitu sastra yang mengandung ajaran agama yang

dapat diteladani para pembacanya.

d. Jenis-jenis sastra

. Sastra Non-imaginatif adalah sastra yang faktualnya lebih

menonjol daripada khayalinya dan sastra ini terbagi menjadi

beberapa bagian yaitu: ) Esei, ) Kritik, ) Biografi, )

Otobiografi, ) Sejarah, ) Memoar, ) Catatan Harian, )

Surat-surat.

. Sastra Imaginatif adalah sastra yang berupaya menerangkan,

menjelaskan, memahami, membuka pandangan baru, dan

memberikan makna realitas kehidupan agar manusia lebih mengerti

dan bersikap yang semestinya terhadap realitas kehidupan. Dengan

kata lain sastra imaginatif berupaya menyempurnakan realitas

kehidupan walaupun sebenarnya fakta relaita kehidupan sehari-hari

tidak begitu penting dalam sastra imajinatif. Jenis-jenis sastra

imajinatif anatara lain: puisi, prosa, fiksi, dan drama. Fiksi sendiri

terbagi menjadi tiga genre yakni novel atau roman, cerita pendek,

dan novelet. Drama adalah karya sastra yang mengungkapkan

cerita melalui dialog-dialog para tokoh

(alfianrokhmansyah.blogspot.com).

Jadi kesimpulan yang bisa ditarik tentang karya sastra yang dibuat

oleh Sunardian Wirodono adalah sastra ini berupa novel yang

mengaitkan tentang sejarah zaman dahulu dan bersifat imajinatif

(35)

kehidupan pada zaman dahulu, mengajak para pembacanya untuk ikut

menikmati dan ikut masuk dalam karyanya. Sastra ini juga

mengandung berbagai muatan estetsi, moral dan religius. Karena

memiliki keindahan, muatan makna, dan mengandung ajaran-ajaran

agama yang dapat diteladani oleh pembacanya ataupun penikmat

sastra.

Jadi jelas tujuan yang ingin dicapai dari penulisan karya sastra

novel milik Sunardian adalah mengajak para pembacanya untuk dapat

menikmati keindahan penulisan yang dabakan Sunardian sehingga

mampu mengalir masuk dan mampu menelaah kandungan atau muatan

yang terkandung didalamnya serta mengajak untuk meneladani ajaran

agama yang di tuliskan didalamnya.

. Karakteristik Novel Centhini

Novel Centhini, Malam Mengintip Sang Pengantin adalah

tafsiran yang bersumber dari Serat Centhini jilid V, VI, VII. Novel karya

Sunardian Wirodono ini dikemas dengan penuh humor dan santai untuk

dibaca. Sunardian dalam menuliskan novel berkeinginan untuk ikut

menyemarakkan bagaimana pola sinkretisme Jawa-Islam dengan

penggambaran praktik kehidupan masyarakat Jawa yang memahami

kehidupan sekuler yang berdamping aman dengan kehidupan religi.

Sunardian Wirodono berusaha keras untuk menafsirkan Serat

Centhini dengan dijadikan buku untuk memberikan pengajaran bagaimana

(36)

a. Unsur Intrinsik Novel Centhini

Unsur intrinsik novel ini adalah unsur-unsur yang membangun

karya sastra dari dalam. Adapun unsur-unsur intrinsik dalam novel

Centhini, Malam Mengintip Sang Pengantin adalah sebagai berikut:

) Tema

Tema yang terdapat dalam novel ini adalah menceritakan

tentang upacara ritual pengantin Jawa pada jaman dulu serta

tentang ajaran agama Islam mulai dari syari’at, makrifat, tarikat,

dan terakhir makrifat. Pengajaran yang selalu dilakukan dimanapun

oleh Syekh Amongraga.

) Penokohan

Berikut adalah tokoh-tokoh yang terdapat dalam Novel

Centhini, Malam Mengintip Sang Pengantin:

a) Centhini

Centhini dalam novel ini adalah seorang abdi atau bisa

dikatakan pelayan setia Tambangraras dimana Centhini telah

dijadikan tangan kanan oleh Tambangaras. Centhini adalah

sosok yang dapat dipercaya, telaten, sabar, dan setia terhadap

ndoro putrinya.

b) Syekh Amongraga

Syekh Amongraga adalah keturunan dari Kesunan Giri,

nama sebenarnya adalah Jayengraga tetapi diganti menjadi

(37)

Amongraga adalah orang yang tinggi derajatnya, memiliki

pengetahuan yang sangat luas, pengetahuan tentang agama,

ilmu hidup, ilmu dalam, luar, ilmu agal dan alus. Dia juga

adalah seorang pengelana, manusia pilihan yang santun, terpuji,

suka berlaku lemah lembut, dan tak suka dengan keramaian.

Kutipan Novel:

“ Kamu adalah perempuan yang mendapatkan berkah dan

anugerah itu, Centhini.” Ujar Ni Mbok Daya. “Syekh Amongraga adalah seorang manusia pilihan. Ia bukan hanya santun dan terpuji, melainkan ia juga seorang yang shalih. Seorang yang berbeda dari kebanyakan orang-orang di Wanamarta. Ia lebih menyukai sunyi dan sendiri. Menyingkiri keramaian dan menemukan cahaya Tuhan…” c) Tambangraras

Tambangraras adalah istri dari Syekh Amongraga dan

seorang anak dari Ki Bayi Panurta dan Nyi Malarsih.

Tambangararas adalah sosok yang lembut dan penuh

kesabaran. Ia juga manusia yang suka memilih untuk

mendapatkan yang terbaik dalam kehidupanya. Ia memiliki

sifat sabar, penyayang, lemah lembut, dan juga sangat penurut.

Tambangraras selalu mengikuti atau sendiko dawuh dengan apa

yang dikatakan ibundanya dan selalu mematuhi apa yang

dikatakan suaminya Syekh Amongraga.

d) Ki Bayi Panurta

Ki Bayi Panurta adalah seorang ayah dan suami. Suami

(38)

sulung, kemudian Jayengwesthi yang beristri Turida, dan si

bungsu Jayengraga yang beristri Rarasati. Ki Bayi Panurta

adalah sosok yang menjadi panutan bagi penduduk Wanamarta,

ia adalah guru besar dari semua bupati di Bang Wetan,

memiliki ilmu olah batin yang cukup tinggi dan sebagai guru

besar olah batin serta menjadi jiwa para pembesar negara di

Bang Wetan. Ki Bayi Panurta adalah seseorang yang

terpandang di Desa Wanamarta. Ia memiliki pesantren dengan

banyak murid yang belajar olah jiwa dan batin.

e) Nyi Malarsih

Nyi Malarsih adalah seorang istri dari Ki Bayi Panurta dan

seorang ibu bagi Tambangraras, Jayengwesthi, dan Jayengraga.

Nyi Malarsih adalah sosok istri yang berbakti kepada suaminya

dan ibu yang sangat gemati kepada anak-anaknya. Nyi

Malarsih sering sekali memberikan wejangan atau nasihat

kepada putrinya Niken Tambangraras agar berbakti, mengabdi

setulus hati kepada suaminya.

Petikan Novel:

“Agar semuanya selamat sejahtera” Nyi Malarsih menjelaskan padaku. “Agar seluruh keturunan kita

terhindar dari bencana, agar kedua pengantin itu diberkahi

kebahagiaan dunia dan akhirat…”

f) Ni Mbok Daya

Ni Mbok Daya adalah salah seorang magersari paling tua

(39)

memiliki pengetahuan yang luas dan sering menjadi tempat

bertanya. Ia adalah ahlinya, untuk mengurus segala ubarampe

ritual-ritual desa. Dari ritual pengantin, sunatan, dan menata

sajian. Ia juga tahu cara merias pengantin serta makna dari

semua riasan itu.

g) Jamal dan Jamil

Nama Jamal dan Jamil sebenarnya adalah Gathak dan

Gathuk akan tetapi diganti menjadi Jamal dan Jamil setelah

masuk Islam sekian lama dan mencerminkan lebih Islami,

beradab, lebih manis dan tidak mengesankan animis lagi. Jamal

dan Jamil adalah abdi setia Syekh Amongraga, kemanapun

Syekh Amongraga pergi maka kedua saudara kembar itu akan

terus mengikutinya sembari belajar agama pada Syekh

Amongraga.

Jamal dan jamil selalu menemani kemanapun Syekh

Amongraga pergi, mereka berdua suka melucu dan sesingiran,

mereka juga suka terbangan, solawatan, pandai bermain sulap

bahkan dapat menari gambyongan.

) Alur

Alur dalam cerita novel ini adalah alur maju (progesi) yaitu

apabila peristiwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan

(40)

yaitu apa yang terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang

berlangsung. Jadi alur dalam novel ini adalah alur campuran.

Kutipan novel:

“Dulu, betapa Den Ayu selalu menjadi bahan omongan,

adakah ia akan menjadi perawan seumuran hidup. (flashback) Sekarang, semua orang sibuk berkata-kata, betapa bahagianya hidup Den Ayu. Mendapatkan suami, bakal mendapatkan seorang anak…”

) Sudut Pandang

Dalam novel ini penulis menggunakan sudut pandang orang

pertama. Hal ini karena tokoh utama selalu menyebut dirinya

dengan kata “aku”.

Kutipan novel:

“Sebagai murid gelap Syekh Amongraga, aku merasa

beruntung. Karena setiap malam, setidaknya aku bisa mendengarkan ketika Syekh Amongraga mewejang istrinya. Tentang manusia hidup, tentang lelaki dan perempuan. Dan, sependengaranku, Syekh Amongraga selalu berkata, lelaki dan perempuan sama saja. Ia adalah pribadi yang bebas dan tunduk karena dirinya sendiri, perbuatanya sendiri. Tidak ada

yang bisa mewakili, kecuali amal perbuatanya sendiri.”

) Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan penulis dalam novel ini sederhana,

inspiratif, dan sarat dengan makna serta selalu diselingi dengan

humor. Sehingga dari tiap-tiap kata, pembaca dapat merasakan

kekuatan pandangan hidup yang dapat memotivasi dan

membangkitkan semangat serta pembaca tidak melulu kaku dalam

membaca sehingga cerita ini akan terasa mengalir dan begitu enak

(41)

Kutian novel:

“Aku berharap, kau senantiasa bisa menikmati hidup ini,” Syekh Amongraga melanjutkan. “Menikmti hidup dengan

benar, dengan cara memuliakan apa yang kita lakukan setiap harinya. Tidak ada yang lain, kecuali semuanya itu untuk memuliakan hayuning buwana, memelihara keindahan

dunia…”

Sepanjang jalan, penuh tanaman dan buah-buahan. Bahkan, begitu banyak kolam perikanan dengan aneka jenis ikan. Suara kicau burung, kemilau musik gamelan sayup di

kejauhan.”

) Amanat

Amanat yang ingin disampaikan dalam Novel Centhini: Malam Mengintip Sang Pengantin ini adalah wejangan-wejangan

ilmu kasampurnaan, makna hidup serta bagaimana cara manusia

dapat bermakrifat keadaan dan adanya dzat Yang Maha Besar.

(42)

b. Sinopsis Novel Centhini

Berikut adalah sinopsis dari novel Centhini, Malam Mengintip

Sang Pengantin:

Novel ini berkisah tentang pengabdian Centhini kepada Den Ayu

Tambangraras, dimana Centhini adalah abdi kinasihnya. Dan Centhini

mendapat kepercayaan untuk menunggui malam pengantin karena

Tambangararas Sendiri tidak mau Centhini jauh darinya.

Kisah dalam novel ini bermula dari pelarian Seykh Amongraga

dari kejaran pasukan Mataram karena kekalahan kesunanan Giri.

Syekh Amongraga terus melangkah mengikuti hatinya ke arah Barat

sembari mencari kedua adiknya yang terpisah saat pelarian yaitu,

Jayengwesthi dan Racangkapti. Dalam perjalananya Syekh

Amongraga diikuti dua lelaki gembul Jamal dan Jamil dan bertemu

beberapa guru diperjalanan dan akhirnya terdampar di Desa

Wanamarta.

Di Desa Wanamarta Syekh Amongraga bertemu dengan Ki Bayi

Panurta dan dinikahkan dengan Den Ayu Tambangraras putrinya. Di

sinilah peran Centhini dimulai.

Kisah sang Centhini diawali ketika Den Ayu Tambangraras akan

dinikahkan dengan Syekh Amongraga, Den Ayu meminta kepada

Centhini untuk tidak boleh jauh dari dirinya. Mau tidak mau, suka

tidak suka Centhini tidak dapat menolak permintaan sang bendara

(43)

Tambangraras dimanapun Tambangraras berada bahkan tatkala

diriaspun Centhini ikut dirias dan dipajang didekat Tambangraras.

Centhinipun akan selalu menunggui malam pengantin Tambangraras.

Setiap malam Centhini berada didekat kamar pengantin,

terkadang didepan, disamping, yang pasti berada tak jauh dari kamar

pengantin, sehingga sewaktu-waktu tatkala Den Ayu Tambangraras

membutuhkan sesuatu, dirinya akan selalu siap sedia untuk melayani

maupun membantunya.

Manusia pilihan atau manusia terpilih begitu kata kebanyakan

orang karena hanya Centhinilah yang boleh menunggui malam

pengantin Den Ayu Tambangraras. Seperti mendapatkan tugas yang

sangat besar, karena harus selalu siap siaga setiap malam. Mencari tau

apa gerangan yang terjadi di kamar pengantin untuk diberitahukan

kepada ibunda Den Ayu Tambangraras, Nyi Malarsih. Seperti

memberikan laporan secara resmi kepada sang bendara besar.

Memberikan laporan apakah sudah saresmi sang putrinya itu.

Setiap malam Centhinipun selalu siap siaga mencuri dengar yang

terjadi di kamar pengantin. Padahal saat awal-awal menunggui

pengantin Centhini tidak tau apa itu saresmi sehingga sedikit membuat

Centhini kebingungan saat mendapatkan pertanyaan dari Nyi Malarsih

tapi selang hari Centhinipun akhirnya paham juga karena abdi lain

yang bertugas di dapur atau bisa di sebut juga pasukan dapur selalu

(44)

Apa yang diharapkan banyak orang tentang saresmi itu tak

kunjung juga mendapat jawaban, karena yang didengar oleh Centhini

nyatanya tak seperti yang diceritakan banyak orang seperti apa saresmi

sebenarnya dan hanya membuatnya bingung. Apa yang selalu didengar

Centhini senyatanya adalah khotbah Syekh Amongraga. Syekh

Amongraga yang selalu cerewet dimanapun itu.

Acara ngunduh pengantinpun dilaksanakan bergantian oleh sanak

saudara Ki Bayi Panurta dan Syekh Amongraga tetap saja masih

cerewet soal agama. Jadi tiap ada kesempatan maka Syekh Amongraga

akan berkhotbah. Dan dimanapun itu Centhini ada disana ikut

mendengarkan sebab tak boleh jauh dari Den Ayunya. Setiap malam

pula yang didengar Centhini hanyalah khotbah kepada Den Ayu

Tambangraras. Tak ayal Centhinipun seperti menjadi murid gelap dari

Syekh Amongraga.

Syekh Amongraga menuturkan tentang agama, hakikat, makrifat,

dan segala macam tentang agama dan kehidupan. Keberadaan Syekh

Amongraga seperti mengubah kehidupan di Wanamarta, seperti ada

roh kehidupan yang baru dan menjadikan orang-orang di desa

Wanamarta menjadi suka datang kemasjid dan belajar agama.

Dalam Novel inipun juga menceritakan tentang bagaimana adat

pernikahan dulu, seperti ngunduh pengantin, mendirikan rumah, dan

boyongan. Bagaimana kemeriahan pernikahan Syekh Amongraga dan

(45)

. Tujuan Penulisan

Sunardian Wirodono mulai mengenal Serat Centhini sebenarnya

sudah sejak kecil karena lingkup kehidupanya telah bergelimang dengan

berbagai buku sebab sang ayah membuka perpustakaan untuk umum.

Akan tetapi pengenalan secara intensif itu belum terjadi, hanya sebatas

tahu semata, selain bahasa yang sulit dimengerti juga masih menggunakan

Bahasa Jawa Aslinya (Jawa Klasik dan dalam bentuk tembang pula).

Hingga kemudian Sunardian menjumpainya kembali ketika dewasa

dan bertemu dengan berbagai orang dimana mereka adalah penulis dari

berbagai buku yang pernah ia baca, akan tetapi masih saja Serat Centhini

dimatanya belum menarik. Bahkan, ketika Linus menawari untuk

mengindonesiakan Serat Centhini pun belum menggerakkan hatinya untuk

mulai menulis. Hingga pada suatu waktu Sunardian terlibat dalam

berbagai hal dan mulai intensif berkenalan dengan Serat Centhini dan

mendapatkan tantangan dengan tawaran Saudara Edi AH, Direktur

Penerbit Diva Press untuk segera menyelesaikan penulisan novel hingga

novel Centhini akhirnya terselesaikan tahun .

Sunardian menyelesaikan novel Centhini dalam bentuk tafsiran bebas,

sebisanya, dan semampunya. Novel tafsir Centhini ini berjudul: Centhini:

Malam Mengintip Sang Pengantin. Penulisan novel Centhini sendiri

adalah bentuk rasa hormat dari Sunardian kepada Karkono, K.R.M.TM

Sukmahatmanta, Daru Suprapto, dan Elizbeth D. Inandiak yang telah

(46)

novel adalah mimpi untuk turut mengindonesiakan Serat Centhini, dan

mencairkanya dari kebekuan ekslusivitas tembang (puisi) Jawa.

Sunardian dalam menuliskan novel ini bertekad bahwa ini adalah

upaya bagi semua orang, karena semua orang boleh menafsirkan atas

apapun yang terpetakan di atas dunia. Apalagi Sunardian sendiri tidak

mempercayai terhadap otoritas-otoritas tunggal, ataupun

kemutlakan-kemutlakan yang hanya menjebak seseorang untuk menilai ini lebih baik,

ini lebih buruk. Dalam dunia kreatif, ia percaya aneka rupa tafsir itu

mampu mengembangkan peradaban manusia.

B. Pendidikan Spiritual . Pendidikan Spiritual

Istilah dari pendidikan berasal dari kata “didik”, yang mendapat

awalan “pe”dan akhiran “anyang mengandung arti perbuatan (hal, cara,

dan sebagainya). Istilah pendidikan sendiri berasal dari bahasa Yunani,

yaitu Paedagogie, yang memiliki arti bimbingan kepada anak didik. Istilah

inipun diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan istilah education yang

berarti pengembangan atau bimbingan.

Pendidikan dalam pengertian umum dan sederhana menurut

Djumransjah adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan

mengembangkan potensi-potensi pembawaan, baik jasmani maupun

rokhani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan

(47)

Kemudian pendidikan dalam arti sempit, ialah bimbingan yang

diberikan kepada anak didik sampai ia dewasa. Pendidikan dalam arti luas,

ialah bimbingan yang diberikan sampai mencapai suatu tujuan hidupnya;

sampai terbentuk suatu kepribadian yang diharapkan.

Dalam Undang-undang Sitem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU RI, : ).

Sedangkan pengertian spiritual menurut KBBI spiritual secara bahasa

berasal dari kata spirit yang berarti semangat, jiwa, sukma, ruh. Sedangkan

spiritual diartikan sebagai hal yang berhubungan atau bersifat kejiwaan

(rohani batin). M. Dahlan al-Barry menuliskan dalama bukunya yaitu,

spiritual merupakan kegiatan yang mencakup nilai-nilai kemanusiaan yang

non material, seperti kebenaran, kebaikan, keindahan, kesucian dan cinta,

rohani, kejiwaan dan intelektual ( : ).

Hawari mengemukakan spiritualitas adalah keyakinan dalam

hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai

contoh seseorang yang percaya kepada Allah sebagai Pencipta atau

sebagai Maha Kuasa. Spiritualitas mengandung pengertian hubungan

manusia dengan Tuhannya dengan menggunakan instrumen (medium)

(48)

Menurut Hendrawan spiritual merupakan kata sifat dari kata benda

spirit yang diambil dari kata latin spiritus yang artinya bernapas. Dalam

bentuk kata sifat, spiritual mengandung arti yang berhubungan dengan

spirit, berhubungan dengan yang suci, yang berhubungan dengan

fenomena atau makhluk supernatural. Dalam bahasa Arab dan Parsi,

istilah yang digunakan adalah ruhaniyah (Arab) dan ma‟nawiyah (Parsi).

Istilah pertama diambil dari kata ruh, sedangkan istilah kedua diambil dari

kata ma‟na, yang mengandung konotasi kebatinan, (yang hakiki) sebagai

lawan dari (yang kasat mata). Hendrawan menambahkan bahwa kedua

istilah tersebut berkaitan dengan tataran realitas lebih tinggi daripada yang

materi dan kejiwaan (Sismanto, : ).

Spiritualitas sebagai suatu yang multidimensi, yaitu dimensi eksistensial

dan dimensi agama, Dimensi eksistensial berfokus pada tujuan dan arti

kehidupan, sedangkan dimensi agama lebih berfokus pada hubungan

seseorang dengan Tuhan Yang Maha Penguasa. Spiritualitas sebagai konsep

dua dimensi. Dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan atau Yang

Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang, sedangkan dimensi

horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain

dan dengan lingkungan. Terdapat hubungan yang terus menerus antara dua

dimensi tersebut (kebutuhan spiritualitas.pdf : - ).

. Tujuan

Tujuan adalah sesuatu yang dikehendaki, baik individu maupun

kelompok. Untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat bagi

(49)

Menurut UU RI Tahun pasal tentang pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Danah Zohar mengemukakan tujuan dari spiritual adalah kecerdasan

untuk menghadapi dan memecahkan masalah, menghadapi situasi dan

menyelesaikanya, menjadikan seseorang memaknai kehidupan serta

menjadikanya berbeda dari sebelumnya ( : - ). Danah Zohar juga menuliskan dalam bukunya tentang Spiritual Quotient (SQ) yang dapat

menjadikan seseorang menjadi lebih cerdas secara spiritual dalam

beragama. SQ membawa seseorang ke jantung segala sesuatu ke kesatuan

di balik perbedaan, ke potensi di balik ekspresi nyata, menghubungkan

makna dan ruh esensial di belakang semua agama besar ( : ).

Menurut Al-Ghazali yang ditulis oleh Yahya Jaya ( : - ) tentang tujuan spiritualisasi mengutip dari Ihya „Ulum al-Din yaitu

pembentukan keharmonisan hubungan jiwa manusia dengan Allah, dengan

sesama manusia dan makhluk-Nya, dan dengan diri manusia sendiri.

Tujuan khusus dipaparkan pula oleh Al-Ghazali tentang pendidikan

spiritual ialah pembentukan jiwa manusia yang alim (berilmu), mukmin,

(50)

beramal, berdo’a, berdzikir, sadar akan keterbatasan umurnya, menjadikan

Al-Qur’an sebagai pedoman hidupnya, dan berkemampuan untuk

mejalankan seluruh aktifitas hidupnya bernilai ibadat kepada Allah.

Dari Rub‟u al-„addat tujuan khusus dari pendidikan spiritual adalah

membentuk manusia yang berakhlak dan beradab dalam bermuamalah

(bergaul) dengan sesamanya, yang sadar akan hak dan kewajibanya, sadar

akan tugas dan tanggung jawabnya, baik dalam hubungan dengan

kehidupan pribadi.

. Cara/metode

Metode adalah jalan atau cara dalam meraih sesuatu yang diinginkan,

untuk mengetahui cara dalam meraih tujuan dari pendidikan spiritual

adalah dengan memahami serta memadukan antara IQ (Intelligence

Quotient), EQ (Emotional Quotient), dan SQ (Spiritual Quotient).

Danah Johar menuliskan bahwa SQ sebenarnya adalah kecerdasan

tertinggi dimana SQ merupakan sebuah landasan yang diperlukan untuk

mengfungsikan IQ dan EQ secara efektif. SQ sendiri adalah sebuah proses

yang menyatukan, mengintegrasikan, dan berpotensi mengubah materi

yang timbul dari dua proses lainya (IQ dan EQ). SQ menfasilitasi suatu

dialog antara akal dan emosi, antara pikiran dan tubuh. SQ menyediakan

sebagai titik tumpu bagi pertumbuhan dan perubahan. SQ juga

menyediakan sebagai pusat pemberi makna yang aktif dan menyatu bagi

(51)

Dengan memahami IQ maka akan mengetahui kemampuan seseorang,

tingkat kecerdasanya sehingga akan memudahkan dalam mengarahkan dan

mengembangkan kecerdasan tersebut, selanjutnya EQ menjadi persyaratan

dasar untuk menggunakana IQ secara efektif. EQ adalah kecerdasan emosi

dimana seseorang akan memiliki kesadaran akan perasaan milik sendiri

dan milik orang lain.

Hernowo memaparkan dalam buku karya Maurice bahwa EQ

seseorang akan memperkuat ingatan yang ia alami serta mengaitkanya

menjadi informasi, EQ sendiri adalah kecerdasan yang melatih seseorang

untuk mengontrol emosi dan memorinya ( : - ). Dengan kata lain EQ adalah serangkaian kecakapan untuk melapangkan jalan di dunia yang

penuh liku-liku permasalahan sosial (Agustian, : ).

Sedangkan SQ akan menjadikan EQ dan IQ lebih bermakna. Jadi

menjadikan setiap pengalaman yang dilalui oleh seseorang tersebut

menjadi lebih bermakna (Danah Zohar, : ).

Beberapa metode untuk meningkatkan kecerdasan Spiritual adalah

dengan meningkatkan kecerdasan emosional itu sendiri. Beberapa cara

meningkatkan kecerdasan itu antara lain:

a. Menanamkan kedisiplinan, tanggung jawab, dan kesehatan emosi.

b. Melatih untuk saling berbagi, saling peduli, dan mau memecahkan

masalah.

c. Melatih agar berfikir, bersabar, terus gigih dan tekun dalam berusaha.

(52)

e. Melatih untuk bersikap tenang

f. Memberikan kasih sayang, perhatian dan cinta (Maurice, :

).

Menurut Danah Zohar dan Marshaal ( : - ) ada jalan untuk menuju kecerdasan spiritual antara lain:

a. Jalan tugas

Dengan patuh terhadap tugas yang diembankan kepada dirinya

dan berkaitan dengan rasa memiliki dan kerja sama dengan orang lain.

b. Jalan pengasuhan

Jalan ini berkaitan dengan kasih sayang (cinta), pengasuhan,

perlindungan, dan penyuburan.

c. Jalan pengetahuan

Jalan pengetahuan adalah dengan memahami, mengetahui,

menjelajah. Jadi jalan ini akan mencari filosofis yang paling dalam

akan kebenaran, hingga pencarian spiritual akan pengetahuan

mengenai Tuhan dan seluruh cara-Nya, terakhir penyatuan

dengan-Nya.

d. Jalan perubahan pribadi

e. Jalan persaudaraan

Jalan yang membangun persaudaraan, kewarganegaraan,

kerelaan berkorban, serta keadilan.

(53)

Jalan dimana seseorang menjadi pemimpin, penguasa yang

menjadi teladan masyarakat dan mengabdi penuh kesetiaan kepada

masyarakat.

. Hasil

Hasil adalah sesuatu yang diperoleh atau didapatkan dari usaha yang

telah dilakukan. Hasil dari pendidikan spiritual yang diperoleh adalah

mampu untuk menghadapi berbagai masalah kehidupan yang dihadapi dan

menjadikan segala sesuatu yang terjadi menjadi lebih bermakna atau

memiliki makna yang berbeda dari yang lain. Fikiran menjadi terlatih

untuk terus mencari tau tentang kebenaran serta terlatih untuk bertanggung

jawab dengan segala tindakan yang dilakukan.

Menjadikan seseorang mampu untuk bermasyarakat ataupun bergaul.

Mampu untuk bekerjasama, menciptakan kedamaian dalam lingkunganya

dimanapun ia berada, memiliki tenggang rasa terhadap orang lain,

memiliki keteguhan/kegigihan serta integritas yang tinggi dalam dirinya.

Terbiasa untuk bersikap sabar, berkata jujur, serta memiliki welas asih

Referensi

Dokumen terkait

Dari definisi-definisi yang dinyatakan diatas mengandung beberapa aspek persamaan yaitu dimana fungsi manajemen operasi berkaitan dengan proses pengolahan barang

[r]

Hasil pengamatan pada Tabel 3 dan Gambar 1 menunjukkan bahwa pemberian pakan tambahan pada pejantan tidak berpengaruh terhadap performans tubuh pejantan, hal ini

Penyusunan Perubahan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Pekerjaan Umum dan Perumahan tahun 2016 ini akan menjadi pedoman dan arahan bersama bagi seluruh pemangku

Bila suatu ammonium kuaterner hidroksida (padat) dipanaskan, terjadi suatu reaksi eliminasi yang disebut eliminasi Hofmann. Reaksi ini adalah suatu reaksi E2 dalam

Penerapan mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi akan menjadi bekal dan benteng dari perilaku koruptif mahasiswa di lingkungan kampus, rumah, lingkungan masyarakat dan

Karakteristik penciri kecenderungan rumah tangga menjadi miskin di Provinsi Jawa Barat diantaranya adalah status pekerjaan KRT yang bekerja sendiri/dibantu pekerja tidak dibayar