• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRACT. Conclusion: There is no relationship between students' knowledge of the actions against food snacks that contain

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRACT. Conclusion: There is no relationship between students' knowledge of the actions against food snacks that contain"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

THE RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE AND ATTITUDES WITH

STUDENT ACTION AGAINST THE HAWKER FOODS THAT CONTAIN

ARTIFICIAL SWEETENERS IN SMP 2 MARONGE, SUMBAWA BESAR,

NUSA TENGGARA BARAT

Lili Harianti

1

,

Waluyo

2

,

Margaretha Arinanti

3

ABSTRACT

Background: Knowledge about artificial sweeteners affect a person's attitudes and actions in choosing foods that are easy to determine whether a person understands the benefits of the food consumed. Good knowledge of food consumption is expected to affect the good that can affect nutritional status is good too. School-age children are an investment because they are the next generation. Quality of the nation in the future is determined by the quality of children now. Growth of school-age children is strongly influenced by the feeding of good quality and quantity. Food and Drug Regulatory Agency stated that some school kids snack foods contain harmful chemicals one of which is an artificial sweetener. Survey of Food and Drug Regulatory Agency, in 2007, a total of 4,500 schools in Indonesia, proves that 45% of school children eating snacks dangerous and does not qualify the quality and food safety.

Objective: Determine the relationship of knowledge and attitudes with student action against the hawker foods that contain artificial sweeteners in SMPN 2 Maronge, Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat.

Method: This study is an observational research with cross sectional approach. This study population was students in grade VII, VIII and IX of the school year 2011/2012 SMP 2 Maronge many as 175 people. Sampling technique used was purposive sampling with the sample obtained as many as 64 people. Data collection uses questionnaires. Time study conducted in February 2012. Analysis of research data uses Chi square analysis.

Result: Level of students' knowledge about hawker foods that contain artificial sweeteners in SMP 2 Maronge is most in both categories at 67.25%, and the attitude of most of the unfavorable category of 79.7%.Students' action against the hawker food containing the artificial sweetener is most of the good that is equal to 76.6%. Chi square analysis there is no relationship between students' knowledge of the actions against food snacks that contain artificial sweeteners. There is no relationship between students' attitudes to the action of snack foods that contain artificial sweeteners.

Conclusion: There is no relationship between students' knowledge of the actions against food snacks that contain artificial sweeteners. There is no relationship between students' attitudes to the action of snack foods that contain artificial sweeteners.

Keywords: knowledge, attitudes, actions, artificial sweeteners, junior high school students

1Student of S-1Science of Nutrition in Respati University of Yogyakarta 2 Lecturer in Respati University of Yogyakarta

(2)

2

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN SISWA

TERHADAP MAKANAN JAJANAN YANG MENGANDUNG PEMANIS

BUATAN DI SMPN 2 MARONGE, SUMBAWA BESAR,

NUSA TENGGARA BARAT

Lili Harianti

1

, Waluyo

2

, Margaretha Arinanti

3

INTISARI

Latar Belakang : Pengetahuan tentang pemanis buatan seseorang berpengaruh terhadap sikap dan tindakan dalam memilih makanan yang menentukan mudah tidaknya seseorang memahami manfaat makanan yang dikonsumsi. Pengetahuan yang baik diharapkan mempengaruhi konsumsi makanan yang baik, sehingga dapat mempengaruhi satus gizi yang baik pula. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa, karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa ke depan ditentukan oleh kualitas anak-anak sekarang. Tumbuh kembangnya anak usia sekolah sangat dipengaruhi pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), menyatakan bahwa sebagian makanan jajanan anak sekolah mengandung bahan kimia berbahaya salah satunya adalah pemanis buatan. Survei BPOM tahun 2007, sebanyak 4.500 sekolah di Indonesia, membuktikan bahwa 45% jajanan anak sekolah berbahaya dan tidak memenuhi syarat mutu serta keamanan pangan.

Tujuan: Mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan siswa terhadap makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan di SMPN 2 Maronge, Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII, VIII dan IX tahun ajaran 2011/2012 SMPN 2 Maronge sebanyak 175 orang. Teknik

sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 64 orang. Alat pengumpulan data menggunakan kuesioner. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2012. Analisis data penelitian menggunakan analisis Chi square.

Hasil: Tingkat pengetahuan siswa tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan di SMPN 2 Maronge, Sumbawa Besar, NTB sebagian besar dalam katagori baik sebesar 67,2%, dan sikap sebagian besar dalam kategori kurang baik sebesar 79,7%. Tindakan siswa terhadap makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan sebagian besar baik yaitu 76,6%. Hasil analisis Chi Square adalah tidak ada hubungan pengetahuan dengan tindakan siswa terhadap makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan. Tidak ada hubungan sikap dengan tindakan siswa terhadap makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan.

Kesimpulan: Tidak ada hubungan pengetahuan dengan tindakan siswa terhadap makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan. Tidak ada hubungan sikap dengan tindakan siswa terhadap makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan.

Kata Kunci: Pengetahuan, sikap, tindakan, pemanis buatan, siswa 1 Mahasiswa S-1 Ilmu Gizi Universitas Respati Yogyakarta 2

Dosen Universitas Respati Yogyakarta 3 Dosen Universitas Respati Yogyakarta

(3)

3

PENDAHULUAN

Dewasa ini, masyarakat bukan hanya tertarik pada aspek apakah bahan pangan memberikan cita rasa enak, apakah anak-anak mau menikmati pangan yang disajikan, tetapi lebih dari itu masyarakat telah tertarik pada hal-hal apakah bahan pangan itu baik untuk dikonsumsi dan komponen apa saja yang terdapat di dalamnya (1).

Saat ini masalah yang paling banyak disoroti adalah tingkat keamanan dari Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) masih rendah. PJAS sendiri adalah pangan siap saji yang ditemui di lingkungan sekolah dan secara umum dikonsumsi oleh sebagian besar anak sekolah. Selain itu berdasarkan pengawasan yang dilakukan BPOM periode 2008-2011 menunjukkan bahwa sekitar 40-44 persen jajanan anak sekolah ini tidak memenuhi syarat. Kondisi ini merupakan masalah yang serius karena dapat memperburuk status gizi anak akibat terganggunya asupan gizi(2).

Hal yang perlu diperhatikan lagi adalah penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) dalam proses produksi pangan, baik oleh produsen maupun konsumen. Dampak penggunaannya dapat berakibat positif maupun negatif bagi masyarakat. Penyimpanan dalam penggunaannya akan membahayakan kita bersama, khususnya generasi muda sebagai penerus pembangunan bangsa. Di bidang pangan kita memerlukan sesuatu yang lebih untuk masa yang akan datang, yaitu pangan yang aman untuk dikonsumsi, lebih bermutu, bergizi, dan lebih mampu bersaing dalam pasar global. Kebijakan keamanan pangan dan pembangunan gizi nasional merupakan bagian integeral dari kebijakan pangan nasional, termasuk penggunaan bahan tambahan pangan(1).

Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), menyatakan bahwa sebagian makanan jajanan anak sekolah mengandung bahan kimia berbahaya. Dari 163 sampel jajanan anak yang diuji 10 provinsi pada tahun 2003, sebanyak 80 sampel atau 50% tidak memenuhi syarat mutu dan keamanan pangan(3).

Survei lain yang dilakukan oleh BPOM pada tahun 2004 melibatkan ratusan Sekolah Dasar di seluruh Indonesia dan menampung sekitar 550 jenis makanan yang diambil dari sampel pengujian. Hasil survei tersebut menunjukkan 60% jajanan anak sekolah tidak memenuhi standar mutu dan keamanan(4).

Berikutnya pada bulan November 2005, BPOM menguji makanan jajanan pada 195 Sekolah Dasar di 18 provinsi. Dari sampel yang diuji yakni es sirup/es cendol, minuman ringan/sirup/limun, kue, makanan gorengan, kerupuk dan saus mengandung Rhodamin B(5).

Survei BPOM tahun 2007, sebanyak 4.500 sekolah di Indonesia, membuktikan bahwa 45% jajanan anak sekolah berbahaya(4).

Dari survei awal yang dilakukan Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Maronge terletak di Desa Pamasar Kecamatan Maronge Kabupaten Sumbawa Besar-Nusa Tenggara Barat. SMPN 2 Maronge terletak di desa tetapi tidak terlalu jauh dari pusat kota, sehingga akses jajanan pun tidak terlalu susah.

Terdapat sebuah kantin di sekolah tersebut yang menjual beraneka ragam makanan dan minuman antara lain mie goreng, permen, makanan kemasan (snack), makanan gorengan, minuman kemasan yang sudah teridenfikasi oleh BPOM mengandung pemanis buatan seperti pop ice, segar sari, teh sisri, kola-kola, sparta, marimas dan jas jus. Namun sebagian besar makanan dan minuman yang dijajakan adalah makanan dan minuman kemasan. Kebiasan anak-anak SMPN 2 Maronge sering mengkonsumsi minuman kemasan yang sudah teridentifikasi mengandung pemanis buatan. Oleh karena itu peneliti tertarik melakukan penelitian tentang hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan siswa terhadap makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan.

(4)

4

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan Cross Sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Februari hingga Maret 2012 di SMPN 2 Maronge, Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat. Subjek penelitian adalah siswa siswi yang bersekolah di SMPN 2 Maronge, Sumbawa Besar, Nusa Tenggara Barat saat penelitian berlangsung. Jenis Variabel yang digunakan pada penelitian ini yaitu pengetahuan dan sikap tentang pemanis buatan sebagai variabel bebas dan tindakan siswa terhadap makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan sebagai variabel terikat. Skala data yang digunakan pada penelitian ini yaitu ordinal. Sedangkan teknik olah data yang digunakan yaitu menggunakan uji statistik Chi-Square untuk mengetahui ada tidaknya hubungan pengetahuan dan sikap dengan tindakan siswa terhadap makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan.

HASIL PENELITIAN

1.

Karakteristik Responden

Tabel 1. Karakteristik Responden

Karakteristik Jumlah Presentase (%)

Umur 11-12 tahun 5 7,8 13-14 tahun 46 71,9 15-16 tahun 13 20,3 Total 64 100 Jenis kelamin Perempuan 27 42,2 Laki-laki 37 57,8 Total 64 100

Pekerjaan Orang Tua

Petani 59 92,2

Karyawan swasta 5 7,8

Total 64 100

Sarapan sebelum berangkat sekolah

Selalu 33 51,6

Kadang-kadang 31 48,4

Tidak pernah 0 0

Total 64 100

Membawa bekal makanan dari rumah

Selalu 0 0

Kadang-kadang 14 21,9

Tidak pernah 50 78,1

Total 64 100

Siswa Menerima Uang Jajan

Selalu 64 100

Kadang-kadang 0 0

(5)

5

Total 64 100

Uang Jajan Yang Diterima Per Hari < Rp. 3.000 37 57,8 ≥ Rp. 3.000 27 42,2 Total 64 100 Mendengar Informasi Pemanis Makanan Pernah 42 65,6 Tidak Pernah 22 34,4 Total 64 100

Karakteristik Jumlah Presentase (%)

Sumber Informasi

Media elektronik (televisi, radio)

24 37,5

Media cetak (surat kabar, majalah,buku)

6 9,4

Lisan (temen-teman, guru, orang tua)

12 18,7

Tidak pernah mendengar 22 34,4

Total 64 100

Berdasarkan hasil pengumpulan data karakteristik responden menurut umur kebanyakan berumur 13-14 tahun yaitu 46 anak (71,9%). Anak usia 11-16 tahun tersebut berada di kelas VII dan VIII. Responden menurut jenis kelamin diketahui responden yang terbanyak adalah responden berjenis kelamin laki-laki yaitu 37 anak (57,8%) dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 27 anak (42,2%).

Sebagian besar pekerjaan orang tua responden adalah seorang petani,bisa dilihat dari dari jumlah yaitu 59 orang (92,2%) dan hanya 5 orang (7,8%) yang bekerja sebagai karyawan swasta. Hal ini didukung dari daerah tempat tinggal yang temasuk daerah agraris dimana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai seorang petani.

Responden yang selalu sarapan sebelum berangkat ke sekolah adalah sebanyak 33 anak (51,6%) dan 31 anak (48,4%) yang kadang-kadang melakukan sarapan sebelum berangkat ke sekolah, bisa masuk kategori kadang-kadang apabila anak melakukan sarapan sampai 3 kali dalam seminggu, tidak ada anak yang tidak pernah melakukan sarapan sebelum berangkat ke sekolah. Responden yang kadang-kadang membawa bekal ke sekolah 14 anak (21,9%) dan yang tidak pernah membawa bekal ke sekolah mempunyai persentasi lebih besar yaitu 50 anak (78,1%), tidak ada responden yang setiap hari membawa bekal ke sekolah.

Semua responden menerima uang jajan dari orang tua mereka dan responden yang menerima uang jajan < Rp. 3.000 sebanyak 37 anak (57,8%) dan yang menerima uang jajan > Rp. 3.000 lebih banyak yaitu 27 anak (42,2%).

Responden yang pernah mendengarkan informasi tentang pemanis buatan sebanyak 42 anak (65,6%) dan 22 anak (34,4%) yang tidak pernah mendengar informasi tentang pemanis buatan. Sumber informasi yang diperoleh responden kebanyak dari media elektronik seperti televisi dan radio yaitu sebanyak 24 orang (37,5%) dan hanya 6 orang (9,4%) yang memperoleh informasi dari media cetak (surat kabar, majalah, dan buku).

(6)

6

2.

Pengetahuan

Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Pemanis Buatan.

Tingkat Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

Baik 43 67,2

Sedang 15 23,4

Kurang 6 9,4

Total 64 100

Berdasarkan hasil pengukuran di atas dapat dilihat bahwa kategori responden menurut tingkat pengetahuan tentang pemanis buatan yakni sebagian besar responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 43 orang (67,2%).

3.

Sikap

Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Sikap Tentang Pemanis Buatan.

Sikap Jumlah Persentase (%)

Baik 13 20,3

Sedang 35 54,7

Kurang 16 25

Total 64 100

Berdasarkan hasil pengukuran di atas dapat dilihat bahwa kategori responden menurut sikap tentang pemanis buatan yakni sebagian besar responden bersikap sedang yaitu 35 orang (54,7%).

4.

Tindakan

Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Tindakannya Terhadap Pemanis Buatan.

Tindakan Jumlah Persentase (%)

Baik 49 76,6

Sedang 10 15,6

Kurang 5 7,8

Total 64 100

Berdasarkan Tabel 4, diketahui tindakan siswa terhadap makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 49 orang (76,6%).

5.

Hubungan Pengetahuan Dengan Tindakan Siswa Terhadap Makanan Jajanan Yang

Mengandung Pemanis Buatan

Tabel 5. Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Siswa Terhadap Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan

Pengetahuan

Tindakan Total

 p

Baik Kurang Baik

n % n % n %

(7)

7

Kurang Baik 15 71.4 6 28.6 21 100

Total 49 76.6 15 23.4 64 100

Berdasarkan tabulasi silang pada Tabel 5, diketahui sebagian besar siswa yang berpengetahuan baik, mempunyai tindakan baik sebanyak 34 orang (79,1%). Sedangkan siswa yang berpengetahuan kurang baik sebagian besar mempunyai tindakan yang baik sebanyak 15 orang (71,4%).

Berdasarkan hasil analisis Chi Square diperoleh sebesar 0,459 dengan p value sebesar 0,506. Oleh karena nilai p value sebesar 0,506 lebih besar dari 0,1 (p<0,1), maka hipotesis pertama ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan pengetahuan dengan tindakan siswa terhadap makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan di SMPN 2 Maronge, Sumbawa besar, NTB.

6.

Hubungan Sikap Dengan Tindakan Siswa Terhadap Makanan Jajanan Yang Mengandung

Pemanis Buatan

Tabel 6. Hubungan Sikap dengan Tindakan Siswa Terhadapa Makanan Jajanan yang Mengandung Pemanis Buatan

Sikap

Tindakan

Total

 p

Baik Kurang Baik

n % n % n %

Baik 11 84.6 2 15.4 13 100

0.590 0.451

Kurang Baik 38 74.5 13 25.5 51 100

Total 49 76.6 15 23.4 64 100

Berdasarkan tabulasi silang pada Tabel 6, diketahui sebagian besar siswa yang mempunyai sikap baik, mempunyai tindakan baik sebanyak 11 orang (84,6%). Sedangkan siswa yang mempunyai sikap kurang baik sebagian besar mempunyai tindakan yang baik sebanyak 38 orang (74,5%).

Berdasarkan hasil analisis Chi Square diperoleh sebesar 0,590 dengan p value sebesar 0,451. Oleh karena nilai p value sebesar 0,451 lebih besar dari 0,1 (p<0,1), maka hipotesis kedua ditolak. Artinya tidak ada hubungan yang signifikan sikap dengan tindakan siswa terhadap makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan di SMPN 2 Maronge, Sumbawa besar, NTB.

(8)

8

PEMBAHASAN

1.

Pengetahuan

Hasil analisis diketahui tingkat pengetahuan tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan pada siswa kelas VII dan VIII SMPN 2 Maronge, Sumbawa Besar, NTB sebagian besar berpengetahuan baik (67,2%). Pada analisis kategori pengetahuan dibagi menjadi dua yaitu pengetahuan baik dan kurang baik. Pengetahuan kurang baik terdiri dari pengetahuan sedang (23,4%) dan kurang (9,4%). Pengetahuan responden kebanyakan berpengetahuan baik, hal ini disebabkan lokasi SMPN 2 Maronge di daerah tidak terlalu jauh dari pusat kota sehingga lebih mudah akses informasinya melalui media elektronik seperti televisi dan radio, selain itu pendidikan dari guru dan orang tua juga sangat berpengaruh terhadap pengetahuan yang dimiliki oleh responden.

Pengetahuan merupakan hasil mengetahui yang diperoleh setelah individu melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Proses melakukan penginderaan tersebut akan menghasilkan sebuah pemahaman yang membentuk pengetahuan. (6)Pengetahuan merupakan hasil tahu dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu.

2.

Sikap

Hasil analisis diketahui sikap tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan pada siswa kelas VII dan VIII SMPN 2 Maronge, Sumbawa Besar, NTB sebagian besar memiliki sikap kurang baik (79,7%). Pada analisis sikap dibagi menjadi dua kategori yaitu sikap baik dan kurang baik. Sikap kurang baik terdiri dari sikap sedang (54,7%) dan kurang baik (25%).

Walaupun pengetahuan yang dimiliki siswa sebagian besar baik tetapi belum tentu sikap yang dimiliki baik juga. Lingkungan, teman sebaya dan media elektronik seperti televisi juga dapat mempengaruhi sikap yang dimiliki oleh seseorang. (7)Media televisi sampai saat ini masih diasumsikan sebagai alat informasi yang ampuh dalam mengubah sikap dan perilaku pemirsanya.

3.

Tindakan

Hasil analisis diketahui tindakan tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan pada siswa kelas VII dan VIII SMPN 2 Maronge, Sumbawa Besar, NTB sebagian besar memiliki sikap baik (76,6%). Pada analisis tindakan dibagi menjadi 2 kategori yaitu siswa yang memliki tindakan baik dan kurang baik. Tindakan kurang baik terdiri dari tindakan sedang dan kurang.

Hasil ini dapat diartikan bahwa siswa telah mampu bertindak yang benar terhadap makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan. Tindakan yang baik dilakukan dengan selalu membaca label yang terdapat pada makanan, dan dapat membedakan rasa makanan yang mengandung pemanis buatan. Terbentuknya tindakan yang baik ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. (8)Pembentukan tindakan dapat terjadi dengan kebiasaan, dan adanya model atau contoh. Anak usia sekolah merupakan anak yang sedang mengalami perkembangan sehingga kebiasaan yang dilakukan orang tua dan contoh langsung yang dbiberikan oleh guru maupun orang tua merupakan hal yang sangat penting dalam pembentukan tindakan anak.

(9)

9

4.

Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Siswa Terhadap Makanan Jajanan

Hasil analisis membuktikan tidak ada hubungan yang signifikan pengetahuan dengan tindakan siswa terhadap makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan di SMPN 2 Maronge, Sumbawa Besar, NTB.

Tidak terbuktinya hubungan pengetahuan dengan tindakan siswa terhadap makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan ditunjang dengan hasil penelitian mengenai hubungan pengetahuan gizi dengan sikap anak Sekolah Dasar dalam memilih makanan jajanan. Hasil uji statistiknya menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan pengetahuan gizi dan sikap anak dalam memilih makanan jajanan(9).

Pengetahuan anak mengenai pemilihan makanan jajanan di SMPN 2 Maronge, Sumbawa Besar, NTB sebagian besar adalah baik. Pengetahuan yang baik belum tentu bertindak baik. Faktor yang mempengaruhi tindakan adalah ketersediaan makanan jajanan yang dijual di kantin sekolah. Makanan jajanan yang dijual di lingkungan sekolah kebanyakan adalah jajanan yang mengandung pemanis buatan dan makanan tidak sehat sehingga itulah yang dibeli dan dikonsumsi anak. (6)Tindakan anak memilih makanan pada dasarnya merupakan bentuk penerapan kebiasaan makan. Kebiasaan makan merupakan cara-cara individu atau kelompok masyarakat dalam memilih, mengkonsumsi dan menggunakan makanan yang tersedia, yang didasarkan pada latar belakang social budaya tempat mereka hidup. Anak usia sekolah mempunyai kebiasaan makan makanan jajanan. Kebiasaan jajan cenderung menjadi bagian budaya dalam suatu keluarga.

5.

Hubungan Sikap dengan Tindakan Siswa Terhadap Makanan Jajanan

Hasil analisis membuktikan tidak ada hubungan yang signifikan sikap dengan tindakan siswa terhadap makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan di SMPN 2 Maronge, Sumbawa Besar, NTB.

Hasil penelitian menunjukkan sikap kurang baik tetapi tindakan responden baik. Hal ini disebabkan anak yang mempunyai sikap kurang baik terpengaruh oleh lingkungan terutama teman sebayanya. Pada diri remaja, pengaruh lingkungan dalam menentukan perilaku diakui cukup kuat. Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya. Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya(10). Sikap dapat dipengaruhi juga oleh persepsi seseorang mengenai makanan yang mengandung pemanis buatan. Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek(11).

Tidak terbuktinya hubungan sikap dengan tindakan siswa terhadap makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan ditunjang dengan hasil penelitian mengenai hubungan sikap mengenai pemilihan makanan jajanan dengan perilaku anak memilih makanan. Hasil uji statistiknya menunjukkan tidak ada hubungan antara sikap mengenai pemilihan makanan jajanan dengan perilaku anak memilih makanan(12).

(10)

10

KESIMPULAN

1. Tingkat pengetahuan responden tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan, sebagian besar tingkat pengetahuan baik yaitu 67,2%, pengetahuan sedang 23,4% dan yang memiliki pengetahuan kurang sebesar 9,4%.

2. Sikap responden tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan sikap baik sebesar 20,3%, sikap sedang sebesar 54,7% dan sikap kurang sebesar 25%.

3. Tindakan responden terhadap makanan yang mengandung pemanis buatan sebagian besar memiliki tindakan baik sebesar 76,6% dan tindakan sedang sebesar 15,6%, dan responden yang memliki tindakan kurang baik terhadap makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan adalah 7,6%.

4. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan tindakan terhadap makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan di SMPN 2 Maronge, Sumbawa Besar, NTB.

5. Tidak ada hubungan antara sikap dengan tindakan terhadap makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan di SMPN 2 Maronge, Sumbawa Besar, NTB.

SARAN

1. Bagi pihak sekolah diharapkan dapat memberikan informasi kepada siswa tentang pemanis makanan.

2. Bagi siswa, diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan.

3. Bagi peneliti berikutnya, perlu mengadakan penelitian yang berkaitan dengan faktor lain yang mempengaruhi tindakan siswa terhadap makanan jajanan yang mengandung pemanis buatan.

(11)

11

DAFTAR PUSTAKA

1. Cahyadi, Wisnu. 2008. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Makanan. Bumi Aksara. Jakarta. 2. Kustantinah, 2011. Makanan Jajanan Anak Sekolah. Diakses pada hari selasa, 15 November 2011 dari http//:

news. okezone.com/ read/2011/ 12/22/ 337/ 5457 92/ jajanan-anak-sekolah-bpom.

3. Evy. 2008. Keamanan Pangan Di Sekolah Rendah. http//www.penapendidikan.com/kemananan-pangan-di-sekolah-rendah/. Diakses tanggal 15 November 2011.

4. Suci. 2009. Gambaran Perilaku Jajan Murid Sekolah Dasar Di Jakarta. Psikobuana. Vol. No. 1.29-38. Jakarta.

5. Yulianti, Nurheti. 2007. Awas Bahaya Dibalik Lezatnya Makanan. Penerbit Andi. Yogyakarta. 6. Notoatmojo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta.

7. Sitanggang. 2009. Pengaruh Televisi Terhadap Perkembangan Anak. Diakses pada hari Senin, 18 Juni 2012 dari http://blog.elearning.unesa.ac.id/tag/intisari-buku-televisi-dan-perkembangan-sosial-anak.

8. Bandura. 1997. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

9. Yulianingsih, P. 2009. Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Sikap Anak Sekolah Dasar Dalam Memilih Makanan Jajanan di Madrasah Ibtidaiyah Tanjunganom, Kecamatan Baruretno, Wonogiri. Karya Tulis Ilmiah. Program Studi Diploma III Gizi Universitas Muhammadiyah Sukarta.

10. Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Alfabeta. Bandung.

11. Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. PT Rineka Cipta. Jakarta.

12. Purtiantini. 2010. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Pemilihan Makanan Jajanan Dengan Perilaku Anak Memilih Makanan Di SDIT Muhammadiyah Al Kautsar Gumpang Kartasura. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan UMS.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Responden
Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Tentang Pemanis Buatan.
Tabel 6.   Hubungan  Sikap dengan Tindakan  Siswa Terhadapa Makanan Jajanan  yang Mengandung Pemanis  Buatan

Referensi

Dokumen terkait

Wawancara dengan Miranto, selaku guru PAI di SD 4 Adiwarno Hadiwarno Mejobo Kudus pada tanggal 5 Agustus 2015... Dalam implementasi model belajar Spot Capturing sangat

Conclusion Based on the results of the study it can be concluded that there is a significant relationship between the age and level of education of patients with the level

Subbab berikut akan menjelaskan pemodelan rangkaian listrik beserta penyelesaiannya. /al penting adalah dua fenomena fisik berbeda 5yaitu? sistem gerak benda pada pegas

There is a close relationship between family history and the incidence of hypertension, there is a clear relationship between smoking habits and the incidence of

sebagai upaya membantu masyarakat agar mereka dapat membantu dirinya sendiri dan meningkatkan hakekatnya Penelitian ini bertujuan untuk peran serta masyarakat desa tan

Apabila BNI Cabang Dago Bandung membiarkan permasalahan tersebut maka akan tertinggal dari bank lainnya sehingga BNI Cabang Dago Bandung harus merancang strategi yang

 Menerangkan bagaimana suatu masyarakat yang memiliki faktor produksiyang terbatas, tetapi mempunyai keinginan memperoleh barang dan jasa yang tidak terbatas,membuat pilihan

Selanjutnya responden yang memberikan tanggapan terhadap indikator yang berkaitan dengan rekan kerja memiliki rata – rata skor 2,6 yang masuk dalam kategori tinggi,