• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Tenaga pembuatan animasi asal Indonesia paling dicari oleh sejumlah Negara yang memproduksi film animasi (Moelyono, 2015). Menurut Moelyono, selaku pemilik Sanggar Seni GMC Animation, dunia industri animasi luar negeri lebih banyak menyukai animator Indonesia karena memiliki kreativitas tinggi dan kemampuannya tidak kalah dengan animator asal Eropa. Dalam mengembangkan tenaga kerja Indonesia, berbagai pelatihan dibentuk untuk meningkatkan kualitas individu di Indonesia. Menteri Tenaga Kerja (Menaker), mengingatkan para pelajar Indonesia, baik di tingkat sekolah menengah (SMA/SMK) maupun mahasiswa perguruan tinggi agar segera melengkapi diri dengan sertifikasi dan kompetensi kerja agar dapat bersaing dalam era MEA 2015. Berdasarkan data dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi terdapat 164 lembaga sertifikasi profesi aktif di Indonesia.

Telkom Professional Certification Center (Telkom PCC) merupakan salah satu layanan pelatihan dan sertifikasi yang didirikan sebagai wujud dedikasi PT. Telekomunikasi Indonesia, tbk. dalam mencerdaskan dan memajukan anak bangsa. Telkom PCC menawarkan berbagai jenis program training dan sertifikasi berstandar internasional, yaitu training di bidang IT, telecommunication, Internet, Creative Multimedia (Edutainment/Entertainment), Manajemen, bisnis, logistik, keuangan, hingga sertifikasi internasional. Program-program tersebut dirancang dan disempurnakan secara berkelanjutan agar sesuai dengan kebutuhan dan tuntunan dunia kerja yang menuntut keahlian nyata dan pengakuan. Salah satu program dari Telkom PCC adalah Certified Competency Development and Professional (CCDP).

Program CCDP difokuskan untuk memenuhi kebutuhan dan keterampilan yang memadai dan dipersyaratkan bagi lulusan SMA/SMK/MA atau Mahasiswa/alumni perguruan tinggi yang ingin memiliki keterampilan nyata. Program CCDP dirancang untuk menyediakan tenaga ahli yang memiliki pemahaman yang baik dalam

(2)

aspek-aspek teoritis maupun kemampuan keterampilan praktis yang nyata di bidang Industri Telekomunikasi, Internet, Creative (Multimedia, Edutainment/Entertainmet), atau yang saat ini dikenal sebagai TIME Industry. Berikut produk yang ditawarkan oleh Program CCDP: Application Development Professional (ADP), Web Development Professional (WDP), Graphic Design Professional (GDP), Creative Multimedia Professional (CMP), Network Administration Professional (NAP), dan IT Accounting Professional (IAP).

Penelitian ini difokuskan pada program studi Creative Multimedia Professional (CMP) karena peluang kerja pada program studi ini salah satunya menjadi Multimedia Animator. Program studi CMP menghasilkan lulusan yang memiliki keterampilan dalam penyajian komunikasi yang lebih atraktif dan interaktif melalui aplikasi multimedia komputer, sehingga lulusan dapat mengembangkan dirinya untuk berkiprah di bidang creative multimedia secara professional. Berdasarkan grafik jumlah peserta CCDP, Budi Yogaswara, Grand Manager bagian pengembangan TPCC, mengemukakan permasalahan terhadap jumlah peserta yang tidak sesuai dengan target yaitu 40 peserta dan juga penurunan jumlah mahasiswa dalam tiga tahun terakhir. Berikut merupakan jumlah peserta program studi CMP pada tiga tahun terakhir yang digunakan sebagai acuan.

(3)

Gambar I. 1 Jumlah Peserta CMP Tahun 2013-2015

(Sumber : TPCC, 2015)

Permasalahan yang diduga, tidak tercapainya jumlah peserta CMP di setiap tahunnya berdasarkan hasil wawancara dengan mahasiswa CMP dan pihak TPCC adalah peraturan pemerintah yang pada awalnya lulusan dari CCDP ini dapat dikonversikan ke S1 di Universitas Komputer Bandung, namun saat ini berdasarkan peraturan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) yang baru, pemegang ijazah sertifikasi sudah tidak dapat melakukan transfer ke program S1. Permasalahan lain yang diduga adalah jangka waktu yang ditawarkan oleh CCDP termasuk cukup lama mencapai 2 tahun belajar, dibandingkan dengan program pelatihan lainnya yang menawarkan jangka waktu kurang dari satu tahun. Selain itu, masyarakat lebih mengejar title sarjana atau gelar, sedangkan CCDP ini tidak menyediakan gelar tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak Manajer Marketing TPCC, program CCDP ini cukup baik dalam penerapan skill di dunia nyata, bahkan banyak lulusan dari CCDP yang langsung diterima kerja ketika menunjukkan sertifikat bertaraf internasional. 19 18 13 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 2013-2014 2014-2015 2015 Jumlah Peserta CMP

(4)

Salah satu upaya yang dilakukan Telkom PCC untuk meningkatkan program studi CMP, perlu dilakukannya perbandingan untuk melihat kondisi saat ini. Berikut merupakan hasil survei pendahuluan mengenai pemilihan lembaga pelatihan dan sertifikasi.

Gambar I. 2 Jumlah pengetahuan lembaga pelatihan dan sertifikasi

(Sumber: Survei Pendahuluan)

Grafik di atas merupakan lembaga pelatihan dan sertifikasi yang memiliki program multimedia yang berada di Kota Bandung. Hasil penyebaran kuisioner, menyatakan bahwa 18 dari 50 responden cenderung lebih memilih Binus Center dibanding TPCC. Pemilihan terbanyak diduga karena Binus Center lebih dikenal masyarakat, selain itu waktu pelatihan yang ditawarkan Binus Center singkat dibanding dengan lembaga lainnya. Binus Center dipilih menjadi pesaing karena memiliki program studi yang sama dengan CMP yaitu 3D Character Animation. Binus Center sudah berdiri sejak tahun 1991 dan memiliki cabang di lima kota besar di Indonesia, seperti Medan, Jakarta, Bandung, Pontianak, dan Balikpapan. Maka tak heran jika nama Binus Center sudah dikenal oleh masyarakat. Binus Center yang berlokasi di Bandung juga memiliki lokasi yang strategis karena berada dekat dengan Universitas Parahyangan dan juga berada di tengah kota. Selain itu, program belajar dari Binus Center hanya

Piksi Megatama, 14 Binus, 18 LP3i, 10 TPCC, 8

Jumlah yang mengetahui lembaga pelatihan dan sertifikasi

(5)

sekitar 8-10 bulan. Binus Center juga menawarkan sertifikasi internasional dan memiliki banyak hubungan kerjasama yang dapat menarik konsumen untuk mengikuti kursus di Binus Center. Berikut data jumlah hubungan kerjasama yang dibangun oleh Binus Center.

Gambar I. 3 Kerjasama Binus Center

(Sumber : binuscenter)

Dilihat dari jumlah peserta, ada banyak faktor yang mempengaruhi tidak tercapainya jumlah target peserta. Untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi pada program studi CMP maka dilakukan survei pendahuluan dengan membandingkan kualitas produk yang dimiliki pesaing. Survei pendahuluan bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai program studi CMP pada TPCC sehingga dapat digunakan sebagai dasar menyusun tahap penelitian selanjutnya. Hasil survei pendahuluan mengenai program studi CMP dapat dilihat pada Tabel I.1.

38 34 29 1 5 0 5 10 15 20 25 30 35 40

(6)

Tabel I. 1 Survei Pendahuluan

(Sumber: Mahasiswa CMP, 2015 & Peserta Didik Binus, 2015)

Data keluhan CMP – TPCC 3D Character Animation - Binus Center

Fasilitas kurang memadai

fasilitas cukup memuaskan, namun fasilitas wifi tidak

terlalu mendukung

fasilitas yang ditawarkan sudah memuaskan, wifi terkadang tidak mendukung

Kurikulum kurang sesuai dengan dunia kerja

Kurikulum yang ditawarkan ada beberapa

yang sesuai, namun ada beberapa juga yang tidak

sesuai

Sudah sesuai dengan kebutuhan industri

Lulusan program sulit dikonversikan menjadi s1

Lulusan program sulit untuk dikonversikan

menjadi S1

Lulusan program sulit untuk dikonversikan menjadi S1

Tidak adanya variasi kegiatan di luar kurikulum

Belum ada kegiatan untuk mahasiswa secara resmi di

luar kurikulum

Belum ada kegiatan untuk mahasiswa secara resmi di

luar kurikulum

Jangka waktu lama Jangka waktu pelatihan cukup lama hingga 2 tahun

Jangka waktu pelatihan cukup dengan 8-10 bulan

Berdasarkan Tabel I.1, hasil survei pendahuluan telah dilakukan dengan minimal 10 responden (Sekaran, 2011). Target responden untuk melakukan survey pendahuluan pada penelitian ini adalah mahasiswa program studi Creative Multimedia Professional yang telah menjalani proses pelatihan minimal 1 tahun dan peserta pelatihan Binus Center yang sudah mengalami proses pelatihan. Survei pendahuluan dilakukan dengan menggunakan metode in depth interview dan pertanyaan terbuka memberikan responden peluang yang cukup besar untuk memberikan informasi yang luas. Informasi yang diperoleh dari semua responden yaitu keluhan mengenai rendahnya kualitas fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan oleh program studi CMP.

(7)

Berdasarkan permasalahan yang telah dijelaskan, maka pihak TPCC pun harus melakukan tindakan perbaikan terhadap atribut lemah yang dimiliki CMP melalui penelitian mengenai peningkatan kualitas program studi CMP dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD). Penelitian ini dilakukan dengan mengolah data keluhan dan perbandingan terhadap kompetitor untuk mendapatkan karakterisik teknis dan critical part berdasarkan true customer needs dari penelitian sebelumnya yang telah dilakukan dengan menggunakan model KANO dan Dimensi Education Quality.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan data yang didapat, menyatakan bahwa masalah yang dihadapi program studi CMP adalah tidak tercapainya target yang telah direncanakan sebelumnya. Dalam mencari akar masalah tersebut dilakukan survei pendahuluan untuk mengidentifikasi masalah. Masalah tersebut disebabkan karena keluhan mengenai rendahnya kualitas yang dimiliki program studi CMP pada TPCC. Peningkatan kualitas program studi CMP sangat diperlukan oleh TPCC karena dapat membantu meningkatkan keuntungan berdasarkan peningkatan jumlah peserta. Penelitian ini menggunakan metode Quality Function Deployment yang merupakan metode untuk mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan pelanggan. Sedangkan penggunaan metode QFD ini didasarkan pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya di mana peningkatan kualitas dilakukan dengan melakukan penelitian Model KANO terlebih dahulu (Cohen, 1995). Penelitian menggunakan data input dari penelitian sebelumnya tentang Analisis Kebutuhan Jasa Pendidikan Certified Competency Development And Professional Program Studi Creative Multimedia Professional Menggunakan Integrasi Eduqual Dan Kano (Pamungkas, 2016). Berdasarkan permasalahan yang ada, maka perumusan masalah yang bisa diangkat adalah sebagai berikut:

1. Apa saja karakteristik yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen berdasarkan hasil integrasi Product Quality dan Model Kano pada produk Creative Multimedia Professional ?

(8)

2. Apa saja Critical Part yang menjadi pertimbangan dalam pengembangan produk Creative Multimedia Professional?

3. Bagaimana rekomendasi yang tepat dalam meningkatkan kualitas produk Creative Multimedia Professional?

I.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat ditentukan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Menentukan karakteristik apa saja yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen berdasarkan hasil integrasi Product Quality dan Model Kano pada program studi Creative Multimedia Professional.

2. Menentukan Critical Part apa saja yang menjadi pertimbangan dalam pengembangan program studi Creative Multimedia Professional.

3. Menentukan rekomendasi yang tepat dalam meningkatkan kualitas program studi Creative Multimedia Professional.

I.4 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, perlu diadakannya pembatasan masalah agar tidak menyimpang dari topik yang dibahas dan memperjelas lingkup masalah. Batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Penerapan QFD hanya sampai pada tahap Part Deployment (Iterasi Dua) 2. Perbandingan kualitas terhadap pesaing yaitu Binus Center, hanya dilakukan

pada Binus Center yang berlokasi di Bandung.

3. Penelitian ini hanya sampai tahap usulan, tidak sampai pada tahap implementasi

I.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat dijadikan sebagai referensi dalam peningkatan kualitas produk berdasarkan true customer needs.

(9)

2. Dapat memberikan masukan pengembangan konsep untuk perbaikan kualitas produk.

3. Peningkatan kualitas produk dapat membantu perusahaan dalam menunjang kebutuhan konsumen sehingga tercapainya target yang telah direncanakan sebelumnya.

I.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini dijelaskan mengenai uraian latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka

Pada bab ini berisikan literatur yang sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti dan juga menampilkan hasil dari penelitian terdahulu. Dalam penelitian ini, kajian yang akan menjadi acuan adalah metode Quality Function Deployment (QFD).

Bab III Metodelogi Penelitian

Pada bab ini berisi informasi mengenai langkah-langkah yang akan digunakan dalam penelitian. Dimulai dari langkah awal untuk mendapatkan informasi mengenai permasalahan yang diteliti hingga langkah penarikan kesimpulan dan saran.

Bab IV Pengumpulan dan Pengolahan Data

Pada bab ini terdapat seluruh informasi dan data yang diperlukan untuk dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD). Metode QFD yang dilakukan pada penelitian ini hanya sampai 2 tahap, tahap pertama yaitu House of Quality dan tahap kedua yaitu Part Deployment. Beberapa urutan yang dilakukan pada QFD Iterasi Satu (House of Quality) adalah pembuatan matriks perencanaan yang mencakup penentuan nilai adjusted importance, pembuatan karakteristik teknis, pembuatan matriks korelasi antar karakteristik teknis dan

(10)

pembuatan matriks teknis yang mencakup penentuan nilai probability, satuan, target, current situation, competitive benchmark, column weight, dan ranking. Pengembangan konsep yaitu pembuatan beberapa konsep alternatif. QFD Iterasi dua (Part Deployment) yaitu pembuatan critical part, matriks korelasi antara karakteristik teknis dengan critical part serta pembuatan matriks teknis. Hasil pengolahan data tersebut nantinya akan dianalisis pada tahap selanjutnya.

Bab V Analisis

Pada bab ini dilakukan analisis dari pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan dengan metode Quality Function Deployment (QFD). Masing-masing langkah dianalisis secara detail. Langkah berikutnya adalah pembuatan rumusan rekomendasi untuk program studi CMP pada TPCC.

Bab VI Kesimpulan dan Saran

Pada baggian ini terdapat kesimpulan dari penelitian yang menjawab rumusan masalah yang telah dibuat sebelumnya dan saran bagi perusahaan.

Gambar

Gambar I. 1 Jumlah Peserta CMP Tahun 2013-2015
Gambar I. 2 Jumlah pengetahuan lembaga pelatihan dan sertifikasi
Gambar I. 3 Kerjasama Binus Center
Tabel I. 1 Survei Pendahuluan

Referensi

Dokumen terkait

Diisi dengan bidang ilmu yang ditekuni dosen yang bersangkutan pada

Penulisan karya ilmiah tertulis (skripsi) yang berjudul “Analisis Nilai Tambah Dan Prospek Agroindustri Suwar-Suwir di Kabupaten Jember“ ini diajukan sebagai salah satu

Variabel reliability (X 2 ), yang meliputi indikator petugas memberikan pelayanan yang tepat, petugas memberikan pelayanan yang cepat, petugas memberikan pelayanan

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat

SEGMEN BERITA REPORTER A Kreasi 1000 Jilbab Pecahkan Muri Rina & Deska. CAREER DAY AMIKOM Adib & Imam Wisuda smik amikom Adib

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

[r]

- SAHAM SEBAGAIMANA DIMAKSUD HARUS DIMILIKI OLEH PALING SEDIKIT 300 PIHAK & MASING2 PIHAK HANYA BOLEH MEMILIKI SAHAM KURANG DARI 5% DARI SAHAM DISETOR SERTA HARUS DIPENUHI