BAB II
TINJAUAN PUSTAKA II.1. Teori Umum
Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang sangat bervariasi, dari 5000 hingga lebih dari satu juta. Disamping berat molekul yang berbeda-beda, protein mempunyai sifat yang berbeda-beda pula. Ada protein yang mudah larut dalam air, tetapi ada juga yang tidak larut dalam air. Rambut dan kuku adalah suatu jenis protein yan tidak larut dalam air dan tidak mudah bereaksi, sedangkan protein yang dalam bagian putih telur mudah larut dalam air dan mudah bereaksi (Anna P, 1994).
Meskipun tidak ada sistem klasifikasi yang biasa diterima secara universal, protein dapat diklasifikasikan berdasarkan kelarutan, bentuk, fungsi biologi serta struktur tiga dimensinya. Setelah system dengan pemakaian terbatas pada ilmu biokimia klinik membedakan “albumin”, “globulin”, “histon”, dan lain-lain. Berdasarkan kelarutannya dalam larutan garam akueso. Protein dapat pula diklasiikasikan berdasarkan bentuk keseluruhannya. Jadi, protein globular (missal, banyak enzim) mempunyai rantai polipeptida yang berpilin serta terlipat secara padat rasionya tidak lebih dari 3-4. Protein pibrosa memiliki rasio aksial lebih besar dari 10 (Robert K, ).
Fungsi dari protein dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berikut ini, yaitu (Jan Koolman-Klaus,) :
1. Membentuk dan empertahankan struktur.
Protein struktur bertanggung jawab terhadap stabilitas mekanik dari organ dan jaringan.
2. Transport.
Protein transport yang terkenal adalah hemoglobin dari eritrosit yang sangat diperlukan untuk mengangkut oksigen dan karbondioksida antara paru-paru dan jaringan. Di dalam plasma darah juga ditemukan sejumlah protein dengan fungsi transport. Albumin serum mengangkut asam lemak bebas dan bilirubin. Kanal ion dan protein membrane integral lainnya mengatur transport dari ion-ion dan metabolit melalui membran biologik.
3. Perlindungan dan pertahanan.
Sistem imun melindungi organisme dari penyebab penyakit dan substansi yang asing bagi tubuh. Contohnya ialah imunoglobulin G sebagai komponen yang penting. 4. Pengendali dan pengatur.
Pada rantai sinyal biokimiawi protein-protein bekerja sebagai pembawa sinyal maupun sebagai reseptor hormon. Sebagi contoh adalah kompleks antara hormon insulin dan reseptor insulin. Protein yang berikatan dengan DNA mempunyai
peranan yang menentukan pada regulasi metabolisme zat-zat antara diferensiasi suatu jaringan dan organ.
5. Katalisator.
Enzim merupakan kelompok yang sangat besar dengan protein yang beribu-ribu. Enzim yan kecil mempunyai berat molekul sekitar 10-15 kDa, yang sedang sekitar 100 kDa, dan yang terdiri dari 12 subunit mencapai ukuran lebih dari 500 kDa. 6. Pergerakan.
Aktin dan myosin bersama-sama bertanggung jawab pada kontraksi otot dan peristiwa gerak lainnya.
7. Penyimpanan.
Pada benih-benih tumbuh-tumbuhan dijumpai protein cadangan khusus yang juga penting untuk kebutuhan makanan manusia.
Sangat luar biasa pula bahwa semua protein di dalam semua makhluk, tanpa memandang fungsi dan aktivitas biologinya, dibangun oleh susunan dasar yang sama, yaitu 20 asam amino baku, yang molekulnya sendiri tidak mempunyai aktivitas biologi. Lalu apakah yang memberikan aktifitas enzimnya, protein lain aktivitas hormon, dan lain lagi aktivitas antibody? Bagaimana kimiawi protein-protein ini berbeda? Secara cukup sederhana, protein berbeda satu sama lain karena masing-masing mempunyai deret unit asam amino sendiri-sendiri. Asam amino merupakan abjad struktur protein, karena molekul-molekul ini dapat disusun dalam jumlah deret yang hamper tidak terbatas, untuk membuat berbagai porotein dalam jumlah yang hamper tidak terbatas pula (Albert L, 1982).
Berdasarkan fungsinya, protein dapat digolongkan dalam bentuk enzim (ribonuklease, tripsin), protein transport (hemoglobin, albumin serum, mioglobin, lipoprotein), protein nutrient dan penyimpanan (gliadin = gandum, ovalbumin = telur, kasein = susu, feritin), protein kontraktil (aktin, myosin, tubulin, dynein), protein structural (keratin, fibroin, kolagen, elastin, proteoglikan), protein pelindung (antibody, fibrinogen, trombin, toksin botuluni, toksin difteri, bias ular, risin), protein pengatur (insulin, hormone tumbuh, kortikotropin, repressor). Atas dasar kelarutannya dalam zat pelarut tertentu, protein dibagi : albumin, globulin, dan glutelin. Protein dapat juga dikelompokkan berdasarkan atas jenis utama konformasinya. Berdasarkan penggolongan ini terdapat 2 kelas utama protein, yaitu protein fibrosa (serat) dan protein globular. Protein serat mempunyai konformasi yang terikat saling secara lateral oleh beberapa jenis ikatan. Protein konformasi ini sering dimanfaatkan sebagai elemen struktural jaringan karena mempunyai sifat fisik yang kuat dan tidak larut dalam air. Contoh protein serat adalah kolagen, alfa-keratin, dan sutera. Protein globular merupakan protein biologis aktif yang umum dalam sistem kehidupan. Protein ini berbentuk bulat, kompak dan larut dalam air. Protein globular biasanya memiliki struktur tersier dan kuartener, contohnya enzim dan antibody ( Abdul H, 2001).
Dilihat dari aspek kepentingannya di dalam tubuh, asam amino alfa diklasifikasikan ke dalam ( Panjita H, 2006) :
1. Asam amino alfa essensial, yaitu asam amino alfa yang sangat diperlukan keberadaanya dalam tubuh tetapi tubuh tidak dapat memsintesis asam amino alfa tersebut.
2. Asam amino alfa semi-essensial, yaitu asam amino alfa walau disentesis dalam tubuh namun jumlahnya tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh terhadap asam amino alfa tersebut.
3. Asam amino alfa yang non-essensial, yaitu asam amino alfa yang diperlukan oleh tubuh serta disentesis dalam tubuh dalam jumlah yang cukup memenuhi kebutuhan tubuh terhadap asam amino alfa tersebut.
4. Pengadaan dan penyediaan asam amino menjadi sangat penting oleh karena senyawa tersebut dipergunakan sebagai satuan penyusun protein. Kemampuan jasad hidup untuk membentuk asam amino tidak sama. Misalnya tanaman tingkat tinggi mampu membentuk asam amino yang diperlukan bagi penyusun protein tubuhnya. Sebaliknya hewan tingkat tinggi kemampuannya terbatas. Golongan jasad hidup ini tidak dapat mensintesa asam amino essensial. Asam amino tersebut harus disediakan dari luar (Soeharsono M, 2000).
II.2. Uraian Bahan.
1. (CH3COO)2Pb (Dirjen POM, 1979) Nama Resmi : Plumbi Acetas Nama Lain : Timbal Asetat
RM / BM : (CH3COO)2Pb / 379,33
Pemerian : Hablur prisma monoklini, kecil putih, transparan atau massa hablur berat; bau cuka.
Kelarutan : Larut dalam 2 bagian air, umumnya
ber-opalesensi; dalam 63 bagian etanol (95 %) P dan dalam 2 bagian gliserol P. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat : Adstringen Kegunaan : Sebagai pereaksi 2. CuSO4 0,01 M (Dirjen POM, 1979) Nama Resmi : Cuprum Sulfas Nama Lain : Tembaga (II) Sulfat RM / BM : CuSO4.5H20 / 249,6
Pemerian : Serbuk hablur atau keabuan bebas dari sedikit warna biru.
Kelarutan : Larut dalam air dan etanol (95 %) P. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
Kegunaan : Sebagai pereaksi 3. Etanol (Dirjen POM, 1979) Nama Resmi : Aethanolum Nama lain : Etanol RM / BM : C6H6O / 46
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih mudah menguap, rasa panas dan bau khas.
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan eter.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat dan terindung dari cahaya.
Kegunaan : Sebagai pereaksi. 4. HCL 0,1 M (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : Acidum Hydrochloridum. Nama Lain : Asam Klorida
RM / BM : Cairan, tidak bewarna, berasap, bau merangsang, jika diencerkan dengan 2 bagian air, asap dan
bau hilang.
Kelarutan : Larut dalam air dan etanol (95 %) P. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat..
Kegunaan : Sebagai pereaksi 5. HgCl2 0,2 M (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : Hydrargyri Bichloridum Nama Lain : Raksa (II) Klorida RM / BM : HgCl2 / 271,52
Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih; tidak berbau, berat.
Kelarutan : Larut dalam 15 bagian air, dalam 2,1 bagian air
Air mendidih,dalam 3 bagian etanol (95%)p,dalam 2 bagian etanol (95%) p,mendidih,dalam 20 bagian eter p dan dalam 15 bagian gliserol p
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat Kegunaan : sebagai pereaksi
6. Ninhydrin ( Dirjen POM, 1979) Nama resmi : Ninhydrin Nama latin : Ninhidrina RM/BM : C9H4O3
Pemerian : Serbuk hablur, putih atau kuning sangat pucat Kelarutan : Larut pada suhu 60º dalam 20 bagian air. Kegunaan : Sebagai pereaksi
7. NaOH (Dirjen POM, 1979)
Nama Resmi : Natrii Hydroxydum Nama Lain : Natrium Hidroksida RM / BM : NaOH / 40,00
Pemerian : Bentuk batang, butiran, massa hablur atau keping, keras, rapuh, dan menunjukkan susunan
hablur, putih; mudah meleleh basah. Sangat alkalis dan korosif, segera menyerap CO2.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Kegunaan : Sebagai pereaksi
8. (NH4)2SO4 (Dirjen POM, 1979) Nama Resmi : Ammoni Sulfat Nama Lain : Amonium Sulfat RM / BM : (NH4)2SO4 / 152,13
Pemerian : Hablur tidak berwarna dan putih.
Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol 95 % P. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
Kegunaan : Sebagai pereaksi 9. NH3 (Dirjen POM, 1979) Nama Resmi : Ammonia Nama Lain : Amonia RM / BM : NH3/ 35,5
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, menusuk kuat. Kelarutan : Mudah larut dalam air .
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Kegunaan : Sebagai pereaksi
10. Natrium Nitroprussida (Dirjen POM, 1979) Nama Resmi : Natrium Nitroprussida Ferrat III Nama Lain : Natrium Nitroprussida
Pemerian : Hablur warna merah delima Kelarutan : Mudah larut dalam air
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Kegunaan : Sebagai pereaksi
11. Asam Trikloroasetat (Dirjen POM, 1979) Nama Resmi : Acidum Tricloroasetat Nama Lain : Asam Trikloroasetat RM / BM : CClCOOH/163,39 Pemerian : Hablur atau massa hablur Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air . Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik. Kegunaan : Sebagai pereaksi
12. Asam Nitrat (Dirjen POM, 1979) Nama Resmi : Acidum Nitricum Nama Lain : Asam Nitrat RM / BM : HNO3/63,01
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, rasa asam tajam
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, etanol dan gliserol. Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007. “Penuntun Praktikum Biokimia”, Universitas Muslim Indonesia : Makassar. Dirjen POM, 1979. “Farmakope Indonesia Edisi III”. Depkes RI.
Dirjen POM, 1995.“Farmakope Indonesia Edisi IV”. Depkes RI.
Koolman Jan dan Klaus, 2001. “Atlas Berwarna dan Teks Biokimia”. Penerbit EGC: Jakarta.
Lehninger, Albert L, 1982. “Dasar-Dasar Biokimia Jilid I”, Penerbit Erlangga : Jakarta. Martoharsono, Soeharsono. 2000.” Biokimia Jilid II”. Penerbit Gadjah Mada University Press : Jakarta.