• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Konsep Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial

II.1.1 Pengertian

Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.

Klien mungkin merasa di tolak,tidak diterima,kesepian,dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain.Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan orang lain maupun berkomunikasi dengan orang lain (Kliat,1999).Isolasi sosial merupakan upaya menghindari komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan.(Darmawan dan Rusdi, 2013 hlm 34).

1. Faktor Predisposisi

Ada beberapa faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi sosial :

a. Faktor perkembangan

Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampain dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat mempengaruhi terjadi nya menarik diri. Organisasi

(2)

anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stres keluarga. Pendekatan kolaboratif dapat mengurangi masalah respon menarik diri. (Dermawan dan Rusdi, 2013:38)

b. Faktor biologis

Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial mal adaktif.

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa kelainan struktur otak, seperti atropi pembesaran pentrikel penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik di duga dapat menyebabkan gangguan jiwa. ( Dermawan dan Rusdi, 2013 :38)

c. Faktor sosiokultural

Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik.

Perilaku dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini (Darmawan dan Rusdi, 2013 :38).

(3)

2. FaktorPresipitasi

Faktor pencetus terdiri dari 4 sumber utama yang dapat menentukan alamperasaan adalah:

a. Kehilangan ketertarikan yang nyata atau yang dibayangkan, termasuk kehilangan cinta, seseorang, fungsi fisik, kedudukan atau harga diri, karena elemen aktual dan simbolik melibatkan konsep kehilangan, maka konsep persepsi lain merupakan hal yang sangat penting.

b. Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap masalah-masalah yang di hadapi sekarang dan kemampuan menyelesaikan masalah.

c. Peran dan ketegangan peran telah di laporkan mempengaruhi deperesi terutama pada wanita.

d. Perubahan fisiologis di akibatkan oleh obat-obatan berbagai macam fisik seperti infeksi, neoplasma dan gangguan keseimbangan metabolik dapat mencetus gangguan alam perasaan. ( Darmawan dan Rusdi, 2013 :37).

3. Penilaian Stresor a. Kognitf

1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau di tolak oleh orang lain.

2) Merasa tidak aman berada dengan orang lain respon verbal kurang dan sangat singkat.

3) Hubungan yang tidak berarti dengan orang lain tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan verbal kurang dan sangat singkat.

(4)

b. Afektif

1) Kurang energi 2) Aktifitas menurun

3) Banyak berdiam diri di kamar 4) Kurang spontan

5) Tidak mau bicara 4. Fisiologis

a. Ekspresi wajah kurang berseri b. Kontak mata kurang

c. Ekspresi datar dan dangkal 5. Perilaku

a. Postur tubuh berubah, misalnya janin (khususnya pada posisi tidur) b. Apatis ( acuh terhadap lingkungan)

c. Mengisolasi diri

d. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya e. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan 6. Sosial

a. Rendah diri b. Merasa di tolak c. Merasa tidak berguna

d. Tidak yakin dapat melangsungkan hidup (Dermawan dan Rusdi, 2013 :36-37).

(5)

7. Sumber Koping

Sumber koping yang dapat digunakan misalnya keterlibatan dalam hubungan yang luas dalam hubungan keluarga dan teman, hubungan dengan hewan peliharaan, menggunakan kratifitas untuk mengekspresikan stres interpersonal seperti : kesenian musik atau tulisan. Menurut staurt and sundeen, 1999 dalam Dermawan Rusdi, 2013).

8. Mekanisme koping

Mekanisme koping di gunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.

Kecemasan koping yang sering di gunakan adalah regrasi, represi, dan isolasi (Dermawan dan Rusdi, 2013:40).

(6)

9. Rentang Respon

Rentang Respon Neurobiologist

Respon adaptif Respon Maladaptif

Menyendiri(solitude) Merasa sendiri Manioulatif

Otonomi Menarik diri Infulsif

Bekerjasama Tergantung (dependen) Narcissism Saling Tergantung

( Dermawan dan Rusdi, 2013 :35)

a. Respon Adaptif

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelasikan masalah yang masih dapat di terima oleh norma sosial dan budaya yang umum berlaku.Respon ini meliputi:

1) Menyendiri /solitude : respon seseorang untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan cara mengevaluasi diri untuk merenungkan apa yang telah di lakukan di lingkungan sosial nya dan cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah- langkah selanjutnya.

2) Otonomi : kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.

3) Kebersamaan : kondisi hubungan interpersonal dimana individu mampu untuk saling memberi dan menerima

(7)

4) Saling tergantung : suatu hubungan saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.

b. Respon mal adaktif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma sosial dan budaya lingkungannya. Respon yang sering di temukan :

1) Manipulasi : orang lain di berlakukan sebagai obyek, hubungsn terpusat pada masalah pengendalian orang lain, orientasi diri sendiri atau tujuan bukan pada orang lain.

2) Impulsif : tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak dapat di andalkan.

3) Narkisme : harga diri rapuh, berusaha mendapatkan penghargaan dan pujian, sifat egosentris, pencemburu, marah bila orang lain tidak mendukung. (Dermawan dan Rusdi, 2013 :35)

II.1.2 Pengakajian Isolasi Sosial

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang sistematis dalam pengumpilan data dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengindentifikasimstatus kesehatan klien. (Abdul Muhith, 2015:4) . Adapun pengkajian meliputi :

1. Identitas klien meliputi biodata pasien.

2. Keluhan utama

Setelah dilakukan wawancara dan observasi, muncul data subyektif dan obyektif dari hasil wawancara dan observasi (Ah Yusuf,dkk, 2015 :106) (Dermawan dan Rusdi, 2013:42).

(8)

a. Data subyektif (DS) 1) Merasa ingin sendiri

2) Merasa tidak aman di tempat umum dan lingkungan 3) Merasa berbeda dengan orang lain

4) Merasa asik dengan pikiran sendiri

5) Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas b. Data Obyektif (DO)

1) Menarik diri

2) Menolak berinteraksi dengan orang lain 3) Afek datar

4) Afek sesih

5) Tidak ada kontak mata dan sering nunduk. (DPP.PPNI.SDKI,2017) c. Faktor biologis

d. Faktor genetik

Beperan dalam respon sosial maladaktif, keteterlibatan kelainan struktur otak, sepeti atropi, pembesaran pentrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik, perubahan organ tubuh yang mempengaruhi, seperti BB menurun, TD rendah, nadi lemah, keadaan fisik melemah,biasanya karna klien isolasi sosial tidak memperhatikan sekitar tidak mau makan, tidak peduli dengan penampilannya hanya mengurung diri,kaji lebih lanjut sistem dan fungsi organ serta jelaskan dengan kondisi yang sesuai dengan keluhan yang ada. Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tanda-tanda vital (TD, nadi, suhu, respirasi, TB, BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh pasien. (Dermawan dan Rusdi, 2015 :38)(Rizki, 2019)

(9)

e. Aspek Psikososial

Terjadinya gangguan hubungan sosial akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan dengan orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, prilaku dan system nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas, harapan yang tidak realistis terhadap hubungan, yang perlu dikaji dalam faktor psikososial yaitu :

1) Genogram yang menggambarkan tiga generasi

Untuk mengkaji adanya anggota keluarga yang lain yang mengalami gangguan jiwa ataubila ada salah satu anggota keluarga yang sakit maka akan terjadipenyakit yang sama pada anggota keluarganya,ada atau tidaknyapola komunikasi yang terganggu, pola asuh, klien tinggal dalam satu rumah dengan siapa, genogram dilihat dari 3 generasi sebelumnya.

2) Konsep diri

Mengkaji citra tubuh berisi persepsi pasien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai tidak disukai, biasanya klien mudah kecewa, putus asa dan menutup diri. Identitas diri berisikan status pasien laki-laki atau perempuan,puas terhadap posisinya.Peran diri berisikan bercirita tentang tugas yang di jalaninya di dalam keluarga maupun masyarakat. Ideal diri berisikan tentang harapan pasien terhadap penyakitnya, harapan pasien terhadap tubuhnya, posisi, status dan tugas peran, biasanya gambaran diri negatif. Harga diri berisi tentang cara pasien memamdang dirinya, orang lain sesuai dengan kondisi penghargaanorang lain terhadap diri dan kehidupannya, biasanya pasien mengalami harga diri rendah. Hubungan

(10)

sosial biasanya pasien dengan isolasi sosial apatis dan tidak mempunyai orang terdekat.

3) Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dengan kehidupan kelompok yang diikuti di masyarakat.

Biasanya pasien isolasi apatis terhadap lingkungannya dan tidak mempunyai orang terdekat.

4) Spiritual tentang nilai, keyakinan, dan kegiatan keagamaan.

Biasanya nilai-nilai keyakinan terhadap agama kurang sekali. Kegiatan ibadah klien sebelumnya ibadah di rumah namun saat sakit ibadah tergangguDermawan dan Rusdi, 2015 : 38,43)

II.1.3 Diagnosa Keperawatan

Isolasi sosial behubungan dengan ketidak mampuan menjalin hubungan yang memuaskan di tandai dengan tidak berminat/ menolak berinteraksi dengan orangan lain. Klien merasa ingin sendiri( PPNI,SDKI.2017).

(11)

II.1.4 Tabel Perencanaan

Perencanaan

Diagnosa Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Isolasi sosial berhubunhan dengan ketidak mampuan menjalin hubungan yang memuaskan di tandai dengan tidak berminat/

menolak berinterasksi dengan orang lain klien merasa ingin sendiri.

DO :

1. Menarik diri

2. Menolak berinteraksi dengan orang lain 3. Afek datar

4. Tidak ada kontak mata

DS :

1. Merasa ingin sendiri 2. Merasa tidak aman di

tempat umum atau lungkungan

3. Merasa berbeda dengan orang lain 4. Merasa tidak

mempunyai tujuan yang jelas

1. Kualitas hubungan sosial yang cukup meningkat.

Setelah3x interaksi klien menunjukan interaksi sosial dengan kriteria hasil:

1. Perasaan nyaman dengan situasi sosial meningkat

2. Perasaan mudah menerima

mengkomunikasikan perasaan meningkat 3. Responsif pada orang

lain meningkat 4. Minat melakukan

kontak emosi meningkat

5. Minat melakukan kontak fisik meningkat

6. Vervalisasi kasih sayang meningkat 7. Kontak mata

meningkat

8. Ekspresi wajah responsif meningkat

1. Dukungan emosional 2. Edukasi manajemen stress 3. Dukungan keluarga

4. Dukungan penampilan peran 5. Promosi dukungan social 6. Promosi komunikasi efektif 7. Modifikasi prilaku keterampilan

social

1. Agar klien mampu berinteraksi 2. Supaya klien mengetahui dan

mampu mengontrol stress 3. Agar klien tidak merasa sendiri

perlu ada dukungan keluarga 4. Agar klien tidak merasa gagal

dalam penampilan peran 5. Agar klien selalu ada teman 6. Agar klien mampu

berkomunikasi dengan lingkungan sekitar

7. Agar klien mampu mengembangkan

keterampilannya

(12)

2. Kemampuan mempertahankan

keutuhan persepsi terhadap diri membaik

Setelah 3x interaksi klien kemampuan

mempertahankan keutuhan terhadap diri membaik dengan kriteria hasil : 1. Frilaku konsisten

memingkat

2. Hubungan yang efektif meningkat

3. Strategi koping efektif meningkat

4. Penampilan peran efektif meningkat 5. Perasaan fluktuaktif

terhadap diri menurun 6. Perasaan terhadap diri

membaik

1. Promosi dukungan keluarga 2. Promosi harapan

3. Promosi hubungan positif 4. Modifikasi keterampilan social 5. Promosi kesadaran diri

1. Agar klien mau menyebutkan penyebab terjadinya menarik diri

2. Agar klien tidak merasa sendiri 3. Agar klien kembali memili

semua harapan

4. Agar klien bisa membina hubungan saling percaya 5. Agar klien mampu

mengembangkan keterampilannya

6. Agar klien mampu mengenal dirinnya sendiri

3. Perasaan positif terhadap diri sendiri atau kemampuan terhadap respon saat ini meningkat

Setelah 1x interaksi klien prasaan positif terhadap diri sendiri atau kemampuan terhadap respon saat ini meningkat : 1. Penilaian diri positif

meningkat

2. Minat mencoba hal baru meningkat 3. Perasaan memiliki

kelebihan atau kemampuan meningkat 4. Konsentrasi meningkat 5. Gairah aktifitas

meningkat

1 Beri dukungan keyakinan 1. Promosi kepercayaan diri 2. Promosi kesadaran diri 3. Manajemen prilaku 4. Manajemen stres 5. Penerapan terapi seni

1. Agar klien mampu percaya pada dirinya sendiri

2. Agar klien lebih percaya diri 3. Agar klien mampu

membangun kepercayaan dirinya

4. Kembali pada prilaku semula 5. Bisa mengontrol stress

6. Untuk membangun

kepercayaan diri klien dengan pemberian terapi seni

(13)

4. Klien dapat menerapkan terapi musik

Setelah 3x interaksi klien dapat mengikuti perintah :

1. Klien dapat mengikuti perintah

2. Klien mampu mengungkapkan persaan setelah mendengar terapi musik

3. Klien membuat kegiatan untuk berinteraksi dengan orang lain

1. Instrusikan pasien untuk mengikuti perintah

2. Tanyakan bagaimana perasaan setelah melakukan terapi musik 3. Tuntun pasien dalam berinteraksi

dengan orang lain

4. Buat jadwal untuk terapi muasik dan latihan cara berinteraksi

1.Untuk meningkatkan kemampuan klien

2. Untuk mengalihkan pikiranya ke hal yang positif

3.Untukmempercepat penyembuhan isolasi sosial

4. Untuk melatih pasien secara rutin

(PPNI.SDKI.SLKI.SIKI,2018)

(14)

II.1.5 Implementasi

Tindakan keperawatan yang dapat diberikan pada keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa isolasi sosial:

1. Mengidentifikasi penyebab terjadinya isolasi sosial 2. Memberikan terapi musik

3. Membina hubungan saling percaya antara perwat dan pasien 4. Melatih cara berinteraksi berkomukasi dengan lingkungan sekitar.

II.1.6 Evaluasi

1. Evaluasi kemampuan pasien

a. Pasien menunjukan kemampuan dalam berinteraksi b. Pasien menunjukan rasa percaya diri

c. Pasien mampu mengungkapkan perasaan setelah pemberian terapi.

II.2. Terapi Musik II.2.1 Pengertian

Musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran yang terorganisasi,terdiri atas melodi, ritme, harmoni, warna (timbre), bentuk dan gaya.

Musik memiliki kekuatan untuk mengobati penyakit dan ketidak mampuan yang dialami seseorang.Ketika musik diaplikasikan menjadi sebuah terapi,musik dapat meningkatkan pemulihan, kesehatan fisik, mental ,emosional, sosial dan spiritual dari setiap individu.Hal ini di karna kan musik memiliki beberapa kelebihan,seperti bersifat universal, nyamam, menyenangkan dan tersetruktur. (Setyoadi, 201:43)

Intervensi menggunakan terapi musik dapat mengubah ambang otak yang dalam keadaan stres menjadi lebih adaptif secara fisiologis dan efektif. Musik tidak

(15)

membutuhkan otakmuntuk berpikir maupun menginterpretasi,tidak pula di batasi oleh fungsi intelektual maupun pikiran mental.musik tidak memiliki batasan- batasan sehingga begitu mudah di terima oleh organ pendengaran,musik di terima melalui saraf pendengaran kemudian diartikan oleh otak atau sistem limbik. Musik dapat pula beresonansi dan bersifat naluriah sehingga dapat langsung masuk otak tanpa melalui jalur kognitif,lebih jauh lagi terapi musik,tidak membutuhkan panduan fungsi intelektual tinnggi untuk berjalan epektif. (Setyoadi, 2011:43)

Terapi musik adalah suatu proses terencana, yang bersifat prefentif dalam usaha penyembuhan terhadap penderita yang mengali kelainan atau hambatan dalam pertumbuhannya, baik fisik, motorik, sosial ekonomi maupun mental intelegency. (Gst.Y.alfiansyah, 2016:2)

II.2.2 Jenis Terapi Musik

Jenis musik yang di guanakan dalam terapi musik dapat di disesuaikan sesuai keinginan ,misal musik klasik, instrumentalia, musik berirama santai, orkestra, dangdut dan musik modern lainnya, srmua jenis musik dapat di gunakan sebagai terapi seperti, lagu-lagu relaksasi, lagu populer, maupun klasik. Namun dianjurkan agar memilih lagu dengan sekitar 60 ketukan per menit yang bersifat rileks. Jika temponya terlalu cepat maka secara tidak sadar stimulus akan membuat kita mengikuti irama tersebut,sehingga tidak mencapai keadaan istirahat yang optimal. Beberapa ahli menyarankan untuk tidak menggunakan jenis musik tertentu seperti pop, disko, rock and roll, dan musik berirama keras (anapestic beat) lainnya, karena jenis musik dengan anapestic beat (2 beat pendek, 1 beat panjang dan kemudian pause) merupakan irama yang berlawanan dengan irama jantung (Setyoadi, 2011:43).

(16)

Banyak jenis musik baru yang lahir dan berkembang seperti jenis musik dangdut yang ringan dan santai enak di dengar.Musik dangdut yang bernada lembut dapat memberikan kaliamat-kalimat atau motivasi dapat juga mempengaruhi suasana hati subyek pendengar dapat lebih positif dan dapat menurunkan tingkat stres yang dialaminya. (Gst.Y.Alfiansyah, 2016 :3).

II.2.3 Teknik Prosedur Terapi Musik

1. Persiapan menurut (Setyoadi, 2011 :45) a. Persiapan alat dan lingkungan :

1) Kursi dan meja.

2) Kaset CD, tape recorder, atau mp3 jenis musik yang di

gunakan, headset.

3) Lingkungan yang teanag, nyaman, dan bersih.

b. Persiapan klien :

1) Jelaskan tujuan, manfaat, prosedur pelaksanaan , serta meminta persetujuan klien untuk mengikuti terapi musik.

2) Posisikan tubuh klien secara nyaman dan rileks.

3) Kaji interaksi klien sebelum di lakukan pemberian terapi musik 2. Prosedur

a. Memberi kesempatan klien memilih jenis musik.

b. Mengaktifkan tape recorder/ mp3 dan mengatur volume suara sesuai dengan selera klien.

c. Pasang headset pada klien dan mempersilahkan klien mendengarkan musik minimal 15 menit.

(17)

d. Saat klien mendengarkan musik arahkan untuk fokus dan rileks terhadap lagu yang didengar dan melepaskan semua beban yang ada.

e. Setelah musik berhenti klien di persilahkan mengungkapkan perasaan yang muncul saat musik tersebut di putar, serta perubahan yang terjadi dalam dirinya.

3. Kriteria Evaluasi

a. Mengkaji proses dan hasil terapi musik menggunakan catatan aktivitas terapi yang di gunakan.

b. Menganalisis sesi yang telah di lakukan untuk melihat keefektifan terapi.

c. Menganalisis hasil dan catatan terapi sehingga perawat dapat mengetahui progres teknik yang dilakukan klien dalam mengembangkan sesi.

d. Klien tidak mengalami kejenuhan, raut wajah tampak segar dan bugar.

e. Kaji kemampuan berinteraksi klien sesudah pemberian terapi musik (Setyoadi, 2011 :45).

(18)

Referensi

Dokumen terkait

tidak ketat atau longgar yang menutup seluruh tubuh kecuali muka dan.. telapak tangan sampai

Pada saat seseorang yang bekerja di lingkungan bersuhu ekstrim panas, temperatur inti tubuhnya akan mulai naik dan keringat pun diproduksi oleh tubuh dengan tujuan untuk

Memberikan asuhan kebidanan melalui konsultasi dan rujukan pada ibu dalam masa nifas dengan penyulit tertentu dengan kegawat daruratan dengan melibatkan keluarga/klien,

Terdapat lima masa transisi peralihan usia ini, yang akan dialami oleh individu remaja yaitu transisi fisik berkaitan dengan perubahan bentuk tubuhnya (bentuk tubuh

Dari hasil beberapa pengertian rekam medis diatas peneliti menyimpulkan bahwa rekam medis adalah berkas atau catatan yang berisi tentang identitas pasien, hasil

• Merasa tidak nyaman dengan tubuhnya dan memiliki tubuh yang jauh dari sempurna • Menilai bahwa bentuk tubuhnya tidak menarik • Merasa bahwa orang lain memiliki tubuh yang jauh

Karakteristik remaja awal antara lain : 1 Perhatian pada bentuk tubuh dan citra tubuh body image 2 Kepercayaan dan menghargai orang dewasa 3 Kekhawatiran pada hubungan dengan teman

Rekam Medis Rekam medis adalah berkas berisi catatan dan dokumen tentang pasien yang berisi identitas, pemeriksaan, pengobatan, tindakan medis lain pada sarana pelayanan kesehatan