• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Guru Kelas Terhadap Pelaksanaan Kurikulum 2013 (Studi Kasus Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017) Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Isla

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Persepsi Guru Kelas Terhadap Pelaksanaan Kurikulum 2013 (Studi Kasus Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017) Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Isla"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI GURU KELAS TERHADAP

PELAKSANAAN KURIKULUM 2013

(STUDI KASUS DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI

SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Di susun Oleh :

Eka Putri Fitriyani

115-13-045

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)

PERSEPSI GURU KELAS TERHADAP

PELAKSANAAN KURIKULUM 2013

(STUDI KASUS DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI

SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Di susun Oleh :

Eka Putri Fitriyani

115-13-045

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO

Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum

sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri

(8)

PERSEMBAHAN

1. Bapak (Lulus Safitri) dan Ibu (Asiyatin) yang selalu memberikan dukungan

secara moral, material, maupun spiritual.

2. Adik ku (Aditya fahrizi) yang selalu memberi tawa canda.

3. Keluarga besar (kakek, nenek, bu lek, om).

4. Bapak Dr. Budiyono Saputro, M. Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.

5. Ibu Patmi, S. Pd selaku kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah Negeri Salatiga

yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

6. Bapak ibu guru beserta karyawan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Salatiga yang

telah membantu dalam penyelesaian skripsi.

7. Teman satu angkatan 2013 di Madrasah Aliyah Sunan Prawoto (Riya Fatma,

Lia, Ella, Huda).

8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013: muthia, zera, arif, chintaro, huda,

malik, tiyas, lila, dan masih banyak lagi yang tidak dapat penulis tulis satu

persatu.

9. Teman-teman satu sekolahan PPP (Praktik Pengembangan Profesi) di

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Salatiga tahun 2016/2017.

10. Teman-teman KKN khususnya posko 86 (Bu Umi, Pak Mansur, Bu Yanti,

(9)

11. Semua pihak yang selalu memberi semangat dan dukungan bagi penulis

untuk menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan

satu-persatu.

(10)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Dengan mengucap Alhamdulillah, sebagai rasa syukur atas limpahan rahmat

serta hidayah yang telah diberikan Allah S.W.T sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.Penulisan skripsi yang berjudul

“PERSEPSI GURU KELAS TERHADAP PELAKSANAAN KURIKULUM

2013 (STUDI KASUS MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2016/2017)”.

Mengingat kemampuan penulis masih belum sempurna, maka di dalam

penyusunan skripsi ini mungkin akan ditemui banyak kekurangan. Oleh karena itu

penulis dengan rendah hati dan tangan terbuka menerima masukan dan

saran-saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Adapun yang

menjadi tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat

dalam memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Selama penulisan skripsi ini

penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka

bersamaan dengan selesainya skripsi ini perkenankanlah penulis menghaturkan

rasa terima kasih terutama kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan

(11)

4. Bapak Dr. Budiyono Saputro selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar

dan penuh perhatian telah meluangkan waktu, untuk memberikan

pengarahan serta bimbingan sejak awal penulisan skripsi ini sampai dapat

terselesaikan.

5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu selama

perkuliahan, bagian akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan

layanan serta bantuan kepada penuis.

6. Ibu Patmi, S. Pd selaku kepala sekolah madrasah ibtidaiyah negeri

kecandran salatiga yang telah memberikan izin serta bantuan kepada penulis

dalam mengumpulkan data sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.

7. bapak ibu guru beserta karyawan madrasah ibtidaiyah negeri kecandran

yang telah membantu menyelesaikan skripsi.

8. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dukungan secara moral,

material, spiritual serta senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya

cita-cita.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebut satu-persatu.

Akhirnya penulis hanya dapat berdoa semoga semua amal baik dan bantuan

yang telah diberikan akan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis juga

berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu dalam dunia

perndidikan.

(12)

ABSTRAK

Putri, Eka. 2017. Persepsi Guru Kelas Terhadap Pelaksanaan Kurikulum 2013

(Studi Kasus Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017) Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Budiyono Saputro, M. Pd.

Kata kunci: guru kelas, kurikulum 2013, persepsi

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendapatkan data yang empiris mengenai persepsi guru kelas terhadap pelakasanaan kurikulum 2013. (2) mengetahui faktor penunjang dan penghambat pelaksanaan kurikulum 2013. (3) mengetahui keberhasilan pelaksanaan kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Salatiga.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek penelitiannya adalah guru kelas Madrasah Ibtidaiyah Negeri Salatiga. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan tahapan berikut: memperoleh data dari lapangan dengan melakukan survey lapangan, wawancara, serta dokumentasi, reduksi data, penyajian data, kesimpulan dan verifikasi.

(13)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

(14)

H. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Persepsi ... 18

B. Guru Kelas ... 26

C. Kurikulum 2013 ... 34

D. Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013 ... 57

E. Struktut Kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah ... 64

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Negeri Salatiga ... 67

B. Temuan Penelitian ... 81

BAB IV PEMBAHASAN A. Persepsi Guru Kelas Terhadap Pelaksanaan Kurikulum 2013 ... 88

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92

DAFTAR PUSTAKA

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sruktur Kurikulum 2013 SD/MI Temuan Penelitian ... 64

Tabel 3.1 Data Siswa Kelas I A ... 69

Tabel 3.2 Data Siswa Kelas I B ... 70

Tabel 3.3 Data Siswa Kelas I C ... 71

Tabel 3.4 Data Siswa Kelas II A ... 72

Tabel 3.5 Data Siswa Kelas II B... 73

Tabel 3.6 Data Siswa Kelas II C... 74

Tabel 3.7 Data Siswa Kelas IV A ... 75

Tabel 3.8 Data Siswa Kelas IV B ... 77

Tabel 3.9 Data Siswa Kelas V ... 78

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Pedoman Wawancara Guru Kelas

Lampiran 2 Lembar Hasil Wawancara

Lampiran 3 Foto Wawancara

Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Lampiran 6 Surat Pembimbing Skripsi

Lampiran 7 Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 8 Nilai SKK Mahasiswa

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemerintah telah mempercepat pencanangan Millenium Development

Goals, yang semula dicanangkan tahun 2020 dipercepat menjadi 2015.

Millennium Development Goals adalah era pasar bebas atau pasar globalisasi

sebagai era persaingan mutu atau kualitas, siapa yang berkualitas dialah yang

akan maju dan mampu mempertahankan eksistensinya. Oleh karena itu

pengembangan mutu sumber daya manusia (SDM) berkualitas merupakan

suatu keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi (Mulyasa, 2011: 2-3).

Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang

sangat membanggakan, baik di darat, laut, bahkan di udara, hanya saja

masyarakat dan generasinya belum memiliki kemampuan berpikir (thinking

skill) yang memadai. Percepatan arus informasi dalam era globalisasi dewasa

ini menuntut semua bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan

dan strateginya agar sesuai dengan kebutuhan, dan tidak ketinggalan zaman.

Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan dengan kebutuhan

dan perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.

Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah

kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan, baik oleh

pengelola maupun penyelenggara; khususnya oleh guru dan kepala sekolah.

(18)

pendidikan bagi anak-anak bangsanya, sejak saat itu pula pemerintah

menyusun kurikulum. Karena kurikulum di buat secara sentralistik, setiap

satuan pendidikan diharuskan untuk melaksanakan dan

mengimplementasikannya sesuai dengan petunjuk pelaksanaan (juklak) dan

petunjuk teknis (juknis).

Meskipun demikian, mengingat, menyadari, dan memperhatikan

kondisi pendidikan beberapa tahun terakhir ini, sepertinya ada kejanggalan

berkaitan dengan kurikulum. Pertanyaannya, apakah setiap satuan pendidikan,

pengelola, dan penyelenggara pendidikan, serta guru dan kepala sekolah sudah

menjadikan kurikulum sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan

fungsinya? Sampai sejauh mana pemahaman mereka terhadap kurikulum yang

dikembangkan oleh pusat? Bagaimana mereka mengembangkan kemampuan

kreativitasnya untuk menjabarkan kurikulum dan melaksanakannya dalam

pembelajaran?

Guru itulah faktor penting yang perlu diperhatikan dalam perubahan

kurikulum dan implementsinya dalam pembelajaran. Sebab bagaimanapun

suatu kurikulum jika tidak ditunjang oleh pemahaman kompetensi guru maka

dalam implementasinya di sekolah akan menemukan kegagalan bahkan

kurikulum tersebut akan “layu sebelum berkembang”. Oleh karena itu, untuk

mensukseskan implementasi kurikulum perlu ditunjang guru yang berkualitas.

Kurikulum 2013 di resmikan pada 15 Juli 2013. Guru dan sekolah

(19)

merupakan turunan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (2006) yang

disempurnakan lagi yang salah satu strategi pembelajarannya meliputi student

centered (berpusat pada siswa). Setelah diresmikan semua jenjang pendidikan

dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi menggunakan kurikulum 2013,

akan tetapi dari berbagai pihak masih ada yang merasa kesulitan ataupun

ketidakpahaman mengenai pelaksanaan kurikulum 2013. Dilaksanakanlah

revisi-revisi mengenai kurikulum 2013 tersebut. Dari masing-masing satuan

pendidikan yang masih merasa kesulitan kembalilah mereka menggunakan

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), akan tetapi ada beberapa satuan

pendidikan yang masih menggunakan kurikulum 2013 sebagai sekolahan

rintisan yang menggunakan kurikulum 2013.

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Salatiga merupakan salah satu sekolah

dasar yang sudah menerapkan kurikulum 2013 sejak tahun 2014 untuk kelas

satu dan kelas empat, dengan adanya kebijakan maka di pending dan kembali

pada kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 digunakan lagi pada tahun 2015/2016

dengan produk yang lama dan sampai sekarang yang menggunakan kurikulum

2013 yakni kelas satu, dua, empat, dan lima.

Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

dengan mengangkat masalah mengenai pelaksanaan kurikulum di sekolah dan

peneliti mengambil judul tentang “Persepsi Guru Kelas Terhadap

(20)

B. Pembatasan Masalah

1. Persepsi guru kelas terhadap pelaksanaan kurikulum 2013 di Madrasah

Ibtidaiyah Negeri Salatiga tahun ajaran 2016/2017.

2. Kendala pelaksanaan kurikulum 2013 di Madrasah Negeri Salatiga

tahun ajaran 2016/2017.

C. Fokus Penelitian

1. Bagaimana persepsi guru kelas terhadap pelaksanaan kurikulum 2013 di

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Salatiga terhadap Permendikbud tahun

ajaran 2016/2017?

2. Apa kendala dalam pelaksanaan kurikulum 2013 di Madrasah Negeri

Salatiga tahun ajaran 20162017?

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru

kelas terhadap pelaksanaan kurikulum 2013. Namun secara khusus penelitian

ini bertujuan untuk:

1. Mendapatkan data yang empiris mengenai persepsi guru kelas tentang

pelaksanaan kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Salatiga

tahun ajaran 20162017.

2. Mengetahui kendala dalam pelaksanaan kurikulum 2013 di Madrasah

(21)

E. Manfaat Penelitian

1.Bagi guru

Sebagai koreksi agar lebih baik lagi dalam menjalankan tugas sebagai

seorang pendidik. Mengajar bukan hanya masuk kelas kemudian peserta

didik diberikan tugas lalu mengoreksinya, akan tetapi pendidik harus

mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh masing-masing kurikulum agar

terlaksana tujuan dari kurikulum tersebut.

2.Bagi peneliti

Untuk memperluas wawasan mengenai kurikulum dan mengetahui persepsi

guru kelas tentang pelaksanaan kurikulum 2013.

3.Bagi IAIN Salatiga

Untuk menambah hasil-hasil penelitian kualitatif, karena dari tahun-tahun

sebelumnya jurusan PGMI (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah) hanya

melakukan penelitian tindakan kelas (PTK).

F. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan istilah yang menjadi kunci,

yaitu:

1. Persepsi

Bimo Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi

merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap

stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi

sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri

(22)

dengan berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan

respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang

bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berfikir,

pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam

mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar

individu satu dengan individu lain.

Dengan demikian persepsi merupakan proses perlakuan individu

yaitu pemberian tanggapan, arti, gambaran terhadap apa yang dilihat,

didengar, atau dirasakan oleh inderanya dalam bentuk sikap, pendapat, dan

tingkah laku atau disebut sebagai perilaku individu. Persepsi merupakan

suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu rangsangan

yang diterima oleh individu. Jadi persepsi guru dalam penelitian ini adalah

tanggapan yang diberikan oleh guru kelas Madrasah Ibtidaiyah Negeri

Salatiga terhadap pelaksanaan kurikulum 2013.

2. Kurikulum 2013

Kurikulum dipandang sebagi suatu rencana yang disusun untuk

melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung

jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya

(S.nasution, 1989:5). Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat

bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang

direncanakan melainkan juga peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan

(23)

Dari penjelasan beberapa ahli di atas dapat penulis simpulkan

bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana pengajaran yang digunakan

guru sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah untuk

mencapai tujuan pendidikan. Dengan kurikulum seorang pendidik dapat

mengatur strategi dalam pembelajaran dan dapat mengevaluasi program

pengembangan pengajarannya.

Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis

serta harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat

mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Meskipun demikian,

perubahan dan pengembangannya harus dilakukan secara sistematis dan

terarah, tidak asal berubah. Perubahan dan pengembangan kurikulum

tersebut harus memiliki visi dan arah yang jelas, mau dibawa kemana

system pendidikan nasional dengan kurikulum tersebut. Sejak wacana

perubahan dan pengembangan kurikulum 2013 digulirkan, telah muncul

berbagai tanggapan dari berbagai kalangan, baik pro maupun kontra

(Mulyasa, 2011: 59).

Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pendidikan karakter,

terutama pada tingkat dasar, yang akan menjadi pondasi bagi tingkat

berikutnya. Melalui pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis

karakter dan kompetensi, kita berharap bangsa ini menjadi bangsa yang

bermartabat, dan masyarakatnya memiliki nilai tambah (added value), dan

nilai jual yang bisa ditawarkan kepada orang lain di dunia, sehingga kita

(24)

lain dalam pencaturan global. Hal ini di mungkinkan, kalau implementasi

kurikulum 2013 betul-betul dapat menghasilkan insan yang produktif,

kreatif, inovatif, dan berkarakter (Mulyasa, 2013: 7).

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian lapangan Field research. Disini

penulis mengumpulkan data dari lapangan dengan mengadakan penelitian

secara langsung di lapangan untuk mencari berbagai masalah yang

relevansinya dengan penelitian ini (Moleong, 2009:3). Dalam penelitian

ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati

(Slameto, 2015:72). Dari sinilah penelitian kualitatif bersifat generating

theory bukan hypothesis testing, sehingga teori yang dihasilkan berupa

teori substantif. Oleh karena itu, analisi isi pada penelitian kualitatif

memerlukan analisis, objektivitas, sistematik, dan sistemik sehingga akan

diperoleh ketepatan dalam menginterpretasikannya.

Peneliti menggunakan penelitian kualitatif karena beberapa alasan.

Pertama untuk menanggulangi banyaknya informasi yang hilang, seperti

yang dialami oleh penelitian kuantitatif, sehingga inti dari penelitian

tersebut atau konsep yang ada dalam data dapat diungkap. Kedua, untuk

(25)

untuk menanggulangi kecenderungn menggali data empiris dengan tujuan

membuktikan kebenaran hipotesis.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai observer,

dimana peneliti melakukan survey langsung ke tempat lokasi dan meneliti

keadaan di dalam kelas yang menggunakan kurikulum 2013, karena tidak

semua kelas menggunakan kurikulum 2013.

3. Setting Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri

Kecandran yang terletak di Dusun Gamol RT 04/06 Desa Kecandran

Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Madrasah Ibtidaiyah negeri

Kecandran letaknya di dalam desa namun memiliki letak yang strategis

dan mudah dijangkau dari seluruh penjuru Salatiga khususnya desa

gamol. Di samping itu Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran merupakan

satu-satunya Madrasah negeri yang ada di kota Salatiga yang

menggunakan kurikulum 2013 sebagai acuan pendidikan.

4. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber tempat peneliti memperoleh

keterangan atau data penelitian (Abdullah Idi, 2013: 54), dimana guru

kelas menjadi subjeknya dan persepsi serta penerapan kurikulum 2013

tersebut menjadi objek dari penelitian. Untuk menentukan subyek

penelitian supaya dapat menjaring informasi yang memadai agar dapat

(26)

semua informasi akan digali langsung dari guru kelas dengan

menggunakan metode interview atau wawancara dan dokumentasi.

Dengan cara sebagai berikut: setelah syarat administratif terpenuhi untuk

melakukan penelitian, peneliti akan menghubungi kepala sekolah

sebagai key informant. Selanjutnya akan dihubungi beberapa guru yang

menjadi guru kelas. Perubahan selama ada di lapangan sangat

dimungkinkan selaras dengan perkembangan permasalahan yang terjadi.

5. Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis memperoleh sumber data dengan

cara sebagai berikut:

a. Buku referensi

Buku referensi digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini,

sebagai bukti bahwa dalam penelitian, peneliti menggunakan kaidah

penelitian, tanpa plagiat dari hasil karya orang lain.

b. Observasi

Observasi digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh

kejelasan data tentang kondisi sekolahan yang telah menerapkan

kurikulum 2013.

c. Wawancara

Wawancara digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data

yang valid dari narasumber.

(27)

penelitian kualitatif dengan deskripsi dirasa lebih tepat untuk

menggambarkan keadaan suatu masyarakat atau suatu keadaan.

6. Metode Pengumpulan Data

Metode dalam penelitian sangat penting,untuk sampai pada tujuan

yang akan dicapai. Metode adalah suatu cara yang dapat dipakai sebagai

alat untuk memperoleh data yang benar-benar valid. Pengumpulan data

merupakan hasil dari data informasi yang diperoleh dari pengumpulan

data baik metode wawancara, pengamatan dan dokumentasi, data yang

terkumpul masih berupa data mentah yang belum di olah, sehingga

masih perlu dipillih data yang penting dan tidak. Dalam penelitian ini

yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian adalah:

a. Observasi non partisipan

Dalam observasi non partisipan, peneliti tidak terlibat langsung

dengan orang yang sedang diamati, dan hanya sebagai pengamat

independen. Peneliti mencatat, menganalisis, dan selanjutnya dapat

membuat kesimpulan tentang obyek yang diteliti (Sugiyono,

2011:145).

b. Wawancara

Wawancara berhadap-hadapan face-to-face interview dengan

partisipan, mewawancarai narasumber secara langsung. Wawancara

seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang

(28)

(open ended) yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan

opini dari narasumber (Slameto, 2015: 239-240).

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi yakni mencari data mengenai sesuatu yang

berupa catatan, buku, surat kabar, notulen, agenda dan sebagainya

(Arikunto, 2010:274). Dokumentasi dalam penelitian ini diperlukan

untuk memperkuat data-data yang diperoleh dari lapangan yaitu

dengan cara meengumpulak data yang berupa catatan tertulis dari

Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran Salatiga.

7. Metode Analisis Data

Untuk memperoleh hasil penelitian yang tepat dan benar, maka

diperlukan metode yang tepat untuk menganalisis data. Adapun analisi

yang digunakan untuk menganalisa data kuantitatif diperlukan

langkah-langkah:

a. Memperoleh data dari lapangan dengan melakukan survey

lapangan, wawancara, serta dokumentasi. Kualitas data ditentukan

oleh kualitas alat pengambilan data atau alat pengukur. Kalau alat

pengambilan data cukup reliable dan valid, maka datanya juga

cukup reliable dan valid (Isni Ariyanti, 2010).

b. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak. Oleh

(29)

pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian

data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih

jelas dan memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan

data selanjutnya serta mencarinya bila diperlukan (Sugiyono,

2006: 277-278).

c. Penyajian Data (Data Display)

Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,

bagan, dan sejenisnya. Tetapi yang paling sering digunakan adalah

teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka akan

memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan

kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami (Sugiyono,

2006: 280).

d. Kesimpulan dan verifikasi

Data yang sudah dipolakan, difokuskan, dan disusun secara

sistematis melalui reduksi dan penyajian data yang kemudian

disimpulkan sehingga makna data dapat ditemukan. Untuk

memperoleh kesimpulan yang lebih mendalam, maka diperlukan

(30)

8. Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian ini ada beberapa bentuk,

meliputi:

a. Credibility

Pengujian ini berfungsi untuk melakukan penelaahan data secara

akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Adapun

teknik yang digunakan yaitu memperpanjang masa observasi,

menganalisi kasus yang belum ada, menggunakan bahan referensi,

membicarakan dengan orang lain.

b. Transferability

Transferability marupakan validitas eksternal yang menunjukkan

derajat ketepatan atau dapat diterapkan hasil penelitian ke populasi

dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer ini bergantung pada

pemakai hingga hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam

konteks dan situasi sosial lain (Sugiyono, 2006:310).

c. Dependability

Dalam penelitian ini disebut juga reliabelitas, uji dependenbility

dilakukan dengan melakukan proses penelitian ke lapangan atau

audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Apabila peneliti tidak

dapat menunjukkan “jejak aktivitas lapangannya”, maka

(31)

d. Confirmability

Pengujian ini disebut juga dengan uji objektivitas penelitian.

Penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah desepakati

banyak orang. Menguji confirmability berarti menguji hasil

penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan (Sugiyono, 2006:

310-311).

9. Tahap-tahap Penelitian

Ada beberapa tahap yang digunakan peneliti ini, yaitu:

a. Tahap peneliti pra lapangan

Ada beberapa kegiatan dalam tahap ini, yaitu:

1) Mengajukan judul.

2) Konsultasi dan revisi judul.

3) Menyusun proposal penelitian.

4) Konsultasi proposal ke pembimbing.

b. Tahap kegiatan lapangan

Dalam kegiatan lapangan ini meliputi:

1) Persiapan diri dengan data yang diperlukan.

2) Pengumpulan data dari responden berupa survey lapangan,

wawancara, serta pengumpulan dokumentasi yang berkaitan dengan

penelitian.

c. Tahap analisi data

Pada tahap ini, peneliti menganalisis data yang sudah diperoleh dalam

(32)

d. Tahap penulisan

Dalam tahap ini ada tiga tahap penulisan, yaitu:

1) Penulisan hasil penelitian.

2) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing.

3) Persiapan mengikuti ujian munaqosah

H. Sistematika Penulisan

Dalam rangka untuk mempermudah para pembaca dalam mengikuti

uaraian penyajian data penelitian ini, maka akan penulis paparkan

sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini meliputi latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penegasan istilah, metode

penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam kajian pustaka memuat tentang:

a. Persepsi guru, dimana didalamnya memuat tentang pengertian, proses

persepsi.

b. Guru kelas, dimana didalamnya memuat tentang pengertian guru kelas

dan persyaratan guru kelas.

c. Kurikulum 2013, yang didalamnya memuat tentang pengertian

kurikulum, landasan pengembangan kurikulum, dan lain sebagainya.

d. Manajemen pelaksanaan kurikulum 2013

(33)

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. Dalam

bab ini memuat tentang gambaran umum tentang Madrasah Ibtidaiyah

Negeri Salatiga serta penyajian data hasil dari penelitian.

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini membahas hasil dari

penelitian tentang persepsi guru kelas terhadap pelaksanan kurikulum 2013.

BAB V PENUTUP Dalam bab ini dibahas tentang kesimpulan dari

(34)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Kata persepsi mungkin terasa asing bagi orang awam. Akan tetapi,

sebenarnya mereka dapat merasakan dalam kehidupan sehari-harinya.

Menurut beberapa sumber, pengertian persepsi adalah:

a. Persepsi adalah tanggapan langsung atas segala sesuatu (Fajri dan Senja,

2001: 470).

b. Persepsi merupakan jenis aktivitas pengelolaan informasi yang

menghubungkan seseorang dengan lingkungannya (Fattah Hanurawan,

2012: 34).

c. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan

menafsirkan pesan (Jalaluddin Rakhmat, 2003: 51).

Menurut Mangal dalam (Lilik Sriyanti, 2013: 109-110) persepsi

menyangkut masuknya atau peristiwa atau perangsang ke dalam otak atau

kesadaran. Melalui indera manusia menyerap berbagai informasi atau

mengadakan hubungan dengan dunia luar. Objek, benda, suara, dan berbagai

informasi dari lingkungan merupakan perangsang bagi individu sehingga

(35)

1) Persepsi relatif tidak absolut. Manusia tidak bisa menyerap persis sama

dengan keadaan sesuatu, melainkan mendekati sama. Demikian pula

dengan guru atau pendidik, tidak mungkin menyerap keseluruhan materi

yang didapatkan dari berbagai informasi yang mereka dapatkan namun

mendekati sama. Karena itu tidaklah tepat bila seseorang menuntut untuk

menguasai, menguraikan meteri sama persis yang terdapat dalam buku.

Hal ini sebagai bahan pertimbangan dalam mengadakan evaluasi atau

tes.

2) Persepsi bersifat selektif. Tidak semua rangsang yang masuk mendapat

perhatian atau tidak semua perangsang, obyek, informasi bisa diserap

oleh otak. Sesuatu yang lebih menarik, yang menonjol, yang lebih

bergerak dari pada yang diam yang lain dari pada yang lain atau unik

biasanya akan mendapat perhatian. Karena itu pendidik perlu

memberikan tekanan pada bahan yang dianggap penting, membuat

kesimpulan.

3) Persepsi mempunyai tatanan. Seseorang akan mudah menerima rangsang

atau informasi yang kondisinya teratur, bukan acak-acakan. Karena itu

bahan yang disampaikan harus mempunyai hubungan satu sama lain

yang dipersiapkan dengan baik, agar berkaitan satu sama lainnya.

Kurikulum yang dirancang dengan baik dan tersusun secara logis akan

lebih mudah dipahami, sehingga semua pendidik membuat hubungan

(36)

4) Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan. Harapan dan kesiapan

seorang pendidik atau apa yang terdapat dalam pikiran seorang guru

akan menentukan pesan mana yang akan disimpan, bagaimana seorang

guru membuat hubungan dan bagaimana menafsirkan pesan tersebut.

Menurut Slameto (2010:102) persepsi adalah proses yang

menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui

persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan

lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera

pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium. Persepsi mempunyai

sifat subjektif, karena bergantung pada kemampuan dan keadaan dari

masing-masing individu, sehingga akan ditafsirkan berbeda oleh individu

yang satu dengan yang lain.

Bimo Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan

suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang

diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang

berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon

sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai

macam bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari individu

tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Berdasarkan hal

tersebut, perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman yang

dimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus,

(37)

Dengan demikian persepsi merupakan proses perlakuan individu yaitu

pemberian tanggapan, arti, gambaran terhadap apa yang dilihat, didengar,

atau dirasakan oleh inderanya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah

laku atau disebut sebagai perilaku individu. Persepsi merupakan suatu

proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu rangsangan yang

diterima oleh individu melalui alat indera. Alat indera merupakan

penghubung antara individu dengan dunia luarnya.

2. Faktor yang mempengaruhi persepsi

Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi. Menurut Slameto, faktor

yang mempengaruhi persepsi antara lain;

a. Objek yang dipersepsi

Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.

Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga

dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang mengenai

syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.

b. Alat indera, syaraf, dan susunan syaraf

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus,

disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk

meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf,

yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan

(38)

c. Perhatian

Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya

perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan

dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan

atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada

sekumpulan objek.

3. Proses persepsi

Darwis menuturkan, bahwa persepsi merupakan tindak lanjut dari

esensi. Tahap awal dalam proses penerimaan informasi adalah sensasi. Jika

alat indera mengubah informasi menjadi impuls-impuls syaraf dengan

“bahasa” yang dipahami oleh “komputer” otak, maka terjadilah proses

sensasi. “Apa saja yang menyentuh alat-alat indera disebut stimulus (stimuli,

jika banyak). Stimuli ini oleh alat indera akan diubah menjadi energi syaraf

lalu di transmigrasikan ke otak untuk dianalisi lebih lanjut. Tidak ada

persepsi tanpa sensasi, kerena persepsi sebenarnya hanyalah pemberian

makna pada stimulan yang ditangkap oleh alat-alat indera. Persepsi seperti

halnya sensasi, amat tergantung pada faktor personal dan situsional (faktor

fungsional dan struktural) (Darwis Hude, 2006: 120).

Persepsi membantu manusia bertindak dan memahami dunia

sekelilingnya, karena persepsi adalah mata ranti terakhir dalam suatu

rangkaian peristiwa yang saling terkait. Mata rantai itu dimulai dari objek

(39)

diproses didalam otak untuk mendapat kopian arsip yang telah tersimpan

(darwis Hude, 2006: 121).

Jadi, dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa persepsi merupakan pandangan seseorang dalam

menafsirkan suatu keadaan atau aktifitas yang dialami di lingkungannya.

Faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu perhatian, faktor fungsional, dan

faktor struktural. Adapun proses persepsi terjadi jika alat-alat indera

mengubah informasi menjadi impuls-impuls syaraf dengan “bahasa” yang

dipahami oleh “komputer” otak selanjutnya akan ditransmigrasikan ke otak

untuk dianalisis lebih lanjut. Hasil dari analisi otak manusia inilah yang

sering disebut dengan persepsi. Oleh sebab itu, wajar jika persepsi antar

individu manusia yang satu dengan yang lain sering bahkan selalu berbeda.

4. Indikator-indikator persepsi

Adapun indikator-indikator persepsi adalah sebagai berikut:

a. Tanggapan

Tangapan merupakan gambaran tentang sesuatu yang ditinggal

dalam ingatan setelah melakukan pengamatan atau setelah berfantasi.

Tanggapan disebut pula kesan, bekas atau kenangan. Tanggapan

kebanyakan berada dalam ruang bawah sadar atau pra sadar, dan

tanggapan itu disadari kembali setelah dalam ruang kesadaran karena

sesuatu sebab. Tanggapa yang berada pada ruang bawah sadar disebut

talent (tersembunyi) sedang yang berada dalam kesadaran disebut

(40)

Tanggapan adalah kesan yang dialami apabila perangsangnya

sudah tidak ada dan proses pengamatan sudah berhenti; tinggal

kesa-kesannya saja, sehubungan dengan pengamatan dan tanggapan tersebut,

orang lalu mempunyai opini atau pendapat tertentu mengenai suatu

aspek dari realita dunia ini, dengan bagaimana orang yang mengadakan

kontrak secara teratur atau secara sparadis. Memang dalam tanggapan

tidak hanya dapat menghadapkan kemballi apa yang telah diamati (masa

lampau) akan tetap juga dapat mengantisipasi yang akan datang, ataau

mewakili yang sekarang (Suryabrata, 1998: 36).

b. Pendapat

Dalam bahasa harian disebut sebagai: dugaan, perkiraan,

sangkaan, anggapan, pendapat subjektif “perasaan” (Kartono, 1991:

304). Secara luas pendapat didefinisikan sebagai hasil pekerjaan fikir

meletakkan hubungan antar tanggapan yang satu dengan tanggapan yang

lain, antar pengertian yang satu dengan pengertian yang lain, yang

dinyatakan dalamsuatu kalimat. Untuk menyebutkan sebuah pengertian

atau tanggapan biasanya cukup menggunakan satu kata, sedangkan

untuk menyatakan suatu pendapat menggunakan satu kalimat.

Adapun proses pembentukan pendapat adalah sebagai berikut:

1) Menyadari adanya tanggapan atau pengertian karena tidak mungkin

kita membentuk pendapat tanpa menggunakan pengertian atau

(41)

2) Menguraikan tanggapan atau pengertian, misalnya: kepada seorang

anak diberikan sepotong karton berbentuk persegi empat. Dari

tanggapan majemuk itu (sepotong, karton, kuning, kuning, persegi

empat) dianalisa. Kalau anak tersebut ditanya apakah yang kamu

terima? Mungkin jawabannya hanya “karton kuning”, itu adalah

suatu pendapat.

3) Menentukan hubungan logis antara bagian-bagian setelah sifat-sifat

dianalisa, berbagai sifat dipisahkan tinggal dua pengertian saja

kemudian satu sama lain dihubungkan, misalnya menjadi : “karton

kuning”. Beberapa pengertian dibentuk menjadi suatu pendapat

yang dihubungkan dengan sembarangan tidak akan menghasilkan

suatu hubungan logis dan tidak dapat dinyatkn dalam suatu kalimat

yang benar. Suatu kalimat dinyatakan dengan benar dengan ciri

sebagai berikut:

a) Adanya pokok (subjek)

b) Adanya sebutan (predikat)

Dan selamanya pokok selalu diterangkan (D) oleh sebutan, atau

sebutan selalu menerangkan (M) pokkok (Ahmadi, 1982: 120).

c. Penilaian

Berasal dari kata “nilai” yang mendapat imbuhan awalan “pe” dan

akhiran “an”. Nilai merupakan sifat yang melekat pada suatu sistem

(sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang

(42)

menunjukkan bahwa hubungan antara subjek dengan objek memiliki arti

penting dalam kehidupan. Bila mempersepsikan sesuatu maka kita

memilih pandangan tertentu tentang hal yang dipersepsikan.

Sebagaimana yang dikutip oleh Renato tagulisi dalam bukunya Alo

Liliweri dalam bukunya yang berjudul Persepsi Teoritis, Komunikasi

Antar Pribadi, menyatakan bahwa persepsi seseorang mengacu pada

proses yang membuatnya manjadi tahu dan berfikir, menilai sifat-sifat

kualitas dan keadaan internal seseorang (Liliweri, 1994: 173).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses akhir dari

persepsi yaitu seseorang menjadi tahu (tanggapan dan pendapat),

mengerti dan membuat penilaian atas objek yang dipesepsi. Disini yang

menjadi objek adalah pelaksanaan kurikulum 2013 dan subjeknya yaitu

guru kelas.

B. Guru Kelas

1. Pengertian Guru Kelas

Dalam percakapan sehari-hari sering terdengar istilah profesi atau

profesional. Seseorang mengatakan bahwa profesinya sebagai dokter,

arsitek, atau ada pula sebagai pengacara ataupun guru, malah ada juga

yang mengatakan profesinya sebagai pedagang, penyanyi, petinju, penari,

tukkang Koran dan sebagainya. Kalau diamati dengan cermat

macam-macam profesi diatas belum dapat dilihat dengan jelas apa yang

(43)

Kebanyakan kita mengatakan bahwa mengajar adalah suatu profesi.

Apakah yang dimaksud dengan profesi? Menurut Ornstein dan Levine

(1984) dalam Soetjipto dan Raflis (1999: 15) menyatakan bahwa profesi

itu adalah jabatan yang sesuai dengan pengertian melayani masyarakat,

merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat, memerlukan

bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramai

(tidak setiap orang dapat melakukannya).

Menurut Sardiman dalam Syaiful Bahri Djamarah (2000: 01), guru

merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar

mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya

manusia yang potensial di bidang pembangunan. Dari pengertian tersebut

dapat dipahami bahwa seorang guru dengan segala keilmuannya mampu

mengembangan potensi dari setiap anak didiknya. Guru dituntut untuk

peka dan tanggap terhadap perubahan, pembaharuan, serta ilmu

pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sejalan dengan tuntutan

kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman.

Jadi guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk

mendidik dan mengajarkan peserta didik sesuai kemampuannya yang

memiliki kemampuan mengajar dan status gelar pendidikan formal. Guru

bukan hanya sebagai profesi akan tetapi sebagai seorang pendidik yang

menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan

lingkungannya. Guru adalah seorang yang mempunyai gagasan yang harus

(44)

sebaikbaiknya, dalam kerangka menjunjung tinggi, mengembangkan dan

menerapkan keutamaan yang menyangkut agama, kebudayaan dan

keilmuan (Syafruddin Nurdin, 2003: 8). Menurut Ahmad Barizi dan

Muhammad Idris (2010: 142) Pengertian yang lebih sempit guru kelas

adalah orang yang pekerjaannya mengajar atau memberikan pelajaran di

sekolah atau di dalam kelas. Sedangkan dalam kamus besar bahasa

Indonesia, guru orang yang pekerjaanya (mata pencahariannya,

profesinya) mengajar.

E. Mulyasa (2011: 13), dengan mengutip Pullias dan Young,

Manan, serta Yelon, mengidentifikasikan peran guru kelas, yakni:

a) Guru sebagai pendidik

Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi

bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru

harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup

tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.

b) Guru sebagai pengajar

Guru membantu peserta didik yang masih berkembang untuk

mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk

kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari.

c) Guru sebagai pembimbing

Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas,

(45)

menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.

d) Guru sebagai pelatih

Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan,

baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk

bertindak sebagai pelatih.

e) Guru sebagai penasehat

Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang

tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat

dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.

f) Guru sebagai pembaharu (innovator)

Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan

yang bermakna bagi peserta didik.

g) Guru sebagai model dan teladan

Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua

orang yang menganggap dia sebagai guru. Sebagai teladan, tentu saja

pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta

didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggapnya

sebagai guru.

h) Guru sebagai pendorong kreativitas

Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran,

dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses

(46)

i) Guru sebagai evaluator

Seorang guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik.

Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah

dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan

sudah cukup tepat.

Oleh karena itu seorang guru harus mempunyai standar kualitas pribadi

tertentu yang mencakup kewibawaan, tangung jawab, mandiri, dan

disiplin. Selain sebagai pendidik seorang guru juga merangkap sebagai

pengajar, pelatih, penasehat, innovator, teladan, peneliti, dan sebagai

pekerja rutin.

2. Persyaratan Guru Kelas

Dengan kemulianya, guru rela mengabdikan diri di desa terpenci

sekalipun. Dengan segala kekurangan yang ada guru berusaha

membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia yang

berguna bagi nusa dan bangsanya di kemudian hari. Gaji yang kecil, jauh

dari memadai, tidak membuat guru berkecil hati dengan frustasi

meninggalkan tugas dan tanggung jawab sebagai guru. Karenanya sangat

wajar di pundak guru diberikan atribut sebagai “pahlawan tanpa tanda

jasa”.

Menjadi guru berdasarkan tuntutan hati nurani tidaklah semua orang

dapat melakukannya, karena orang harus merelakan sebagian besar dari

(47)

demokratis, dan dan bertanggungjawab atas pembangunan dirinya dan

pembangunan bangsa Negara. Menjadi guru menurut Prof. Dr. Zakiah

Daradjat dan kawan-kawan (1992: 41) tidak sembarangan,ntetapi harus

memenuhi beberapa persyaratan seperti dibawah ini:

a. Takwa Kepada Allah SWT

Guru, sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan islam, tidak mungkin

mendidik anak didik agar betaqwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak

bertaqwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya

sebagaimana Rosulullah SAW menjadi teladan bagi umatnya. Sejauh

mana seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua

anak didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil

mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan

mulia.

b. Berilmu

Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa

pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan

tertentu yang diperlukanya untuk suatu jabatan. Guru pun harus

mempunyai ijazah agar diperbolehkan mengajar. Kecuali dalam

keadaan darurat, misalnya jumlah anak didik sangat meningkat,

sedangkan jumlah guru jauh dari mencukupi, maka terpaksa

menyimpang untuk sementara, yakni menerima guru yang belum

(48)

tinggi pendidikan guru makin baik pendidikan dan pada giliranya

makin tinggi pula derajat masyarakat.

c. Sehat Jasmani

Kesehatan jasmani kerap kali dijadikan salah satu syarat bagi mereka

yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit

menular, umumnya sangat membahayakan kesehatan anak-anak

didiknya. Di samping itu, guru yang berpenyakit tidak akan bergairah

mengajar. Kita kenal ucapan “means sana in corpore sano”, yang

artinya dalam tubuh yang sehat terkandung jiwa yang sehat. Walaupun

pepatah itu tidak benar secara keseluruhan, akan tetapi kesehatan

badan sangat mempengaruhi semangat bekerja. Guru yang

sakit-sakitan kerap kali terpaksa absen dan tentunya memrugikan anak

didik.

d. Berkelakuan Baik

Budi pekerti guru penting dalam pendidikan untuk anak didik. Guru

harus menjadi teladan, karana anak-anak bersifat suka meniru.

Diantara tujuh pendidikan yang membentuk akhlak yang mulia padi

diri pribadi anaka didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika

pribadi guru yang berakhlak mulia tidak akan dipercaya untuk

mendidik. Yang dimaksud dengan akhlak mulia dalam ilmu

pendidikan islam adalah akhlak yan sesuai dengan ajaran islam,

(49)

guru, bersikap adil terhadap semua anak didiknya, berlaku sabar dan

tenang, berwibawah, gembira, bersifat manusiawi, bekerjasama

dengan guru-guru lain, dan bekersajasama dengan masyarakat. Di

Indonesia untuk menjadi guru diatur dengan beberapa persyaratan,

yakni berijazah, professional, sehat jasmani dan rohani, takwa kepada

Tuhan Yang Maha Esa dan kepribadian yang luhur bertanggung

jawab, dan berjiwa nasional.

3. Peran Guru Kelas

Ketika berbicara mengenai pendidikan, maka tidak bisa terlepas dari

istilah guru. Setelah mengetahui pengertian guru dari uraian di atas,

bahasan selanjutnya mengkaji mengenai peran guru. Guru bagi siswa

adalah resi spiritual yang mengenyangkan diri dengan ilmu. Guru adalah

pribadi yang mengagungkan akhlak siswanya. Guru merupakan pribadi

penuh cinta terhadap anak-anaknya (siswanya). Hidup dan matinya

pembelajaran bergantung sepenuhnya kepada guru. Guru merupakan

pembangkit listrik kehidupan siswa di masa depan (Ahmad Barizi &

Muhammad Idris, 2010: 131). Guru merupakan pemimpin bagi

murid-muridnya. Guru adalah pelayan bagi murid-murid-muridnya. Guru adalah orang

terdepan dalam member contoh sekaligus juga member motivasi atau

dorongan kepada murid-muridnya (Wajihudin Alantaqi, 2010: 197). Guru

memiliki peranan yang sangat sentral, baik sebagai perencana, pelaksana,

maupun evaluator pembelajaran. Hal ini berarati bahwa kemampuan guru

(50)

keberhasilan pendidikan secara keseluruhan. Kualitas pembelajaran sangat

bergantung pada kemampuan guru, terutama dalam memberikan

kemudahan belajar kepada peserta didik secara efektif, dan efisien.

C. Kurikulum 2013

1. Pengertian Kurikulum

Kurikulum dipandang sebagi suatu rencana yang disusun untuk

melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung

jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya

(S.nasution, 1989: 5). Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat

bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang

direncanakan melainkan juga peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan

sekolah, jadi selain kegiatan kurikuler yang formal juga kegiatan yang non

formal.

Menurut S. Nasution (1980: 5) Istilah kurikulum semula berasal

dari istilah yang dipergunakan dalam dunia atletik curere yang berarti

berlari. Istilah tersebut erat hubungannya dengan kata curier atau kurir

yang berarti penghubung atau seseorang yang bertugas menyampaikan

sesuatu kepada orang atau tempat lain. seorang kurir harus menempuh

suatu perjalanan untuk mencapai tujuan, maka istilah kurikulum kemudian

diartikan orang sebagi suatu jarak yang harus ditempuh. Kurikulum

kemudian diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran atau ilmu

(51)

Menurut Hilda Taba dalam Nasution (2003: 7) mengemukakan

bahwa pada hakikatnya kurikulum merupakan suatu cara untuk

mempersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai anggota yang

berproduktif dalam masyarakatnya. Dalam kurikulum terdapat

komponen-komponen tertentu yaitu pernyataan tentang tujuan dan sasaran, seleksi

dan organisasi bahan dan isi pelajaran, bentuk dan kegiatan belajar

mengajar dan evaluasi hasil belajar.

Undang-undang nomor 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah

nomor 19 tahun 2005 menetapkan pengertian kurikulum sebagai

“seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.

Menurut William B. Ragan, dalam buku “Modern Elementary

Curriculum”, 1996, dalam Nasution (1982: 12) menjelaskan arti

kurikulum sebagai berikut:

“ The tendency in recent decedes has been to use the term in a

border sense to refer to the whole life in program of the school. The term

is used…to include all the experiences of children for which the school

accepts responsibility. It denotes the result of efforts on the part of the

adults of the community, state, and the nation to bring to the children the

finest, most wholesome influences the exist in the culture.”

Menurut Syafruddin (2002: 34) kurikulum adalah aktivitas apa saja

(52)

untuk mencapai suatu tujuan, dapat dinamakan kurikulum, termasuk di

dalamnya kegiatan belajar mengajar, mengatur strategi dalam prose belajar

mengajar, cara mengevaluasi program pengembangan pengajaran, dan

sebagainya.

Dari penjelasan beberapa ahli di atas dapat penulis simpulkan

bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana pengajaran yang digunakan

guru sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah untuk

mencapai tujuan pendidikan. Dengan kurikulum seorang pendidik dapat

mengatur strategi dalam pembelajaran dan dapat mengevaluasi program

pengembangan pengajarannya.

a. Kurikulum sebagai materi

(1) Planning oriented, mewakili pandangan teoritis

(2) Dipergunakan di Indonesia periode sebelum Tahun 2000

(3) Kurikulum sebagai wahana menyampaikan pengetahuan

(knowledge transmission) dari guru ke siswa

(4) Perencanaan pembelajaran sangat dominan dan ketat berdasarkan

urutan logis dari materi pembelajaran

(5) Guru melaksanakan pembelajaran dengan meneruskan apa yang

diketahuinya kepada siswa sesuai dengan silabus yang telah

ditentukan

(6) Penilaian berdasarkan atas penyerapan materi pengetahuan oleh

(53)

b. Kurikulum sebagai produk

(1) Result oriented, mewakili pandangan produktif

(2) Dipicu oleh kebutuhan pasar atas kompetensi yang harus dikuasai

oleh lulusan (produk) program pendidikan

(3) Kebebasan dalam penyampaian pembelajaran, yang penting hasil

akhirnya harus sesuai standar, yaitu memiliki kompetensi

sebagaimana dirumuskan.

(4) Sangat tergantung pada penilaian terstandar (harus ketat) sejalan

dengan konsep produk dimana pengecekan adalah pada hasil

akhir yang harus sesuai standar

(5) Diadopsi di Indonesia dalam bentuk KBK dan KTSP, dengan

modifikasi bahwa produk akhir diterjemahkan dari materi yang

harus dikuasi, sehingga standar lulusan diturunkan dari standar

isi.

c. Kurikulum sebagai proses

(1) Action Oriented, mewakili pandangan praktis

(2) Penekanan pada berfikir kritis yang diwujudkan dalam tindakan

nyata dengan membangun kolaborasi antar pelaku pendidikan

(guru, siswa, pengelola)

(3) Mengevalusi proses secara terus menerus melalui pemantauan

proses dan capaiannya secara ketat

(4) Penilaian berdasarkan kemajuan siswa dalam pembelajaran

(54)

(5) Hasil akhir dapat berbeda bagi tiap siswa sesuai dengan bakat dan

minatnya.

d. Kurikulum sebagai kontekstual

(1) Pengertian baru dalam Kurikulum

(2) Perluasan dari konsep kurikulum sebagai proses dengan

penambahan perlunya komitmen bersama menyepakati (antar

pelaku pendidikan) kegiatan-kegiatan yang diperlukan (sebagai

bagian dari proses pembelajaran) untuk mencapai target tertentu

yang telah ditetapkan.

(3) Penguasaan materi pembelajaran diperoleh melalui siklus aksi dan

refleksi berkelanjutan (continuous action-reflection)

(4) Pentingnya peran guru dalam menghasilkan komitmen dari

siswa,untuk mencapai target tertentu yang telah ditetapkan

(5) Perlunya tambahan pendekatan transdisipliner melalui tema

pembelajaran yang kontekstual dengan sekitarnya untuk

memastikan praksisnya relevan.

2. Pengertian Kurikulum 2013

Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis

serta harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat

mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Meskipun demikian,

perubahan dan pengembangannya harus dilakukan secara sistematis dan

(55)

system pendidikan nasional dengan kurikulum tersebut. Sejak wacana

perubahan dan pengembangan kurikulum 2013 digulirkan, telah muncul

berbagai tanggapan dari berbagai kalangan, baik pro maupun kontra

(Mulyasa, 2011: 59).

Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pendidikan karakter,

terutama pada tingkat dasar, yang akan menjadi pondasi bagi tingkat

berikutnya. Melalui pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis

karakter dan kompetensi, kita berharap bangsa ini menjadi bangsa yang

bermartabat, dan masyarakatnya memiliki nilai tambah (added value), dan

nilai jual yang bisa ditawarkan kepada orang lain di dunia, sehingga kita

bisa bersaing, bersanding dan bahkan bertanding dengan bangsa-bangsa

lain dalam pencaturan global. Hal ini di mungkinkan, kalau implementasi

kurikulum 2013 betul-betul dapat menghasilkan insan yang produktif,

kreatif, inovatif, dan berkarakter (Mulyasa, 2013: 7).

Pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 bertujuan untuk

meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada

budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan

seimbang sesuai dengan standar kompetesi lulusan pada setiap satuan

pendidikan. Melui implementasi kurikulum 2013 yang berbasis

kompetensi sekaligus berbasis karakter, dengan pendekatan tematik dan

kontekstual diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan

dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta

(56)

dalam perilaku sehari-hari. Dalam implementasi kurikulum 2013,

pendidikan karakter dapat di integrasikan dalam seluruh pembelajaran

pada setiap bidang studi yang teradapat dalam kurikulum. Materi

pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap

bidang studi perlu dikembangkan, di eksplisitkan, dihubungkan dengan

konteks kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, pendidikan nilai, dan pembentuknan karakter

tidak hanya dilakukan pada tataran kognitif, tetapi menyentuh

internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada

pembentukan budaya sekolah atau madrasah, yaitu nilai-nilai yang

melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbul-simbul

yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah/madrasah, dan masyarakat

sekitarnya. Budaya sekolah atau madrasah merupkan ciri khas, karakter

atau watak, dan citra sekolah atau madrasah tersebut di mata masyarakat

luas. Pada umumnya pendidikan karakter menekankan pada keteladanan,

penciptaan lingkungan, dan pembiasaan; melalui berbagai tugas keilmuan

dan kegiatan kondusif. Dengan demikian; apa yang dilohat, didengar,

dirasakan dan dikerjakan oleh peserta didik dapat membentuk karakter

mereka. Selain menjadikan keteladanan dan pembiasaan sebagai metode

pendidikan utama, penciptaan iklim dan budaya serta lingkungn yang

(57)

Kurikulum 2013 yang ditawarkan merupakan bentuk operasional

penataan kurikulum dan SNP yang akan memberikan wawasan baru

terhadap sistem yang sedang berjalan selama ini. Kurikulum ini

merupakan kurikulum yang menggunakan pendekatan ilmiah. Kriteria

ilmiah adalah sebagai berikut:

a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat

dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas

kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

b. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa

terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau

penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

c. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis,

dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah,

dan mengaplikasikan materi pembelajaran.

d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir dalam melihat

perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi

pembelajaran.

e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan,

dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam

merespon materi pembelajaran.

f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

(58)

g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun

menarik sistem penyajiannya.

Adapun Langkah-langkah Pembelajarannya adalah sebagai berikut:

a. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan,

dan keterampilan.

b. Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif,

inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan

pengetahuan yang terintegrasi.

c. Ranah sikap berisi materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”

d. Ranah keterampilan berisi materi ajar agar peserta didik “tahu

bagaimana”. Ranah pengetahuan berisi materi ajar agar peserta didik

“tahu apa.”

e. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara

kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan

manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup

secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek

kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

f. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam

pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.

g. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran

sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya,

(59)

indikator Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dalam pribadi peserta

didik secara utuh.

3. Permendikbud Tentang Kurikulum 2013

Berkaitan dengan upaya standarisasi pendidikan nasional,

Pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah

menerbitkan sejumlah peraturan baru, diantaranya:

a. Permendikbud No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi

Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah yang digunakan sebagai

acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar

penilaian pendidikan,standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar

sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.

Dengan diberlakukanya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar

Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

b.Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar

dan Menengah yang memuat tentang Tingkat Kompetensi dan

Kompetensi Inti sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

Kompetensi Inti meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan

ketrampilan. Ruang lingkup materi yang spesifik untuk setiap mata

pelajaran dirumuskan berdasarkan Tingkat Kompetensi dan Kompetensi

Inti untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis

(60)

maka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 64 Tahun 2013

tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

c. Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan

Dasar dan Menengah yang merupakan kriteria mengenai pelaksanaan

pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar

menengah untuk mencapai kompetensi lulusan. Dengan diberlakukanya

Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

d.Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian

Pendidikan yang merupakan kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat,

prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar

peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil

belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

Dengan diberlakukannya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang

Standar Penilaian Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar

oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Gambar

Tabel 2.1 struktur kurikulum SD/MI
Tabel 3.1 data siswa kelas I A
Tabel 3.2 data siswa kelas I B
Tabel 3.3 data siswa kelas I C
+7

Referensi

Dokumen terkait

PLN (Persero) Unit Pelaksana Pelayanan Pelanggan (UP3) Lubuk Pakam yang dilakukan melalui perumusan kegiatan berupa perumusan kegiatan berupa perencanaan dan pengawasan

TCS3200 merupakan IC yang dapat adiprogram yang berguna untuk mengkonversi warna cahaya ke frekuensi dengan output berbentuk sinyal kotak.Ada dua komponen utama

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui karakteristik kasus Tetanus Neonatorum di Jawa Timur, mendapatkan model terbaik pada kasus Tetanus Neonatorum di Jawa

Tingginya kandungan serat pada daun katuk diduga menjadi penyebab rendahnya daya cerna, karena ayam memiliki keterbatasan dalam mencerna serat kasar sehingga konsumsi

Komunikasi merupakan suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengelolaan pesan yang terjadi dalam diri seseorang atau diantara dua orang atau lebih dengan

32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan yang disahkan pada tanggal 12 November 2012, telah memberikan batasan-batasan

Data from observation, interview, and questionnaire are classified into three domains based on the purpose of the research: the types of questioning skills used by the