PERSEPSI GURU KELAS TERHADAP
PELAKSANAAN KURIKULUM 2013
(STUDI KASUS DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI
SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Di susun Oleh :
Eka Putri Fitriyani
115-13-045
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
PERSEPSI GURU KELAS TERHADAP
PELAKSANAAN KURIKULUM 2013
(STUDI KASUS DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI
SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2016/2017)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
Di susun Oleh :
Eka Putri Fitriyani
115-13-045
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
MOTTO
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri
PERSEMBAHAN
1. Bapak (Lulus Safitri) dan Ibu (Asiyatin) yang selalu memberikan dukungan
secara moral, material, maupun spiritual.
2. Adik ku (Aditya fahrizi) yang selalu memberi tawa canda.
3. Keluarga besar (kakek, nenek, bu lek, om).
4. Bapak Dr. Budiyono Saputro, M. Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.
5. Ibu Patmi, S. Pd selaku kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah Negeri Salatiga
yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
6. Bapak ibu guru beserta karyawan Madrasah Ibtidaiyah Negeri Salatiga yang
telah membantu dalam penyelesaian skripsi.
7. Teman satu angkatan 2013 di Madrasah Aliyah Sunan Prawoto (Riya Fatma,
Lia, Ella, Huda).
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013: muthia, zera, arif, chintaro, huda,
malik, tiyas, lila, dan masih banyak lagi yang tidak dapat penulis tulis satu
persatu.
9. Teman-teman satu sekolahan PPP (Praktik Pengembangan Profesi) di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Salatiga tahun 2016/2017.
10. Teman-teman KKN khususnya posko 86 (Bu Umi, Pak Mansur, Bu Yanti,
11. Semua pihak yang selalu memberi semangat dan dukungan bagi penulis
untuk menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Dengan mengucap Alhamdulillah, sebagai rasa syukur atas limpahan rahmat
serta hidayah yang telah diberikan Allah S.W.T sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.Penulisan skripsi yang berjudul
“PERSEPSI GURU KELAS TERHADAP PELAKSANAAN KURIKULUM
2013 (STUDI KASUS MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2016/2017)”.
Mengingat kemampuan penulis masih belum sempurna, maka di dalam
penyusunan skripsi ini mungkin akan ditemui banyak kekurangan. Oleh karena itu
penulis dengan rendah hati dan tangan terbuka menerima masukan dan
saran-saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Adapun yang
menjadi tujuan penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat
dalam memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan dalam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Selama penulisan skripsi ini
penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka
bersamaan dengan selesainya skripsi ini perkenankanlah penulis menghaturkan
rasa terima kasih terutama kepada yang terhormat :
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan
4. Bapak Dr. Budiyono Saputro selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar
dan penuh perhatian telah meluangkan waktu, untuk memberikan
pengarahan serta bimbingan sejak awal penulisan skripsi ini sampai dapat
terselesaikan.
5. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu selama
perkuliahan, bagian akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan
layanan serta bantuan kepada penuis.
6. Ibu Patmi, S. Pd selaku kepala sekolah madrasah ibtidaiyah negeri
kecandran salatiga yang telah memberikan izin serta bantuan kepada penulis
dalam mengumpulkan data sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan.
7. bapak ibu guru beserta karyawan madrasah ibtidaiyah negeri kecandran
yang telah membantu menyelesaikan skripsi.
8. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan dukungan secara moral,
material, spiritual serta senantiasa berkorban dan berdoa demi tercapainya
cita-cita.
9. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebut satu-persatu.
Akhirnya penulis hanya dapat berdoa semoga semua amal baik dan bantuan
yang telah diberikan akan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis juga
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu dalam dunia
perndidikan.
ABSTRAK
Putri, Eka. 2017. Persepsi Guru Kelas Terhadap Pelaksanaan Kurikulum 2013
(Studi Kasus Di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran Salatiga Tahun Pelajaran 2016/2017) Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Budiyono Saputro, M. Pd.
Kata kunci: guru kelas, kurikulum 2013, persepsi
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendapatkan data yang empiris mengenai persepsi guru kelas terhadap pelakasanaan kurikulum 2013. (2) mengetahui faktor penunjang dan penghambat pelaksanaan kurikulum 2013. (3) mengetahui keberhasilan pelaksanaan kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Salatiga.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Subjek penelitiannya adalah guru kelas Madrasah Ibtidaiyah Negeri Salatiga. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan tahapan berikut: memperoleh data dari lapangan dengan melakukan survey lapangan, wawancara, serta dokumentasi, reduksi data, penyajian data, kesimpulan dan verifikasi.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
H. Sistematika Penulisan ... 16
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Persepsi ... 18
B. Guru Kelas ... 26
C. Kurikulum 2013 ... 34
D. Manajemen Pelaksanaan Kurikulum 2013 ... 57
E. Struktut Kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah ... 64
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Negeri Salatiga ... 67
B. Temuan Penelitian ... 81
BAB IV PEMBAHASAN A. Persepsi Guru Kelas Terhadap Pelaksanaan Kurikulum 2013 ... 88
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 91
B. Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sruktur Kurikulum 2013 SD/MI Temuan Penelitian ... 64
Tabel 3.1 Data Siswa Kelas I A ... 69
Tabel 3.2 Data Siswa Kelas I B ... 70
Tabel 3.3 Data Siswa Kelas I C ... 71
Tabel 3.4 Data Siswa Kelas II A ... 72
Tabel 3.5 Data Siswa Kelas II B... 73
Tabel 3.6 Data Siswa Kelas II C... 74
Tabel 3.7 Data Siswa Kelas IV A ... 75
Tabel 3.8 Data Siswa Kelas IV B ... 77
Tabel 3.9 Data Siswa Kelas V ... 78
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Pedoman Wawancara Guru Kelas
Lampiran 2 Lembar Hasil Wawancara
Lampiran 3 Foto Wawancara
Lampiran 4 Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 5 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian
Lampiran 6 Surat Pembimbing Skripsi
Lampiran 7 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 8 Nilai SKK Mahasiswa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemerintah telah mempercepat pencanangan Millenium Development
Goals, yang semula dicanangkan tahun 2020 dipercepat menjadi 2015.
Millennium Development Goals adalah era pasar bebas atau pasar globalisasi
sebagai era persaingan mutu atau kualitas, siapa yang berkualitas dialah yang
akan maju dan mampu mempertahankan eksistensinya. Oleh karena itu
pengembangan mutu sumber daya manusia (SDM) berkualitas merupakan
suatu keniscayaan yang tidak dapat ditawar-tawar lagi (Mulyasa, 2011: 2-3).
Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam yang
sangat membanggakan, baik di darat, laut, bahkan di udara, hanya saja
masyarakat dan generasinya belum memiliki kemampuan berpikir (thinking
skill) yang memadai. Percepatan arus informasi dalam era globalisasi dewasa
ini menuntut semua bidang kehidupan untuk menyesuaikan visi, misi, tujuan
dan strateginya agar sesuai dengan kebutuhan, dan tidak ketinggalan zaman.
Sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan dengan kebutuhan
dan perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional, maupun global.
Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah
kurikulum, karena kurikulum merupakan komponen pendidikan, baik oleh
pengelola maupun penyelenggara; khususnya oleh guru dan kepala sekolah.
pendidikan bagi anak-anak bangsanya, sejak saat itu pula pemerintah
menyusun kurikulum. Karena kurikulum di buat secara sentralistik, setiap
satuan pendidikan diharuskan untuk melaksanakan dan
mengimplementasikannya sesuai dengan petunjuk pelaksanaan (juklak) dan
petunjuk teknis (juknis).
Meskipun demikian, mengingat, menyadari, dan memperhatikan
kondisi pendidikan beberapa tahun terakhir ini, sepertinya ada kejanggalan
berkaitan dengan kurikulum. Pertanyaannya, apakah setiap satuan pendidikan,
pengelola, dan penyelenggara pendidikan, serta guru dan kepala sekolah sudah
menjadikan kurikulum sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya? Sampai sejauh mana pemahaman mereka terhadap kurikulum yang
dikembangkan oleh pusat? Bagaimana mereka mengembangkan kemampuan
kreativitasnya untuk menjabarkan kurikulum dan melaksanakannya dalam
pembelajaran?
Guru itulah faktor penting yang perlu diperhatikan dalam perubahan
kurikulum dan implementsinya dalam pembelajaran. Sebab bagaimanapun
suatu kurikulum jika tidak ditunjang oleh pemahaman kompetensi guru maka
dalam implementasinya di sekolah akan menemukan kegagalan bahkan
kurikulum tersebut akan “layu sebelum berkembang”. Oleh karena itu, untuk
mensukseskan implementasi kurikulum perlu ditunjang guru yang berkualitas.
Kurikulum 2013 di resmikan pada 15 Juli 2013. Guru dan sekolah
merupakan turunan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan (2006) yang
disempurnakan lagi yang salah satu strategi pembelajarannya meliputi student
centered (berpusat pada siswa). Setelah diresmikan semua jenjang pendidikan
dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi menggunakan kurikulum 2013,
akan tetapi dari berbagai pihak masih ada yang merasa kesulitan ataupun
ketidakpahaman mengenai pelaksanaan kurikulum 2013. Dilaksanakanlah
revisi-revisi mengenai kurikulum 2013 tersebut. Dari masing-masing satuan
pendidikan yang masih merasa kesulitan kembalilah mereka menggunakan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), akan tetapi ada beberapa satuan
pendidikan yang masih menggunakan kurikulum 2013 sebagai sekolahan
rintisan yang menggunakan kurikulum 2013.
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Salatiga merupakan salah satu sekolah
dasar yang sudah menerapkan kurikulum 2013 sejak tahun 2014 untuk kelas
satu dan kelas empat, dengan adanya kebijakan maka di pending dan kembali
pada kurikulum KTSP. Kurikulum 2013 digunakan lagi pada tahun 2015/2016
dengan produk yang lama dan sampai sekarang yang menggunakan kurikulum
2013 yakni kelas satu, dua, empat, dan lima.
Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan mengangkat masalah mengenai pelaksanaan kurikulum di sekolah dan
peneliti mengambil judul tentang “Persepsi Guru Kelas Terhadap
B. Pembatasan Masalah
1. Persepsi guru kelas terhadap pelaksanaan kurikulum 2013 di Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Salatiga tahun ajaran 2016/2017.
2. Kendala pelaksanaan kurikulum 2013 di Madrasah Negeri Salatiga
tahun ajaran 2016/2017.
C. Fokus Penelitian
1. Bagaimana persepsi guru kelas terhadap pelaksanaan kurikulum 2013 di
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Salatiga terhadap Permendikbud tahun
ajaran 2016/2017?
2. Apa kendala dalam pelaksanaan kurikulum 2013 di Madrasah Negeri
Salatiga tahun ajaran 20162017?
D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru
kelas terhadap pelaksanaan kurikulum 2013. Namun secara khusus penelitian
ini bertujuan untuk:
1. Mendapatkan data yang empiris mengenai persepsi guru kelas tentang
pelaksanaan kurikulum 2013 di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Salatiga
tahun ajaran 20162017.
2. Mengetahui kendala dalam pelaksanaan kurikulum 2013 di Madrasah
E. Manfaat Penelitian
1.Bagi guru
Sebagai koreksi agar lebih baik lagi dalam menjalankan tugas sebagai
seorang pendidik. Mengajar bukan hanya masuk kelas kemudian peserta
didik diberikan tugas lalu mengoreksinya, akan tetapi pendidik harus
mengikuti aturan yang telah ditetapkan oleh masing-masing kurikulum agar
terlaksana tujuan dari kurikulum tersebut.
2.Bagi peneliti
Untuk memperluas wawasan mengenai kurikulum dan mengetahui persepsi
guru kelas tentang pelaksanaan kurikulum 2013.
3.Bagi IAIN Salatiga
Untuk menambah hasil-hasil penelitian kualitatif, karena dari tahun-tahun
sebelumnya jurusan PGMI (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah) hanya
melakukan penelitian tindakan kelas (PTK).
F. Definisi Operasional
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan istilah yang menjadi kunci,
yaitu:
1. Persepsi
Bimo Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi
merupakan suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap
stimulus yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi
sesuatu yang berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri
dengan berbagai macam bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan
respon dari individu tergantung pada perhatian individu yang
bersangkutan. Berdasarkan hal tersebut, perasaan, kemampuan berfikir,
pengalaman-pengalaman yang dimiliki individu tidak sama, maka dalam
mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antar
individu satu dengan individu lain.
Dengan demikian persepsi merupakan proses perlakuan individu
yaitu pemberian tanggapan, arti, gambaran terhadap apa yang dilihat,
didengar, atau dirasakan oleh inderanya dalam bentuk sikap, pendapat, dan
tingkah laku atau disebut sebagai perilaku individu. Persepsi merupakan
suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu rangsangan
yang diterima oleh individu. Jadi persepsi guru dalam penelitian ini adalah
tanggapan yang diberikan oleh guru kelas Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Salatiga terhadap pelaksanaan kurikulum 2013.
2. Kurikulum 2013
Kurikulum dipandang sebagi suatu rencana yang disusun untuk
melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung
jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya
(S.nasution, 1989:5). Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat
bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang
direncanakan melainkan juga peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan
Dari penjelasan beberapa ahli di atas dapat penulis simpulkan
bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana pengajaran yang digunakan
guru sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan. Dengan kurikulum seorang pendidik dapat
mengatur strategi dalam pembelajaran dan dapat mengevaluasi program
pengembangan pengajarannya.
Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis
serta harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat
mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Meskipun demikian,
perubahan dan pengembangannya harus dilakukan secara sistematis dan
terarah, tidak asal berubah. Perubahan dan pengembangan kurikulum
tersebut harus memiliki visi dan arah yang jelas, mau dibawa kemana
system pendidikan nasional dengan kurikulum tersebut. Sejak wacana
perubahan dan pengembangan kurikulum 2013 digulirkan, telah muncul
berbagai tanggapan dari berbagai kalangan, baik pro maupun kontra
(Mulyasa, 2011: 59).
Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pendidikan karakter,
terutama pada tingkat dasar, yang akan menjadi pondasi bagi tingkat
berikutnya. Melalui pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis
karakter dan kompetensi, kita berharap bangsa ini menjadi bangsa yang
bermartabat, dan masyarakatnya memiliki nilai tambah (added value), dan
nilai jual yang bisa ditawarkan kepada orang lain di dunia, sehingga kita
lain dalam pencaturan global. Hal ini di mungkinkan, kalau implementasi
kurikulum 2013 betul-betul dapat menghasilkan insan yang produktif,
kreatif, inovatif, dan berkarakter (Mulyasa, 2013: 7).
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan Field research. Disini
penulis mengumpulkan data dari lapangan dengan mengadakan penelitian
secara langsung di lapangan untuk mencari berbagai masalah yang
relevansinya dengan penelitian ini (Moleong, 2009:3). Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati
(Slameto, 2015:72). Dari sinilah penelitian kualitatif bersifat generating
theory bukan hypothesis testing, sehingga teori yang dihasilkan berupa
teori substantif. Oleh karena itu, analisi isi pada penelitian kualitatif
memerlukan analisis, objektivitas, sistematik, dan sistemik sehingga akan
diperoleh ketepatan dalam menginterpretasikannya.
Peneliti menggunakan penelitian kualitatif karena beberapa alasan.
Pertama untuk menanggulangi banyaknya informasi yang hilang, seperti
yang dialami oleh penelitian kuantitatif, sehingga inti dari penelitian
tersebut atau konsep yang ada dalam data dapat diungkap. Kedua, untuk
untuk menanggulangi kecenderungn menggali data empiris dengan tujuan
membuktikan kebenaran hipotesis.
2. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai observer,
dimana peneliti melakukan survey langsung ke tempat lokasi dan meneliti
keadaan di dalam kelas yang menggunakan kurikulum 2013, karena tidak
semua kelas menggunakan kurikulum 2013.
3. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri
Kecandran yang terletak di Dusun Gamol RT 04/06 Desa Kecandran
Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga. Madrasah Ibtidaiyah negeri
Kecandran letaknya di dalam desa namun memiliki letak yang strategis
dan mudah dijangkau dari seluruh penjuru Salatiga khususnya desa
gamol. Di samping itu Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran merupakan
satu-satunya Madrasah negeri yang ada di kota Salatiga yang
menggunakan kurikulum 2013 sebagai acuan pendidikan.
4. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber tempat peneliti memperoleh
keterangan atau data penelitian (Abdullah Idi, 2013: 54), dimana guru
kelas menjadi subjeknya dan persepsi serta penerapan kurikulum 2013
tersebut menjadi objek dari penelitian. Untuk menentukan subyek
penelitian supaya dapat menjaring informasi yang memadai agar dapat
semua informasi akan digali langsung dari guru kelas dengan
menggunakan metode interview atau wawancara dan dokumentasi.
Dengan cara sebagai berikut: setelah syarat administratif terpenuhi untuk
melakukan penelitian, peneliti akan menghubungi kepala sekolah
sebagai key informant. Selanjutnya akan dihubungi beberapa guru yang
menjadi guru kelas. Perubahan selama ada di lapangan sangat
dimungkinkan selaras dengan perkembangan permasalahan yang terjadi.
5. Sumber Data
Dalam penelitian ini penulis memperoleh sumber data dengan
cara sebagai berikut:
a. Buku referensi
Buku referensi digunakan sebagai sumber data dalam penelitian ini,
sebagai bukti bahwa dalam penelitian, peneliti menggunakan kaidah
penelitian, tanpa plagiat dari hasil karya orang lain.
b. Observasi
Observasi digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh
kejelasan data tentang kondisi sekolahan yang telah menerapkan
kurikulum 2013.
c. Wawancara
Wawancara digunakan dalam penelitian ini untuk memperoleh data
yang valid dari narasumber.
penelitian kualitatif dengan deskripsi dirasa lebih tepat untuk
menggambarkan keadaan suatu masyarakat atau suatu keadaan.
6. Metode Pengumpulan Data
Metode dalam penelitian sangat penting,untuk sampai pada tujuan
yang akan dicapai. Metode adalah suatu cara yang dapat dipakai sebagai
alat untuk memperoleh data yang benar-benar valid. Pengumpulan data
merupakan hasil dari data informasi yang diperoleh dari pengumpulan
data baik metode wawancara, pengamatan dan dokumentasi, data yang
terkumpul masih berupa data mentah yang belum di olah, sehingga
masih perlu dipillih data yang penting dan tidak. Dalam penelitian ini
yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian adalah:
a. Observasi non partisipan
Dalam observasi non partisipan, peneliti tidak terlibat langsung
dengan orang yang sedang diamati, dan hanya sebagai pengamat
independen. Peneliti mencatat, menganalisis, dan selanjutnya dapat
membuat kesimpulan tentang obyek yang diteliti (Sugiyono,
2011:145).
b. Wawancara
Wawancara berhadap-hadapan face-to-face interview dengan
partisipan, mewawancarai narasumber secara langsung. Wawancara
seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang
(open ended) yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan
opini dari narasumber (Slameto, 2015: 239-240).
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yakni mencari data mengenai sesuatu yang
berupa catatan, buku, surat kabar, notulen, agenda dan sebagainya
(Arikunto, 2010:274). Dokumentasi dalam penelitian ini diperlukan
untuk memperkuat data-data yang diperoleh dari lapangan yaitu
dengan cara meengumpulak data yang berupa catatan tertulis dari
Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kecandran Salatiga.
7. Metode Analisis Data
Untuk memperoleh hasil penelitian yang tepat dan benar, maka
diperlukan metode yang tepat untuk menganalisis data. Adapun analisi
yang digunakan untuk menganalisa data kuantitatif diperlukan
langkah-langkah:
a. Memperoleh data dari lapangan dengan melakukan survey
lapangan, wawancara, serta dokumentasi. Kualitas data ditentukan
oleh kualitas alat pengambilan data atau alat pengukur. Kalau alat
pengambilan data cukup reliable dan valid, maka datanya juga
cukup reliable dan valid (Isni Ariyanti, 2010).
b. Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak. Oleh
pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian
data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas dan memudahkan peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya serta mencarinya bila diperlukan (Sugiyono,
2006: 277-278).
c. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, dan sejenisnya. Tetapi yang paling sering digunakan adalah
teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami (Sugiyono,
2006: 280).
d. Kesimpulan dan verifikasi
Data yang sudah dipolakan, difokuskan, dan disusun secara
sistematis melalui reduksi dan penyajian data yang kemudian
disimpulkan sehingga makna data dapat ditemukan. Untuk
memperoleh kesimpulan yang lebih mendalam, maka diperlukan
8. Pengecekan Keabsahan Data
Uji keabsahan data dalam penelitian ini ada beberapa bentuk,
meliputi:
a. Credibility
Pengujian ini berfungsi untuk melakukan penelaahan data secara
akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Adapun
teknik yang digunakan yaitu memperpanjang masa observasi,
menganalisi kasus yang belum ada, menggunakan bahan referensi,
membicarakan dengan orang lain.
b. Transferability
Transferability marupakan validitas eksternal yang menunjukkan
derajat ketepatan atau dapat diterapkan hasil penelitian ke populasi
dimana sampel tersebut diambil. Nilai transfer ini bergantung pada
pemakai hingga hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam
konteks dan situasi sosial lain (Sugiyono, 2006:310).
c. Dependability
Dalam penelitian ini disebut juga reliabelitas, uji dependenbility
dilakukan dengan melakukan proses penelitian ke lapangan atau
audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Apabila peneliti tidak
dapat menunjukkan “jejak aktivitas lapangannya”, maka
d. Confirmability
Pengujian ini disebut juga dengan uji objektivitas penelitian.
Penelitian dikatakan objektif bila hasil penelitian telah desepakati
banyak orang. Menguji confirmability berarti menguji hasil
penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan (Sugiyono, 2006:
310-311).
9. Tahap-tahap Penelitian
Ada beberapa tahap yang digunakan peneliti ini, yaitu:
a. Tahap peneliti pra lapangan
Ada beberapa kegiatan dalam tahap ini, yaitu:
1) Mengajukan judul.
2) Konsultasi dan revisi judul.
3) Menyusun proposal penelitian.
4) Konsultasi proposal ke pembimbing.
b. Tahap kegiatan lapangan
Dalam kegiatan lapangan ini meliputi:
1) Persiapan diri dengan data yang diperlukan.
2) Pengumpulan data dari responden berupa survey lapangan,
wawancara, serta pengumpulan dokumentasi yang berkaitan dengan
penelitian.
c. Tahap analisi data
Pada tahap ini, peneliti menganalisis data yang sudah diperoleh dalam
d. Tahap penulisan
Dalam tahap ini ada tiga tahap penulisan, yaitu:
1) Penulisan hasil penelitian.
2) Konsultasi hasil penelitian kepada pembimbing.
3) Persiapan mengikuti ujian munaqosah
H. Sistematika Penulisan
Dalam rangka untuk mempermudah para pembaca dalam mengikuti
uaraian penyajian data penelitian ini, maka akan penulis paparkan
sistematika penulisan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini meliputi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, penegasan istilah, metode
penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam kajian pustaka memuat tentang:
a. Persepsi guru, dimana didalamnya memuat tentang pengertian, proses
persepsi.
b. Guru kelas, dimana didalamnya memuat tentang pengertian guru kelas
dan persyaratan guru kelas.
c. Kurikulum 2013, yang didalamnya memuat tentang pengertian
kurikulum, landasan pengembangan kurikulum, dan lain sebagainya.
d. Manajemen pelaksanaan kurikulum 2013
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. Dalam
bab ini memuat tentang gambaran umum tentang Madrasah Ibtidaiyah
Negeri Salatiga serta penyajian data hasil dari penelitian.
BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini membahas hasil dari
penelitian tentang persepsi guru kelas terhadap pelaksanan kurikulum 2013.
BAB V PENUTUP Dalam bab ini dibahas tentang kesimpulan dari
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Kata persepsi mungkin terasa asing bagi orang awam. Akan tetapi,
sebenarnya mereka dapat merasakan dalam kehidupan sehari-harinya.
Menurut beberapa sumber, pengertian persepsi adalah:
a. Persepsi adalah tanggapan langsung atas segala sesuatu (Fajri dan Senja,
2001: 470).
b. Persepsi merupakan jenis aktivitas pengelolaan informasi yang
menghubungkan seseorang dengan lingkungannya (Fattah Hanurawan,
2012: 34).
c. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan (Jalaluddin Rakhmat, 2003: 51).
Menurut Mangal dalam (Lilik Sriyanti, 2013: 109-110) persepsi
menyangkut masuknya atau peristiwa atau perangsang ke dalam otak atau
kesadaran. Melalui indera manusia menyerap berbagai informasi atau
mengadakan hubungan dengan dunia luar. Objek, benda, suara, dan berbagai
informasi dari lingkungan merupakan perangsang bagi individu sehingga
1) Persepsi relatif tidak absolut. Manusia tidak bisa menyerap persis sama
dengan keadaan sesuatu, melainkan mendekati sama. Demikian pula
dengan guru atau pendidik, tidak mungkin menyerap keseluruhan materi
yang didapatkan dari berbagai informasi yang mereka dapatkan namun
mendekati sama. Karena itu tidaklah tepat bila seseorang menuntut untuk
menguasai, menguraikan meteri sama persis yang terdapat dalam buku.
Hal ini sebagai bahan pertimbangan dalam mengadakan evaluasi atau
tes.
2) Persepsi bersifat selektif. Tidak semua rangsang yang masuk mendapat
perhatian atau tidak semua perangsang, obyek, informasi bisa diserap
oleh otak. Sesuatu yang lebih menarik, yang menonjol, yang lebih
bergerak dari pada yang diam yang lain dari pada yang lain atau unik
biasanya akan mendapat perhatian. Karena itu pendidik perlu
memberikan tekanan pada bahan yang dianggap penting, membuat
kesimpulan.
3) Persepsi mempunyai tatanan. Seseorang akan mudah menerima rangsang
atau informasi yang kondisinya teratur, bukan acak-acakan. Karena itu
bahan yang disampaikan harus mempunyai hubungan satu sama lain
yang dipersiapkan dengan baik, agar berkaitan satu sama lainnya.
Kurikulum yang dirancang dengan baik dan tersusun secara logis akan
lebih mudah dipahami, sehingga semua pendidik membuat hubungan
4) Persepsi dipengaruhi oleh harapan dan kesiapan. Harapan dan kesiapan
seorang pendidik atau apa yang terdapat dalam pikiran seorang guru
akan menentukan pesan mana yang akan disimpan, bagaimana seorang
guru membuat hubungan dan bagaimana menafsirkan pesan tersebut.
Menurut Slameto (2010:102) persepsi adalah proses yang
menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia, melalui
persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan
lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera
pengelihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium. Persepsi mempunyai
sifat subjektif, karena bergantung pada kemampuan dan keadaan dari
masing-masing individu, sehingga akan ditafsirkan berbeda oleh individu
yang satu dengan yang lain.
Bimo Walgito (2004: 70) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan
suatu proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang
diterima oleh organisme atau individu sehingga menjadi sesuatu yang
berarti, dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu. Respon
sebagai akibat dari persepsi dapat diambil oleh individu dengan berbagai
macam bentuk. Stimulus mana yang akan mendapatkan respon dari individu
tergantung pada perhatian individu yang bersangkutan. Berdasarkan hal
tersebut, perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman yang
dimiliki individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus,
Dengan demikian persepsi merupakan proses perlakuan individu yaitu
pemberian tanggapan, arti, gambaran terhadap apa yang dilihat, didengar,
atau dirasakan oleh inderanya dalam bentuk sikap, pendapat, dan tingkah
laku atau disebut sebagai perilaku individu. Persepsi merupakan suatu
proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu suatu rangsangan yang
diterima oleh individu melalui alat indera. Alat indera merupakan
penghubung antara individu dengan dunia luarnya.
2. Faktor yang mempengaruhi persepsi
Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi. Menurut Slameto, faktor
yang mempengaruhi persepsi antara lain;
a. Objek yang dipersepsi
Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor.
Stimulus dapat datang dari luar individu yang mempersepsi, tetapi juga
dapat datang dari dalam diri individu yang bersangkutan yang mengenai
syaraf penerima yang bekerja sebagai reseptor.
b. Alat indera, syaraf, dan susunan syaraf
Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus,
disamping itu juga harus ada syaraf sensoris sebagai alat untuk
meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat susunan syaraf,
yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Sebagai alat untuk mengadakan
c. Perhatian
Untuk menyadari atau dalam mengadakan persepsi diperlukan adanya
perhatian, yaitu merupakan langkah utama sebagai suatu persiapan
dalam rangka mengadakan persepsi. Perhatian merupakan pemusatan
atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan kepada
sekumpulan objek.
3. Proses persepsi
Darwis menuturkan, bahwa persepsi merupakan tindak lanjut dari
esensi. Tahap awal dalam proses penerimaan informasi adalah sensasi. Jika
alat indera mengubah informasi menjadi impuls-impuls syaraf dengan
“bahasa” yang dipahami oleh “komputer” otak, maka terjadilah proses
sensasi. “Apa saja yang menyentuh alat-alat indera disebut stimulus (stimuli,
jika banyak). Stimuli ini oleh alat indera akan diubah menjadi energi syaraf
lalu di transmigrasikan ke otak untuk dianalisi lebih lanjut. Tidak ada
persepsi tanpa sensasi, kerena persepsi sebenarnya hanyalah pemberian
makna pada stimulan yang ditangkap oleh alat-alat indera. Persepsi seperti
halnya sensasi, amat tergantung pada faktor personal dan situsional (faktor
fungsional dan struktural) (Darwis Hude, 2006: 120).
Persepsi membantu manusia bertindak dan memahami dunia
sekelilingnya, karena persepsi adalah mata ranti terakhir dalam suatu
rangkaian peristiwa yang saling terkait. Mata rantai itu dimulai dari objek
diproses didalam otak untuk mendapat kopian arsip yang telah tersimpan
(darwis Hude, 2006: 121).
Jadi, dari beberapa pendapat para ahli tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa persepsi merupakan pandangan seseorang dalam
menafsirkan suatu keadaan atau aktifitas yang dialami di lingkungannya.
Faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu perhatian, faktor fungsional, dan
faktor struktural. Adapun proses persepsi terjadi jika alat-alat indera
mengubah informasi menjadi impuls-impuls syaraf dengan “bahasa” yang
dipahami oleh “komputer” otak selanjutnya akan ditransmigrasikan ke otak
untuk dianalisis lebih lanjut. Hasil dari analisi otak manusia inilah yang
sering disebut dengan persepsi. Oleh sebab itu, wajar jika persepsi antar
individu manusia yang satu dengan yang lain sering bahkan selalu berbeda.
4. Indikator-indikator persepsi
Adapun indikator-indikator persepsi adalah sebagai berikut:
a. Tanggapan
Tangapan merupakan gambaran tentang sesuatu yang ditinggal
dalam ingatan setelah melakukan pengamatan atau setelah berfantasi.
Tanggapan disebut pula kesan, bekas atau kenangan. Tanggapan
kebanyakan berada dalam ruang bawah sadar atau pra sadar, dan
tanggapan itu disadari kembali setelah dalam ruang kesadaran karena
sesuatu sebab. Tanggapa yang berada pada ruang bawah sadar disebut
talent (tersembunyi) sedang yang berada dalam kesadaran disebut
Tanggapan adalah kesan yang dialami apabila perangsangnya
sudah tidak ada dan proses pengamatan sudah berhenti; tinggal
kesa-kesannya saja, sehubungan dengan pengamatan dan tanggapan tersebut,
orang lalu mempunyai opini atau pendapat tertentu mengenai suatu
aspek dari realita dunia ini, dengan bagaimana orang yang mengadakan
kontrak secara teratur atau secara sparadis. Memang dalam tanggapan
tidak hanya dapat menghadapkan kemballi apa yang telah diamati (masa
lampau) akan tetap juga dapat mengantisipasi yang akan datang, ataau
mewakili yang sekarang (Suryabrata, 1998: 36).
b. Pendapat
Dalam bahasa harian disebut sebagai: dugaan, perkiraan,
sangkaan, anggapan, pendapat subjektif “perasaan” (Kartono, 1991:
304). Secara luas pendapat didefinisikan sebagai hasil pekerjaan fikir
meletakkan hubungan antar tanggapan yang satu dengan tanggapan yang
lain, antar pengertian yang satu dengan pengertian yang lain, yang
dinyatakan dalamsuatu kalimat. Untuk menyebutkan sebuah pengertian
atau tanggapan biasanya cukup menggunakan satu kata, sedangkan
untuk menyatakan suatu pendapat menggunakan satu kalimat.
Adapun proses pembentukan pendapat adalah sebagai berikut:
1) Menyadari adanya tanggapan atau pengertian karena tidak mungkin
kita membentuk pendapat tanpa menggunakan pengertian atau
2) Menguraikan tanggapan atau pengertian, misalnya: kepada seorang
anak diberikan sepotong karton berbentuk persegi empat. Dari
tanggapan majemuk itu (sepotong, karton, kuning, kuning, persegi
empat) dianalisa. Kalau anak tersebut ditanya apakah yang kamu
terima? Mungkin jawabannya hanya “karton kuning”, itu adalah
suatu pendapat.
3) Menentukan hubungan logis antara bagian-bagian setelah sifat-sifat
dianalisa, berbagai sifat dipisahkan tinggal dua pengertian saja
kemudian satu sama lain dihubungkan, misalnya menjadi : “karton
kuning”. Beberapa pengertian dibentuk menjadi suatu pendapat
yang dihubungkan dengan sembarangan tidak akan menghasilkan
suatu hubungan logis dan tidak dapat dinyatkn dalam suatu kalimat
yang benar. Suatu kalimat dinyatakan dengan benar dengan ciri
sebagai berikut:
a) Adanya pokok (subjek)
b) Adanya sebutan (predikat)
Dan selamanya pokok selalu diterangkan (D) oleh sebutan, atau
sebutan selalu menerangkan (M) pokkok (Ahmadi, 1982: 120).
c. Penilaian
Berasal dari kata “nilai” yang mendapat imbuhan awalan “pe” dan
akhiran “an”. Nilai merupakan sifat yang melekat pada suatu sistem
(sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang
menunjukkan bahwa hubungan antara subjek dengan objek memiliki arti
penting dalam kehidupan. Bila mempersepsikan sesuatu maka kita
memilih pandangan tertentu tentang hal yang dipersepsikan.
Sebagaimana yang dikutip oleh Renato tagulisi dalam bukunya Alo
Liliweri dalam bukunya yang berjudul Persepsi Teoritis, Komunikasi
Antar Pribadi, menyatakan bahwa persepsi seseorang mengacu pada
proses yang membuatnya manjadi tahu dan berfikir, menilai sifat-sifat
kualitas dan keadaan internal seseorang (Liliweri, 1994: 173).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa proses akhir dari
persepsi yaitu seseorang menjadi tahu (tanggapan dan pendapat),
mengerti dan membuat penilaian atas objek yang dipesepsi. Disini yang
menjadi objek adalah pelaksanaan kurikulum 2013 dan subjeknya yaitu
guru kelas.
B. Guru Kelas
1. Pengertian Guru Kelas
Dalam percakapan sehari-hari sering terdengar istilah profesi atau
profesional. Seseorang mengatakan bahwa profesinya sebagai dokter,
arsitek, atau ada pula sebagai pengacara ataupun guru, malah ada juga
yang mengatakan profesinya sebagai pedagang, penyanyi, petinju, penari,
tukkang Koran dan sebagainya. Kalau diamati dengan cermat
macam-macam profesi diatas belum dapat dilihat dengan jelas apa yang
Kebanyakan kita mengatakan bahwa mengajar adalah suatu profesi.
Apakah yang dimaksud dengan profesi? Menurut Ornstein dan Levine
(1984) dalam Soetjipto dan Raflis (1999: 15) menyatakan bahwa profesi
itu adalah jabatan yang sesuai dengan pengertian melayani masyarakat,
merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat, memerlukan
bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan khalayak ramai
(tidak setiap orang dapat melakukannya).
Menurut Sardiman dalam Syaiful Bahri Djamarah (2000: 01), guru
merupakan salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar
mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya
manusia yang potensial di bidang pembangunan. Dari pengertian tersebut
dapat dipahami bahwa seorang guru dengan segala keilmuannya mampu
mengembangan potensi dari setiap anak didiknya. Guru dituntut untuk
peka dan tanggap terhadap perubahan, pembaharuan, serta ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sejalan dengan tuntutan
kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman.
Jadi guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan untuk
mendidik dan mengajarkan peserta didik sesuai kemampuannya yang
memiliki kemampuan mengajar dan status gelar pendidikan formal. Guru
bukan hanya sebagai profesi akan tetapi sebagai seorang pendidik yang
menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik, dan
lingkungannya. Guru adalah seorang yang mempunyai gagasan yang harus
sebaikbaiknya, dalam kerangka menjunjung tinggi, mengembangkan dan
menerapkan keutamaan yang menyangkut agama, kebudayaan dan
keilmuan (Syafruddin Nurdin, 2003: 8). Menurut Ahmad Barizi dan
Muhammad Idris (2010: 142) Pengertian yang lebih sempit guru kelas
adalah orang yang pekerjaannya mengajar atau memberikan pelajaran di
sekolah atau di dalam kelas. Sedangkan dalam kamus besar bahasa
Indonesia, guru orang yang pekerjaanya (mata pencahariannya,
profesinya) mengajar.
E. Mulyasa (2011: 13), dengan mengutip Pullias dan Young,
Manan, serta Yelon, mengidentifikasikan peran guru kelas, yakni:
a) Guru sebagai pendidik
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi
bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru
harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup
tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.
b) Guru sebagai pengajar
Guru membantu peserta didik yang masih berkembang untuk
mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk
kompetensi, dan memahami materi standar yang dipelajari.
c) Guru sebagai pembimbing
Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas,
menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
d) Guru sebagai pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan,
baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk
bertindak sebagai pelatih.
e) Guru sebagai penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang
tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat
dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang.
f) Guru sebagai pembaharu (innovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan
yang bermakna bagi peserta didik.
g) Guru sebagai model dan teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi para peserta didik dan semua
orang yang menganggap dia sebagai guru. Sebagai teladan, tentu saja
pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta
didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggapnya
sebagai guru.
h) Guru sebagai pendorong kreativitas
Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran,
dan guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses
i) Guru sebagai evaluator
Seorang guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik.
Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah
dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi yang diajarkan
sudah cukup tepat.
Oleh karena itu seorang guru harus mempunyai standar kualitas pribadi
tertentu yang mencakup kewibawaan, tangung jawab, mandiri, dan
disiplin. Selain sebagai pendidik seorang guru juga merangkap sebagai
pengajar, pelatih, penasehat, innovator, teladan, peneliti, dan sebagai
pekerja rutin.
2. Persyaratan Guru Kelas
Dengan kemulianya, guru rela mengabdikan diri di desa terpenci
sekalipun. Dengan segala kekurangan yang ada guru berusaha
membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia yang
berguna bagi nusa dan bangsanya di kemudian hari. Gaji yang kecil, jauh
dari memadai, tidak membuat guru berkecil hati dengan frustasi
meninggalkan tugas dan tanggung jawab sebagai guru. Karenanya sangat
wajar di pundak guru diberikan atribut sebagai “pahlawan tanpa tanda
jasa”.
Menjadi guru berdasarkan tuntutan hati nurani tidaklah semua orang
dapat melakukannya, karena orang harus merelakan sebagian besar dari
demokratis, dan dan bertanggungjawab atas pembangunan dirinya dan
pembangunan bangsa Negara. Menjadi guru menurut Prof. Dr. Zakiah
Daradjat dan kawan-kawan (1992: 41) tidak sembarangan,ntetapi harus
memenuhi beberapa persyaratan seperti dibawah ini:
a. Takwa Kepada Allah SWT
Guru, sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan islam, tidak mungkin
mendidik anak didik agar betaqwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak
bertaqwa kepada-Nya. Sebab ia adalah teladan bagi anak didiknya
sebagaimana Rosulullah SAW menjadi teladan bagi umatnya. Sejauh
mana seorang guru mampu memberi teladan yang baik kepada semua
anak didiknya, sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan berhasil
mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan
mulia.
b. Berilmu
Ijazah bukan semata-mata secarik kertas, tetapi suatu bukti, bahwa
pemiliknya telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan
tertentu yang diperlukanya untuk suatu jabatan. Guru pun harus
mempunyai ijazah agar diperbolehkan mengajar. Kecuali dalam
keadaan darurat, misalnya jumlah anak didik sangat meningkat,
sedangkan jumlah guru jauh dari mencukupi, maka terpaksa
menyimpang untuk sementara, yakni menerima guru yang belum
tinggi pendidikan guru makin baik pendidikan dan pada giliranya
makin tinggi pula derajat masyarakat.
c. Sehat Jasmani
Kesehatan jasmani kerap kali dijadikan salah satu syarat bagi mereka
yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang mengidap penyakit
menular, umumnya sangat membahayakan kesehatan anak-anak
didiknya. Di samping itu, guru yang berpenyakit tidak akan bergairah
mengajar. Kita kenal ucapan “means sana in corpore sano”, yang
artinya dalam tubuh yang sehat terkandung jiwa yang sehat. Walaupun
pepatah itu tidak benar secara keseluruhan, akan tetapi kesehatan
badan sangat mempengaruhi semangat bekerja. Guru yang
sakit-sakitan kerap kali terpaksa absen dan tentunya memrugikan anak
didik.
d. Berkelakuan Baik
Budi pekerti guru penting dalam pendidikan untuk anak didik. Guru
harus menjadi teladan, karana anak-anak bersifat suka meniru.
Diantara tujuh pendidikan yang membentuk akhlak yang mulia padi
diri pribadi anaka didik dan ini hanya mungkin bisa dilakukan jika
pribadi guru yang berakhlak mulia tidak akan dipercaya untuk
mendidik. Yang dimaksud dengan akhlak mulia dalam ilmu
pendidikan islam adalah akhlak yan sesuai dengan ajaran islam,
guru, bersikap adil terhadap semua anak didiknya, berlaku sabar dan
tenang, berwibawah, gembira, bersifat manusiawi, bekerjasama
dengan guru-guru lain, dan bekersajasama dengan masyarakat. Di
Indonesia untuk menjadi guru diatur dengan beberapa persyaratan,
yakni berijazah, professional, sehat jasmani dan rohani, takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan kepribadian yang luhur bertanggung
jawab, dan berjiwa nasional.
3. Peran Guru Kelas
Ketika berbicara mengenai pendidikan, maka tidak bisa terlepas dari
istilah guru. Setelah mengetahui pengertian guru dari uraian di atas,
bahasan selanjutnya mengkaji mengenai peran guru. Guru bagi siswa
adalah resi spiritual yang mengenyangkan diri dengan ilmu. Guru adalah
pribadi yang mengagungkan akhlak siswanya. Guru merupakan pribadi
penuh cinta terhadap anak-anaknya (siswanya). Hidup dan matinya
pembelajaran bergantung sepenuhnya kepada guru. Guru merupakan
pembangkit listrik kehidupan siswa di masa depan (Ahmad Barizi &
Muhammad Idris, 2010: 131). Guru merupakan pemimpin bagi
murid-muridnya. Guru adalah pelayan bagi murid-murid-muridnya. Guru adalah orang
terdepan dalam member contoh sekaligus juga member motivasi atau
dorongan kepada murid-muridnya (Wajihudin Alantaqi, 2010: 197). Guru
memiliki peranan yang sangat sentral, baik sebagai perencana, pelaksana,
maupun evaluator pembelajaran. Hal ini berarati bahwa kemampuan guru
keberhasilan pendidikan secara keseluruhan. Kualitas pembelajaran sangat
bergantung pada kemampuan guru, terutama dalam memberikan
kemudahan belajar kepada peserta didik secara efektif, dan efisien.
C. Kurikulum 2013
1. Pengertian Kurikulum
Kurikulum dipandang sebagi suatu rencana yang disusun untuk
melancarkan proses belajar mengajar di bawah bimbingan dan tanggung
jawab sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya
(S.nasution, 1989: 5). Ada sejumlah ahli teori kurikulum yang berpendapat
bahwa kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang
direncanakan melainkan juga peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan
sekolah, jadi selain kegiatan kurikuler yang formal juga kegiatan yang non
formal.
Menurut S. Nasution (1980: 5) Istilah kurikulum semula berasal
dari istilah yang dipergunakan dalam dunia atletik curere yang berarti
berlari. Istilah tersebut erat hubungannya dengan kata curier atau kurir
yang berarti penghubung atau seseorang yang bertugas menyampaikan
sesuatu kepada orang atau tempat lain. seorang kurir harus menempuh
suatu perjalanan untuk mencapai tujuan, maka istilah kurikulum kemudian
diartikan orang sebagi suatu jarak yang harus ditempuh. Kurikulum
kemudian diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran atau ilmu
Menurut Hilda Taba dalam Nasution (2003: 7) mengemukakan
bahwa pada hakikatnya kurikulum merupakan suatu cara untuk
mempersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai anggota yang
berproduktif dalam masyarakatnya. Dalam kurikulum terdapat
komponen-komponen tertentu yaitu pernyataan tentang tujuan dan sasaran, seleksi
dan organisasi bahan dan isi pelajaran, bentuk dan kegiatan belajar
mengajar dan evaluasi hasil belajar.
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 dan peraturan pemerintah
nomor 19 tahun 2005 menetapkan pengertian kurikulum sebagai
“seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Menurut William B. Ragan, dalam buku “Modern Elementary
Curriculum”, 1996, dalam Nasution (1982: 12) menjelaskan arti
kurikulum sebagai berikut:
“ The tendency in recent decedes has been to use the term in a
border sense to refer to the whole life in program of the school. The term
is used…to include all the experiences of children for which the school
accepts responsibility. It denotes the result of efforts on the part of the
adults of the community, state, and the nation to bring to the children the
finest, most wholesome influences the exist in the culture.”
Menurut Syafruddin (2002: 34) kurikulum adalah aktivitas apa saja
untuk mencapai suatu tujuan, dapat dinamakan kurikulum, termasuk di
dalamnya kegiatan belajar mengajar, mengatur strategi dalam prose belajar
mengajar, cara mengevaluasi program pengembangan pengajaran, dan
sebagainya.
Dari penjelasan beberapa ahli di atas dapat penulis simpulkan
bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana pengajaran yang digunakan
guru sebagai pedoman dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah untuk
mencapai tujuan pendidikan. Dengan kurikulum seorang pendidik dapat
mengatur strategi dalam pembelajaran dan dapat mengevaluasi program
pengembangan pengajarannya.
a. Kurikulum sebagai materi
(1) Planning oriented, mewakili pandangan teoritis
(2) Dipergunakan di Indonesia periode sebelum Tahun 2000
(3) Kurikulum sebagai wahana menyampaikan pengetahuan
(knowledge transmission) dari guru ke siswa
(4) Perencanaan pembelajaran sangat dominan dan ketat berdasarkan
urutan logis dari materi pembelajaran
(5) Guru melaksanakan pembelajaran dengan meneruskan apa yang
diketahuinya kepada siswa sesuai dengan silabus yang telah
ditentukan
(6) Penilaian berdasarkan atas penyerapan materi pengetahuan oleh
b. Kurikulum sebagai produk
(1) Result oriented, mewakili pandangan produktif
(2) Dipicu oleh kebutuhan pasar atas kompetensi yang harus dikuasai
oleh lulusan (produk) program pendidikan
(3) Kebebasan dalam penyampaian pembelajaran, yang penting hasil
akhirnya harus sesuai standar, yaitu memiliki kompetensi
sebagaimana dirumuskan.
(4) Sangat tergantung pada penilaian terstandar (harus ketat) sejalan
dengan konsep produk dimana pengecekan adalah pada hasil
akhir yang harus sesuai standar
(5) Diadopsi di Indonesia dalam bentuk KBK dan KTSP, dengan
modifikasi bahwa produk akhir diterjemahkan dari materi yang
harus dikuasi, sehingga standar lulusan diturunkan dari standar
isi.
c. Kurikulum sebagai proses
(1) Action Oriented, mewakili pandangan praktis
(2) Penekanan pada berfikir kritis yang diwujudkan dalam tindakan
nyata dengan membangun kolaborasi antar pelaku pendidikan
(guru, siswa, pengelola)
(3) Mengevalusi proses secara terus menerus melalui pemantauan
proses dan capaiannya secara ketat
(4) Penilaian berdasarkan kemajuan siswa dalam pembelajaran
(5) Hasil akhir dapat berbeda bagi tiap siswa sesuai dengan bakat dan
minatnya.
d. Kurikulum sebagai kontekstual
(1) Pengertian baru dalam Kurikulum
(2) Perluasan dari konsep kurikulum sebagai proses dengan
penambahan perlunya komitmen bersama menyepakati (antar
pelaku pendidikan) kegiatan-kegiatan yang diperlukan (sebagai
bagian dari proses pembelajaran) untuk mencapai target tertentu
yang telah ditetapkan.
(3) Penguasaan materi pembelajaran diperoleh melalui siklus aksi dan
refleksi berkelanjutan (continuous action-reflection)
(4) Pentingnya peran guru dalam menghasilkan komitmen dari
siswa,untuk mencapai target tertentu yang telah ditetapkan
(5) Perlunya tambahan pendekatan transdisipliner melalui tema
pembelajaran yang kontekstual dengan sekitarnya untuk
memastikan praksisnya relevan.
2. Pengertian Kurikulum 2013
Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu sifatnya dinamis
serta harus selalu dilakukan perubahan dan pengembangan, agar dapat
mengikuti perkembangan dan tantangan zaman. Meskipun demikian,
perubahan dan pengembangannya harus dilakukan secara sistematis dan
system pendidikan nasional dengan kurikulum tersebut. Sejak wacana
perubahan dan pengembangan kurikulum 2013 digulirkan, telah muncul
berbagai tanggapan dari berbagai kalangan, baik pro maupun kontra
(Mulyasa, 2011: 59).
Kurikulum 2013 lebih ditekankan pada pendidikan karakter,
terutama pada tingkat dasar, yang akan menjadi pondasi bagi tingkat
berikutnya. Melalui pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis
karakter dan kompetensi, kita berharap bangsa ini menjadi bangsa yang
bermartabat, dan masyarakatnya memiliki nilai tambah (added value), dan
nilai jual yang bisa ditawarkan kepada orang lain di dunia, sehingga kita
bisa bersaing, bersanding dan bahkan bertanding dengan bangsa-bangsa
lain dalam pencaturan global. Hal ini di mungkinkan, kalau implementasi
kurikulum 2013 betul-betul dapat menghasilkan insan yang produktif,
kreatif, inovatif, dan berkarakter (Mulyasa, 2013: 7).
Pendidikan karakter dalam kurikulum 2013 bertujuan untuk
meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah pada
budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan
seimbang sesuai dengan standar kompetesi lulusan pada setiap satuan
pendidikan. Melui implementasi kurikulum 2013 yang berbasis
kompetensi sekaligus berbasis karakter, dengan pendekatan tematik dan
kontekstual diharapkan peserta didik mampu secara mandiri meningkatkan
dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
dalam perilaku sehari-hari. Dalam implementasi kurikulum 2013,
pendidikan karakter dapat di integrasikan dalam seluruh pembelajaran
pada setiap bidang studi yang teradapat dalam kurikulum. Materi
pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap
bidang studi perlu dikembangkan, di eksplisitkan, dihubungkan dengan
konteks kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, pendidikan nilai, dan pembentuknan karakter
tidak hanya dilakukan pada tataran kognitif, tetapi menyentuh
internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter pada tingkat satuan pendidikan mengarah pada
pembentukan budaya sekolah atau madrasah, yaitu nilai-nilai yang
melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, serta simbul-simbul
yang dipraktikkan oleh semua warga sekolah/madrasah, dan masyarakat
sekitarnya. Budaya sekolah atau madrasah merupkan ciri khas, karakter
atau watak, dan citra sekolah atau madrasah tersebut di mata masyarakat
luas. Pada umumnya pendidikan karakter menekankan pada keteladanan,
penciptaan lingkungan, dan pembiasaan; melalui berbagai tugas keilmuan
dan kegiatan kondusif. Dengan demikian; apa yang dilohat, didengar,
dirasakan dan dikerjakan oleh peserta didik dapat membentuk karakter
mereka. Selain menjadikan keteladanan dan pembiasaan sebagai metode
pendidikan utama, penciptaan iklim dan budaya serta lingkungn yang
Kurikulum 2013 yang ditawarkan merupakan bentuk operasional
penataan kurikulum dan SNP yang akan memberikan wawasan baru
terhadap sistem yang sedang berjalan selama ini. Kurikulum ini
merupakan kurikulum yang menggunakan pendekatan ilmiah. Kriteria
ilmiah adalah sebagai berikut:
a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas
kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
b. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa
terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
c. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis,
dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah,
dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi
pembelajaran.
e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan,
dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam
merespon materi pembelajaran.
f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun
menarik sistem penyajiannya.
Adapun Langkah-langkah Pembelajarannya adalah sebagai berikut:
a. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap, pengetahuan,
dan keterampilan.
b. Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang terintegrasi.
c. Ranah sikap berisi materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.”
d. Ranah keterampilan berisi materi ajar agar peserta didik “tahu
bagaimana”. Ranah pengetahuan berisi materi ajar agar peserta didik
“tahu apa.”
e. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan
manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup
secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
f. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah.
g. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran
sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya,
indikator Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dalam pribadi peserta
didik secara utuh.
3. Permendikbud Tentang Kurikulum 2013
Berkaitan dengan upaya standarisasi pendidikan nasional,
Pemerintah melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan telah
menerbitkan sejumlah peraturan baru, diantaranya:
a. Permendikbud No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi
Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah yang digunakan sebagai
acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar
penilaian pendidikan,standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar
sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.
Dengan diberlakukanya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 Tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
b.Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar
dan Menengah yang memuat tentang Tingkat Kompetensi dan
Kompetensi Inti sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Kompetensi Inti meliputi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan
ketrampilan. Ruang lingkup materi yang spesifik untuk setiap mata
pelajaran dirumuskan berdasarkan Tingkat Kompetensi dan Kompetensi
Inti untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis
maka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 64 Tahun 2013
tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
c. Permendikbud No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan
Dasar dan Menengah yang merupakan kriteria mengenai pelaksanaan
pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan satuan pendidikan dasar
menengah untuk mencapai kompetensi lulusan. Dengan diberlakukanya
Peraturan Menteri ini, maka Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
d.Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian
Pendidikan yang merupakan kriteria mengenai lingkup, tujuan, manfaat,
prinsip, mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar
peserta didik yang digunakan sebagai dasar dalam penilaian hasil
belajar peserta didik pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Dengan diberlakukannya Peraturan Menteri ini, maka Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 104 Tahun 2014 tentang Penilaian Hasil Belajar
oleh Pendidik Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.