• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan sitostatika non antibiotik pada pengobatan kemoterapi geriatri berdasarkan laju filtrasi glomerulus menggunakan formula MDRD dan CG di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010 - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Penggunaan sitostatika non antibiotik pada pengobatan kemoterapi geriatri berdasarkan laju filtrasi glomerulus menggunakan formula MDRD dan CG di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010 - USD Repository"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGGUNAAN SITOSTATIKA NON ANTIBIOTIK PADA PENGOBATAN KEMOTERAPI GERIATRI BERDASARKAN LAJU

FILTRASI GLOMERULUS MENGGUNAKAN FORMULAMDRDDAN

CGDI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Yuliana Anggreani NIM : 088114184

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii

PENGGUNAAN SITOSTATIKA NON ANTIBIOTIK PADA PENGOBATAN KEMOTERAPI GERIATRI BERDASARKAN LAJU

FILTRASI GLOMERULUS MENGGUNAKAN FORMULA MDRDDAN

CG DI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Yuliana Anggreani NIM : 088114184

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)

iii

Persetujuan Pembimbing

PENGGUNAAN SITOSTATIKA NON ANTIBIOTIK PADA PENGOBATAN KEMOTERAPI GERIATRI BERDASARKAN LAJU

FILTRASI GLOMERULUS MENGGUNAKAN FORMULA MDRD DAN

CGDI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2010

Skripsi yang diajukan oleh: Yuliana Anggreani

NIM : 088114184

Telah disetujui oleh:

(4)
(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

” Apa yang kita miliki dihadapan kita adalah beberapa kesempatan-kesempatan menakjubkan yang menyamar dalam bentuk masalah-masalah yang tak

terselesaikan.”

John Gardner (1912-2002)

” Untuk menjadi dirimu, kau harus memiliki visi tentang hidup, sebuah impian, sebuah tujuan, sebuah prinsip. Dan kau akan menjadi seperti visimu.”

Peter Nivio Zarlenga (1941- )

Karya ini Kupersembahkan bagi:

Bapa Yesus yang Baik, yang menguatkan setiap langkah hidupku

Alam yang mengajarkanku tentang sikap dan kehidupan

Papa- mama serta adikku tersayang, yang senantiasa menerima dan

mendukungku

Para guru dan dosenku yang memotivasi dan menginspirasi hidupku

Lembaga Pendidikanku Universitas Sanata Dharma

” Kita semua harus peduli pada masa depan karena kita harus menghabiskan sisa hidup kita di sana.”

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Yuliana Anggreani

Nomor mahasiswa : 088114184

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PENGGUNAAN SITOSTATIKA NON ANTIBIOTIK PADA PENGOBATAN KEMOTERAPI GERIATRI BERDASARKAN LAJU

FILTRASI GLOMERULUS MENGGUNAKAN FORMULAMDRDDAN

CGDI RSUP Dr. SARDJITO YOGYAKARTA TAHUN 2010

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 16 Maret 2012 Yang Menyatakan

(7)

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan kasih karunia yang telah diberikanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Penggunaan Sitostatika Non Antibiotik pada Pengobatan Kemoterapi Geriatri Berdasarkan Laju Filtrasi

Glomerulus menggunakan Formula MDRD dan CG di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2010 dengan baik sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas Farmasi, Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung baik berupa moral, materiil maupun spiritual. Oleh sebab itu, penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada :

1. Direktur Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

2. Kepala Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUP Dr. Sardjito yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

(8)

viii

4. Seluruh Apoteker, praktisi laboratorium, dan petugas rekam medis di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang telah membantu selama proses pengambilan data.

5. Ipang Djunarko, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian ini, dan telah memberikan saran serta dukungan selama penyusunan skripsi ini. 6. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing proyek payung

serta penguji yang dengan sabar membimbing dan memberikan arahan, saran, kritikan serta dukungan kepada penulis selama proses penelitian skripsi ini. 7. dr. Fenty, M.Kes., Sp. PK. selaku penguji yang memberikan saran dan kritikan

serta dukungan kepada penulis dalam proses menyempurnakan naskah skripsi. 8. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku penguji yang memberikan saran dan

kritikan serta dukungan kepada penulis dalam proses menyempurnakan naskah skripsi.

9. Papa dan mama tersayang atas kasih sayang, doa, dukungan semangat, pengertian serta bantuan finansial hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

10. Adikku Otto Hadinata yang telah memberikan doa, semangat, dan dukungan hingga terselesaikannya skripsi.

(9)

ix

12. Temanku Afni, Mervin, Gary, dan Kak Ika yang telah memberikan dorongan semangat dan banyak membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

13. Teman-teman kelas FKK B 2008, terima kasih atas kebersamaannya dan pengalaman yang tak terlupakan selama menjalani kuliah dan praktikum serta dorongan semangat yang telah diberikan kepada peneliti selama penyusunan skripsi ini.

14. Seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu disini, baik secara langsung maupun tidak langsung telah banyak membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna dalam kehidupan ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi yang membutuhkan.

(10)

x

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Yogyakarta, 16 Maret 2012

Penulis

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... PRAKATA... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... DAFTAR ISI... BAB I PENGANTAR... A. Latar Belakang... 1. Rumusan Masalah... 2. Keaslian Penelitian... 3. Manfaat Penelitian... B. Tujuan Penelitian... 1. Tujuan Umum...

(12)

xii

2. Tujuan Khusus... BAB II PENELAAHAN PUSTAKA………... A. Ginjal ………... 1. Definisi... 2. Anatomi dan Fisiologi Ginjal ………

3. Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)……... B. Modification of Diet in Renal Disease(MDRD)... C. Cockcroft-Gault(CG)... D. Sitostatika... 1. Definisi... 2. Penggunaan Sitostatika... 3. Kerja Sitostatika... 4. Efek Samping Sitostatika... 5. Penggolongan Sitostatika... E. Geriatri... F. Perubahan Sistem Ginjal pada Geriatri... G. Efek Sitostatika terhadap Penurunan Fungsi Ginjal... H. Keterangan Empiris... BAB III METODOLOGI PENELITIAN... A. Jenis dan Rancangan Penelitian... B. Variabel Penelitian……… C. Definisi Operasional………... D. Subyek Penelitian………...

(13)

xiii

E. Bahan Penelitian... F. Alat Penelitian ... G. Tata Cara Penelitian... H. Tata Cara Analisis Hasil………... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... A. Profil Pasien berdasarkan Nilai Laju Filtrasi Glomerulus

(LFG)... B. Persentase Kasus Pasien Geriatri dengan Penurunan LFG…….. C. Penyesuaian Dosis Sitostatika Non Antibiotik……….. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….… A. Kesimpulan………... B. Saran………....….. DAFTAR PUSTAKA………. LAMPIRAN……… BIOGRAFI PENULIS………

24 24 25 26 28

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Tahap Chronic Kidney Disease (CKD) berdasarkan LFG…. 12 Tabel II. Contoh dan Regimen Sitostatika Menurut Drug

Information Handbook... 18 Tabel III. Penyesuaian Dosis Sitostatika Non Antibiotik Kombinasi

berdasarkan FormulaMDRDdanCGdi RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta Tahun 2010……… 37

Tabel IV. Penyesuaian Dosis Sitostatika Non Antibiotik Tunggal berdasarkan FormulaMDRDdanCGdi RSUP Dr. Sardjito

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur Fungsional Nefron... Gambar 2. Persentase Usia Pasien Geriatri dengan Penggunaan

Sitostatika Non Antibiotik di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2010……….. Gambar 3. Persentase Tahapan Terjadinya Chronic Kidney Disease

(CKD) menurut nilai LFG berdasarkan Formula MDRD

Pasien Geriatri dengan Penggunaan Sitostatika Non Antibiotik di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2010... Gambar 4. Persentase Tahapan Terjadinya Chronic Kidney Disease

(CKD) menurut nilai LFG berdasarkan Formula CG

Pasien Geriatri dengan Penggunaan Sitostatika Non Antibiotik di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2010... Gambar 5. Persentase Kasus Pasien Geriatri dengan Penurunan LFG di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2010……….. Gambar 6. Persentase Kasus Kesesuaian Dosis Penggunaan

Sitostatika Non Antibiotik pada Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2010………...

10

29

30

31

34

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Penyesuaian Dosis Sitostatika Non Antibiotik Menurut

Drug Information Handbook2009 ... 58

Lampiran 2. Data Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2010 ... 59

Lampiran 3. Penyesuaian Dosis Sitostatika Non Antibiotik Kombinasi berdasarkan FormulaMDRDdanCG(standarisasi BSA) di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2010 ... 71

Lampiran 4. Penyesuaian Dosis Sitostatika Non Antibiotik Tunggal berdasarkan FormulaMDRDdanCG(standarisasi BSA) di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2010... 73

Lampiran 5. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov FormulaMDRD... 74

Lampiran 6. Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov FormulaCG... 74

Lampiran 7. Uji T Dependent Berpasangan FormulaMDRDdanCG... 75

Lampiran 8. Surat Permohonan Ijin Penelitian ... 76

Lampiran 9. Surat Pernyataan Kesanggupan Peneliti ... 77

Lampiran 10. Surat Keterangan Pengambilan Data Rekam Medis... 78

Lampiran 11. Surat Ijin Penelitian di RSUP Dr. Sardjito ... 79

Lampiran 12. Surat Ijin Pengambilan Data Printout di ICM ... 79

(17)

xvii

INTISARI

Kanker merupakan salah satu penyakit terbesar di Indonesia. Pada geriatri, penurunan fungsi ginjal dapat dinilai dari Laju Filtrasi Glomerulus (LFG). Nilai LFG dapat dihitung dengan menggunakan formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) dan Cockcroft-Gault (CG). Salah satu efek samping penggunaan sitostatika adalah penurunan fungsi ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan sitostatika non antibiotik pada pengobatan kemoterapi geriatri berdasarkan LFG serta melihat perbandingan nilai LFG berdasarkan formulaMDRDdanCGdi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010.

Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif evaluatif dengan desaincross sectionalyang bersifat retrospektif dengan 62 pasien dan 109 kasus peresepan. Data yang didapat adalah usia, berat badan, tinggi badan, jenis kelamin, serum kreatinin, dosis dan frekuensi sitostatika non antibiotik. Tata cara analisis data dilakukan dengan membahas data kualitatif yang diperoleh dalam bentuk uraian serta bentuk tabel dan atau gambar diagram.

Pasien dalam penelitian ini 44% laki-laki. Berdasarkan formula MDRD, persentase nilai LFG terbesar adalah tahap II (50%), sebesar 28% kasus peresepan memerlukan penyesuaian dosis, dan 14% kasus tidak sesuai dosis. Berdasarkan formula CG, persentase nilai LFG terbesar adalah tahap IIIa (44%), sebesar 83% kasus peresepan memerlukan penyesuaian dosis, dan 51% kasus tidak sesuai dosis. Hasil ini merekomendasikan perlu adanya perhatian khusus dalam pelaksanaan terapi sitostatika non antibiotik pada geriatri dengan penurunan fungsi ginjal.

(18)

xviii

ABSTRACT

Cancer is one of the largest disease in Indonesia. In geriatric, renal decrease can be marked from Glomerular Filtration Rate (GFR). GFR could be calculated with Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) formulation and

Cockcroft-Gault (CG). Cytotoxic adverse drug reaction is the occurrence of reduced kidney function. The aim of this study is to know the cytotoxic usage on geriatric based on GFR and to see the value compared with MDRD and CG

formulation in Dr. Sardjito hospital Yogyakarta in 2010.

This research study was an observational descriptive evaluative with retrospective cross sectional design using 62 patients and 109 prescription cases. The obtained data were age, weight, height, gender, creatinine serum, dosage and non antibiotic cytotoxic’s frequency. The obtained qualitative data will be discussed on table, diagram, and description.

Patient in this research was 44% male. BasedMDRDformula, 50% cases was on stage II, 28% prescription case need of compliance dose, and unappropriate dose is 14%. BasedCGformula, 44% cases was on stage IIIa, 83% prescription case need of compliance dose, and unappropriate dose is 51%. This result recommended that we need specific care of non antibiotic cytotoxic’s therapy on geriatric with reduction of renal function.

(19)

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Ginjal merupakan organ vital yang berperan penting dalam mengekskresikan zat sisa metabolisme (urea, kreatinin dan asam urat), mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh serta asam basa dengan cara filtrasi darah yang melalui ginjal. Disamping itu fungsi ginjal yang lain adalah dapat mereabsorpsi selektif air-elektrolit-non elektrolit serta mengatur pengeluaran zat kimia asing kemudian mengekskresikan kelebihannya dalam bentuk urin (Braunwald & Horisson, 2000; Davey, 2002).

Untuk menggambarkan efisiensi ginjal dalam pembuangan zat sisa metabolisme digunakan laju filtrasi glomerulus (LFG) (Davey, 2002). LFG digunakan secara luas untuk mengukur indeks fungsi ginjal yaitu dengan mengukur secara tidak langsung kapasitas filtrasi glomerulus berdasarkan pengukuran klirens ginjal (Sennang, Sulina, Badji & Hardjoeno, 2005). Klirens merupakan volume plasma yang mengandung semua zat yang larut melalui glomerulus serta dibersihkan dari plasma dan diekskresikan ke dalam urin, karena itu nilai klirens mewakili fungsi glomerulus (Katzung, 2004; Tam, 2000).

(20)

kadar kreatinin serum pada orang dewasa yaitu Modification of Diet in Renal Disease(MDRD) yang memperhitungkan faktor usia, jenis kelamin, dan ras serta persamaanCockcroft and Gault(CG) dengan faktor koreksi usia, berat badan, dan jenis kelamin (Sennanget al., 2005; NKF KDOQI, 2000).

Diketahui perhitungan klirens kreatinin dari kreatinin serum merupakan pemeriksaan yang murah, sederhana, nyaman dan hanya menggunakan sampel darah tunggal (Tam, 2000). Berdasarkan penelitian Angulo, et al., (2008), mengemukakan bahwa MDRD dan CG merupakan formula yang akurat untuk mendiagnosis Chronic Kidney Disease (CKD) dan Hidden Renal Failure (HRF). Hasil penelitian menunjukan 8,3% dari total 845 pasien yang diteliti menurut formulaCGdan 11,6% dengan formulaMDRD, terdiagnosis adanyaHRF.

(21)

Menurut penelitian epidemiologi di Amerika Serikat, menyatakan bahwa populasi geriatri dalam beberapa dekade terakhir ini, jumlahnya terus meningkat. Penduduk berusia lebih dari 65 tahun sekitar 8% (12 juta dari 150 juta penduduk) pada tahun 1950 dan 13% (34 juta dari 260 juta penduduk) pada tahun 1990. Pada tahun 2030, diprediksi 20% (70 juta dari 350 juta penduduk) berusia lebih dari 65 tahun. Seiring dengan meningkatnya jumlah populasi geriatri, maka insidensi dan prevalensi kanker akan meningkat pula, sehingga managemen pengobatan dengan cara pemantauan dosis sitostatika harus dilakukan terlebih bagi pasien dengan penurunan fungsi ginjal (Yancik & Ries, 2000).

Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta karena merupakan rumah sakit tipe A dan merupakan rumah sakit pendidikan penelitian yang mempunyai pelayanan spesialis kanker terpadu (Sutoto, 2003). Besar harapan penulis agar penelitian ini dapat memberikan gambaran secara jelas dan menyeluruh mengenai apakah terjadi ketidaksesuaian dosis penggunaan sitostatika non antibiotik pada pasien geriatri dengan kondisi telah mengalami penurunan LFG di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010. Ketidaksesuaian dosis dapat menyebabkan terjadinya penurunan fungsi ginjal sampai kerusakan ginjal kronik.

1. Rumusan Masalah

a. Seperti apakah profil nilai LFG pasien geriatri yang menggunakan sitostatika non antibiotik berdasarkan formula MDRD dan CG di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010?

(22)

penyesuaian dosis dalam penggunaan sitostatika non antibiotik di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010?

c. Seperti apakah penyesuaian dosis sitostatika non antibiotik pada pasien geriatri dengan perbandingan nilai LFG menggunakan formula MDRD dan

CG di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010?

2. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan penggunaan sitostatika non antibiotik pengobatan kemoterapi terhadap penurunan laju filtrasi glomerulus yang pernah dilakukan, antara lain:

a. Potentially inappropriate prescribing of primarily renally cleared medications for older veterans affairs nursing home patients (Hanlon, et al., 2011): meneliti 1304 pasien geriatri (≥65 tahun), antara Januari 2004 sampai Juni 2005 di Community Living Centers Amerika Serikat. Desain penelitian menggunakancohort study, tujuan penelitiannya adalah untuk memperkirakan kesesuaian peresepan obat yang ekskresi utamanya melalui ginjal, kemudian 21 jenis obat yang dikonsumsi pasien geriatri diteliti berdasarkan formula

MDRD danCG. Hasil yang didapat nilai rata-rata LFG, menurut formula CG

yaitu 67 ml/min sedangkan menurut MDRDadalah 80 ml/min/1,73 m2. Pasien yang memerlukan penyesuaian dosis menurut formulaCG sebanyak 11,89%, sedangkanMDRDhanya 5,98%.

b. Influence of co-morbidity on renal function assessment by Cockcroft-Gault calculation in lung cancer and mesothelioma patients receiving

(23)

kanker paru-paru dan mesotelial yang menerima sitostatika alkilator platinum. Tujuan penelitian adalah untuk memperkirakan potensi munculnya nefrotoksisitas berdasarkan formula Cockcroft-Gault. Hasil penelitian menyatakan creatinine clearance (CrCl) yang dihitung dengan metode

Cockcroft-Gault (CG) adalah akurat dan aman pada pasien kanker paru dan mesotelial serta dapat untuk memperkirakan potensi terjadinya nefrotoksisitas. c. Estimation of kidney function in cancer patients (Jeppensen, Rasmussen, Redal & Stokholm, 2011): meneliti 185 pasien kanker yang dirujuk untuk mengukur LFG dengan Cr-EDTA sebelum memulai kemoterapi. Perbandingan antara CKD-EPI dan Cr-EDTA diukur menggunakan plot Bland-Altman. Peneliti memperoleh hasil bahwa CKD EPI dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui seberapa baik tingkat perkiraan LFG, tetapi jika ingin memperoleh hasil dengan presisi tinggi dalam pengukuran LFG sebaiknya menggunakan isotop test Cr-EDTA.

d. Comparison and agreement of the Cockroft-Gault and MDRD equations to estimate glomerular filtration rate in diagnosis of occult chronic kidney

disease (Angulo, et al., 2008): penelitian ini menggunakan metode prospektif dilakukan di RSUP di Spanyol. Subyek penelitian adalah 845 pasien, usia rata-rata 55 tahun (56,7% wanita) tanpa riwayat penyakit jantung. LFG dihitung dengan CG dan MDRD. Hasil penelitian menunjukan 8,3% dari total 845 pasien yang diteliti menurut formula CG dan 11,6% dengan formula MDRD, terdiagnosis adanya Hidden Renal Failure. Formula CG dan MDRD

(24)

e. Estimating renal function in older people: a comparison of three formulas

(Corsonello, Pedone & Incalzi, 2006): penelitian dilakukan di rumah sakit perawatan geriatri, di Italia. Subyek penelitian adalah 7747 pasien (51,1% wanita, usia rata-rata 80 tahun). LFG dihitung menggunakanCG,MDRD I, dan

MDRD II, dengan hasil rata-rata LFG adalah 51,2; 54,9 dan 64,7 ml/min. Ketiga formula tersebut dapat digunakan untuk mendiagnosis CKD tahap III atau lebih.

f. Penggunaan Obat Sitostatika Non Antibiotik pada Pengobatan Kemoterapi Anak Berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus menggunakan

Formula Schwartz dan Counahan-Barrat di RSUP Dr. Sadjito Yogyakarta

Tahun 2010(Pramodhawardani, 2012): Subyek dalam penelitian ini adalah 118 pasien, dengan 704 kasus peresepan. Hasil penelitian menggambarkan pasien, yang memiliki persentase nilai LFG terbesar adalah tahap 1, sebesar 89,4% (formula Schwartz) dan 62,6% (formula CB), yang memerlukan penyesuaian dosis sitostatika non antibiotik sebesar 1,0% (formula Schwartz) dan 3,2% (formula CB), dan ketidaksesuaian dosis sebanyak 1 kasus (formula Schwartz) serta 5 kasus (formula CB).

Penelitian “Penggunaan Sitostatika Non Antibiotik Pada Pengobatan Kemoterapi Geriatri Berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus

Menggunakan Formula MDRD dan CG Di RSUP Dr. Sardjito

(25)

LFG, dengan formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) dan

Cockcroft-Gault (CG). Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif. Subyek penelitian adalah pasien geriatri yang berusia ≥ 60 tahun, dan menerima pengobatan sitostatika non antibiotik pada tahun 2010. Data yang diperoleh dari rekam medis adalah nomor rekam medis, tanggal periksa, jenis kelamin, usia, berat badan, tinggi badan, nama sitostatika non antibiotik, dosis dan frekuensi penggunaan sitostatika non antibiotik serta serum kreatinin. LFG dihitung menggunakan formula MDRD dan CG, oleh karena itu penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dalam hal subyek data dan belum pernah dilakukan.

3. Manfaat Penelitian

Secara praktis hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam pengambilan keputusan oleh semua tenaga medis terutama farmasis dalam mempraktekkan asuhan kefarmasian, salah satunya dalam mencegah terjadinya ketidaksesuaian dosis penggunaan sitostatika non antibiotik terhadap pasien geriatri yang mengalami penurunan LFG di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010.

B. Tujuan Penelitian

1.Tujuan umum

(26)

perbandingan nilai LFG dengan formula MDRDdan CGdi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui profil nilai LFG pasien geriatri yang menggunakan sitostatika non antibiotik berdasarkan formula MDRD dan CG di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010.

b. Mengetahui persentase kasus peresepan pada pasien geriatri yang mengalami penurunan LFG berdasarkan formula MDRD dan CG serta memerlukan penyesuaian dosis dalam penggunaan sitostatika non antibiotik di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010.

(27)

9

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Ginjal

1. Definisi

Ginjal adalah organ vital yang berperan penting dalam mengeksresikan zat sisa metabolisme (urea, kreatinin, dan asam urat), mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh serta asam basa dengan cara filtrasi darah yang melalui ginjal. Disamping itu fungsi ginjal yang lain adalah dapat mereabsorbsi selektif air-elektrolit-non elektrolit serta mengatur pengeluaran zat kimia asing kemudian mengeksresikan kelebihannya dalam bentuk urin (Braunwald & Horisson, 2000; Davey, 2002). Ginjal juga berfungsi dalam mengontrol sekresi tiga hormon penting, yaitu erytropoietin (EPO) yang berperan dalam pembentukan sel darah merah, renin yang berperan dalam pengaturan tekanan darah, dan calcitrol

(bentuk aktif vitamin D) yang membantu keseimbangan kimia dalam tubuh serta memelihara kadar kalsium dalam tulang (McClellan & Young, 2009).

2. Anatomi dan Fisiologi Ginjal

(28)

kutub atas ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas. Daerah antara ginjal dan kapsul terdapat lemak yang berfungsi membantu melindungi ginjal dari goncangan (Sylvia & Lorraine, 2006; Wibowo, 2005).

Ginjal mendapatkan darah dari banyak arteria atau vena. Arteri renalis membawa darah murni dari aorta abdominalis ke ginjal. Arteri renalis bercabang-cabang dalam ginjal membentuk arteriola aferen. Arteriol aferen merupakan cabang arteria interlobularis yang pendek dan lurus. Tiap arteriol aferen bercabang-cabang menjadi gelung-gelung kapiler glomerulus. Kapiler – kapiler ini kemudian bersatu membentuk arteriol aferen, yang kembali bercabang-cabang menjadi kapiler yang memberi darah ke tubulus (kapiler peritubulus) sebelum mengalirkan darahnya ke dalam vena interlobularis (Ganong, 2002).

Ginjal memiliki satuan unit fungsional yaitu nefron, kurang lebih terdapat 1000.000 nefron dalam setiap ginjal. Setiap nefron terdiri dari berkas kapiler (glomerulus atau badan malphigi), tubulus proksimal, tubulus distal dan tubulus kolektivus (Sylvia & Lorraine, 2006).

(29)

3. Laju Filtrasi Glomerulus

Salah satu indeks fungsi ginjal yang terpenting adalah laju filtrasi glomerulus (LFG) yang memberi informasi tentang jumlah jaringan ginjal yang berfungsi (Sylvia & Lorraine, 2006). Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) digunakan secara luas sebagai indeks fungsi ginjal yaitu dengan mengukur secara tidak langsung kapasitas filtrasi glomerulus berdasarkan pengukuran klirens ginjal. Klirens adalah volume plasma yang mengandung semua zat yang larut melalui glomerulus serta dibersihkan atau dihilangkan (cleared) dari plasma lalu diekskresikan ke dalam urin, karena itu nilai klirens mewakili fungsi glomerulus (Sennang,et al., 2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju filtrasi glomerulus sebagai berikut: a. Tekanan glomerulus: semakin tinggi tekanan glomerulus semakin tinggi laju

filtrasi, semakin tinggi tekanan osmotik koloid plasma semakin menurun laju filtrasi, dan semakin tinggi tekanan kapsula bowman semakin menurun laju filtrasi.

b. Aliran darah ginjal: semakin cepat aliran darah ke glomerulus semakin meningkat laju filtrasi.

c. Perubahan arteriol aferen: apabila terjadi vasokonstriksi arteriol aferen akan menyebabkan aliran darah ke glomerulus menurun. Keadaan ini akan menyebabkan laju filtrasi glomerulus menurun, begitupun sebaliknya.

(30)

Tabel I. TahapChronic Kidney Disease(CKD) berdasarkan LFG

TahapChronic Kidney Disease(CKD) Berdasarkan LFG

Tahap LFG

dengan luas permukaan tubuh 1,73m2

Deskripsi Manajemen

I 90+ Fungsi renal normal

(tetapi urinalisis dan struktur abnormal atau faktor genetik

II 60-89 Fungsi renal sedikit menurun

(CKD tahap II tidak dapat didiagnosa dari LFG saja tapi juga membutuhkan urinalisis dan struktur abnormal atau faktor genetik mengindikasikan penyakit ginjal)

Observasi dan mengkontrol tekanan darah dan risiko kardiovaskular

IIIa 45-59 Fungsi renal menurun dalam tahap moderat, dengan atau tanpa tanda kerusakan ginjal lainnya

Observasi dan mengkontrol tekanan darah dan risiko kardiovaskular

IIIb 30-44 Fungsi renal menurun dalam tahap moderat, dengan atau tanpa tanda kerusakan ginjal lainnya

Observasi dan mengkontrol tekanan darah dan risiko kardiovaskular

IV 15-29 Penurunan fungsi renal yang berat

Memikirkan rencana untuk mengatasi gagal ginjal tahap akhir

V <15 Gagal ginjal tahap akhir Transplantasi atau dialysis

(31)

B. Modification of Diet in Renal Disease (MDRD)

Formula MDRD digunakan untuk mengestimasi nilai LFG pada usia 18 tahun keatas (Levey, et al., 2006). National Kidney Foundation Kidney Disease Outcome Quality Initiative (NKF K/DOQI) merekomendasikan persamaan tes klirens kreatinin (TKK) yang menggunakan kadar kreatinin serum pada orang dewasa yaitu Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) Study atau studi

MDRD yang memperhitungkan faktor usia, ras, dan jenis kelamin. Persamaannya adalah sebagai berikut :

LFG (ml/min/1,73 m2) = 186 x (Scr)-1.154 x (Age)-0.203 x (0.742 jika wanita) x

(1.212 bilaAfrican-American) (SI units) Keterangan :

LFG = Laju Filtrasi Glomerulus

sCr = Kreatinin serum (mg/dl) (National Kidney Foundation DOQI, 2003).

C. Cockcroft – Gault (CG)

Nilai LFG dapat diperkirakan dengan menggunakan data kadar kreatinin serum pada orang dewasa yaitu persamaan Cockcroft-Gault, sesuai rekomendasiNational Kidney Foundation, KDOQI persamaannya sebagai berikut

CG =

(32)

D. Sitostatika

1. Definisi

Sitostatika adalah obat yang mengandung zat-zat yang dapat menghentikan pertumbuhan pesat dari sel-sel ganas (maligne). Obat ini merupakan obat spesialistik batas keamanannya begitu sempit sehingga hanya dibenarkan penggunaannya oleh dokter yang berpengalaman di bidang pengobatan ini. Kerja dari obat sitostatika adalah mematikan sel-sel ganas dengan menstimulir apoptosis (Tjay & Rahardja, 2007; Mardjono, 2009).

2. Penggunaan Sitostatika

Pada penggunaan sitostatika dosis dan jadwal kemoterapi harus diperhatikan karena tergantung daya tahan jaringan normal terutama jaringan yang berkembang pesat seperti sumsum tulang dan mukosa saluran cerna. Obat-obat ini diberikan selama beberapa hari dan diselingi dengan istirahat beberapa minggu untuk memberikan kesempatan bagi jaringan normal untuk tumbuh kembali. Demikian ada satu jarak waktu di antara siklus kemoterapi untuk restorasi jaringan normal/ sehat (Tjay & Rahardja, 2007).

3. Kerja Sitostatika

(33)

Mekanisme efek terapeutik dari obat-obat sitostatika adalah mencari dan memanfaatkan perbedaan antara sel normal dan sel kanker, khususnya diarahkan pada defek-defek genetik dari sel kanker (biologi molekular) (Tjay & Rahardja, 2007).

4. Efek Samping Sitostatika

Sitostatika merupakan obat yang indeks terapinya sempit. Semuanya dapat menyebabkan efek toksik berat, yang mungkin dapat menyebabkan kematian secara langsung maupun tidak langsung. Efek samping umum berupa gejala-gejala akibat penghambatan sel normal yang tumbuh pesat, yaitu

a. Myelosupresi, yakni penekanan sumsum tulang dengan efek gangguan darah (leukopenia, agranulocytosis, anemia, thrombocytopenia dll).

b. Mucositis, perusakan mukosa mulut (luka-luka, stomatitis) dan lambung- usus (mual, muntah, diare).

c. Rontok rambut reversibel akibat merusak kandung/folikel rambut pada kebanyakan sitostatika, yang sebisanya dapat dihindari dengan pemilihan obat tertentu.

d. Imunosupresi, yakni ditekannya sistem imun yang berakibat peningkatan risiko bagi berbagai jenis infeksi.

e. Karsinogen, yakni obatnya sendiri yang dapat menyebabkan kanker pada waktu jangka panjang, akibat sifat mutagen terhadap DNA.

(34)

pirimidin yang dirombak menjadi asam urat (Mardjono, 2009; Tjay & Rahardja, 2007).

5. Penggolongan Sitostatika

Berdasarkan mekanisme kerjanya, sitostatika pada umumnya dibagi dalam beberapa golongan sebagai berikut:

a. Zat-zat alkilasi

Zat-zat ini berkhasiat kuat terhadap sel-sel yang sedang membelah. Khasiat ini berdasarkan gugusan alkilnya, yang sangat reaktif dan menyebabkan

cross-linking(saling mengikat) antara rantai-rantai DNA di dalam intisel. Dengan demikian, penggandaan DNA terganggu dan pembelahan sel dapat dihambat. Contoh obat golongan ini adalah klormetin (nitrogen- mustard), dan turunannya klorambusil, melfelan, siklofosfamida, dan ifosfamida (Tjay & Rahardja, 2007). b. Antimetabolit

Obat ini bekerja dengan mengganggu sintesis DNA dengan jalan

antagonisme saingan. Rumus kimiawinya mirip sekali dengan rumus beberapa metabolit tertentu yang penting bagi fisiologi sel, yakni asam folat, purin, dan pirimidin. Obat menduduki tempat metabolit tersebut dalam sistem enzim tanpa mengambil alih fungsinya, sehingga sintesis DNA atau RNA gagal, dan perbanyakan sel terhenti. Contoh sitostatika golongan antimetabolit adalah

antagonis folat (metotreksat), antagonis purin (merkaptopurin, dan azathioprin),

(35)

c. Antimitotika

Zat-zat ini menghindari pembelahan sel pada metafase ( tingkat kedua pada mitosis), sehingga menghalangi pembelahan inti. Contoh sitostatika golongan antimitotika adalah obat hasil tumbuhan alkaloida Vinca (vinblastin, vinkristin), dan obat baru dari kelompok taxoida (paclitaxel, docetaxel) (Tjay & Rahardja, 2007).

d. Antibiotik

Zat-zat ini dapat mengikat DNA secara komplek, sehingga sintesanya terhenti. Contoh sitostatika golongan antibiotika adalah doksorubisin, daunorubisin (Tjay & Rahardja, 2007).

e. Imunomodulator

Zat-zat ini juga dinamakan Biological Respone Modifier(BRM) berdaya ,mempengaruhi secara positif reaksi biologis dari tubuh terhadap tumor. Fungsi sistem imun dapat distimulasi dengan baik (imunostilulator) maupun disupresi olehnya (imunosupresor). Contoh obat imunostimulator adalah levamisol, sedangkan contoh obat imunosupresif adalah MTX, Merkaptopurin, dan azatioprin (Tjay & Rahardja, 2007).

f. Hormon dan antihormon

(36)

Tabel II. Contoh dan Regimen Sitostatika MenurutDrug Information Handbook

(Lacy, Armstrong, Goldman & Lance, 2009)

Jenis Sitostatika Dosis pasien normal Dosis pasien gangguan ginjal

karboplatin Kanker ovarium: 300-360 mg/m2selama 4 minggu

Dosis ditentukan menurut formulaCalvert,

menggunakan LFG yang kemudian disesuaikan dengan kondisi ginjal pasien siklofosfamid Oral: 50-100mg/m2/hari

sebagai terapi kontinyu atau 400-1000 mg/m2dalam dosis terbagi selama 4-5 hari sebagai terapi intermitten

Penyesuaian dosis sesuai dengan petunjuk FDA dan memperhatikan LFG pasien

fluorourasil I.V bolus: 500-600 mg/m2setiap 3-4 minggu atau 425 mg/m2dalam 1-5 hari selama 4 minggu

Tidak direkomendasikan

merkaptopurin Awal: 2,5-5 mg/kg/hari (100-200mg)

Pemeliharaan: 1,5-2,5 mg/kg/hari atau 80-100 mg/m2/hari diberikan sekali

FDA menganjurkan untuk pengurangan dosis bagi pasien dengan penurunan fungsi ginjal berdasarkan nilai LFG

metotreksat Oral, I.M: 15-30 mg/hari untuk 5 hari; diulang sampai 7 hari untuk 3-5 kali

Dosis disesuaikan dengan nilai LFG pasien

vinblastin I.V: 5,5-7,4 mg/m2sampai 7 hari

Tidak direkomendasikan untuk pasien dengan gangguan fungsi ginjal lomustin 100-130 mg/m2sebagai

dosis tunggal sampai 6 minggu

Penyesuaian dosis disesuaikan dengan nilai LFG pasien

cisplatin Kanker ovarium metastatik: 75-100 mg/m2selama 3-4 minggu

(37)

E. Geriatri

Pembagian terhadap populasi berdasarkan usia meliputi tiga tingkatan (menurut WHO), yaitu : lansia (elderly) dengan kisaran usia 60-75 tahun, tua (old) dengan kisaran usia 76-90 tahun, sangat tua (very old) dengan kisaran usia > dari 90 tahun (Walker & Edwards, 2003). Pasien geriatri merupakan pasien dengan karakteristik khusus karena terjadinya penurunan massa dan fungsi sel, jaringan, serta organ. Semua organ mengalami kemunduran, keterbatasan dan ketergantungan serta diberikan banyak obat-obatan yang sering malah akan berakibat merugikan Hal ini menimbulkan perlu adanya perubahan gaya hidup, perbaikan kesehatan, serta pemantauan pengobatan baik dari segi dosis maupun efek samping yang mungkin ditimbulkan (Clinical Chemistry, 2008; David, 2010).

F. Perubahan Sistem Ginjal pada Geriatri

Seiring dengan pertambahan usia akan terjadi pengurangan ukuran, massa, dan luas daerah efektif untuk filtrasi pada organ ginjal. Manusia setelah berusia 50 tahun ke atas akan mengalami penurunan jumlah nefron secara progresif sampai 1.000.000 serta hampir 35% nefron ginjal akan mengalami sklerosis (Olyaei & Bennett, 2009). Kondisi ginjal pada geriatri juga akan diperparah dengan penyakit yang umumnya diderita oleh para geriatri, antara lain hipertensi, diabetes, dan atau hiperlipidemia (Rockwood, 2010).

(38)

akan terlambat terdeteksinya. Kadangkala beberapa pembuluh darah akan tersumbat sehingga menimbulkan terjadinya hipertensi, penyakit ginjal progresif, ataupun keduanya (Cohen, 2005).

G. Efek Sitostatika terhadap Penurunan Fungsi Ginjal

Ginjal merupakan tempat ekskresi sebagian besar obat, baik dalam bentuk aktif maupun hasil metabolitnya. Seperti halnya dengan organ-organ yang lain, ginjal akan mengalami perubahan fisiologis dan anatomis dengan bertambahnya usia. Dengan menurunnya kapasitas fungsi ginjal secara ilmiah karena usia lanjut, maka eliminasi sebagian besar obat juga akan terpengaruh, tak terkecuali sitostatika. Sementara itu juga terdapat penurunan klirens yang konsisten dengan bertambahnya usia. Pada keadaan ini pengukuran klirens kreatinin perlu dibuat, sebelum pemberian sitostatika, terutama jika ada kecurigaan adanya kelainan ginjal atau gangguan metabolisme air dan garam, misalnya dehidrasi berat. Salah satu akibat dari turunnya klirens adalah terjadi pemanjangan waktu paruh beberapa sitostatika dan kemungkinan tertumpuknya metabolit sitostatika hingga mencapai kadar toksik, bila dosis dan frekuensi pemberian tidak diturunkan (Bressler & Bahl, 2003).

H. Keterangan Empiris

(39)
(40)

22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian mengenai Penggunaan Sitostatika Non Antibiotik Pada Pengobatan Kemoterapi Geriatri Berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus Menggunakan Formula MDRDdan CG Di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2010 merupakan jenis penelitian observasional deskriptif evaluatif yang bersifat retrospektif.

Penelitian observasional merupakan penelitian dengan menggunakan teknik pendekatan guna mendapatkan data sekunder dengan cara langsung mengamati objek datanya (Jogiyanto, 2008). Rancangan penelitian deskriptif evaluatif karena tujuan penelitian yaitu memberikan gambaran dan evaluasi mengenai penggunaan sitostatika non antibiotik pada pasien geriatri berdasarkan Laju Filtrasi Glomerulus menurut formulaMDRDdanCG.

Penelitian ini bersifat retrospektif karena data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dengan melakukan penelusuran dokumen terdahulu, yaitu pada lembar rekam medis pasien di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel utama

a. Varibel bebas: nilai Laju Filtrasi Glomerulus yang dihitung dengan formula

(41)

b. Variabel terikat: penyesuaian regimen dosis sitostatika non antibiotik. 2. Variabel pengacau terkendali

a. Usia

3. Variabel pengacau tak terkendali a. Berat badan

b. Tinggi badan c. Jenis kelamin d. Serum kreatinin

C. Definisi Operasional

1. Pasien geriatri adalah pasien berusia ≥ 60 tahun yang telah menjalani kemoterapi sitostatika non antibiotik, dan melakukan pengukuran serum kreatinin, serta 1 pasien dapat menyumbang 1 atau lebih dari 1 kasus peresepan di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010.

2. Karakteristik pasien geriatri yang memerlukan penyesuaian regimen dosis adalah pasien yang menjalani kemoterapi sitostatika non antibiotik dan mengalami penurunan LFG yang pada rekam medisnya tercantum data laboratorium serum kreatinin yang bila dihitung dengan MDRD dan CG

mempunyai nilai LFG < 60 ml/min/1,73m2.

(42)

LFG (ml/min/1,73 m2) = 186 x (Scr)-1.154 x (Usia)-0.203 x (0.742 jika wanita) x

(1.212 bilaAfrican-American)

Formula CG membutuhkan beberapa data pasien meliputi usia, berat badan, jenis kelamin dan serum kreatinin dengan persamaan sebagai berikut:

D. Subjek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah semua pasien geriatri yang memiliki data laboratorium nilai serum kreatinin dan memenuhi kriteria inklusi, di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010. Kriteria inklusi penelitian ini adalah pasien dengan usia≥60 tahun dan menerima terapi sitostatika non antibiotik, dan kriteria eksklusi adalah pasien gagal ginjal kronik serta nilai kreatinin serum≥5 mg/dl.

E. Bahan Penelitian

Bahan penelitian ini adalah data lengkap pasien pada lembar rekam medis pasien kemoterapi geriatri yang telah melakukan pemeriksaan serum kreatinin dan menerima terapi sitostatika non antibiotik. Adapun lokasi penelitian yaitu RSUP Dr. Sardjito yang beralamat di Jalan Kesehatan 01 Sekip Yogyakarta 587333.

F. Alat Penelitian

1. Lembar pengambilan data 2. Alat hitung

(43)

G. Tata Cara Penelitian

1. Analisis situasi

Penelitian ini merupakan penelitian payung dengan 8 anggota, yang mengkaji penggunaan sitostatika pada geriatri dan anak berdasarkan nilai LFG, antiemetik, dan hematologi. Pada penelitian ini peneliti hanya mengkaji penggunaan sitostatika non antibiotik untuk pasien geriatri berdasarkan nilai LFG. Analisis situasi dimulai dengan mengurus perijinan penelitian yang ditujukan kepada Direktur SDM dan Pendidikan, Kepala Bagian Pendidikan dan Penelitian, serta Kepala Bangsal Penyakit Dalam IRNA I RSUP Dr. Sardjito. Perijinan didapatkan oleh peneliti, kemudian dilanjutkan dengan tahap observasi tempat dan prosedur pengambilan data rekam medis pasien. Instalasi catatan medik terletak di dekat UGD dan prosedur pengambilan data, maksimal 3 orang peneliti, dalam satu tim penelitian yang diperbolehkan masuk ke instalasi catatan medik serta rekam medis yang akan digunakan, diwajibkan dipesan 1 hari sebelumnya. Tahap berikutnya adalah melihat data laboratorium mengenai serum kreatinin dan sitostatika non antibiotik yang digunakan oleh pasien kemoterapi geriatri yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010.

2. Pengambilan data

(44)

frekuensi penggunaan sitostatika non antibiotik dan nilai serum kreatinin dari pasien geriatri (≥60 tahun).

H. Tata Cara Analisis Hasil

Data kualitatif yang diperoleh dibahas dalam bentuk uraian dan secara deskriptif dalam bentuk tabel dan atau gambar diagram. Adapun data pasien akan dikelompokkan terlebih dahulu sebagai berikut ini:

1. Pengelompokan nilai (persentase) LFG pasien geriatri berdasarkan formula

MDRDdanCGyang memperoleh pengobatan sitostatika non antibiotik. Kedua kelompok itu dibandingkan secara statistika menggunakan uji T dependent

berpasangan.

2. Pengelompokan (persentase) pasien geriatri yang mengalami penurunan fungsi ginjal dengan LFG < 60 ml/min/1,73 m2.

3. Pengelompokan (persentase) pasien dengan penurunan fungsi ginjal yang perlu penyesuaian dosis sitostatika non antibiotik.

4. Perhitungan dosis sitostatika non antibiotik berdasarkan Body Surface Area

(BSA), dengan menggunakan formula Mosteller, yaitu BSA (m²) = ( [tinggi (cm) x Berat (kg) ]/ 3600 )½. Adapun penyesuaian dosis untuk pasien yang mengalami penurunan nilai LFG, dengan cara mencocokan dosis pengobatan denganguideline Drug Information Handbook(DIH). Khusus untuk sitostatika karboplatin, penyesuaian dosis obat disesuaikan berdasarkan formulaCalvert. Adapun rumus formulaCalvertadalah sebagai berikut:

(45)

Keterangan: AUC= 5 untuk pasien dengan nilai LFG ≤ 60 ml/min; AUC= 6 untuk pasien dengan nilai LFG > 60 ml/min (Gao et al., 2008; Lacy, Armstrong, Goldman & Lance, 2009; Stacy et al., 2009 & Tsutomu et al.,

(46)

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan sitostatika non antibiotik pada pengobatan kemoterapi terhadap geriatri berdasarkan LFG serta melihat perbandingan nilai LFG dengan formula Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) dan Cockcroft-Gault (CG) di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010. Pada penelitian ini disertakan informasi mengenai profil pasien terkait nilai LFG, persentase kasus pasien geriatri dengan penurunan LFG dan

penyesuaian dosis sitostatika non antibiotik yang diresepkan pada pasien geriatri

tahun 2010, diRSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

Dalam penelitian ini, jumlah pasien geriatri yang sesuai dengan kriteria inklusi adalah 62 pasien dengan jumlah laki-laki sebanyak 27 pasien dan perempuan sebanyak 35 pasien. Enam puluh dua pasien menyumbangkan 109 kasus peresepan sitostatika non antibiotik.

A. Profil Pasien berdasarkan Nilai Laju Filtrasi Glomerulus (LFG)

(47)

rendah (NKF, 2000). Faktor usia juga mempengaruhi nilai LFG, sesudah usia 50 tahun seseorang akan mengalami penurunan massa ginjal sebesar 25% - 30%, sehingga mengakibatkan pengurangan jumlah glomerulus, jumlah nefron, dan volume cortical ginjal. Hal ini menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus dan aliran darah ginjal (Hurria & Lichtman, 2007; Monfardini, 2004).

Pada penelitian ini terdapat 62 pasien geriatri, berdasarkan kelompok usia dibagi menjadi 2 tingkatan yaitu elderly (56 pasien) dan old (6 pasien). Persentase yang menunjukkan tingkatan usia geriatri tersaji pada gambar 2.

90% 10%

Elderly (60-75 tahun) Old (76-90 tahun)

Gambar 2. Persentase Usia Pasien Geriatri dengan Penggunaan Sitostatika Non Antibiotik di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2010

Pada gambar 2, diketahui bahwa profil pasien geriatri pada tingkat

elderly yang mengalami penurunan LFG, lebih banyak dibanding tingkat old

(48)

Laju filtrasi glomerulus dapat dihitung dengan menggunakan formula

Modification of Diet in Renal Disease (MDRD) yang memperhitungkan faktor usia, ras, dan jenis kelamin. Berdasarkan penelitian di RSUP Dr. Sardjito tahun 2010, nilai LFG pasien kemoterapi geriatri secara garis besar disajikan dalam gambar 3.

22%

50% 24%

4%

Tahap I Tahap II Tahap IIIa Tahap IIIb

Gambar 3. Persentase Tahapan TerjadinyaChronic Kidney Disease(CKD) menurut nilai LFG berdasarkan FormulaMDRDPasien Geriatri dengan Penggunaan Sitostatika Non Antibiotik di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun

2010

Hasil perhitungan LFG dengan menggunakan formula MDRD

menunjukkan bahwa 50% dari total kasus memiliki nilai LFG pada rentang 60 – 89 ml/menit/1,73 m2 (CKD tahap II) artinya terjadi sedikit penurunan fungsi ginjal. Untuk mencegah penurunan LFG lebih lanjut, maka pada CKD tahap II, pasien dianjurkan untuk mengontrol tekanan darah dan risiko kardiovaskular, membatasi asupan protein, sodium, potasium, serta melakukan penilaian fungsi ginjal secara regular dengan pemeriksaan laboratorium (Tomson,et al., 2006).

Laju filtrasi glomerulus dapat dihitung dengan menggunakan formula

(49)

rentang 45-59 ml/min/1,73 m2 (CKD tahap IIIa). Hasil tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan fungsi ginjal dalam tahap moderat, dengan atau tanpa tanda kerusakan ginjal lainnya, sehingga dapat dilakukan manajemen pengobatan dengan melakukan observasi dan mengontrol tekanan darah untuk mencegah risiko kardiovaskular (Knott, 2010).

3% 14%

44% 36%

3%

Tahap I Tahap II Tahap IIIa Tahap IIIb Tahap IV

Gambar 4. Persentase Tahapan TerjadinyaChronic Kidney Disease(CKD) menurut nilai LFG berdasarkan FormulaCGPasien Geriatri dengan Penggunaan

Sitostatika Non Antibiotik di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2010 Perhitungan nilai LFG menggunakan formula CG dibandingkan dengan

MDRD, tidak hanya menggunakan faktor usia, jenis kelamin, dan serum kreatinin saja, tetapi juga menggunakan faktor berat badan (Renal FAC, 2008). Hal inilah yang menyebabkan, kasus peresepan yang memerlukan penyesuaian dosis, lebih besar jumlahnya dibanding hasil perhitungan formula MDRD. Beberapa keterbatasan formula MDRD adalah belum adanya validasi pada beberapa suku (aborigin, pasifik, dan asia), tidak akurat pada pasien obesitas maupun terlalu kurus, perlu faktor koreksi untuk ras tertentu dan pasien diabetes (Jones, 2007; Rully & Roesli, 2009). Menurut Lamb, Webb, & Riordan (2007) persamaan

(50)

Perbedaan antara formula MDRD dan CG, juga dibuktikan secara statistika. Pertama dilakukan uji normalitas untuk formula MDRD dan CG, tujuannya untuk mengetahui distribusi data pada kedua formula normal atau tidak. Pada penelitian ini digunakan uji statistika Kolmogorov-Smirnov untuk uji normalitas data, dikarenakan jumlah kasus dalam penelitian ini lebih dari 50 kasus, sedangkan jika kurang dari 50 kasus menggunakan uji statistika Shapiro Wilk. Hasil uji statistikaKolmogorov-Smirnov, kedua formula memiliki data yang terdistribusi normal, MDRD memiliki nilai p = 0,200, sedangkan CG memiliki nilaip = 0,099 (p > 0,05). Analisis statistika selanjutnya dengan uji T dependent

berpasangan untuk membandingkan formula MDRD dan CG. Digunakan uji T

dependent berpasangan karena distribusi datanya normal dan subyek uji yang dibandingkan adalah sama, hanya berbeda dalam hal formula yang digunakan untuk menghitung nilai LFG. Hasil direpresentasikan sebagai koreksi signifikansi dengan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05) untuk kedua formula, yang artinya terdapat perbedaan yang bermakna secara statistika antara formula MDRD dan

CG (Dahlan, 2009). Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Widiana (2007) bahwa terdapat perbedaan yang bermakna nilai klirens kreatinin antara formulaMDRDdanCG.

Menurut Fenty (2010) perbedaan estimasi nilai LFG formulaMDRDdan

CG, dapat menimbulkan permasalahan dalam praktik para klinisi. Diketahui perhitungan formula MDRD dapat menyebabkan estimasi LFG lebih tinggi (overestimate) dari yang sebenarnya, bagi pasien yang memiliki massa tubuh

(51)

formulaMDRD mempergunakan faktor body surface area (BSA) rata-rata orang Eropa yaitu 1,73 m2 (Heaf, 2007). Untuk mengatasi hal tersebut perhitungan formulaMDRD, dapat distandarisasi dengan BSA pasien, dengan rumus :

LFG = 186 x (Scr)-1.154 x (Age)-0.203 x (0.742 jika wanita) x (1.212 bila African-American) X (BSA pasien : 1,73 m2) (UKMI, 2011) FormulaMDRD yang terstandarisasi BSA pasien diharapkan meminimalkan bias perhitungan nilai LFG, sehingga penyesuaian dosis menjadi lebih tepat.

Keakuratan perhitungan formula CG juga dapat ditingkatkan dengan menggunakan faktor BSA. Standarisasi faktor BSA pada perhitungan formula

CG, sangat dianjurkan pada pasien dengan penurunan LFG, agar pengobatan dapat mencapai efek terapi yang diharapkan (Alagiakrishnan & Senthilselvan, 2010). Berikut rumus perhitungannya:

(52)

B. Persentase Kasus Pasien Geriatri dengan Penurunan LFG

Kasus peresepan sitostatika non antibiotik pada pasien geriatri dengan penurunan LFG, harus benar-benar diperhatikan karena sebagian besar metabolit aktif dan toksik diekskresi melalui ginjal. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa pasien yang mengalami penurunan nilai LFG berdasarkan formula CG, lebih besar dibandingkanMDRD. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Persentase Kasus Pasien Geriatri dengan Penurunan LFG di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2010

Pada gambar 5 dapat diketahui bahwa menurut formula MDRD 28% kasus peresepan pada pasien dengan penurunan LFG, yang terdiri dari 24% dengan LFG 45-59 ml/min/1,73 m2 dan 4% dengan LFG 30-44 ml/min/1,73m2. Jika dibandingkan dengan kasus penurunan LFG berdasarkan formula MDRD

yang terstandarisasi BSA pasien, jumlahnya lebih rendah. Hal ini disebabkan formula MDRD dalam mengestimasi LFG lebih tinggi (overestimate) dari yang sebenarnya (UKMI, 2011). Berdasarkan formula MDRD terstandarisasi BSA pasien, terdapat 54% kasus penurunan LFG, yang terdiri dari 38% dengan LFG 45-59 ml/min/1,73m2, 15% dengan LFG 30-44 ml/min/1,73m2, dan 1% dengan LFG 15-29 ml/min/1,73m2. Perhitungan formula MDRD terstandarisasi BSA

72% 28%

nilai LFG≥60 ml/min nilai LFG < 60 ml/min

17%

83% nilai LFG60

ml/min

nilai LFG < 60 ml/min

(53)

pasien, jika digunakan sebagai acuan penyesuaian dosis berdasarkan LFG, dapat meminimalkan resiko kegagalan terapi.

Pada penelitian ini didapatkan hasil 83% kasus penurunan LFG, berdasarkan formula CG, yang terdiri dari 44% dengan LFG 45-59 ml/min/1,73m2, 37% dengan LFG 30-44 ml/min/1,73m2, dan 2% dengan LFG 15-29 ml/min/1,73m2. Perhitungan nilai LFG dengan formulaCGtelah digunakan secara luas untuk penyesuaian dosis obat pada pasien geriatri, penurunan fungsi ginjal, dan penggunaan sitostatika. Adanya kasus penurunan LFG yang cukup besar tersebut, menjadi perhatian khusus untuk pemantauan pengobatan pasien, agar tercapai tujuan terapi dan tidak terjadi penurunan fungsi ginjal lebih lanjut.

Berdasarkan formulaCG terstandarisasi faktor BSA, terdapat 52% kasus penurunan LFG, yang terdiri dari 36% dengan LFG 45-59 ml/min/1,73m2, 15% dengan LFG 30-44 ml/min/1,73m2, dan 1% dengan LFG 15-29 ml/min/1,73m2. Jumlah kasus penurunan LFG, pada formulaCGterstandarisasi BSA lebih rendah (52%) dibanding formula CG tanpa terstandarisasi BSA (83%). Hasil tersebut mendekati hasil penelitian Fenty (2010), yaitu rerata nilai LFG berdasarkan tes klirens kreatinin yang menggunakan formulaCGterstandarisasi BSA yaitu 65,3 ± 16,4 ml/menit/1,73m2, sedangkan formula CG tanpa terstandarisasi BSA sebesar 44,7 ± 13,1 ml/menit. Keakuratan formula CG terstandarisasi BSA, juga ditegaskan oleh Rostoker & Andrivet (2007), yang meneliti perbandingan nilai LFG berdasarkan formula MDRD, CG tanpa terstandarisasi BSA, CG

(54)

standar baku. Hasil penelitiannya menyatakan adanya korelasi yang signifikan antara formulaCGterstandarisasi BSA dengan klirens inulin (r = 0,88).

C. Penyesuaian Dosis Sitostatika Non Antibiotik

Berdasarkan Treatment Strategis and Practice Guidelines in Geriatric Oncology (2006), pengobatan kanker pada geriatri harus mempertimbangkan status fungsional, kondisi nutrisi, fungsi kognitif, dan dosis sitostatika yang diberikan. Gambar 6 menggambarkan persentase kasus kesesuaian dosis penggunaan sitostatika non antibiotik pada pasien geriatri, yang mengalami penurunan LFG berdasarkan formulaMDRDdanCG.

Gambar 6. Persentase Kasus Kesesuaian Dosis Penggunaan Sitostatika Non Antibiotik pada Pasien Geriatri di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2010

Kasus yang memerlukan penyesuaian dosis menurut perhitungan formula

MDRD sebesar 14%. Penyesuaian dosis dilakukan dengan melakukan penambahan maupun pengurangan dosis yang disesuaikan nilai LFG. Pada perhitungan formula CG sebesar 51% kasus memerlukan penyesuaian dosis. Keberhasilan pengobatan pada pasien geriatri ditentukan dengan perhitungan dosis yang tepat, sehingga penyesuaian dosis terhadap kondisi fisiologis dan

86% 14%

Dosis Sesuai

Dosis tidak sesuai FormulaMDRD

49% 51%

Dosis sesuai

Dosis tidak sesuai

(55)

patologis sangat diperlukan. Berikut evaluasi kasus peresepan yang memerlukan penyesuaian dosis:

Tabel III. Penyesuaian Dosis Sitostatika Non Antibiotik Kombinasi berdasarkan FormulaMDRDdanCGdi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

Tahun 2010 No. RM Scr

(mg/dl) BSA (m2)

Nama Sitostatika Dosis Nilai LFG Anjuran*

MDRD CG

01.46.96.08 1,39 1,44 - cisplatin

- 5-fluorourasil - sesuai dosis (MDRD&

CG)

01.46.96.08 1,4 1,44 - cisplatin

- 5-fluorourasil - sesuai dosis (MDRD&

CG)

01.21.16.19 1,62 1,44 - paclitaxel

- cisplatin

01.45.53.99 1,57 1,42 - cisplatin

- 5-fluorourasil - sesuai dosis (MDRD&

CG)

01.44.85.00 1,09 1,33 - cisplatin

- 5-fluorourasil - sesuai dosis (MDRD&

(56)

01.44.36.88 1,43 1,42 - cisplatin - sesuai dosis (MDRD&

CG)

01.49.32.58 0,94 1,40 - cisplatin

- 5-fluorourasil

- sesuai dosis (MDRD&

CG) - 2 x 7,5 mg (CG)

01.45.53.99 0,95 1,40 - cisplatin

- 5-fluorourasil

- sesuai dosis (MDRD&

CG)

01.45.53.99 1,16 1,40 - cisplatin

- 5-fluorourasil

- sesuai dosis (MDRD&

CG)

01.45.53.99 1,04 1,40 - cisplatin

- 5-fluorourasil

- sesuai dosis (MDRD&

CG)

01.50.01.67 1,04 1,60 - paclitaxel

- karboplatin

- 175 mg/m2≈280 mg

- 400 mg

57 47 - sesuai dosis (MDRD&

01.49.32.58 0,82 1,40 - cisplatin

- 5-fluorourasil - sesuai dosis (MDRD&

CG)

01.49.44.20 0,97 1,38 -cisplatin

- 5-fluorourasil - sesuai dosis (MDRD&

(57)

01.49.44.20 1,13 1,38 - cisplatin - sesuai dosis (MDRD&

CG)

01.49.44.20 0,85 1,38 - cisplatin

- 5-fluorourasil - sesuai dosis (MDRD&

CG)

01.46.85.11 1 1,40 - siklofosfamid

- cisplatin

- 400 mg/m2

≈560

- 300 mg/m2

≈342 mg

80 45 - sesuai dosis (MDRD&

CG) - 256,5 mg (CG)

01.46.85.11 1,06 1,40 - siklofosfamid

- cisplatin

- 400 mg/m2

≈560 mg

- 400 mg/m2

≈560 mg

74 43 - sesuai dosis (MDRD&

CG) - 420 mg (CG)

01.46.85.11 1,18 1,40 -siklofosfamid

- cisplatin

- 400 mg/m2

≈560 mg

- 400 mg/m2

≈560 mg

66 38 - sesuai dosis (MDRD&

CG) - 280 mg (CG)

01.46.85.11 1,1 1,40 - siklofosfamid

- cisplatin

- 400 mg/m2

≈560 mg

- 400 mg/m2

≈560 mg

72 41 - sesuai dosis (MDRD&

CG) - 280 mg (CG)

01.46.85.11 1,03 1,40 - siklofosfamid

- cisplatin

- 400 mg/m2

≈560 mg

- 400 mg/m2

≈560 mg

76 44 - sesuai dosis (MDRD&

CG) - 280 mg (CG)

01.44.57.86 1,55 1,60 - karboplatin

- 5-fluorourasil - sesuai dosis (MDRD&

(58)

01.36.58.24 0,52 1,31 - paclitaxel

- karboplatin

- 210 mg

- 300 mg

119 50 - sesuai dosis (MDRD&

CG) - 375 mg (CG)

01.44.76.45 1 1,50 - doxorubicin

- siklofosfamid

61 57 - sesuai dosis (MDRD&

CG)

- sesuai dosis (MDRD&

CG)

- 67 mg (CG)

01.44.76.31 0,73 1,23 - docetaxel

- cisplatin

115 52 - sesuai dosis (MDRD&

CG) - 19 mg (CG)

- sesuai dosis (MDRD&

CG)

- sesuai dosis (MDRD&

CG)

01.45.27.55 0,92 1,40 - docetaxel

- cisplatin

90 54 - sesuai dosis (MDRD&

CG)

- 18 mg (CG)

- sesuai dosis (MDRD&

CG)

01.45.27.55 0,87 1,40 - docetaxel

- cisplatin

96 57 - sesuai dosis (MDRD&

CG)

- 19 mg (CG)

- sesuai dosis (MDRD&

(59)

01.45.27.55 0,95 1,40 - docetaxel

87 57 - sesuai dosis (MDRD&

CG) - 21,3 mg (CG)

- sesuai dosis (MDRD&

CG)

01.47.08.40 0,73 1,09 - karboplatin

- cisplatin

- sesuai dosis (MDRD&

CG)

01.47.15.45 0,84 1,41 - paclitaxel

- karboplatin

98 54 - sesuai dosis (MDRD&

CG)

- 395 mg (CG)

01.47.15.45 0,94 1,41 - paclitaxel

- karboplatin

86 49 - sesuai dosis (MDRD&

CG)

- 370 mg (CG)

01.47.15.45 0,87 1,41 - paclitaxel

- karboplatin

96 54 - sesuai dosis (MDRD&

CG)

- 395 mg (CG)

01.46.98.54 1,22 1,60 - siklofosfamid

- doxorubicin

62 47 - sesuai dosis (MDRD&

CG)

- sesuai dosis (MDRD&

CG)

(60)

01.50.48.17 1,35 1,46 - paclitaxel

42 32 - sesuai dosis (MDRD&

01.27.79.81 0,8 1,40 - trastuzumab

- docetaxel

77 52 - sesuai dosis (MDRD&

CG)

- sesuai dosis (MDRD&

CG) - 385 mg (CG)

01.50.00.68 0,96 1,40 - cisplatin

- 5-fluorourasil

- sesuai dosis (MDRD&

CG)

01.44.74.81 1,06 1,30 - cisplatin

- 5-fluorourasil

- sesuai dosis (MDRD&

CG)

01.45.18.42 1,39 1,40 - karboplatin

- 5-fluorourasil - sesuai dosis (MDRD&

CG)

01.44.50.48 1,69 1,53 - karboplatin

- 5-fluorourasil

- sesuai dosis (MDRD&

(61)

01.45.76.07 0,93 1,44 - karboplatin

- sesuai dosis (MDRD&

CG)

01.49.89.18 0,9 1,38 - 5-fluorourasil

- cisplatin

65 39 - sesuai dosis (MDRD&

CG)

- 69 mg (CG)

01.50.26.73 0,72 1,34 - 5-fluorourasil

- cisplatin

90 52 - sesuai dosis (MDRD&

CG) - 100 mg (CG)

01.50.26.73 0,8 1,36 - allopurinol - cisplatin

- 1 x 300 mg - 135 mg

78 47 - sesuai dosis (MDRD&

CG) - 101 mg (CG)

01.44.96.66 0,74 1,22 - paclitaxel

- cisplatin

-175mg/m2≈ 213,5 mg

- 100mg/m2

≈122 mg

107 39 - sesuai dosis (MDRD&

CG) - 62 mg (CG)

01.36.27.46 1,3 1,75 - karboplatin

- 5-fluorourasil - sesuai dosis (MDRD&

CG)

00.55.05.57 1,15 1,54 - doxorubicin

- ifosfamid

66 43 - sesuai dosis (MDRD&

CG) - 5,25 mg (CG) - sesuai dosis (MDRD&

CG)

Keterangan:

LFG = Laju Filtrasi Glomerulus

(62)

Pada tabel III, dapat diketahui bahwa sitostatika cisplatin merupakan sitostatika non antibiotik dengan jumlah kasus terbesar yang memerlukan penyesuaian dosis berdasarkan formula MDRD dan CG. Jika dibandingkan pada lampiran 3, kasus peresepan sitostatika non antibiotik kombinasi terbesar berdasarkan formula MDRD dan CG yang terstandarisasi BSA pasien, juga terdapat pada cisplatin.

Penelitian Moon, Seo, Yoon, Shin, Choi, dan Lee (2011), menyatakan 41 pasien kanker usus dari 552 pasien (7,43%), yang menerima sitostatika cisplatin mengalami nefrotoksisitas. Metabolit cisplatin dapat menyebabkan efek toksik secara langsung pada renal tubular, vascular renal, dan glomeruli, sebelum diekskresi secara aktif direnal tubular, maka terlebih dahulu metabolit cisplatin masuk ke proximal tubular, seringkali dalam kasus pemberian cisplatin dalam dosis tinggi akan mengakibatkan terakumulasinya metabolit cisplatin diproximal tubular, yang mengakibatkan perubahan aliran darah dan laju filtrasi glomerulus. Efek tidak langsung yang ditimbulkan oleh metabolit cisplatin adalah inflamasi

(63)

Tabel IV. Penyesuaian Dosis Sitostatika Non Antibiotik Tunggal berdasarkan FormulaMDRDdanCGdi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2010 No. RM Scr

Dosis Nilai LFG *Anjuran

MDRD CG 01.45.32.00 0,73 1,40 - dakarbazin - 400 mg 115 60 - 320 mg

(CG) 01.46.85.12 1,1 1,60 - metotreksat - 10 mg 55 56 - 7,5 mg

(MDRD&

CG) 01.42.07.66 1,05 1,40 - karboplatin -375,5mg

dalam 01.42.23.03 0,86 1,40 - capecitabine - 500 mg 67 40 - 375 mg

(CG)

Keterangan:

LFG = Laju Filtrasi Glomerulus

*Penyesuaian regimen dosis menurutDrug Information Handbook

(64)

Berdasarkan formula CG, didapatkan hasil bahwa sitostatika dakarbazin, merupakan sitostatika tunggal yang memerlukan penyesuaian regimen dosis dengan jumlah kasus terbesar. Nefrotoksisitas dakarbazin diakibatkan oleh metabolitnya yaitu 5-aminoimidazole-4carboxamide (AIC), sehingga menyebabkan kerusakan pada renal tubular (Drug Bank, 2012; Pocket Drug Guide, 2010).

Hasil analisis tabel III dan IV, diketahui 34 kasus peresepan sitostatika non antibiotik, menurut formula MDRD sesuai dosis namun dengan perhitungan

CG perlu penyesuaian dosis, jumlah tersebut lebih besar dibandingkan dengan perhitungan formulaMDRDdanCG yang terstandarisasi BSA pasien. Terdapat 6 kasus peresepan, menurut formulaMDRDterstandarisasi BSA sesuai dosis namun perhitungan formulaCG terstandarisasi BSA perlu penyesuaian dosis. Beberapa item sitostatika non antibiotik tersebut yaitu:

1. Karboplatin

(65)

2. Ifosfamid

Bentuk sediaan ifosfamid adalah serbuk 1 gram dan 3 gram, kemudian direkonstitusi menjadi sediaan injeksi (Lacy et al., 2009). Dosis ifosfamid sebesar 7,5 mg dalam D5% 500 cc, tidak tepat diberikan pada pasien geriatri dengan nilai LFG 43 ml/min/1,73 m2, seharusnya dosis yang diberikan 75% dari dosis obat. Hal ini sesuai mengingat pasien telah mengalami penurunan fungsi ginjal pada tahap moderat (CKD IIIa), dan bila dilihat dari guideline Drug Information Handbook (DIH), yang secara tegas menyatakan jika nilai LFG pasien 46-50 ml/min/1,73 m2, maka dosis yang diberikan 80% dari dosis obat, nilai LFG 31-45 ml/min/1,73 m2, dosis yang sesuai 75% dari dosis obat, dan bila nilai LFG < 30 ml/min/1,73 m2, maka dosis yang diberikan 70% dari dosis obat. Pada kasus ini dosis yang seharusnya diberikan adalah 5,25 mg.

3. Capecitabine

Bentuk sediaan capecitabine adalah tablet 150 mg dan 500 mg (Lacy et al., 2009). Pada kasus ini dosis yang diberikan sebesar 500 mg, sedangkan nilai LFG pasien 40 ml/min/1,73 m2, oleh karena itu dosis yang sesuai adalah 375 mg. Capecitabine merupakan sitostatika golongan anti metabolit, yang 96% metabolitnya diekskresi melalui urin (Drug Bank, 2012). Oleh karena itu regimen penyesuaian dosis berdasarkan nilai LFG perlu diperhatikan.

4. Dakarbazin

(66)

dosis, hal tersebut sesuai apabila dilihat dari nilai LFG pasien yang nilainya 36 ml/min/1,73 m2. Pada guideline Drug Information Handbook (DIH), dinyatakan bahwa bila nilai LFG pasien 46-60 ml/min/1,73 m2 maka dosis yang dianjurkan 80% dari dosis obat, nilai LFG 31- 45 ml/min/1,73 m2, dengan dosis anjuran 75% dari dosis obat, dan nilai LFG < 30 ml/min/1,73 m2 dosis sesuai adalah 70% dari dosis obat. Dosis yang tepat pada kasus ini adalah 300 mg.

5. Metotreksat

Penggunaan sitostatika metotreksat pada dosis yang tidak tepat dapat menimbulkancrystal nephrophatydan kerusakan ginjal kronik. Pada penelitian ini terdapat 1 kasus pengobatan dengan metotreksat yang masih memerlukan penyesuaian regimen dosis menurut formula CG, hal tersebut terjadi pada pasien dengan nilai LFG 52 ml/min/1,73m2. Lacy, et al., (2009) menyatakan pasien dengan nilai LFG 51-60 ml/min/1,73m2, dosis yang dianjurkan 70% dari dosis obat. Bentuk sediaan yang diberikan adalah tablet 10 mg, sedangkan di pasaran tersedia tablet 5 mg, 7,5 mg, 10 mg, dan 15 mg. Kasus ketidaksesuaian dosis dalam penelitian ini, diantisipasi melalui penyesuaian dosis yang dilakukan dengan cara pengurangan dosis sitostatika sehingga dosisnya menjadi 7,5 mg.

6. Cisplatin

(67)

contoh pasien dengan nilai LFG 33 ml/min/1,73 m2, seharusnya dosis yang diberikan 72 mg, namun pada peresepan tertulis 144 mg. Ketidaksesuaian dosis tersebut mengakibatkan ginjal pasien bekerja lebih keras, dari kapasitas yang dimiliki dan dapat berakibat kerusakan ginjal kronik.

Hasil analisis dari tabel III dan IV, didapatkan penjelasan bahwa terdapat 1 kasus peresepan sitostatika non antibiotik yang menurut formula CG dosisnya sudah sesuai, namun perhitungan dengan formula MDRD perlu penyesuaian regimen dosis. Hasil tersebut sama dengan perhitungan formula MDRD dan CG

(68)

50

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Profil nilai LFG pasien geriatri yang menggunakan sitostatika non antibiotik, di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2010, berdasarkan formula MDRD yaitu tahap I (22%), tahap II (50%), tahap IIIa (24%), dan tahap IIIb (4%). Berdasarkan formula CG yaitu tahap I (3%), tahap II (14%), tahap IIIa (44%), tahap IIIb (36%), dan tahap IV (3%).

2. Persentase kasus peresepan pada pasien geriatri yang mengalami penurunan LFG berdasarkan formula MDRD sebesar 28% dan berdasarkan formula CG

sebesar 83% dari 109 kasus peresepan sitostatika non antibiotik.

Gambar

Tabel III. Penyesuaian Dosis Sitostatika Non Antibiotik
Gambar 1. Struktur Fungsional Nefron.............................................
Gambar 1. Struktur Fungsional Nefron (Dipiro, et al., 2008)
Tabel I. Tahap Chronic Kidney Disease (CKD) berdasarkan LFG
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji wilcoxon dari data penelitian tentang partisipasi Ibu dalam pemasangan live trap terhadap jumlah tangkapan pinjal yang ada pada tubuh tikus menunjukan tidak ada beda

Akhirnya, para pengecer prihatin bahwa berbagai display serta material P-O-P lainnya hanya membantu peningkatan penjualan dari suatu merek khusus dari produsen selama periode display

Kesimpulan dari hasil penelitian dan pembahasan adalah: Limbah ikan tuna produk proses biologis memiliki nilai kecernaan (bahan kering, bahan organik dan protein kasar) dan

Implementasi aplikasi broker properti meliputi fungsi penyimpanan dan pembacaan informasi, proses sinkronisasi data antara kantor cabang dengan kantor pusat,

Sementara dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor 237/KMK.02/2010 tentang Persetujuan Penggunaan Sebagian Dana Penerimaan Negara Bukan Pajak pada Badan

Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 30 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Calon Pegawai Negeri Sipil sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan

Dengan sistem yang sedang berjalan saat ini masih dirasakan kurang baik dimana terdapat beberapa kelemahan, yaitu membutuhkan waktu yang lama dalam proses pengajuan

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan dan informasi untuk perencanaan kesehatan penduduk kelompok lanjut usia bagi Dinas Kesehatan Kota Sibolga