• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI KAUM MUDA KATOLIK PAROKI RAYON KOTA YOGYAKARTA MENGENAI HIDUP MEMBIARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI KAUM MUDA KATOLIK PAROKI RAYON KOTA YOGYAKARTA MENGENAI HIDUP MEMBIARA"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

MENGENAI HIDUP MEMBIARA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

YASINTA ARIATI

NIM : 069114092

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

(2)

MENGENAI HIDUP MEMBIARA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

YASINTA ARIATI

NIM : 069114092

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010

 

(3)

SKRIP$

PERSEPSI

KATTM MT]DA K^ATOLIK

PAROKI R.AYON KOTA YOGYAKARTA

MENGENAI IIIDUP MEMBIARA

Slaipsi Ini Tehtr Disetujui untuk Dipertahankan Di t{adapan Panitia Ujian Skripsi

A

Y. Heri Widodo,MJsl Yogyakarta, l8Mei2010

Faloiltas Psikologi

"ffi

(4)

Nama

K€tua

Selfietaris

Anggota

PERSEPSI

KAT'M MTTDA

I(ATOLIK

PAROKI RAYON KOTA YOGYAKARTA

MENCENAI HIDT'P MEMBIARA

IXaurun oioh: Yrsirti Arhti

Yosakarta,

24 MAY

2010

SanataDhuma

h

/ +

llWz--1

.-lrl

z

{{ffirbnqfiAenttc$

\

# &"9

f-ffiE

zffiE

(5)

iv

DOA BUNDA ELISABETH

O… Pencinta hatiku yang manis,

berilah aku bagian dalam duka-Mu,

semoga hatiku bernyala-nyala karena cinta,

buatlah aku cakap dalam pengabdian-Mu

tetapi tidaklah bermanfaat bagiku saja,

pun juga bagi keselamatan sesama manusia. Amin

(6)

MERENUNGKAN CINTA KASIH YESUS KRISTUS (EG 94)

 

 

 

 

 

 

 

Skripsi ini kupersembahkan kepada:

Yesus Kristus

Bunda Maria, Bunda Elisabeth, St. Carolus Borromeus,

Kongregasi Suster-suster Cinta Kasih St. Carolus Borromeus

Bapak, Ibu dan saudara-saudaraku tercinta

serta orang-orang yang telah turut mendukung panggilanku dengan tulus hati

 

v

(7)

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta" l7 Mei 2010

Penulis,

*/'*"t

t

Yasinta Ariati

(8)

Yasinta Ariati ABSTRAK

Studi deskriptif kuantitatif dan kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui persepsi kaum muda katolik paroki rayon kota Yogyakarta mengenai hidup membiara. Subyek penelitian ini adalah 100 kaum muda katolik dari paroki Kidul Loji, Pugeran, Jetis, Bintaran, Baciro, Kumetiran dan Pringwulung. Pengujian validitas isi skala persepsi menggunakan professional judgement dan uji reliabilitas menggunakan Alpha Cronbach (0,919). Hasil penelitian menyatakan bahwa subyek memiliki persepsi positif mengenai hidup membiara dengan mean empirik (154,19) yang lebih daripada mean teoritik (120), dan dengan probabilitas (p) 0,000 (p < 0,05). Persepsi positif ini lebih dominan pada aspek kaul keperawanan (mean = 55,63) daripada kaul kemiskinan (mean = 50,90) dan kaul ketaatan (mean = 47,66). Subyek penelitian kualitatif dengan kuesioner terbuka mempunyai 75 subyek dan dengan kuesioner semi terbuka 87. Hasil penelitian kualitatif memperlihatkan subyek memahami hidup membiara sebagai hidup yang wajar, menarik, mengagumkan. Selain itu, mereka memandang hidup membiara sebagai hidup yang tidak bebas (terikat pada aturan dan pemimpin), sehingga tidak tertarik untuk menjalaninya.

Kata kunci: persepsi mengenai hidup membiara

vii 

(9)

Yasinta Ariati ABSTRACT  

The quantitative and qualitative descriptive study aims to know the perception of the catholic youth in Yogyakarta city parishes about the religious life. The 100 subjects are of Kidul Loji, Pugeran, Jetis, Bintaran, Baciro, Kumetiran and Pringwulung parishes. The validity testing was done by the professional judgment and reliability by Alpha Cronbach (0.919). The results of the research state that the subjects have positive perception of the religious life with emperical mean (154.19) more than teoritical mean (120), and with the probability of 0.000 (p < 0.05). This positive perception is more for the vow of chastity (mean = 55.63) than for both the vow of poverty (mean = 50.90) and the vow of obedience (mean = 47.66). The qualitative research with open questionnaire has 75 subjects and with semi open questionnaire has 87. The result show that the religious life is understood as normal, interesting, and marvelous by the subjects. However they have perception that there is no freedom the religious life, so that they are not interested to join.

Keywords: perception of the religious life

 

(10)

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Yasinta Ariati

Nomor Mahasiswa : 069114092

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan iJniversitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Persepsi Kaum Muda Katolik Paroki Rayon Kota Yogyakarta Mengenai llidup Membiara

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di intemet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin saya maupun memberikan royalti kepada saya seiama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pemyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 17 Mei 2010

Yang menyatakan,

*A4r

(Yasinta Ariati)
(11)

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dalam penulisan skripsi hingga selesai tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Psi, selaku Kepala prodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Heri Widodo, M.Psi., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang dengan penuh kesabaran, mengarahkan dan membimbing saya, sehingga skripsi ini dapat selesai.

4. Bapak Mintono, S.Psi., M.Psi., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang turut memberi inspirasi dan dukungan akademik kepada penulis.

5. Bapak Heri Widodo, M.Psi., Dr. A. Priyono Marwan, SJ dan ibu Titik Kristiyani, M.Psi. selaku dosen penguji skripsi yang telah memberi berbagai masukkan yang sangat berarti bagi penulis.

6. Segenap dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, terima kasih atas bimbingan dan segala bekal ilmu pengetahuan yang sangat berharga.

(12)

dan Mas Doni di Ruang Baca, terimakasih banyak atas segala bantuan dan kesabaran dalam membantu kelancaran penulis selama proses administrasi, kuliah dan skripsi.

8. Kongregasi CB melalui Sr. Sesilia, CB beserta staf DPP yang telah memberi saya kesempatan untuk menimba ilmu yang dapat menambah wawasan dan menjadi bekal dalam pelayanan. Terimakasih pula untuk dukungan dan doa-doanya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini. 9. Sr. Justa, CB, yang banyak memberikan arahan dan dukungan selama saya

tinggal di komunitas Stella Duce menjalani tugas studi.

10. Sr. Hetty, CB dan para suster komunitas Postulat-Novisiat yang penuh pengertian dan selalu memberikan dukungan dan motivasi dalam pengerjaan skripsi ini.

11. Bapak dan Ibu dan kakak yang selalu memberikan perhatian, semangat, dan doa yang tulus.

12. Spy, Wulan, Ratri, yang sudah membantu dalam penyabaran kuesioner, teman bimbingan bapak Heri Widodo, M.Psi dan semua teman-teman angkatan 2006 yang selalu memberi semangat di setiap kesempatan. 13. Sahabat-sahabat, yang selalu setia mendoakan dan memberikan motivasi

sehingga saya bersemangat mengerjakan skripsi ini.

14. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan konstribusi atas penulisan skripsi ini. Terima kasih banyak

xi 

(13)

xii 

 

saran demi hasil yang lebih baik. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca

Yogyakarta, 17 Mei 2010

(14)

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR GRAFIK... xix

DAFTAR LAMPIRAN... xx

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. DASAR TEORI... 7

A. Persepsi Terhadap hidup Membiara... 7

(15)

1.2.Aspek-aspek Persepsi... 9

1.3.Faktor yang Mempengaruhi Persepsi... 10

2. Hidup Membiara ... 12

3. Persepsi Hidup Membiara ... 15

B. Kaum Muda Katolik Paroki Rayon Kota Yogyakarta ... 15

1. Pengertian dan Batasan Kaum Muda ... 15

2. Kaum Muda Katolik Paroki Rayon Kota Yogyakarta ... 17

C. Persepsi Kaum Muda Katolik Paroki Rayon Kota Yogyakarta Terhadap Hidup Membiara ... 18

BAB III. METODE PENELITIAN... 19

A. Jenis Penelitian... 19

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian/Batasan Penelitian ... 20

C. Subyek Penelitian... 21

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 22

1. Penelitian Kuantitatif ... 22

1. 1. Instrumen Pengukuran Penelitian Kuantitatif ... 24

1.1.a Validitas dan Seleksi Item... 24

1.1.b Reliabilitas ... 25

1. 2. Paparan Hasil Uji Coba... 26

1.2.1 Pelaksanaan Uji Coba ... 26

1.2.2 Hasil Uji Coba... 26

(16)

2. Penelitian Kuantitatif ... 28

2.1 Kuesioner Terbuka ... 28

2.2 Kuesioner Semi Terbuka... 29

2.3 Instrumen Pengukuran penelitian Kuantitatif ... 31

2.3.1 Kredibilitas... 31

2.3.2 Dependabilitas... 31

2.3.3 Keabsahan Data... 32

E. Metode Analisis ... 32

1. Penelitian Kuantitatif ... 32

2. Penelitian Kualitatif ... 34

2.1 Organisasi Data ... 34

2.2 Pengkodean ... 34

2.3 Interpretasi ... 35

2.4 Penarikan Kesimpulan ... 35

F. Prosedur Penelitian ... 35

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 37

A. Pelaksanaan Penelitian ... 37

B. Data Demografis Subyek Penelitian ... 37

C. Hasil Penelitian ... 37

1. Penelitian Kuantitatif ... 37

1.1 Uji Normalitas... 38

(17)

xvi

2. 1 Kuesioner Terbuka ... 43

2. 2. Kuesioner Semi Terbuka... 56

D. Pembahasan... 62

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 67

A. Kesimpulan ... 67

B. Keterbatasan Penelitian... 67

C. Saran... 68

DAFTAR PUSTAKA... 69

(18)

Tabel Halaman 1. Komponen dan Sebaran Item Skala Persepsi Mengenai Hidup

Membiara Sebelum Uji Coba... 23

2. Komponen dan Sebaran Item Skala Persepsi Mengenai Hidup Membiara yang Valid dan Gugur Setelah Uji Coba ... 27

3. Komponen dan Sebaran Item Skala Persepsi Mengenai Hidup Membiara Bentuk Final Skala... 27

4. Hasil Penelitian ... 38

5. Distribusi Frekuensi Data... 39

6. Hasil Uji T-test One Sample... 40

7. Hasil Uji Anova ... 41

8. Ringkasan Post Hoc Test ... 41

9. Kategorisasi Subyek Pada Skala Perse ... 42

10. Kesan Terhadap Hidup Membiara ... 43

11. Pemahaman Mengenai Hidup Membiara... 45

12. Kaul yang Paling Sulit Dilakukan Di Jaman Ini ... 46

13. Alasan Kaul Ketaatan Paling Sulit Dilakukan Di Jaman ini... 47

14. Relevansi Hidup Membiara Di Jaman Ini... 47

15. Alasan Hidup Membiara Relevan di Jaman ini... 48

16. Hal Positif dalam Hidup Membiara ... 49

17. Hal Negatif dalam Hidup Membiara... 51

(19)

xviii

20. Ketertarikan untuk Hidup Membiara ... 53

21. Alasan Tidak Tertarik untuk Hidup Membiara... 54

22. Usulan untuk Hidup Membiara... 55

23. Tokoh Idola ... 56

24. Alasan Memilih Ibu Teresa dari Kalkuta ... 57

25. Perilaku yang Paling Disukai dalam Hidup Membiara... 58

26. Alasan Perilaku Sederhana yang Paling Disukai ... 59

27. Perilaku yang Paling Tidak Disukai dalam Hidup Membiara ... 60

(20)

1. Kesan Terhadap Hidup Membiara ... 43

2. Pemahaman Mengenai Hidup Membiara... 45

3. Kaul yang Paling Sulit Dilakukan Di Jaman Ini ... 46

4. Alasan Kaul Ketaatan Paling Sulit Dilakukan Di Jaman ini... 47

5. Relevansi Hidup Membiara Di Jaman Ini... 47

6. Alasan Hidup Membiara Relevan di Jaman ini... 48

7. Hal Positif dalam Hidup Membiara ... 49

8. Hal Negatif dalam Hidup Membiara... 51

9. Daya Tarik Hidup Membiara ... 52

10. Alasan Hidup Membiara Menarik... 52

11. Ketertarikan untuk Hidup Membiara ... 53

12. Alasan Tidak Tertarik untuk Hidup Membiara... 54

13. Usulan untuk Hidup Membiara... 55

14. Tokoh Idola ... 56

15. Alasan Memilih Ibu Teresa dari Kalkuta ... 57

16. Perilaku yang Paling Disukai dalam Hidup Membiara... 58

17. Alasan Perilaku Sederhana yang Paling Disukai ... 59

18. Perilaku yang Paling Tidak Disukai dalam Hidup Membiara ... 60

19. Alasan Perilaku Taat Pada Aturan dan Pemimpin yang Paling Tidak Disukai ... 60

(21)

Lampiran Halaman

1. Skala Persepsi Uji Coba ... 73

2. Reliabilitas Skala Uji Coba ... 80

3. Skala Persepsi Setelah Uji Coba ... 82

4. Reliabilitas Skala Persepsi Setelah Uji Coba ... 88

5. Uji Normalitas... 90

6. Data Statistik ... 91

7. Kuesioner Terbuka ... 92

8. Hasil Kuesioner Terbuka ... 95

9. Kuesioner Semi Terbuka... 129

10. Hasil Kuesioner Semi Terbuka ... 131

(22)

A. Latar Belakang

Perubahan dan kemajuan yang terjadi di dunia modern saat ini, terjadi begitu cepat dengan segala kecanggihan di bidang teknologinya. Globalisasi dan modernisasi banyak membawa dampak positif maupun negatif dalam kehidupan masyarakat. Kecanggihan teknologi menawarkan berbagai macam kemudahan hidup. Perkembangan yang pesat di bidang informasi, komunikasi, ilmu pengetahuan dan teknologi sangat membantu manusia untuk semakin efektif dalam menjalankan profesi masing-masing.

Di sisi lain, globalisasi juga membawa dampak negatif yang dapat menghancurkan kehidupan bangsa kita. Beberapa hal negatif antara lain merebaknya budaya instan, hedonisme, konsumerisme, tindakan main kuasa, korupsi untuk kepentingan diri sendiri dan kelompok serta ketidakpekaan terhadap penderitaan orang lain (Suparno, 2006). Dampak negatif lain yang ditimbulkan adalah gaya hidup yang mudah sekali berubah. Orang mudah merasa jenuh. Hal ini menjadikan seseorang sulit membuat komitmen terutama komitmen dalam jangka waktu yang panjang (Dewan Karya Pastoral Keuskupan Agung Semarang, 2009). Situasi ini didukung dengan berita-berita yang terdapat di media. Orang begitu mudah untuk kawin cerai dan banyak perselingkuhan yang terjadi karena mereka sulit setia dengan pasangannya (IN, 2009).

(23)

Zaman telah berubah, nilai-nilai sudah bergeser dan pandangan-pandangan mengenai hidup juga berubah. Hadir suatu fenomena gaya hidup yang mengedepankan “multi gaya”, artinya manusia tidak hanya melihat satu gaya hidup namun banyak gaya hidup yang menjanjikan kesuksesan duniawi yang langsung dilihat, diraba, digunakan dan dijadikan kekuatan. Terjadi suatu perubahan dalam memaknai hidup, di mana perioritas hidup kebanyakan orang saat ini adalah mengejar kesenangan, kenikmatan dan dorongan untuk mencari kesenangan sendiri (Sujasan, 2005).

Situasi ini juga sangat berpengaruh pada kehidupan kaum muda yang merupakan generasi penerus bangsa dan masih dalam tahap pencarian jati diri. Kaum muda mengalami kemerosotan moral dengan merusak diri melalui minuman keras, narkoba atau pelampiasan nafsu seksual yang menghancurkan. Hal ini didukung dengan maraknya berita-berita di media mengenai kaum muda yang minum-minuman keras, mengkonsumsi obat-obat terlarang dan melakukan pemerkosaan (AP, 2009). Tawaran hidup yang dihadapi kaum muda jauh lebih kompleks, memikat, menggiurkan dan mengedepankan kenikmatan. Kaum muda jaman ini adalah kaum muda yang tidak dapat dilepaskan dari musik dan tokohnya, internet, film, mall, games,

dugem dan kebebasan (Emilia, 2005)

(24)

terdapat dalam agama katolik, namun juga pada agama lain yaitu agama buddha. Menurut Bihkku Uttamo (2003), hidup membiara pada agama buddha berarti hidup sendiri dengan menjadi pertapa di vihara sebagai bhikkhu, samanera, anagarini dan silacarini. Tujuan mereka menjadi pertapa dan tingal dalam biara yang disebut vihara adalah untuk pemurnian hati.

Sementara itu, hidup membiara dalam agama katolik adalah panggilan untuk hidup sendiri secara sukarela dengan menjadi imam, bruder dan suster. Mereka merupakan tokoh dalam gereja katolik yang memilih untuk melayani Tuhan melalui berbagai macam karya yaitu pastoral, sosial, pendidikan dan kesehatan. Seseorang yang memilih untuk hidup menjadi imam, bruder, dan suster harus menjalankan tiga perintah injili yaitu menyerahkan hidupnya sebagai persembahan kepada Tuhan dalam kemiskinan, kemurnian dan ketaatan (Kaha, 2004).

Menurut Pidyarto (2003) adanya ikatan ketiga kaul menjadikan hidup membiara sangat berbeda dengan gaya hidup yang menawarkan kenikmatan-kenikmatan yang bersifat duniawi. Mereka ingin meneladan Yesus Kristus sehingga mencapai kesempurnaan cinta dan mempersembahkan diri secara total kepada Tuhan dan sesama. Hubungan dengan Tuhan sangat penting sehingga mereka menjadi insan pendoa. Cara hidup mereka menjadi kesaksian bagi dunia bahwa tujuan hidup manusia adalah hidup kekal yang jauh mengatasi hidup fana di dunia ini.

(25)

pemuasan nafsu yang akhirnya merusak diri sendiri. Menghayati semangat kemiskinan, mengajak kaum biarawan-biarawati lepas bebas terhadap barang dunia termasuk kesenangan, kenikmatan, bermurah hati pada orang lain terlebih orang yang kecil. Semangat ketaatan berarti mewartakan nilai kerendahan hati dan ketaatan pada Allah sehingga bebas dari kecenderungan untuk menindas hidup orang lain (Suparno, 2006).

Kaum biarawan-biarawati yang menghayati hidup religius secara otentik dapat menjadi saksi-saksi hidup bahwa kerajaan Allah jauh lebih penting dan berharga bagi dunia. Kehadiran mereka di tengah dunia ini dapat menjadi teladan untuk hidup lebih baik (Olla, 2008). Salah satu biarawati yang sangat dikagumi oleh kebanyakan orang di jaman ini adalah Bunda Teresa dari Kalkuta. Di tengah dunia yang menawarkan berbagai macam kenikmatan, ketidakpedulian terhadap orang lain, Bunda Teresa hadir dengan semangat berani menentang arus jaman. Bunda Teresa, memberikan seluruh hidupnya bagi orang-orang kusta yang tersingkir dari masyarakat, sehingga mereka mengalami kedamaian hati (Maalouf, 2001).

(26)

Suster-suster Amal kasih Darah Mulia (ADM), Ordo Suster-suster Santo Dominikus (OP), SP Maria Dikandung Tanpa Dosa (OMI), Kongregasi Bruder-bruder Santo Aloisius (CSA), Kongregasi Bruder Santa Maria Tak Bernoda (MTB), Suster-suster Carolus Borromeus (CB), Suster-suster Abdi Kristus (AK), Ordo Suster-suster Santo Fransiskus (OSF) dan Kongregasi Imam-Imam Hati Kudus Yesus (SCJ), mempunyai pengalaman yang sama bahwa jumlah calon yang masuk semakin sedikit. Calon yang masuk pada setiap tarekat untuk setiap tahunnya terutama lima tahun terakhir rata-rata berjumlah 3 hingga 5 orang. Tarekat AK dan OSF, dua tahun terakhir ini bahkan tidak memiliki calon (Ariati, 2009)

(27)

Menurut Peter dan Olson (1999), persepsi turut menentukan individu dalam bersikap dan bertingkah laku. Hal ini menyangkut proses informasi di dalam diri individu berkaitan dengan objek atau kejadian objektif yang ada di sekitarnya. Persepsi mengenai hidup membiara turut berperan dalam menentukan ketertarikan seseorang untuk hidup membiara.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengetahui bagaimana persepsi kaum muda katolik mengenai hidup membiara di jaman ini. Penelitian ini memusatkan perhatian pada kaum muda katolik paroki rayon kota Yogyakarta karena mereka turut memberikan sumbangan yang besar kepada keberlanjutan dan perkembangan hidup membiara.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, masalah penelitian ini adalah bagaimana persepsi kaum muda katolik paroki rayon kota Yogyakarta mengenai hidup membiara

C. Tujuan

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui persepsi kaum muda katolik paroki rayon kota Yogyakarta mengenai hidup membiara

D. Manfaat Penelitian

Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang persepsi kaum muda mengenai hidup membiara.

Manfaat teoritis

(28)

Bab dasar teori membahas persepsi hidup membiara dan kaum muda katolik paroki rayon kota Yogyakarta.

A. Persepsi Hidup Membiara

Bagian ini menjelaskan persepsi, hidup membiara dan persepsi mengenai hidup membiara.

1. Persepsi

Sub bagian ini menjelaskan pengertian persepsi, aspek-aspek persepsi, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

1.1. Pengertian Persepsi

Matlin (1994) dan Walgito (1994) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses pengorganisasian dan penginterpretasian kesan-kesan sensoris. Kesan sensoris adalah proses mengetahui dan mengenali objek atau kejadian objektif untuk memberikan suatu makna tertentu kepada lingkungannya. Kesan sensoris ini diterima secara sadar melalui alat reseptor atau alat indera. Stimulus yang diterima tersebut diteruskan ke otak sehingga individu menyadari apa yang diperoleh melalui penginderaannya tersebut. Selama proses persepsi, terjadi penambahan arti yang berasal dari pengalaman masa lalu dan merupakan kesadaran intuitif mengenai keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu.

(29)

Menurut Gibson (1997), persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Setiap individu memberikan arti terhadap stimulus dengan cara yang berbeda-beda karena setiap individu menanggapainya secara berbeda pula. Cara seseorang menerima, mengorganisasi, dan menginterpretasi informasi dalam kehidupan mempengaruhi cara mempersepsi terhadap sesuatu.

Peter dan Olson (1999) menjelaskan bahwa persepsi merupakan cara individu mengartikan dan meyakini berbagai objek ataupun kejadian objektif yang terjadi di lingkungan sekitar melalui indera-indera yang dimiliki. Persepsi menjadi faktor penting bagi individu dalam pengambilan sebuah keputusan. Hal ini menyangkut proses informasi di dalam diri individu berkaitan dengan objek atau kejadian objektif yang ada di sekitarnya. Meskipun pada akhirnya persepsi turut menentukan individu dalam bersikap dan bertingkah laku, namun pesepsi dalam penelitian ini berbeda dengan sikap.

(30)

Sikap memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) learnability, dapat dipelajari baik secara sengaja ataupun tidak disengaja; (2)

stability, konsisten sepanjang waktu dalam situasi yang sama; (3)

personal-societal significance, melibatkan hubungan seseorang dangan orang lain maupun dengan objek atau situasi baik tunggal maupun jamak; (4) approach-avoidance directionality, bersifat mendukung ketika objek atau orang lain seperti yang diinginkan dan bersifat menghindari ketika objek atau orang lain tidak seperti yang diharapkan; (5) melibatkan kognisi, afeksi maupun konasi (Ahmadi, 1991; Gerungan, 1986; Soetarno, 1994; Taylor, 2000)

Berdasarkan uraian di atas, persepsi dapat diartikan sebagai cara individu mengartikan dan meyakini berbagai objek ataupun kejadian objektif yang terjadi di lingkungan sekitar melalui indera-indera yang dimiliki. Suatu objek dapat dipersepsi berbeda oleh dua orang akibat perbedaan pengetahuan yang dimiliki masing-masing orang mengenai objek itu.

1.2. Aspek-aspek Persepsi

(31)

serta membandingkan alternatif pemecahan masalah dari sudut pandangan yang relevan kemudian mencari alternatif yang terbaik. Jadi, aktivitas kognisi yang terjadi dalam proses persepsi membantu seseorang menginterpretasi dan memberi makna suatu objek atau kejadian objektif

Aspek yang kedua adalah rasa (afeksi). Afeksi mengacu pada tanggapan perasaan. Perasaan yang ada dalam diri seseorang turut menentukan persepsi yang terbentuk. Jika seseorang memiliki perasaan yang positif terhadap suatu objek maka kemungkinan ia akan memiliki persepsi yang positif juga. Sebaliknya, jika seseorang memiliki perasaan negatif terhadap suatu objek maka kemungkinan ia akan memiliki persepsi yang negatif (Peter & olson, 1999).

Ada empat jenis tanggapan afektif sebagai wujud dari aspek afeksi dalam persepsi, yaitu (1) emosi, misalnya gembira, cinta, marah; (2) perasaan tertentu, misalnya rasa hangat, rasa berharga, rasa puas; (3) suasana hati, misalnya santai tenang, sedih, bosan; (4) evaluasi, misalnya rasa suka, rasa tidak suka, rasa nikmat (Peter & Olson, 1999).

1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

(32)

oleh keadaan objek yang dipersepsi, yaitu kerakteristik-karakteristik yang ditampilkan oleh objek baik yang bersifat fisik, psikis maupun suasana ( Walgito, 1994).

Menurut Walgito (1994), faktor yang berpengaruh dalam persepsi adalah:

a) Perhatian, merupakan langkah pertama sebagi persiapan untuk mempersepsi. Walaupun banyak stimulus mengenai individu, tetapi tidak semua mendapat tanggapan dari individu yang bersangkutan.

b) Objek persepsi, dapat menimbulkan persepsi yang berasal dari dalam individu yang langsung mengenai syaraf penerima, dan dapat berasal dari luar yang langsung mengenai alat indera. c) Harapan, apabila seseorang memiliki harapan yang baik terhadap

objek atau situasi tertentu, ia mempunyai persepsi yang baik. Sebaliknya bila harapan terhadap suatu objek buruk, ia mempunyai persepsi yang buruk.

d) Sistem nilai, merupakan suatu kekuatan yang menggerakkan manusia untuk bersikap dan berprilaku. Biasanya seorang individu menggunakan sistem nilai yang dimiliki untuk mempersepsi objek.

(33)

oleh seseorang, karena dengan pendidikan yang semakin tinggi, seseorang semakin mengembangkan pikiran yang logis dan rasional serta mempengaruhinya untuk memberikan pendapat yang matang.

f) Usia, individu semakin jelas dan cermat dalam mempersepsi sesuatu sesuai dengan bertambahnya usia. Pada masa remaja akhir, seseorang mempunyai kemampuan untuk mengembangkan sikap-sikap, keinginan-keinginan, dan nilai-nilai baru.

2. Hidup Membiara

Istilah hidup membiara dalam gereja katolik sering pula disebut hidup bakti atau hidup religius. Menurut Kitab Hukum Kanonik, Kanon 573-1 (2006), hidup membiara adalah bentuk hidup yang tetap yang dihayati kaum beriman atas dorongan Roh Kudus untuk mengikuti Kritus melalui pengikraran nasihat-nasihat injili. Hidup membiara merupakan hidup yang mempersembahkan diri secara total kepada Allah, demi kehormatan bagi-Nya dan pembangunan gereja serta keselamatan dunia. Hidup membiara mengejar kesempurnaan cinta kasih dalam pengabdian kerajaan Allah dan menjadi tanda cemerlang dalam gereja, mewartakan kemuliaan surgawi.

(34)

dalam dokumen konsili Vatikan II Lumen Gentium artikel 44 (Hardawiryana, 1993), menyatakan bahwa hidup membiara adalah cara hidup untuk mempersembahkan diri secara total kepada Allah menurut tiga nasehat Injil. Ketiga nasehat Injil tersebut adalah kaul keperawanan atau kemurnian, kemiskinan, dan ketaatan.

Keperawanan merupakan inti atau hakikat hidup membiara, sebab dengan kaul itu, orang membaktikan diri secara total dan menyeluruh kapada Tuhan. Penyerahan total kepada Kristus dinyatakan dengan meninggalkan segala-galanya demi Kristus dan dengan terus-menerus semakin mengarahkan diri kepada Kristus khususnya dalam hidup doa. Kaul keperawanan merupakan intisari hidup membiara yang menjadi dasar kaul kemiskinan serta sumber kekuatannya (Jacobs, 1987).

Kaul kemiskinan bukan berarti tidak memiliki apa-apa, tetapi segala miliknya termasuk waktu, kecakapan dan kepribadian dan segala apa yang dimiliki tersedia bagi orang lain (Jacobs, 1987). Dalam Kitab Hukum Kanonik, Kanon 710 (2006), dijelaskan bahwa kaul kemiskinan mempunyai dua aspek yaitu lebih asketis, berarti gaya hidup yang sederhana dan lebih apostolik, berarti kerelaan menyumbangkan apa saja demi kerasulan, tidak hanya menyangkut harta benda, melainkan tenaga, waktu, keahlian dan ketrampilan.

(35)

tertentu, namun ketatan berarti kerelaan untuk mengabdikan diri kepada masyarakat dan menurut tujuan suatu kumpulan religius tertentu. Berdasarkan Kitab Hukum Kanonik kanon 710 (2006), kaul ketaatan dibedakan antara aspek asketis dan apostolik. Dalam kerangka askese atau latihan hidup rohani, ketaatan berarti kepatuhan kepada guru rohani. Berhubungan dengan kerasulan, kaul ketaatan berarti kerelaan membaktikan diri kepada hidup dan terutama kerasulan bersama.

Demikian pula menurut Maslim (2004) dan Piet Go (1996), menyatakan bahwa pokok hidup membiara adalah kaul keperawanan, kemiskinan dan ketaatan. Kaul keperawanan berarti hidup murni dan tidak kawin demi kerajaan surga, mencintai dan menerima setiap pribadi dengan tulus, perhatian dan banyak waktu untuk mencari Tuhan yang diwujudkan dengan doa.

Kaul kemiskinan berarti sederhana dalam sikap, tindakan dan tutur kata, serta dalam hal milik dan kesenangan, tidak memiliki harta benda pribadi, rela berbagi segala yang dimiliki. Kesederhanaan juga meliputi kerendahan hati dan matiraga (Maslim, 2004).

(36)

Berdasarkan pengertian di atas, disimpulkan bahwa hidup membiara adalah cara hidup untuk mempersembahkan diri secara total kepada Allah dengan mengikrarkan ketiga nasihat injili yaitu kaul keperawanan, kemiskinan, dan ketaatan.

3. Persepsi Hidup Membiara

Persepsi hidup membiara adalah cara individu mengartikan dan meyakini hidup membiara yang merupakan cara hidup untuk mempersembahakn diri secara total kepada Tuhan menurut tiga nasihat Injil yaitu kaul keperawanan, kemiskinan, dan ketaatan. Proses pengartian hidup membiara, dipengaruhi oleh kognisi dan afeksi individu.

B. Kaum Muda Katolik Paroki Rayon Kota Yogyakarta

Bagian inimenjelaskan pengertian dan batasan kaum muda serta kaum muda katolik paroki rayon kota Yogyakarta.

1. Pengertian dan Batasan Kaum Muda

(37)

Para ahli mempunyai pendapat yang beragam mengenai batas-batas masa remaja. Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1981), usia remaja dibatasi antara usia 12-22 tahun. Sementara itu, menurut Hurlock (1999) masa remaja adalah saat anak menjadi matang secara seksual dan berakhir saat ia mencapai usia matang secara hukum. Masa remaja terbagi dua yaitu remaja awal dan akhir. Batasan remaja menurut Sarwono (1994) adalah antara usia 11-24 tahun dan belum menikah yang merupakan masa perlalihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa.

Piaget (1967) menyatakan bahwa secara psikologis, masa remaja adalah usia individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Mereka tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Piaget (1967) juga menjelaskan bahwa remaja memiliki pemikiran yang lebih abstrak dan idealistis. Remaja mulai berpikir tentang hal-hal yang ideal bagi diri sendiri dan orang lain. Remaja dapat berpikir secara logis yaitu mampu menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah dan melakukan pengujian secara sistematis.

(38)

Monks (2002) menyatakan masa remaja merupakan salah satu masa dalam rentang kehidupan manusia yang memberikan kesempatan seseorang untuk mencoba gaya hidup baru. Pada masa remaja, orang mulai menyadari perilaku, nilai dan sifatnya di masa kanak-kanak untuk mencari otonomi atas dirinya sendiri. Inilah masa pencarian identitas diri. Erikson (1968) menjelaskan bahwa pencarian identitas diri remaja disertai dengan penempatan sosok idola yang sifat dan perilakunya dikagumi dan disenangi.

Uraian di atas menyimpulkan bahwa kaum muda atau remaja adalah mereka yang berusia 12-24 tahun dan mengalami banyak perubahan baik secara fisik, kognisi, emosi, maupun sosial

2. Kaum Muda Katolik Paroki Rayon Kota Yogyakarta

(39)

C. Persepsi Kaum Muda Katolik Paroki Rayon Kota Yogyakarta Terhadap Hidup Membiara

Persepsi kaum muda katolik paroki rayon kota Yogyakarta mengenai hidup membiara adalah cara kaum muda katolik paroki rayon kota Yogyakarta mengartikan dan meyakini hidup membiara yang berbeda dengan gaya hidup yang ditawarkan di jaman ini. Mereka mempersepsi hidup membiara melalui indera-indera yang dimiliki dan dipengaruhi oleh kognisi dan afeksi.

(40)

Bab ini menjelaskan jenis penelitian, subyek penelitian, definisi operasional dan batasan penelitian, metode pengumpulan dan analisis data, serta prosedur penelitian.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Studi deskriptif bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, gejala-gejala perilaku dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu ketika melihat suatu masalah atau situasi (Elmes, Kantowitz & Roediger, 2003; Suryabrata, 2002). Proses dalam penelitian deskriptif yaitu mencari informasi melalui subyek penelitian dengan menggunakan wawancara atau melalui survey, dan menggunakan observasi atau pengamatan (Consuelo, 2006).

Penelitian kuantitatif bertujuan untuk mengetahui tingkat persepsi kaum muda katolik paroki rayon kota Yogyakarta. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan perhitungan statistik karena dapat mewujudkan kesimpulan secara menyeluruh (generalisasi) dengan memperhitungkan faktor kesahihan. Selain itu, statistik bekerja dengan angka-angka, bersifat objektif dan universal dalam arti dapat digunakan hampir pada semua bidang penelitian (Hadi, 2000).

(41)

Penelitian kualitatif deskriptif menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian ini mengungkapkan suatu fenomena tertentu yang terjadi di lingkungan dan bermaksud memahami fenomena yang dialami oleh subyek penelitian seperti perilaku, motivasi, tindakan, persepsi dan lain-lain (Moleong 2009). Penelitian kualitatif bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi kaum muda katolik paroki rayon kota Yogyakarta mengenai hidup membiara dengan cara mendeskripsikan data-data yang diperoleh dari subyek penelitian.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian dan Batasan Penelitian

1. Definisi Operasional

Persepsi kaum muda katolik rayon kota Yogyakarta mengenai hidup membiara adalah cara kaum muda katolik paroki rayon kota Yogyakarta mengartikan dan meyakini hidup membiara melalui indera-indera yang dimiliki yang dibentuk oleh kognisi dan afeksi.

(42)

hidup membiara adalah hidup yang tidak wajar karena tidak sesuai dengan perkembangan jaman.

Secara operasional persepsi mengenani hidup membiara diukur dengan menggunakan skala persepsi yang dibuat sendiri oleh peneliti. Pernyataan-pernyataan dalam skala menghasilkan skor yang dapat memperlihatkan taraf tinggi rendahnya persepsi kaum muda. Skor dibagi dalam tiga kategori dan dibuat berdasarkan norma kelompok. Skor dalam jumlah besar dengan batasan tertentu memperlihatkan persepsi yang terbentuk adalah positif. Skor dalam rentang mendekati batasan rata-rata memperlihatkan persepsi yang terbentuk adalah netral dan skor dengan jumlah semakin kecil memperlihatkan persepsi yang negatif.

2. Batasan Penelitian

Pada penelitian kualitatif, cara untuk mengetahui persepsi kaum muda katolik paroki rayon kota Yogyakarta mengenai hidup membiara adalah melalui pertanyaan-pertanyaan dalam bentuk kuesioner terbuka dan semi terbuka.

C. Subyek Penelitian

(43)

menggambarkan atau mewakili populasi. Secara lebih spesifik pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sampel bertujuan (purposif sampling).

Pendekatan ini dilakukan berdasarkan ciri-ciri, sifat atau karakteristik subyek yang dianggap mewakili populasi (Elmes, Kantowitz & Roediger, 2003; Shaughnessy & Zechmeister, 2006). Untuk subyek penelitian, peneliti menggunakan 100 subyek yang tidak termasuk dalam sampel uji coba penelitian. Adapun ciri-ciri subyek penelitian ini adalah:

1. Kaum muda yang beragama katolik.

2. Berusia 18 - 24 tahun dan berstatus belum menikah. 3. Berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

4. Berasal dari paroki Kidul Loji, Pugeran, Jetis, Bintaran, Baciro, Kumetiran dan Pringwulung.

D. Metode dan Alat Pengumpulan Data 1. Penelitian Kuantitatif

Penelitian menggunakan skala persepsi yang mengacu pada skala

Likert. Skala terdiri dari 60 item yang disusun dengan menggunakan metode rating yang dijumlahkan (summated rating) dan distribusi respon subyek sebagai dasar penentuan nilai skala (Azwar, 2007).

(44)

jawaban netral dari pilihan jawaban, karena jawaban netral bagi orang Indonesia lebih mengarah pada tidak ada jawaban sehingga tidak perlu dinilai (Hadi, 2000).

Setiap pernyataan favorable untuk jawaban Sangat Setuju (ST) diberi skor 4, Setuju (S) diberi skor 3, Tidak Setuju (TS) diberi skor 2, Sangat tidak setuju (STS) diberi skor 1. Sedangkan pada pernyataan

unfavorable berlaku sebaliknya yaitu untuk jawaban Sangat Setuju (ST) diberi skor 1, Setuju (S) diberi skor 2, Tidak Setuju (TS) diberi skor 3, Sangat tidak setuju (STS) diberi skor 4.

Skala diujicobakan terlebih dahulu pada kelompok sampel sejumlah 60 subyek yang memiliki kriteria yang setara dengan subyek penelitian. Hal ini untuk mengetahui apakah skala persepsi cukup valid dan reliabel sebagai alat ukur penelitian.

Berikut ini adalah blue print nomor item sebelum uji coba:

Tabel 1: Komponen dan Sebaran Item Skala Persepsi Mengenai Hidup Membiara Sebelum Uji Coba

Persepsi Total Kognisi Afeksi

Aspek dalam hidup membiara sebagai objek

persepsi F UF F UF

Jumlah % 1. Keperawanan 1, 2, 8,

11, 20 3, 15, 19, 21, 23 22, 25, 27, 28, 30, 4, 17, 33, 35, 37

20 33,33 %

2. Kemiskinan 5, 31, 39, 41, 43, 10, 12, 36, 44, 45 6, 16, 38, 47, 46 7, 14, 24, 48, 50,

20 33,33 %

3. Ketaatan 51, 40, 53, 26, 49, 9, 29, 42, 54, 56, 58, 32, 59, 18, 60 13, 34, 52, 55, 57

20 33,33 %

(45)

1.1 Instrumen Pengukuran Penelitian Kuantitatif

Dalam suatu penelitian, validitas dan reliabilitas berperan penting. Tepat tidaknya suatu alat ukur dalam mengukur gejala yang sebenarnya tergantung dari dua faktor tersebut. Sebelum digunakan dalam penelitian, suatu alat ukur harus terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitasnya (Azwar, 2008).

1.1 a. Validitas dan Seleksi Item

Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar, 2008). Suatu alat ukur dikatakan mempunyai validitas apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil pengukuran yang sesuai dengan maksud pengukuran tersebut.

Validitas alat ukur penelitian dipenuhi dengan validitas isi yang memperlihatkan sejauh mana item-item dalam alat tersebut mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur. Validitas isi diperoleh melalui analisis rasional atau lewat professional judgment (Azwar, 2008). Untuk menghindari bias subyektif dalam analisis rasional diperlukan penilai lain selain penulis, dalam hal ini dosen pembimbing skripsi.

(46)

item mampu membedakan antara kelompok yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur oleh item dengan apa yang diukur oleh skala/tes (Azwar, 2007). Seleksi item dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 16.0 for windows evaluation.

Item-item yang mencapai korelasi lebih besar atau sama dengan 0,3 (rit ≥ 0,3) dianggap sahih dan layak digunakan dalam penelitian,

sedangkan item-item yang memiliki koefisien kurang dari 0,3 (rit < 0,3)

berarti memiliki daya diskriminasi yang rendah atau fungsi item tersebut tidak sesuai dengan fungsi ukur tes sehingga dianggap gugur (Azwar, 2007)

1.1.b Reliabilitas

(47)

1.2 Paparan Hasil Uji Coba 1.2.1 Pelaksanaan Uji Coba

Uji alat penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 –20 Desember 2009 dengan menyebar skala persepsi mengenai hidup membiara kepada mahasiswa yang beragama katolik di kampus II dan III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Jumlah subyek adalah 60 orang, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

1.2.2 Hasil Uji Coba

Skala yang disebarkan untuk uji coba sebanyak 60 eksemplar. Semua skala kembali dan terisi secara lengkap sehingga dapat digunakan untuk analisis uji coba.

1.2.2.a Uji Validitas dan Seleksi item

(48)

Tabel 2: Komponen dan Sebaran Item Skala Persepsi Mengenai Hidup Membiara yang Valid dan Gugur Setelah Uji Coba Persepsi Total Kognisi Afeksi Aspek dalam hidup membiara sebagai objek

persepsi F UF F UF

Jumlah % 1. Keperawanan 1, 2, 8,

(11), 20 (3), 15, 19, 21, 23 22, 25, 27, 28, 30, 4, 17, 33, 35, (37)

20 33,33 %

2. Kemiskinan 5, 31, (39), 41, 43, 10, (12), 36, 44, 45 (6),16, 38, 47, 46 7, (14), 24, 48, 50,

20 33,33 %

3. Ketaatan 51, 40, 53, 26, 49, 9, 29, (42), 54, (56), 58, 32, 59, 18, 60 (13), 34, 52, (55), (57)

20 33,33 %

Total 15 15 15 15 60 100% Keterangan : ( ) adalah item yang gugur

Distribusi item bentuk final skala adalah sebagai berikut (tabel 3):

Tabel 3: Komponen dan Sebaran Item Skala Persepsi Mengenai Hidup Membiara Bentuk Final Skala

Persepsi Total Kognisi Afeksi

Aspek dalam hidup membiara sebagai objek

persepsi F UF F UF

Jumlah %

1. Keperawanan 1, 2, 8, 20 15, 19, 21, 23 22, 25, 27, 28, 30, 4, 17, 33, 35

17 35,42 %

2. Kemiskinan 5, 31, 41, 43,

10, 36, 44, 45

16, 38, 47, 46

7, 24, 48, 50,

16 33,33 %

3. Ketaatan 51, 40, 53, 26, 49, 9, 29, 54 58, 32, 59, 18, 60

34, 52 15 31,25 %

(49)

1.2.2.b Reliabilitas

Hasil pengukuran reliabilitas skala persepsi menggunakan koefisien alpha Cronbach adalah 0,919. Nilai reliabilitas dikatakan baik atau reliabel karena mendekati 1 (satu), sehingga skala tersebut dapat diandalkan untuk pengambilan data penelitian. Hasil perhitungan reliabilitas dapat dilihat pada lampiran reliabilitas skala (lampiran no. 4).

2 Penelitian Kualitatif 2.2 Kuesioner Terbuka

Kuesioner terbuka dilakukan untuk memperoleh pengetahuan mengenai pemahaman dan pendapat subyek berkenaan dengan topik yang diteliti. Kuesioner ini berisi 9 berupa pertanyaan atau komentar terhadap suatu keadaan. Jawaban dari item tidak ditentukan, namun responden dapat memberikan jawaban secara bebas untuk setiap item (Hadi, 2004). Item-item kuesioner terbuka:

1. Menurutmu apa yang dimaksud dengan hidup membiara dalam Gereja Katolik?

2. Apa kesanmu tentang hidup Membiara? Mengapa?

(50)

dan aturan dalam hidup di biara. Menurut pendapatmu sebagai awam, kaul apa yang paling sulit untuk dilakukan? Mengapa?

4. Apakah hidup membiara masih relevan dengan hidup jaman sekarang? Mengapa?

5. Hal-hal positf apa yang ada dalam hidup membiara? 6. Hal-hal negatif apa yang ada dalam hidup membiara?

7. Menurutmu, apakah hidup membiara masih menarik di jaman ini? Apa alasannya?

8. Apabila menurutmu hidup membiara masih menarik, apakah kamu tertarik menjadi biarawan-biarawati? Apa alasannya?

9. Agar orang lebih tertarik menjadi biarawan-biarawati, menurutmu, hal apa saja yang perlu dilakukan oleh biarawan-biarawati?

2.2 Kuesioner Semi Terbuka

Kuesioner semi terbuka dilakukan untuk mengetahui pendapat subyek berkenaan dengan topik yang dilteliti dan diharapkan semakin memperkuat data kuesioner terbuka. Kuesioner ini terdiri atas 3 item berupa pertanyaan dengan jawaban sudah ditentukan namun masih ada kemungkinan tambahan jawaban dan dapat dilanjutkan dengan pertanyaan terbuka (Hadi, 2004).

(51)

1. Siapakah yang menjadi tokoh idolamu dalam hidup membiara? a. Paus Yohanes Paulus II

b. Ibu Theresa dari Kalkuta c. Santa Bernadetta

d. Lain-lain: ...

Apa alasanmu memilih tokoh tersebut?

2. Perilaku yang terdapat dalam hidup membiara misalnya: tidak menikah, hidup sederhana, mentaati pemimpin dan lain-lain. Sebutkan 5 perilaku yang kamu sukai dalam hidup membiara. Urutkan perilaku tersebut, dari yang paling kamu sukai. Berikan alasan mengapa perilaku tersebut paling kamu sukai?

3. Perilaku yang terdapat dalam hidup membiara misalnya: tidak menikah, hidup sederhana, mentaati pemimpin dll. Sebutkan 5 perilaku yang tidak kamu sukai dalam hidup membiara. Urutkan perilaku tersebut dari yang paling tidak kamu sukai. Berikan alasan mengapa perilaku tersebut paling tidak kamu suka

Jawaban subyek melalui kuesioner terbuka dan semi terbuka dikategorisasikan dan dikoding untuk mempermudah dalam analisis. Hasil kategorisasi tersebut diprosentasekan. Prosentase yang tertinggi merupakan persepsi secara umum mengenai hidup membiara.

(52)

2.3 Instrumen Pengukuran Penelitian Kualitatif 2.3.1 Kredibilitas

Kredibilitas dalam penelitian kualitatif digunakan untuk mengganti konsep validitas. Kredibilitas bermaksud merangkum bahasan menyangkut kualitas penelitian kualitatif. Kredibilitas penelitian kualitatif terlihat pada keberhasilan mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Deskripsi mendalam yang menjelaskan kemajemukan (kompleksitas) aspek-aspek yang terkait dan interaksi dari berbagai aspek-aspek menjadi salah satu ukuran kredibilitas penelitian kualitatif (Poerwandari, 2005).

2.3.2 Dependability

Dependability mengganti konsep reliabilitas dalam penelitian yang lain. Reliabilitas dapat dilihat dari instrumen yang digunakan, yaitu apakah dapat diulangi atau direplikasi oleh peneliti lain dan apakah menemukan hasil yang sama dengan menggunakan metode yang sama. Dengan demikian, reliabilitas memperlihatkan konsistensi, yakni memberikan hasil yang konsisten atau kesamaan hasil sehingga dapat dipercaya. Usaha yang dilakukan untuk mencapai reliabilitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(53)

2. Memberikan uraian deskriptif dan catatan verbatim sehingga tidak menghasilkan tafsiran yang beranekaragam.

3. Mendiskusikan atau meminta pendapat, penilaian, dan kritik dari orang lain, khususnya sesama peneliti.

Poerwandari (2005) mengungkapkan bahwa pencatatan yang lengkap dan rinci memungkinkan orang lain mempelajari dengan seksama prosedur, protokol, dan keputusan yang diambil. Data mentah yang terkumpul secara lengkap dan diorganisasikan dengan baik memungkinkan pihak lain untuk mempelajari data, mengajukan pertanyaan kritis bila perlu, bahkan melakukan analisis kembali.

2.3.3 Keabsahan Data

Pemerikasaan keabsahan data merupakan hal yang penting dalam penelitian kualitatif. Melalui pemeriksaan data, penelitian diharapkan memiliki hasil yang dapat dipertanggungjawabkan. Pemeriksaan keabsahan data yang digunakan adalah validitas argumentatif yaitu presentasi temuan dan kesimpulan dapat dirasionalisasikan serta dapat dibuktikan dengan melihat kembali ke data mentah yaitu berupa transkip verbatim (Poerwandari, 2005).

E. Metode Analisis

1. Penelitian Kuantitatif

(54)

persentase (Azwar, 2008). Kategorisasi tingkat persepsi ditentukan dengan kategorisasi jenjang (oridinal) berdasarkan mean teoritik dan standar deviasi. Tujuan kategorisasi adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2007). Hal ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

X minimum teoritik : Skor paling rendah yang mungkin diperoleh subyek pada skala, yaitu = 1

X maksimum teoritik : Skor paling tinggi yang mungkin diperoleh subyek pada skala, yaitu = 4

Range : Luas jarak sebaran anatara nilai maksimum dan nilai minimum

Standar Deviasi (σ) : Luas jarak sebaran yang dibagi ke dalam enam satuan deviasi standar.

Mean (µ) : Mean teoritis, yaitu rata-rata teoritis dari skor maksimum dan skor minimum.

Penggolongan hasil data di bagi dalam tiga kategorisasi, yaitu “positif”, “netral” dan “negatif”. Luas interval mencakup setiap kategori sebagai berikut:

(55)

Analisis data ini dengan memasukkan skor masing-masing subyek pada kategori yang telah ditentukan dan dihitung dalam prosentasenya.

2. Penelitian Kualitatif

Sesuai dengan jenis data yang dihasilkan dalam penelitian yakni data kualitatif yang tidak berbentuk angka, tetapi berupa narasi dan deskripsi, analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.

Menurut Moleong (2009) analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategorisasi, dan satuan uraian dasar. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis isi (content analysis).

Analisis data kuesioner terbuka dan semi terbuka yang diperoleh diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

2.1 Organisasi Data

Organisasi data merupakan langkah awal dalam pengolahan dan analisis data. Data-data yang diperoleh diorganisasikan secara sistematis dan selengkap mungkin. Data-data penting yang disimpan dan diorganisasikan adalah data mentah berupa jawaban terhadap pertanyaan kuesioner terbuka dan semi terbuka yang sudah diproses menghasilkan transkip verbatim (Moleong, 2009).

2.2 Pengkodean (koding)

(56)

mendetail sehingga peneliti menemukan makna kata yang dikumpulkan. Langkah-langkah yang dilakukan meliputi:

a. Menyusun transkip verbatim (kata demi kata) sedemikian rupa. Di sebelah transkip disediakan dua kolom kosong. Hal ini mempermudah membubuhkan kode-kode atau catatan-catatan tertentu di atas transkip tersebut.

b. Pemberian koding yaitu memberi kode untuk masing-masing jawaban. Kode yang dipilih adalah kode yang mudah diingat dan dapat mewakili masing-masing aspek.

2.3 Interpretasi

Interpretasi dilakukan setelah peneliti melakukan koding atas hasil kuesioner terbuka dan semi terbuka. Interpretasi merupakan upaya untuk memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam.

2.4 Penarikan Kesimpulan

Tahap akhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan tentang persepsi kaum muda katolik rayon kota Yogyakarta terhadap hidup membiara

F. Prosedur Penelitian 1. Tahap Persiapan

• Membuat skala persepsi mengenai hidup membiara dengan metode

rating yang dijumlahkan (summated rating).

(57)

• Melakukan uji kesahihan item dan reliabilitas skala untuk mendapat item yang sahih dan data reliabel.

• Membuat pertanyaan-pertanyaan untuk kuesioner terbuka dan semi terbuka terkait dengan persepsi mengenai hidup membiara.

2. Tahap Pelaksanaan

• Menyebarkan skala persepsi mengenai hidup membiara dan kuesioner terbuka serta semi terbuka pada subyek penelitian, kemudian meminta mereka mengisi skala dan kuesioner tersebut.

• Menganalis dengan uji statistik untuk data yang diperoleh dari skala dan analisis isi untuk data yang diperoleh dari kuesioner terbuka dan semi terbuka

• Membuat kesimpulan berdasarkan hasil analisis tersebut.

(58)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan pelaksanaan penelitian, data demografis subyek penelitian, hasil penelitian dan pembahasan.

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilakukan pada tanggal 17-28 Januari 2010 dengan menyebarkan skala dan kuesioner terbuka serta semi terbuka kepada 107 subyek. Dengan memperhatikan ketidaklengkapan pengisian, skala yang dapat dianalisis berjumlah 100 eksemplar, kuesioner terbuka 75 eksemplar, dan kuesioner semi terbuka 87 eksemplar.

B. Data Demografis Subyek Penelitian

Subyek penelitian berusia 18- 24 tahun dan berjenis kelamin laki-laki maupun perempuan. Mereka adalah kaum muda katolik dari paroki Kidul Loji, Kota Baru, Bintaran, Kumetiran, Baciro, Pringwulung dan Pugeran. Subyek penelitian untuk skala persepsi sejumlah 100, terdiri dari 48 laki-laki dan 52 perempuan. Subyek kuesioner terbuka berjumlah 75 terdiri dari 36 laki-laki dan 39 perempuan. Kuesioner semi terbuka sejumlah 87 subyek terdiri dari 40 laki-laki dan 47 perempuan.

C. Hasil Penelitian

1. Penelitian Kuantitatif

Penelitian kuantitatif menjelaskan mengenai hasil uji normalitas dan analisis deskriptif.

(59)

1.1Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sebaran atau distribusi skor mengikuti distribusi normal atau tidak (Azwar, 2008). Pengujian normalitas menggunakan one-sample Kolmogorov-Smirnov

dalam SPSS versi 16,0 for Windows Evaluation. Apabila signifikansi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05), sebaran skor dinyatakan normal. Sebaliknya apabila signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05), sebaran skor dinyatakan tidak normal. Hasil uji normalitas pada data penelitian menghasilkan probabilitas (p) sebesar 0,502 (p > 0,05). Hal ini memperlihatkan bahwa data memiliki distribusi skor normal.

1.2 Analisis Deskriptif

Hasil analisis deskriptif mengenai statistik deskriptif skala persepsi, uji

t-test one sample, uji one way anova aspek hidup membiara dan kategorisasi.

1.2.1 Statistik deskriptif skala persepsi

Hasil skala dihitung menggunakan statistik deskriptif. Distribusi frekuensi data hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel 4 dan 5

Tabel 4: Hasil Penelitian

N 100 Median 53

Modus 159 Varians 249.368

Keterangan:

(60)

b. Median adalah nilai tengah dari range skor subyek, yaitu 54.

c. Modus adalah skor subyek yang paling banyak frekuensi kemunculan, yaitu 159.

d. Varians adalah kuadrat dari Standar Deviasi sebesar, yaitu 249,368.

Tabel 5: Tabel Distribusi Frekuensi Data

Skor Mean Teoritik Empirik

Variabel

Max Min Max Min

Teoritik Empirik SD

Persepsi 192 48 192 84 120 154,19 15,791 Keterangan:

a. Skor maksimum teoritik adalah skor paling tinggi yang mungkin diperoleh pada skala, yaitu 48 x 4 = 192

b. Skor minimum teoritik adalah skor palling rendah yang mungkin diperoleh pada skala, yaitu 48 x 1 = 48

c. Skor maksimum empirik adalah skor paling tinggi yang diperoleh dalam penelitian, yaitu 192

d. Skor minimum empirik adalah skor paling rendah yang diperoleh subjek adalah, yaitu 84

e. Mean teoritik adalah rata-rata teoritik dari skor maksimum dan minimum yang merupakan titik tengah dari range, yaitu 120

f. Mean empirik adalah rata-rata dari skor subjek penelitian, yaitu 154,19.

(61)

Data di atas memperlihatkan bahwa mean empirik (154,19) lebih besar daripada mean teoritik 120. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara umum subyek mengalami tingkat persepsi yang tinggi atau positif mengenai hidup membiara.

1.2.2 Uji t-test one sample

Uji t-test one sample merupakan suatu tes mengenai hipotesis tentang rata-rata populasi, didasarkan pada satu sampel yang ditarik dari populasi tersebut. Uji signifikansi ini menggunakan bantuan SPSS versi 16,0 for Windows Evaluation.

Tabel 6: Hasil Uji T-test One Sample

Test Value = 120

95% Confidence Interval of the

Difference

t

df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Lower Upper

Total 21.651 99 .000 34.190 31.06 37.32

Hasil uji t memperlihatkan angka 21,651 dan apabila dibandingkan

dengan t tabel test two tail test, yaitu sebesar 2,00, berarti hasil uji t lebih besar dari t tabel dengan p = 0.000 (p < 0.05). Hal ini berarti kecenderungan

(62)

1.2.3 Uji One Way Anova Aspek-aspek Hidup Membiara

Hasil deskriptif statistik memperlihatkan bahwa mean kaul keperawanan sebesar 55,63, kaul kemiskinan 50,90 dan kaul ketaatan 47,66 (lihat lampiran no.6)

Tabel 7: Hasil Uji Anova Persepsi Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 3213.047 2 1606.523 48.241 .000 Within Groups 9890.750 297 33.302

Total 13103.797 299

Tabel 8: Ringkasan Post Hoc Test Aspek hidup

membiara Keperawanan Kemiskinan Ketaatan

Keperawanan - 4,730* 7,970*

Kemiskinan - - 3,240*

Ketaatan - - - *Mean difference signifikan pada 0,05

(63)

bahwa persepsi mengenai kaul keperawanan lebih positif daripada kaul kemiskinan dan ketaatan.

1.2.4 Kategorisasi

Untuk membuat kategorisasi tinggi, sedang dan rendah pada skala persepsi, peneliti menentukan lebih dahulu range (rentang skala). Rentang skala ini diperoleh dari selisih antara skor terbesar dan skor terkecil, yaitu 192 – 48 = 144. Hasil ini kemudian dibagi dalam enam satuan deviasi standar, yaitu 144 : 6 = 24. Angka ini merupakan estimasi satuan deviasi standar populasi (σ) yang digunakan untuk kategori normatif skor subyek. sedangkan untuk mean (µ) sebesar ( (192 + 48) : 2 ) = 120

Berikut adalah jumlah dan prosentase subyek pada masing-masing kategori tingkat persepsi

Tabel 9: Tabel Kategorisasi Subyek Pada Skala Persepsi

Rentang Nilai Kategori Jumlah Persen (84-192) subyek

144≤ X Tinggi 77 77 % 96 - 144 Sedang 22 22 %

< 96 Rendah 1 1 %

(64)

2.Penelitian Kualitatif

2.1 Kuesioner Terbuka

Hasil kuesioner terbuka memperlihatkan kesan, pemahaman pendapat mengenai hidup membiara. Kesan dan pemahaman mengenenai hidup membiara secara umum. Pendapat mengenai kesulitan dalam mengahayati kaul, relevansi, hal positif dan negatif, daya tarik, ketertarikan dan usulan untuk hidup membiara.

a. Kesan Terhadap Hidup Membiara Tabel 11: Kesan Terhadap Hidup Membiara

No Jawaban Koding Jumlah %

1 Mementingkan senioritas S 1 1.25% 2 Menyenangkan-bisa berbagi My-BB 1 1.25% 3 Kurang diminati -kaku KD-K 2 2.50% 4 Kagum-meninggalkan hal

duniawi

Kgm-MHD 29 36.25% 5 Menantang-tidak bebas Mtg-TB 1 1.25% 6 Menantang-meninggalkan hal

duniawi

Mtg-MHD

2 2.50% 7 Berat-meninggalkan hal duniawi Brt-MHD 3 3.75% 8 Kagum-sederhana Kgm-sdh 9 11.25% 9 Kagum-berkomitment Kgm-Bkmt 1 1.25% 10 Kagum-menyerahkan diri pada

Tuhan

Kgm-MDPT

2 2.50% 11 Kagum-penuh pengorbanan Kgm-PP 2 2.50% 12 Kagum-membantu orang kecil Kgm-MOK 4 5.00% 13 Kagum-dekat dengan Tuhan Kgm-DT 1 1.25% 14 Kagum-hidup teratur Kgm-HT 3 3.75% 15 Kagum-tidak menikah Kgm-TM 2 2.50%

16 Kagum-mandiri Kgm-Mdr 1 1.25%

17 Membosankan Bsn 1 1.25%

18 Biasa saja BS 1 1.25%

19 Kagum- masih ada orang yang

mau hidup membiara Kgm-TSOM 11 14%

20 Tidak bebas TB 3 3.75%

(65)

Grafik 2: Kesan Mengenai Hidup Membiara

(66)

subyek terhadap hidup membiara adalah kagum karena rela meninggalkan hal duniawi.

b. Pemahaman Mengenai Hidup Membiara Tabel 10: Pemahaman Mengenai Hidup Membiara

No Jawaban Koding Jumlah %

1 Menyerahkan diri pada Tuhan MDPT 39 22.03%

2 Peduli pada sesama PS 1 0.56%

3 Tidak kaku terhadap peraturan TKP 1 0.56%

4 Suci S 1 0.56%

5 Tidak menikah TM 26 14.69%

6 Taat pada aturan TA 26 14.69%

7 Sederhana Sdr 27 15.25%

8 Rendah hati RH 2 1.13%

9 Melayani M 25 14.12%

10 Meninggalkan hal duniawi MHD 10 5.65%

11 Berkorban RB 1 0.56%

12 Siap diutus SU 2 1.13%

13 Pewarta P 6 3.39%

14 Mengikuti Yesus MY 2 1.13%

15 Hidup dalam komunitas HK 7 3.96% 16 Membagikan yang dimiliki B 1 0.56%

Total 177 100%

Grafik 1: Pemahaman Mengenai Hidup Membiara

(67)

(22.03%), sederhana 27 subyek (15.25%), tidak menikah dan taat pada aturan masing-masing 26 subyek (14.69%). Subyek juga memahami hidup membiara sebagai hidup yang melayani dipilih 25 subyek (14.12%), meninggalkan hal-hal duniawi 10 subyek (5.65%), hidup dalam komunitas 7 subyek (3.96%) dan pewarta 6 subyek (3.39%). Selain itu, beberapa subyek memahami hidup membiara sebagai hidup mengikuti Yesus, rendah hati dan siap diutus, masing-masing 2 subyek (1.13%), peduli pada sesama, tidak kaku terhadap peraturan, hidup suci, berkorban dan membagikan yang dimiliki pada orang lain, masing-masing 1 subyek (0.56%). Data tersebut memperlihatkan bahwa secara umum pemahaman subyek mengenai hidup membiara adalah hidup yang menyerahkan diri pada Tuhan, sederhana, tidak menikah, taat pada aturan dan hidup yang melayani.

c. Pendapat Mengenai Hidup Membiara

c.1 Kaul yang Paling Sulit Dilakukan Di Jaman ini Tabel 12: Kaul yang Paling Sulit Dilakukan Di Jaman Ini

No Jawaban Koding Jumlah %

1 Keparawanan Kp 19 25.33%

2 Kemiskinan Km 24 32%

3 Ketaatan Kt 32 42.67%

Total 75 100%

Grafik 3: Kaul yang Paling Dulit Dilakukan di Jaman ini

(68)

Tabel dan grafik di atas memperlihatkan pendapat subyek mengenai kaul yang paling sulit dilakukan di jaman ini adalah kaul ketaatan, dipilih 32 subyek (42.67%), kemiskinan 24 subyek (32%) dan keperawanan 19 subyek (25.33%). Hal ini berarti secara umum subyek memandang bahwa kaul yang paling sulit dilakukan di jaman ini adalah kaul ketaatan.

Tabel 13: Alasan Kaul Ketaatan Paling Sulit Dilakukan Di Jaman Ini

No Jawaban Koding Jumlah %

1 Tidak bebas TB 30 93.75%

2 Kaku K 1 3.125%

3 Jenuh J 1 3.125%

Total 32 100%

Grafik 4: Alasan Kaul Ketaatan Paling Sulit Dilakukan

Tabel dan grafik di atas memperlihatkan alasan subyek menganggap kaul ketatan sulit dilakukan di jaman ini adalah tidak bebas dipilih 30 subyek (93.75%), kaku dan jenuh masing-masing 1 subyek (3.125%). Hal ini berarti subyek memandang kaul ketaatan sulit dilakukan di jaman ini karena hidup menjadi tidak bebas.

c.2 Relevansi Hidup Membiara Di Jaman Ini

Tabel 14: Relevan atau Tidak Hidup Membiara Di Jaman Ini

(69)

1 Relevan R 64 94.12%

2 Tidak Relevan TR 4 5.88%

Total 68 100%

Grafik 5: Relevan atau Tidak Hidup Membiara di Jaman Ini

Tabel 15: Alasan Masih Relevan

No Jawaban Koding Jumlah %

1 Kontekstual K 3 4.55%

2 Dibutuhkan dijaman ini DDJ 10 15.15% 3 Melawan arus zaman MAZ 6 9.09% 4 Menjadi teladan hidup yang baik MTH 27 40.91%

5 Sederhana S 3 4.55%

6 Menuntun pada hidup yang baik MHB 15 22.73%

7 Tanggung jawab TJ 1 1.52%

8 Mandiri Mdr 1 1.52%

Total 66 100%

Grafik 6: Alasan Masih Relevan

(70)

secara umum subyek berpendapat bahwa hidup membiara masih relevan di jaman ini.

Tabel 15 dan grafik 6 menunjukkan bahwa hidup membiara masih relevan di jaman ini dengan alasan dapat menjadi teladan hidup yang baik dipilih 27 subyek (40.91%), menuntun pada hidup yang lebih baik 15 subyek (22.73%) dan masih dibutuhkan di jaman ini 10 subyek (15.15%). Alasan lain yang dipilih adalah melawan arus jaman 6 subyek (9.09%), sederhana dan kontekstual masing 3 subyek (4.55%), tanggung jawab serta mandiri masing-masing 1 subyek (1.52%). Data tersebut memperlihatkan bahwa secara umum subyek berpendapat hidup membiara masih relevan karena dapat menjadi teladan hidup yang baik di jaman ini.

c.3 Hal Posif Dalam Hidup Membiara

Tabel 16: Hal Positif dalam Hidup Membiara

No Jawaban Koding Jumlah %

1 Kerjasama K 6 4.44%

2 Sederhana Sdh 43 31.85%

3 Dekat dengan Tuhan DT 18 13.33%

4 Ramah R 1 0.74%

5 Sopan Spn 1 0.74%

6 Rendah hati RH 7 5.19%

7 Jujur J 1 0.74%

8 Disiplin D 18 13.33%

9 Melayani M 4 2.96%

10 Rela berkorban RB 17 13%

11 Siap diutus SU 1 0.74%

12 Peduli pada orang lain POR 10 7.41%

13 Mandiri Mdr 1 0.74%

(71)

15 Tangung jawab TJ 4 2.96% 16 Tidak pilih kasih TPK 2 1.48%

Total 135 100%

Grafik 7: Hal Positif dalam Hidup Membiara

 

(72)

c.4 Hal Negatif Dalam Hidup Membiara Tabel 17: Hal Negatif dalam Hidup Membiara

No Jawaban Koding Jumlah %

1 Mementingkan senioritas S 4 4.65% 2 Tertutup dengan dunia luar TDL 30 34.88% 3 Kurang berkaul kemiskinan KBK 1 1.16%

4 Saling iri SI 1 1.16%

5 Sulit bergaul dengan lawan jenis SBLJ 1 1.16%

6 Tidak bebas TB 9 10.47%

7 Kurang gaul KG 8 9.30%

8 Kaku K 24 27.91%

9 Munafik Mnf 2 2.33%

10 Monoton Mnt 2 2.33%

11 Angkuh A 1 1.16%

12 Galak G 1 1.16%

13 Pilih kasih PK 1 1.16%

14 Penampilan tidak sederhana PTS 1 1.16%

Total 86 100%

(73)

Tabel dan grafik di atas memperlihatkan pendapat subyek mengenai hal negatif dalam hidup membiara. Perilaku tersebut adalah tertutup dengan dunia luar dipilih 30 subyek (34.88%), kaku 24 subyek (27.91%), tidak bebas 9 subyek (10.47%), dan kurang gaul 8 subyek (9.30%). Hal negatif yang juga dipilih adalah mementingkan senioritas 4 subyek (4.65%), munafik dan monoton masing-masing sebanyak 2 subyek (2.33%), kurang berkaul kemiskinan, saling iri dan sulit bergaul dengan lawan jenis masing-masing dipilih 1subyek (1.16%). Hal ini berarti secara umum subyek berpendapat bahwa hal negatif yang terdapat dalam hidup membiara adalah tertutup dengan dunia luar dan kaku.

c.5 Daya Tarik Hidup Membiara

Tabel 18: Hidup Membiara Menarik atau Tidak?

No Jawaban Koding Jumlah %

1 Menarik M 52 69.33%

2 Tidak menarik TM 23 30.66%

Total 75 100%

Grafik 9: Menarik atau tidak Hidup Membiara

Tabel 19: Alasan Hidup Membiara Menarik

No Jawaban Koding Jumlah %

(74)

2 Dekat dengan Tuhan DT 13 25.00%

3 Menantang Mtg 13 25.00%

4 Beda dengan yang lain Byl 1 1.92%

5 Sederhana S 19 36.54%

6 Bisa berbagi B 1 1.92%

7 Bertanggung jawab TJ 1 1.92%

8 Mengajarkan cinta kasih MCK 1 1.92% 9 Peduli pada orang lain POR 2 3.85%

Total 52 100%

Grafik 10: Alasan Hidup membiara Menarik

Tabel 18 dan grafik 9 memperlihatkan subyek yang berpendapat bahwa hidup membiara menarik 52 subyek (69.33%) dan yang menganggap tidak menarik 23 subyek (30.66%). Hal ini berarti mayoritas subyek menggagpa hidup membiara menarik di jaman ini.

(75)

berpendapat bahwa hidup membiara masih menarik di jaman ini karena sederhana.

c.6 Ketertarikan untuk Hidup Membiara

Tabel 20: Tertarik atau Tidak untuk Hidup Membiara

No Jawaban Koding Jumlah %

1 Tertarik T 1 1.40%

2 Tidak Tertarik TT 70 98.60%

Total 71 100%

Grafik 11: Tertarik atau Tidak untuk Hidup Membiara

Tabel 21: Alasan Tidak Tertarik untuk Hidup Membiara

No Jawaban Koding Jumlah %

1 Tidak bebas TB 40 55.56%

2 Meninggalkan hal duniawi MHD 6 8.33%

3 Ingin menikah IM 9 12.50%

4 Tidak memiliki harta TMK 10 13.89% 5 Penampilan apa adanya PAA 2 2.78% 6 Hidup baik, tidak hanya jadi

biarawan/ti

HBTJB

5 6.94%

Total 72 100%

Grafik: 12 Alasan Tidak Tertarik untuk Hidup Membiara

(76)

Tabel 20 dan grafik 11 memperlihatkan subyek yang tidak tertarik untuk hidup membiara 70 subyek (98.60%) dan tertarik 1 subyek (1.40%). Data tersebut memperlihatkan bahwa secara umum subyek tidak tertarik untuk hidup membiara.

Tabel 21 dan grafik 12 menunjukkan bahwa subyek tidak tertarik untuk hidup membiara dengan alasan tidak bebas dipilih 40 subyek (55.56%), tidak memiliki harta 10 subyek (13.89%), ingin menikah 9 subyek (12.5%), meninggalkan hal duniawi 6 subyek (8.33%), hidup baik tidak hanya menjadi biarawan/ti 5 subyek (6.94%) dan penampilan apa adanya 2 subyek (2.78%). Hal ini berarti secara umum subyek tidak tertarik untuk hidup membiara karena menganggap hidup membiara sebagai hidup yang tidak dapat bebas.

c.7 Usulan untuk Hidup Membiara Tabel 22: Usulan untuk Hidup Membiara

No Jawaban Koding Jumlah %

1 Promosi P 3 3.41%

2 Kesaksian hidup THB 7 7.95%

3 Tidak kaku TK 28 31.82%

4 Memiliki fasilitas

Gambar

Tabel Halaman
Grafik Halaman
Tabel 1: Komponen dan Sebaran Item Skala Persepsi Mengenai
Tabel 3: Komponen dan Sebaran Item Skala Persepsi Mengenai
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu, sangat diperlukan adanya peningkatan di bidang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, dan pelayanan kemasyarakatan dalam rangka meningkatkan taraf

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris pengaruh sisa anggaran, pendapatan asli daerah, dan Dana Bagi Hasil terhadap Belanja Modal Bidang Pendidikan,

Dengan demikian dalam mengatur kecepatan tumbuh perlu diperhitungkan sinergi dari keempat factor tersebut diatas : derajat supersturasi larutan, factor hidrodinamika

Terdapat 11 teknik digital marketing yang dikaji secara umum, teknik ini terdiri dari SEO, SEM, Content Creation, Social Media Marketing, Digital Display

Teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori kebebasan berpendapat dijadikan sebagai dasar dan kerangka analisis dalam mengkaji persoalan yang ada, yaitu

Penataan halaman dalam buku dilakukan dalam grid dan breaking grid sesuai dengan ekpresi yang ingin disampaikan agar penyampaian pesan lebih dinamis, layout di

Berdasarkan kesimpulan penelitian tentang Analisis Neraca Curah Hujan Untuk Memenuhi Kebutuhan Air Domestik Di Kecamatan Sugihwaras Kabupaten Bojonegoro, maka dapat

Simpulan yang diperoleh yaitu: bahwa identifikasi dan analisis kesiapan sumber daya program studi D3 Akuntansi Polines dalam pengelolaan pola pembelajaran berbasis