• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Berpikir Kritis - PENINGKATAN BERP IKIR KRITIS MATEMA TIKA MELALUI CTL BE RORIENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO PADA MATERI KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS VIIIA SMP N 3 SOKARAJA - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Berpikir Kritis - PENINGKATAN BERP IKIR KRITIS MATEMA TIKA MELALUI CTL BE RORIENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO PADA MATERI KUBUS DAN BALOK PADA SISWA KELAS VIIIA SMP N 3 SOKARAJA - repository perpustakaan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori 1. Berpikir Kritis

Santrock menyatakan bahwa berpikir kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif dan melibatkan evaluasi bukti (Desmita, 2009). Menurut R.H. Ennis berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan (Hassoubah, 2004), Sedangkan menurut Johnson (2009) berpikir kritis merupakan sebuah proses terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental, seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.

Dari beberapa uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan untuk berfikir secara logis, reflektif, dan produktif yang diaplikasikan dalam menilai situasi untuk membuat pertimbangan dan keputusan yang baik.

Perkins dan Tishman memberikan empat kriteria berpikir kritis (Desmita, 2009), yaitu:

1. Berpikir terbuka

(2)

2. Rasa ingin tahu intelektual

Ditunjukkan dengan kebiasaan bertanya, merenungkan, menyelidiki dan meneliti.

3. Perencanaan dan strategi

Menyusun rencana, menentukan tujuan, mencari arah untuk menciptakan hasil.

4. Kehati-hatian intelektual

Adanya upaya mengecek ketidakakuratan atau kesalahan, bersikap cermat dan teratur.

Ennis mengidentifikasi 12 indikator berpikir kritis, yang dikelompokkannya dalam lima besar aktivitas sebagai berikut (Piaw, 2004): 1. Elementary clarification (Memberikan penjelasan dasar), yang meliputi:

a. Memfokuskan pertanyaan. b. Menganalisis pertanyaan.

c. Berusaha mengklarifikasi suatu penjelasan melalui tanya jawab.

2. Basic support (Menentukan dasar pengambilan keputusan), yang meliputi: a. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak.

b. Mengamati serta mempertimbangkan suatu laporan hasil observasi. 3. Inference (Menyimpulkan), yang meliputi:

a. Mempertimbangkan hasil deduksi. b. Mempertimbangkan hasil induksi.

(3)

4. Advanced classification (Memberikan penjelasan lanjut), yang meliputi: a. Mendefinisikan istilah dan mempertimbangkan definisi tersebut. b. Mengidentifikasi asumsi.

5. Strategy and Tactics (Mengatur strategi dan taktik), yang meliputi: Menentukan tindakan dan berinteraksi dengan orang lain.

Sedangkan menurut Facione ( Piaw, 2004) indikator berpikir kritis diantaranya yaitu :

1. Ketrampilan Interprestasi. 2. Ketrampilan Menganalisis. 3. Ketrampilan Mengevaluasi. 4. Ketrampilan Menyimpulkan.

5. Ketrampilan Menjelaskan dan Mengatur diri dalam berfikir.

Karena penelitian ini lebih menekankan pada kemampuan berpikir kritis, maka aspek kemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Elementary clarification (memberikan penjelasan dasar).

Dalam menyelesaikan soal matematika siswa harus fokus tentang apa masalahnya, apa yang diketahui dan apa yang merupakan inti persoalan sebelum ia memutuskan untuk memilih strategi atau prosedur yang tepat. 2. Basic support (menentukan dasar pengambilan keputusan).

(4)

Alasan ini digunakan siswa untuk bersikap kritis terhadap suatu situasi, misalnya situasi yang disediakan dalam bentuk suatu soal ataupun situasi yang muncul karena pikiran sendiri yang perlu dikritisi berdasarkan alasan-alasan yang tepat agar kebenaran pemikiran itu mendapat penguatan.

3. Inference (menarik kesimpulan).

Penarikan kesimpulan yang benar harus didasarkan pada langkah-langkah dari alasan-alasan ke kesimpulan yang masuk akal atau logis. Kesimpulan dapat melahirkan sesuatu yang baru yang dapat berperan sebagai fokus untuk dipikirkan, sedangkan alasan merupakan dasar bagi suatu proses penarikan kesimpulan.

4. Advanced classification (Memberikan penjelasan lanjut).

Dalam tahap ini kegiatan siswa adalah mengidentifikasi asumsi yaitu siswa dapat menentukan konsep dalam menyelesaikan permasalahan.

5. Strategy and Tactics (Mengatur strategi dan taktik).

Tahap ini merupakan tahap mengajukan, mengevaluasi sejumlah tindakan yang mungkin. Aktivitas yang dilakukan adalah menentukan tindakan yaitu menentukan solusi dari permasalahan dalam soal dan menuliskan jawaban atau solusi dari permasalahan dalam soal.

2. Contextual Teaching Learning ( CTL )

Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses

(5)

siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2010). Johnson (2009) menyebutkan bahwa CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks dari kehidupan sehari-hari siswa. Johnson (2009) juga mengungkapkan bahwa untuk membantu mengembangkan potensi siswa, CTL memberikan kesempatan untuk menggunakan keahlian berpikir pada tingkatan yang lebih tinggi dalam dunia nyata. Dengan begitu siswa sedikit demi sedikit akan membangkitkan kebiasaan berpikir dengan baik, berpikiran terbuka, mendengarkan orang lain dengan tulus, berpikir sebelum bertindak, mendasari kesimpulan dengan bukti kuat, dan melatih imajinasi.

Menurut Nurhadi pembelajaran dengan CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme (contructivism), bertanya (question), menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian yang

sebenarnya (authentic assessment) (Sagala, 2011). Berikut ini penjelasan mengenai tujuh komponen utama pembelajaran efektif dalam CTL.

1. Konstruktivisme ( Contructivism )

(6)

harus mengonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Sagala, 2011).

2. Bertanya ( Question )

Pengetahuan yang dimiliki seseorang selalu dimulai dari bertanya. Melalui proses bertanya, siswa akan mampu menjadi pemikir yang handal dan mandiri. Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk :

1) Menggali informasi, baik administrasi maupun akademis. 2) Mengecek pemahaman siswa.

3) Membangkitkan respon pada siswa.

4) Mengetahui sejauh mana keingintahuan siswa. 5) Mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siswa.

6) Memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru. 7) Membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa.

8) Menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

Dalam CTL, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Karena itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan-pertanyaan guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya (Sanjaya, 2010).

3. Menemukan ( Inquiry )

(7)

keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Kata kunci dari strategi inquiry adalah siswa menemukan sendiri, adapun langkah-langkah kegiatan menemukan sendiri adalah : (1) merumuskan masalah dalam mata pelajaran apapun; (2) mengamati atau melakukan observasi; (3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya; dan (4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audience lainnya (Sagala, 2011).

4. Masyarakat belajar ( Learning Community )

(8)

kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar (Sanjaya, 2010).

5. Pemodelan ( Modeling )

Komponen ini menyarankan bahwa pembelajaran ketrampilan atau pengetahuan tertentu menggunakan model yang bisa ditiru oleh siswa. Dalam CTL, pemodelan dapat berupa penggunaan contoh, misalnya cara mengoperasikan sesuatu, menunjukkan hasil karya, atau mempertontonkan suatu penampilan. Seorang guru bisa berperan sebagai model misalnya pada saat mendemonstrasikan sesuatu kepada para siswanya, akan tetapi guru bukan satu-satunya model yang bisa diperankan di dalam kelas CTL. Model bisa diperoleh dengan cara menghadirkan orang lain untuk mendemonstrasikan sesuatu, bahkan model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa dapat ditunjuk untuk mendemonstrasikan atau melakukan sesuatu, sementara para siswa yang lain memperhatikan (Sagala, 2011).

6. Refleksi (Reflection)

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam hal belajar di masa yang lalu. Siswa merenungkan apa yang baru dipelajari sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima, di mana di akhir pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk “merenung” atau mengingat

(9)

memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya (Sagala, 2011).

7. Penilaian Sebenarnya ( Authentic Assessment )

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa

memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Penilaian tidak hanya dapat dilakukan oleh guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain. Karakteristik authenthic assessment adalah : (1) dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung; (2) dapat digunakan untuk penilaian formatif maupun sumatif; (3) penilaian dilakukan berkesinambungan; (5) penilaian dilakukan secara terintegrasi; (6) penilaian dapat digunakan sebagai umpan balik (Sagala, 2011).

3. Penilaian Portofolio

Menurut Collins portofolio merupakan wadah yang berisi sejumlah bukti yang dikumpulkan untuk tujuan tertentu (Rasyid dan Mansur, 2009). Yang mengumpulkan bukti tersebut, bisa saja perorangan atau organisasi. Popham mengatakan bahwa portofolio merupakan kumpulan pekerjaan seseorang (Rasyid dan Mansur, 2009). Portofolio matematika merupakan kumpulan (koleksi) pekerjaan-pekerjaan siswa yang terbaik atau karya siswa yang paling berarti sebagai hasil kegiatan belajar matematika. Portofolio dapat menampilkan pekerjaan terdahulu dan pekerjaan terbaru sehingga mengilustrasikan kemajuan belajar siswa.

(10)

pekerjaan siswa yang berkaitan dengan matematika seperti hasil tes dan kuis, lembar kerja siswa, hasil latihan-latihan soal baik yang dilakukan di kelas maupun di luar kelas. Penilaian portofolio merupakan penilaian terhadap sekumpulan karya siswa yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi, yang diambil selama proses pembelajaran dalam kurun waktu tertentu. Penilaian ini digunakan guru dan siswa untuk memantau perkembangan pengetahuan siswa dalam pembelajaran matematika.

Penilaian portofolio berbeda dengan jenis penilaian yang lain. Penilaian portofolio adalah suatu pendekatan atau model penilaian yang bertujuan untuk menilai kemampuan siswa dalam membangun dan merefleksi suatu pekerjaan/ tugas atau karya melalui pengumpulan (collection) bahan-bahan yang relevan dengan tujuan dan keinginan yang dibangun oleh siswa, sehingga hasil pekerjaan tersebut dapat dinilai dan dikomentari oleh guru dalam periode tertentu. Jadi, penilaian portofolio merupakan suatu pendekatan dalam penilaian kinerja siswa atau digunakan untuk menilai kinerja.

Adapun keuntungan penggunaan portofolio matematika secara khusus antara lain : (1) memberikan bukti pekerjaan atau perbuatan berdasarkan pengetahuan yang sesungguhnya telah diperoleh; (2) penilaian catatan atau memberikan gambaran tentang program matematika yang perlu ditekankan.

Fungsi penilaian portofolio (Arifin, 2011) adalah sebagai berikut : 1) Portofolio sebagai alat pembelajaran merupakan komponen kurikulum,

(11)

2) Portofolio sebagai alat penilaian sebenarnya (authentic assessment). 3) Portofolio sebagai sumber informasi bagi siswa untuk melakukan self

assessment. Maksudnya, siswa mempunyai kesempatan yang banyak

untuk menilai diri sendiri dari waktu ke waktu.

Penilaian portofolio juga memilki beberapa kelebihan antara lain : (a) Dapat melihat pertumbuhan dan perkembangan kemampuan siswa dari waktu ke waktu berdasarkan feed-back dan refleksi diri; (b) memungkinkan siswa melakukan penilaian diri sendiri (self-assessment), refleksi, dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis (critical thinking); (d) meningkatkan peran serta siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dan penilaian (Arifin, 2011).

4. CTL berorientasi portofolio

CTL berorientasi portofolio terdiri dari pembelajaran dengan menggunakan Contextual Teaching Learning (CTL) dan penilaian portofolio. CTL berorientasi portofolio merujuk pada pembelajaran menggunakan CTL dan aktivitas-aktivitas siswanya dinilai menggunakan penilaian portofolio.

(12)

untuk menilai peningkatan kemampuan berpikir kritis di akhir siklus, dimana dengan penilaian portofolio siswa lebih sering berlatih mengerjakan soal-soal secara sistematis sehingga dapat membantu meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Adapun komponen pembelajaran CTL berorientasi penilaian portofolio yaitu: (1) Konstrukstivisme (Constructivism) : membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa. Ketika guru menjelaskan materi pelajaran, siswa mengkonstruksi pemahamannya;

(2) Bertanya (Question) : dalam proses pembelajaran pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh siswa dinilai menggunakan penilaian portofolio; (3) Menemukan (Inquiry) : proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Inquiry terjadi ketika siswa mengerjakan LKS, dimana LKS tersebut dikumpulkan sebagai portofolio dan dinilai menggunakan penilaian portofolio; (4) Masyarakat belajar (Learning Community) : komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang

(13)

berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Dengan CTL berorientasi penilaian portofolio maka guru dapat mendokumentasikan perkembangan siswanya dan siswa memiliki pengetahuan yang dinamis sehingga dapat mengkonstruksi pemahamannya.

4. Materi Kubus dan Balok

Menyebutkan unsur-unsur kubus dan balok : rusuk, bidang sisi, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal.

5.2 Membuat jaring-jaring kubus dan balok.

Membuat jaring-jaring kubus dan balok 5.3 Menghitung luas permukaan

dan volume kubus dan balok.

Menemukan rumus luas permukaan kubus dan balok.

Menghitung luas permukaan kubus dan balok

Menentukan rumus volume kubus dan balok

(14)

Kondisi Awal

Kemampuan Berpikir Kritis siswa rendah

Perencanaan

Tindakan Penelitian :

Diberi perlakuan melalui CTL berorientasi penilaian portofolio. Adapun komponen CTL berorientasi penilaian portofolio adalah

1. Contructivism : membangun dan menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa.

2. Question : dalam proses pembelajaran pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa dinilai menggunakan penilaian portofolio.

3. Inquiry : proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Inquiry terjadi saat siswa

mengerjakan LKS, dimana LKS tersebut dikumpulkan sebagai portofolio.

4. Learning Community : komunikasi dua arah, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar.

5. Modeling : pemodelan dapat berupa penggunaan contoh atau menggunakan model yang bisa ditiru oleh siswa.

6. Reflection : cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan dalam belajar di masa yang lalu.

7. Authentic Assessment : proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa.

Diduga setelah dilakukan tindakan : Kemampuan berpikir kritis siswa meningkat B. Kerangka Berfikir

Diagram alur kerangka berfikir dengan CTL berorientasi penilaian portofolio mata pelajaran matematika materi kubus dan balok dapat disajikan dalam gambar berikut ini :

(15)
(16)

masalah. Pada langkah ini seluruh siswa berpartisipatif dalam belajar kelompok, mencoba, dan mengerjakan. Kemudian pada langkah reflection di mana guru membimbing dan mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan dari apa yang sudah dipelajari. Langkah reflection ini berkaitan dengan ketrampilan inference. Dalam modeling siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Pada langkah question dimana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa dinilai menggunakan penilaian portofolio. Untuk authentic assessment yaitu siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya yang dijadikan

sebagai portofolio yaitu LKS setiap pertemuan.

Dengan menggunakan portofolio siswa merasa dihargai karena segala kegiatan yang dilakukannya itu dinilai, sehingga siswa akan termotivasi untuk belajar lebih giat. Selain itu siswa terbiasa berlatih mengerjakan soal-soal dan menyelesaikan dengan cara yang runtut dan sistematis.

(17)

C. Hipotesis Tindakan

Gambar

Tabel 2.1. Standar Kompetensi : 5. Memahami sifat-sifat kubus, balok, dan
Gambar 2.1 Alur Kerangka Berfikir

Referensi

Dokumen terkait

BAB IV memuat tentang hasil penelitian dan pembahasan yang merupakan inti dari skripsi ini yang meliputi hak konsumen akan kenyamanan, keamanan, dan keselamatan

Jika nilai yang didelete lebih dari satu pada file master, maka pada file indeks, nilai yang didelete tidak perlu dihapus.  Pada sparse

Gambar 4.10 Pengukuran Arah Kedudukan Kekar yang Diambil di Daerah Penelitian

Jurnal yang ditulis oleh Endah Mayangsari yang berjudul “Hubungan Keperdataan Anak Luar Nikah Akibat Perceraian Li’an Menurut Kompilasi Hukum Islam dan Undang- Undang

mencari momentum politik di 2019 sehingga Hendardi menyarakan kepada persiden untuk menyikapi isu ini secara hati-hati banyak hal-hal yang harus dipertimbangkan, apa

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada data pasien penderita penyakit hepatitis maka dapat disimpulkan bahwa metode klasifikasi data mining Algoritma C4.5

Saat ini di Indonesia, pemda terlalu banyak membuat aturan perda begitu juga dengan kementerian yang menerbitkan berbagai Peraturan Menteri (Permen).. Komite Pemantauan

Bertambahnya kegiatan-kegiatan yang berorientasi ekspor akan pula meningkatkan keterbukaan perekonomian sehingga persainganpun meningkat, yang pada akhirnya kondisi