• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Kreativitas - LINDA MEGA APRILDA BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Kreativitas - LINDA MEGA APRILDA BAB II"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Kreativitas

a. Pengertian Kreativitas

Kreativitas menurut Munandar (2009 : 45) adalah ungkapan (ekspresi) dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Ungkapan kreatif yaitu ungkapan yang mencerminkan orisinalitas dari individu tersebut. Pribadi yang unik inilah dapat diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif. Pendidik hendaknya dapat menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat siswanya (jangan mengharapkan semua melakukan atau menghasilkan hal-hal yang sama, atau mempunyai minat yang sama). Guru hendaknya membantu siswa menemukan bakat-bakatnya dan menghargainya.

(2)

pertanyaan yang berakhir terbuka, penjajakan dan kemungkinan membuat pilihan. Orang menganggap bahwa kreativitas dapat diajarkan jika dikaitkan dengan bidang subjek (mata pelajaran) tertentu. Kreativitas dapat diajarkan dalam konteks yang lepas dari bidang materi tertentu, dan dapat diletakan dengan konten atau bidang subjek khusus.

Savage (1996 : 244) argues that creative thinking helps us adapt to change. Experts believe that the pace of change is accelerating. Hence, helping pupils develop creative-thinking strategies that willallow them to accommodate to conditions we cannot imagine today will be useful to them throughout their lives.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif dapat membantu untuk beradaptasi dalam melakukan perubahan. Para ahli percaya bahwa hal tersebut dapat berubah secara cepat. Oleh karena itu, siswa dapat terbantu untuk mengembangkan strategi berpikir kreatif dan mengakomodasi untuk tidak berpikir hanya hari ini tetapi berpikir untuk sepanjang hidupnya.

(3)

cara-cara baru, model baru yang berguna bagi dirinya dan bagi masyarakat.

Definisi dari beberapa buku yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah perilaku yang menghasilkan kemampuan pada diri seseorang dilakukan oleh individu dengan lingkungannya yang dapat menimbulkan orisinalitas terhadap ide-ide baru yang ditemukan dalam proses interaksi. Kreativitas dapat digunakan untuk mengembangkan bakat yang ada pada setiap individu secara maksimal. Mengungkapkan gagasan atau memecahkan suatu masalah merupakan bakat yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Ide yang kreatif akan memberikan suatu imajinasi yang mampu memberikan atau menghasilkan karya baru yang sebelumnya belum pernah ada.

b. Karakteristik Kreativitas Belajar

Munandar (2009 : 192) mengemukakan bahwa karakteristik berpikir kreatif dapat dilihat melalui:

1) Berpikir lancar (fluency), yang menyebabkan seseorang mampu mencetuskan banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan. Orang kreatif dalam hal ini mampu memberikan banyak cara atau saran untuk pemecahan masalah.

(4)

3) Berpikir orisinal, yang menyebabkan orang kreatif melahirkan ungkapan-ungkapan yang baru dan unik, karena sanggup memikirkan yang tidak lazim untuk mengungkapkan dirinya, atau mampu menemukan kombinasi-kombinasi yang tidak biasa dari unsur-unsur yang biasa.

4) Ketrampilan mengelaborasi, yang meliputi kemampuan memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan atau produk. c. Ciri-ciri Kreativitas

Satiadarma dan Fidelis (2003 : 110) mengemukakan bahwa kreativitas memiliki ciri-ciri yaitu:

1) Rasa ingin tahu yang mendorong individu lebih banyak mengajukan pertanyaan, selalu memperhatikan orang, objek dan situasi serta membuatnya lebih peka dalam pengamatan dan ingin mengetahui dan meneliti.

2) Memiliki imajinasi yang hidup, yakni kemampuan memperagakan atau membayangkan hal-hal yang belum pernah terjadi.

3) Merasa tertantang oleh kemajuan yang mendorongnya untuk mengatasi masalah-masalah yang sulit.

4) Sifat berani mengambil resiko, yang membuat orang kreatif tidak takut gagal atau memberi kritik.

5) Sifat menghargai bakat-bakatnya sendiri yang sedang berkembang.

Menurut Munandar (2009 : 71) ciri-ciri kepribadian kreatif yaitu: 1) Rasa ingin tahu yang luas dan mendalam

2) Sering mengajukan pertanyaan yang baik

3) Memberikan banyak gagasan atau usul terhadap suatu masalah

4) Bebas dalam menyatakan pendapat

5) Mempunyai rasa keindahan yang mendalam 6) Menonjol dalam salah satu bidang seni

7) Mampu melihat suatu masalah dari berbagai segi/sudut pandang

(5)

9) Mempunyai daya imajinasi

10) Orisinal dalam ungkapan gagasan dan dalam pemecahan masalah.

d. Penilaian Kreativitas

Menurut Silver (Siswono dan Abdul, 2009 : 6) menjelaskan cara menilai kreativitas dengan menunjukan hubungan kreativitas dengan pengajuan masalah dan pemecahan masalah. Kreativitas tidak hanya berada pada pengajuan masalah sendiri tetapi saling berpengaruh antara pemecahan masalah dan pengajuan masalah. Produk dan proses keduanya pada kegiatan ini dapat dievaluasi untuk menentukan sebuah tingkat suatu kreativitas merupakan sifat yang jelas. Menilai berpikir kreatif anak-anak dan orang dewasa sering digunakan The Torace Tests of Creative Thinking (TTCT). Tiga komponen kunci yang dinilai dalam kreativitas menggunakan TTCT adalah kefasihan (fluency), fleksibilitas dan kebaruan (novelty). Penjelasannya sebagai berikut :

(a) Kefasihan dalam pemecahan masalah mengacu pada bermacam-macam interpretasi, metode penyelesaian atau jawaban masalah, sedangkan dalam pengajuan masalah mengacu pada banyaknya masalah yang diajukan.

(6)

pengajuan masalah mengacu pada kemampuan siswa mengajukan masalah yang cara penyelesaiannya berbeda.

(c) Kebaruan (novelty) dalam pemecahan masalah mengacu pada kemampuan siswa memeriksa beberapa metode penyelesaian atau jawaban, kemudian membuat jawaban lainnya yang berbeda. Kebaruan dalam pengajuan masalah mengacu pada kemampuan siswa memeriksa beberapa masalah yang diajukan, mengajukan suatu masalah yang berbeda. Berbeda yang dimaksud adalah berbeda konteks atau konsep yang digunakan.

e. Tes Kreativitas

Menurut Safari (2005:114) tes konsep kreativitas adalah kemampuan berpikir divergen atau proses berpikir yang digunakan untuk memecahkan masalah atau menjawab pertanyaan secara bermanfaat. Kemampuan operasioanal kreativitas adalah skor siswa

yang diperoleh dari tes kreativitas untuk mengukur perilaku: (1) kelancaran, (2) keluwesan, (3) keaslian, (4) keelaborasian. Definisi

operasional ini, kisi-kisinya dapat disusun sebagai berikut:

Tabel 2.1 Kisi-Kisi Penyususnan Instrument Variabel Kreativitas

(7)

Penskoran untuk setiap indikator di atas mempergunakan skala 0-4, untuk indikator Kelancaran, skor 5 = sangat lancar, 4 = lancar, 3 = cukup lancar, 2 = kurang lancar, 1 = tidak lancar; untuk indikator Keluwesan, skor 5 = sangat luwes, skor 4 = luwes, skor 3 = cukup luwes, skor 2 = kurang luwes, skor 1 = tidak luwes; untuk indikator Keaslian, skor 5 = sangat asli, skor 4 = asli, skor 3 = cukup asli, skor 2 = kurang asli, skor 1 = tidak asli; untuk indikator keelaborasian, skor 5 = sangat elaborasi, skor 4 = elaborasi, skor 3 = cukup elaborasi, skor 2 = kurang elaborasi, skor 1 = tidak elaborasi. Penskoran akhir dapat dinyatakan dengan sangat kreatif (A), kreatif (B), cukup kreatif(C), kurang kreatif (D), tidak kreatif (E).

2. Belajar

a. Pengertian Belajar

Pendapat banyak ahli yang mengemukaan pemikirannya tentang konsep belajar. Belajar menunjuk pada suatu cabang belajar yaitu belajar dalam arti sempit, khusus untuk mendapatkan pengetahuan akademik. Belajar menurut Sagala (2010 : 11) merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Teori-teori yang dikembangkan dalam komponen ini meliputi antara

(8)

kurikulum, dan modul-modul pengembangan kurikulum. Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan pshikis dan fisis yang saling bekerja sama secara terpadu dan komprehensif integral. Belajar dapat dipahami sebagai berusaha atau berlatih supaya mendapat suatu kepandaian. Implementasinya dalam belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Para ahli psikologi dan guru-guru pada umumnya memandang belajar sebagai kelakuan yang berubah, pandangan ini memisahkan pengertian yang tegas antara pengertian proses belajar dengan kegiatan yang semata-mata bersifat hafalan.

Menurut pengertian secara psikologis (Slameto, 2010 : 2) belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Pengertian belajar dapat didefinisikan sebagai berikut: Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

(9)

Belajar dilakukan manusia seumur hidupnya, kapan saja, dan dimana saja, baik di sekolah, kelas, jalanan, dan dalam waktu yang tidak ditentukan sebelumnya.

Definisi dari beberapa buku yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku baik dari sikap, pengalaman, dan keterampilan yang dilakukan secara terus menerus. Belajar dapat memberikan suatu pengetahuan yang baru melalui beberapa tahapan secara terus menerus. Tahapan yang diberikan dapat berupa suatu tindakan seseoarang terhadap suatu hal yang ingin dipelajari.

3. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Menurut Arifin (2010 : 12) prestasi belajar berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang sangat potensial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang tentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing.

(10)

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tes prestasi merupakan alat untuk mengukur kemampuan individu dalam bidang ilmu pengetahuan atau keterampilan yang telah diberikan. Standar pencapaian tes dapat dikembangkan di sekolah bertujuan untuk mengukur pengetahuan tentang konsep, fakta, dan prinsip yang dimiliki individu dengan tingkat pencapaian yang maksimal dibandingkan dengan skor rata-rata per kelas.

Menurut Hamdani (2011 : 137) prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan. Prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Belajar pada dasarnya adalah suatu proses yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu, yaitu perubahan tingkah laku. Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

(11)

b. Fungsi Prestasi Belajar

Arifin (2010 : 12) berpendapat bahwa kehadiran prestasi belajar dalam kehidupan manusia pada tingkat dan jenis tertentu dapat memberikan kepuasan tersendiri pada manusia, semakin terasa penting untuk dipermasalahkan, karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu, termasuk kebutuhan siswa didik dalam suatu program pendidikan.

3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) peserta didik.

Prestasi belajar dapat diketahui baik secara individu ataupun kelompok sesuai dengan penjelasan di atas yang dapat dimengerti. Fungsi prestasi tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas pendidikan. Prestasi belajar juga berguna sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar sehingga dapat menentukan apakah perlu melakukan diagnosis, penempatan atau bimbingan terhadap peserta didik.

(12)

dalam mengajar; (b) untuk keperluan diagnosis; (c) untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan; (d) untuk keperluan seleksi; (e) untuk keperluan penempatan atau penjurusan; (f) untuk menentukan isi kurikulum; (g) untuk menentukan kebijaksanaan sekolah.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004 : 78) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu:

Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi berbagai faktor, baik dalam dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakekatnya merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor tersebut. Pengenalan guru terhadap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa penting sekali artinya dalam membantu siswa mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan masing-masing.

1) Faktor yang Berasal dari Diri Sendiri

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yaitu aspek fisiologis dan apek psikologis.

a) Faktor Fisiologis (jasmaniah)

(13)

b) Faktor Psikologis

Segi psikis, yakni kesiapan siswa secara kejiwaan. Siswa secara kejiwaan sedang mengalami gangguan, maka hasil belajarnya tidak akan maksimal. Ahmadi dan Widodo (2004 : 78) menerangkan dalam bukunya, bahwa diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah: (a) Tingkat kecerdasan/intelegensi siswa; (b) Bakat siswa; (c) Motivasi siswa; (d) Motivasi siswa; (e) Kesehatan mental.

2) Faktor yang Berasal dari Luar Diri Sendiri (Eksternal)

Faktor eksternal yang berpengaruh pada prestasi belajar siswa dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

a) Faktor Sosial, yang terdiri atas: (1) Lingkungan Keluarga

(14)

(2) Lingkungan Sekolah

Sekolah adalah tempat dimana berlangsungnya proses belajar mengajar. Faktor sekolah yang mempengaruhi proses belajar siswa antara lain: metode mengajar guru, kurikulum, hubungan siswa dengan guru, hubungan siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah. Standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung sekolah dan tugas yang diberikan oleh guru.

(3) Lingkungan Masyarakat

Masyarakat terdiri atas sekelompok manusia yang menempati daerah tertentu, menunjukkan integrasi berdasarkan pengalaman bersama berupa kebudayaan, memiliki sejumlah lembaga yang melayani kepentingan bersama, mempunyai kesadaran akan kesatuan tempat tinggal dan bila perlu dapat bertindak bersama. Kegiatan siswa dalam lingkungan masyarakat mencakup media masa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

(15)

dalam masyarakat, teman bergaul, media masa, bentuk kehidupan masyarakat.

(4) Faktor Budaya

Faktor budaya yang termasuk mempengaruhi belajar adalah faktor yang disalurkan melalui media masa baik elektronik maupun surat kabar yang ada di sekelilingnya. Kemajuan teknologi saat ini yang mana segala informasi dapat secara cepat diterima oleh kalangan manapun, sebaliknya dengan banyaknya acara-acara yang ditayangkan di televisi maka banyak pula siswa-siswa yang menjadi malas belajar karena disibukkan dengan acara-acara yang ada di televisi, sehingga mengakibatkan semangat untuk meningkatkan prestasi siswa didik lebih menurun.

(a) Faktor Lingkungan Fisik

(16)

(b) Faktor Lingkungan Spiritual atau Keagamaan

Lingkungan spiritual atau keagamaan yang berada di tempat tinggal siswa sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Masyarakat yang beragama maka lingkungan sebagai tempat tinggal untuk hidup akan damai, masyarakatnya karena tidak ada keributan, penuh dengan kerukunan dan saling menghormati sehingga dapat memberikan kenyamanan bagi siswa yang sedang belajar.

4. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

(17)

merupakan proses penemuan. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk selalu berpikir kreatif dengan mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, prospek pengembangan lebih lanjut, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam lebih menekankan pada pembelajaran langsung untuk mengembangkan kompetensi, menjelajahi, dan memahami alam sekitar secara ilmiah sehingga dibutuhkan perilaku kreativitas siswa dalam belajar.

Ilmu Pengetahuan alam merupakan ilmu yang menawarkan cara-cara untuk dapat memahami kejadian, fenomena, keragaman yang terdapat di alam semesta, dan yang paling penting adalah Ilmu Pengetahuan Alam dapat memberikan pemahaman tentang cara menyesuaikan diri terhadap lingkungannya. Kompetensi-kompetensi dasar Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar harus ditumbuhkan dalam diri siswa sesuai taraf perkembangan dan pemikirannya. Kompetensi-kompetensi ini menjadi roda penggerak dalam penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan dan pengembangan, wawasan, dan nilai yang maksimal.

(18)

berdasarkan hasil eksperimen itulah dirumuskkann keterangan ilmiahnya (teorinya). Teori tidak dapat berdiri sendiri. Teori selalu didasari oleh suatu hasil pengamatan. Trianto (2011:136) mendefinisikan bahwa IPA merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang semula berasal dari bahasa inggris science. Kata

science sendiri berasal dari kata dalam bahasa latin scientia yang berarti saya tahu. Science terdiri dari social saiences (ilmu pengetahuan sosial) natural science (ilmu pengetahuan alam).

b. Hakikat Pembelajaran IPA

(19)

c. Tujuan IPA

Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterangan proses untuk menyelidiki alam sekitar, mencari masalah dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keterangannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

6) Memperoleh bekal pengetahuan konsep dan keterangan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.

(20)

Kecakapan generik yang dimiliki siswa SD akan berfungsi menjadi alat bagi mereka untuk menggali konsep-konsep keilmuan yang dimotivasinya, pada jenjang pendidikan berikutnya.

Kecakapan proses yang harus dimiliki siswa (Hurrriyati, 2010) adalah:

1) Kecakapan observasi 2) Kecakapan klasifikasi 3) Kecakapan Pengukuran 4) Kecakapan memprediksi

5) Kecakapan inferensi (pengambilan kesimpulan) 6) Kecakapan membuat hipotesa

7) Kecakapan komunikasi

Penguasaan konsep dan kecakapan proses yang merupakan keterampilan ilmiah, siswa juga seharusnya memperoleh nilai religius, karena pada dasarnya IPA adalah ilmu yang mempelajari ciptaan Allah SWT. Rasa keingintahuan untuk mengamati fenomena alam, nilai kejujuran harus melekat pada diri seorang saintis kecil.

d. Pokok Bahasan Materi Sifat dan Perubahan Wujud Benda

(21)

sifat wujud benda padat, cair, dan gas, serta membahas tentang perubahan wujud benda menjadi membeku, mencair, menguap, dan mengembun. Perincian indikator materi sifat dan perubahan wujud benda terdapat dalam tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2.2 Sifat dan Perubahan Wujud benda dalam KTSP

Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator

6.Memahami

(22)

Materi-materi yang dipelajari dalam sifat dan perubahan wujud benda meliputi :

1) Mengidentifikasi sifat-sifat wujud benda, yang meliputi: a) Mengidentifikasi sifat-sifat benda padat

Sifat-sifat benda padat adalah:

1) Benda padat tetap tidak mengikuti wadahnya Alat dan Bahan

(a) Kotak kado (b) Buku (c) Pulpen (d) Uang logam (e) Batu

2) Benda padat dapat diubah. Alat dan Bahan adalah plastin

b) Mengidentifikasi sifat-sifat benda cair Sifat benda cair adalah:

1) Benda cair mengikuti tidak tetap, tetapi mengikuti

wadahnya Alat dan Bahan (a) Air

(b) Botol plastik (c) Gelas

(23)

(d) Mangkok

2) Benda cair yang tenang selalu datar Alat dan Bahan

(a) Air

(b) 3 botol plastik (c) Penghapus pensil

3) Benda cair mengalir ke tempat yang rendah Alat dan Bahan

(a) Segelas air (b) Karton tebal (c) Penghapus pensil

4) Benda cair menekan ke segala arah. Alat dan bahan

(a) Dua botol plastik (b) Paku

(c) Air

c) Mengidentifikasi sifat-sifat denda gas Sifat benda gas adalah:

1) Benda gas memiliki bentuk yang berubah-ubah Alat dan Bahan

(24)

2) Benda gas menekan ke segala arah. Alat dan bahan:

(a) Baskom atau wadah bening (b) Gelas

(c) Air

2) Mengidentifikasi perubahan wujud benda, yang meliputi: a) Perubahan wujud benda padat menjadi cair

(Mencair) Alat dan Bahan (a) Coklat (b) Mentega (c) Es batu (d) Sendok (e) Lilin (f) Korek api

b) Perubahan wujud benda cair menjadi padat (Membeku)

Alat dan Bahan (a) Susu cair

(b) Kantung plastik besar (c) Kantung plastik sedang (d) Sentok

(25)

(g) Baskom

c) Perubahan wujud benda cair menjadi gas (Menguap)

Alat dan Bahan (a) Air

(b) Sendok logam dengan ganggang plastik (c) Lilin

(d) Korek api

d) Perubahan wujud benda gas menjadi cair (Mengembun)

(26)

5. Metode Discovery

a. Pengertian Metode Discovery

Sanjaya (2009 : 147) mendefinisikan bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Metode yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peran yang sangat penting. Selanjutnya Hamdani (2011 : 80) mendefinisikan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa. Penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa saat berlangsungnya pengajaran. Pengertian dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara penyajian pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

(27)

antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, mengolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Siswa (belajar sendiri) itu, sehingga situasi belajar mengajar berpindah dari situasi teacher dominated learning menjadi situasi student dominated learning. Discovery learning ialah suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.

Roestiyah (2008 : 20) mengemukan bahwa dalam metode ini siswa dibiarkan menemukan sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Penggunaan metode discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar. Hanifah dan Cucu (2012 : 77) mendefinisikan bahwa

discovery merupakan suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan peserta didik untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga mereka dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap dan keterampilan sebagai wujud adanya perubahan prilaku.

(28)

sebagian besar ditemukan oleh siswa sendiri. Interaksi dan perilaku kreatif dapat dilakukan antara siswa dalam diskusi kelompok. Melakukan aktivitas atau penemuan dalam diskusi kelompok siswa dapat berinteraksi satu dengan yang lain. Interaksi dapat berupa tukar pendapat, tanya jawab, dan diskusi dari siswa yang belum paham dengan materi yang diajarkan kepada siswa yang sudah memahami materi, sedangkan perilaku kreatif adalah hasil dari suatu percobaan yang asli dari tangan dan ide pemikiran siswa. Kondisi semacam ini selain akan berpengaruh pada penguasaan siswa terhadap materi sifat dan peubahan wujud benda, juga akan mendapatkan social skill siswa sehingga interaksi dan perilaku kreatif merupakan aspek penting dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.

Jarolimek (1981 : 116) argues that throughout this process the teacher neither told the pupils what would happen,nor what to expect. The teacher might have asked reflective questions along the way in order to guide the inquiry, but the pupils themselves discovered the relationship. When educators refer to inquiry, they are usually referring to this kind of discovering learning. It is important to note that discovery used in this sense does not mean that pupils are uncovering new knowledge; they are discovering knowledge hitherto unknown to them.

(29)

penemuan yang penting untuk dicatat bahwa penemuan yang digunakan dalam pengertian ini tidak berarti bahwa siswa menemukan pengetahuan baru, siswa menemukan pengetahuan yang sampai sekarang belum ditemukan oleh siswa.

b. Macam-macam Metode Discovery

Menurut Hanifah dan Cucu (2012 : 77) discovery dibagi menjadi tiga macam yaitu:

1) Discovery terpimpin, yaitu pelaksanaan discovery dilakukan atas petunjuk dari guru. Dimulai dari pertanyaan inti, guru mengajukan berbagai pertanyaan yang melacak, dengan tujuan untuk mengarahkan peserta didik ke titik kesimpulan yang diharapkan. Siswa melakukan percobaan untuk membuktikan pendapat yang dikemukakannya.

2) Discovery bebas, yaitu peserta didik melakukan penyelidikan bebas sebagaimana seorang ilmuan, antara lain masalah dirumuskan sendiri, dan kesimpulan diperolehkan sendiri.

3) Discovery bebas dimodifikasi, yaitu masalah diajukan guru

(30)

c. Fungsi Metode Discovery

Menurut Hanifah dan Cucu (2012 : 78) ada beberapa fungsi metode discovery yaitu :

1) Membangun komitmen dikalangan peserta didik untuk belajar, yang diwujudkan dengan keterlibatan, kesungguhan, dan loyalitas terhadap mencari dan menemukan sesuatu dalam proses pembelajaran.

2) Membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. 3) Membangun sikap percaya diri dan terbuka hasil temuannya. d. Keunggulan Metode Discovery

Menurut Hanifah dan Cucu (2012 : 78) ada beberapa keunggulan metode discovery yaitu:

1) Membantu peserta didik mengembangkan, kesiapan, serta pengeuasaan keterampilan dalam proses kognitif.

2) Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikiranya. 3) Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajar peserta

didik untuk belajar lebih giat.

4) Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing.

5) Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peranan guru yang sangan terbatas.

e. Kelemahan Metode Discovery

Menurut Hanifah dan Cucu (2012 : 79) ada beberapa kelemahan metode discovery yaitu :

(31)

4) Ada kritik, bahwa proses dalam metode discovery terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan sikap dan keterampilan bagi siswa.

f. Langkah-langkah Metode Discovery

Menurut Hanifah dan Cucu (2012 :79) ada beberapa langkah yang harus diperhatikan dalam metode discovery yaitu:

1) Mengidentifikasi kebutuhan siswa.

2) Seleksi pendahuluan terhadap prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari.

3) Seleksi bahan dan problema atau tugas-tugas. Diskusi sebagai pengarahan sebelum siswa melakukan kegiatan. Alat/bahan perlu disediakan sesuai dengan kebutuhan siswa dalam melaksanakan kegiatan.

4) Membantu memperjelas tugas/problema yang akan dipelajari dan peranan masing-masing siswa. Merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data yang secukupnya, yang dinyatakan dengan pernyataan atau pertanyaan. Perumusan harus jelas, hindari pertanyaan yang menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah. Konsep atau prinsip yang harus ditemukan siswa melalui kegiatan tersebut perlu ditulis dengan jelas.

5) Mempersiapkan setting kelas dan alat-alat yang diperlukan. 6) Mengecek pemahaman siswa terhadap masalah yang akan

(32)

7) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan penemuan. Proses penemuan yang dilakukan siswa akan mengkondikasikan adanya upaya proses tercapainya perilaku kreativitas yaitu dengan siswa membuat karya yang kreatif dari sebuah benda padat yang dilakukan secara kelompok. Bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan di dalam Lembar Kerja Siswa. 8) Membantu siswa dengan informasi atau data jika diperlukan.

Kegiatan metode pembelajaran discovery oleh siswa berupa penyelidikan/percobaan sifat dan perubahan wujud benda untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.

9) Memimpin analisis sendiri (self analysis) dengan pertanyaan yang mengarahkan dan mengidentifikasi proses. Proses berpikir lancar, luwes, asli, elaborasi perlu dijelaskan untuk menunjukan adanya mental operasional siswa, yang diharapkan dalam kegiatan

10) Merangsang terjadinya interaksi antar siswa.

11) Memuji dan membesarkan siswa yang tergiat dalam proses penemuan.

12) Membantu siswa merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi

(33)

Tabel 2.3 Penerapan Metode Pembelajaran Discovery Pada Materi Sifat dan Perubahan Wujud Benda

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Identifikasi Kebutuhan Siswa

Guru mengaitkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang telah dipelajari

Siswa menjawab pertanyaan yang telah diajukan guru

Pendahuluan

Guru menyeleksi prinsip-prinsip, pengertian, konsep dan generalisasi yang akan dipelajari

Siswa menjawab pertanyaan yang telah diajukan guru

Seleksi bahan

Guru menyeleksi alat dan bahan percobaan, soal dan tugas yang akan dikerjakan oleh siswa

Siswa mempersiapkan alat dan bahan percobaan dalam pembelajaran

Penjelasan

Guru menjelaskan, tujuan materi, tugas yang akan dipelajari serta peran siswa

Siswa mendengarkan penjelasan guru

Setting

a. Guru menyiapkan kondisi kelas, membagi siswa dalam 5 kelompok yang beranggotakan 5-6 siswa tiap kelompok

b. Guru membagikan lembar penemuan pada kelompok dan lembar kerja kepada tiap siswa

Siswa tertib sesuai dengan kelompoknya masing-masing

Siswa menerima lembar penemuan dan lembar kerja yang diberikan oleh guru

Mengecek pemahaman

Guru memberikan pertanyaan tambahan yang merupakan aplikasi

Siswa menjawab pertanyaan yang diberikan guru

Proses penemuan

Guru mempersiapkan siswa untuk melakukan penemuan dan mengerjakan LKS pada materi sifat dan perubahan wujud benda

Siswa pada proses penemuan ini akan mengidentifikasi perilaku kreativitasnya yaitu dengan proses percobaan yang membutuhkan pemikiran yang kreatif

Bimbingan

Guru membimbing siswa apabila siswa mengalami kesulitan dalam melakukan proses penemuan

Siswa menanyakan permasalahan yang dihadapi

Fasilitator

Guru memfasilitasi dengan memberikaan pertanyaan pada proses penemuan

Guru memberikan penghargaan berupa bintang pada kelompok yang aktif

Siswa meluapkan kegembiraannya karena mendapat aplous dari teman-teman

Merumuskan penemuan

Bersama-sama guru dan siswa menemukan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuan

Siswa bersama guru merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil penemuan

(34)

Langkah-langkah metode pembelajaran discovery di atas dapat direalisasikan dalam pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran dan dalam proses belajar mengajar agar siswa dapat berperan aktif dan menemukan jawaban atau pemecahan masalah sesuai dengan kemampuannya. Langkah-langkah ini di dalamnya terdapat pelaksanaan penemuan dan motivasi kepada siswa. Motivasi ini sangat penting karna memberikan respon yang baik pada siswa.

B.Penelitian Yang Relevan

Adapun penelitian yang telah dilakukan yaitu:

1. Penelitian Titie Juliantine pada tahun 2009 dengan judul “Pengembangan Kreativitas Siswa melalui Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pendidikan Jasmani”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat

(35)

2. Penelitian Sri Muryaningsih pada tahun 2011 dengan judul “Peningkatan Belajar Matematika Materi Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing Di Kelas Vb SD Negeri Karanglo Tahun Pelajaran 2010/2011”. Penelitian itu dikatakan telah berhasil secara kualitatif dan kuantitatif karena hasil rata-rata dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Aspek Kognitif

Pada aspek ini terjadi peningkatan dari siklus I ketuntasan klasikal mencapai 46,5% dari 26 siswa 12 siswa sudah tuntas dan 14 siswa yang belum tuntas KKM, namun pada siklus kedua terjadi peningkatan menjadi 76,92% dan jumlah anak yang sudah mencapai KKM 20 siswa dan 6 siswa belum mencapai KKM. Pada silklus ke III naik menjadi 88,5% dan hanya 3 anak yang belum tuntas KKM. b. Aspek Afektif

Pada aspek afektif pada setiap siklus mengalami kenaikan yaitu pada siklus I mencapai 58,23%, pada siklus II mencapai 73,60%, dan pada siklus III mencapai 86,25%.

c. Aspek Psikomotor

(36)

C.Kerangka Berpikir

Kondisi awal sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas, telah diperoleh gambaran awal bahwa prestasi belajar IPA siswa masih rendah. Rendahnya prestasi belajar siswa dalam pembelajaran diduga karena kurang kreativitas dan kurang optimalnya penerapan metode dalam pembelajaran dikelas. Prestasi belajar dapat meningkat, maka dilakukan tindakan oleh guru dengan menerapkan metode pembelajaran discovery. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dibuat kerangka berpikir penelitian pada pembelajaran IPA melalui metode pembelajaran discovery sebagai berikut:

Masalah

Tindakan Hasil

D.

Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Sesuai dengan keadaan masalah yang terjadi di SDN 3 Pliken, yaitu kurangnya kreativitas siswa yang mengakibatkan siswa malu bertanya dan kurangnya rasa ingin tahu siswa pada materi yang disampaikan oleh guru, maka guru menyajikan pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kepada siswa melalui kegiatan belajar mengajar dengan metode pembelajaran discovery. Penerapan metode pembelajaran ini melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui diskusi agar anak dapat berpikir kreatif dalam melakukan suatu percobaan untuk menemukan suatu hasil yang dilakukan, dapat diketahui dari  Kurangnya kreativitas

siswa dalam proses pembelajaran

(37)

tes kreativitas dan tes evaluasi. Hasil tes kreativitas dan tes evaluasi pembelajaran dapat terlihat peningkatan kreativitas dan prestasi belajar siswa. Tercapainya kreativitas dan prestasi belajar siswa yang baik adalah tujuan yang diharapkan guru.

E. Hipotesis Tindakan

Untuk mengatasi masalah yang diuraikan di atas, maka dapat diambil hipotesis tindakan berupa:

1. Metode Pembelajaran Discovery dapat meningkatkan kreativitas siswa pada mata pelajaran IPA materi sifat dan perubahan wujud benda di SD Negeri 3 Pliken.

Gambar

Tabel 2.1 Kisi-Kisi Penyususnan Instrument Variabel Kreativitas
Tabel 2.2 Sifat dan Perubahan Wujud benda dalam KTSP
Tabel 2.3 Penerapan Metode Pembelajaran Discovery Pada Materi Sifat dan Perubahan Wujud Benda
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengetahuan dan pemahaman perpajakan, kualitas pelayanan fiskus, sanksi pajak dan kondisi

Volume Evapotranspirasi Potensial Metode Thornthwaite Rerata Bulanan Tahun 2008-2017 Sub DAS Kaliwungu ….... Volume Ketersediaan Air di Sub DAS

Pengaruh Fermentasi pada Pembuatan Mocaf (Modified Cassava Flour) dengan Menggunakan lactobacillus plantarum terhadap Kandungan Protein.. Pengaruh Jenis Asam dan Lama

Untuk semua ukuran butir lapisan paling atas limbah uranium yang terserap lebih besar dibanding lapisan di bawahnya, semakin tinggi limbah uranium yang terserap semakin tinggi

Pada karbon aktif tidak dapat dilakukan proses pilarisasi karena jika dipanaskan pada suhu di atas 150 °C, struktur molekul karbon aktif akan rusak sebelum proses pilarisasi

c. Sistem Konstruksi yang memadai. Perlunya sistem konstruksi penahan beban yang memadai Supaya suatu bangunan dapat menahan gempa, gaya inersia gempa harus dapat disalurkan dari

Regulasi • Belum adanya national policy yang terintegrasi di sektor logistik, regulasi dan kebijakan masih bersifat parsial dan sektoral dan law enforcement lemah.. Kelembagaan

Autor smatra kako proces europske integracije ne možemo promatrati izolirano od strateškog američkog projekta uspostave novog međunarodnog gospodarskog i političkog poretka