• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian Gaya Bahasa Kiasan dalam Kumpulan Sajak Menjadi Tulang Rusukmu Karya Yanwi Mudrikah adalah: 1. Penelitian berjudul Gaya Bahasa Kiasan dalam Novel Di Batas Angin Kar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Penelitian yang relevan dengan penelitian Gaya Bahasa Kiasan dalam Kumpulan Sajak Menjadi Tulang Rusukmu Karya Yanwi Mudrikah adalah: 1. Penelitian berjudul Gaya Bahasa Kiasan dalam Novel Di Batas Angin Kar"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian Gaya Bahasa Kiasan dalam Kumpulan Sajak Menjadi Tulang Rusukmu Karya Yanwi Mudrikah adalah:

1. Penelitian berjudul Gaya Bahasa Kiasan dalam Novel Di Batas Angin Karya Yanusa Nugroho dan Saran Penerapannya dalam Pembelajaran Sastra di SMA.

Penelitian tersebut dilakukan oleh Baskoro Istiarto mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto tahun 2011. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Baskoro Istiarto adalah:

a. Gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam novel Di Batas Angin karya Yanusa Nugroho meliputi gaya bahasa kiasan simile, personifikasi, dan metafora.

b. Gaya bahasa kiasan yang terdapat dalam novel Di Batas Angin karya Yanusa Nugroho dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA.

(2)

7

novel Di Batas Angin karya Yanusa Nugroho dan hasil penelitiannya dapat diterapkan dalam pembelajaran sastra di SMA.

2. Penelitian berjudul Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Letto dan Alternatif Penerapannya dalam Pembelajaran Gaya Bahasa di SMA Kelas X Semester I.

Penelitian tersebut dilakukan oleh Aristia Nawangsari mahasiswa Universitas Muhammadiya Purwokerto tahun 2010. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aristia Nawangsari adalah:

a. Gaya bahasa dalam album lethologica sangat banyak di antaranya:

1) Gaya bahasa perbandingan antara lain: personifikasi, metafora, simile, pleonasme, koreksio.

2) Gaya bahasa perulangan antara lain: aliterasi dan asonansi, simploke, repetisi. 3) Gaya bahasa pertautan yaitu asidenton.

4) Gaya bahasa pertentangan antara lain: hiperbola dan paronomansia.

b. Gaya bahasa yang terdapat dalam album musik lethologica dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran gaya bahasa di SMA kelas X semester 1.

(3)

8

datanya berupa larik atau baris yang mengandung gaya bahasa kiasan dalam kumpulan sajak Menjadi Tulang Rusukmu karya Yanwi Mudrikah, sedangkan sumber datanya adalah kumpulan sajak Menjadi Tulang Rusukmu karya Yanwi Mudrikah. Topik pada penelitian ini mengkhususkan pada gaya bahasa kiasan dalam kumpulan sajak Menjadi Tulang Rusukmu karya Yanwi Mudrikah.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Baskoro Istiarto dan Aristia Nawangsari, membuktikan bahwa penelitian yang dilakukan peneliti belum pernah dilakukan dan berbeda. Maka penelitian ini perlu untuk dilakukan agar ada pembuktian.

B. Hakikat Stilistika

(4)

9

kebahasaan, khususnya yang terdapat di dalam teks-teks kesastraan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa stilistika adalah cabang linguistik yang mempelajari gaya bahasa dengan kajian berwujud performasi kebahasaan khususnya yang terdapat dalam teks-teks kesusastraan.

C. Hakikat Sastra

Sastra adalah kegiatan kreatif dan imajinatif. Sebagai kegiatan kreatif karya sastra adalah sebuah seni bahasa. Bersifat imajinatif berarti kalaupun realitas yang disajikan sebuah karya sastra adalah sebuah realitas yang sungguh-sungguh ada, seolah-olah dapat dijadikan studi sejarah misalnya, tetapi realitas seperti ini adalah realitas yang sudah dimodifikasi, direkonstruksi si pengarang berdasarkan kehendak hatinya (Brahmana, 2008: 118). Menurut Semi (2012: 64-67), untuk merumuskan pengertian sastra harus memperhatikan beberapa paradigma penting yaitu pertama, sastra merupakan seni kreatif berarti sastra adalah suatu komunikasi yang mengandung unsur seni dan kreativitas. Kedua, bahasa merupakan medium utama sastra, tetapi bahasa yang digunakan dalam sastra bukan bahasa yang digunakan sehari-hari. Bahasa sastra adalah bahasa yang khas. Ketiga, karya sastra adalah fenomena sosial. Mempelajari karya sastra berarti mempelajari suatu kehidupan sosial.

(5)

10

merupakan jenis sastra yang mengutamakan keindahan kata-kata atau bahasanya. Puisi menjadi jenis sastra yang berbeda karena untuk mengungkapkan sebuah makna, sebuah puisi dapat mengungkapkannya dengan kata-kata yang indah atau puitis.

D. Hakikat Puisi (Sajak)

Djuanda dan Iswara (2006: 2-3) berpendapat bahwa kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis yang berarti penciptaan. Puisi dapat didefinisikan sebagai karya sastra yang cenderung pada irama (ritme) yang dibangun dengan rima, bait, dan baris. Sebuah sajak disebut pula sebagai puisi. Puisi merupakan rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, digubah dalam wujud yang paling berkesan (Pradopo, 2009: 7). Puisi adalah karya estetis yang memanfaatkan sarana bahasa secara khas. Hal ini sejalan dengan pandangan Sayuti (2010: 24) yang menyatakan bahwa jika suatu ungkapan yang memanfaatkan sarana bahasa itu bersifat luar biasa, ungkapan itu disebut sebagai ungkapan sastra atau bersifat sastrawi. Dalam konteks inilah penyimpangan yang ada dalam puisi menemukan relevansinya, yakni mencapai efek keluarbiasaan ekspresi. Menurut Kosasih (2008: 31), puisi adalah karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa puisi adalah karya sastra berupa interpretasi pengalaman manusia yang penting, yang menggunakan bahasa secara khas atau menggunakan kata-kata indah dan kaya makna.

Pradopo (2009: 13) menyatakan bahwa puisi sebagai karya seni itu puitis, kepuitisan dapat dicapai dengan bermacam-macam cara misalnya dengan bentuk visual: tipografi, susunan bait; dengan bunyi: persajakan, asonansi, aliterasi, kiasan

(6)

11

sarana retorika, unsur-unsur ketatabahasaan, gaya bahasa, dan sebagainya. Dalam pencapaian keindahan bahasa atau puisi sebagai karya seni itu puitis, kepuitisan dapat dicapai dengan penggunaan bahasa kiasan. Bahasa kiasan digunakan untuk menghidupkan lukisan, untuk lebih mengonkretkan dan lebih mengekspresikan perasaan yang diungkapkan oleh penyair.

E. Gaya Bahasa

1. Pengertian Gaya Bahasa

Stile (style, gaya bahasa) adalah cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau bagaimana seorang pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan (Abrams dalam Nurgiyantoro, 2013: 369). Menurut Ratna ( 2013: 22), gaya bahasa adalah ekspresi linguistik, baik di dalam puisi maupun prosa (cerpen, novel, dan drama). Keraf (2004: 113) menyatakan bahwa style atau gaya bahasa merupakan cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Dari pengertian gaya bahasa yang sudah disebutkan, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa merupakan suatu cara ekspresi linguistik dalam mengungkapkan pikiran seorang penulis baik di dalam puisi maupun prosa melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis.

2. Jenis-Jenis Gaya Bahasa

(7)

12

pada jenis gaya bahasa dari segi bahasa. Dilihat dari segi bahasa atau unsur-unsur bahasa yang digunakan, maka gaya bahasa dapat dibedakan menjadi:

a. Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata b. Gaya Bahasa Berdasarkan Nada

c. Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat

d. Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna

Dari empat macam gaya bahasa menurut Gorys Keraf, peneliti hanya akan meneliti gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. Di dalam gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna, terbagi menjadi dua kelompok yaitu (1) gaya bahasa retoris dan (2) gaya bahasa kiasan. Karena sumber data pada penelitian ini berupa kumpulan sajak atau puisi, maka peneliti hanya akan meneliti gaya bahasa kiasan saja. Gaya bahasa kiasan merupakan gaya bahasa yang sering digunakan oleh penyair untuk menciptakan makna dan memberikan efek puitis di dalam sebuah puisi.

F. Gaya Bahasa Kiasan

1. Pengertian Gaya Bahasa Kiasan

(8)

13

disimpangkan dari susunan dan artinya yang biasa dengan maksud mendapatkan kesegaran dan kekuatan ekspresi. Jadi, bahasa kiasan adalah jenis ungkapan yang bermakna lain dengan makna harfiahnya untuk mendapatkan kesegaran dan kekuatan ekspresi. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pengertian gaya bahasa kiasan adalah cara ekspresi linguistik dalam mengungkapkan pikiran seorang penulis menggunakan ungkapan yang bermakna lain dengan makna harfiahnya untuk mendapatkan kesegaran dan kekuatan ekpresi yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis.

2. Ciri-ciri Gaya Bahasa Kiasan

Menurut Altenbernd (dalam Pradopo, 2009: 62), bahasa kiasan mempunyai sesuatu (sifat) yang umum, yaitu bahasa-bahasa kiasan tersebut memperlihatkan sesuatu dengan cara menghubungkannya dengan sesuatu yang lain. Berikut ciri-ciri gaya bahasakiasan:

a. Persamaan dengan menggunakan kata pembanding: seperti, sama, sebagai, laksana, serupa, dll.

b. Membandingkan secara langsung

c. Cerita singkat yang mengandung kiasan

d. Mengandung unsur persamaan seperti manusia (penginsanan) e. Mensugestikan kesamaan orang,tempat, atau peristiwa

f. Menyamakan nama seseorang dengan sifat tertentu

g. Menyatakan ciri atau sifat khusus dari seseorang atau sesuatu hal h. Menyatakan hal lain karena mempunyai pertalian yang sangat dekat i. Menggunakan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri, gelar resmi,

dan jabatan.

j. Terdapat kebalikan dari suatu relasi alamiah antara dua komponen gagasan

k. Mengatakan sesuatu dengan makna yang maksudnya berlainan dengan apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya.

l. Mengecilkan kenyataan yang sebenarnya

(9)

14

3. Jenis-jenis Gaya Bahasa Kiasan

Keraf (2004: 136-145) menyebutkan gaya bahasa kiasan digolongkan menjadi 16 jenis gaya bahasa kiasan yaitu, simile, metafora, alegori, personifikasi, alusi, eponim, epitet, sinekdoke, metonimia, antonomasia, hipalase, ironi, satire, inuendo, antifrasis, dan paranomosia.

a. Simile atau Persamaan

Persamaan atau simile adalah perbandingan yang bersifat eksplisit. Perbandingan yang bersifat eksplisit ialah bahwa ia langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal lain, dengan menggunakan kata-kata misalnya seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana (Keraf, 2004: 138). Menurut Pradopo (2009: 62),

perbandingan atau perumpamaan atau simile ialah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti: bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, sepantun, penaka, se, dan

kata-kata pembanding lain. Jabrohim dkk (2009: 44) berpendapat bahwa simile adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain yang sesungguhnya tidak sama. Sebagai sarana dalam menyamakan tersebut, simile menggunakan kata-kata pembanding: bagai, sebagai, bak, seperti, seumpama, laksana, serupa, sepantun, dan sebagainya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa simile merupakan perbandingan atau persamaan yang menggunakan kata-kata pembanding yaitu: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, bagai,bak, semisal, seumpama, sepantun, penaka, se, dan serupa.

Contoh: sedang rasa begini dekat/ seperti langit dan warna biru

(10)

15

kesan puitis untuk menjelaskan bahwa rasa yang sedang dirasakan begitu dekat dan indah seperti kedekatan dan keindahan yang terpancar pada langit dan warna biru..

b. Metafora

Metafora adalah semacam analogi yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat (Keraf, 2004: 139). Menurut Becker (dalam Pradopo, 2009: 66), metafora merupakan bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya saja tidak menggunakan kata-kata pembanding, seperti bagai, laksana, seperti, dansebagainya. Jabrohim dkk (2009: 45) mengemukakan metafora adalah bentuk bahasa kiasan yang memperbandingkan sesuatu hal lainnya yang pada dasarnya tidak serupa. Oleh karena itu, di dalam metafora ada dua hal yang pokok, yaitu hal-hal yang diperbandingkan dan pembandingnya. Jadi, disimpulkan bahwa metafora merupakan bahasa kiasan yang membandingkan sesuatu hal lainnya yang pada dasarnya berbeda, tanpa menggunakan kata-kata pembanding.

(11)

16

dapat berbuat secara konkret atau bernyawa (contoh: bintang lapangan). Keempat, metafora sinestetik adalah suatu pemindahan atau pengalihan dari pengalaman yang satu ke pengalaman yang lain, atau dari tanggapan yang satu ke tanggapan yang lain (contoh: kulihat suara).

c. Alegori

Alegori adalah suatu cerita singkat yang mengandung kiasan. Makna kiasan ini harus ditarik dari bawah permukaan ceritanya. Dalam alegori, nama-nama pelakunya adalah sifat-sifat yang abstrak, serta tujuannya selalu jelas tersurat (Keraf, 2009: 140). Menurut Pradopo (2009: 71), alegori ialah cerita kiasan atau lukisan kiasan yang mengiaskan hal lain atau kejadian lain. Alegori sesungguhnya metafora yang dilanjutkan. Jadi, alegori hampir sama dengan metafora namun lebih panjang, lebih pada pendeskripsian dengan menggunakan bahasa yang mengandung kiasan.

Contoh: matahari yang di atas kepalamu itu

Adalah balonan gas yang terlepas dari tanganmu Waktu kau kecil, adalah bola lampu

Yang di atas meja ketika kau menjawab surat-surat Yang teratur kau terima dari sebuah Alamat, Adalah jam weker yang berdering

Sedang kau bersetubuh, adalah gambar bulan Yang dituding anak kecil itu sambil berkata: “Ini matahari! Ini matahari!”

Matahari itu? Ia memang di atas sana supaya selamanya kau menghela bayang-bayangmu itu

(12)

17

balonan gas yang bulat berisi udara sebagai mainan anak-anak, seperti bola lampu yang bersinar menerangi kegelapan dan panas, seperti jam weker yang berdering sama halnya dengan matahari yang terbit menandakan pagi dan mengisyaratkan kepada orang-orang untuk bangun, seperti gambar bulan yang tidak bisa dibedakan oleh anak kecil karena sama dengan mata hari.

d. Personifikasi

Personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan (Keraf, 2004: 140). Sama dengan Keraf, Pradopo juga menyebutkan bahwa personifikasi ialah bahasa kiasan yang mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dapat berbuat, berpikir, dan sebagainya seperti manusia. Jadi, dapat disimpulkan bahwa personifikasi merupakan gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati seolah-olah memiliki sifat seperti manusia.

Contoh: pohon yang gemetaran

Pada contoh di atas, kata pohon diberikan sifat manusia, sehingga pohon dapat bertingkah laku, dan berbuat seperti manusia yaitu gemetar. Pada contoh tersebut sebenarnya menggambarkan pohon dan daun-daunnya yang terkana angin sehingga terlihat seperti gemetar.

e. Alusi

(13)

18

Contoh: Kartini kecil itu turut memperjuangkan persamaan haknya

Pada contoh di atas, terdapat frasa Kartini kecil. Frasa tersebut mensugestikan bahwa ada gadis kecil seperti sosok pahlawan Kartini yang sedang memperjuangkan haknya.

f. Eponim

Eponim adalah suatu gaya di mana seseorang yang namanya begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu, sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu (Keraf, 2004: 141).

Contoh: (1) Hercules dipakai untuk menyatakan kekuatan (2) Hellen dari Troya untuk menyatakan kecantikan

g. Epitet

Epitet adalah semacam gaya acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari seseorang atau suatu hal. Keterangan itu adalah suatu frasa deskriptif yang menjelaskan atau menggantikan nama seseorang atau suatu barang.

Contoh: Lonceng pagi untuk ayam jantan Raja rimba untuk singa

h. Sinekdoke

Sinekdoke adalah semacam bahasa kiasan yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totum pro parte) (Keraf, 2004:142).

Contoh: (1) Setiap kepala dikenakan sumbangan sebesar Rp 1.000,- (pars pro toto)

(14)

19

Pada contoh (1), kata setiap digunakan untuk menunjukan sebagian yaitu setiap kepala, tetapi yang sebenarnya ialah kata setiap bertujuan untuk menyatakan

keseluruhan bahwa yang dikenakan sumbangan sebesar Rp 1.000,- adalah semua kepala. Sedangkan contoh (2), kata Indonesia dan Malaysia digunakan untuk menunjukan keseluruhan warga atau masyarakat Indonesia dan Malaysia, tetapi yang sebenarnya ialah kata Indonesia dan Malaysia bertujuan hanya untuk menyatakan bahwa yang mengalami kekalahan atau kemenangan ialah kesebelasan atau tim sepak bola Indonesia dan Malaysia saja.

i. Metonimia

Metonimia adalah suatu gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Metonimia dengan demikian adalah suatu bentuk dari sinekdoke (Keraf, 2004: 142). Menurut Altenbernd dalam Pradopo (2009: 77), metonimia adalah bahasa yang menggunakan sebuah atribut sebuah objek atau penggunaan sesuatu yang dekat berhubungan dengannya untuk menggantikan objek tersebut.

Contoh:Klakson dan lonceng bunyi bergiliran ....

Dan perempuan mendaki tepi sungai kesayangan Di bawah bayangan samar istana kejang

O, kota kekasih setelah senja

(15)

20

j. Antonomasia

Antonomasia juga merupakan sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud penggunaan sebuah epiteta untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi, atau jabatan untuk menggantikan nama diri.

Contoh: (1) Yang Mulia tak dapat menghadiri pertemuan ini (2) Pangeran yang meresmikan pembukaan seminar itu

Pada contoh (1), frasa Yang Mulia digunakan untuk menggantikan nama diri seseorang karena orang tersebut memiliki kedudukan yang tinggi. Sama halnya contoh (1), contoh (2) juga menggunakan kata Pangeran untuk menggantikan nama diri seseorang karena orang tersebut merupakan anak dari seorang raja.

k. Hipalase

Hipalase menurut Keraf (2004: 142) adalah semacam gaya bahasa di mana sebuah kata tertentu dipergunakan untuk menerangkan sebuah kata, yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata yang lain, atau secara singkat dapat dikatakan bahwa hipalase adalah suatu kebalikan dari suatu relasi alamiah antara dua komponen gagasan.

Contoh: Ia berbaring di atas sebuah bantal yang gelisah (yang gelisah adalah manusianya, bukan bantalnya).

(16)

21

l. Ironi, Sinisme, Sarkasme

Ironi atau sindirian adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya (Keraf, 2004: 143).

Contoh: Tidak diragukan lagi bahwa Andalah orangnya, sehingga semua kebijaksanaan terdahulu harus dibatalkan seluruhnya!

Pada contoh ironi tersebut berfungsi untuk menunjukan kesalahan seseorang yaitu penyebab semua kebijaksanaan harus dibatalkan seluruhnya karena dia.

Keraf (2004: 143) berpendapat bahwa dalam penggunaan gaya bahasa ironi terdapat juga penggunaan istilah lain, yaitu sinisme yang diartikan sebagai suatu sindiran yang berbentuk kesaingan yang mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Bila contoh mengenai ironi di atas diubah, maka akan dijumpai ironi lebih kasar sifatnya.

Contoh: Tidak diragukan lagi bahwa Andalah orangnya, sehingga semua kebijaksanaan akan lenyap bersamamu!

Pada contoh sinisme di atas menunjukan bahwa terdapat ejekan yang ditunjukan kepada seseorang bahwa kegagalan atau pembatalan kebijaksanaan akan hilang bersama orang tersebut maksudnya ialah seseorang ini akan dipecat.

Sarkasme merupakan suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme. Ia adalah suatu acuan yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir (Keraf, 2004: 143).

Contoh: Kelakuanmu memuakkan saya

(17)

22

m. Satire

Menurut Keraf (2004: 144), satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Bentuk ini tidak perlu harus bersifat ironis. Satir mengandung kritik tentang kelemahan manusia. Tujuan utamanya adalah agar diadakan perbaikan secara etis maupun estetis. Dalam buku lain dijelaskan bahwa satire merupakan ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan.

n. Inuendo

Inuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Ia menyatakan kritik dengan sugesti yang tidak langsung, dan sering tampaknya tidak menyakitkan hati kalau dilihat sambil lalu (Keraf, 2004:144).

Contoh: (1) Setiap kali ada pesta, pasti ia akan sedikit mabuk karena terlalu kebanyakan minum.

(2) Ia menjadi kaya raya karena sedikit mengadakan komersialisasi jabatannya.

Pada contoh (1) menggunakan kata sedikit untuk mengecilkan kenyataan bahwa seseorang yang mabuk karena minum terlalu banyak alkohol. Sama halnya contoh (1), contoh (2) menggunakan kata sedikit untuk mengecilkan kenyataan bahwa seseorang kay raya karena dirinya merupakan orang yang memiliki jabatan dan memanfaatkan jabatannya.

o. Antifrasis

(18)

23

Contoh:Lihatlah sang Raksasa telah tiba (maksudnya si Cebol)

Pada contoh tersebut memanfaatkan kata raksasa untuk menunjukan kebalikan dari apa yang dilihat yaitu fisik seseorang yang dimaksud cebol dan kecil, tetapi untuk menunjukkannya menggunakan kata yang berlaina atau kebalikannya yaitu raksasa.

p. Paranomosia

Paranomasia adalah kiasan dengan mempergunakan kemiripan bunyi. Ia merupakan permainan kata yang didasarkan pada kemiripan bunyi, tetapi terdapat perbedaan maknanya (Keraf, 2004:145).

Contoh:Tanggal dua gigi saya tanggal dua.

Pada contoh tersebut menunukkan bahwa terdapat penggunaan kiasan yang menunjukan kemiripan bunyi yaitu tanggal dua, dan gigi saya tanggal dua. Pada frasa tanggal dua diartikan sebagai bilangan yang menyatakan hari ke dua dalam satu

Referensi

Dokumen terkait

Indonesia sebagai salah satu negara yang berada di daerah tropik memiliki potensi untuk budidaya jamur tiram, karena banyak memiliki limbah pertanian yang dapat dimanfaatkan

Bendahara Sekolah bertanggungjawab kepada kepala sekolah dan mempunyai tugas melaksanakan administrasi keuangan. Bendahara sekolah bertugas membantu Kepala Sekolah dalam

Untuk mengukur capaian kinerja kemampuan terhadap PAD Retribusi Pelayanan Pasar untuk memperkuat perekonomian Kabupaten Malang Target PAD Retribusi Pelayanan Pasar

Menurut C. Larasati Milburga, dkk, perpustakaan sekolah ialah suatu unit kerja dari sebuah lembaga persekolahan yang berupa tempat menyimpan koleksi bahan

berbagai bentuk katalog perpustakaan, dan bentuk yang paling umum digunakan ialah catalog kartu Katalog perpustakaan yang ada pada saat ini terdiri dari

Pengaruh Waktu Fermentasi dan Pemakaian Apel serta Yeast terhadap Kekeruhan Cider.. Kombinasi Perlakuan

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

Dengan adanya aplikasi-aplikasi dari fasilitas SMS untuk pengaksesan data yang memiliki kaitannya dengan manajemen kampus, maka fasilitas SMS ini dirasakan dapat