• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai bayi hingga remaja, dimana anak-anak mulai membentuk karakter dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mulai bayi hingga remaja, dimana anak-anak mulai membentuk karakter dengan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Anak merupakan individu yang berada pada satu rentang perkembangan mulai bayi hingga remaja, dimana anak-anak mulai membentuk karakter dengan mengamati dan meniru tingkah laku di lingkungan sekitarnya. Pemahaman perkembangan anak adalah faktor utama yang harus dimiliki orang tua dalam mengoptimalkan potensi anak. MenurutLismadiana (2013), pemahaman terhadap perkembangan anak meliputi aspek kognitif/intelektual, fisik motorik, bahasa, sosial-emosional serta pemahaman nilai moral dan agama.

Kemampuan bersosialisasi anak berhasil atau tidak juga bergantung pada teman yang ada di lingkungan sekitarnya. Teman memainkan peran yang sangat mendukung dalam pembentukan perilaku anak. Menurut Hurlock (1991), bila teman seorang anak sesuai dengan usia dan taraf perkembangannya, maka akan membantu anak ke arah penyesuaian yang baik . Sebaliknya, apabila anak tidak memiliki kesesuaian taraf perkembangan, tidak hanya akan mengganggu penyesuaian sosial anak tetapi juga akan mendorong timbulnya penyesuaian pribadi yang buruk dan menambah rasa tidak bahagia anak itu. Pergaulan yang buruk akan berdampak negatif pada anak, salah satunya perilaku merokok.

Menurut penuturan Wika seorang siswi SMP bahwa faktor yang membuat dia menjadi perokok adalah pergaulan karena melihat teman dan keluarga(Kompas, 2009). Hal tersebut juga terjadi padaJujun Junaedi (dalam JPNN, 2015), anak usia 8 tahun asal Sukabumi ini telah kecanduan rokok sejak

(2)

berusia 6 tahun. Dalam satu hari Jujun bisa menghabiskan 2 bungkus rokok sekaligus. Faktor lingkungan menjadi penyebab utama Jujun merokok, sehingga dia harus dijauhkan dari lingkungan tempat tinggalnya. Selain lingkungan sosial menurut Aldiabat & Clinton (2012), faktor penyebab individu merokok adalah faktor budaya, organisasi, psikologis dan situasional.

Merokok merupakan salah satu gaya hidup masyarakat di Indonesia. Penikmat rokok tidak hanya kalangan orang dewasa dan remaja saja tetapi juga sudah mulai merambah pada usia anak-anak. Penelitian yang dilakukan GYTS

(Global Youth Tobacco Survey) (dalam Wahyuningsih, 2015)di Indonesia

menyebutkan perilaku merokok penduduk Indonesia pada tahun 2013-2014 terus mengalami peningkatan. Untuk usia 13-15 tahun dari 33,9 % menjadi 47,2 %dan yang lebih memprihatinkan lagi bahwa 21,2 % sudah mulai merokok sebelum berusia 7 tahun.

Dampak negatif dari merokok pada remaja oleh Hassandra, Goudas, & Theodorakis (2015), biasanya terjadi beberapa tahun setelah mulai aktif merokok yaitu menurunnya aktivitas fisik. Menurut U.S. DHHS (dalam Chotidjah, 2012)merokok sudah mulai dirasakan dampaknya pada usia 20-an yaitu terdapat kerusakan permanen pada saluran kecil di paru-paru dan pembuluh darah serta cairan dari paru-paru perokok menunjukkan peningkatan sel radang dan meningkatnya level kerusakan pada paru-paru.

Peneliti melakukan observasi dan interview terhadap tiga anak dari desa X mengenai perilaku merokok. Subjek pertama berinisial DFB merupakan anak

(3)

umur ± 9 tahun sedang duduk di sekolah dasar kelas 3 yang saat itu sedang duduk bersama temannya di sebuah warung kemudian peneliti mendekati anak tersebut dan menanyakan hal-hal mengenai perilaku merokok. Pada awalnya anak ini melakukan perilaku merokok pada saat masih duduk di bangku taman kanak-kanak (TK kecil) saat berusia 5 tahun, dengan melihat orang tua sebagai contoh dan orang dewasa lainnya,pada saat orang tersebut sedang berkumpul dengan orang dewasa yang lain dan anak tersebut meminta rokok.

“Dari, TK Kecil. Dari bapak-bapak terus pengen coba-coba... e.. maine sama mas-mas, sama mas amat, minta sedikit satu ler terus dikasih yaudah”

Subjek awalnya merokok karena ingin mencoba, menurutnya rasa rokok pahit seperti meminum teh yang tidak diberikan gula, namun sampai sekarang juga masih ingin mencoba terus, dan karena pengen.

“ Rasanya ya pait-pait gitu, kaya teh nggak dikasih gula. Ya tapi ya itu pengen-pengen aja, kadang pengen kadang-kadang ikut-ikut”

Subjek juga mengatakan bahwa subjek merokok tidak dirumah melainkan bersembunyi dirumah teman atau kesawah-sawah bersama teman-teman

“Ya ditempatnya, ditempat rumahnya temen, di sawah yang ndelik, ya nek diwasah itu sama lek Tong angon wedhus. Ya kalau temen-temen sih ya ilham, mas G”

Kemudian fenomena ke dua subjek berinisial GM berusia 10 tahun yang masih duduk di sekolah dasar kelas 5, subjek mengaku mulai merokok sejak usia 9 tahun yaitu saat subjek duduk di kelas 4 sekolah dasar, awalnya subjek melihat teman-teman yang merokok kemudian memiliki keinginan untuk merokok. Rokok yang sudah dibeli dibagi-bagikan kepada teman-temannya.

(4)

“Iya saya merokok sudah dari kelas empat SD sampai sekarang mbak, awale ya coba-coba aja pengen gitu dan meihat teman-teman ngrokok di kebone mbah S, jadi beli satu terus dibagi-bagi sama temen-temen”

Subjek GM mengungkapkan bahwa rokok memiliki rasa pahit namun subjek masih tetap untuk merokok. Orang tua subjek tidak megetahui bahwa subjek merokok, subjek mendapatkan uang untuk membeli rokok dari uang saku yang diberikan oleh orang tua kemudian disisihkan. Untuk membeli rokok subjek iuran dengan teman-temannya.

“Rasane rokok niku yo pahit pahit pie ngono mbak, ning sih pengen tetep nyobo-nyobo. Orang tua nggak tahu kalau aku ngrokok, terus nek dapete duit dari uang saku sisa dari sekolah terus dibagi-bagi sama temen-temen. Nek aku iuran seribu temen-temen juga iuran seribu-seribu berempat apa berlima terus dibelikke rokok”

Subjek ketiga berinisial RMK berusia 11 tahun kelas 5 sekolah dasar, subjek mengaku sudah merokok sejak kelas 2 SD, pertama kali hanya melihat orang-orang yang sedang merokok kemudian subjek mencoba merokok ketika diberi rokok oleh orang lain yang lebih dewasa. Rasa rokok pada awalnya pahit namun lama-lama menjadi manis. Setelah sering mencoba subjek membeli rokok dari uang jajan. Subjek membeli rokok setiap hari ± 2 batang dengan harga per batang Rp 1.000,00. Anak membeli rokok di kampung sebelah agar tidak ketahuan oleh orang tuanya. Subjek mengaku kebiasaan merokok dilakukan di rumah, di sungai dan di kuburan.

“Nama saya RMK, umurku sebelas tahun sekarang saya kelas lima SD, aku pertama kali ngrokok lupa og mbak umurnya, kelas 2 sd mbak, yo pertama-tama pengen mbak terus delok-delok yang lagi ngrokok. Bar itu saya dikei sama orang sing lebih tua terus lama-lama saya beli sendiri. Awale rasanya yo pahit gitu tapi terus lama-lama jadi enak manis. Nek beli

(5)

rokok dapet uange dari uang jajan yang di kasih orang tua, nek duite tak sisihke tak celengi tak nggo tuku rokok. Nek beli rokok itu satu kadang beli dua setiap hari, nek satu hargane seribu. Ya kalau beli rokok saya belinya di kampung sebelah biar nggak ketahuan sama mama. Ibu dirumah og nggak kerja terus kalau aku ngrokok ya kadang di rumah, di kali terus kadang di kuburan sama temen-temen karena sepi jadi nggak ketahuan”

Dari data yang didapat perilaku merokok sudah terjadi dilingkungan anak-anak, karena model dari keluarga yaitu ayah dan lingkungan sekitar yang bergaul dengan orang-orang yang lebih dewasa dankurangnya pengawasan dari orangtua juga menjadikan anak lebih bebas dalam pergaulan. Perilaku merokok di kalangan anak-anak juga menimbulkan dampak yang kurang baik bagi kesehatan maupun psikologis anak sendiri.

Berdasarkan uraian fenomena di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam dan ingin memahami perilaku merokok pada anak. Untuk itu pokok permasalahannya adalah “Bagaimana perilaku merokok pada anak?”

B. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini untuk mengetahui secara mendalam dan mendeskripsikan dinamika perilaku merokok pada anak.

C. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian, peneliti berharap agar penelitian ini dapat menjadi bahan informasi atau masukan yang bermanfaat antara lain :

(6)

2. Bagi orangtua, untuk memberikan informasi perilaku merokok pada anak, lebih memperhatikan pergaulan anak-anaknya, dan meningkatkan pengawasan pada lingkungan sekitar.

3. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini digunakan sebgai referensi atau bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya pada bidang perilaku merokok pada anak.

Referensi

Dokumen terkait

...(..., ..., hal...) (kutipan referensi kedua dari “hasil/kesimpulan penelitian terdahulu/jurnal”, yang bisa menggambarkan bahwa variabel bebas I Anda

Permasalahan inilah yang membuat peneliti tertarik untuk mengangkat dalam sebuah kajian tentang Pola Komunikasi Antara Orang tua asuh dengan Anak Tunagrahita di Unit

1) Melalui uji hipotesis dihasilkan bahwa terdapat hubungan antara hasil polling dengan pembentukan opini pemilih pemula dalam Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur

disebabkan karena orang-orang yang bukan merupakan followers Ismaya Live dapat melihat twitter Ismaya Live karena teman-temannya memberikan komentar dan ini dapat

Pusat Kegiatan Lokal (PKL) kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan, diarahkan di Kota Kecamatan Kelapa Kampit dan

Perdarahan antepartum adalah perdarahan dari vagina yang terjadi pada usia kehamilan lebih atau sama dengan 20 minggu dan terjadi sebelum bayi lahir.. SOLUTIO PLASENTA =

38 Sertifikat sebagai Peserta International Conference On Governance and Development, Padang 14-16 Desember DEAKIN University Australia 2010 39 Piagam sebagai instruktur dalam

Kecepatan pengadukan dalam proses ekstraksi akan menyebabkan distribusi solut dari fasa air ke fasa organik semakin besar pula, tetapi kecepatan pengadukan yang terlalu cepat