• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dormansi biji atau benih padi penting untuk diketahui.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dormansi biji atau benih padi penting untuk diketahui."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

D

ormansi biji atau benih padi penting untuk diketahui. Dengan adanya dormansi, benih tidak akan berkecam-bah di lapangan sebelum dipanen terutama untuk varietas yang ditanam pada musim hujan. Dormansi pada benih dapat bersifat positif karena akan meningkatkan daya simpan. Benih dari varietas padi yang tidak memiliki masa dormansi dapat langsung ditanam setelah panen, namun dapat ber-dampak negatif karena benih akan berkecambah di lapangan sebelum dipanen. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya deteriorasi prapanen (Nugraha 1992).

Agar benih dapat berkecambah secara normal, diperlu-kan kondisi lingkungan tumbuh yang sesuai, yaitu ter-sedianya air, suhu, cahaya, dan komposisi udara yang optimal. Namun, ada kalanya benih tidak dapat berkecambah walaupun kondisi lingkungan perkecambahan cukup optimal. Benih atau biji yang demikian disebut sedang tidur atau dalam keadaan dorman (Silitonga 1977).

Dormansi adalah ketidakmampuan benih yang sudah matang untuk berkecambah walaupun dalam kondisi ling-kungan yang optimal (UPLB-IRRI 1970). Benih dalam keadaan dorman bukan berarti mati, karena benih tersebut dapat dirangsang untuk berkecambah dengan berbagai perlakuan. Benih yang dorman dan benih yang mati dapat diketahui melalui uji perkecambahan. Bila volume benih pada akhir perkecambahan sama dengan keadaan sebelum dikecam-bahkan maka benih dalam keadaan dorman. Sebaliknya, bila volume benih menunjukkan perubahan, misalnya mengecil, ditumbuhi cendawan dan atau bila dipijat terasa lembek,

berarti benih tersebut mati (Saenong et al. 1989).

Menurut Siregar (1981), umur panen padi terbagi menjadi tiga golongan, yaitu umur genjah (100-115 hari), umur sedang (115-125 hari), dan umur dalam (125-150 hari). Ada pendapat yang menyatakan bahwa varietas padi yang berumur pendek mempunyai periode dormansi yang pendek, dan varietas yang berumur panjang mempunyai dormansi yang panjang. Namun, ada pula yang mengemukakan bahwa varietas padi yang berumur pendek tidak selalu memiliki periode dormansi yang pendek (UPLB-IRRI 1970).

Dormansi benih dapat ditinjau dari beberapa segi (UPLB-IRRI 1970), antara lain lama dormansi, intensitas dormansi, dan persentase biji yang dapat berkecambah. Lama dormansi adalah lamanya (minggu atau bulan) suatu biji berada dalam keadaan dorman dihitung sejak dipanen. Intensitas dormansi adalah ketahanan biji terhadap pema-nasan pada suhu 50ºC selama 4 hari. Berdasarkan persentase biji yang dapat berkecambah, dormansi benih padi digolong-kan ke dalam tiga kategori, yaitu: (1) biji tidak dorman, bila persentase berkecambah 6100% setelah benih disimpan 7-28 hari setelah panen, (2) biji dorman sedang, bila persentase biji berkecambah 34-66%, dan (3) biji dorman lama, bila persentase biji berkecambah < 33%.

Biji yang telah masak, waktu dikecambahkan ada yang tidak dapat berkecambah meskipun berada dalam lingkungan

yang baik. Takahashi (1975) dalam Silitonga (1977)

menyata-kan bahwa terhalangnya perkecambahan biji disebabmenyata-kan

faktor genetik dan lingkungan. Ketebalan sekam lemma dan

palea pada benih padi diduga dapat menghambat per-kecambahan. Dengan mengupas kulit biji, masa dormansi dapat dipatahkan (UPLB-IRRI 1970).

Lama dormansi dipengaruhi oleh iklim pada saat pem-bentukan gabah hingga gabah tersebut dipanen. Biji yang dipanen pada musim kering memiliki masa dormansi lebih pendek dibanding yang dipanen pada musim hujan. Hal ini diduga karena pada musim kering, penguapan kulit biji lebih cepat dibanding pada musim hujan.

Hingga kini informasi mengenai masa dormansi vari-etas-varietas padi yang telah dilepas masih terbatas. Perco-baan ini bertujuan untuk mengetahui sifat dormansi beberapa varietas unggul padi yang dihasilkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Hasil pengujian diharapkan bermanfaat bagi pengguna varietas unggul padi.

BAHAN DAN METODE

Pengujian masa dormansi benih padi dilaksanakan di labo-ratorium Kelompok Peneliti Pemuliaan Kebun Percobaan Muara, Bogor pada bulan Desember 2004 hingga April 2005. Lokasi pertanaman terletak pada ketinggian 264 m dpl. Jenis tanah Latosol dengan klasifikasi iklim termasuk tipe iklim A (Schmidt-Ferguson).

TEKNIK PENGUJIAN MASA DORMANSI BENIH PADI (

Oryza sativa

L.)

Ade Santika

1

1Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan pada Kebun Percobaan Muara,

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Jalan Astana Gede No. 25C Muara, Bogor 16119, Telp. (0251) 322064, Faks. (0251) 322064

(2)

Bahan yang digunakan adalah benih padi dari 46 varietas dan galur, yang meliputi 25 varietas padi sawah, 14 padi gogo, dan 7 padi pasang surut. Benih diperoleh dari pertanaman perbanyakan benih dan demonstrasi plot yang ditanam secara sawah di Kebun Percobaan Muara, Bogor. Bahan lainnya

adalah kantong kertas simpson (sejenis kertas semen). Alat

yang digunakan adalah etiket, tali rafia, spidol, mesin perontok padi, pinggan petri, kertas merang, gunting, botol air, pinset, pensil, mistar, buku catatan data, bak plastik, alat penghitung (counter), dan germinator model ”IPB73-2A/B”. Prosedur kerja meliputi pengambilan sampel, pengujian, dan pengamatan.

Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel benih padi untuk pengujian dilakukan pada saat padi masak fisiologis, yaitu biji mengisi penuh dan telah berwarna kuning. Setiap varietas dan galur diambil secara acak sekitar 50 malai terbaik, atau minimal 5.000 butir benih bernas. Malai dari tiap varietas diikat dengan tali rafia yang telah diberi etiket identitas varietas. Selanjutnya, malai dibawa ke laboratorium untuk dirontok dengan menggunakan mesin perontok. Seluruh benih tidak memperoleh perlakuan.

Pengujian

Pengujian dilakukan tiga ulangan dan tanpa perlakuan. Benih yang telah dirontok dari setiap varietas dan galur dihitung masing-masing 100 butir, lalu disimpan pada pinggan petri yang telah diberi alas kertas merang. Pada bagian atas ping-gan petri diberi nomor urut varietas dan galur yang sesuai dengan buku catatan data. Setelah diberi air secukupnya, benih disimpan di atas nampan yang terbuat dari kawat aluminium.

Setiap satu ulangan sampel benih yang diuji (46 varietas dan galur) diletakkan pada satu nampan. Selanjutnya, nam-pan disimnam-pan pada rak-rak dalam germinator pada suhu 32-34ºC. Untuk menjaga stabilitas suhu dalam germinator, bak air yang ada dalam germinator diberi air secukupnya. Sisa benih

yang telah dirontok disimpan dalam kantong kertas simpson

pada ruang terbuka dengan suhu udara 26-33ºC.

Pengamatan Daya Kecambah

Pengamatan daya berkecambah benih masing-masing varietas/galur dari tiap ulangan dilakukan pada hari ketiga hingga ketujuh setelah pengecambahan, dengan cara meng-hitung benih yang berkecambah. Menurut Manurung dan Ismunadji (1988), benih dikatakan berkecambah bila radikula telah tampak keluar menembus koleorhiza diikuti munculnya koleoptil yang membungkus daun. Dengan menggunakan pinset, benih diambil sambil dihitung menggunakan alat

penghitung dan dikumpulkan pada bak plastik. Hasil peng-amatan dicatat pada buku catatan data, diakumulasi hingga hari ketujuh, kemudian dibuat nilai rata-ratanya.

Pengujian pada minggu berikutnya dilakukan tepat pada hari ketujuh setelah pengamatan terakhir, dengan cara me-nyiapkan kembali benih yang diambil dari sampel benih yang tersisa masing-masing 100 butir, dengan tiga ulangan untuk tiap varietas dan galur. Benih dikecambahkan pada pinggan petri yang beralaskan kertas merang. Pada bagian atas ping-gan petri diberi nomor urut varietas dan galur sesuai denping-gan buku catatan data. Setelah diberi air secukupnya, benih disimpan dalam germinator. Pengamatan daya kecambah mulai dilakukan pada hari ketiga hingga ketujuh. Data yang diperoleh dicatat, diakumulasi, dan kemudian dibuat rata-rata-nya. Demikian seterusnya untuk pengujian minggu-minggu berikutnya. Pengujian dihentikan satu minggu setelah varietas atau galur mencapai titik perkecambahan tertinggi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat perbedaan masa dormansi dari setiap varietas dan galur yang diuji. Perbedaan tersebut mencerminkan adanya keragaman genetik sifat dormansi dari setiap varietas dan galur (Tabel 1).

Pada kelompok padi sawah, data dari 25 varietas dan galur yang diuji menunjukkan bahwa lima varietas dormansi-nya patah sempurna pada minggu keempat, yaitu IR65600-127-1-2, Semeru, Cipunegara, Cikapundung, dan Bahbolon, dan empat varietas dormansinya patah sempurna pada minggu kelima, yaitu PB54, Cisadane, Progo, dan Citanduy. Varietas Cimandiri dan IR74 dormansinya patah sempurna pada minggu keenam serta varietas Asahan, PB46, Batang Gadis, Cisokan, Ciapus, IR71218, Gilirang, Fatmawati, Sintanur, dan PB52 pada minggu ketujuh. Tiga varietas yaitu Bahbutong, Angke, dan IR64 dormansinya patah sempurna pada minggu kedelapan dan varietas Ciherang pada minggu kesembilan. Harahap (1967) menggolongkan tiga kategori dormansi, yaitu (1) biji tidak dorman, apabila persentase berkecambah 67-100% setelah disimpan selama 7-28 hari setelah panen, (2) biji dorman sedang, apabila persentase biji berkecambah 34-66%, dan (3) biji dorman lama, apabila persentase biji ber-kecambah < 33%. Mengacu kepada pendapat tersebut maka varietas dan galur yang termasuk kategori tidak dorman adalah IR65600-127-1-2, Semeru, Cipunegara, Cikapundung, Bahbolon, PB54, Cisadane, Progo, Citanduy, Cisokan, IR71218 dan Gilirang. Varietas Cimandiri, Asahan, Ciapus, dan Fatmawati tergolong dorman sedang, dan IR74, PB46, Batang Gadis, Sintanur, PB52, Bahbutong, Angke, IR64, dan Ciherang termasuk kategori dorman lama.

(3)

T

abel 1.

Daya berkecambah 46 varietas dan galur padi sawah, padi gogo, dan padi pasang surut pada pengujian masa dormansi benih padi, KP

Muara, Bogor

, Desember 2004-April

2005

Daya kecambah benih (%) pada minggu ke

Umur V arietas/galur tanaman Bentuk gabah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 (hari) Padi sawah IR65600-127-1-2 1 8,00 87,33 95,00 99,00 9 8,00 -1 3 0 Bulat Semeru 1 0 ,6 6 2 9 ,0 0 9 2 ,3 3 9 9 ,6 6 9 5 ,6 6 -1 3 5 Ramping Cipunegara 9,00 2 2,33 79,66 9 9 ,3 3 9 2 ,3 3 -1 3 5 Ramping besar Cikapundung 9,00 2 6 ,3 3 6 8 ,0 0 9 9 ,0 0 9 4 ,6 6 -1 2 0 Agak bulat Bahbolon 2,00 1 0 ,6 6 6 0 ,3 3 9 9 ,3 3 9 5 ,3 3 -1 2 5 Ramping PB54 2,00 4,33 1 6 ,0 0 9 5 ,6 6 9 9 ,6 6 9 1 ,6 6 -1 2 5 Ramping Cisadane 0,33 1,66 3 0 ,6 6 9 4 ,0 0 9 9 ,3 3 9 6 ,6 6 -1 3 5 Agak bulat Progo 3,00 7,33 2 8 ,6 6 9 0 ,0 0 9 9 ,3 3 9 5 ,0 0 -1 2 5 Ramping besar Citanduy 0,66 2,33 1 0 ,6 6 8 5 ,3 3 9 9 ,6 6 9 3 ,3 3 -1 1 5 Ramping sedang Cimandiri -9,66 4 6 ,3 3 9 8 ,0 0 9 9 ,3 3 9 2 ,6 6 -1 3 5 Ramping sedang IR74 -1,00 1 1 ,0 0 1 3 ,3 3 7 7 ,6 6 9 9 ,3 3 9 2 ,6 6 -1 1 5 Ramping Asahan -0,33 2,33 3 7,33 90,33 98,66 99,33 95,33 -1 2 0 Ramping sedang PB46 -1,66 2 2 ,0 0 6 7 ,0 0 9 8 ,0 0 100,00 9 3,66 -1 3 0 Ramping Batang Gadis -0,66 2,00 1 0 ,3 3 5 2 ,0 0 9 6 ,0 0 100,00 9 8 ,0 0 -1 1 0 R a mping kecil Cisokan 3,00 7,66 1 7 ,6 6 8 7 ,0 0 9 4 ,3 3 9 5 ,3 3 9 9 ,3 3 9 4 ,6 6 -1 2 0 Ramping kecil Ciapus 1 1 ,6 6 2 9 ,3 3 4 9 ,3 3 6 3 ,3 3 72,66 9 4,00 99,00 98,66 -1 2 0 Ramping sedang IR71218 1 6 ,0 0 3 8 ,0 0 5 9 ,3 3 8 0 ,3 3 9 1 ,3 3 9 3 ,3 3 9 9 ,3 3 9 8 ,0 0 -1 2 0 Bulat Gilirang 2,66 1 1 ,6 6 4 7 ,0 0 7 7 ,3 3 8 3 ,0 0 8 9 ,6 6 9 9 ,6 6 9 9 ,3 3 -1 2 0 Ramping besar Fatmawati 2,66 1 2 ,6 6 4 4 ,6 6 5 4,33 84,66 85,66 9 9 ,0 0 9 8 ,6 6 -1 2 5 Ramping besar Sintanur 0,33 2,33 6,66 2 3 ,3 3 5 9 ,3 3 85,00 99,00 97,66 -1 2 0 Agak bulat PB52 0,33 1,00 7,00 2 9 ,0 0 6 6 ,3 3 8 4 ,6 6 9 8 ,6 6 9 2 ,3 3 -1 1 5 Ramping kecil Bahbutong -0,33 1 2 ,3 3 5 4 ,0 0 9 6 ,0 0 9 9 ,6 6 9 3 ,3 3 -1 2 0 Agak bulat Angke 0,33 1,00 2,66 10,00 3 2,33 7 0,66 8 5,00 99,00 98,33 -1 1 5 Ramping IR64 0,33 0,66 1,66 4,33 9,66 54,33 7 2,66 98,66 97,00 -1 1 5 Ramping Ciherang 0,33 0,66 1,00 4,00 1 0 ,6 6 2 5 ,6 6 6 3 ,3 3 8 0 ,3 3 9 8 ,6 6 9 8 ,0 0 -1 2 0 Ramping Padi gogo Sentani 3 2 ,3 3 100,00 9 7,66 -1 1 0 Ramping Arias 6,00 3 4 ,0 0 90,66 9 9 ,0 0 9 4 ,6 6 -1 3 5 Ramping sedang W ay Rarem 9,00 1 5 ,3 3 5 3 ,6 6 5 9 ,6 6 9 9 ,6 6 9 6 ,0 0 -1 0 5 Agak bulat T ondano 0,33 0,66 2 0,66 56,33 69,00 99,33 9 4,00 -1 1 4 Agak bulat Singkarak 5,33 9,00 5 2 ,3 3 6 3 ,6 6 9 9 ,0 0 100,00 9 8 ,3 3 -1 1 0 Ramping Danau T empe -10,33 50,00 96,33 100,00 9 7 ,6 6 -1 2 0 Agak bulat Danau Atas 3,33 4,66 29,00 65,66 94,33 100,00 9 5 ,3 3 -1 1 5 Agak bulat Klemas 0,33 3,00 1 2 ,3 3 7 6 ,6 6 9 5 ,3 3 9 8 ,3 3 99,00 9 4,00 -1 2 0 Ramping Batur -47,00 5 5,33 94,00 97,33 100,00 9 3 ,6 6 -1 1 5 Agak bulat Dodokan -2,00 4,33 1 4 ,3 3 2 6 ,6 6 7 2 ,3 3 9 4 ,6 6 8 9 ,3 3 -1 0 5 Ramping BP1153-C-8-60 -0,33 1,33 1 4 ,3 3 3 0,00 53,00 8 3,33 92,33 99,00 9 8,00 -1 2 0 Ramping sedang C 2 2 -0,33 1,00 5,33 1 1 ,3 3 3 0 ,6 6 4 8,33 99,66 94,33 -1 3 5 Ramping sedang BP606F-18-6-1-1-2 0,33 2,00 4,00 1 2 ,6 6 2 6 ,0 0 5 8 ,0 0 6 9 ,0 0 8 7 ,3 3 9 3 ,0 0 99,33 97,66 -1 1 5 Ramping Laut T awar -0,33 3,33 1 4 ,3 3 5 4 ,0 0 5 6 ,3 3 7 8 ,3 3 100,00 94,33 -1 1 0 Ramping

(4)

T

abel 1. (Lanjutan)

Daya kecambah benih (%) pada minggu ke

Umur V arietas/galur tanaman Bentuk gabah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 (hari)

Padi pasang surut

Kapuas 3 6,66 60,33 100,00 9 3 ,6 6 -1 2 7 Agak bulat Bondoyudo 6,33 2 3,66 41,66 60,66 8 5,00 96,66 98,66 98,33 -1 1 5 Ramping Kalimas -4,33 4 4 ,6 6 85,66 99,33 98,33 -1 2 5 Ramping Barito 1 2,33 1,00 5,33 2 2 ,6 6 5 1 ,0 0 64,33 99,66 92,33 -1 4 5 Ramping besar Mahakam -1,00 7,33 27,66 6 5,66 90,00 99,66 93,33 -1 4 0 Agak bulat T apus -0,33 2,33 26,00 3 3,33 35,00 8 7,33 9 9 ,3 3 9 4 ,6 6 -1 3 0 Ramping Nagara -1,00 4,00 1 2,66 18,33 3 6,66 49,66 92,33 100,00 9 2 ,6 6 1 5 5 Ramping

(5)

Pada kelompok padi gogo, varietas dan galur yang dormansinya patah sempurna pada minggu kedua adalah Sentani. Varietas Arias dormansinya patah sempurna pada minggu keempat, varietas Way Rarem pada minggu kelima, varietas Tondano, Singkarak, Danau Tempe, dan Danau Atas pada minggu keenam, varietas Klemas dan Batur pada minggu ketujuh, serta varietas Dodokan pada minggu kedelapan. Galur BP1153C-8-60 dan C22 dormansinya patah sempurna pada minggu kesembilan, serta galur BP606F-18-6-1-1-2 dan Laut Tawar pada minggu kesepuluh.

Berdasarkan persentase benih berkecambah pada masa simpan < 28 hari setelah panen, varietas Sentani dan Arias tergolong tidak dorman. Varietas Way Rarem, Tondano, Singkarak, Danau Tempe, Danau Atas, Klemas, dan Batur tergolong dorman sedang, sedangkan varietas Dodokan, BP1153C-8-60, C22, BP606F-18-6-1-1-2, dan Laut Tawar tergolong dorman lama.

Pada kelompok padi pasang surut, varietas Kapuas dormansinya patah sempurna pada minggu ketiga, sedang-kan varietas Bondoyudo, Kalimas, Barito pada minggu ke-tujuh dan varietas Mahakam pada minggu kesembilan. Varietas Tapus dormansinya patah sempurna pada minggu kesepuluh, dan varietas Nagara pada minggu ke-12.

Berdasarkan persentase benih berkecambah pada masa simpan < 28 hari setelah panen, varietas Kapuas tergolong tidak dorman. Varietas Bondoyudo tergolong dorman se-dang, dan varietas Kalimas, Barito, Mahakam, Tapus, dan Nagara tergolong dorman lama.

Seluruh varietas dan galur padi yang diuji menunjukkan masa patah dormansi benih yang bervariasi, yaitu mulai dari minggu kedua hingga ke-12. Dari 25 varietas dan galur padi sawah yang diuji, 10 varietas patah dormansinya secara sempurna pada minggu ketujuh. Untuk 14 varietas dan galur padi gogo yang diuji, empat varietas dormansinya patah sempurna pada minggu keenam. Pada kelompok padi pasang surut, dari tujuh varietas dan galur yang diuji, tiga varietas patah dormansinya secara sempurna pada minggu ketujuh. Dengan demikian, minggu keenam dan ketujuh merupakan puncak patahnya dormansi benih padi. Hasil percobaan ini sesuai dengan hasil penelitian terdahulu yang mengemu-kakan bahwa masa dormansi padi cukup beragam yakni 0-11

minggu sejak dipanen (Vieira 1975 dalam Saenong et al. 1989).

KESIMPULAN DAN SARAN

Varietas padi yang berumur pendek atau genjah (100-115 hari) tidak selalu memiliki periode dormansi yang pendek. Varietas Way Rarem dan Dodokan yang masing-masing berumur 105

hari, dormansinya patah sempurna berturut-turut pada minggu kelima dan kedelapan. Varietas Singkarak, Batang Gadis, dan Laut Tawar, yang masing-masing berumur 110 hari, berturut-turut dormansinya patah sempurna pada minggu keenam, ketujuh, dan kesepuluh. Patahnya dormansi benih padi bervariasi, yaitu mulai dari minggu kedua hingga ke-12. Hal ini mengindikasikan adanya keragaman genetik sifat dormansi pada varietas dan galur padi sawah, padi gogo maupun padi pasang surut.

Berdasarkan jumlah varietas yang dormansinya patah sempurna, minggu ketujuh merupakan titik kulminasi tertinggi pematahan dormansi benih padi. Dengan demikian, padi golongan indica (cere) yang banyak ditanam dan dikembangkan di daerah tropis tergolong dorman sedang. Dormansi benih dipengaruhi oleh faktor genetik, sedangkan lamanya dormansi dipengaruhi iklim pada saat pembentukan gabah hingga panen.

Benih varietas unggul padi yang tidak memiliki masa dormansi disarankan tidak ditanam pada musim hujan, karena benih dikhawatirkan dapat berkecambah di lapangan sebelum dipanen. Untuk varietas padi yang memiliki masa dormansi, benih hendaknya diberi perlakuan terlebih dahulu sebelum ditanam sehingga benih dapat digunakan tepat waktu dan tepat jumlah sesuai kebutuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Z. 1967. Breeding behaviour of grain dormancy in Oryza sativa L. Thesis, University of the Philippines at Los Banos. p. 37. Manurung, S.O. dan M. Ismunadji. 1988. Morfologi dan fisiologi padi. hlm. 72-73. Dalam M. Ismunadji, S. Partorahardjono, M. Syam, dan A. Widjono (Ed.). Padi. Buku 1. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Nugraha, U.S. 1992. Prosedur penelitian dalam konteks teknologi benih. Seminar Sehari Peran Litbang (R&D) dalam Bisnis Benih. Keluarga Benih, Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Institut Pertanian Bogor. hlm. 11-12.

Saenong, S., E. Murniati, dan F.A. Bahar. 1989. Dormansi benih padi. hlm. 403-412. Dalam M. Ismunadji, M. Syam, dan Yuswadi (Ed.). Padi. Buku 2. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Bogor.

Silitonga, S.T. 1977. Dormansi pada biji padi. Makalah pada Seminar Bagian Agronomi. Subbagian Pemuliaan Padi. Lembaga Pusat Penelitian Pertanian, Bogor. hlm. 3-8.

Siregar, H. 1981. Budidaya Tanaman Padi di Indonesia. Sastra Hudaya, Jakarta. 317 hlm.

UPLB-IRRI. 1970. Seed dormancy in rice. Rice Production Manual. University of the Philippines at Los Banos (UPLB) and the International Rice Research Institute (IRRI), Laguna, Philip-pines. p. 49-52.

Referensi

Dokumen terkait

Melalui penugasan dan diskusi, siswa dapat menuliskan laporan tentang posisi dan peranan Indonesia di bidang ekonomi dalam lingkup ASEAN secara terperinci..

dapat diubah gugus fungsinya; hidrokarbon aromatik, senyawa yang mengandung paling tidak satu cincin benzene; senyawa heterosiklik yang mencakup atom-atom non karbon dalam

Untuk melakukan proses pemecahan masalah fisika seorang peserta didik tidak hanya membutuhkan pengetahuan tentang konsep, namun juga membutuhkan kemampuan lainya

Logam alkali tidak memperlihatkan sifat asam, alkali tanah yang memiliki bilangan oksidasi 2+ bersifat agak asam, unsur yang memiliki bilangan oksidasi 3+ memiliki sifat lebih

Citra destinasi berpengaruh signifikan terhadap kepuasan konsumen yang mana kepuasan tersebut semakin mendorong konsumen untuk datang berkunjung kembali, semakin

Semakin tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi harga saham, namun pada titik tertentu peningkatan hutang akan menurunkan nilai perusahaan karena manfaat yang

Berdasarkan hasil tersebut maka Sistem Informasi Persuratan dan Disposisi Elektronik Universitas Jambi yang dikembangkan dinyatakan layak dan dinilai baik menurut

Tujuan Penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah proses audit internal dan pengendalian internal kredit telah dilakukan dengan baik pada Bank Perkreditan