• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keasaman Ion Logam Terhidrat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keasaman Ion Logam Terhidrat"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA

KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT

Dosen Pengampu : Dr.Hari Sutrisno, M.Si

Disusun oleh :

Amiratul Ratna Putri

16708251019

PRODI PENDIDIKAN SAINS

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2017

(2)

KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT

A. Tujuan

Berdasarkan motode pH-metri akan ditunjukkan bahwa ion metalik terhidrat memiliki perilaku seperti suatu mono asam dengan konstanta keasaman yang tergantung pada suasana lingkungan dan derajat oksidasi kation logam.

B. Dasar Teori

Asam (acid) dapat digambarkan sebagai zat yang menghasilkan ion Hidrogen (H+)

ketika dilarutkan di dalam air. Sedangkan basa dapat digambarkan sebagai zat yang menghasilkan ion hidrooksida (OH-) ketika dilarutkan dalam air (Chang, 2005). Konsep

yang cukup memuaskan tentang asam dan basa, dan yang tetap diterima hingga sekarang, dikemukakan oleh Arrhenius pada tahun 1884. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang dalam air melepaskan ion H+ sedangkan basa melepaskan ion OH- . Jadi, pembawa sifat asam adalah ion H+ sedangkan pembawa sifat basa adalah OH- . Asam Arrhenius dirumuskan sebagai HxZ yang dalam air mengalami ionisasi sebagai berikut :

Contoh : Asam klorida (HCl) dan asam sulfat (H2SO4) dalam air akan terionisasi

sebagai berikut:

Jumlah ion H+ yang dapat dihasilkan oleh 1 molekul asam disebut valensi asam. Sedangkan ion negatif yang terbentuk dari asam setelah melepas ion H+ disebut ion sisa asam. Nama asam sama dengan nama ion sisa asam dengan didahului kata asam.

Basa Arrhenius adalah hidroksida logam, M(OH)x, yang dalam air terurai sebagai berikut:

(3)

KOH (basa)  K+ + OH

-NaOH (basa)  Na+ + OH

-Jumlah ion OH- yang dapat dilepaskan oleh satu molekul basa disebut valensi basa.

Asam kuat dan basa kuat terionisasi seluruhnya dalam air, sedangkan asam lemah dan basa lemah terionisasi sebagian dalam air (Andian, 2008).

pH suatu larutan didefinisikan sebagai logaritma negatif dari konsentrasi ion hidrogen (dalam mol per liter) :

pH = - log [H3O+] atau pH = -log [H+]

pH suatu larutan akan meningkat seiring menurunya konsentrasi [H+] sehingga pH disebut

juga derajat atau ukuran keasaman suatu zat (Chang, 2005).

Asam kuat terionisasi seluruhnya, sehingga reaksi ionisasinya adalah reaksi yang berkesudahan.

Contoh : HCl (aq) → H+ (aq) + Cl- (aq)

Sebaliknya, asam lemah terionisasi sebagian sehingga membentuk reaksi kesetimbangan. Contoh : CH3COOH (aq) ⇔ CH3COO- (aq) + H+ (aq) Secara umum,

ionisasi asam lemah valensi satu dapat dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

Pada reaksi ionisasi asam lemah valensi satu, [H+ ] = [A- ]. Apabila konsetrasi awal

[HA] adalah sebesar M, maka :

dengan: Ka= tetapan ionisasi asam M = konsentrasi asam ( satuannya M atau mol/liter ) Makin kuat asam, maka semakin banyak ion yang terbentuk, sehingga harga Ka semakin besar. Oleh karena itu, harga Ka merupakan ukuran kekuatan asam.

(4)

Tabel 1. Nilai Ka Beberapa Ion Logam

Garam yang mengandung kation logam yang berukuran kecil dan bermuatan tinggi (misalnya Al3+ , Cr3+ , Fe3+ , Bi3+, dan Be3+ ) dan basa konjugat dari asam kuat juga

menghasilkan larutan asam. Beberapa kation logam memiliki sifat asam jika dilarutkan dalam air. Misalnya ketika aluminium klorida (AlCl3) larut dalam air, ion Al3+ mengambil

bentuk terhidrasi Al(H2O)3+6. Ion bermuatan positif Al3+ menarik rapatan elektron ke arah

dirinya sehingga menyebabkan ikatan O-H semakin polar. Akibatnya atom H memiliki kecenderungan lebih besar untuk terionisasi dibandingkan atom hidrogen yang ada dalam molekul air yang tidak terlibat dalam hidrasi. Proses ionisasi hasilnya dapat ditulis sebagai berikut :

Tingkat hidrolisis paling tinggi terjadi pada ion yang terkecil dan muatannya paling tinggi sebab ion bermuatan tinggi yang “kompak” lebih efektif dalam mempolarkan ikatan O-H dan memudahkan ionisasi. Keasaman dapat dikorelasikan dengan kekuatan polarisasi dari kation. Inilah sebabnya mengapa ion relatif besar yang bermuatan rendah seperti Na+ dan K+ tidak banyak mengalami hidrolisis (Chang 2005 : 118).

Logam hidroksida yang terlarut biasanya diukur keasaman kationnya. Kation asam yang lebih kuat kurang melarutkan hidroksida. Biasanya, ion logam transisi 3+ cukup asam untuk membentuk hidroksida yang mengendap dalam larutan yang agak asam yang dibentuk ketika garamnya terlarut dalam air. Sedikit endapan terbentuk ketika larutan tidak asam ditambahkan ke dalamnya. Ion yang terdapat dalam blok d dan yang memiliki tingkat 2+ seperti Bo2+ dan juga Mg2+ mengendap sebagai hidroksida dalam larutan netral

atau sedikit basa. Alkali dan dan alkali tanah yang tersisa ( Kecuali Mg2+) memiliki sifat

asam yang lemah dan bahkan tidak berada pada skala asam ketika diukur pH-nya.

Lewis pada tahun 1923 menyatakan bahwa asam adalah aseptor pasangan elektron, dan basa adalah donor pasangan elektron, misalnya Ag+ (asam) dan :NH

3 (basa).

(5)

Ion logam pada umumnya (M+, M2+, M3+, dst) merupakan aseptor pasangan elektron, dan

dapat diasumsikan bahwa sebagian besar ion logam bersifat asam. Ion logam yang dijumpai dalam eksperimen, sebagian dalam bentuk ion logam terhidrat. Keasaman kation dalam air dipahami sebagai hasil polarisasi ikatan O-H dari molekul air yang terikat. Polarisasi bertambah maka kation bersifat semakin asam.

Pada umumnya, ion logam yang memiliki muatan yang besar dan jari-jari yang kecil merupakan asam yang lebih kuat. Logam alkali tidak memperlihatkan sifat asam, alkali tanah yang memiliki bilangan oksidasi 2+ bersifat agak asam, unsur yang memiliki bilangan oksidasi 3+ memiliki sifat lebih asam, unsur yang memiliki bilangan oksidasi 4+ atau lebih memiliki sifat asam kuat dalam larutan karena keberadaanya sebagai ion yang teroksidasi. Berikut ini merupakan beberapa contoh ion yang terdisosiasi dalam larutannya:

Tabel 2. Jari jari atom

Z Ion Jari-jari atom

Jari-jari ion Bilangan Koordinasi 2 4 6 8 13 Al3+ 118 - 53 68 -27 Co2+ 116 - 72 89 -29 Cu2+ 117 - 71 87

-KH Sugiyarto, (2009 : 1.5), perubahan ukuran ion yang sangat kecil dari Sc hingga Cu, mengakibatkan senyawa-senyawa hidrat untuk ion-ion dengan tingkat oksidasi +2 dan +3 mempunyai struktur kristal, jumlah air kristal dan sifat kelarutan yang mirip satu sama

lain. Misalnya, semua M3+( M = Sc s.d. Cu ) membentuk senyawa tawas (alum) dengan

tipe K2SO4 M2(SO4)3.24H2O, tetapi semua M2+ membentuk isomorf sulfat rangkap yakni

(NH4)2 SO4 MSO4.6H2O. Penentuan pKa setiap ion terhidrat adalah:

[M(H2O)6]x+ + H2O ↔ [M(H2O)5(OH)](x-1)+ + H+ atau

[M(H2O)6]x+ ↔ [M(H2O)5(OH)](x-1)+ + H+

(6)

Memprepasi ion logam

Menimbang 0,25 gram Al(NO3)3.9H2OMenimbang 0,25 gram Co(NO3)2.6H2OMenimbang 0,25 gram Cu(NO3)2.3H2O

Memasukan Al(NO3)3.9H2O ke dalam labu ukur-1 yang berukuran 100 mLMemasukan Co(NO3)2.6H2O ke dalam labu ukur-2 yang berukuran 100 mLMemasukan Cu(NO3)2.3H2O ke dalam labu ukur-3 yang berukuran 100 mL

Menambahkan akuades ke dalam masing-masing labu ukur hingga tanda batas dan menggoyang-goyangkannya hingga larut sempurna

Menuangkan 50 ml masing masing larutan ke dalam masing-masing gelas beker

Mengukur pH masing-masing larutan dengan pH-meter H +¿2 ¿ H2O¿6¿x+¿ M¿ ¿ ¿ Ka=¿

pKa = -log Ka dan pH = -log [H+],

maka pKa = 2 pH + log Cgaram

C. Alat dan Bahan

Alat :

1. pH-meter 1 buah

2. Labu takar 100 mL 3 buah

3. Gelas beker 50 mL 3 buah

4. Batang pengaduk 1 buah

5. Neraca analitik 1 buah

6. Kertas 1 buah

Bahan :

1. Aluminium (III) Nitrat nanohidrat atau Al(NO3)3.9H2O

2. Kobal (II) Nitrat heksahidrat atau Co(NO3)2.6H2O

3. Tembaga (II) Nitrat trihidrat atau Cu(NO3)2.3H2O

4. Aquades

5. larutan standar untuk mengkalibrasi pH meter

D. Cara Kerja

(7)

E. Data Hasil Percobaan

No. Percobaan Massa

(gram) Mr pH

Konsentras

i (M) Warna Larutan

1. Al(NO3)3.9H2O 0,25 375 4,4 0.0067 Bening

2. Co(NO3)2.6H2O 0,25 291 6,6 0.0086 Merah muda

3. Cu(NO3)2.3H2O 0,25 241. 5 5,5 0.0104 Biru muda E. Analisis Data a. Perhitungan Al(NO3)3.9H2O  Mr Al(NO3)3.9H2O = 375  M = massaMr x 1000V M = 0,25375 x 1000100 M = 0,0067 M  pH = -log [H+] 4,4 = -log [H+], [H+] = 3,98 x 10-5

 pKa = 2 pH + log Cgaram

pKa = 2 . (4,4) + log 0,0067 pKa = 8,8 – 2,17 pKa = 6,63  pKa = - log Ka 6,63 = - log Ka Ka = 2,344 x 10-7 b. Perhitungan Co(NO3)2.6H2O

(8)

 Mr Co(NO3)2.6H2O = 291  M = massaMr x 1000V M = 0.25291 x 1000100 M = 0,0086 M  pH = -log [H+] 6,6 = - log [H+] [H+] = 2,51 x 10-7

 pKa = 2 pH + log Cgaram

pKa = 2 . (6,6) + log 0,0086 pKa = 13,2 – 2,06 pKa = 11,14  pKa = - log Ka 11,14 = - log Ka Ka = 7,35 x 10-12 c. Perhitungan Cu(NO3)2.3H2O  Mr Cu(NO3)2.3H2O = 291  M = massaMr x 1000V M = 241.5 x 0,25 1000100 M = 0,0104 M  pH = -log [H+] 5,5 = -log [H+], [H+] = 3,162 x 10-6

 pKa = 2 pH + log Cgaram

pKa = 2 . (5,5) + log 0,0104 pKa = 11 – 1,98 pKa = 9,02  pKa = - log Ka 9,02 = - log Ka 8

(9)

Ka = 9,549 x 10-10

E. Pembahasan

Percobaan yang dilakukan pada tanggal 21 April 2017 adalah menguji keasaman ion logam terhidrat. Praktikum ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa ion metalik terhidrat memiliki perilaku seperti suatu mono asam dengan konstanta keasaman yang tergantung pada suasana lingkungan dan derajat oksidasi kation logam berdasarkan metode pH-metri.

Alat alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah 1 buah pH-meter, 3 buah labu ukur 100 mL, 3 buah gelas beker 50 mL, pipet tetes, pengaduk, kertas dan gelas ukur. Adapaun bahan yang digunakan adalah Aluminium (III) Nitrat nanohidrat atau Al(NO3)3.9H2O, Kobal (II) Nitrat heksahidrat atau Co(NO3)2.6H2O, Tembaga (II) Nitrat

trihidrat atau Cu(NO3)2.3H2O, Aquades dan larutan standar untuk mengkalibrasi pH

meter.

Langkah pertama yang dilakukan pada percobaan ini adalah menimbang padatan Al(NO3)3.9H2O, Co(NO3)2.6H2O, dan Cu(NO3)2.3H2O masing-masing sebanyak

0,25gram menggunakan neraca analitik yang dikalibrasi dahulu dengan menggunakan kertas sebagai alasnya. Kemudian membuat larutan dengan cara melarutkan 0,25 gram Al(NO3)3.9H2O yang sudah ditimbang tadi ke dalam labu ukur 1 berukuran 100 mL

menggunakan akuades, melarutkan 0,25 gram Co(NO3)2.6H2O ke dalam labu ukur 2

berukuran 100 ml dengan menggunakan akuades dan melarutkan 0,25 gram Cu(NO3)2.3H2O ke dalam labu ukur 3 berukuran 100 ml dengan menggunakan akuades.

Kemudian larutan tersebut di goyang-goyangkan searah gravitasi bumi agar terlarut semua. Maka terbentuk larutan Al(NO3)3.9H2O berwarna bening, larutan

Co(NO3)2.6H2O merah muda, dan larutan Co(NO3)2.6H2O biru muda. Langkah

selanjutnya adalah menuangkan masing-masing 50 ml larutan ke dalam masing-masing gelas beker. Dan kemudian praktikan mengukur pH masing masing larutan dengan pH-meter yang sebelumnya telah dikalibrasi menggunakan larutan standar.

Pada praktikum ini, diperoleh bahwa :

1. pH pada larutan Al(NO3)3.9H2O dengan konsetrasi 0,0067 M adalah 4,4 dengan

konsentrasi [H+] = 3,98 x 10-5. Dari nilai pH yang diperoleh maka kita bisa

(10)

Al(NO3)3.9H2O adalah 6,63 maka diperoleh nilai Ka dari Al(NO3)3.9H2O adalah

2,344 x 10-7 .

2. Pada larutan Co(NO3)2.6H2O dengan konstrasi 0,0086 M diperoleh pH larutan

sebesar 6,6 dengan konsentrasi [H+] = 2,51 x 10-7. Sehingga dapat diperoleh bahwa

nilai pKa dari Co(NO3)2.6H2O adalah 11,14 sehingga diperoleh nilai Ka dari

Co(NO3)2.6H2O adalah 3.98 x 10-12

3. pH dari larutan Cu(NO3)2.3H2O dengan konsetrasi 0,0104 M berdasarkan pengujian

kami adalah 5,5 dengan konsentrasi [H+] = 3,162 x 10-6 . Sehingga nilai pKa dari

Cu(NO3)2.3H2O adalah 9,02 sehingga didapatkan nilai Ka dari Cu(NO3)2.3H2O

adalah 9,549 x 10-10

Konsentrasi [H+] dari Al(NO3)3.9H2O > Cu(NO3)2.3H2O > Co(NO3)2.6H2O . pH

suatu larutan akan meningkat seiring menurunya konsentrasi [H+] sehingga pH disebut

juga derajat atau ukuran keasaman suatu zat (Chang, 2005). Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa nilai pH dari Al(NO3)3.9H2O (4,4) < Cu(NO3)2.3H2O (5,5)

< Co(NO3)2.6H2O (6,6).

Berdasarkan hasil pengukuran pH dan perhitungan diperoleh bahwa Konstanta Ionisasi asam (Ka) Al(NO3)3.9H2O = 2,344 x 10-7 ; Ka Co(NO3)2.6H2O = 3.98 x 10-12;

dan Ka Cu(NO3)2.3H2O = 9,549 x 10-10. Dari data tersebut, maka dapat kita lihat bahwa

Ka terbesar adalah Ka Al(NO3)3.9H2O , kemudian Ka yang lebih kecil adalah Ka

Cu(NO3)2.3H2O dan pa terkecil pada praktikum ini adalah Co(NO3)2.6H2O atau dengan

kata lain Ka Al(NO3)3.9H2O> Ka Cu(NO3)2.3H2O > Ka Co(NO3)2.6H2O. Semakin besar

Ka, maka semakin kuat kekuatan asamnya – artinya semakin tinggi konsentrasi [H+] pada kesetimbangan karena ionisasinya maka semakin rendah pH nya (Chang, 2005).

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai pKa Al(NO3)3.9H2O = 6,63

; pKa Co(NO3)2.6H2O = 11,14; dan pKa Cu(NO3)2.3H2O = 9,02 . Dari data tersebut,

maka dapat kita lihat bahwa pKa terbesar adalah pKa Co(NO3)2.6H2O, kemudian pKa

yang lebih kecil adalah pKa Cu(NO3)2.3H2O dan pKa terkecil pada praktikum ini adalah

Al(NO3)3.9H2O atau dengan kata lain pKa Al(NO3)3.9H2O< pKa Cu(NO3)2.3H2O < Ka

Co(NO3)2.6H2O.

Berdasarkan data hasil perhitungan, terlihat adanya hubungan antara pKa dengan kekuatan asam, yaitu semakin kecil nilai pKa maka kekuatan asam larutan garam akan

semakin besar (ditunjukan oleh nilai [H+] yang semakin besar dan pH yang semakin

kecil). Kecenderungan keasaman ditinjau dari jari-jari ion, jari-jari ion Al3+ , Cu2+ dan

(11)

Co2+ berturut-turutadalah 68, 87 dan 89 untuk bilangan oksidasi 6 maka urutan kenaikan

jari jari ionnya adalah Al3+ < Cu2+ < Co2+. Sehingga dapat kita simpulkan bahwa seiring

jari jari ionnya yang semakin besar maka ada pHnya akan semakin besar dan keasamannya semakin melemah. Hal ini menunjukan adanya hubungan antara jari-jari ion dengan kekuatan asam. Karena jari – jari ion Al3+ < Cu2+ < Co2+ maka kekuatan

asamnya berbanding terbalik yaitu Al3+ memiliki kekuatan asam lebih kuat dibanding

Cu2+ kemudian Co2+ .

Kekuatan keasaman kation dipengaruhi oleh perbandingan antara rasio tinggi muatan/ukuran tersebut, yaitu semakin tinggi rasio muatan/ukuran maka polarisasi ikatan O-H bertambah, sehingga kekuatan keasaman kation semakin besar. Kation dengan ukuran semakin kecil dan muatan positif semakin besar mempunyai daya mempolarisasi semakin kuat dan kekuatan asam semakin besar. Ion yang memiliki muatan positif besar dan jari-jari ion kecil akan memiliki keasaman yang kuat. Logam terhidrat yang dilarutkan dalam H2O diukur keasaman kationnya. Keasaman kation logam dalam

larutan H2Osebagai akibat dari polarisasi ikatan O-Hdari molekul H2O yang terikat.

Semakin tinggi muatan kation maka kecenderungannya akan semakin polar. Dengan bertambahnya polarisasi ikatan maka kation akan bersifat semakin asam. Berarti kation Al3+ memiliki kemampuan polarisasi yang lebih besar dibandingkan Cu2+ dan Co2+.

F. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan diperoleh hasil bahwa

1. Semakin kecil nilai pKa maka kekuatan asam larutan garam akan semakin besar. semakin besar harga pKa garam, maka tingkat keasaman larutan garam tersebut makin berkurang.

2. Pada metalik terhidrat, semakin kecil ukuran jari jari dan semakin besar muatan kationnya maka kekuatan asam akan semakin besar sehingga harga pKa akan semakin kecil. Hal ini karena daya mempolarisasi ikatan O-H akan semakin besar atau kuat. Kekuatan keasaman kation dipengaruhi oleh perbandingan antara rasio tinggi muatan/ukuran. Semakin tinggi rasio muatan/ukuran maka kekuatan keasaman kation semakin besar.

(12)

G. Jawaban Pertanyaan

1. Bagaimanakah hubungan pKa dengan kekuatan asam, jelaskan?

Jawab:

Semakin besar nilai pKa garam maka nilai pHnya akan semakin besar. Semakin besar pH maka tingkat keasaman garam akan semakin berkurang. Sehingga semakin besar nilai pKa garam maka tingkat keasaman garam akan semakin berkurang karena polarisasi ikatan O-H akan semakin berkurang.

2. Bagaimanakah hubungan kukuatan asam logam terhidrat terhadap jari-jari ion logam, jelaskan?

Jawab:

Pada metalik terhidrat, semakin kecil ukuran jari jari dan semakin besar muatan kationnya maka kekuatan asam akan semakin besar. Semakin kuat asamnya maka harga pKa akan semakin kecil. Hal ini karena daya mempolarisasi ikatan O-H akan semakin besar atau kuat. Kekuatan keasaman kation dipengaruhi oleh perbandingan antara rasio tinggi muatan/ukuran. Semakin tinggi rasio muatan/ukuran maka kekuatan keasaman kation semakin besar.

H. Daftar Pustaka

Andian, Ari. 2008. Larutan Asam dan Basa. Yogyakarta : UNY.

Chang, Raymond (2005). Kimia Dasar Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Chang, Raymond (2005). Kimia Dasar Edisi Ketiga “Konsep Konsep Inti” Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Hari Sutrisno., Senam. (2016). Praktikum Kimia.Yogyakarta : Program Pascasarja UNY. K.H Sugiyarto.(2009). Dasar-dasar kimia anorganik transisi. Yogayakarta : FMIPA

UNY.

LAMPIRAN FOTO

(13)

KEASAMAN ION LOGAM TERHIDRAT

Gambar

Tabel 1. Nilai Ka Beberapa Ion Logam
Tabel 2. Jari jari atom

Referensi

Dokumen terkait

Logam yang mempunyai massa jenis, tingkat kekerasan, dan titik lebur yang rendah (contohnya Logam pada umumnya mempunyai angka yang tinggi dalam logam alkali dan logam alkali

Dari hasil praktikum uji logam / kristal alkali atau alkali tanah diperoleh bahwa reaksi Mg terdapat adanya pemanasan yang kuat menyebabkan logam alkali tanah terbakar di

Tujuan penggunaan asam pekat dalam proses ekstraksi adalah untuk menjamin seluruh logam yang terkandung dalam sampel spent catalyst awal terekstrak sedangkan

Sifat akumulatif ini disebabkan karena kebutuhan organisme terhadap unsur kelumit (unsur yang dibutuhkan dalam konsentrasi kecil) logam berat bersifat esensial dan karena

Oksida logam terbentuk antara unsur IA dan IIA dengan oksigen. Oksida logam alkali atau alkali tanah kurang lebih akan larut dalam air dan menunjukkan

Suatu unsur memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda-beda seperti halnya untuk logam-logam golongan alkali dan golongan alkali tanah yang memberikan warna-warna

Dari hasil praktikum uji logam / kristal alkali atau alkali tanah diperoleh bahwa reaksi Mg terdapat adanya pemanasan yang kuat menyebabkan logam alkali tanah terbakar di

Logam alkali adalah unsur golongan utama yang reaktif dalam bentuk