• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA AL QURAN DENGAN METODE PEER TUTORING DI SMAN 2 MUARA KELINGI KABUPATEN MUSI RAWAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA AL QURAN DENGAN METODE PEER TUTORING DI SMAN 2 MUARA KELINGI KABUPATEN MUSI RAWAS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

33 PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MEMBACA AL QURAN DENGAN

METODE PEER TUTORING DI SMAN 2 MUARA KELINGI KABUPATEN MUSI RAWAS

HM. Sujiyono. Ps.

Guru SMAN 2 Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas Email: hm.sujiyono.ps32@gmail.com

ABSTRAK

Setiap akan mengajar, guru perlu membuat persiapan mengajar, yang terkandung didalamnya tujuan, metode, bahan pelajaran, alat peraga dan teknik evaluasi yang digunakan. Metode pembelajaran Peer Tutoring yaitu metode dengan mengoptimalkan tutor teman sebaya ternyata mengandung nilai kebaikan sehingga membantu guru mengajar, dengan teman sebaya sebagai tutor, menghilangkan perasaan takut siswa karena belum lancar membaca Al quran atau bahkan sama sekali tidak bisa membaca Al quran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan metode Peer Tutoring. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dan subjek penelitiannya siswa kelas X SMAN 2 Muara Kelingi yang mempunyai prestasi belajar agak rendah. Penelitian ini menggunakan strategi pembelajaran metode Peer Tutoring untuk meningkatkan prestasi belajar pendidikan agama islam. Hasil penelitian ini, terjadi peningkatan prestasi belajar siswa, hal ini dibuktikan dengan meningkatnya rerata penilaian tes akhir, pada Pra Siklus 65, Siklus I = 70, dan Siklus II = 77,73. Kesimpulannya strategi pembelajaran dengan metode Peer Tutoring dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Kata kunci : Kemampuan, Membaca Al Quran, Peer Tutoring

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan pembelajaran pendidikan agama islam adalah membentuk karakter siswa yang beriman dan berakhlaq yang mampu mengamalkan nilai-nilai islami dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan jangka panjangnya adalah membentuk karakter siswa yang mampu meneladani ajaran islam dan mengamalkan di lingkungan masing-masing. Proses pembelajaran di sekolah harapanya mampu ditransformasikan dalam kehidupan masing-masing siswa, karena dalam perkembangannya dihadapkan pada suatu masa dimana berhadapan langsung dengan perubahan perilaku siswa dalam mengamalkan ajaran agama islam.

Tantangan paling besar bagi guru pendidikan agama islam adalah bagaimana siswa mampu menerjemahkan ajaran islam dalam kehidupannya, misalkan bagaimana seorang siswa mampu membaca Al quran dengan baik dan fasih sesuai dengan kaidah ilmu tajwid. Kendala yang dihadapi biasanya antara lain, kecenderungan siswa sudah tidak mau lagi belajar membaca Al quran selepas siswa tersebut lulus dari SMP/MTs, padahal sebenarnya justru siswa akan dihadapkan pada materi-materi yang berhubungan dengan ayat-ayat Al quran dan hadits, pada fase ini guru mengalami

(2)

34

kesulitan dalam memberikan pembelajaran, hal itu akan berdampak ketika siswa tidak bisa membaca Al quran dengan baik dan bahkan juga ada yang tidak bisa membaca sama sekali. Salah satu kompetensi dasar dalam pembejaran pendidikan agama islam, yang bentuk penilaiannya dengan melalui membaca dengan fasih, baik dan lancar sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid dan tingkat keberhasilan pembelajaran dikatakan berhasil ketika hasil penilaian tersebut sesuai dengan indikatornya yaitu mampu membaca dengan baik , fasih dan lancar.

Dalam perkembangannya ternyata perilaku siswa kurang lagi memperdulikan pelajaran membaca Al quran karena dipengaruhi oleh dua faktor yang dominan yaitu: faktor internal 1) kurang mampunya siswa dalam memmbaca Al quran, 2) tidak adanya dorongan dalam diri siswa untuk belajar membaca Al quran, 3) tidak ada dorongan dari keluarga untuk belajar membaca Al quran, 4) tidak adanya figur dalam diri siswa yan patut dicontoh misalkan dalam keluarga tidak ada satupun yang dapat membaca Al quran. Faktor eksternal 1) siswa bergaul dengan teman atau yang lainya yang sama-sama kurang bisa membaca Al quran, 2) lingkungan tidak mendukung misalkan tidak ada budaya membaca Al quran, 3) derasnya arus informasi yang menjadikan tontonan menjadi tuntunan sedang tuntunan hanya dijadikan tontonan, 4) hilangnya budaya mengaji pada guru ngaji di musholla atau di masjid ataupun dirumah-rumah penduduk, 5) orang tua lebih mendorong anak untuk belajar hal-hal yang bersifat duniawi misalkan kursus, prifat, les pelajaran eksak dan lain sebagainya yang hal itu sifatnya hanya untuk kepentingan duniawi.

Berbagai upaya dan cara penulis telah lakukan untuk meningkatkan hasil pembelajaran Al quran, namun yang menjadi kendala, baik ketika dalam proses pembelajaran maupun dalam penilaian unjuk kerja siswa, masalah yang dihadapi adalah karena siswa tidak bisa membaca dengan baik, fasih dan lancar. Kemudian penulis berusaha untuk merubah skema pembelajaran agar lebih menarik, bukan berarti pambelajaran yang dilaksanakan setiap pertemuan tidak menarik akan tetapi penulis berusaha untuk lebih menarik dari pembelajaran sebelumnya, salah satunya dengan melibatkan siswa itu sendiri sebagai tutor pada siswa yang lain. Dan hasilnya ternyata cukup berhasil dan menggembirakan jika dibandingkan menggunakan metode yang umum dipakai selama ini yang bersifat konvensional dan kecenderungan siswa ternyata lebih terbuka dengan temanya sendiri dari pada berhadapan langsung dengan guru. Siswa yang ditujuk sebagai tutor bukanlah siswa sembarangan, akan tetapi siswa yang memiliki kelebihan dibidangnya serta ketuntasannya melebihi rata-rata dari teman-temannya. Salah satu kelas yang kemudian penulis angkat dalam penelitian ini adalah kelas X, pada kelas ini juga mengalami masalah yang sama yaitu kesulitan memahami bacaan Al quran melalui membaca dengan baik, fasih dan lancar. Ketuntasan dalam pembelajaran kurang dari 80 %, sehingga pada Kompetensi Dasar ini tidak tuntas, sehingga indikator mampu membaca dengan baik dan fasih harus diulang. Penulis ingin mengetahui kendala apa yang menyebabkan kompetensi dasar ini tidak tuntas dan memecahkan masalah yang dihadapi siswa. Dari latar belakang masalah tersebut, maka penulis mengambil judul: “Peningkatan Kemampuan Siswa Membaca Al quran dengan Metode Peer Turoring Pada Kelas X SMAN 2 Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas”.

(3)

35 KAJIAN PUSTAKA

Pengertian Belajar

Pengertian belajar secara umum adalah suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku (Darsono, dkk, 2000: 24). Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku akibat belajar adalah: 1). Perubahan yang disadari, seseorang menyadari dan merasakan adanya perubahan pada dirinya misalnya, pengetahuannya bertambah dan berubah. Jadi perubahannya disadari dan direncanakan. 2). Perubahan yang bersifat kontinyu dan fungsional, perubahan itu secara berkelanjutan, misalnya seorang belajar menulis, maka tulisannya bertambah baik dan bisa digunakan untuk menulis atau mencatat. 3). Perubahan yang bersifat positif dan aktif, perubahan-perubahan dengan memperoleh sesuatu yang lebih dari sebelumnya. Perubahan secara aktif karena hasil usahanya sendiri berorientasi dengan lingkungan dan bukan hasil kematangan. Keaktifan ini terwujud karena individu memiliki berbagai potensi untuk belajar, misalnya perhatian, minat, pikiran, emosi, motivasi dan lain-lain. 4). Perubahan bertujuan dan terarah, berarti belajar itu bukan suatu hal yang kebetulan, tetapi disengaja dan bertujuan, tujuan dipakai sebagai arah kegiatan dan sekaligus sebagai tolok ukur keberhasilan belajar.

Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, dkk, 2000: 24). Menurut Sudjana (2000), pengertian pembelajaran adalah kegiatan belajar siswa dan kegiatan mengajar guru dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Ada empat persoalan yang menjadi komponen utama yang harus dipenuhi dalam pembelajaran. Keempat komponen tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Keempat komponen tersebut yaitu tujuan, metode dan alat serta penilaian. Tujuan dalam proses belajar mengajar merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan dalam proses pengajaran, tujuan tersebut berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran. Komponen yang kedua yaitu metode dan alat. Metode dan alat digunakan dalam pengajaran dipilih atas dasar tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Komponen yang lain adalah penilaian, penilaian dilakukan untuk mengetahui ketercapaian suatu tujuan pembelajaran, yaitu menghasilkan perubahan seperti yang disebut dalam pengertian belajar.

Peranan guru dalam kegiatan belajar dan pembelajaran adalah membentuk siswa mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan. Untuk tujuan tersebut siswa melakukan kegiatan belajar, dengan cara dan kemampuan masing-masing. Siswa memiliki karakter yang berbeda satu sama lainnya, sesuai dengan pendapat Darsono (2000) bahwa perbedaan antara siswa lainnya membawa konsekuensi perolehan hasil belajarpun tidak sama. Dengan perkataan lain bahwa dalam pengajaran yang menjadi persoalan utama ialah adanya proses belajar pada siswa yakni proses berubahnya siswa melalui berbagai pengalaman yang diperolehnya yang biasa disebut sebagai hasil belajar.

Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar. Bloom (Anni, 2004: 6) membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu: 1). Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang

(4)

36

terdiri dari pengetahuan/ingatan, pemahaman, analisis, aplikasi, sintesis dan evaluasi. Keenam tujuan ini sifatnya hierarkis, artinya kemampuan evaluasi belum tercapai bila kemampuan sebelumnya belum dikuasai. 2). Ranah afektif, berkenaan dengan sikap yang terdiri dari penerimaan, penanggapan, penilaian, pengorganisasian, dan pembentukan pola hidup. 3). Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Dalam kegiatan ini, guru terlibat langsung secara penuh dalam proses perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Kehadiran pihak lain dalam penelitian ini perananya tidak dominan dan sangat kecil. Penelitian ini mengacu perbaikan pembelajaran yang berkesinambungan dan penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (Suharsimi, 2002:83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan),

observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap penelitian seperti gambar berikut:

Pengambilan data

Pengambilan data melalui : 1). Hasil belajar dikumpulkan dengan teknik tes tertulis dan praktek yang mencakup materi yang sudah diberikan. 2). Penerapan pembelajaran Metode Peer Tutoring dengan menggunakan instrumen berupa: Instrumen lembar observasi kegiatan siswa yang dimodifikasi dari instrumen siswa saat kegiatan belajar mengajar, Instrumen lembar observasi kegiatan guru yang dimodifikasi dari instrumen guru saat kegiatan belajar mengajar (Haryono, 2015: 65-68)

Analisis Data

Analisa dilakukan pada data hasil tes dan hasil observasi, data hasil tes, terdapat dua katagori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Ketuntasan belajar perorangan tercapai bila siswa memperoleh nilai ≥ 71, nilai ketuntasan belajar perorangan ini berdasarkan kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah, untuk pendidikan agama islam kelas X yaitu 71 dan ketuntasan belajar secara klasikal tercapai apabila kelas tersebut 85% memperoleh nilai ≥ 71 (Mulyasa, 2004: 99).

HASIL PENELITIAN

Hasil tes keadaan awal menunjukkan hasil kurang memuaskan, seperti di bawah ini:

(5)

37 Tabel 4.1 Rekapitulasi Prestasi Belajar Pada Kondisi Awal

No Kategori Interval F % Nilai Rerata Ket 1 Sangat Baik 85-100 0 0,00

65

Tuntas

2 Baik 70-84 5 12,00 Tuntas

3 Cukup 60-69 11 25,00 Belum Tuntas

4 Kurang 50-59 26 62,00 Belum Tuntas

5 Sangat

Kurang <50 0 0,00 Belum Tuntas

Jumlah - 42 100,00 - -

Tabel di atas menunjukkan hasil tes kondisi awal dengan rerata 65, dengan kategori baik, dari 42 siswa ada 5 siswa atau 12 % dinyatakan tuntas, dan sisanya 37 siswa atau 88 % belum tuntas. Hasil observasi peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran kondisi awal sebagaimana tabel di bawah ini.

Tabel 4.2 Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa pada Kondisi Awal No Kriteria Aspek Jumlah Siswa Persentase Ket

1 Sangat Baik 0 0,00 Tuntas

2 Baik 5 12,00 Tuntas

3 Cukup 6 13,00 Belum Tuntas

4 Kurang 21 50,00 Belum Tuntas

Kurang Sekali 10 25,00 Belum Tuntas

Jumlah 42 100,00 -

Tabel di atas menunjukan bahwa yang tuntas 5 siswa atau 12 %, terdiri 5 siswa kriteria baik, belum tuntas 88 % atau 37 siswa terdiri 6 siswa kriteria cukup dan 21 siswa kurang serta 10 siswa kurang sekali. Kesimpulannya berati terdapat permasalahan dalam pembelajaran pendidikan agama islam pada materi kemampuan siswa dalam membaca Al quran sehingga memerlukan penanganan khusus dengan penelitian tindakan kelas menggunakan metode Peer Tutoring. Dari evaluasi tersebut dijadikan pedoman untuk pembelajaran yang lebih baik pada siklus selanjutnya sehingga mendapatkan hasil yang lebih baik. Hasil tes siklus I seperti tabel berikut ini:

Tabel 4.3 Rekapitulasi Prestasi Hasil Belajar Pada Siklus I

No Kategori Interval F % Nilai Rerata Ket 1 Sangat Baik 85-100 0 0,00

70,00

Tuntas

2 Baik 70-84 20 49,00 Tuntas

3 Cukup 60-69 22 51,00 Belum Tuntas

4 Kurang 50-59 0 0,00 Belum Tuntas

5 Sangat Kurang <50 0 0,00 Belum Tuntas

(6)

38

Dari tabel di atas diketahui bahwa pada prinsipnya hasil belajar siswa meningkat setelah menggunakan metode Peer Tutoring. Nilai rerata meningkat menjadi 70,00 dengan ketuntasan hasil belajar secara klasikal 20 siswa atau 49 % dan 22 siswa atau 51 % dinyatakan belum tuntas. Dari hasil siklus I dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode Peer Tutoring cocok diterapkan, karena menjadikan siswa lebih semangat dan antusias dalam belajar sehingga nilai yang diperolehnya baik. Siklus I, memang belum mampu meningkatkan prestasi belajar siswa secara maksimal, disebabkan karena metode ini baru pertama kali ini dipraktekkan, sehingga sebagian siswa masih bingung terhadap apa yang harus mereka lakukan. Untuk menutupi kelemahan siklus I, peneliti melakukan perencanaan ulang lebih matang untuk siklus II.

Hasil observasi peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran kondisi awal sebagaimana dijelaskan tabel di bawah ini.

Tabel 4.4 Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I No Kriteria Aspek Jumlah Siswa Persentase Ket

1 Sangat Baik 5 12,00 Tuntas

2 Baik 20 49,00 Tuntas

3 Cukup 17 39,00 Belum Tuntas

4 Kurang 0 0,00 Belum Tuntas

Kurang Sekali 0 0,00 Belum Tuntas

Jumlah 42 100,00 -

Tabel diatas menunjukan bahwa siswa tuntas 25 siswa atau 61 % terdiri 5 siswa, sangat baik, 20 siswa baik, belum tuntas 39 % atau 17 siswa kriteria cukup. Kesimpulannya bahwa penilaian hasil aktivitas belajar siswa belum mencapai ketuntasan yang diharapkan 85%, sehingga pelaksanaan pembelajaran harus dilanjutkan siklus II.

Kesimpulannya bahwa penggunaan metode Peer Tutoring, masih kurang mengena, hal ini terlihat dari lembar evaluasi belum mampu meningkatkan prestasi belajar sesuai yang dikehendaki, yaitu siklus I nilai reratanya 70 masih di bawah KKM 71, dan ketuntasan klasikal baru mencapai 51 % dari batasan minimal 85%, serta aktivitas siswa yang juga belum memenuhi kriteria ketuntasan baru 61 %, disebabkan karena metode Peer Tutoring baru pertama kali dipraktekkan sehingga sebagian siswa masih bingung. Untuk menutupi kelemahan tersebut, dilakukan perencanaan ulang yang lebih matang pada siklus II, dengan metode Peer Tutoring pembelajaran yang lebih menyenangkan dan lebih menarik perhatian siswa.

Siklus II, dalam perencanaan peneliti menyiapkan beberapa instrumen yang digunakan dalam pembelajaran sekaligus sebagai instrumen penelitian yang meliputi penyiapan media pembelajaran, mempersiapkan lembar observasi dan menyusun RPP. Hasil tes siklus II, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(7)

39 Tabel 4.5 Rekapitulasi Prestasi Hasil Belajar Pada Siklus II

No Kategori Interval F % Nilai rerata Ket 1 Sangat Baik 85-100 5 12,00

73,73

Tuntas

2 Baik 70-84 37 88,00 Tuntas

3 Cukup 60-69 0 0,00 Belum Tuntas

4 Kurang 50-59 0 0,00 Belum Tuntas

5 Sangat

Kurang <50 0 0,00 Belum Tuntas

Jumlah 42 100,00 -

Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai rerata 73,73, ada 5 siswa atau 12 %, sangat baik, 37 siswa atau 88 %, baik dan dinyatakan tuntas. Tingginya ketuntasan belajar dalam siklus ini karena metode Peer Tutoring dapat membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga nilai yang diperoleh bisa maksimal. Tabel di atas menunjukkan bahwa kriteria keberhasilan telah tercapai, yaitu mendapat nilai minimal 71 serta minimal 85% siswa tuntas. Hasil observasi peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran siklus II sebagaimana tabel di bawah ini:

Tabel 4.6 Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus II No Kriteria Aspek Jumlah Siswa Persentase Ket

1 Sangat Baik 5 12 Tuntas

2 Baik 37 88 Tuntas

3 Cukup 0 0,00 Tuntas

4 Kurang 0 0,00 Belum Tuntas

5 Kurang Sekali 0 0,00 Belum Tuntas

Jumlah 42 100,00 -

Tabel di atas menunjukan siswa yang tuntas 42 siswa atau 100% terdiri 5 siswa atau 12 % sangat baik, 37 siswa atau 88 % baik. Hal ini menunjukkan bahwa penilaian aktivitas belajar siswa sudah mencapai kriteria ketuntasan sehingga dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dinyatakan selesai dan tuntas pada siklus II. Dari hasil siklus II, siswa terlihat lebih antusias dalam pembelajaran, semua siswa terlihat aktif menikmati pembelajaran dengan metode Peer Tutoring. Hal ini sesuai dengan hasil evaluasi siklus II, nilai rerata yang diperoleh 73,73, nilai ini sudah mencapai standar yaitu 71 dan ketuntasan klasikal mencapai 100% berarti telah melebihi angka ketuntasan 85 %, serta peningkatan aktivitas belajar mencapai angka 100%.

Refleksi, siklus II, ternyata metode ini mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini bisa dilihat dari nilai rerata prestasi belajar, perasaan ceria, semangat, antusias, berani menjawab pertanyaan dari guru. Sehingga tertanam rasa tanggung jawab, disiplin, serta menghormati guru dan ramah kepada teman. Hasil observasi Siklus II, ada peningkatan prestasi belajar, dengan indikator yaitu: a) Siswa terlihat lebih bergairah, senang, dan merasa tidak bosan, b) Siswa lebih aktif dan berani mengadakan tanya jawab dengan siswa dan guru, c) Siswa mampu mampu membaca Al quran dengan baik, fasih dan lancar, d) Adanya peningkatan motivasi belajar siswa

(8)

40

dengan melihat kenaikan setiap siklusnya, e) Lebih dari 85 % siswa memperoleh nilai di atas KKM, f) Rerata kelas telah mencapai KKM yaitu 71, g) Aktivitas siswa telah melebihi angka minimal yaitu 85%.

Pembahasan

Berdasarkan hasil siklus I dan siklus II, terjadi peningkatan yang cukup berarti, pada siklus I dan siklus II. Hasil penelitian mengacu pada perolehan skor yang dicapai. Hasil tes tiap siklus dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7 Rekapitulasi Peningkatan Nilai Prestasi Belajar Siswa Pada Setiap Siklus

No Siklus Jumlah Siswa Rerata Kriteria Ketuntasan Kriteria Nilai T B 1 Awal 42 65,00 - B K 2 I 42 70,00 - B C 3 II 42 73,73 T - B

Untuk memperjelas peningkatan prestasi belajar siswa pada setiap siklusnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

65 70 73.73 60 62 64 66 68 70 72 74 76

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Rerata Column1

Ketuntasan hasil belajar dari kondisi awal, siklus I dan siklus II seperti tabel dibawah ini.

(9)

41 Tabel 4.8 Rekapitulasi Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Pada Setiap Siklus

No Kegiatan Tuntas Belum Tuntas

Jml % Jml %

1 Pra Siklus 5 12,00 37 88,00

2 Siklus I 22 51,00 20 49,00

3 Siklus II 42 100,00 0 0,00

Untuk memperjelas peningkatan ketuntasan berhasarkan prestasi hasil belajar siswa pada setiap siklusnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Gambar 4.2 Peningkatan Ketuntasan Siswa Berdasarkan Prestasi Belajar Pada Setiap Siklus 0 20 40 60 80 100

Pra Siklus Siklus I Siklus II % Pra Siklus

% Siklus I % Siklus II

Tuntas Tidak Tuntas

Berdasarkan rekapitulasi hasil tes siklus I dan siklus II dapat diketahui bahwa prestasi belajar terus mengalami peningkatan setiap siklusnya. Hasil analisis aktivitas siswa, mengalami kenaikan yang cukup baik dari pelaksanaan pada kondisi awal, siklus I dan Siklus II. Penjelasan peningkatan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran seperti tabel di bawah ini.

Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

No Kegiatan Tuntas Belum Tuntas

Jml % Jml %

1 Pra Siklus 5 12,00 37 88,00

2 Siklus I 22 51,00 20 49,00

3 Siklus II 42 100 0 0,00

Tabel di atas menunjukan pada kondisi awal 5 siswa atau 12,00% siswa dinyatakan tuntas, siklus I 51 % atau 22 siswa dinyatakan tuntas dan akhir siklus II menjadi 100 % atau 42 siswa dinyatakan tuntas. Dalam bentuk diagram, peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran seperti grafik di bawah ini:

(10)

42

Gambar 4.3 Peningkatan Aktivitas Siswa Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II

0 20 40 60 80 100

Pra Siklus Siklus I Siklus II % Pra Siklus

% Siklus I % Siklus II

Tuntas

Tidak Tuntas

Berdasarkan pembahasan di atas, dapat dibuktikan bahwa pembelajaran dengan metode Peer Tutoring dapat meningkatkan prestasi belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Raymond J. W dan Judith H. Jayness, yang menyatakan bahwa metode pengakaran yang melahirkan keteguhan hati dan keahlian merupakan elemen yang lebih baru dalam jaringan kerja ini. Selain itu menurut Dr. Vernon A. Magneses mengatakan bahwa ternyata penguasaan materi oleh peserta didik menunjukkan 10 % dari apa yang dibaca, 20 % dari apa yang didengar, 30 % dari apa yang dia lihat, 50% dari apa yang dilihat, 50 % dari apa yang dilihat dan didengar, 70 % dari apa yang dia katakan, dan 90 % dari apa yang dikatakan dan dilakukan. Ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran Peer Tutoring adalah metode yang tepat dalam pelaksanaan pembelajaran.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan penelitian tindakan kelas ini, maka peneliti menyimpulkan bahwa dengan metode Peer Tutoring dapat meningkatkan prestasi belajar siswa hal ini diketahui dari hasil tes pada siklus I dan siklus II selalu terjadi peningkatan. Nilai rerata kondisi awal sebesar 65, meningkat pada siklus I. 70 nilai kategori cukup, Siklus II nilai rerata 73,73, dalam kategori baik dan telah mencapai nilai ketuntasan minimal yaitu 71. Ketuntasan belajar meningkat dari 5 siswa atau 12 % pada kondisi awal, menjadi 22 siswa atau 51 % pada Siklus I dan 42 siswa atau 100% pada siklus II. Aktivitas belajar siswa dari 5 siswa atau 12 % siswa dinyatakan tuntas, pada siklus I sebesar 51 % atau 22 siswa dinyatakan tuntas dan pada siklus II menjadi 100% atau 42 siswa dinyatakan tuntas. Hasil pada siklus II merupakan bukti bahwa pembelajaran dengan metode Peer Tutoring dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pelajaran pendidikan agama islam siswa kelas X SMAN 2 Muara Kelingi Tahun Pelajaran 2016/2017.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka peneliti mengajukan saran yaitu: pertama, dalam pembelajaran disamping menggunakan metode konvensional, guru perlu

(11)

43 menggunakan model Peer Tutoring sebagai salah satu alternatif dalam proses pembelajaran di sekolah. Kedua, Kreativitas guru perlu ditingkatkan untuk menjadikan model Peer Tutoring lebih menarik. Ketiga, Sebelum melaksanakan pembelajaran guru harus mempersiapkan segala sesuatunya, seperti materi, media, metode atau model pendekatan yang tepat agar siswa benar-benar aktif dan merasa senang.

Keempat, dalam mengajar guru harus memacu siswa untuk aktif dalam setiap tahapan pembelajaran, karena aktivitas siswa sangat berpengaruh terhadap pemahaman siswa pada materi. Kelima, penelitian ini perlu dilanjutkan oleh peneliti yang selanjutnya dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara.

Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. Fajar, Arnie.204. Portofolio Dalam Pelajaran IPS, Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Haryono. 2015 Penelitian Tindakan Kelas, Yogyakarta: Amara Book

Mulyasa, E., 2004. Manajemen Berbasis Sekolah, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Margono, 2007. Pendidikan Agama Islam 1 Lentera Kehidupan SMA Kelas X, Jakarta:

Yudhistira.

Margono, 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta. Purwanto, Ngalim.2000. Psikologi Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya. Syamsuri, 2007. Pendidikan Agama Islam Untuk SMA Kelas X, Jakarta: Erlangga. Sukidin, dkk. 2002. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia. Schunk. H. Dale. 2012. Learning Theories an Education Perspective, Teori-teori

pembelajaran Perspektif Pendidikan Edisi Keenam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Slamet, 1995.Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi, Jakarta : Rineka Cipta. Sudjana, Nana.2000. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT Sinar Baru

Algensindo.

Surya, Moh.2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran, Bandung: Pustaka Bani Qurays.

Thoyar, Husni.2011. Pendidikan Agama Islam Untuk SMA, Jakarta: Puskurbuk Diknas. Tohirin.2005.Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Gambar

Tabel  di  atas  menunjukkan  hasil  tes  kondisi  awal  dengan  rerata    65,  dengan  kategori baik, dari 42 siswa ada 5 siswa  atau 12 % dinyatakan tuntas, dan sisanya  37  siswa  atau  88  %  belum  tuntas
Tabel 4.4 Rekapitulasi Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Siklus I  No  Kriteria Aspek  Jumlah Siswa  Persentase  Ket
Tabel  di  atas  menunjukkan  bahwa  nilai  rerata    73,73,  ada  5  siswa  atau  12  %,  sangat  baik,  37  siswa  atau  88  %,  baik  dan  dinyatakan  tuntas
Tabel 4.7 Rekapitulasi Peningkatan Nilai Prestasi Belajar Siswa Pada Setiap                  Siklus
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang tidak akan direklasifikasi ke laba rugi 0.. Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata uang

Rasio volume pinjaman pada anggota terhadap volume pinjaman yang diberikan dimaksudkan untuk mengukur aktivitas simpan pinjam oleh koperasi kepada anggotanya.

Puji syukur kehadirat Allah SWT dimana atas segala rahmat, berkah dan karunia Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Persepsi Arab Saudi

[r]

Bahan hukum dalam penelitian ini dikumpulkan melalui studi dokumen (penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan) dan studi pustaka. Dengan sumber data secara

penelitian ilmiah di MTs Negeri 1 Bandar Lampung dengan judul “ Hubungan Antara Budaya Organisasi dengan Kinerja Guru di MTs Negeri Bandar Lampung

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah penilaian kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan Balanced Scorecard pada P T.. Bank Sumsel Babel Syariah

(2) Dalam hal terjadi perubahan terhadap kelas jabatan di lingkungan Badan SAR Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kelas jabatan ditetapkan oleh Kepala Badan SAR