• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUKUM TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DAN MODEL PENYELESAIANNYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS HUKUM TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN DAN MODEL PENYELESAIANNYA"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM TERHADAP EFEKTIVITAS PELAKSANAAN KEBIJAKAN

PEMERINTAH DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN

DAN MODEL PENYELESAIANNYA

Muhaimin

Fakult as Hukum Universit as Mat aram E-mail: muhaiminis@yahoo. com

Abst r act

The gover nment has done many ef f or t s i n managi ng pover t y pr obl em, but t he pover t y pr obl ems wer e st i l l unsol ved and i t di dn’ t have any r eal compr ehensi ve sol ut ions yet . The r esul t s wer e, f i r st : t he i mplement at ion of gover nment pol i cy was st i l l i nef f ect i ve, because of int er nal f act or s namel y cul t ur e and l ow educat ional level and t he ext er nal f act or s l i ke t her e wer en’ t any val i d dat a and mappi ng about pover t y pr of i l e, and specif i c compr ehensive gover ment pol i cy and l aw. Secondl y, t he mai n pr obl ems r egar di ng t o t he pover t y management wer e educat ion, ski l l , and gover nment pol i cy t hat st i l l usi ng “ pr oj ect ” par adi gm and ai d, t her e was no exact r egul at ion and i nst it ut ion f ocused i n managi ng pover t y pr obl ems and cul t ur e. Thi r dl y, t he ef f ect ive Pemda pol i cy model s by cr eat e Per da and make composed speci f i c r egul at i on and i nst i t ut ion empower i ng pr ogr amme.

Keywor ds: gover nment pol i cy, pover t y, pr obl em sol ving model s.

Abst rak

Berbagai kebij akan t elah dilakukan pemerint ah, namun masalah kemiskinan masih belum menunj uk-kan perbaiuk-kan dan solusi yang komprehensif . Hasil penelit ian ini menunj ukuk-kan: Pert ama, pelaksanaan kebij akan pemerint ah masih kurang ef ekt if , karena f akt or int ernal yait u budaya dan rendahnya t ingkat pendidikan sedangkan f akt or ekst ernal yakni belum adanya dat a yang valid dan pemet aan t ent ang prof il kemiskinan, t idak adanya at uran dan kebij akan pemerint ah yang komprehensif . Kedua, akar pemasalahannya adalah pendidikan, ket erampilan, kebij akan pemerint ah yang menggunakan paradigma ” proyek” dan bant uan, dan budaya masyarakat yang senang menerima bant uan. Ket iga, model kebij akan Pemda yang ef ekt if dengan membuat Perda dan membent uk lembaga khusus yang menit ikberat kan pada program pemberdayaan masyarakat .

Kat a Kunci: kebij akan pemerint ah, kemiskinan, model penyelesaian.

Pendahuluan

Permasalahan kemiskinan yang membe-lenggu negara-negara di dunia t ermasuk Indo-nesia dewasa ini masih menj adi masalah serius yang akan dihadapi dan perlu dicarikan solusi. Dari t ahun ke t ahun j umlah angka kemiskinan masih t et ap t inggi, berdasarkan dat a Bank Du-nia pada 2007 t erdapat 109 j ut a j iwa penduduk miskin yang ada di Indonesia, sement ara menu-rut BPS j umlah penduduk miskin pada bulan Maret 2006 mencapai 39, 30 j ut a orang dan

Art ikel ini merupakan art ikel hasil penel it ian yang di bi ayai dari Dana DIPA Uni versit as Mat ar am, dengan Kont rak No. 0164. 0/ 023-04. 0/ XXI/ 2010 Tanggal 31 Desember 2009

Maret 2007 sebesar 37, 17 j ut a orang, pada ak-hir 2008 mencapai 30 j ut a orang dan pada 2009 mencapai 32, 53 j ut a orang. Angka kemiskinan dalam dua t ahun t erakhir t erus mengalami pe-nurunan.

(2)

Maret 2009 menj adi 11, 10 j ut a pada Maret 2010), sement ara di daerah pedesaan berku-rang 0, 69 j ut a oberku-rang (dari 20, 62 j ut a pada Ma-ret 2009 menj adi 19, 93 j ut a pada MaMa-ret 2010). Kemudian, pada Maret 2011, j umlah penduduk miskin di Indonesia berkurang menj adi 30, 02 j ut a orang (12, 49 persen), t urun menj adi 1, 00 j ut a orang (0, 84 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2010 yang sebesar 31, 02 j ut a orang (13, 33 persen). Selama perio-de Maret 2010 hingga Maret 2011, penduduk miskin di daerah perkot aan berkurang sekit ar 0, 05 j ut a orang (dari 11, 10 j ut a orang pada Ma-ret 2010 menj adi 11, 05 j ut a orang pada MaMa-ret 2011), sement ara di daerah pedesaan berku-rang sekit ar 0, 95 j ut a oberku-rang (dari 19, 93 j ut a orang pada Maret 2010 menj adi 18, 97 j ut a orang pada Maret 2011)1.

Berdasarkan dat a dari BPS Propinsi NTB, j umlah penduduk miskin t ahun 2008 sebanyak 1. 080. 613, t ahun 2009 sebanyak 1. 050. 948, dan pada t ahun 2010 sebanyak 1. 009. 353 at au 21, 55 % dari j umlah penduduk. Berdasarkan da-t a yang dipublikasikan BPS Provinsi NTB, dari t ahun 2010–Maret 2011, angka kemiskinan di NTB mengalami percepat an penurunan sebesar 1, 82%. Tahun 2010 j umlah penduduk miskin di NTB sebesar 21, 55% dari t ot al penduduk NTB, sampai dengan Maret 2011 t urun sebesar 1, 82% at au set ara dengan 114. 582 orang. Sekarang menj adi 19, 73%, at au sama dengan 894. 770 orang penduduk NTB yang masih di bawah garis kemiskinan2.

Berbagai upaya t elah dilakukan oleh pe-merint ah unt uk mengurangi angka kemiskinan, ant ara lain melalui penyediaan kebut uhan pa-ngan, layanan kesehat an dan pendidikan, luasan kesempat an kerj a, pembangunan per-t anian, pemberian dana bergulir,

1

Ment er i Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepal a Bappenas, Armida S. Al i sj ahbana, 2011, ht t p: / / www. ant ar anew s. com/ ber it a/ 270012/ chi na-j adikan-i ndone-si a-acuan-at andone-si-kemiski nan, diakses t anggal 7/ 8/ 2011.

2 Badrul Munir, 2011, Pendat aan Pr ogr am Per l i ndungan

Sosi al (PPLS) 2011, Hasi l Dat a Har us Val i d dan Tet ap di Val i dasi, -ht t p: / / www. nt bprov. go. id/ baca. php?ber it a= 706, diakses 7 Agust us 2011. Bandi ngkan dengan Samsubar Shal eh, “ Fakt or Fakt or Penent u Tingkat Kemiski -nan Regional Indonesi a” , Jur nal Ekonomi Pembangun-an, Vol 7, No. 2, 2002 87. ht t p: / / www. box. com/ sha-red/ z9xl wof ksk, di akses t anggal 25 Nopember 2011.

an sarana dan prasarana, dan pendampingan melalui berbagai program/ proyek ant ara lain: PDM-DKE, IDT, P3DT, Program JPS, Dana Kom-pensasi Kenaikan Harga BBM, Jamkesmas, Ras-kin PNPM-Mandiri, maupun melalui BLT dan lain-lain, namun angka kemiskinan it u masih t et ap t inggi. Oleh karena it u perlu dicarikan model kebij akan yang ef ekt if unt uk mengent as-kan masalah kemiskinan.

Permasalahan

Permasalahan yang menj adi f okus st udi dalam penelit ian ini adalah t erlet ak pada 3 (t i-ga) masalah yang mendasar. Per t ama, menge-nai ef ekt if it as pelaksanaan kebij akan pemerin-t ah dalam pengenpemerin-t asan masalah kemiskinan di Nusa Tenggara Barat ; kedua, mengenai f akt or yang menyebabkan kurang ef ekt if nya kebij akan penanggulangan kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara Barat ; dan ket i ga, mengenai model kebij akan Pemerint ah Daerah yang ef ekt if da-lam menangani masalah kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara Barat .

Met ode Penelitian

(3)

Pembahasan

Dat a Kemiskinan di Provinsi NTB

Menurut dat a yang dipublikasikan oleh Ba-dan Pusat St at ist ik (BPS), Jumlah penduduk miskin di Provinsi Nusa Tenggara Barat masih cukup t inggi, dat a ini j auh lebih banyak dari dat a dan f akt a riil di lapangan. Berikut ini a-kan diuraia-kan j umlah dan prosent ase pen-duduk miskin berdasarkan t ahun di Provinsi Nusa Tenggara Barat , sebagaimana diuraikan dalam t abel berikut ini.

Tabel 1 : Jumlah Penduduk Miskin Berdasar-kan Tahun di NTB

TAHUN JUMLAH PENDUDUK MISKIN

PERSENTASE PENDUDUK MISKIN 2000 1. 070. 430 28, 13 2001 1. 175. 500 30, 43 2002 1. 145. 081 27, 75 2003 1. 054. 740 26, 34 2004 1. 031. 905 25, 26 2005 1. 136. 524 25, 92 2006 1. 156. 144 27, 17 2007 1. 118. 452 24, 99 2008 1. 080. 613 23, 81 2009 1. 050. 948 22, 78 2010 1. 009. 352 21, 55

Sumber : BPS Pr ovi nsi Nusa Tenggar a Bar at

Berdasarkan dat a pada t abel di at as, wa-lau t erlihat angka kemiskinan mengalami pe-nurunan dari t ahun ke t ahun, t et api angka ke-miskinan masih cukup t inggi, pemerint ah pro-vinsi NTB t elah menyusun rencana penurunan angka kemiskinan sampai pada t ahun 2013 se-besar 14 % dari angka 24, 99 % pada t ahun 2008, t arget ini merupakan t arget yang prest isius, t e-t api langkah-langkah dan e-t ahapan une-t uk men-capai t arget t ersebut belum t erlihat dengan j elas secara konkrit dalam implement asi prog-ramnya. Lebih j elas penurunan angka kemiski-nan dapat dilihat pada t abel berikut ini.

Tabel 2 : Present ase Target Penurunan Pen-duduk Miskin di NTB

NO TAHUN PENDUDUK MISKIN 1 2007/ 2008 24, 99 2 2009 22, 10 3 2010 20, 00 4 2011 18, 00 5 2012 16, 00 6 2013 14, 00

Sumber : RPJMD Pr ovi nsi NTB, 2009-2013.

Sement ara it u, menurut hasil PPLS t ahun 2008, j umlah penduduk miskin dapat diperinci dalam diagram berikut ini.

Diagram 1: Jumlah Penduduk Miskin di NTB

KEM ISKINAN NTB

(PPLS 2008)

SANGAT M ISKIN 472.371 jw/ 96.444 RTS

M ISKIN 874.250 jw / 255.728 RTS HAM PIR M ISKIN 487.501 jw/ 207.108 RTS

605.887 RTS (52%) GAK M ISKIN 559.280

RTS (48%)

2,35 JW/ RTS

3,42 JW/ RTS

4,90 JW/ RTS

Sumber : BPMD Pr ovi nsi NTB

Berdasarkan dat a pada diagram di at as, j umlah penduduk miskin (angka kemiskinan) di NTB mencapai angka 48% yait u sebanyak 1. 843. 121 j iwa at au 559. 280 RTS. Mengacu pada hasil Susenas t ahun 2010, secara nasional NTB t er-masuk provinsi paling progresif dalam menu-runkan angka kemiskinan, yakni berada di po-sisi keenam dari t uj uh provinsi yang mampu menurunkan j umlah penduduk miskin di at as sat u persen, yait u 1, 23%. Kepala BPS NTB, Soe-garenda menj elaskan bahwa j umlah penduduk miskin di NTB pada t ahun 2010 menurun diban-dingkan dengan t ahun 2009 sebanyak 1. 050. 948 at au sebesar 22, 78 %. Penurunan ini disebabkan oleh karena penurunan angka pengangguran.

(4)

Efekt ivit as Kebij akan Pemerint ah dalam Pe-ngent asan Masalah Kemiskinan

Set elah era ot onomi daerah di NTB belum ada kebij akan penanggulangan kemiskinan yang bersif at khusus, yang ada adalah kebij akan makro dalam perat uran daerah yang mengat ur t ent ang Rencana Pembangunan Jangka panj ang dan Rencana pembangunan Jangka Menengah Provinsi NTB, demikian j uga di Kabupat en Lom-bok Barat , Kabupat en LomLom-bok Timur dan Kot a Mat aram, sehingga sulit unt uk menent ukan ef ekt if it as dalam pelaksanaannya. Dari 240 res-ponden yang diwawancarai oleh penelit i yang t erdiri dari Kab. Lombok Timur; 80 orang, Kab. Lombok Barat ; 80 orang dan Kot a Mat aram 80 orang, sedangkan inf orman yang diwawancarai berj umlah 28 orang, inf orman meliput i: inf or-man Provinsi NTB 10 orang, inf oror-man Kab. Lombok Timur; 6 orang, Kab. Lombok Barat ; 7 orang, dan Kot a Mat aram: 5 orang yang diwa-wancarai oleh penelit i,3 dit emukan bahwa kebi-j akan pemerint ah dalam penanggulangan ke-miskinan t idak ef ekt if unt uk menyelesaikan masalah kemiskinan, j ust ru yang t erj adi adalah sebaliknya dengan munculnya masyarakat mis-kin baru, di mana ada masyarakat yang t idak miskin t et api karena menginginkan bant uan da-ri pemeda-rint ah, akhir-nya dia mengaku menj adi orang miskin. Hal ini sej alan t eori hukum se-bagaimana yang dij elaskan oleh Friedman, bah-wa hal ini t erj adi karena f akt or subst ansi hu-kumnya (st uct ur e), aparat penegak hukumnya (pr ocedur e) dan masyarakat (cul t ur e)4, semen-t ara isemen-t u dalam kaisemen-t an dengan penegakan hukum ada 4 f akt or yang mempengaruhi hukum agar

3

Wawancar a dengan Responden, t anggal 10 Agust us - 5 Nopember 2010 dil akukan l angsung di Kabupat en Lobar, Lot im dan Kot a Mat aram, sedangkan inf or man dil aku-kan di Provi nsi dengan Wakil Gubernur (Ket ua Ti m Pe-nanggul angan Kemi skinan), Wakil Ket ua (Kepal a BPMPD), Sekret ari s (Kepal a Bappeda), Bagi an Hukum, Bagi -an Kesr a Provinsi, Wakil Ket ua DPRD d-an Anggot a DPRD NTB, Ket ua Bappeda, Sekret aris Bappeda, Bagian Hu-kum, Dinas Sosial , dan BPMD, Anggot a DPRD Kabupa-t en/ KoKabupa-t a, Kepal a Desa, SekreKabupa-t ar is Desa dan SKabupa-t af Desa, Kepal a Lingkungan, Ket ua RT, dengan menggunakan met ode snow bal l .

4 Khudzaif ah Dimyat i, “ Hukum dan Kebij akan Kemi

skin-an” , Jur nal Il mu Hukum, Vol . 9 (No. 1) Maret 2006. Su-rant o dan Ishar yant o, “ Pengembangan Invest asi Daerah Mel al ui Pemberdayaan Birokrasi yang Responsif ” , Jur nal Hukum dan Kebi j akan Publ i k, Vol 1 No. 1 Sept ember 2007.

berf ungsi dalam masyarakat yakni; kaidah hu-kum/ perat uran it u sendiri, pet ugas/ penegak hukum, sarana yang digunakan oleh penegak hukum, dan kesadaran masyarakat .5

Set elah berlakunya ot onomi daerah di NTB, Kab. Lombok Barat , Lombok Timur dan Kot a Mat aram belum ada program dan dana yang secara khusus yang berkait an dengan pe-nyelesaian masalah kemiskinan yang ada adalah pelaksanaan kebij akan pemerint ah pusat seper-t i BLT, Raskin, PNMP Mandiri, KUBE, KUR, Pi-sau, dan lain-lain. Sement ara it u, inovasi dari daerah belum t erlihat dengan j elas sampai saat ini6. Kalaupun ada hanya kebij akan yang bersi-f at sesaat dan program penanggulangan kemis-kinan yang ” dit it ipkan” pada beberapa program di dinas sosial, pendidikan, kesehat an, Peker-j aan Umum dan dinas lainnya.7

Demikian halnya dengan evaluasi program pengent asan kemiskinan belum dilakukan se-cara j elas dan t erencana dengan baik oleh merint ah baik pemerint ah pusat maupun pe-merint ah daerah yang ada di Provinsi maupun di Kabupat en Kot a. Terlebih lagi set elah ber-lakunya ot onomi daerah, kurang adanya koor-dinasi ant ara pemerint ah provinsi dengan pe-merint ah kabupat en kot a, dan kurangnya koor-dinasi ant ar sekt or yang menangani masalah kemiskinan di masing-masing dinas dan ins-t ansi yang ins-t erkaiins-t8.

5 Abdul Hami d, “ Penegakan Hukum dal am Kait annya

de-ngan Pol it ik Hukum di Indonesi a” , Jur nal Hukum Jat i -swar a, Vol . 25 No. 3 November 2010.

6

Budi Wi narno, Impl ement asi Konsep Reinvent ing Go-vernment dal am Pel aksanaan Ot onomi Daer ah ht t p: / / eprint s. undip. ac. i d/ 984/ 1/ Art ikel _Budi _Wi narno_edit . p df . Yust i t i a, Jur nal Kebi j akan Publ i k, 2011, di akses t anggal 25 November 2011. Lihat j uga Sunarno DS, “ Bi -rokrasi Dan Kepemimpi nan Modern” RESPUBLICA, Jur nal Hukum dan Kebi j akan Publ i k, Vol 1 No. 1 Sept ember 2007

7 Yeni Sal man Barl int i, “ Kebij akan-Kebij akan

Pemerin-t ah Dal am Penanggul angan Kemi skinan” , Jur nal Lex Jur nal i ca, Vol ume 4 No. 3 Agust us 2007. Bandingkan dengan Har di ant o, “ Opi ni Publ ik Terhadap Program Pengent asan Kemiskinan” , Jur nal Penel i t i an Vol VIII No 2 Maret 2008; Noor, M. Tamrin, ” Fakt or-f akor yang Ber-pengaruh Terhadap Kemiskinan” , Jur nal Apl i kasi Mana-j emen, Vol 3 No 2 Agust us Tahun 2005.

8

(5)

Hasil penelit ian ini menunj ukkan bahwa, pelaksanaan kebij akan pemerint ah dalam me-ngent askan masalah kemiskinan di NTB kurang ef ekt if , disebabkan oleh beberapa f akt or, yak-ni f akt or int ernal dan f akt or ekst ernal. Per t a-ma, f akt or int ernal adalah adanya budaya ma-syarakat yang suka menerima bant uan dan t ing-kat pendidikan masyaraing-kat miskin yang sangat rendah. Kedua, f akt or ekst ernal adalah belum adanya payung hukum dan kebij akan pemerin-t ah yang komprehensif unpemerin-t uk menyelesaikan masalah kemiskinan sert a ment al birokrat yang masih memandang masalah kemiskinan sebagai ” proyek” dan bant uan,9 sehingga belum ada st rat egi yang j elas dalam menyelesaikan masa-lah kemiskinan.

Berdasarkan hasil wawancara penelit i de-ngan responden dan inf orman kemudian di-ana-lisis bahwa akar masalah kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara Barat di ant arnya adalah sebagai berikut . Fakt or budaya, yakni adanya budaya di masyarakat yang t urun t emurun, sebagai luarga miskin, sehingga anak ket urunannya ke-banyakan menj adi miskin, yang disebabkan oleh rendahnya penget ahuan dan pendidikan masyarakat miskin. Fakt or pendidikan, rendah-nya kualit as Sumber Daya Manusia masyarakat miskin. Rat a-rat a penduduk miskin hanya ber-pendidikan SD bahkan t idak pernah sekolah sa-ma sekali, hal ini dit andai dengan sa-masih t inggi-nya angka but a aksara di Nusa Tenggara Barat . Tingginya angka but a aksara memberikan kon-t ribusi penkon-t ing bagi kon-t ingginya angka kemiskinan dan sulit nya penyelesaian masalah kemiskinan. Fakt or ekonomi, masih t erbat asnya lapangan kerj a dan lapangan kerj a bert umpu pada sek-t or persek-t anian, hal ini didukung oleh rendahnya ket rampilan yang dimiliki oleh masyarakat mis-kin sebagai akibat rendahnya kwalit as pen-didikan mereka.

Fakt or moral, ment al pej abat dan biro-krat yang memandang masalah kemiskinan se-bagai “ proyek” dan bant uan, sehingga dana t ent ang kemiskinan t idak sampai pada sasaran secara ut uh dan salah sasaran. Fakt or polit ik

9

Sadj ij ono, “ Penyimpangan dal am Penegakan Hukum di Indonesi a” , Yur i di ka, Maj al ah Il mu Hukum, Vol 20, No 2 Maret 2005.

dan kebij akan. Kebij akan Pemerint ah baik pe-merint ah pusat maupun pepe-merint ah daerah be-lum t erint egrasi dan komprehensif baik dalam perencanaan, pelaksanaan, pemant auan mau pun dalam evaluasi program pengent asan ke-miskinan. Kebij akan pemerint ah lebih bersif at sesaat , spo-radis dan t idak unt uk menyelesai-kan kemiskinan dalam j angka panj ang sepert i BLT dan Raskin, sehingga dalam pelaksanaanya masih t erdapat yang salah sasaran sepert i da-lam penyaluran Raskin dan BLT. Pol it i cal wi l l

pemerint ah masih kurang dalam menyelesaikan masalah kemiskinan. Pol it i cal wi l l pemerint ah masih rendah dengan belum adanya Pemerint ah Daerah sebagai payung hukum dalam penanggu-langan masalah kemiskinan.

Oleh karena it u, berdasarkan uraian di at as, f akor ut ama yang menj adi akar masalah kemiskinan di NTB disebabkan oleh karena; f ak-t or menak-t al dan budaya masyarakaak-t , yang me-mang sej ak awal miskin, dan sulit unt uk keluar dari kemiskinannya, kedua adalah f akt or pendi-dikan dan ket iga f akt or kebij akan pemerint ah yang kurang t epat sasaran dan belum adanya kemauan yang serius dari pemerint ah unt uk menyelesaikan masalah kemiskinan.

Model Kebij akan Pemerint ah Daerah dalam Menangani Masalah Kemiskinan

(6)

Sebagai upaya percepat an penanggulang-an kemiskinpenanggulang-an dpenanggulang-an pengpenanggulang-anggurpenanggulang-an, pada 2009, Pemerint ah menerbit kan Perpres Nomor 13 Ta-hun 2009 t ent ang Koordinasi Pe-nanggulangan Kemiskinan. Dalam perpres t ersebut , t elah di-t edi-t apkan kebij akan penanggulangan kemiskinan yang dikonsolidasikan menj adi 3 kelompok pro-gram penanggulangan kemiskinan, kemudian di keluarkan Perat uran Presiden Nomor 15 Tahun 2010 t ent ang Percepat an Penanggulangan Ke-miskinan.

Sebagai suat u langkah kinerj a dari proses percepat an penanggulangan kemiskinan, Tim Nasional Percepat an Penanggulangan Kemiski-nan (TNP2K) berupaya mengembangkan para-digma dalam proses penanganan penanggula-ngan kemiskinan yang sif at nya sekt oral, guna mengarah pada pola penanganan yang bersif at mult isekt oral. Proses koordinasi yang dibangun t elah mampu mengelompokkan program-prog-ram penanggulangan kemiskinan t ersebut ber-dasarkan segment asi masyarakat miskin peneri-ma program sebagai berikut . Per t ama, Kelom-pok Program Penanggulangan kemiskinan bbasis bant uan dan perlindungan sosial yang t er-diri at as program yang bert uj uan unt uk melaku-kan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, sert a perbaikan kualit as hidup masyara-kat miskin.

Kedua, Kelompok program

penanggulang-an kemiskinpenanggulang-an berbasis pemberdayapenanggulang-an masya-rakat yang t erdiri at as program-program yang bert uj uan unt uk mengembangkan pot ensi dan memperkuat kapasit as kelompok masyarakat miskin unt uk t erlibat dalam pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat . Ket i ga, Kelompok program pe-nanggulangan kemiskinan berbasis pemberda-yaan usaha ekonomi mikro dan kecil t erdiri at as program-program yang bert uj uan unt uk mem-berikan akses dan penguat an ekonomi bagi pe-laku usaha berskala mikro dan kecil.

Konsep di at as sej alan dengan konsep dan t erori pemberdayaan, menurut Meriam Webst er dalam Oxf or d Engl i sh Di ct ionar y kat a

empo-wer ” mengandung dua pengert ian, pengert ian

yang pert ama adalah t o give power or aut ho-r i t y t o, dan pengert ian kedua berat i t o give

abi l t y t o or enabl e. Dalam pengert ian pert ama diart ikan sebagai memberi kekuasaan, meng-alihkan kekuat an at au mengmeng-alihkan ot orit as ke pihak lain. Sedangkan dalam pengert ian kedua, diart ikan sebagai upaya unt uk memberi ke-mampuan at au keberdayaan. Kat a pemberda-yaan dalam Bahasa Inggris adalah empower -ment, yang mengandung art i perbuat an at au akt if it as yang menj adikan sesuat u mampu un-t uk memiliki kekuaun-t an aun-t au daya, yaiun-t u me-ngandung art i kekuat an, berdaya, t enaga. Di sinilah let ak isi kandungan art i yang dimaksud adalah dari t i-dak berdaya at au kurang berdaya menj adi berdaya. Dalam bahasa Indonesia, kat a

empo-wer ment at au t o empower dit erj

emah-kan sebagai pemberdayaan dan memberdaya-kan.

A. M. W. Pranarka dan Vidhyandika Moel-j art o10 dalam t ulisannya t ent ang

Pemberda-yaan (empower ment ) mendiskripsikan

bebera-pa pengert ian pemberdayaan dengan menset ir beberapa pendapat sebagai berikut . Pemberda-yaan sering disamakan dengan perolehan ke-kuat an dan akses t erhadap sumber daya. Ro-bert Dahl, kekuat an menyangkut kemampuan pelaku unt uk mempengaruhi pelaku kedua. Oleh karena it u pemberdayaan, “ …woul d have be having or bei ng given power t o inf l uence or cont r ol …”. Ist ilah pemberdayaan sering dipakai unt uk menggambarkan keadaan sepert i yang diinginkan individu. Dalam keadaan t ersebut , masing-masing individu mempunyai pilihan dan kont rol di semua aspek kehidupan sehari-hari-nya sepert i pekerj aan mereka, akses t erhadap sumber daya, part isipasi dalam proses pem-buat an keput usan sosial dan lain sebagainya.

Berdasarkan beberapa pengert ian pem-berdayaan di at as, dapat disimpulan bahwa pemberdayaan (empower ment) adalah suat u upaya membuat sesuat u (subyek at au obyek) yang t idak berdaya menj adi berdaya dalam menghadapi at au melaksanakan sesuat u hal t ert ent u. Kat a pemberdayaan (empower ment )

adalah upaya unt uk membangun daya (ma-syarakat ) dengan mendorong, memot ivasi dan

10

(7)

membangkit kan kesadaran akan pot ensi yang dimilikinya sert a berupaya unt uk mengembang-kannya. Memberdayakan masyarakat berart i upaya unt uk meningkat kan harkat dan mart a-bat lapisan masyarakat yang dalam kondisi t i-dak mampu unt uk melepaskan diri dari perang-kat kemiskinan dan ket erbelakangan. Dengan kat a lain memberdayakan adalah memampu-kan dan memandirimemampu-kan masyarakat .

Pemberdayaan hukum t idak dapat dile-paskan dari f ungsi hukum sebagi inst rumen un-t uk melakukan rekayasa sosial (soci al engineer -i ng). Ada dua f ungsi ut ama yang dapat dipe-rankan oleh hukum di dalam masyarakat . Per -t ama sebagai sarana kont rol sosial dan kedua

sebagai sarana unt uk melakukan rekayasa so-sial. Sebagai sarana kont rol sosial, hukum ber-t ugas unber-t uk menj aga agar masyarakaber-t ber-t eber-t ap berada di dalam pola t ingkah laku yang t elah dit erima oleh masyarakat11. Di dalam perannya yang demikian ini hukum hanya mempert ahan-kan saj a apa yang t elah menj adi sesuat u yang t et ap dan dit erima dalam masyarakat at au hu-kum sebagai penj aga st at us quo, t et api di luar it u hukum masih dapat menj alankan f ungsinya yang lain, yait u dengan t uj uan unt uk meng-adakan perubahan-perubahan di dalam masya-rakat ,12. Roscoe Pound menggunakan ist ilah “soci al engi -neer ing dengan ist ilah rekayasa so-sial. Sepert i halnya semua j enis engi neer i ng, “soci al engi neer i ng harus memperhat ikan ham-bat an-hamham-bat an yang mungkin dit umbuh-kan oleh mat eri yang digarap, kesulit an unt uk me-ngubah kebiasaan yang sudah berakar secara mendalam biasanya adalah disebabkan karena dana yang t ersedia t erbat as unt uk membiayai sesuat u program yang t erencana.

Unt uk mengurangi angka kemiskinan Di NTB, ada berbagai upaya t elah dan akan dilaku-kan oleh Pemerint ah Daerah Provinsi NTB unt uk

11 FX. Adj i Samekt o, “ Pemberdayaan Masyar akat Sebagai

Impl ikasi Kesadaran HAM, Kaj ian dal am Pr espekt i f Gl obal )” , Masal ah-Masal ah Hukum, Edi si IV/ Januari -Maret 1999.

12 Ruhadi , dan Adam, “ Penanggul angan Kemi skinan

Me-l aMe-l ui Pemberdayaan Masyar akat ” , Jur nal Pendi di kan Se-r ambi, Maret 2008 Vol 5 No 2. Sadj ij ono, op. ci t, Dyah Wij ani ngsih, “ Perubahan Sosi al dan Hukum (Dal am An-cangan dan Pemikiran)” , Jur nal Hukum, Vol ume 14 No. 1 Januari 2004.

mengurangi angka kemiskinan. Di ant aranya de-ngan pencanade-ngan gerakan 3 A, yait u angka ke-mat ian ibu nol (Akino), angka but a aksara nol (Absano) dan angka dropout nol (Adono). Pada t ahun 2009, angka kemiskinan di NTB sekit ar 22, 78% dari j umlah penduduk sekit ar 4. 000. 300 penduduk. Jadi ada sekit ar 1. 009. 352 penduduk miskin di NTB. Terkait dengan st rat egi penuru-nan angka kemiskipenuru-nan Soedaryant o menj elas-kan bahwa “ Bila rat a-rat a keluarga isinya 4 orang, maka ada 250. 000 KK miskin di NTB. Sement ara di NTB sendiri t erdapat 955 desa, apabila dibulat kan 1000 desa. Maka diset iap desa ada sekit ar 250 KK miskin dengan pemba-gian 250. 000 dibagi 1000. “ Keinginan mengura-ngi kemiskinan sekit ar 2%/ t ahun belum t erca-pai, baru dilakukan penurunan sekit ar 1%” . Le-bih lanj ut Soedaryant o menj elaskan bahwa apabila 250 KK dihabiskan dalam wakt u 10 t a-hun (2%/ t aa-hun) maka penunt asan kemiskinan dapat dilakukan 25 KK/ t ahun/ desa, ” Sayang it u belum bisa t ercapai” Timbul pert anyaan, ke-napa 25 KK yang miskin dan diket ahui nama sert a alamat nya, belum bisa dit unt askan? “ Ini yang sedang menj adi permasalahan dan akan dicari solusinya, ” .13 Apa yang dij elaskan oleh Soedaryant o di at as, t erlihat bahwa pemerin-t ah daerah belum melakukan evaluasi yang me-nyeluruh t ent ang penyelesaian masalah ke-miskinan.

Sement ara it u, j umlah prosent asi orang yang but a aksara sekit ar 19, 9% at au 20%, dari penduduk sebanyak 3 j ut a yang berusia 15 t a-hun ke at as at au sekit ar 600. 000 orang but a aksara dari j umlah penduduk yang ada. Pada wakt u pendat aan but a aksara t ernyat a sekit ar 417. 000 yang but a aksara” . Berdasarkan In-deks Pembangunan Manusia (IPM), NTB masuk ke dalam urut an ke-32 dari 33 provinsi. Ren-dahnya IPM salah sat unya disebabkan oleh ka-rena angka but a aksaranya yang sangat t ing-gi’ ’ . Apabila dilihat dari dari ukuran lain, mi-salnya ukuran ekonomi secara nasional NTB menduduki urut an ke-9, bahkan NTB pernah

13

(8)

menduduki urut an ke-4. Sement ara unt uk umur harapan hidup NTB masih menduduki urut an ke-33, t et api t ingkat kenaikan harapan hidup sekit ar 0, 04%/ t ahun dari t rend yang dicat at BPS. Saat ini, NTB berupaya menggenj ot angka but a aksara dari 80% menj adi 90-95% dalam wakt u yang cepat , karena t anpa it u, NTB t et ap diurut an ke-32 at au 33.14

Guna menyelesaikan berbagai masalah kemiskinan di at as, pemerint ah provinsi NTB saat ini mengeluarkan kebij akan ant ara lain: kebij akan pembangunan yang pro pert umbu-han, sepert i pengembangan agribisnis sapi me-lalui Bumi Sej ut a Sapi, agribisnis j agung, dan pengembangan kawasan agropolit an rumput laut yang mana ket iga program it u disebut de-ngan program PIJAR. Ada j uga program pencip-t aan 100. 000 wirausaha baru dan 2000 koperasi berkualit as dan kebij akan pro rakyat miskin

(pr o poor ) sepert i kebij akan pelayanan pendi-dikan dan pelayanan kesehat an grat is bagi masyarakat miskin dengan memberikan beasis-wa bagi sisbeasis-wa miskin dan j aminan kesehat an masyarakat miskin. Target penurunan angka kemiskinan dalam RPJM NTB t ahun 2009-2013 dari 23, 40% pada 2008 menj adi 14% t ahun 2013. Secara angka j umlah bant uan sosial dalam AP-BD Tahun 2008 men-capai Rp. 112. 518. 967. 784, t ahun 2009 sebesar Rp. 91. 480. 480. 742, dan pa-da 2010 sebesar Rp. 113. 201. 381. 153. 91.15

Jumlah anggaran bant uan sosial t ersebut t idak berart i seluruhnya merupakan anggaran unt uk kemiskinan karena kebanyakan berupa anggaran bant uan kepada lembaga, dan belum ada evaluasi korelasi j umlah anggaran bant uan sosial dengan penurunan j umlah penduduk mis-kin. Tingginya angka kemiskinan, penganggur-an dpenganggur-an kesenj penganggur-angpenganggur-an sosial menj adi salah sat u isu st rat egis yang harus diselesaikan oleh Pe-merint ah Provinsi NTB, sehingga salah sat u t erobosannya adalah dengan melakukan cost

shar i ng anggaran Jaminan Kesehat aan

Masya-rakat (Jamkesmas) di Provinsi NTB mencapai Rp. 9. 035. 280. 000, dengan sasaran 301. 176 j i-wa. Sement ara dana alokasi unt uk beasiswa kepada siswa miskin pada t ahun 2009, dengan

14

Ibi d.

15 Ibi d.

alokasi siswa SD/ MI=Rp. 30. 000/ orang/ bulan kepada 246. 687 orang siswa miskin, SMP/ MTs= Rp. 48. 000/ orang sej umlah 44. 322. 624 kepada 76. 949 siswa miskin, SMA/ MA sebanyak Rp. 40. 563. 900. dengan sasaran 52. 005 siswa mis-kin. Sehingga t ot al dana beasiswa mencapai Rp. 86. 731. 092. 000. Pada t ahun 2011, Pemerin-t ah Provinsi NTB Pemerin-t elah menyusun rencana Prog-ram Penanggulangan Kemiskinan dalam bent uk program Absano (Angka But a Aksara Nol) de-ngan biaya 10. 000. 000000 (sepuluh milyar ru-piah) dengan sasaran 25. 000 orang warga but a aksara di 50 kecamat an di Provinsi NTB, prog-ram Bumi Sej ut a Sapi dengan alokasi dana 5. 000. 000. 000 (lima milyar rupiah) dengan sasaran 400 orang unt uk peningkat an pendapat -an d-an membuka lap-ang-an kerj a baru, program Wirausaha baru di 10 Kabupat en dengan angga-ran 2. 500. 000. 000 unt uk membuka lapangan kerj a dan peningkat an pendapat an dan prog-ram j alan poros desa di kecamat an Wera 2. 000. 000. 000 (dua milyar rupiah) unt uk aksesibilit as barang dan j asa di kecamat an Wera.

Beberapa model kebij akan yang ef ekif yang dit awarkan sebagai solusi dalam me-ye-lesaikan masalah kemiskinan di Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah sebagai berikut . Per t a-ma, dalam menyelesaikan masalah kemiskinan secara komprehensif Pemerint ah Daerah dan pihak t erkait harus memulai dari memahami akar masalah masyarakat miskin sesuai dengan karakt er dan segmen masing-masing dengan didasarkan pada dat a dan pemet aan yang valid t ent ang kemiskinan. Kedua, Pemerint ah Daerah harus menyusun st rat egi penanganan masalah kemiskinan secara komprehensif sesuai dengan

(9)

ma-syarakat miskin agar dapat keluar dari kemis-kinannya.16

Keempat , unt uk menunj ang paradigma

memanusiakan manusia dan memberikan hak yang layak kepada masyarakat miskin, maka dalam pelaksanaannya harus dit angani secara khusus oleh orang at au lembaga yang memiliki kapasit as khusus dan t idak lagi dilakukan oleh dinas at au lembaga yang sudah ada dan ber-sif at rut init as. Kel ima, perlu perubahan para-digma kepada masyarakat miskin yang mene-rima bant uan, dengan memberikan pemahaman dan pe-nyadaran bahwa bant uan pemerint ah hanya bersif at st imulus, bukan unt uk menyele-saikan masalah kemiskinan secara menyeluruh, karena hakekat penyelesaian masalah ada pada masyarakat miskin it u sendiri. Keenam, st rat egi kebij akan hukum dengan membuat Perda yang khusus menangani masalah kemiskinan, agar kemiskinan dapat diselesaikan secara menye-luruh, bert ahap, t erencana dan t idak sporadis. Hal ini dilakukan sej alan dengan konsep hukum sebagai alat unt uk merubah masyarakat (a t ool of soci al enginer i ng) dan hukum yang dibuat harus mampu merespon kebut uhan dan menj a-wab permasalahan masyarakat miskin sebagai-mana diungkapkan oleh Nonet dan Selznik t en-t ang hukum yang responsif .

Berdasarkan hasil kaj ian ini muncul ha-rapan agar dapat mengubah keadaan masya-rakat miskin dan memut uskan rant ai kemis-kinan, yait u ant ara lain dengan pendidikan gra-t is bagi anak-anak dari keluarga miskin, ke-mudian memberikan pelat ihan sesuai dengan kebut uhan dan sumber daya yang ada pada ma-syarakat miskin. Di samping it u j uga dengan memberikan bant uan modal unt uk usaha, ban-t uan pendampingan bagi seban-t iap program dan bant uan yang diberikan oleh pemerint ah. Khu-sus bagi masyarakat yang sudah lansia dan t i-dak produkt if pemerint ah harus memberikan j aminan sosial yang permanen, sebagaimana amanat konst it usi UUD 1945, dan t idak dibiar-kan menj adi penyakit masyarakat t et api harus menj adi t anggung j awab negara dalam hal ini

16

Lincol i n Arsyad, “ Memahami Masal ah Kemi skinan di In-donesia” , Jur nal Ekonomi dan Bi sni s Indonesi a No. 1 Ta-hun VII 1992.

pemerint ah t ermasuk pemerint ah daerah. Se-bagai cont oh dapat digambarkan dalam diag-ram berikut ini.

Diagram 2 : Model Int ervensi Penanganan Ma-salah Kemiskinan di NTB Berda-sarkan Klust er

SANGAT M ISKIN 472.371 jw/ 96.444 RTS

M ISKIN 874.250 jw / 255.728 RTS HAM PIR M ISKIN 487.501 jw/ 207.108 RTS

605.887 RTS (52%) GAK M ISKIN Cluster II:

PEM BERDA YAAN

Cluster III:PR EKONOM I PODUKTIF

Cluster I : BANSOS & JAM SOS

X

X

INTERVENSI

Sement ara it u, Wakil Gubernur NTB, Bad-rul Munir17 memaparkan 4 (Empat ) pilar st rat e-gis penanggulangan kemiskinan di NTB dengan menggunakan model klast er. St rat egi t ersebut meliput i; perlindungan dan bant uan sosial ber-basis rumah t angga; pemberdayaan masyarakat berbasis Kelompok masyarakat (POKMAS); Pe-ngembangan Usaha UMKM berbasis unit usaha: sert a Program Pendukung berbasis wilayah, se-lanj ut nya dapat diuraikan pada diagram berikut ini.

Upaya penanggulangan kemiskinan di at as, sesuai dengan Keput usan Presiden Nomor 13 Tahun 2009 dibagi dalam 3 klust er. Kl ust er 1: dit uj ukan t erut ama unt uk mengurangi beban pengeluaran bagi masyarakat miskin, sepert i penyaluran beras bersubsidi (raskin), bant uan langsung t unai (BLT), program keluarga hara-pan (PKH), dan Jamkesmas.

Kl ust er 2: dit uj ukan kepada kelompok masyarakat unt uk meningkat kan kemampuan dan pendapat an masyarakat miskin dengan

17 Badrul Munir , 2011, St r at egi Penanggul angan Kemi ski

-nan Di NTB, ht t p: / / www. nt bprov. go. id/ baca. php? berit a =434, 7 Agust us 2011. Bandi ngkan dengan Kani a Damayant i, “ Kebij akan Asuransi Kesehat an Unt uk Rak-yat Mi skin” , Jur nal Il mu Admi ni st r asi Vol V No 1 Maret 2008.

(10)

Sumber : Pusat Dat a dan Inf or masi Pr ovi nsi NTB

mengopt imalkan pot ensi yang mereka miliki melalui inst rumen PNMP mandiri, yait u PNPM-nyediaan modal at aupun peningkat an kapasit as melalui KUR (Kredit Usaha Rakyat ) yang dikoor-dinir oleh LKM (Lembaga Keuangan Mikro) se-pert i Bumdes, Koperasi, Lumbung Desa, dan lain-lain)18.

Sebagai perbandingan pemerint ah perlu belaj ar pada konsep pemberdayaan masyara-kat miskin yang berhasil dikembangkan oleh pemberdayaan ini perlu dicont oh oleh Peme-rint ah baik pemePeme-rint ah pusat maupun perint ah daerah unt uk memberdayakan dan me-nyelesaikan masalah kemiskinan secara menye-luruh19.

(11)

mo-nit oring dan evaluasi sert a keberpihakan ang-garan yang j elas agar dapat diukur pencapaian keberhasilannya baik dari aspek kualit as mau pun kuant it as harus dilakukan oleh Pemerint ah Daerah. Tim ini lebih banyak bersif at koordi-nasi yang hasilnya belum t erukur, karena akan banyak membahas persoalan yang bersif at mak-ro, normat if dan laporan kegiat an SKPD at au dinas yang bersif at rut in.

Guna menghindari t erj adinya t umpang t indih pelaksanaan kegiat an penanggulangan dan penent uan indikat or kemiskinan yang ber-beda ant ara sat u inst ansi dengan inst ansi lain, indikat or at au ukuran kemiskinan bisa dibuat secara t erpadu dan ut uh dengan t ahapan pen-capaian yang j elas. Ket erpaduan Tim Penang-gulangan kemiskinan akan mempermudah da-lam pelaksanaan dan evaluasi penanggulangan kemiskinan, sert a penghemat an anggaran. Pro-gram dan kegiat an harus berbasis pada dat a dan kelompok sasaran yang j elas, berdasarkan klust er dan pemet aan masalah, sert a t idak bersif at sesaat dan sporadis.

Kemiskinan t elah menj adi musuh bersa-ma, Pemerint ah Daerah Provinsi NTB dan Kab/ Kot a perlu menj adikan penyelesaian masalah kemiskinan sebagai periorit as, demikian j uga dengan pencapaian MDG’ s. Maka, unt uk mem-perkuat keberadaan TKPK di Provinsi NTB seba-gai awal dari penyelesaian secara t unt as masa-lah kemiskinan, perlu dipikirkan secara serius dan cermat keberadaan Perat uran Daerah yang secara khusus mengat ur masalah kemiskinan agar kemiskinan dapat diselesaikan secara kom-prehensif dan t idak bersif at sporadis.

Penut up Simpulan

Berdasarkan uraian di at as, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini. Per t ama,

Penyebab masyarakat Propinsi NTB masih ba-nyak yang miskin set elah adanya kebij akan pe-merint ah dalam pengent asan kemiskinan ada-lah karena program dan kebij akan Pemerint ah (pusat maupun daerah) belum t erint egrasi dan komprehensif dalam perencanaan, pelaksana-an, pemant auan maupun dalam evaluasinya. Program pengent asan kemiskinan lebih bersif at

sesaat dan t idak unt uk menyelesaikan kemiski-nan dalam j angka panj ang sepert i BLT dan Ras-kin, dalam pelaksanaanya masih t erdapat salah sasaran dan Pemerint ah Daerah belum mempu-nyai st rat egi yang j elas dan payung hukum yang memadai berupa PERDA dalam penanggulangan masalah kemiskinan.

Kedua, pelaksanaan kebij akan pemerint ah

dalam mengent askan masalah kemiskinan di NTB masih kurang ef ekt if , disebabkan oleh be-berapa f akt or, yakni f akt or int ernal adalah ada-nya budaya masyarakat yang suka menerima bant uan dan rendahnya t ingkat pendidikan ma-syarakat miskin. Fakt or ekst ernal yakni belum ada dat a dan pemet aan yang valid t ent ang pro-f il kemiskinan, dan belum ada payung hukum dan kebij akan pemerint ah yang komprehensif unt uk menyelesaikan masalah kemiskinan.

Ket i ga, model kebij akan Pemerint ah Dae-rah yang ef ekt if dalam menangani masalah ke-miskinan di Provinsi Nusa Tenggara Barat ada-lah dengan membuat Perat uran Daerah yang secara khusus mengat ur t ent ang penyelesaian masalah kemiskinan dengan keberpihakan ang-garan yang j elas sert a dilaksanakan oleh sat u badan yang secara khusus dan konsen unt uk menyelesaikan masalah kemiskinan dalam ben-t uk program pemberdayaan masyarakaben-t miskin.

Saran

(12)

Daft ar Pust aka

Abdulah, Irwan. “ Kemiskinan: Tant angan St ruk-t ural dan Peluang Kulruk-t ural” . Jur nal Ket a-hanan Nasi onal XIII (2) Agust us 2008; Arsyad, Lincolin. “ Memahami Masalah

Kemis-kinan di Indonesia” . Jur nal Ekonomi dan Bi sni s Indonesi a No. 1 Tahun VII 1992

Bamuali, Chaidir S. “ Rezim Hukum Filant ropi Is-lam: Menggagas Filant ropi unt uk Keadilan Sosial” . Jur nal Hukum Respubl i ka Vol 5 No 2 Tahun 2006;

Barlint i, Yeni Salman. “ Kebij akan-Kebij akan Pemerint ah dalam Penanggulangan Kemis-kinan” . Jur nal Lex Jur nal i ca Vol. 4 No. 3 Agust us 2007.

Damayant i, Kania. “ Kebij akan Asuransi Keseha-t an unKeseha-t uk RakyaKeseha-t Miskin” , Jur nal Il mu Admi nist r asi Vol V No 1 Maret 2008; Dimyat i, Khudzaif ah. “ Hukum dan Kebij akan

Kemiskinan” . Jur nal Il mu Hukum Vol. 9 No. 1 Maret 2006;

DS, Sunarno. “ Birokrasi dan Kepemimpinan Mo-dern” . RESPUBLICA, Jur nal Hukum dan Kebi j akan Publ i k, Vol 1 No. 1 Sept ember 2007

Hamid, Abdul. “ Penegakan Hukum dalam Kait -annya dengan Polit ik Hukum di Indonesia” .

Jur nal Hukum Jat iswar a, Vol. 25 No. 3 November 2010;

Hardiant o. “ Opini Publik Terhadap Program Pe-ngent asan Kemiskinan” . Jur nal Penel i t i an

Vol VIII No 2 Maret 2008;

Karepesian, J. “ Pelayanan Publik yang Akomo-dat if ” . Jur nal Popul i s Vol 1 No 2 Maret 2007;

Munir, Badrul. 2011. Pendat aan Pr ogr am Per -l i ndungan Sosia-l (PPLS) 2011, Hasi -l Dat a Har us Val i d dan Tet ap di Val i dasi, -ht t p: / / www. nt bprov. go. id/ baca. php?berit a= 706, diakses 7 Agust us 2011;

Munir, Badrul. 2011. St r at egi Penanggul angan Kemi ski nan Di NTB, ht t p: / / www. nt bprov. go. id/ baca. php? berit a=434, 7 Agust us 2011;

Noor, M. Tamrin, ” Fakt or-f akor yang Berpe-ngaruh Terhadap Kemiskinan” . Jur nal Ap-l i kasi Manaj emen, Vol 3 No 2 Agust us 2005;

Nugroho, Joko. ” St udi Keberhasilan Ekonomi Ket urunan Keluarga Miskin” . Jur nal

Pen-duduk dan Pembangunan Vol 6 No 2

Desember 2007;

Pranarka, A. M. W. dan Vidhyandika Moelj art o. 1996. Pember dayaan, Konsep, Kebi j akan dan Impl ement asi . Jakart a: CSIS;

Qodariyat un, Sri Nurhayat i. “ Evaluasi Kebij akan

Pemenuhan Hak Masyarakat Miskin” .

Jur nal Kaj i an Vol. 14 No. 1 Maret 2009; Rosadi, Ot ong. “ Manaj emen Kesej aht eraan

Umum Amanah Konst it usi” . Jur nal Hukum Respubl i k Vol 5 No 2 Tahun 2006;

Ruhadi, dan Adam. “ Penanggulangan Kemiskin-an Melalui PemberdayaKemiskin-an Masyarakat ” .

Jur nal Pendi di kan Ser ambi, Maret 2008 Vol 5 No 2;

Sadj ij ono. “ Penyimpangan dalam Penegakan Hukum di Indonesia” . Yur i di ka, Maj al ah Il mu Hukum, Vol 20, No 2 Maret 2005.

Samekt o, FX. Adj i . “ Pemberdayaan Masyarakat Sebagai Implikasi Kesadaran HAM, Kaj ian dalam Prespekt if Global)” . Masal

ah-Masa-l ah Hukum, Edisi IV/ Januari-Maret 1999;

Shaleh, Samsubar. “ Fakt or-Fakt or Penent u Tingkat Kemiskinan Regional Indonesia” .

Jur nal Ekonomi Pembangunan, Vol 7 No. 2, 2002 ht t p: / / www. box. com/ shared/ z9-xlwof ksk, diakses t anggal 25 Nov 2011; Soedaryant o, KPM Ibarat Berlian June 2, 2010,

Berit aRead More, ht t p: / / j urnalt erpadu. net / t ag/ bpmpdnt b/ diakses t anggal 10 Agust us 2010.

Surant o dan Isharyant o. “ Pengembangan Inves-t asi Daerah Melalui Pemberdayaan Biro-krasi yang Responsif ” . Jur nal Hukum dan Kebi j akan Publ i k Vol 1 No. 1 Sept ember 2007;

Syamsuddin, M. “ Posisi Ilmu Hukum Dit engah Berbagai Paradigma Keilmuan” ; Jur nal

Hukum Respubl i c Vol 6 No 1 Tahun 2006;

Tim Depart emen Komunikasi dan Inf ormasi. “ Mengurai Benang Kusut , Masalah Kemis-kinan di Indonesia” . Jur nal Di alog Kebi j ak-an Publ i k, Edisi 3 November, II/ 2008;

Wij aningsih. Dyah. “ Perubahan Sosial dan Hu-kum (Dalam Ancangan dan Pemikiran)” .

Jur nal Hukum, Volume 14 No. 1 Januari 2004;

Winarno, Budi. Implement asi Konsep

Reinven-t ing Government dalam Pelaksanaan

(13)

Gambar

Tabel 1 : Jumlah Penduduk Miskin Berdasar-kan Tahun di NTB

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa total quality management (TQM) , sistem penghargaan dan sistem pengukuran kinerja berpengaruh terhadap kinerja manajerial pada Kantor

Karangnongko RT.10 RW.42 Panggungharjo Sewon Bantul Jl..Janti 88 Banguntapan Bantul Jl.Kudus 10 Kasongan Bantul Krapyak Kulon Rt.12 RW 53 Panggungharjo Sewon Bantul Jl.Kradenan

Animasi adalah gambar bergerak yang dibuat dengan cara merekam gambar diam, kemudian rekaman gambar tersebut diputar ulang dengan berurutan sehingga terlihat tidak lagi sebagai

Fungsi dari pengunaan E-learning dalam proses belajar mengajar di Politeknik bukan untuk mengganti, melainkan memperkuat model pembelajaran yang telah ada (Ardito,

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode penelitian deskriptif, yang dimaksudkan untuk mendapatkan informasi lebih terperinci dengana cara

Menindaklanjuti program pasca pembukaan blokir keuangan, maka Direktorat Pendidikan Tinggi Islam bekerjasama dengan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Meningkatkan kesadaran politik bagi penyandang disabilitas melalui sebuah sosialisasi bahwa partisipasi penyandang disabilitas dalam politik sangat penting karena hak yang

Hasil dari penelitian yaitu pemaparan jenis-jenis tindak tutur yang digunakan pada saat transaksi jual beli di pasar Johar Semarang yang meliputi tindak tutur