• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN HARGA DIRI PRIA DAN WANITA DEWASA AWAL YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBEDAAN HARGA DIRI PRIA DAN WANITA DEWASA AWAL YANG MENGALAMI PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA SKRIPSI"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN HARGA DIRI PRIA DAN WANITA DEWASA AWAL YANG MENGALAMI

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA

SKRIPSI

DISUSUN SEBAGAI SYARAT

UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA PSIKOLOGI

Disusun Oleh :

EMI KUSWANTI

009114021

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, ...2007

(4)

Tuhan Terima Kasih

Atas cinta-Mu

Karya ini kupersembahkan untuk orang-orang yang aku cintai :

Ibuk

Babeku

My Little Momo

Cinta

(5)

ABSTRAK

Perbedaan Harga Diri

Antara Pria Dan Wanita Dewasa Awal Yang Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan harga diri antara pria dengan wanita dewasa awal yang mengalami pemutusan hubungan kerja. Harga diri merupakan penilaian seseorang tentang dirinya.

Subjek penelitian ini ada 80 orang yang mengalami pemutusan hubungan kerja. Usia mereka antara 20-40 tahun. Subjek dipilih secara insidental di daerah Kabupaten Sleman. Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif, yaitu membandingkan tingkat harga diri dilihat jenis kelamin. Metode pengambilan data adalah dengan menggunakan skala harga diri. Reliabilitas skala penelitian menghasilkan koefisien reliabilitas 0,878.

(6)

ABSTRACT

Self Esteem Differences Between Male And Female Who got Severance of Working

The objective of this research was determine the differences in self esteem between male and female who got severance of working. Self esteem was defined as judgment toward his/herself.

The subjects of this research were 80 people who got severance of working. The ages of subject is about 20 to 40 years old. They were choosen by incidental sampling in Sleman Regency. This is comparative research, which has aim to determine self esteem differences among of sexes. The method of data gathering used self esteem scale. Reliability of research scale produced a coeficient reliability score 0.878.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa dan Putra karena rahmat dan kasihNya skripsi ini dapat selesai. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa karya ini tidak lepas dari bantuan bapak/ibu saudara-saudara di sekitar penulis. Pada kesempatan ini saya ingin menghaturkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin penelitian untuk Skripsi ini. Selain itu Terima Kasih untuk saran dan perhatian bapak sebagai Dosen Pembimbing I.

2. Bapak Minto Istono S.Psi, M.Si. selaku dosen Pembimbing II, terimakasih atas saran dan perhatiannya.

3. Ibu Passchedona Henrietta, PDADS, S.Psi, selaku Dosen Pembimbing III, yang dengan sabar membimbing, mengarahkan, menyediakan waktu dan memberikan masukan yang sangat berharga saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. H.Wahyudi, M.Si, selaku dosen pembimbing akademik. 5. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang

(8)

Doni dan Pak Gi yang telah membantu kelancaran selama penulisan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu subjek penelitian yang bersedia menjadi subjek penelitian. Tidak lupa terima kasih atas kerjasaman dan keramahannya terutama bapak dan ibu di Kelurahan Caturharjo.

7. Mami dan Babe yang aku..., Yang telah membesarkan aku. "Buk aku wis rampung! Jangan marah-marah lagi ya!" Aku tidak pernah bermaksud mengecewakanmu.

8. Buat Cinta. Sabar ya mas, tiket nikahnya dah hampir ku dapatkan. Makasih atas kesabaranmu menghadapi aku, terutama karena aku egois. Dan buat bapak kidul, terima kasih aku jadi satu-satunya anak perempuanmu.

9. Momo sayang keponakanku yang paling tampan sak Kelurahan, Bude sayang kamu.

10.Buat adik-adikku yang kusayangi, hidup itu bisa indah kalau kamu bisa syukurinya. Tom, jangan marah ya kalau aku kurang memperhatikanmu baru-baru ini. Gus, jangan jadi anak Ibuk terus. Grow-up!! Nit jadi adik ipar yang baik buat aku.

(9)

12.Terima kasih buat Dik Rini, Dik Sari, Honim, Om Giyanto, Bulik Nur, dan Mak Rini yang setia menemani aku dari siang sampai malam, untuk mencari subjek. Semangat kalian mengagumkan.

13.buat teman-temanku di Pusat Pengembangan Pribadi UKDW M. Indah, M Dyas, Kak Me, M Nevi, Bu Esti, Adit, Angel, Panda, Hanz, Agus, Badak, Sapi.

14.Terima kasih Pak Didik S dan Pak Cahyo W, sapaan anda membuat saya bisa berbicara.

15.Teman-teman PKSKMS Guardin Angel (Bunder, Daniel, Fitri, Mas Marno, Elly, Kakung), Cagtus Angelicus/ Cas Cis (Budi, Mas Sigit, Suster Maryati Campus of Ministry USD, Dewi, Tiara n Wulan), Mudika-Mudika Gereja Santo Yohanes Rasul Somohitan Turi, tetap semangat dalam pelayanan.

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan dari penulis. Untuk itu, bila berkenan silahkan memberi kritik dan saran kepada penulis.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN...v

ABSTRAK...vi

ABSTRACT...vii

KATA PENGANTAR...viii

DAFTAR ISI...xi

DAFTAR TABEL...xiv

DAFTAR LAMPIRAN...xv

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...9

C. Tujuan Penelitian...10

D. Manfaat Penelitian...10

1. Manfaat Teoritis...10

2. Manfaat Praktis...11

BAB II LANDASAN TEORI...12

A. Dewasa Awal...12

(11)

2 . Ciri-ciri Dewasa Awal...13

3. Tugas Perkembangan Dewasa Awal...14

4. Pengertian Jenis Kelamin...18

B. Pemutusan Hubungan Kerja...20

1. Pengertian Kerja...20

2. Pria dan Wanita dalam Bekerja...26

3. Pemutusan Hubungan Kerja...28

4. Dampak Pemutusan Hubungan Kerja...29

C. Harga Diri...31

1. Pengertian Harga Diri...31

2. Aspek-aspek Harga Diri...36

3. Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri...41

D. Harga Diri Pria dan Wanita yang Mengalami Pemutusan Hubungan Kerja...44

E. Hipotesis...51

BAB III METODOLOGI PENELITIAN...52

A. Identifikasi Variabel... ...52

B. Definisi Operasional...52

C. Subjek Penelitian dan Sampling...53

D. Metode Pengumpulan Data...54

E. Validitas dan Reliabilitas...57

1. Validitas Alat Ukur...57

(12)

3. Relibilitas...62

F. Analisa Data...62

1. Uji Asumsi...63

2. Uji Hipotesis...64

BAB IV PEMBAHASAN ...65

A. Persiapan Penelitian...65

B. Pelaksanaan Penelitian...66

C. Hasil Penelitian...69

1. Uji Normalitas...69

2. Uji Hipotesis...71

3. Kategorisasi...72

D. Pembahasan...75

BAB V PENUTUP...81

A. Kesimpulan...81

B. Saran...81

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Spesifikasi Jumlah Item dalam setiap Aspek dalam Skala Harga

Diri...58

Tabel 2 Blue Print Harga Diri sebelum Ujicoba...58

Tabel 3 Distribusi Skala Item setelah Ujicoba...61

Tabel 4 Skala Harga Diri untuk Penelitian Sebenarnya...62

Tabel 5 Deskripsi Subjek Berdasarkan Fase Konsep Diri Pemilihan Karier...67

Tabel 6 Deskripsi Subjek Deskripsi Subjek Berdasarkan Latar Belakang PHK ...68

Tabel 7 Deskripsi Subjek Deskripsi Subjek Berdasarkan Pekerjaan Sekarang...68

Tabel 8 Hasil Uji Normalitas...70

Tabel 9 Hasil Uji Homogenitas...71

Tabel 10 Hasil Uji Hipotesis...71

Tabel 11 Norma Kategori Skor...73

Tabel 12 Kategorisasi Harga Diri Pria Dewasa Awal yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja...73

Tabel 13 Kategorisasi Harga Diri Wanita Dewasa Awal yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja...74

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

A1 Lampiran Skala Uji Coba Penelitian Harga Diri...87

A2 Lampiran Data Skala Uji Coba Penelitian Harga Diri...92

A3 Lampiran Hasil Analisis Daya Beda Item Alfa Cronbach...99

B1 Lampiran Skala Penelitian Harga Diri...104

B2 Lampiran Data Skala Penelitian Harga Diri...108

B3 Lampiran Hasil Uji Normalitas...119

B4 Lampiran Uji Homogenitas...121

B5 Lampiran Hasil t –Test...123

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Usia dewasa awal merupakan peralihan dari usia remaja ke usia dewasa. Mereka bukan lagi remaja yang masih terus bergantung pada orang tuanya, tetapi orang yang sedang berusaha mandiri, melepaskan diri dari ketergantungan orang tua dan bantuan dari orang lain (Santrock, 2002). Mereka memulai kembali tugas perkembangannya yang baru. Tugas perkembangan dewasa awal antara lain berkaitan dengan perubahan minat, mobilitas sosial, penyesuaian dengan peran seks, penyesuaian kerja dan kehidupan keluarga oleh karena itu, orang yang memasuki usia dewasa awal mulai melakukan berbagai penyesuaian diri dengan tugas perkembangannya dan berusaha untuk menerima berbagai macam tanggung jawab baru yang dibebankan kepadanya, yang berasal dari orang lain, lingkungan dan masyarakat

(16)

Orang dewasa awal berusaha melaksanakan tanggung jawab baru mereka yaitu bekerja, hal ini disebabkan karena karena bekerja adalah hal yang dianggap penting bagi semua orang dewasa, terutama orang dewasa awal. Ada beberapa alasan mengapa bekerja itu penting bagi orang dewasa yaitu antara lain untuk memenuhi kebutuhan materi sehari-hari, penghargaan diri atau lebih dikenal dengan istilah harga diri, penerimaan sosial, status sosial atau kedudukan sosial tertentu dan ingin dihargai didalam suatu masyarakat, mencari kesempatan atau celah untuk dapat mengembangkan diri dan berprestasi mencari kesenangan, mendapat tantangan, masuk dalam hubungan sosial tertentu dan dengan bekerja dapat menghilangkan kepenatan (Lemme, 1995).

Kerja merupakan aktivitas dasar dan dijadikan sebagai bagian yang essential dari kehidupan manusia karena dengan bekerja seseorang mendapatkan status, mengikat aktivitas sosial yang memberikan isi dan makna kehidupan (Anorogo, 1995). Dapat dikatakan bahwa seorang yang bekerja, mampu merasakan bahwa kehidupannya lebih berarti karena mampu melakukan sesuatu yang bernilai, dapat memanfaatkan waktu dengan baik dibandingkan orang yang tidak bekerja.

(17)

ada saja yang masih berpegang pada pandangan tradisional tetap ada saja yang membedakan peranan wanita dengan pria (Gardiner & Sulastri, 1996).

Bersamaan dengan berjalannya waktu wanita mempunyai kiprah yang sama dalam berbagai bidang terutama didunia kerja dan dari segi hukum nampaknya memang tidak ada perbedaan kesempatan dalam bekerja (Ismawati, 2001). Pria maupun wanita menyukai pekerjaan, karena kerja merupakan bagian yang mendasar dari kehidupan manusia untuk menuju kearah terpenuhinya kepuasan pribadi yaitu pengaktualisasikan diri (Anoraga, 1995).

Pada zaman sekarang ini, memperoleh pekerjaan yang layak adalah sesuatu yang didambakan oleh setiap orang, namun memperolehnya tidaklah mudah. Hal ini, disebabkan oleh keadaan ekonomi yang tidak menentu. Banyak karyawan yang justru mengalami pemutusan hubungan kerja. Pemutusan hubungan kerja ini tidak hanya terjadi ditingkat buruh saja, supervisor atau karyawan yang sudah ada diposisi manajer pun juga ada yang mengalaminya (SMERU Indonesia, 7 Agustus 1999). Para karyawan ini, mau tidak mau harus menyerah pada keputusan yang ditetapkan manajemen perusahaan untuk berhenti bekerja. Akibat dari pemutusan hubungan kerja tersebut, maka semakin banyak orang yang kini menjadi pengangguran.

(18)

menyenangkan. Dalam keadaan tersebut mereka akan menampakkan sikap tertentu yang merupakan akibat dari masalah yang mereka hadapi.Berhadapan dengan masalah pemutusan hubungan yang terjadi sehingga memunculkan berbagai konflik akibat pemutusan hubungan kerja tersebut maka seseorang akan melakukan respon atau penilaian akan dirinya, baik secara positif atau negatif yang kita sebut dengan harga diri (Bee, 1989)

Bagi orang dewasa awal, bekerja adalah hal yang penting. Ketika pekerjaan yang dianggapnya penting telah hilang maka mereka akan mengalami konflik diri. Konflik yang dialami ini terjadi karena kebutuhan, harapan, keinginan dan tujuan yang tidak bersesuaian atau juga terjadi karena ada dua hal yang berbenturan atau tidak dapat diwujudkan (Davidoff, 1991). Misalkan saja ada seorang dewasa awal mempunyai tujuan bahwa dengan bekerja dia bisa menunjukkan kemampuannya atau menyalurkan kreativitas yang dimilikinya maka ketika mengalami pemutusan hubungan kerja dia tidak mampu mewujudkan cita-citanya itu. Setiap orang tentu mengharapkan pekerjaan yang sesuai dengan harapan, ketika pekerjaan yang sudah didapatkannya telah hilang maka harapannya untuk hidup mencukupi kebutuhan tidak ada lagi. Bisa juga terjadi ketika seorang dewasa awal, ingin mendapat status tertentu ketika bekerja, maka bersamaan dengan pemutusan hubungan kerja, keinginannya untuk mendapat status tertentu dalam masyarakat juga sirna.

(19)

bermacam-macam komsumsi makanan, sandang dan papan. Masalah yang timbul tidak hanya itu. Mereka juga mengalami masalah psikologis antara lain merasa malu dan rendah diri karena sudah tidak lagi bekerja, merasa tidak ada lagi penghargaan atau status tertentu seperti saat masih bekerja (SMERU Indonesia, 7 Agustus 1999).

Orang dewasa awal yang mengalami pemutusan hubungan kerja atau tidak bekerja maka, individu tersebut merasa tertekan karena tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya yang menjadi tanggung jawabnya sedangkan, kebutuhan hidup terus menerus meningkat (SMERU Indonesia, 7 Agustus 1999). Mereka juga merasa harga dirinya terancam dari segi status sosial, yaitu tidak seperti dahulu ketika masih bekerja maka dia mendapatkan status tertentu dalam masyarakat (Shaevitz, 1989).

Seseorang yang mengalami pemutusan hubungan kerja yang merasa bahwa dirinya berharga akan lebih dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk lebih berhasil dengan mencari peluang kerja atau memanfaatkan potensi yang dimilikinya seperti berwiraswasta. Orang yang mempunyai sikap seperti ini dapat kita sebut sebagai orang yang mempunyai harga diri tinggi. Sebaliknya, orang yang menilai bahwa dirinya tidak berharga lebih mudah tersinggung dan cemas dapat kita sebut sebagai orang yang mempunyai harga diri rendah (Buss, 1995).

(20)

dari realitas dirinya maka, hal tersebut dapat dikatakan mempunyai harga diri yang tinggi. Sesuai dengan pendapat diatas Brehm & Kassin (1989), mengatakan bahwa seseorang yang memiliki harga diri yang tinggi secara umum akan tampak bahagia, sehat, berhasil dan mampu beradaptasi dengan situasi yang penuh tekanan (pemutusan hubungan kerja). Sebaliknya seseorang yang mempunyai harga diri rendah akan tampak cemas, pesimis dan depresi dalam menghadapi masalah. Orang yang memiliki harga diri rendah ini akan mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain, selalu memikirkan kegagalan yang dialami dan memiliki gambaran negatif terhadap dirinya maupun orang lain.

Tuhan menciptakan pria dan wanita sesuai dengan peranannya masing-masing. Pria dan wanita tersebut mempunyai peran, motivasi, konsep diri dan pola tingkah laku yang berbeda. Perbedaan tersebut mempengaruhi juga cara mereka dalam menghadapi masalah. Dalam menghadapi masalah pemutusan hubungan kerja tentu saja cara mereka menghadapi dan menanggapi masalah tersebut akan berbeda. Hal ini diperkuat oleh pandapat Bannon (1996), bahwa ketika wanita dan pria menghadapi suatu kegagalan pria akan menganggap itu sebagai suatu faktor ketidakberuntungan. Kemudian menurut Bianpoen (1996), wanita tidak bekerja dan hanya mengurus rumah tangga adalah hal yang biasa selain itu menurut Bianpoen (1996), wanita sering menganggap bahwa dirinya tidak mampu, tidak berani dan kurang bisa berkembang seperti orang lain.

(21)

menganggap pekerjaan adalah hal yang nomor satu dalam hidupnya karena dalam diri pria terdapat ambisi pribadi untuk meraih suatu status dalam pekerjaannya. merupakan hal yang paling diinginkan dan paling penting dalam hidupnya sehingga tidak heran apabila pria menghabiskan 50 % hidupnya untuk bekerja (Sanford & Lough, 1988). Masalah yang besar akan terjadi pada pria dewasa awal berusia 30 lebih. Seperti yang dikatakan Santrock sebelumnya bahwa kekuatan dan kesehatan otot mempengaruhi kemampuan menyesuaikan diri dengan pekerjaan atau ketrampilan baru. Kehilangan pekerjaan atau pensiun lebih dini berarti pria tersebut kehilangan harga diri, sumberdaya ekonomi dan prestise karena telah terhenti dari pekerjaan yang selama ini dapat untuk mengaktualisasikan diri (Maramis, 1990).

Bagi wanita sebagian besar wanita kehilangan suatu pekerjaan bukanlah suatu masalah besar dalam diri mereka, terutama bagi wanita yang selama ini mempunyai peran ganda yaitu wanita bekerja dan ibu rumah tangga karena wanita dapat langsung melakukan pengalihan perhatian pada persoalan rumah tangga yang selama ini tidak dapat dilakukan secara maksimal karena sibuk bekerja (Maramis, 1990). Akibat pemutusan hubungan kerja akan lebih dirasakan pria dari pada wanita karena, wanita masih mempunyai sarana untuk mengaktualisasikan dirinya walaupun dia sudah tidak bekerja.

(22)

yang menakutkan dan dapat mengakibatkan kecemasan. Kemampuan untuk mengaktualisasikan diri bagi wanita dewasa awal yang berkarir atau bekerja terhambat, sehingga peran wanita karir atau bekerja ketika harus memasuki kehidupan rumah tangga benar-benar membawa dilema (Crittenden, 2002).

Sering kali perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi harga diri. Pria yang mengalami kegagalan seperti pemutusan hubungan kerja itu, maka hal itu terjadi karena faktor ketidakberuntungan, sedangkan wanita hal itu terjadi karena mereka memang kurang mampu dalam bekerja. Sumber harga diri pria dan wanita berbeda. Harga diri pria lebih berasal dari keberhasilan suatu pencapaian tugas sedangkan wanita lebih berasal dari penghargaan sosial (Buss, 1995).

Individu yang mempunyai masalah dengan harga diri, dalam penelitian ini adalah saat menghadapi pemutusan hubungan kerja, pada umumnya gagal mengembangkan potensi diri secara penuh. Individu tersebut cenderung menjadi pendiam dan menunjukkan gejala-gejala kecemasan yaitu gugup, sakit kepala, mudah tersinggung, canggung, merasa tidak aman, menarik diri, bahkan mengalami gangguan emosi. Hal ini dapat kita sebut dengan harga diri rendah (Tjahjono, 1998).

(23)

bertindak semaunya sendiri, pasif, agresif dan berperilaku yang merusak dirinya sendiri.

Harga diri yang tinggi dapat membangkitkan rasa kepercayaan diri, penghargaan diri, yakin akan kemampuan diri, serta merasa berguna bagi lingkungan dan masyarakat luas. Dengan demikian, orang yang mempunyai harga diri tinggi dapat meningkatkan rasa percaya diri, merasa berharga, serta mampu meningkatkan hal-hal yang menjadi kelebihannya (Tambunan, 2002).

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan harga diri antara pria dan wanita dewasa awal yang mengalami pemutusan hubungan kerja. Tentu saja pria dengan wanita berbeda, namun apakah ketika menghadapi masalah pemutusan hubungan kerja antara wanita dan pria dewasa awal mempunyai penilaian diri atau evaluasi diri yang berbeda ataukah tidak.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

(24)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan harga diri pria dengan wanita usia dewasa awal yang mengalami pemutusan hubungan kerja.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat beberapa pihak subjek penelitian dan bagi peneliti selanjutnya. Berikut ini merupakan manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan akan berguna bagi kepentingan pengembangan Ilmu Psikologi, yaitu dengan memberikan informasi tentang gambaran harga diri dewasa awal yang mengalami pemutusan hubungan kerja dilihat dari jenis kelamin.

2. Manfaat Praktis

Manfaat yang diharapkan secara praktis dari penelitian ini adalah : a. Bagi Subjek Penelitian

(25)

b. Bagi Penelitian Selanjutnya

(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Dewasa Awal

1. Pengertian Usia Dewasa awal

Dewasa atau adult berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti “tumbuh menjadi dewasa” atau juga berasal bentuk lampau partisipel dari kata kerja adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna (Hurlock, 1997). Hal ini dapat dikatakan bahwa orang dewasa adalah orang yang telah usai meninggalkan masa remajanya serta mampu dan siap untuk menerima tanggung jawab dan kedudukan baru didalam suatu masyarakat.

(27)

Masa dewasa awal merupakan masa peralihan dari remaja menuju ke masa dewasa, dimana seseorang akan memulai tugas perkembangannya yang baru sebagai persiapan menjadi manusia yang dewasa seutuhnya. Masa ini dimulai pada umur 20 tahun sampai kira–kira 40 tahun (Hoyer & Roodin, 2003). Sedangkan menurut Papalia, Olds dan Felman (dalam Dariyo, 2003) usia dewasa awal mulai antara 21 tahun sampai 40 tahun. Dewasa awal dapat juga dibedakan menjadi dua, yang pertama adalah dewasa awal masa penyesuaian serta puncak kemampuan fisik dimana seseorang dapat mengembangkan potensi mereka secara maksimal pada usia 20 sampai 30 tahun. Dewasa awal masa penurunan kekuatan dan kesehatan otot atau penurun kemampuan fisik pada usia 30 tahun keatas (Santrock, 2002). Pada masa kedua ini mereka kurang mampu atau kesulitan dalam mencari pekerjaan baru dan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan baru (Santrock, 2002).

2. Ciri-ciri Dewasa Awal

(28)

Berikut ini merupakan karakteristik usia dewasa awal yang dikemukakan oleh Allport (dalam Monks, 1989), yaitu :

a. Adanya usaha pribadi pada salah satu lapangan penting dalam kebudayaan yaitu pekerjaan, politik, agama, kesenian dan ilmu pengetahuan.

b. Mempunyai kemampuan untuk mengadakan kontak yang hangat dalam hubungan-hubungan yang fungsional maupun yang tidak fungsional.

c. Pengamatan, pikiran dan tingkah laku menunjukkan sifat realistis yang jelas.

d. Menemukan suatu bentuk kehidupan yang sesuai dengan gambaran dunia, atau filsafat hidup yang dapat merangkum kehidupan menjadi satu kesatuan.

e. Adanya suatu stabilitas batin yang fundamental dalam dunia perasaan dan dalam hubungan dengan penerimaan diri.

f. Dapat melihat diri sendiri seperti aanya dan juga dapat melihat segi-segi kehidupan yang menyenangkan.

3. Tugas Perkembangan Dewasa Awal

(29)

untuk menguasai tugas perkembangan pada usia ini akan sangat mempengaruhi keberhasilan dalam tugas perkembangan berikutnya, yaitu pada saat usia setengah baya (Santrock, 2002). Seperti tugas perkembangan sebelumnya, maka setiap tahap perkembangan mempunyai hambatan tertentu dalam menjalaninya begitu juga pada masa ini namun karena kekuatan, energi dan ketekunan mereka maka mereka berusaha mengatasinya (Dariyo, 2003).

Menurut Dariyo (2003) ada beberapa faktor yang mempengaruhi orang dewasa awal mampu untuk berhasil dalam menghadapi tugas perkembangannya antara lain :

a. Kekuatan dan Energi

Orang dewasa awal berusaha menyalurkan segala potensi yang dimiliki khususnya agar benar-benar dapat mandiri dari orang tua dan memikirkan ekonomi keluarga yang baru dibangunnya. Oleh karena itu mereka memiliki energi yang luar biasa seakan-akan memiliki kekuatan ekstra ketika mereka asyik bekerja.

b. Ketekunan

(30)

walaupun gaji yang diperoleh pas-pasan, dengan alsan sulitnya mencari pekerjaan baru dan takut dibayangi kegagalan.

c. Motivasi

Motivasi merupakan dorongan yang berasal dari kesadaran untuk meraih keberhasilan dari suatu pekerjaannya. Orang yang memiliki motivasi internal akan bekerja dengan tekun sampai benar-benar tercapai tujuan yang diinginkan, tanpa dipengaruhi lingkungan luar.

Menurut Dariyo (2003) tugas perkembangan sebagai tanggung jawab yang harus dilalui selama usia dewasa awal dibagi menjadi beberapa kategori yaitu :

a. Mencari dan Menemukan Calon Pasangan Hidup

Kaum dewasa awal telah sampai pada kematangan fisiologis oleh karena itu mereka sudah siap melakukan tugas reproduksi. Mereka berusaha mencari pasangan hidup untuk membentuk kehidupan berumah tangga, untuk itu mereka menentukan sendiri kriteria tertentu dalam mencari calon pasangannnya.

b. Membina Kehidupan Rumah Tangga

(31)

harus dapat menyesuaikan diri dan bekerjasama dengan pasangannya. Mereka harus dapat melahirkan, membesarkan, mendidik dan membina anak-anak dalam keluarga.

c. Meniti Karier dalam rangka Memantapkan Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga

Orang usia dewasa awal berupaya menekuni karier yang mampu memberikan jaminan masa depan keuangan yang baik. Dengan penghasilan yang memadai, mereka dapat membangun kehidupan ekonomi keluarga yang mantap, untuk itu, mereka bekerja keras untuk menunjukkan prestasi kerja mereka.

d. Menjadi Warga Negara yang Bertanggung Jawab

Setiap orang ingin menjadi warga negara yang baik karena mereka ingin hidup tenang, damai dan bahagia ditengah masyarakat. Oleh karena itu, orang-orang dewasa ini harus taat dan patuh pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(32)

dan menggunakan kebebasannya sebagai orang dewasa baru yang bertanggung jawab serta memperhatikan nilai-nilai yang ada dalam masyarakatnya.

4. Pengertian Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan sebuah pengkategorian seks secara biologis yang terungkap dari identitas diri sebagai pria atau wanita (Handayani, 2001). Sejak awal kehidupannya, manusia terjadi karena adanya pembuahan ovum oleh sperma. Pembuahan yang terjadi menjadikan manusia yang didalamnya terdapat 46 kromosom atau 23 pasang yang menetukan jenis kelamin individu dan pembawa sifat tertentu (Atkinson & Hilgard, 1996).

Maramis (1990), menjelaskan bahwa jenis kelamin pria dan wanita dapat dibuat pengkategorian yang dapat digunakan untuk mempelajari perbedaan dikotomis berdasarkan berikut, yaitu :

a. Identitas kelamin

(33)

b. Identitas jenis kelamin

Kesadaran akan jenis kelamin yang merupakan hasil dari pengalaman orang lain dan budaya. Selain itu jenis kelamin juga dibentuk oleh ciri –ciri fisik yang berasal dari seks biologisnya dan saling berhubungan dengan suatu sistem rangsang melalui reinforcement dan punishment. Pria biasanya memiliki fisik dan otot yang kuat, mempunyai jakun, kulitnya kasar, bentuk tubuh yang tegap, bersuara berat dan mempunyai alat reproduksi berupa penis, testis dan sperma yang berguna untuk meneruskan keturunan. Sedangkan wanita memiliki ciri tubuh yang lebih lembut, pinggul yang besar, suara yang halus, sensitif dan alat reproduksi berupa vagina, rahim, dan indung telur. Ciri–ciri tersebut pada dasarnya telah diketahui oleh orang secara umum. c. Perilaku peran jenis kelamin

(34)

B. Pemutusan Hubungan Kerja

1. Pengertian kerja

Sebenarnya tidak ada pengertian atau definisi khusus mengenai kerja, karena istilah kerja itu sendiri mempunyai pengertian yang kompleks dan luas. Pandangan umum menyatakan bahwa kerja adalah aktivitas terhadap suatu tugas tertentu yang harus dilaksanakan atau diperintahkan oleh seseorang. Kerja terkadang dapat dikatakan sebagai aktivitas dasar yang dijadikan bagian diri dari individu dalam kehidupan manusia yang dianggap sebagai sesuatu yang mendasar dan memberikan kesenangan, serta memberi arti tersendiri bagi kehidupan orang dewasa (Kartono, 1985).

(35)

untuk memajukan posisi dan status yang tinggi, ini dapat kita sebut sebagai fase konsolidasi.

Menurut Katz dan Kahn (dalam Pareek, 1985), kerja adalah suatu konsepsi luas yang menghubungkan seseorang dengan alat-alat dan dengan orang–orang lain yang melakukan kegiatan serupa dalam mendayagunakan peran keorganisasian. Pendapat tersebut secara implisit mengatakan bahwa seseorang yang bekerja mempunyai hubungan yang erat dengan tujuan-tujuan tertentu yang materiil maupun immateriil, berhadapan dengan organisasi tertentu, dimana seseorang menunjukkan peran dengan melakukan aktivitas tertentu. Tujuan yang didasarkan pada nilai materiil yaitu gaji dengan jumlah tertentu yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan untuk kelangsungan hidup secara fisik. Sedangkan tujuan yang didasarkan pada nilai immateriil yaitu status sosial tertentu dalam masyarakat yang diperoleh dengan bekerja pada suatu organisasi atau perusahaan. Selain itu, seseorang dapat merasakan nyaman dan bahagia karena mendapatkan penghargaan dari orang lain, serta dapat menyalurkan ide atau gagasan dimana seseorang memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan dirinya.

(36)

tujuan lain. Tujuan lain itu yaitu berusaha menempatkan diri pada status sosial tertentu dalam masyarakat. Sebaliknya, seseorang yang bekerja agar dapat mengeluarkan berbagai ide cemerlang namun mendapatkan kompensasi yang tidak sesuai dengan hasil kerjanya maka seseorang akan kembali mengarah pada tujuan untuk mendapatkan gaji yang cukup, entah bagaimana caranya.

Kerja merupakan aktivitas dasar dan dijadikan sebagai bagian yang essential dari kehidupan manusia karena dengan bekerja seseorang mendapatkan status, mengikat aktivitas sosial yang memberikan isi dan makna kehidupan (Anorogo, 1995). Dapat dikatakan bahwa seorang yang bekerja, mampu merasakan bahwa kehidupannya lebih berarti karena mampu melakukan sesuatu yang bernilai, dapat memanfaatkan waktu dengan baik dibandingkan orang yang tidak bekerja.

(37)

tertentu dan ingin dihargai didalam suatu masyarakat, mencari kesempatan atau celah untuk dapat mengembangkan diri dan berprestasi mencari kesenangan, mendapat tantangan, masuk dalam hubungan sosial tertentu dan dengan bekerja dapat menghilangkan kepenatan (Lemme, 1995).

Ranupandojo (1990), mengungkapkan bahwa keinginan yang diharapkan oleh seseorang yang bekerja, yaitu :

a. Gaji yang cukup.

Setiap orang bekerja mengharapkan adanya kompensasi atau imbalan sesuai dengan yang apa dikerjakan. Selain itu, seorang yang bekerja juga berharap gaji yang diterimanya dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Gaji yang cukup dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup.

b. Pekerjaan yang aman secara ekonomis.

(38)

c. Penghargaan terhadap pekerjaan yang dijalankan

Setiap orang ingin dihargai, khususnya saat bekerja. Orang yang dihargai akan merasa puas dan mungkin akan mendorong seseorang untuk lebih giat bekerja. Ini ditunjukkan sebagai feedback dari penghargaan orang lain karena merasa dirinya berharga dimata orang lain.

d. Pekerjaan yang berarti

Ketika seseorang bekerja dalam bidang yang diminat atau merupakan pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya, maka seseorang menganggap bahwa pekerjaannya itu sangat berarti dalam hidupnya. Akibatnya, orang akan bekerja dengan kesungguhan hati dan tidak seenaknya.

e. Kesempatan untuk maju, berdaya promosi dan jenjang karier yang jelas Setiap orang tidak puas hanya dengan hasil dan posisi tertentu dalam organisasi atau dalam perusahaan yang sama atau datar. Hal tersebut dikarenakan dalam diri manusia mempunyai kecenderungan untuk terus mengembangkan diri. Setiap orang selalu menginginkan sesuatu yang lebih.

f. Kondisi kerja yang aman, nyaman dan menarik

(39)

akan mempengaruhi seseorang dalam bekerja. Apabila lingkungan dan orang–orang tersebut membuat seseorang merasa aman, menarik dan merasa aman maka seseorang akan bekerja dengan kesungguhan hati.

g. Pengarahan yang wajar

Setiap orang menginginkan pekerjaan yang seimbangan dengan kemampuan dan pemahaman yang dimiliki oleh masing–masing pekerja. Kemampuan dan pemahaman yang dimiliki berpengaruh terhadap bagaimana seseorang menerima pengarahan atau instruksi yang diberikan oleh pimpinan. Selain itu kondisi atau situasi tertentu dalam diri individu seperti emosi juga dapat mempengaruhi penerimaannya. Jika seseorang dalam keadaan yang sesuai atau wajar, maka seseorang mampu menerima pengarahan atau instruksi secara wajar.

h. Tempat kerja yang dihargai oleh masyarakat

(40)

2. Pria dan Wanita Bekerja

Pria dan wanita memiliki pandangan yang berbeda dalam bidang pekerjaan. (Sutanto, 1984), mengungkapkan bahwa pria menganggap pekerjaan adalah hal yang nomor satu dalam hidupnya karena dalam diri pria terdapat ambisi pribadi untuk meraih suatu status dalam pekerjaannya. Pekerjaan merupakan hal yang paling diinginkan dan paling penting dalam hidupnya sehingga tidak heran apabila pria menghabiskan 50 % hidupnya untuk bekerja (Sanford & Lough, 1988). Sedangkan, bagi wanita bekerja bukanlah suatu hal yang paling penting dalam hidupnya, karena wanita tidak disertai dengan motivasi dan ambisi yang tinggi dalam bekerja.

(41)

Pada umumnya motivasi wanita dalam bekerja karena adanya motivasi ekonomi dan spiritual (Mukmin, 1980) karena wanita hanya memandang pekerjaan sebagai sampingan untuk mengisi kekosongan atau waktu luang dan membantu menambah penghasilan suami sedangkan pria bekerja sebagai tujuan pokok dalam hidupnya sehingga pria mengidentikkan dirinya dengan pekerjaannya. Melalui bekerja pria memperoleh kepuasan dan status tertentu. Pekerjaan bukan merupakan satu–satunya cara untuk meraih jati diri bagi wanita karena wanita lebih cenderung untuk memperhatikan keluarga, yaitu dengan memberikan hal yang terbaik bagi keluarga seperti perhatian, kasih sayang, merawat dan mendidik anak, wanita lebih dapat menunjukkan jati dirinya.

(42)

Pada zaman sekarang ini wanita telah mengalami perkembangan yang pesat dan tidak lepas dari faktor yang berperan. Faktor yang berperan penting dalam mempengaruhi perkembangan wawasan dan peranan wanita. Faktor-faktor tesebut adalah adanya pendidikan dan pengalihan pengetahuan dan keterampilan. Pendidikan yang semakin tinggi dan semakin baik ternyata menjadi modal besar bagi wanita untuk merebut peluang kerja yang tersedia untuk pria. Faktor lainnya adalah perkembangan sosio-kultural dalam masyarakat. Perkembangan tersebut menuntut wanita untuk mampu mengaktualisasikan dirinya dalam karir atau pekerjaan, selain peran mereka sebagai ibu rumah tangga (Hanayanthi, 2003).

3. Pemutusan Hubungan Kerja

(43)

Menurut UU RI No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Bab XII (dalam MAPPI, www.Pemantauperadilan.com.rcs.co.id) menerangkan bahwa pemutusan hubungan kerja tersebut dapat terjadi karena hal sebagai berikut : a. Buruh / Pekerja telah melakukan kesalahan baik tindakan indisipliner

maupun kriminal (pasal 158).

b. Buruh/ Pekerja telah mengajukan pengunduran diri (Pasal 162).

c. Penggabungan, peleburan, dan perubahan status kepemilikan perusahaan apabila Pemilik baru tidak mau menerima buruh/pekerja tersebut (Pasal 163).

d. Perusahaan mengalami kerugian sehingga harus mengurangi tenaga kerja (Pasal 164).

e. Perusahaan mengalami pailit (Pasal 165).

Fokus dari penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah pemutusan hubungan kerja yang terjadi akibat perusahaan mengalami pengurangan, perubahan status, penggabungan, peleburan atau perubahan kepemilikan dan karena perusahaan pailit akibat krisis.

4. Dampak Pemutusan Hubungan Kerja

(44)

bersosialisasi 2 orang (5%), mengambil tabungan 4 orang (10%), meminjam uang 5 orang (12,5%) dan pindah rumah 1 orang (2,5%).

Pemutusan hubungan kerja di sektor industri membawa akibat langsung dan tidak langsung baik bagi dirinya maupun keluarga. Akibat langsungnya adalah kehilangan mata pencaharian dan akibat tidak langsung adalah pengurangan terhadap beberapa jenis kebutuhan keluarga yang berpengaruh pada kesejahteraan keluarga. Berkurangnya penghasilan untuk dapat memenuhi kebutuhan makan yang bergizi dan berkualitas menyebabkan keluarga menjadi serba kekurangan dan mudah terkena penyakit terutama anak-anak. Berkurangnya penghasilan berdampak pada sulitnya mendapat biaya pendidikan yang mengakibatkan anak-anak Droup Out juga, untuk tempat tinggal menjadi lebih buruk dibandingkan sebelumnya. Dari berbagai dampak yang ditimbulkan akan berakibat pada menurunnya tingkat hidup (Andari, 2003).

(45)

Dampak lain dari PHK berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh tim SMERU Indonesia (7 Agustus 1999) yaitu :

a. Banyak istri pekerja yang memiliki hutang relatife besar di warung dengan kemampuan membayar yang kecil sehingga banyak pemilik warung yang memberlakukan pembatasan jumlah peminjaman.

b. Banyak istri pekerja yang sekarang menjadi TKI.

c. Semakin banyak pekerja dan tajamnya persaingan di sektor pertanian dan sektor informal dengan tingkat upah atau penghasilan yang rendah.

d. Terdapat peningkatan penjualan barang-barang seperti TV, radio untuk sekedar menyambung hidup.

e. Penangguhan pembayaran pajak bumi dan bangunan (PBB).

C. Harga Diri

1. Pengertian

(46)

pribadi seseorang yang berasal dari peristiwa atau pengalaman dalam diri pribadi yang diperolehnya.

Robinson dan Shaver (1974) mengatakan bahwa harga diri merupakan suatu perasaan menyukai diri sendiri dan menghargai diri sendiri, berdasarkan berbagai hal yang nyata. Dapat dikatakan bahwa seseorang itu akan menyukai dan menghargai dirinya jika dia mampu menerima diri pribadinya sendiri. Coopersmith (dalam Bachman & O’ Malley, 1977), mengartikan harga diri sebagai suatu hasil evaluasi yang dilakukan seseorang, biasanya dipertahankan dan sebagian berasal dari interaksi individu dengan lingkungan dan dari sejumlah penghargan, penerimaan serta perhatian orang lain yang diterimanya.

Harga diri seseorang berkaitan dengan kehidupan sehari-harinya. Bila orang memiliki penilaian yang baik terhadap dirinya, ia akan tampak bahagia, sehat dan mampu beradaptasi dengan kondisi yang menimbulkan stress. Sebaliknya jika orang memiliki penilaian negatif terhadap dirinya, seringkali tampak cemas, depresi dan pesimis (Brehm dan Kassin, 1989).

(47)

waktu yang cukup lama dalam mengembalikan keberhargaan atau penerimaan dirinya.

Menurut Maslow (dalam Hall & Lindzey, 1997), dalam masyarakat yang tidak memiliki simpton-simpton pathologik, ada kebutuhan atau keinginan untuk stabil serta penilaian yang tinggi terhadap dirinya dan harga dirinya. Kebutuhan ini diklasifikasikan menjadi dua bagian :

a. Kebutuhan akan kekuatan, kemampuan, kompeten, kepercayaan, kemerdekaan dan kebebasan.

b. Kebutuhan akan reputasi/prestise, status, dominasi, perhatian, martabat dan gengsi.

Kepuasan terhadap terpenuhinya kebutuhan harga diri menimbulkan perasaan percaya diri, kuat, stabil, merasa berguna dan diperlukan oleh orang lain (Koeswara, 1991). Sebaliknya, kegagalan untuk memenuhi harga diri menyebabkan perasaan inferior, lemah dan keadaan tidak berdaya. Ini sesuai dengan pendapat Maslow (dalam Goble, 1987) yang mengatakan bahwa seseorang yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri dan lebih mampu menjalani kegiatannya dengan berhasil. Sebaliknya, jika harga diri kurang maka seseorang akan diliputi rasa rendah diri, rasa tidak berdaya dan selanjutnya putus asa.

(48)

sakit kepala, mudah tersinggung, canggung, merasa tidak aman, menarik diri, bahkan mengalami gangguan emosi. Hal ini dapat kita sebut dengan harga diri rendah (Tjahjono, 1998).

Menurut pendapat Schiraldi (dalam Lestari & Koentjoro, 2002), seseorang yang memiliki harga diri yang rendah dapat mengakibatkan seseorang menghindari pekerjaan baru, takut memulai persahabatan, menghindari kontak sosial, cenderung mengisolasikan diri, kurang berani mengemukakan pendapat, bertindak semaunya sendiri, pasif, agresif dan berperilaku yang merusak dirinya sendiri.

Harga diri yang tinggi dapat membangkitkan rasa kepercayaan diri, penghargaan diri, yakin akan kemampuan diri, serta merasa berguna bagi lingkungan dan masyarakat luas. Dengan demikian, orang yang mempunyai harga diri tinggi dapat meningkatkan rasa percaya diri, merasa berharga, serta mampu meningkatkan hal-hal yang menjadi kelebihannya (Tambunan, 2002).

Sedangkan Coopersmith (dalam Bachman & O’ Malley, 1977), menggolongkan harga diri menjadi dua golongan:

a. Harga Diri Tinggi

(49)

tinggi identik dengan harga diri positif. Harga diri positif merupakan harga diri yang paling sehat, apabila seseorang dapat mengenal dan menerima diri sendiri dengan segala keterbatasan. Mereka mudah memandang keterbatasannya sehingga menjadi bagian dan realitas diri

b. Harga diri rendah

(50)

2. Aspek-aspek Harga Diri

Coopersmith (dalam Bachman & O’ Malley, 1977) mengatakan, ada empat kriteria yang membangun kesuksesan individu yang menjadi sumber harga diri :

a. Power yaitu kemampuan untuk mempengaruhi dan mengontrol orang lain serta mengontrol diri sendiri.

b. Significance yaitu keberartian individu menurut orang lain yang nampak dari adanya penerimaan, penghargaan, perhatian dan kasih sayang dari orang lain. Penerimaan dan perhatian biasanya ditunjukkan dengan adanya penerimaan dari lingkungan, ketenaran, dukungan dari keluarga dan masyarakat.

c. Virtue yaitu nilai moral dan nilai etika serta nilai spiritual yang dianut oleh individu. Biasanya mengenai penilaian benar dan salah sehingga mampu bersosialisasi dengan baik.

d. Competence yaitu keyakinan untuk mencapai apa yang dicita-citakannya karena adanya dukungan sehingga mampu menghadapi masalah-masalah yang dihadapinya.

Menurut Clemes dan Bean (dalam Ningsih, 2004) terdapat 4 aspek penting ketika seseorang membicarakan tentang harga diri, yaitu :

a. Ikatan

(51)

pentingnya hubungan itu oleh orang lain maka ikatan atau rasa untuk mengikatkan diri dengan hal tertentu itu akan timbul. Ada beberapa ciri orang yang mempunyai ikatan antara lain mereka harus merasa:

(1) Menjadi bagian dari sesuatu. Artinya individu merasakan bahwa dirinya adalah anggota yang penting dalam sebuah keluarga, lingkungan, kelompok, masyarakat dan dirinya sendiri.

(2) Berhubungan dengan orang lain. Ini berarti bahwa seseorang mempunyai berbagai perasaan, kehangatan dan perhatian kepada orang lain, menjaga tali silahturahmi atau ada komunikasi yang baik dengan orang lain.

(3) Mengidentifikasikan dirinya dengan kelompok tertentu. Melalui pemberian label, sebagian rasa identitas dinyatakan dan hal ini memberikan rasa memiliki hubungan spesifik dan nyata.

(4) Dirinya penting bagi orang lain. Menjadi penting berarti diperhatikan, pendapatnya didengarkan, kebutuhannya dipikirkan, keberadaannya dikehendaki dan dihormati.

(52)

b. Keunikan

Seseorang dapat dikatakan mempunyai keunikan ketika seseorang menyadari dan bisa mengakui potensi-potensinya, menghargai kualitas atau ciri- ciri tertentu dalam diri sendiri maupun orang lain yang menjadikannya berbeda dengan orang lain. Selain itu seseorang juga mau menerima penghargaan atau pengakuan yang diberikan oleh orang lain atas keunikan yang dimilikinya. Berikut ini merupakan ciri dari orang yang merasakan bahwa dirinya unik, yaitu :

(1) Menghargai diri sendiri. Seseorang perlu menghargai prestasinya dan meyakini persepsinya.

(2) Merasa bahwa dia tahu dan mampu malakukan hal-hal yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain. Biasanya orang merasa mempunyai gaya karakteristik pribadi yang khas dalm hidupnya.

(3) Mampu mengekspresikan diri dengan cara tertentu.

(4) Merasa senang bahwa dirinya berbeda, maka untuk dapat mencintai diri sendiri seseorang juga harus merasa disenangi oleh orang lain.

(53)

c. Kemampuan

Ketika seseorang mampu memenuhi kebutuhan di dalam hidupnya maka seseorang juga telah mampu memberi arah yang jelas tentang hidupnya sendiri. Berikut ini merupakann ciri dari orang yang mempunyai power atau kemampuan, antara lain :

(1) Mampu melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan. Keyakinan itu timbul dan menjadi kuat apabila seseorang mengalami keberhasilan

(2) Mempunyai wewenang penuh atas hal-hal yang dianggap penting dalam hidupnya sehingga dia mampu membuat keputusan tentang hal yang penting dalam hidupnya yang akan membangun rasa percaya diri.

(3) Mampu membuat keputusan dan memecahkan masalah, maka seseorang mempunyai rasa mampu dan mandiri.

(4) Mampu mengatasi berbagai tekanan dan stress sehingga bisa menguasai diri sendiri.

(5) Mampu menggunakan potensi-potensi yang dimiliki dan merasa mampu melakukan berbagai hal.

d. Keteladanan

(54)

untuk belajar bagaimana orang lain menghadapi masalahnya, sehingga individu memperoleh pengalaman yang nanti akan berguna ketika individu tersebut menghadapi masalah. Dengan kata lain bahwa rasa keteladanan ini muncul karena dipengaruhi oleh interaksinya bersama orang lain dengan gagasan dan keyakinan serta pengalaman yang dimilikinya oleh individu itu sendiri. Berikut ini merupaka ciri orang yang memiliki rasa keteladanan, yaitu :

(1) Mengenal orang yang memberi teladan yang berharga bagi perilaku yang dilakukan individu tiru sendiri.

(2) Semakin yakin akan kemampuannya membedakan mana yang salah dan mana yang benar.

(3) Memiliki norma-norma dan keyakinan sebagai petunjuk dalam berperilaku.

(4) Memiliki rasa keteraturan, sehingga seseorang dapat mengembangkan kemampuan berorganisasi, dapat membuat rencana apa yang akan dilakukan dan memecahkan masalah yang dihadapi secara efektif.

(55)

3. Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri

Coopersmith (dalam Bachman & O’ Malley, 1977) mengatakan bahwa harga diri sebagai salah satu aspek kepribadian terbentuk dalam interaksi dengan lingkungan sosial, karena itu lingkungan memiliki peran dalam pembentukan dan perkembangan harga diri seseorang. Harga diri tidak dibawa sejak lahir, melainkan dipelajari dan bentuk oleh pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lain. Harga diri muncul pada awal-awal kehidupan dan terus berkembang selama seseorang merasakan perilaku orang lain yang berarti.

Harga diri seseorang tidak dibawa sejak lahir tetapi merupakan faktor yang dipelajari dan terbentuk sepanjang pengalaman hidup individu dalam relasinya dengan dirinya sendiri maupun dengan orang lain. Dibawah ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri menurut (Bachman & O’ Malley, 1977) antara lain :

a. Lingkungan keluarga

(56)

Sebaliknya, penolakan orang tua terhadap anaknya akan membawa dampak negatif terhadap pembentukan harga dirinya. Sikap istri/suami yang menegur dengan kasar atau cuek cenderung mengakibatkan kesulitan dalam mengembangkan harga diri.

b. Lingkungan Sosial

Coopersmith (dalam Bachman & O’ Malley, 1977), mengatakan bahwa harga diri dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Seseorang akan mengevaluasi dirinya melalui respon yang diberikan oleh orang lain. Apabila lingkungan memberi tanggapan yang baik, dimana seseorang merasa diterima, dihargai, diperhatikan dan merasakan kasih sayang maka, hal tersebut akan mendorong terbentuknya harga diri yang tinggi. Sebaliknya, apabila lingkungan menolak dan tidak mempedulikan individu maka hal tersebut akan mendorong terbentuknya harga diri yang rendah. Perilaku teman sejawat juga berpengaruh pada perkembangan harga diri seseorang yang mengalami pemutusan hubungan kerja. Mereka merasa takut diasingkan oleh teman-temannya. Mereka yang merasa diterima oleh teman sejawatnya akan memiliki harga diri yang tinggi, sedangkan yang merasa diasingkan akan memiliki harga diri yang rendah.

c. Kondisi Psikologis

(57)
(58)

d. Jenis Kelamin

kepercayaan diri dan harga diri wanita cenerung lebih rendah dibandingkan dengan pria. Keadaan ini dikarenakan pola asuh orang tua dan harapan masyarakat yang berbeda terhadap pria dan wanita.

D. Perbedaan Harga Diri Pria dan Wanita Dewasa Awal yang mengalami

Pemutusan Hubungan Kerja

Krisis yang terjadi dari tahun 1998 sampai sekarang melemahkan perekonomian di negara kita. Dampak nyata yang terjadi adalah banyak perusahaan yang melakukan penggabungan, menjual perusahaannya sehingga merubah status kepemilikan dan malahan ada yang mengalami pailit. Akibatnya banyak pemutusan hubungan kerja terhadap buruh atau pekerja di perusahan tersebut (SMERU Indonesia, 7 Agustus 1999).

Setiap orang yang kehilangan pekerjaan terutama orang dewasa awal akan mengalami situasi yang tidak mengenakkan karena mereka kehilangan sesuatu yang dianggap berharga bagi mereka. Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa dengan bekerja seseorang mendapatkan gaji, status dalam masyarakat, dapat mengaktualisasikan diri, mengembangkan kemampuan yang dimiliki, dan lain-lain (Ranupandojo, 1990).

(59)

Tujuan materiil menunjukkan kearah kebutuhan jasmani atau terpenuhinya kebutuhan hidup dan untuk kelangsungan hidup keluarga, sedangkan tujuan immateriil lebih menunjuk pada kebutuhan psikologis dan sosial. Kebutuhan psikologis itu biasanya berupa perasaan bahagia atau puas dalam diri seseorang yang bersangkutan karena memperoleh kesempatan untuk mengembangkan kemampuan, prestasi, mengaktualisasikan diri, menuangkan ide dan gagasan. Sedangkan, kebutuhan sosial lebih menunjuk pada status tertentu yang diberikan oleh orang lain ketika seseorang bekerja, penghargaan dan dihormati oleh orang lain.

Ketika seorang dewasa awal mengalami pemutusan hubungan kerja tentu saja harapan dan tujuan yang ingin diperoleh putus sudah. Mereka mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk kelangsungan hidup mereka karena mereka sudah tidak memiliki penghasilan untuk membeli berbagai macam kebutuhan hidup. Mereka tentu saja mulai menghemat berbagai macam komsumsi seperti makan, sandang dan papan (SMERU Indonesia, 7 Agustus 1999). Walaupun mereka berusaha demikian, namun tetap saja mereka kekurangan karena kebutuhan hidup mereka hari demi hari semakin meningkat.

(60)

dihargai dan dihormati. Selain itu mereka kehilangan tempat untuk menyumbangkan ide, gagasan, kesempatan untuk maju dan mengembangkan kemampuan serta kesempatan untuk mengaktualisasikan diri sebab, dengan bekerja disuatu instansi atau perusahaan tertentu mereka mengharapkan gaji yang cukup, dapat memenuhi kehidupan hidup, dihargai atau dihormati oleh orang lain dan kesempatan untuk maju (Ranupandojo 1990).

Akibat masalah-masalah yang terjadi diatas yang disebabkan oleh pemutusan hubungan kerja maka timbul konflik. Konflik yang terjadi karena harapan yang tidak terpenuhi dan berbagai kebutuhan yang saling berbenturan (Davidoff, 1991). Konflik yang terjadi juga mengakibatkan stress. Ketika seseorang dalam keadaan stress seseorang akan melakukan penilaian kognitif yaitu proses mental berupa kemampuan untuk mengatasi sumber stress dan merespon atas peristiwa yang terjadi (Korshin, 1979).

Ketika seorang dewasa sedang mengalami masalah yang terjadi maka mereka akan melakukan penilaian atau evaluasi ini dapat kita sebut dengan harga diri. Penilaian atau evaluasi diri ini bisa positif maupun negatif. Ketika seseorang menghadapi masalah pemutusan hubungan kerja mereka merasa malu, tidak berharga maka dapat dikatakan orang ini adalah orang yang mempunyai harga diri rendah, namun apabila orang tetap optimis dan tetap berusaha berpikir positf maka orang tersebut mempunyai harga diri tinggi.

(61)

lingkungan dan masyarakat luas. Dengan demikian, orang yang mempunyai harga diri tinggi dapat meningkatkan rasa percaya diri, merasa berharga, serta mampu meningkatkan hal-hal yang menjadi kelebihannya (Tambunan, 2002).

Individu yang mempunyai masalah dengan harga diri, dalam penelitian ini adalah saat menghadapi pemutusan hubungan kerja, pada umumnya gagal mengembangkan potensi diri secara penuh. Individu tersebut cenderung menjadi pendiam dan menunjukkan gejala-gejala kecemasan yaitu gugup, sakit kepala, mudah tersinggung, canggung, merasa tidak aman, menarik diri, bahkan mengalami gangguan emosi. Hal ini dapat kita sebut dengan harga diri rendah (Tjahjono, 1998).

Menurut pendapat Schiraldi (dalam Lestari & Koentjoro, 2002), seseorang yang memiliki harga diri yang rendah dapat mengakibatkan seseorang menghindari pekerjaan baru, takut memulai persahabatan, menghindari kontak sosial, cenderung mengisolasikan diri, kurang berani mengemukakan pendapat, bertindak semaunya sendiri, pasif, agresif dan berperilaku yang merusak dirinya sendiri.

(62)

merasa berharga dan tetap dibutuhkan oleh orang lain. Hal ini dapat kita sebut dengan harga diri tinggi. Sebaliknya apabila orang yang mengalami pemutusan hubungan kerja namun tidak memperoleh dukungan dari orang-orang disekitarnya maka orang-orang tersebut akan merasa tidak berharga dan tidak dibutuhkan. Hal ini dapat kita sebut dengan harga diri rendah.

(63)

Sebagian besar wanita yang kehilangan suatu pekerjaan bukanlah suatu masalah besar dalam diri mereka, terutama bagi wanita yang selama ini mempunyai peran ganda yaitu wanita bekerja dan ibu rumah tangga karena wanita dapat langsung melakukan pengalihan perhatian pada persoalan rumah tangga yang selama ini tidak dapat dilakukan secara maksimal karena sibuk bekerja (dikutip dari Wedyaningtyas, 2003). Akibat pemutusan hubungan kerja akan lebih dirasakan pria dari pada wanita karena, wanita masih mempunyai sarana untuk mengaktualisasikan dirinya walaupun dia sudah tidak bekerja.

Harga diri pria terletak pada pekerjaannya (Shaevitz, 1989) oleh karena itu, pria akan merasa hancur dan tidak berharga bila gagal dalam pekerjaannya atau mengalami kemunduran dalam hal keuangan. Perasaan berharga lebih terkait pada keadaan pekerjaanya sehingga dapat dikatakan apabila pekerjaan itu mampu memberikan harga diri bagi pria.Wanita yang kehilangan pekerjaan tidak merasa kehilangan penghargaan sehingga tidak membawa perubahan yang radikal dalam perkembangan harga dirinya. Ini disebabkan wanita suka membawa masalah keluarga dalam pekerjaannya sehingga tidak kesulitan untuk menyesuaikan diri atau menerima tanggung jawabnya sebagai seorang wanita dalam keluarga.

(64)

keluarganya. Seperti yang dikemukakan oleh Crittenden (2002), pria dilahirkan dan disiapkan sebagai kepala rumah tangga, pencari nafkah dan pelindung keluarga.

Pria mempunyai kekuasaan untuk lebih berperan menjalankan pekerjaannya dan patut mendapat gaji, memimpin keluarga dan pemerintahan (Mappiare, 1983). Ini merupakan nilai–nilai tradisional yang dianut oleh masyarakat dan tidak mudah untuk diabaikan. Walaupun terkadang nilai tersebut sudah ada pergeseran namun tetap saja tidak dapat dihilangkan karena sudah mendarah daging dalam budaya. Perubahan dan pergeseran nilai menimbulkan masalah baru yang berhubungan dengan harga diri terutama untuk kaum pria. Seharusnya hanya pria yang lebih berperan menjalankan pekerjaannya dan patut mendapat gaji, memimpin keluarga dan pemerintahan, apabila hal itu bergeser maka pria akan merasa harga dirinya terluka.

Sering kali perbedaan jenis kelamin dapat mempengaruhi harga diri. Pria yang mengalami kegagalan seperti pemutusan hubungan kerja itu, maka hal itu terjadi karena faktor ketidakberuntungan, sedangkan wanita hal itu terjadi karena mereka memang kurang mampu dalam bekerja. Sumber harga diri pria dan wanita berbeda. Harga diri pria lebih berasal dari keberhasilan suatu pencapaian tugas sedangkan wanita lebih berasal dari penghargaan sosial (Buss, 1995).

(65)

evaluasi negatif. Dalam hal ini harga diri yang dimaksud adalah bagaimana seseorang yang mengalami pemutusan hubungan kerja mengevaluasi dirinya sendiri berhadapan dengan kemampuan, keberhasilan, keberhargaan serta penerimaan individu yang berasal dari interaksi individu dengan orang lain. Penilaian ini memiliki peranan penting dalam tingkah laku sosial seseorang.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang perbedaan harga diri antara pria dan wanita dewasa awal yang mengalami pemutusan hubungan kerja. Tentu saja pria dengan wanita berbeda, namun apakah ketika menghadapi masalah pemutusan hubungan kerja antara wanita dan pria dewasa awal mempunyai penilaian diri atau evaluasi diri yang berbeda ataukah tidak. Apakah ada perbedaan harga diri antara pria dengan wanita dewasa awal yang mengalami pemutusan hubungan kerja.Hal ini yang ingin diungkapkan penulis dalam penelitian.

E. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

(66)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel

1. Variabel Bebas : Jenis kelamin yaitu wanita dan laki-laki 2. Variabel Tergantung : Harga diri

B. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penegasan arti dari konstrak atau variabel yang digunakan dengan cara tertentu untuk mengukurnya (Kerlinger, 1998). Definisi operasional dibuat untuk menghindari salah pengertian dan penafsiran yang berbeda. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah :

1. Jenis Kelamin a. Wanita

Secara biologis umumnya wanita memiliki tubuh yang lebih kecil, suara lebih halus, mengalami siklus menstruasi dan melahirkan. Dalam penelitian ini, jenis kelamin subjek wanita dapat diketahui melalui identitas yang dicantumkan pada skala.

b. Pria

(67)

ini, jenis kelamin subjek pria juga dapat diketahui melalui identitas yang dicantumkan pada skala.

2. Harga Diri

Harga diri adalah evaluasi yang dibuat oleh diri seseorang yang berkaitan dengan dirinya (penilaian personal) baik secara positif maupun negatif. Penilaian tersebut adalah bagaimana kita memandang dan menilai diri kita dan biasanya terekpresi dalam sikap terhadap diri kita sendiri.

Dalam penelitian ini digunakan skala harga diri. Butir-butir pernyataan dalam skala ini menyangkut aspek yang penting dalam harga diri yaitu, :

(1) Ikatan (2) Keunikan (3) Kemampuan (4) Keteladanan

Semakin tinggi skor total yang diperoleh subjek pada skala harga diri maka makin tinggi harga dirinya. Semakin rendah skor total yang diperoleh maka semakin rendah harga dirinya.

C. Subjek Penelitian dan Sampling

(68)

subjek yang dipilih adalah karyawan yang di PHK akibat perusahaan mengalami pailit, penggabungan sehingga harus mengurangi pekerja dan perubahan status kepemilikan perusahaan yang tidak mau menerima pekerja/buruh.

Pada penelitian ini metode yang akan digunakan dalam pengambilan sampel adalah dengan teknik Accidental Sampling, atau sering juga disebut Incidental Sampling. Dalam teknik sampling ini, yang akan dijadikan sampel adalah mereka yang kebetulan ditemukan, mudah ditemui atau dijangkau (Soehartono, 1998). Hal ini dilakukan untuk menghemat waktu dan tenaga karena, penelitian ini adalah kasus yang sensitif.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala. Skala ini digunakan untuk mengukur variabel yang hendak diteliti. Skala yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model likert yaitu merupakan metode penskalan pernyataan yang menggunakan distribusi respon sebagai dasar penentuan nilai skalanya (Azwar, 1999).

Berikut aspek-aspek harga diri yang akan digunakan dalam penelitian (Clemes & Bean, 2001), yaitu :

1. Ikatan

(69)

tertentu, merasa dirinya penting bagi orang lain, memiliki hubungan dengan dirinya sendiri.

2. Keunikan

Aspek unik ini biasanya dimiliki seseorang yang mampu menghargai dirinya sendiri, mengetahui dan mampu melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan orang lain, mampu mengekspresikan diri dengan caranya sendiri, mengerti bahwa dirinya berbeda dari orang lain dan memahami bahwa ada sesuatu yang istimewa dalam dirinya.

3. Kemampuan

Seseorang dapat dikatakan mempunyai kemampuan jika orang tersebut mampu melakukan apa yang seharusnya dapat dilakukan, mempunyai wewenang atas hal-hal yang penting dalam hidupnya, mampu membuat keputusan dan memecahkan masalah, mampu mengatasi stress, sehingga mampu menguasai diri serta mampu menggunakan keahlian-keahlian yang dimiliki.

4. Keteladanan

(70)

membedakan mana hal yang salah dan mana yang benar, memiliki norma-norma dan keyakinan sebagai petunjuk fungsional bagi perilakunya, memiliki keteraturan dalam hidup dan mengetahui standar yang dipakai untuk menilai prestasinya.

Skala ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah bagian identitas dan petunjuk pengisian, kemudian bagian yang kedua adalah bagian pertanyaan dan alternatif jawaban. Pada bagian alternatif jawaban, respon yang diberikan oleh subjek untuk skala harga diri ini taraf atau ketidaksetujuan dalam variasi : "Sangat Sesuai"(SS), "Sesuai"(S), "Tidak Sesuai"(TS), dan "Sangat Tidak Sesuai"(STS).

Berdasarkan isiannya maka, pernyataan itu ada yang searah dan ada yang tidak searah dengan teori yang mendasari hal yang dipersoalkan. Menurut Suryabrata (2000), pernyataan yang mendukung disebut pernyataan favorabel dan pernyataan yang tidak mendukung disebut peryantaan unfavorabel.

Skor untuk tiap item penyataan yang disusun dalam penelitian ini adalah :

(71)

2. Untuk pernyataan unfavorabel yang terdiri dari pernyataan "Sangat Sesuai" (SS) diberi skor 1, "Sesuai" (S) diberi skor 2, "Tidak Sesuai" (TS) diberi skor 3, dan "Sangat Tidak Sesuai" (STS) diberi skor 4.

E. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas Alat Ukur

Validitas disebut juga dengan kesahihan alat tes. Kesahihan sendiri merupakan batasan sebagai tingkat kemampuan suatu instrumen untuk mengungkapkan sesuatu yang menjadi sasaran pokok pengukuran (Hadi, 1995). Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu sudah sesuai dengan kata lain instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur (Sugiyono, 1999).

(72)

2. Seleksi Item

Pertama kali yang dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui kesahihan alat tes adalah membuat spesifikasi jumlah item berdasarkan definisi operasional dari harga diri. Kemudian membuat blue print. Skala harga diri yang telah dibuat kemudian dikonsultasikan kepada dosen pembimbing sebagai orang yang yang dianggap ahli. Setelah item disetujui maka dilanjutkan dengan uji coba alat tes. Berikut ini adalah blue print skala harga diri yang akan dibuat :

Tabel 1

Spesifikasi Jumlah Item setiap aspek dalam Skala Harga Diri sebelum Uji coba.

Nomor Item Aspek Harga Diri

Favorabel Unfavorabel Jumlah

Ikatan 8 8 16

Blue Print Harga Diri sebelum Uji coba

Nomor Item Aspek Harga

Diri Favorabel Unfavorabel Jumlah

(73)
(74)

Uji coba atau Try Out dilaksanakan pada tanggal 9 Januari 2007 sampai dengan tanggal 20 Januari 2007. Skala diberikan pada tanggal 9 Januari kepada sejumlah karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja akibat adanya pengurangan, perusahaannya pailit dan perubahan status kepemilikan yang tidak mau menerima pekerja atau buruh tersebut. Penelitian ini dilakukan di daerah sekitar Sleman yang telah di PHK di perusahaan antara lain PT. GE Lighting Indonesia, PT. GKBI, PT. Panca Harta Persada, Tyfountex, PT. Tonggak Ampuh, PT. Kali Raya Megah, PT Elok Modern Kosmetik, HPI Modern, PT. Jimitex dan PT. Pertamil.

Jumlah skala disebar sebanyak 98 eksemplar. Peneliti menyebar skala di sejumlah desa di Kabupaten Sleman antara lain Gatak Donokerto Turi, Sanggrahan Caturharjo Sleman, Mangunan Caturharjo Sleman, Ngangkruk Caturharjo Sleman, Mrisen Caturharjo, Karanglo Tlogoadi Mlati, Beran Tridadi Sleman, Tegal Mraen Sendangadi Mlati, Plumbon Mororejo Tempel, Duren Sawit Mororejo Tempel dan Peturen Margoagung Seyegan. Peneliti menyebar skala dengan cara incidental sampling, yaitu dengan cara mendatangi subjek ke rumah mereka masing-masing setelah memperoleh informasi adanya orang yang mengalami pemutusan hubungan kerja.

(75)

dan taraf signifikansi 0,05 yaitu r= 0,207. Item yang lolos seleksi berjumlah 52 item, sedangkan item yang gugur sebanyak 12 item. Dari 64 item yang gugur sebanyak 12 item, yaitu no : 5, 10, 13, 14, 20, 22, 36, 39, 46, 57, 58 dan 59. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3

Distribusi Item Skala Harga Diri Setelah Uji coba

Nomor Item

(76)

dan 59. Berikut ini tabel item yang akan digunakan untuk penelitian yang sebenarnya adalah :

Tabel 4

Skala Harga Diri untuk Penelitian Sebenarnya

Nomor Item Aspek Harga

Diri Favorabel Unfavorabel

Jumlah

Ikatan 1, 9, 25, 33, 41, 49 21, 29, 37, 45, 53, 61 12 Keunikan 4, 12, 28, 36, 44, 52 6, 14, 30, 38, 54, 62 12 Kemampuan 11, 19, 35, 43, 51 7, 15, 23, 31, 47, 55, 63 12 Keteladanan 2, 18, 26, 34, 42, 60 8, 24, 32, 40, 56, 64 12

Jumlah 23 25 48

3. Reliabilitas

Realiabilitas menunjuk pada keandalan suatu instrumen penelitian. Untuk itu instrumen penelitian harus mempunyai kemantapan, keajegan, atau stabilitas hasil pengamatan dengan pengukuran (Hadi, 1995). Reliabilitas dalam penelitian ini akan diketahui apabila hasil pengukuran terhadap kelompok subjek yang memiliki kepentingan yang sama, diperoleh hasil yang relatif sama. Tingginya tingkat reliabilitas juga harus memperlihatkan nilai koefisien reliabilitas yang mendekati 1 (satu). Pengukuran reliabilitas ini menggunakan perhitungan reliabilitas koefisien AlphaCronbach.

F. Analisis Data

(77)

bilangan-bilangan, maka pengolahan data menggunakan metode perhitungan statistik. Perhitungan dilakukan dengan bantuan program SPSS for MS Windows 12.0 Release.

1. Uji Asumsi

Untuk memperoleh kesimpulan yang tidak menyimpang dari tujuan penelitian maka terlebih dahulu melakukan uji asumsi. Uji asumsi tersebut dilakukan sebagai syarat untuk melakukan uji analisis komparatif. Uji asumsi tersebut terdiri dari dua hal, yaitu :

a. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui, apakah setiap variabel yang akan dianalisis tersebut berdistribusi normal ataukah tidak (Sudarmanta, 2005). Jika p>0,05 maka sebaran skor dinyatakan normal. Sebaliknya jika p<0,05 maka sebaran skor dinyatakan tidak normal.Uji normalitas dilakukan menggunakan One-sample Kolmogorov-Smirnov dalam program SPSS for MS Windows 12.0 Release.

b. Uji Homogenitas

(78)

(p>0,05) maka sample penelitian mempunyai varians yang sama. Sebaliknya apabila Sebaliknya jika p<0,05 maka sample penelitian tersebut mempunyai varians yang tidak sama. Uji homogenitas dalam penelitian ini menggunakan Leven's Test of Equity of Error Variances dalamprogram SPSS versi 12.0 for Windows.

2. Uji Hipotesis

(79)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 Januari 2007 sampai dengan tanggal 13 Februari 2007. Untuk pelaksanaan ujicoba skala dilakukan pada tanggal 9 Januari 2007 dengan jumlah subjek sebanyak 52 wanita dan 46 pria dewasa awal yang mengalami pemutusan hubungan kerja baik dari tingkat buruh, supervisor, pengawas, manager sampai dengan kepala bagian. Dari 98 eksemplar yang disebar, 95 eksemplar yang kembali. Dari 95 eksemplar yang terkumpul hanya 90 saja yang memenuhi syarat untuk dapat dianalisa. Dari 5 eksemplar yang gugur, ada 1 subjek yang usianya lebih dari 40 tahun dan 4 eksemplar gugur karena tidak diisi secara lengkap.

(80)

menghilangkan beberapa item yang memiliki korelasi terkecil dalam aspek ikatan, keteladanan dan kekuatan yaitu item no. 3, 16, 17, 27, 48 dan 50 serta menggunakan lagi beberapa item yang tidak terpakai yaitu item no. 36 dan 14. Setelah diteliti kembali maka tersusunlah skala harga diri sebenarnya yang nantinya akan digunakan pada penelitian yaitu berjumlah 48 item.

B. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data untuk penelitan ini dilaksanakan pada tanggal 1 Februari 2007, dengan subjek sebanyak 54 wanita dan 43 pria dewasa awal yang mengalami pemutusan hubungan kerja baik dari tingkat buruh, supervisor, pengawas, sampai dengan kepala bagian. Penelitian ini dilakukan di daerah sekitar Sleman yang telah di PHK di perusahaan antara lain PT. Panca Harta Persada, PT. GKBI dan PT. Primasari.

Gambar

Tabel 1 Spesifikasi Jumlah Item setiap aspek dalam Skala Harga Diri
Tabel  3 Distribusi Item Skala Harga Diri Setelah Uji coba
Tabel 4 Skala Harga Diri untuk Penelitian Sebenarnya
Tabel 12
+3

Referensi

Dokumen terkait

Serapan zat warna pada panjang gelombang sinar tampak yaitu 400 nm -800 nm (Supratman, 2010), sehingga sebagian zat warna yang tidak nampak pada pada daerah panjang

Mediator yang memfasilitasi penyelesaian sengketa harus memenuhi persyaratan antara lain mempunyai kemampuan di bidang finansial perbankan dan hukum, tidak mempunyai hubungan

Tiada usaha yang meluas diambil oleh Kerajaan Malaysia untuk mengenal pasti mangsa perdagangan manusia di kalangan kumpulan pendatang yang mudah terdedah pada bahaya seperti

Penambahan kitosan pada pelapisan logam SS 316 dengan hidroksiapatit selain dapat meningkatkan ketahanan mekanik lapisan hidroksiapatit yang menempel pada logam,

Menurut Gupta and Jha (2006), astaxanthin merupakan pigmen alami yang dikenal sebagai karotenoid yang memiliki warna merah yang secara alami terdapat pada tanaman dan

5. Fungsi personel sebagai fungsi organik militer merupakan bagian penting dalam sistem pembinaan secara keseluruhan. Manusai sebagai subjek dan objek pembinaan mempunyai

seperti yang dilakukan Astrand (2003), tinggi badan (Chatterjee et al, 2006), berat badan (Akalan et al, 2008), usia (Magrani et al, 2009) dan mengevaluasi persamaan HR Max

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara