• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT GURU DALAM MELAKUKAN PEMBELAJARAN EKONOMI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT GURU DALAM MELAKUKAN PEMBELAJARAN EKONOMI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT GURU DALAM

MELAKUKAN PEMBELAJARAN EKONOMI DENGAN

PENDEKATAN KONTEKSTUAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh :

Yohanes Anang Gathot Pribadi NIM : 031324016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT GURU DALAM

MELAKUKAN PEMBELAJARAN EKONOMI DENGAN

PENDEKATAN KONTEKSTUAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh :

Yohanes Anang Gathot Pribadi NIM : 031324016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

H asil karya ini aku persembahkan untuk:

Dia yang memberikan aku kasih dari segala kasih...

”TUHAN YESUS KRISTUS”

Dia yang memberikan aku sayang dari segala kasih sayang...

”BAPAK dan IBU ku”

Dia yang memberikan aku keramaian...

”ADIK - ADIK ku”

Mereka yang memberikan aku kegembiraan...

”TEMAN - TEMAN ku”

The last but not least...,

Untukmu Merah Putih...

(6)

v

Motto:

Ad Majorem Dei

Gloriam

U ntuk Keagungan Allah Yang L ebih Besar… ,

Dum Spiro, Spero

Selama kita masih bernafas, kita tetap berharap...,

Bhinneka Tunggal Ika

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Juni 2008 Penulis

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Y. Anang Gathot Pribadi

Nomor Mahasiswa : 031324016

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul ”FAKTOR-FAKTOR YANG MENGHAMBAT GURU DALAM MELAKUKAN PEMBELAJARAN EKONOMI DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL”

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 2 September 2008

Yang Menyatakan

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang Menghambat Guru Dalam Melakukan Pembelajaran Ekonomi Dengan Pendekatan Kontekstual”.

Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidaklah mungkin terlepas dari bantuan, kerjasama, dukungan, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pandidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kepala Program Studi Pendidikan Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Catur Rismiati, S.Pd, M.A., selaku Dosen Pembimbing I yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Y. M. Vianey Mudayen, S.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah berkenan meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini.

(10)

ix

6. Seluruh staf pengajar Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah memberikan tambahan pengetahuan selama penulis menempuh studi di Program Studi Pendidikan Ekonomi.

7. Seluruh staf administrasi Program Studi Pendidikan Ekonomi yang telah membantu kelancaran proses belajar selama ini.

8. Bapak Kepala Sekolah SMAN 1, 2, 8, dan 11 Yogyakarta, SMA Santa Maria, SMA Stella Duce 1 dan 2, SMA Bhineka Tunggal Ika, SMA Budya Wacana, SMA BOPKRI 1, 2, dan 3, SMA Sang Timur, SMA Taman Madya Jetis, SMA Taman Madya IP, SMA Institut Indonesia 1, SMA Marsudi Luhur, SMA ’17’1, SMA Santo Thomas, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Bapak dan Ibuku, yang selalu memberikan dukungan, perhatian, dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

10. Adik-adikku Adit dan Isna, yang selalu memberikan dukungan, perhatian, dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. ”Sekolah yang bener ya ...!!”

11. Pakdhe dan Budhe Trisni ..., yang telah memberikan dukungan dan doanya serta membiayai semua biaya kuliah maupun skripsi penulis selama ini. Terima kasih banyak pakdhe dan budhe...

(11)

x

13. Seseorang yang masih aku sayang ’Henny’..., makasih banyak atas semuanya...

14. Mas Bondan ..., yang telah memberikan dukungan, doa, dan bantuan dananya dari jauh. ”Mas..., Akhirnya adikmu lulus juga nih..he2.”

15. Romo Hiro ..., yang sudah banyak membantu dan memberkati saya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi dan akhirnya.... lulus...!!

16. Teman - teman bimbingan Romo Fredi, Rino, Ike, Evi ..., makasih banyak atas dukungan dan kebersamaan kita untuk bertukar pikiran satu sama lain...

”Sukses buat kita semua... Chayoo !!”

17. Teman - teman nongkrong-ku Ika, Aji, Pius, Dika, ..., makasih banyak atas kebersamaan yang telah kita alami. ”Don`t forget, Jumat adalah hari kongkow kita di angkringan tugu Pak Man he2 ...,” Sukses untuk kita berlima Ok ...!! 18. Temanku Gawer dan Sigit Orc ..., yang terus mengingatkan penulis untuk

segera menyelesaikan skripsinya. ” Tunggu aku teman, semoga aku bisa cepet menyusul kalian kerja dan hidup sukses di Jakarta...Amin.”

19. Teman – teman D’Joyo Community Pak Tua, Jenkq, Angga, Gabug, Itok, Tukul, Jampez, Mbah Karto, Topenk, Galih ..., makasih banyak atas kebersamaan dan kekonyolan yang telah kita alami bersama he2.

20. Teman - teman Futsal Sontol, Vigor, Eki, Itok, Arek, Ian, Yacko, Joshua ...,

(12)

xi

21. Teman - teman kost nologaten Bolot, Panji, Simbah, Bambang ..., makasih banyak atas kebersamaan dan rasa senasib sepenanggungan ketika kita dilanda krisis moneter ha..ha..ha...

22. Teman - teman Pendidikan Ekonomi `03 ..., makasih banyak atas hari-hari penuh warna yang pernah kita lalui bersama. Kegembiraan dan kesedihan yang pernah kita rasakan sama-sama saat duduk di bangku kuliah adalah kenangan manis yang tidak terlupakan. Semoga dengan berjalannya waktu, kenangan itu dapat menjadi pelajaran terindah dalam hidup kita.

23. Kamarku ..., yang selama ini telah menjadi tempat yang nyaman bagi penulis untuk tidur, ngerjain tugas, ngelamun, merenung, dll deh.

24. Semua pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas kerjasama, bantuan, semangat, dan doanya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga masih perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis senantiasa terbuka untuk menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

(13)

xii ABSTRAK

FAKTOR – FAKTOR YANG MENGHAMBAT GURU DALAM MELAKUKAN PEMBELAJARAN EKONOMI DENGAN

PENDEKATAN KONTEKSTUAL Yohanes Anang Gathot Pribadi

Universitas Sanata Dharma 2008

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan : 1) faktor-faktor yang menghambat guru dalam melakukan pembelajaran ekonomi dengan pendekatan kontekstual; 2) upaya- upaya yang telah dilakukan guru untuk mengatasi hambatan tersebut; 3) rekomendasi untuk keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif yang dilaksanakan di beberapa SMA di Kota Madya Yogyakarta. Subjek penelitian ini adalah guru-guru bidang studi Ekonomi di 4 SMA Negeri dan 15 SMA Swasta di kota Yogyakarta. Sedangkan objek penelitian ini adalah faktor- faktor yang menghambat guru dalam melakukan pembelajaran Ekonomi dengan pendekatan kontekstual.

Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru Bidang Stud i Ekonomi di 49 SMA di Kota Madya Yogyakarta. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah proportional random sampling dimana peneliti mengambil 40% dari keseluruhan populasi sehingga sampel yang digunakan berjumlah 20 SMA. Oleh karena 1 sekolah tidak bersedia untuk menjadi responden penelitian, maka jumlah sampel adalah 19 SMA yang terdiri dari 4 SMA Negeri dan 15 SMA Swasta. Dengan teknik penarikan sampel tersebut, diperoleh 40 responden.

(14)

xiii ABSTRACT

INHIBITING FACTORS FACED By TEACHERS IN CONDUCTING ECONOMIC TEACHING LEARNING PROCESS USING

CONTEXTUAL APPROACH Yohanes Anang Gathot Pribadi

Universitas Sanata Dharma 2008

This research was intended to describe : 1) factors that inhibit teachers in conducting economic teaching learning process using contextual approach ; 2) efforts that had been made by teachers to deal with inhabitation ; 3) recommendation to improve the quality of the teaching learning process using contextual approach.

This descriptif research was conducted at 4 public and 15 private senior high schools in Kotamadya Yogyakarta. The research subject was economic teachers at the above schools, meanwhile the object of the research was factors which inhibited teachers in conducting economic teaching learning process using contextual approach.

Population in this research was econo mic teachers at 49 senior high schools in Kotamadya Yogyakarta. The technique of sample taken used was proportional random sampling in which the researcher took 40 % from the population as the research samples. Due to one school did not available, the samp les would be 19 schools consisted of 40 respondents.

(15)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

MOTTO...v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...vi

KATA PENGANTAR...vii

ABSTRAK...xi

ABSTRACT...xii

DAFTAR ISI...xiii

DAFTAR TABEL...xvi

DAFTAR GAMBAR...xvii

DAFTAR LAMPIRAN...xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...6

C. Tujuan Penelitian ...6

D. Manfaat Penelitian ...7

(16)

xv

B. Pengertian Belajar, Mengajar, dan Pembelajaran...9

1. Pengertian Belajar...9

2. Pengertian Mengajar ...10

3. Pengertian Pembelajaran...11

C. Pembelajaran Ekonomi ...13

1. Pengertian Pembelajaran Ekonomi ...13

2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Ekonomi ...14

D. Peranan Guru Dalam Proses Belajar-Mengajar ...15

E. Pendekatan Kontekstual...17

1. Latar Belakang Pendekatan Kontekstual ...17

2. Tujuh Pilar Pembelajaran Kontekstual ...21

3. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Kontekstual...25

4. Kaitan 7 Pilar dengan Karakteristik Pembelajaran Kontekstual...30

5. Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas...33

6. Penyusunan Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual...34

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian...36

B. Tempat dan Waktu Penelitian...36

C. Subjek dan Objek Penelitian...37

D. Populasi dan Sampel Penelitian...37

E. Sumber Data Penelitian...38

F. Teknik Pengumpulan Data...39

(17)

xvi

H. Teknik Analisis Data...46

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Analisis Data ...48

1. Deskripsi Data...48

2. Analisis Data Kuesioner...49

B. Pembahasan ...64

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan ...80

B. Saran...82

C. Keterbatasan Penelitian...84

(18)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel III.1. Kisi-kisi Kuesioner ...39

Tabel III.2. Skor Item Kuesioner ...40

Tabel III.3. Hasil Uji Validitas...42

Tabel III.4. Hasil Uji Reabilitas ...45

Tabel III.5. Skala Penilaian Acuan Patokan...46

Tabel IV.1. Keseluruhan Subjek Penelitian ...48

Tabel IV.2. Hambatan dalam Melaksanakan Pembelajaran Kreatif ...50

Tabel IV.3. Hambatan dalam Melaksanakan Kegiatan Kritis...51

Tabel IV.4. Hambatan dalam Melaksanakan Kegiatan Kerjasama...52

Tabel IV.5. Hambatan dalam Melaksanakan Kegiatan Pemodelan...53

Tabel IV.6. Hambatan dalam Melaksanakan Kegiatan Refleksi...54

Tabel IV.7. Hambatan dalam Melaksanakan Kegiatan Penilaian Otentik ...55

Tabel IV.8. Deskripsi Keseluruhan Skor Item Kuesioner...56

Tabel IV.9. Solusi untuk Hambatan Pembelajaran Kreatif ...60

Tabel IV.10. Solusi untuk Hambatan Kegiatan Kritis ...61

Tabel IV.11. Solusi untuk Hambatan Kegiatan Kerjasama ...61

Tabel IV.12. Solusi untuk Hambatan Kegiatan Pemodelan...62

Tabel IV.13. Solusi untuk Hambatan Refleksi...62

(19)

xviii

DAFTAR GAMBAR

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN...86

KUESIONER...87

DATA KUESIONER...92

SURAT IJIN PENELITIAN...99

(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan yang penting dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia (Nurhadi, 2004:1). Dengan kata lain tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Peningkatan kualitas pendidikan sudah pasti menjadi tujuan dan tanggung jawab kita bersama. Berbagai upaya telah dilakukan untuk membenahi kualitas pendidikan. Salah satu upaya yang dapat ditempuh yakni dengan penyempurnaan kurikulum.

(22)

Kompetensi ini, diyakini dapat membekali peserta didik dengan berbagai kemampuan yang sesuai dengan tuntutan jaman.

Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi, terdapat beberapa konsep / model pembelajaran yang dapat digunakan. Salah satunya yakni model pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Nurhadi, 2004:103). Selama ini siswa hanya mampu menghafal pengetahuan yang mereka dapat dari guru. Namun pada kenyataannya mereka seringkali tidak memahami secara mendalam makna dari pengetahuan tersebut. Dan lebih parahnya lagi, siswa tersebut tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana penerapan dari pengetahuan tersebut.

(23)

Dengan model pembelajaran kontekstual, hasil pembelajaran diharapkan akan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Dalam konteks tersebut, siswa menjadi paham akan makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Peserta didik menjadi sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti.

(24)

Ada tiga tantangan besar yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan KBK, yaitu; tantangan bidang pengelolaan kurikulum, bidang pelaksanaan pembelajaran, bidang penilaian (http://www.ekofeum.or.id). Pada bidang pembelajaran, guru diharapkan dapat menentukan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat menarik minat siswa terhadap pelajaran. Model pembelajaran ekonomi diharapkan mampu memberikan makna pelajaran ekonomi kepada siswa. Siswa tidak hanya dapat pengetahuan ekonomi, namun juga mampu memberikan kesan yang mendalam pada siswa, sehingga dapat mendorong siswa untuk mengimplementasikan konsep nilai- nilai ekonomi dalam kehidupan sehari-hari.

(25)

Perencanaan pembelajaran tematik itu menyenangkan dan menantang kreatifitas saya namun sering kali memakan waktu lebih lama. Tidak jarang saya merasa kesulitan untuk menemukan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan yang saya butuhkan, tetapi saya telah belajar untuk melibatkan peserta didik dalam merancang pembelajaran. Mereka membawa bahan-bahannya dari rumah kemudian mengembangkannya bersama-sama di kelas, seperti membuat topeng untuk bermain, alat demonstrasi untuk berbagai kegiatan, permainan, dan puisi (http://www.idpeurope.org).

Hambatan-hambatan yang muncul dalam proses belajar mengajar tersebut bukan suatu hal yang dapat menggagalkan tercapainya tujuan pembelajaran ekonomi di sekolah, namun justru merupakan suatu tantangan yang harus dihadapi oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proses belajar mengajar di sekolah terutama guru ekonomi. Oleh sebab itu, sejak awal perlu dicari solusi yang efektif untuk mengatasi hambatan- hambatan guru dalam melakukan pembelajaran ekonomi dengan pendekatan kontekstual di sekolah. Untuk itu, sangat perlu dilakukan sebuah penelitian berkaitan dengan faktor- faktor yang menghambat guru dalam melakukan pembelajaran ekonomi dengan pendekatan kontekstual di sekolah.

(26)

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka dapat ditarik beberapa rumusan masalah yakni:

1. Apa saja kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran ekonomi dengan pendekatan kontekstual ?

2. Bagaimana guru mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut ?

3. Apa rekomendasi yang bisa diusulkan untuk keberhasilan pelaksanaan pembelajaran ekonomi dengan pendekatan kontekstual ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yakni:

1. Untuk menganalisis kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru dalam melaksanakan pembelajaran ekonomi dengan pendekatan kontekstual.

2. Untuk menganalisis upaya-upaya yang telah dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.

(27)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Guru Mata Pelajaran Ekonomi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru-guru khususnya mata pelajaran ekonomi untuk meningkatkan strategi belajar mengajar di kelas. Selain itu, dari hasil penelitian ini diharapkan guru yang bersangkutan dapat mengetahui permasalahan-permasalahan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar ekonomi di kelas dan menemukan cara penyelesaian yang efektif.

2. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi sekolah untuk mengetahui faktor- faktor yang menghambat pembelajaran ekonomi dengan pendekatan kontekstual sehingga ke depannya dapat mengembangkan model pembelajaran ekonomi dengan pendekatan kontekstual.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis untuk menambah pengetahuan dan merupakan latihan untuk menganalisis suatu masalah yang timbul. Selain itu penelitian ini merupakan syarat bagi penulis untuk memenuhi tugas akhir kuliah.

4. Bagi Universitas Sanata Dharma

(28)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengajaran Sebagai Sebuah Sistem

Sistem adalah seperangkat bagian yang saling berkaitan dan bekerja sama menuju tercapainya satu tujuan yang jelas batasnya (http://informasi-sistem.blogspot.com). Bagian-bagian dari sistem itu saling bergantung untuk masukan dan keluarannya, dan keseluruhan sistem menggunakan balikan untuk menentukan apakah tujuan yang diinginkan telah tercapai. Sebagai contohnya alat transportasi seperti sepeda motor yang mana terdiri dari bermacam- macam komponen yang terkait dan bekerja sama menghasilkan gerak laju motor. Dalam hal ini, gas merupakan mekanisme balikan untuk mengetahui kapan kita ingin berjalan pelan atau cepat.

(29)

materi pelajaran itu. Proses tersebut akan berjalan dengan baik apabila didukung oleh lingkungan belajar yang kondusif.

B. Pengertian Belajar, Mengajar dan Pembelajaran 1. Pengertian Belajar

Abbott (dalam Watkins,dkk) mengungkapkan bahwa “Learning [is] that reflective activity which enables the learner to draw upon previous experience

to understand and evaluate the present, so as to shape future action and

formulate new knowledge” (Savitri, 2007).

Dari definisi tersebut dapat ditarik pengertian bahwa belajar adalah proses yang aktif untuk memahami hal- hal baru dengan pengetahuan yang kita miliki. Di sini terjadi penyesuaian dari pengetahuan yang sudah kita miliki dengan pengetahuan baru. Dengan proses belajar ini, kita dapat menjadi tahu apakah pengetahuan yang kita miliki itu benar atau tidak. Apabila tidak, maka kita perlu memperbaharui pengetahuan yang kita miliki.

(30)

2. Pengertian Mengajar

Kata “teach” atau mengajar berasal dari bahasa Inggris kuno yaitu taecan. Dalam bahasa Inggris kuno, taecan berarti to teach yang berarti memperlihatkan sesuatu kepada seseorang melalui tanda atau simbol (Sanjaya, 2005:73).

“Teaching is imparting knowledge or skill (Smith, 1987 dalam Sanjaya, 2005:74)”. Menurut Smith, mengajar dipandang sebagai suatu proses menanamkan pengetahuan atau keterampilan. Mengajar juga dapat diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses penyampaian itu sering juga dianggap sebagai proses mentransfer ilmu.

Mengajar memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut (Sanjaya, 2005:74-75):

a. Proses pengajaran berorientasi pada guru (Teacher Oriented)

(31)

b. Siswa sebagai objek belajar

Peran siswa dalam proses belajar-mengajar adalah sebagai objek belajar yang pasif menerima pengetahuan yang diberikan oleh guru. Kegiatan siswa di dalam kelas hanya duduk diam, mendengarkan, dan mencatat.

c. Kegiatan Pengajaran terjadi pada tempat dan waktu tertentu

Dalam konteks pengajaran, mengajar hanya dilakukan di dalam kelas yang telah di desain sedemikian rupa sebagai tempat belajar. Sehingga kegiatan belajar- mengajar terkesan sangat formal. Padahal belajar dapat dilakukan dimana saja kita berada.

d. Tujuan utama pengajaran adalah penguasaan materi pelajaran

Keberhasilan suatu proses pengajaran diukur dari sejauh mana siswa dapat menguasai materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

3. Pengertian Pembe lajaran

Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction”. “instruction is a set of event that effect learners in such a way that learning is facilitated

(Gagne, 1992:3 dalam Sanjaya, 2005:78). Menurut Gagne, mengajar merupakan bagian dari pembelajaran, dimana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan siswa dalam mempelajari sesuatu.

(32)

halnya dengan “pembelajaran”, yang mana guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang menyediakan berbagai sumber dan fasilitas untuk memudahkan siswa untuk belajar (Sanjaya, 2005:78).

Pembelajaran adalah interaksi timbal balik antara siswa dengan guru dan antar sesama siswa dalam proses pembelajaran. Pengertian interaksi mengandung unsur saling memberi dan menerima (Gondo, 2007).

Pembelajaran memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut (Sanjaya, 2005:79) :

a. Pembelajaran berarti membelajarkan siswa

Dalam konteks pembelajaran, tujuan utama mengajar adalah membelajarkan siswa. Oleh karena itu kriteria keberhasilan proses pembelajaran diukur dari sejauh mana siswa telah melakukan proses belajar. Dengan demikian gutu tidak lagi hanya berperan sebagai sumber belajar, akan tetapi juga berperan sebagai orang yang membimbing dan memfasilitasi agar siswa mau dan mampu belajar. Inilah yang dinamakan dengan student oriented.

b. Proses pembelajaran berlangsung dimana saja

(33)

c. Pembelajaran berorientasi pada pencapaian tujuan

Tujuan pembelajaran bukanlah penguasaan materi pelajaran, akan tetapi proses untuk mengubah tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

C. Pembelajaran Ekonomi

1. Pengertian Pembelajaran Ekonomi

Ekonomi adalah ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup yang banyak, bervariasi, dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi (Depdiknas, 2003:6). Dalam kehidupan sehari- hari, kita pasti dihadapkan pada berbagai macam permasalahan ekonomi yakni masalah pemenuhan kebutuhan hidup sehari- hari. Dalam memenuhi kebutuhan hidup kita sehari- hari, kita memiliki bermacam- macam kebutuhan yang tidak terbatas jumlahnya sedangkan sumber daya yang tersedia jumlahnya terbatas. Oleh karena itu dalam memenuhi kebutuhan tersebut, kita diharapkan dapat bertindak ekonomis dalam penggunaan sumber daya yang tersedia.

(34)

dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, atau distribusi dalam kehidupan sehari- hari.

2. Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Ekonomi

Segala sesuatu pasti ada tujuan yang ingin dicapai, demikian juga halnya dengan pembelajaran ekonomi. Adapun tujuan dari pembelajaran ekonomi menurut standar kompetensi mata pelajaran ekonomi (Depdiknas, 2003:6), yakni: pertama, membekali siswa sejumlah konsep ekonomi untuk mengetahui dan mengerti peristiwa dan masalah ekonomi dalam kehidupan sehari- hari, terutama yang terjadi di lingkungan keluarga maupun masyarakat. Kedua, membekali siswa sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi pada jenjang pendidikan selanjutnya. Ketiga, membekali siswa nilai-nilai serta etika ekonomi dan memiliki jiwa wirausaha. Keempat, meningkatakan kemampuan berkompetensi dan bekerja sama dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasio nal maupun skala internasional.

(35)

D. Peranan Guru Dalam Proses Belajar-Mengajar

Dalam kegiatan pembelajaran, guru memegang peranan yang sangat penting. Bahkan dapat dikatakan bahwa guru merupakan ujung tombak dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, berhasil / tidaknya proses pembelajaran sangat berga ntung pada peran guru tersebut. Selain menjadi salah satu sumber belajar siswa, guru juga memiliki peranan yakni (Sanjaya, 2005:148):

1. Guru sebagai demonstrator

Sebagai demonstrator, guru dapat diartikan sebagai seseorang yang menjadi teladan bagi para siswanya. Guru merupakan sosok ideal bagi setiap siswanya. Biasanya apa yang dilakukan guru akan menjadi acuan bagi siswa. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat memberikan contoh yang positif bagi para siswanya.

2. Guru sebagai pengelola

(36)

Arief Rachman berulang kali menekankan pentingnya membangun suasana hangat antara guru dan murid. Kalaupun guru memiliki segudang persoalan pribadi yang ia bawa dari rumah, begitu masuk kelas maka guru harus selalu terlihat ceria. Jangan sekali-kali persoalan keluarga dibawa-bawa ke ruang kelas, apalagi sampai melampiaskannya pada anak (http://rivafauziah.wordpress.com).

Dalam peranannya sebagai pengelola kelas, guru diharapkan mampu mengelola kelas dengan baik agar tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan dan kondusif untuk proses belajar me ngajar di kelas. Hal ini memang dirasa perlu agar tidak ada siswa yang merasa bosan, terpaksa, atau tertekan. Seorang guru hendaknya dapat menjalin hubungan yang akrab baik itu dengan siswa, guru lain, kepala sekolah, karyawan, dll.

3. Guru sebagai mediator

Sebagai mediator, tugas guru adalah membantu dan mempermudah siswa untuk belajar. Oleh karena itu guru harus mengetahui dan memahami karakteristik masing- masing siswa baik itu gaya belajar maupun kemampuan dasar yang telah dimiliki. Melalui pemahaman itu, guru bisa membantu mereka untuk belajar secara optimal. Dengan kata lain kegiatan pembelajaran bukan lagi berpusat pada guru, akan tetapi hendaknya berpusat pada siswa. 4. Guru sebagai evaluator

(37)

Evaluasi formatif berfungsi untuk melihat berbagai kelemahan guru dalam mengajar. Itu artinya hasil dari evaluasi ini dapat digunakan sebagai masukan untuk memperbaiki kemampuan guru tersebut dalam hal mengajar. Evaluasi sumatif digunakan untuk menentukan keberhasilan siswa dalam menguasai kompetensi yang ingin dicapai.

E. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning) 1. Latar Belakang Pendekatan Kontekstual

Dalam suatu pembelajaran, suatu pendekatan yang dipilih dan dipakai bukanlah merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan suatu pembelajaran. Masih terdapat faktor-faktor lain yang turut menentukan keberhasilan suatu pembelajaran seperti kurikulum yang dipakai, kualitas guru, materi pembelajaran, strategi pembelajaran, sumber belajar dll. Penentuan pendekatan dirasa cukup penting karena penentuan materi, strategi, maupun bentuk penilaian harus selaras dengan pendekatan yang dipakai. Dalam penelitian ini, peneliti akan membahas banyak tentang pendekatan kontekstual.

(38)

Pendekatan kontekstual dirasa perlu, mengingat adanya kenyataan bahwa sebagian besar siswa tidak mampu menghubungkan antara apa yang sudah mereka pelajari dengan bagaimana memanfaatkan dan menerapkan pengetahuan mereka tersebut dalam kehidupan sehari- hari. Hal ini dikarenakan pembelajaran yang mereka terima selama ini hanya mengarah pada kegiatan mengingat dan menghafal materi pelajaran yang cenderung teoritik. Pembelajaran tersebut tidak diikuti dengan pemahaman yang mendalam sehingga mereka tidak bisa menerapkan pengetahuan yang telah mereka dapat ketika berhadapan dengan permasalahan yang timbul dalam kehidupan sehari- hari. Jadi dapat dikatakan bahwa pembelajaran berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam hal “mengingat / menghafal”, akan tetapi gagal dalam membekali siswa memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Belajar aktif adalah suatu asas belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik (Natawidjaja, 1985:8).

(39)

siswa berinteraksi dengan berbagai pihak baik itu dengan guru maupun dengan teman-temannya di dalam kelas. Dengan pembelajaran seperti ini, kemampuan berpikir (kognitif), menghargai pendapat orang lain (afektif), maupun berlatih mengemukakan pendapat (psikomotorik) dapat berkembang beriringan sejalan dengan proses pembelajaran.

Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut:

a. Proses Belajar

Perencanaan pembelajaran tematik itu menyenangkan dan menantang kreatifitas saya namun sering kali memakan waktu lebih lama. Tidak jarang saya merasa kesulitan untuk menemukan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan yang saya butuhkan, tetapi saya telah belajar untuk melibatkan peserta didik dalam merancang pembelajaran. Mereka membawa bahan-bahannya dari rumah kemudian mengembangkannya bersama-sama di kelas, seperti membuat topeng untuk bermain, alat demonstrasi untuk berbagai kegiatan permainan, dan puisi (http://www.idpeurope.org).

(40)

b. Transfer Belajar

Dalam pendekatan kontekstual, proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah yakni siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain. Penting bagi siswa tahu tentang “untuk apa” ia belajar, dan “bagaimana” ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu. Dengan hal ini, mereka akan menyadari bahwa apa yang mereka pelajari dapat bermanfaat dan menjadi bekal bagi kehidupannya nanti. c. Siswa sebagai pembelajar

Seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal- hal yang baru. Oleh karena itu mereka tertarik untuk mencoba memecahkan setiap permasalahan yang baru dan menantang. Peran guru membantu agar setiap siswa mampu menemukan hubungan antara hal yang baru dengan pengalaman yang sudah diketahui dan dimiliki siswa. d. Pentingnya Lingkungan Belajar

(41)

2. Tujuh Pilar Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual memiliki tujuh pilar yang disusun agar pembelajaran menjadi lebih hidup. Berikut akan dijelaskan lebih mendalam mengenai masing- masing pilar pembelajaran kontekstual.

a. Konstruktivisme (Constructivism)

“Knowledge is constructed by humans, knowledge is not a set of facts, concepts, or laws waiting to be discovered. It is not something tat exists independent of knower. Human create or construct knowledge as they attempt to bring meaning to their experience. Everything that we know, we have made” (Zahorik, 1995 dalam Nurhadi, 2004:45).

Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Pengetahuan merupakan hasil konstruksi manusia yang didasarkan pada pengalaman barunya sehingga pengetahuan juga berkembang.

(42)

proses tersebut dengan cara: pertama, menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa. Kedua, memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri. Ketiga, menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.

b. Menemukan (Inquiry)

Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat fakta- fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri melalui kegiatan. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Adapun siklus inquiri dimulai dari observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data, dan yang terakhir adalah penyimpulan.

c. Bertanya (Questioning)

(43)

d. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya hiterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu. Masyarakat belajar bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok atau lebih yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Masyarakat belajar merupakan hasil pembelajaran yang diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Belajar yang baik adalah bersifat sosial. e. Pemodelan (Modeling)

(44)

f. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan cara berpikir tentang berbagai hal yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang hal- hal yang sudah dilakukan di masa lalu. Dengan kata lain merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan ya ng baru diterima. Siswa mengendapkan apa yang baru saja dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan baru yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Realisasinya berupa pernyataan langsung tentang apa yang diperolehnya hari itu, catatan atau jurnal di buku siswa, kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu, diskusi serta hasil karya.

g. Penilaian Otentik (Authentic Assessment)

(45)

3. Karakteristik Pembelajaran Berbasis CTL

Setiap model pembelajaran, pasti mempunyai karakteristik masing-masing baik itu CTL, CBSA, Quantum Learning, Student Active Learning,

Problem-Based Learning, Cooperative Learning dll. Sebenarnya inti dari berbagai model pembelajaran tersebut sama yakni bagaimana menghidupkan kelas. Hal ini dikarenakan kelas yang hidup adalah kelas yang memberdayakan siswa atau berfokus pada siswa sehingga timbul situasi yang produktif dan menyenangkan. Adapun karakteristik pembelajaran berbasis CTL yakni (Nurhadi, 2004:107):

a. Kerja sama dan saling menunjang

Dalam pembelajaran berbasis CTL, semua pihak yang terkait dengan proses belajar- mengajar dituntut saling bekerja sama dan saling menunjang. Siswa diharapkan dapat saling bekerja sama dengan berbagai pihak baik itu teman maupun guru dalam upaya menemukan sendiri pengetahuan, menghubungkan pengetahuan tersebut dengan dunia nyata, dan yang terakhir mencoba menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. b. Menyenangkan, tidak membosankan

Saya tidak pernah kagum pada sekolah-sekolah unggul yang menekankan agar anak-anak didiknya mendapat nilai delapan ke atas. Sekolahnya semua serba rapi, tetapi anak-anaknya justru tertekan. Lha untuk apa pintar kalau tidak happy," ujar Arief Rachman (http://rivafauziah.wordpress.com)

(46)

untuk mampu menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan baik itu melalui metode maupun strategi pembelajaran yang digunakan. Hendaknya guru menggunakan metode maupun strategi pembelajaran yang berbeda-beda untuk tiap pokok bahasan materi. Hal ini setidaknya dapat mencegah rasa kebosanan yang muncul dari siswa.

Rasa kebosanan dapat di minimalisir dengan beberapa permainan yang berkaitan dengan materi. Misalnya saja untuk materi permintaan dan penawaran, guru dapat mengajak siswa untuk bermain peran (role playing) dimana beberapa siswa ditunjuk untuk memodelkan seorang pembeli dan penjual di pasar.

c. Belajar dengan bergairah

(47)

d. Pembelajaran terintegrasi

Dalam pembelajaran CTL, belajar dipandang bukan sekedar proses mengumpulkan fakta yang lepas- lepas. Pengetahuan pada dasarnya merupakan suatu kesatuan dari pengalaman-pengalaman yang pernah dialami. Dengan pengetahuan yang dimiliki akan berpengaruh terhadap pola-pola perilaku manusia tersebut, seperti pola berpikir, bertindak, dan memecahkan persoalan. Belajar hendaknya bersifat me nyeluruh sehingga didapat pengetahuan yang utuh. Belajar tidak hanya secara teoritik saja, akan tetapi juga disertai dengan upaya menghubungkan dan mencoba menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari. Dalam hal ini siswa diajak untuk menkonstruksi sendiri pengetahuan baik itu berasal dari pengalamannya sendiri maupun pengalaman orang lain.

e. Menggunakan berbagai sumber

(48)

f. Siswa aktif, kritis dan guru kreatif

Pembelajaran berbasis CTL menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi dunia nyata sehingga mendorong siswa tersebut untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari- hari. Oleh karena itu, siswa hendaknya dapat bersikap aktif dan kritis dalam upaya menemukan pengetahuan yang baru tersebut. Siswa harus berani untuk bertanya apabila dia belum paham dan berani mengemukakan pendapatnya sendiri. Di pihak lain, guru harus bersikap kreatif dalam upaya menumbuhkan keaktifan siswa.

g. Sharing dengan teman

(49)

h. Dinding kelas dan lorong- lorong penuh dengan hasil karya siswa, peta-peta, gambar-gambar, artikel, humor, dll.

Dalam pembelajaran CTL, hasil karya siswa yang selama ini di buat tidak dibiarkan terbuang sia-sia begitu saja. Akan tetapi hasil karya tersebut dapat dimanfaatkan dengan cara memajangnya di dinding kelas maupun lorong- lorong kelas. Hal ini di satu sisi dapat menjadi hiasan kelas, dan di sisi lain merupakan suatu bentuk apresiasi terhadap hasil karya siswa yang telah dibuat. Dengan demikian itu menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi siswa sehingga secara tidak langsung memotivasi mereka untuk terus berkarya.

i. Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor, tapi juga hasil karya siswa, laporan hasil praktikum, karangan siswa, dll.

(50)

4. Kesimpulan mengenai kaitan antara 7 pilar CTL dengan karakteristik dari pembelajaran CTL

a. Kreatif (Inquiry)

Berkenaan dengan 2 pilar dari CTL yakni konstruktivisme dan menemukan, maka belajar hendaknya bersifat menyeluruh sehingga didapat pengetauan yang utuh. Ini dapat diartikan bahwa belajar tidak hanya secara teoritik saja, akan tetapi juga disertai dengan upaya untuk menghubungkan dan mencoba menerapkan dalam kehidupan sehari- hari. Oleh karena itu siswa diajak untuk kreatif dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Dalam upaya mengkonstruksi suatu pengetahuan, siswa juga harus kreatif untuk menemukan suatu pengetahuan dari berbagai sumber belajar seperti buku pelajaran, televisi, radio, internet, pengalaman teman/orang lain, dll.

(51)

b. Kritis (Bertanya)

Bertanya merupakan kegiatan yang penting dalam upaya menemukan suatu pengetahuan. Oleh karena itu, siswa hendaknya bersikap kritis dalam upaya menemukan pengetahuan yang baru tersebut. Siswa harus berani untuk bertanya apabila dia belum paham dan berani mengemukakan pendapatnya sendiri. Di pihak lain, guru harus bersikap kreatif dalam upaya menumbuhkan keaktifan siswa.

c. Diskusi

Salah satu pilar dari pembelajaran CTL adalah masyarakat belajar dimana konsep ini menyarankan agar hasil belajar diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain. Hal ini berarti hasil belajar dapat diperoleh melalui sharing antar teman. Siswa yang sudah tahu, memberi tahu kepada siswa yang belum tahu. Dengan kata lain siswa saling berbagi informasi maupun pengalaman mereka masing- masing.

d. Refleksi

(52)

kebersamaan nampak ketika para siswa memberikan saran-saran yang berguna untuk memajukan pembelajaran di kelasnya.

e. Pemodelan

Sepenggal pepatah dari Ki Hajar Dewantoro berbunyi “Ing Ngarso Sun Tuladha” yang mana dapat diartikan di depan harus memberikan contoh bagi yang dibelakangnya. Penggalan pepatah inilah yang mencerminkan sikap seorang guru dimana guru harus memberikan contoh yang baik bagi siswa-siswanya. Ibaratnya guru berperan sebagai model yang ditiru baik itu perilaku belajar, cara mengerjakan sesuatu, cara mengoperasikan alat, dll. Namun perlu diingat bahwa dalam pembelajaran CTL, guru bukanlah merupakan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa maupun orang luar. Misalnya saja untuk materi permintaan dan penawaran, guru dapat mengajak siswa untuk bermain peran (role playing) dimana beberapa siswa ditunjuk untuk memodelkan seorang pembeli dan penjual di pasar.

f. Penilaian otentik

(53)

siswa yang telah dibuat, tidak dibiarkan terbuang sia-sia begitu saja. Akan tetapi hasil karya tersebut dapat dimanfaatkan dengan mema jangnya di dinding maupun lorong kelas. Hal ini di satu sisi dapat menjadi hiasan kelas, dan di sisi lain merupakan suatu bentuk apresiasi terhadap hasil karya siswa yang telah dibuat. Dengan demikian itu menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi siswa sehingga secara tidak langsung memotivasi mereka untuk terus berkarya.

5. Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas

Secara garis besar penerapan CTL dalam kelas adalah berikut ini: kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya. Ciptakan masyarakat belajar, hadirkan model sebagai contoh pembelajaran, lakukan refleksi di akhir pertemuan. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara (Nurhadi, 2004:106).

(54)

Melalui pendekatan ini, siswa didorong untuk bekerja sama secara maksimal sesuai dengan keadaan kelompoknya. Yang dimaksud kerja sama disini yakni setiap anggota kelompok harus saling bantu. Sebagai contoh siswa yang paham atas materi yang dipelajari, membantu teman sekelompoknya yang belum paham. Hal ini dikarenakan penilaian akhir ada di tangan masing- masing siswa maupun kelompok. Kegagalan seorang siswa dalam kelompok, sama juga kegagalan kelompok tersebut. Demikian pula sebaliknya keberhasilan seorang siswa dalam kelompok, sama juga keberhasilan bagi kelompok tersebut. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab penuh terhadap kelompoknya. Hal ini sejalan dengan salah satu pilar pendekatan kontekstual yakni terciptanya masyarakat belajar.

6. Penyusunan Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya (Nurhadi, 2004:151).

(55)
(56)

36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong jenis penelitian deskriptif karena penelitian ini berusaha untuk mendeskripsikan faktor- faktor yang menghambat guru melakukan pembelajaran ekonomi dengan pendekatan kontekstual di sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai faktor- faktor yang menghambat guru melakukan pembelajaran ekonomi dengan pendekatan kontekstual yang terjadi di beberapa sekolah. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk mengukur dengan cermat terhadap fenomena sosial tertentu dimana peneliti mengembangkan konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak melakukan pengujian hipotesa (Singarimbun, 1985:4)

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di 20 SMU di kota Yogyakarta yang terdiri dari 4 SMU Negeri dan 16 SMU Swasta.

2. Waktu Penelitian

(57)

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian ini adalah guru- guru ekonomi di 4 SMU negeri dan 16 SMU swasta di kota Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah faktor-faktor yang menghambat guru dalam melakukan pembelajaran ekonomi dengan pendekatan kontekstual.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi adalah keseluruhan subjek dalam penelitian (Arikunto, 2002: 115). Populasi penelitian ini adalah seluruh guru-guru ekonomi SMU baik itu negeri maupun swasta di kota Yogyakarta. Berdasarkan data dari BPS Yogyakarta, jumlah SMU yang ada di Yogyakarta yakni 49 sekolah yang terdiri dari 11 SMU negeri dan 38 SMU swasta.

2. Sampel Penelitian

(58)

2003:111). Dalam penelitian ini, populasi berjumlah 49 SMU dan peneliti hanya akan mengambil 40% nya saja. 40% dari 49 SMU tersebut yakni 20 SMU baik itu negeri maupun swasta. Untuk sekolah negeri, sampel yang diambil berjumlah 4 SMU dan untuk sekolah swasta berjumlah 16 SMU. Peneliti akan mengambil guru- guru ekonomi di 20 SMU yang terdiri dari 4 SMU negeri dan 16 SMU swasta sebagai sampelnya.

E. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini yakni data primer dan data sekunder 1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber aslinya. Dalam penelitian ini, data primer diperoleh dari data kuesioner yang disebarkan untuk memperoleh data mengenai faktor-faktor yang menghambat guru dalam melakukan pembelajaran ekonomi dengan pendekatan kontekstual.

2. Data Sekunder

(59)

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner

Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2003:135). Kuesioner disebarkan kepada guru sebagai responden digunakan untuk memperoleh data mengenai faktor- faktor yang menghambat guru dalam melakukan pembelajaran ekonomi dengan pendekatan kontekstual.

Tabel III.1 Kisi-kisi kuesioner

Indikator Variabel Pernyataan

positif (Nomor Item dalam Kuesioner) Pernyataan negatif (Nomor Item dalam Kuesioner) Hambatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran ekonomi dengan pendekatan kontekstual

1. Kreatif, Menemukan 2. Kritis, Bertanya

3. Diskusi, Masyarakat Belajar 4. Kemudahan siswa belajar,

Pemodelan 5. Refleksi

6. Penilaian Otentik

1, 2, 4 7, 9, 10 11, 12, 15 16, 18 19 23, 24

3, 5, 6 8 13, 14 17 20, 21 22, 25

Alternatif jawaban untuk setiap pertanyaan menggunakan metode

(60)

adanya pilihan dan adanya central tendency effect, terutama bagi respon ragu-ragu dalam menentukan jawaban. Alternatif jawaban yang digunakan adalah Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS).

Tabel III.2 Skor item kuesioner

Skor Kategori Pernyataan

Positif

Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) 4 1

Setuju (S) 3 2

Tidak Setuju (TS) 2 3

Sangat Tidak Setuju (STS) 1 4

• Item positif :

Merupakan item yang mendukung pernyataan bahwa ada hambatan yang dialami guru dalam melakukan pembelajaran kontekstual di kelas.

• Item negatif :

Merupakan item yang menyatakan tidak adanya hambatan bagi guru dalam melakukan pembelajaran kontekstual di kelas.

G. Teknik Uji Instrumen

(61)

1. Validitas

Analisis validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen penelitian harus mempunyai sya rat kesahihan. Instrumen dikatakan valid atau sahih jika mampu mengungkapkan apa yang hendak diungkapkannya. Instrumen yang dimaksud adalah kuisioner yang dibagikan kepada responden. Dengan rumus:

rxy =

( )

[

]

∑ ∑

[

( )

]

− 2 2 2 2 y y N x x N y x xy N Keterangan :

rxy= koefisien korelasi setiap item N = jumlah responden responden

x = nilai tiap item y= nilai total tiap item

Setelah diperoleh rhitungnya, untuk dapat disebut sebagai instrument yang valid atau tidak, kemudian dibandingkan dengan r tabel. Jika r hitung lebih besar dari rtabel untuk taraf kesalahan dalam penelitian ini yang digunakan adalah 5% dengan drajad kebebasan

(

n−2

)

, maka dapat disimpulkan bahwa instrument tersebut valid dan dapat dipergunakan untuk penelitian.
(62)

dalam melaksanakan pembelajaran ekonomi dengan pendekatan kontekstual, yang diberikan kepada guru mata pelajaran ekonomi. Pengujian validitas ini dilakukan dengan menggunakan data (n) sebanyak 40 guru ekonomi.

Kesimpulan hasil pengujian validitas diperoleh dengan membandingkan r hitung dengan r tabel untuk df = 38 (40 – 2) sebesar 0,320 dengan taraf signifikan 5%.

Dari keseluruhan item- item pernyataan yang diuji, yakni 6 item untuk mengukur hambatan dalam menemukan, 4 item untuk mengukur hambatan dalam bertanya, 5 item untuk mengukur hambatan dalam kerja sama, 3 item untuk mengukur hambatan dalam pemodelan, 3 item untuk mengukur hambatan dalam refleksi, dan 4 item untuk mengukur hambatan dalam penilaian otentik, diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel III.3 Hasil Uji Validitas

Validitas No.

Item r hitung r tabel

(Taraf Signifikan 5%)

Hasil

1 0,4301 0,320 Valid

2 0,6078 0,320 Valid

3 0,6276 0,320 Valid

4 0,4522 0,320 Valid

5 0,4296 0,320 Valid

6 0,6567 0,320 Valid

7 0,5261 0,320 Valid

8 0,6287 0,320 Valid

9 0,2694 0,320 Tidak valid

10 0,4574 0,320 Valid

11 0,5507 0,320 Valid

(63)

Validitas No.

Item r hitung r tabel

(Taraf Signifikan 5%)

Hasil

13 0,5315 0,320 Valid

14 0,5334 0,320 Valid

15 0,5609 0,320 Valid

16 0,4071 0,320 Valid

17 0,6581 0,320 Valid

18 0,4735 0,320 Valid

19 0,4466 0,320 Valid

20 0,6123 0,320 Valid

21 0,6746 0,320 Valid

22 0,5287 0,320 Valid

23 0,5839 0,320 Valid

24 0,6037 0,320 Valid

25 0,5699 0,320 Valid

Dari tabel di atas, terlihat beberapa item pernyataan dinyatakan tidak valid karena r tabel lebih besar dari r hitung, sehingga item- item tersebut dihilangkan atau dihapus. Dengan demikian, item- item pernyataan dalam kuesioner yang dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai instrumen penelitian adalah 23 item.

2. Reliabilitas

(64)

16). Pengujian reliabilitas ini dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha

(Arikunto, 2005 : 109).

       ∑ −       − = 2 2 11 1 1 t i n n r σ σ Keterangan : 11

r = Reliabilitas instrumen yang dicari

2

i σ

∑ = Jumlah varians skor tiap-tiap item

2

t

σ = Varians total

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan pendekatan teknik Alpha Cronbach. Jika pada taraf signifikan 5% koefisien

alpha lebih besar dari r tabel, maka instrumen penelitian tersebut reliabel. Sebaliknya, jika pada taraf signifikan 5% koefisien alpha lebih kecil dari r

tabel, maka instrumen penelitian tersebut tidak reliabel. Pelaksanaan perhitungan reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan bantuan komputer dengan program SPSS for Windows versi 11.50.

(65)

melaksanakan pembelajaran ekonomi dengan pendekatan kontekstual adalah reliabel. Berikut tabel hasil uji reabilitas untuk 25 item pernyataan kuesioner :

Tabel III.4 Hasil Uji Reabilitas

Validitas No.

Item r hitung r tabel

(Taraf Signifikan 5%)

Hasil

1 0,9112 0,320 Realiabel

2 0,9112 0,320 Realiabel

3 0,9112 0,320 Realiabel

4 0,9112 0,320 Realiabel

5 0,9112 0,320 Realiabel

6 0,9112 0,320 Realiabel

7 0,9112 0,320 Realiabel

8 0,9112 0,320 Realiabel

9 0,9112 0,320 Realiabel

10 0,9112 0,320 Realiabel

11 0,9112 0,320 Realiabel

12 0,9112 0,320 Realiabel

13 0,9112 0,320 Realiabel

14 0,9112 0,320 Realiabel

15 0,9112 0,320 Realiabel

16 0,9112 0,320 Realiabel

17 0,9112 0,320 Realiabel

18 0,9112 0,320 Realiabel

19 0,9112 0,320 Realiabel

20 0,9112 0,320 Realiabel

21 0,9112 0,320 Realiabel

22 0,9112 0,320 Realiabel

23 0,9112 0,320 Realiabel

24 0,9112 0,320 Realiabel

(66)

H. Teknik Analisis Data

Teknik Analisis yang akan digunakan yakni 1. Analisis Persentase

Dalam analisis persentase ini, peneliti menggunakan metode penilaian acuan patokan (PAP). Penilaian Acuan Patokan (PAP) merupakan pendekatan penilaian yang membandingkan hasil pengukuran seseorang dengan patokan “batas lulus” yang telah ditetapkan (http://www.dspi.usu.ac.id). Pengertian ini menunjukkan bahwa sebelum usaha penilaian dilakukan, terlebih dahulu harus ditetapkan patokan yang akan dipakai untuk membandingkan angka-angka hasil pengukuran agar hasil itu mempunyai arti tertentu.

Penelitian ini menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II. Dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II ini, patokan minimal yang merupakan passing score adalah 56 % dari total skor yang seharusnya dicapai, diberi nilai cukup.

Tabel III.3

Skala Penilaian Acuan Patokan

Tingkat Kesulitan Skor Interpretasi 81% - 100% 81 - 100 Sangat Menghambat

66% - 80% 66 - 80 Menghambat

56% - 65% 56 - 65 Cukup Menghambat 46% - 55% 46 - 55 Tidak menghambat

(67)

2. Analisis deskriptif

Istilah analisis deskriptif memiliki arti yang sulit untuk didefinisikan, karena menyangkut berbagai macam aktivitas/proses. Jenis analisis deskriptif yang digunakan tergantung dari macam data/ukuran yang digunakan. Dalam penelitian ini, ukuran numerik yang digunakan untuk mendeskripsikan data kuantitatif yakni ukuran tendensi sentral. Ada 3 metode untuk mengukur ukuran tendensi sentral yakni: mean, median, dan modus (Kuncoro, 2003:172). Dalam penelitian ini, peneliti hanya menggunakan satu ukuran yakni rata-rata hitung (Mean). Rata-rata hitung (Mean) menunjukkan nilai rata-rata dari data yang tersedia dimana nilai rata-rata hitung merupakan penjumlahan bilangan/nilai daripada pengamatan dibagi dengan jumlah pengamatan yang ada.

Mean =

n xi

(68)

48 BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Data 1. Deskripsi Data

Jumlah keseluruhan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Madya Yogyakarta adalah 49 sekolah yang terdiri dari 11 SMA Negeri dan 38 SMA Swasta. Dari 49 sekolah tersebut, peneliti hanya mengambil 20 sekolah yang terdiri atas 4 SMA Negeri dan 16 SMA Swasta untuk dijadikan sampel penelitian. Berikut disajikan tabel mengenai subjek penelitian:

Tabel IV.1

Rekapitulasi Keseluruhan Subjek Penelitian

No Nama Sekolah Alamat Sekolah Jumlah Guru 1. SMAN 1 Yogyakarta Jl. Hos Cokroaminoto No 10 2 2. SMAN 2 Yogyakarta Bener, Tegalrejo, Yogya 2 3. SMAN 8 Yogyakarta Jl. Sidobali No 1 2 4. SMAN 11 Yogyakarta Jl. AM Sangaji No 50 3 5. SMA BOPKRI 1 Jl. Wardani No 2 2 6. SMA BOPKRI 2 Jl. Jenderal Sudirman No 87 3 7. SMA BOPKRI 3 Jl. Kapten P Tendean No 55 2 8. SMA Bhineka Tunggal Ika Jl. Poncowinatan No 16 2

9. SMA Budya Wacana Jl. Gayam 1

10. SMA Institut Indonesia 1 Miliran Semaki, Yogyakarta 1 11. SMA Marsudi Luhur Jl. Bintaran Kidul No 2 3 12. SMA Stella Duce 1 Jl. Sabirin No 1 2 13. SMA Stella Duce 2 Jl. Dr. Sutomo No 16 2 14. SMA Santa Maria Jl. Ireda No 19 A 2 15. SMA Sang Timur Jl. Batikan No 7 2

16. SMA Santo Thomas Jl. Timoho 2

(69)

No Nama Sekolah Alamat Sekolah Jumlah Guru 18. SMA Taman Madya Jetis Jl. Pakuningratan No 34 A 3 19. SMA Taman Madya IP Jl. Taman Siswa No 25 d 3 20. SMA ‘17’ 1 Jl. Tentara Pelajar No 24 1

Total 40

Sumber: Hasil observasi, 2008

Dari 20 sekolah yang menjadi sampel penelitian, 1 sekolah tidak jadi diambil karena guru-guru ekonomi- nya baru mengikuti diklat selama 2 minggu. Dari 19 sekolah tersebut, semua guru mata pelajaran ekonomi di setiap sekolah diambil sebagai subjek penelitian. Adapun keseluruhan subjek penelitian yang diperoleh dari 19 sekolah tersebut adalah 40 responden yang terdiri dari 17 laki- laki dan 23 wanita.

2. Analisis Data Kuesioner a. Kuesioner bagian I

Peneliti mengelompokkan tingkat hambatan ke dalam kategori sangat menghambat, menghambat, cukup menghambat, tidak menghambat, dan sangat tidak menghambat. Untuk menilai skor yang ada, peneliti menggunakan Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II.

(70)

1) Hambatan dalam melaksanakan pembelajaran yang Kreatif (Inquiry) Jumlah item variabel hambatan dalam melaksanakan pembelajaran yang kreatif ini sebanyak 6 buah sehingga skor tertinggi yang bisa dicapai adalah 24 dan skor terendah yang bisa dicapai adalah 6. Hasil deskripsi variabel hambatan dalam melaksanakan pembelajaran yang kreatif dapat dilihat dalam tabel IV.2

Tabel IV.2 Deskripsi Variabel

Hambatan Dalam Melaksanakan Pembelajaran Kreatif (Inquiry) No Hitungan Skor Frek % Interpretasi

1. 6 + 81% x (24-6) = 20,58 21 - 24 0 0 Sangat Terhambat 2. 6 + 66% x (24-6) = 17,88 18 - 20 0 0 Terhambat 3. 6 + 56% x (24-6) = 16,08 16 - 17 6 15 Cukup Terhambat 4. 6 + 46% x (24-6) = 14,28 14 - 15 9 22,5 Tidak Terhambat 5. < 14 < 14 25 62,5 Sangat Tidak Terhambat

Jumlah 40 100

Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2008

(71)

2) Hambatan dalam melaksanakan kegiatan Kritis (Bertanya )

Jumlah item variabel hambatan dalam melaksanakan kegiatan kritis (bertanya) ini sebanyak 3 buah sehingga skor tertinggi yang bisa dicapai adalah 12 dan skor terendah yang bisa dicapai adalah 3. Hasil deskripsi variabel hambatan dalam melaksanakan kegiatan Kritis (Bertanya) dapat dilihat dalam tabel IV.3

Tabel IV.3 Deskripsi Variabel

Hambatan Dalam Melaksanakan Kegiatan Kritis (Bertanya)

Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2008

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dalam melaksanakan kegiatan kritis, sebanyak 1 guru (2,5%) memiliki pendapat bahwa dirinya sangat terhambat dalam melaksanakan kegiatan kritis, 1 guru (2,5%) memiliki pendapat terhambat, 8 guru (20%) memiliki pendapat cukup terhambat, 8 guru (20%) memiliki pendapat tidak terhambat, dan 22 guru (55%) memiliki pendapat sangat tidak terhambat. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa mayoritas guru tergolong sangat tidak terhambat dalam melaksanakan kegiatan kritis (bertanya).

No Hitungan Skor Frek % Interpretasi 1. 3 + 81% x (12-3) = 10,29 10 - 12 1 2,5 Sangat Terhambat 2. 3 + 66% x (12-3) = 8,94 9 1 2,5 Terhambat 3. 3 + 56% x (12-3) = 8,04 8 8 20 Cukup Terhambat 4. 3 + 46% x (12-3) = 7,14 7 8 20 Tidak Terhambat 5. < 7 < 7 22 55 Sangat Tidak Terhambat

(72)

3) Hambatan dalam melaksanakan kegiatan Diskusi (Masyarakat Belajar) Jumlah item variabel hambatan dalam melaksanakan kegiatan Diskusi (Masyarakat Belajar) ini sebanyak 4 buah sehingga skor tertinggi yang bisa dicapai adalah 16 dan skor terendah yang bisa dicapai adalah 4. Hasil deskripsi variabel hambatan dalam melaksanakan kegiatan Diskusi (Masyarakat Belajar) dapat dilihat dalam tabel IV.4

Tabel IV.4 Deskripsi Variabel

Hambatan Dalam Melaksanakan Kegiatan Diskusi

Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2008

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dalam melaksanakan kegiatan diskus i, sebanyak 1 guru (2,5%) memiliki pendapat terhambat, 4 guru (10%) memiliki pendapat tidak terhambat, 5 guru (12,5%) memiliki pendapat tidak terhambat, dan 30 guru (75%) memiliki pendapat sangat tidak terhambat. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa mayoritas guru tergolong sangat tidak terhambat dalam melaksanakan kegiatan diskusi.

No Hitungan Skor Frek % Interpretasi 1. 4 + 81% x (16-4) = 13,72 14 - 16 0 0 Sangat Terhambat 2. 4 + 66% x (16-4) = 11,92 12 - 13 1 2,5 Terhambat 3. 4 + 56% x (16-4) = 10,72 11 4 10 Cukup Terhambat 4. 4 + 46% x (16-4) = 9,52 10 5 12,5 Tidak Terhambat 5. < 10 < 10 30 75 Sangat Tidak Terhambat

(73)

4) Hambatan dalam melaksanakan Pemodelan

Jumlah item variabel hambatan dalam melaksanakan pemodelan ini sebanyak 3 buah sehingga skor tertinggi yang bisa dicapai adalah 12 dan skor terendah yang bisa dicapai adalah 3. Hasil deskripsi variabel hambatan dalam melaksanakan pemodelan dapat dilihat dalam tabel IV.5

Tabel IV.5 Deskripsi Variabel

Hambatan Dalam Melaksanakan Kegiatan Pemodelan

Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2008

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dalam melaksanakan kegiatan pemodelan, sebanyak 1 guru (2,5%) memiliki pendapat sangat terhambat dalam melaksanakan pemodelan, 4 guru (10%) memiliki pendapat terhambat, 4 guru (10%) memiliki pendapat cukup terhambat, 14 guru (35%) memiliki pendapat tidak terhambat, dan 17 guru (42,5%) memiliki pendapat sangat tidak terhambat. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa mayoritas guru tergolong sangat tidak terhambat dalam melaksanakan kegiatan pemodelan.

No Hitungan Skor Frek % Interpretasi 1. 3 + 81% x (12-3) = 10,29 10 - 12 1 2,5 Sangat Terhambat 2. 3 + 66% x (12-3) = 8,94 9 4 10 Terhambat 3. 3 + 56% x (12-3) = 8,04 8 4 10 Cukup Terhambat 4. 3 + 46% x (12-3) = 7,14 7 14 35 Tidak Terhambat 5. < 7 < 7 17 42,5 Sangat Tidak Terhambat

(74)

5) Hambatan dalam melaksanakan Refleksi

Jumlah item variabel hambatan dalam melaksanakan pemodelan ini sebanyak 3 buah sehingga skor tertinggi yang bisa dicapai adalah 12 dan skor terendah yang bisa dicapai adalah 3. Hasil deskripsi variabel hambatan dalam melaksanakan refleksi dapat dilihat dalam tabel IV.6

Tabel IV.6 Deskripsi Variabel

Hambatan Dalam Melaksanakan Refleksi

Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2008

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dalam melaksanakan refleksi, sebanyak 1 guru (2,5%) memiliki pendapat bahwa dirinya merasa sangat terhambat dalam melaksanakan refleksi, 4 guru (10%) memiliki pendapat terhambat, 7 guru (17,5%) memiliki pendapat cukup terhambat, 13 guru (32,5%) memiliki pendapat tidak terhambat, dan 15 guru (37,5%) memiliki pendapat sangat tidak terhambat. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa mayoritas guru tergolong sangat tidak terhambat dalam melaksanakan refleksi.

No Hitungan Skor Frek % Interpretasi 1. 3 + 81% x (12-3) = 10,29 10 - 12 1 2,5 Sangat Terhambat 2. 3 + 66% x (12-3) = 8,94 9 4 10 Terhambat 3. 3 + 56% x (12-3) = 8,04 8 7 17,5 Cukup Terhambat 4. 3 + 46% x (12-3) = 7,14 7 13 32,5 Tidak Terhambat 5. < 7 < 7 15 37,5 Sangat Tidak Terhambat

(75)

6) Hambatan dalam melaksanakan Penilaian Otentik

Jumlah item variabel hambatan dalam melaksanakan Penilaian Otentik ini sebanyak 4 buah sehingga skor tertinggi yang bisa dicapai adalah 16 dan skor terendah yang bisa dicapai adalah 4. Hasil deskripsi variabel ha mbatan dalam melaksanakan refleksi dapat dilihat dalam tabel IV.7

Tabel IV.7 Deskripsi Variabel

Hambatan Dalam Melaksanakan Penilaian Otentik

Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2008

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa dalam pelaksanaan kegiatan penilaian otentik, sebanyak 4 guru (10%) memiliki pendapat bahwa dirinya merasa cukup terhambat dalam melaksanakan penilaian otentik, 2 guru (5%) memiliki pendapat tidak terhambat, dan 34 guru (85%) memiliki pendapat sangat tidak terhambat. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa mayoritas guru tergolong sangat tidak terhambat dalam melaksanakan penilaian otentik.

No Hitungan Skor Frek % Interpretasi 1. 4 + 81% x (16-4) = 13,72 14 - 16 0 0 Sangat Terhambat 2. 4 + 66% x (16-4) = 11,92 12 - 13 0 0 Terhambat 3. 4 + 56% x (16-4) = 10,72 11 4 10 Cukup Terhambat 4. 4 + 46% x (16-4) = 9,52 10 2 5 Tidak Terhambat 5. < 10 < 10 34 85 Sangat Tidak Terhambat

(76)

Analisis data di atas mengga mbarkan persentase jumlah guru ekonomi yang mengalami hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran ekonomi dengan pendekatan kontekstual. Selanjutnya faktor-faktor yang menghambat dalam pelaksanaan pembelajaran ekonomi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif sebagai berikut:

Jumlah item pernyataan dalam kuesioner penelitian ini sebanyak 23 item, dan total keseluruhan skor dari 23 item tersebut adalah 1969. untuk melihat skor rata-rata (mean) digunakan rumus:

Mean =

n xi

=

23 1969

= 85,6 ~ 86

• Jika skor item = mean = Menghambat

• Jika skor item < mean = Tidak Menghambat

Hasil deskripsi perbandingan antara total skor masing- masing item dengan mean dapat dilihat dalam tabel IV. 8

Tabel IV.8

Deskripsi Keseluruhan Skor Item Variabel

Variabel Item Skor Mean Keterangan

1 95 86 Menghambat

2 106 86 Menghambat

3 80 86 Tidak Menghambat 4 75 86 Tidak Menghambat 5 70 86 Tidak Menghambat Kreatif (Inquiry)

(77)

Variabel Item Skor Mean Keterangan

7 94 86 Menghambat

8 89 86 Menghambat

Kritis (Bertanya)

10 78 86 Tidak Menghambat 11 78 86 Tidak Menghambat

13 87 86 Menghambat

14 81 86 Tidak Menghambat Diskusi

15 87 86 Menghambat

16 87 86 Menghambat

17 77 86 Tidak Menghambat Pemodelan

18 105 86 Menghambat

19 98 86 Menghambat

20 89 86 Menghambat

Refleksi

21 89 86 Menghambat

22 69 86 Tidak Menghambat 23 82 86 Tidak Menghambat 24 80 86 Tidak Menghambat Penilaian Otentik

25 89 86 Menghambat

Sumber: Hasil olah data kuesioner, 2008

1) Hambatan dalam melaksanakan pembelajaran yang Kreatif (Inquiry) Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa item 1 dan 2 tergolong dalam kriteria menghambat. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam menentukan metode bela

Gambar

Tabel III.1
Tabel III.2
Tabel III.3
Tabel III.4
+7

Referensi

Dokumen terkait

menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara dari tahun.

Penelitian yang dilakukan merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan secara bersiklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu: perencanaan,

a. Kesiapan kemampuan mahasiswa pra jabatan dalam merencanakan pembelajaran. 1) Dalam merancang perencanaan mereka sebagian besar (46%) rata-rata cukup menguasai aspek yang

Yang telah melimpahkan segala nikmat-Nya pada kita, sehingga kita dapat menjalankan aktifitas sehari-hari dengan baik. Sehubungan akan diadakannya ”Role play” , yang

Analisis Pelaksanaan Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular Dalam Deteksi Dini dan Pencegahan Komplikasi Diabetes Melitus di Puskesmas Glugur Darat Tahun

Kedua orang tua, Ibu &amp; Bapak yang telah memberikan dukungan baik secara moril maupun materil, terima kasih atas segala doa, bimbingan dan pelajaran yang telah

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya klarifikasi dan negosiasi dan dengan berakhirnya masa sanggah, untuk itu kami mengundang Direktur Utama / Pimpinan Perusahaan

This research showes: (i) the students have positive attitude towards English learning in terms of their cognitive, emotional, and behavioural aspects with the