• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KP 660 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK BANDAR UDARA MINDIPTANA KABUPATEN BOVEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KP 660 TAHUN 2017 TENTANG RENCANA INDUK BANDAR UDARA MINDIPTANA KABUPATEN BOVEN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR: KP 660 TAHUN 2017

TENTANG

RENCANA INDUK BANDAR UDARA MINDIPTANA KABUPATEN BOVEN

DIGOEL PROVINSI PAPUA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Pasal 457 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan mengatur rencana induk bandar udara pada bandar udara yang beroperasi harus

disesuaikan dengan Undang-Undang;

b. bahwa Bandar Udara Mindiptana Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua merupakan bandar udara umum yang diselenggarakan oleh Unit Penyelenggara Bandar

Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara;

c.

bahwa

berdasarkan

hasil

evaluasi

terhadap

studi

rencana induk Bandar Udara Mindiptana Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua dinyatakan telah

memenuhi pers3^aratan administratif dan teknis;

d. bahwa

berdasarkan

pertimbangan

sebagaimana

dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, maka

perlu

ditetapkan

Keputusan

Menteri

Perhubungan

tentang Rencana Induk Bandar Udara Mindiptana Kabupaten Boven Digoel Provinsi Papua;

(2)

ST

-2-Mengmgat

:1. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang

Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4956);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2001 tentang

Keamanan dan Keselamatan Penerbangan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 9,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

4075);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2012 tentang

Pembangunan dan Pelestarian Lmgkungan Hidup

Bandar Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2012 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5295);

4. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang

Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia tahun 2015 Nomor 8);

5. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang

Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik

Indonesia tahun 2015 Nomor 75);

6. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 48 Tahun

2002 tentang Penyelenggaraan Bandar Udara Umum;

7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun

2006 tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di

Lingkungan Departemen Perhubungan;

8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 69 Tahun

2013

tentang Tatanan

Kebandarudaraan

Nasional

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor

1046);

9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 40 Tahun

2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Unit

Penyelenggara Bandar Udara (Berita Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 1332) sebagaimana telah

diubah

dengan

Peraturan

Menteri

Perhubungan

Republik Indonesia Nomor PM 83 Tahun 2015 (Berita

Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 688);

(3)

%

-3-10. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia

Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi Dan

Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara

Republik

Indonesia

Tahun

2015

Nomor

1844)

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri

Perhubungan Nomor PM 86 Tahun 2016 (Berita Negara

Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1012);

11. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia

Nomor PM 87 Tahun 2016 tentang Tata Cara dan

Prosedur Pemberian Izin Mendirikan Bangunan Bandar

Udara dan Persetujuan Pengembangan Bandar Udara

(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor

1031).

Memperhatikan : 1. Surat

Rekomendasi

Gubernur

Papua

Nomor

553.2/9249/SET tentang Rencana Induk Bandar Udara

Mindiptana

-

Kabupaten

Boven

Digoel

Provinsi

Papua;Surat Rekomendasi Bupati Boven Digoel Nomor

800/192/BUP/V/2016 tentang Rencana Induk Bandar

Udara Mindiptana - Kabupaten Boven Digoel Provinsi

Papua;

2. Surat

Bupati

Boven

Digoel

Nomor

550/193/ BUP/V/ 2016

perihal

Kesanggupan

Penyediaan Lahan Untuk Pembangunan Bandar Udara

Mindiptana;

3. Surat Usulan Penetapan Rencana Induk Bandar Udara

Mindiptana

Nomor

UM.00.002/299/VIII/KD-2016

Tanggal

8

Agustus

2016

kepada

Menteri

Perhubungan RI.

Menetapkan

MEMUTUSKAN:

KEPUTUSAN

MENTERI

PERHUBUNGAN

TENTANG

RENCANA

INDUK

BANDAR

UDARA

MINDIPTANA

(4)

PERTAMA KEDUA KETIGA KEEMPAT KELIMA KEENAM

^

-4-Bandar Udara Mindiptana berada di Kabupaten Boven

Digoel Provinsi Papua, dengan titik ujung landas pacu 16

pada koordinat geografis 5° 52' 32,578" Lintang Selatan

dan 140° 42' 33,048" Bujur Timur atau pada koordinat

bandar udara X = 20.000 meter dan Y = 20.000 meter

dimana sumbu X berhimpit dengan sumbu landas pacu

yang mempunyai azimuth 164° 13' 30,936" geografis dan

sumbu Y melalui ujung landas pacu 16 tegak lurus

sumbu X.

Lokasi dan titik-titik ujung landas pacu Bandar Udara

sebagaimana

pada

Diktum PERTAMA

sebagaimana

tercantum dalam Lampiran I yang tidak terpisahkan dari

Keputusan ini.

Titik referensi bandar udara /Aerodrome Reference Point

(ARP) Bandar Udara Mindiptana di Kabupaten Boven

Digoel Provinsi Papua ditentukan lebih lanjut oleh

Direktur Jenderal Perhubungan Udara sesuai dengan

ketentuan Peraturan Perundang-undangan.

Hirarki Bandar Udara Mindiptana di Kabupaten Boven

Digoel Provinsi Papua tersebut merupakan Bandar Udara

Pengumpan dan diselenggarakan oleh Unit Penyelenggara

Bandar Udara (UPBU).

Luas lahan

untuk

kebutuhan

pembangunan

dan

pengembangan Bandar

Udara Mindiptana Kabupaten

Boven Digoel Provinsi Papua pada Diktum PERTAMA

sebesar ± 29,6415 Ha

a. Luas lahan eksisting

=

14,0624 Ha

b. Luas lahan pengembangan

=

15,5791 Ha

Total kebutuhan Lahan Bandara 29,6415 Ha

Rencana Induk Bandar Udara Mindiptana di Kabupaten

Boven Digoel Provinsi Papua, sebagaimana tercantum

dalam Lampiran II Keputusan ini, terdiri dari :

a.

prakiraan permintaan kebutuhan pelayanan

(5)

KETUJUH KEDELAPAN KESEMBILAN KESEPULUH KESEBELAS KEDUABELAS

S

-5-b. kebutuhan fasilitas; c. tata letak fasilitas;

d.

tahapan pelaksanaan pembangunan;

e.

kebutuhan dan pemanfaatan lahan; dan

f.

kawasan keselamatan operasi penerbangan.

Penyelenggara Bandar Udara Mindiptana di Kabupaten

Boven Digoel Provinsi Papua, wajib memenuhi aspek

keselamatan dan keamanan penerbangan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan.

Unit Penyelenggara Bandar Udara dalam jangka waktu

paling lama 3 (tiga) tahun wajib melengkapi dokumen

batas kawasan kebisingan, dokumen daerah lingkungan

kerja

dan

daerah

lingkungan

kepentingan

yang

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Lampiran

II Keputusan ini.

Unit Penyelenggara Bandar Udara berkewajiban untuk:

a.

menyusun

teknik

terinci

fasilitas

pokok

bandar

udara; dan

b. menyusun analisa dampak lingkungan terhadap

pembangunan dan pengoperasian Bandar Udara.

Pembiayaan yang timbul atas rencana induk Bandar

Udara Mindiptana di Kabupaten Boven Digoel Provinsi

Papua dilakukan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

Rencana penggunaan dan pemanfaatan lahan yang tidak

sesuai dan belum di atur dalam Diktum KELIMA wajib

memperoleh persetujuan Direktur Jenderal Perhubungan

Udara.

Rencana

penggunaan

dan

pemanfaatan

lahan

sebagaimana dimaksud dalam Diktum KELIMA berlaku

untuk kurun waktu 20 (dua puluh) tahun dan dapat

(6)

-6-KETIGABELAS : Direktur Jenderal Perhubungan Udara melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan Keputusan ini.

KEEMPATBELAS :

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : JAKARTA pada tanggal : 19 Juli 2017

MENTERI PERHUBUNGAN,

ttd

BUDI KARYA SUMADI

SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada:

1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia; 2. Menteri Sekretaris Negara Republik Indonesia;

3. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia;

4. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia;

5. Menteri Keuangan Republik Indonesia;

6. Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia;

7. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia;

8. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia;

9. Menteri Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional Republik

Indonesia;

10. Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia;

11. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia/Kepala

BAPPENAS;

12. Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Para Direktur Jenderal dan Para

Kepala

Badan di lingkungan

Kementerian

Perhubungan

Republik

Indonesia;

13. Ketua DPRD Provinsi Papua; 14. Gubernur Papua;

15. Ketua DPRD Kabupaten Boven Digeol;

16. Bupati Boven Digoel;

17. Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Papua;

18. Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Boven

Digoel.

Salinan sesuai dengan aslinya

[IR(f) HUKUM,

I RAHAYU

a Muda (IV/c)

(7)

LAMPIRAN II

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : KP 660 TAHUN 2017

TENTANG RENCANA INDUK BANDAR UDARA

MINDIPTANA KABUPATEN BOVEN DIGOEL

PROVINSI PAPUA

TANGGAL: 19 JULI 2017

RENCANAINDUK

I. Prakiraan Permintaan Kebutuhan Pelayanan Penumpang dan Kargo

Rencana pembangunan dan pengembangan fasilitas bandar udara untuk memenuhi kebutuhan operasi penerbangan dan pelayanan bandar udara

dilakukan terutama berdasarkan pevkembangan lalu lintas angkutan

udara sebagaimana tercantum pada Tabel I.

Tabel I ..

PRAKIRAAN PERMINTAAN JASA ANGKUTAN UDARA

BANDAR UDARA MINDIPTANA KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI

PAPUA

NO. URAIAN

2016 TAHAPI TAHAP II KETERANGAN

1 Pergerakan

Penumpang

a. Tahunan 2662 6111 3097 Penumpang

b. Harian 12 18 46 Penumpang

c. Jam Sibuk 12 18 46 Penumpang

2 Pergerakan Pesawat

a. Tahunan 392 730 838 Pesawat

b. Harian 2 2 4 Pesawat

c. Jam Sibuk 2 2 4 Pesawat

3 Jumlah Pesawat Jam

Sibuk 1 1 2

Pesawat

4 Pesawat terbesar yang

dilayani Grand Caravan Grand Caravan N219 Pesawat

5 Rute terjauh yang

dilayani Merauke Merauke Merauke kota

II. Kebutuhan Fasilitas

1.

2.

Fasilitas bandar udara yang direncanakan untuk dibangun dan

dikembangkan sebagaimana tercantum pada Tabel II.

Pelaksanaan pembangunan dan pengembangan fasilitas

bandar

(8)

dengan Kajian Lingkungan yang nantinya akan diterbitkan Izin Pembangunan Bandara oleh Menteri Perhubungan.

3. Pembangunan dan pengembangan fasilitas bandar udara

dilaksanakan dengan mempertimbangkan prioritas kebutuhan dan

kemampuan pendanaan sesuai peraturan perundang-undangan.

Tabel II

RENCANA PENGEMBANGAN DAN TAHAPAN PEMBANGUNAN BANDAR UDARA MINDIPTANA DI KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI

PAPUA

No

FASILITA^BANDAR i Efesisting

V

T

i

^ ,

r.

UDARA

-2016

TahaP H '

''KETERANGAN

I PESAWAT TERBESAR Caravan Grand Caravan N-219 i II RUTE PELAYANAN

TERJAUH Merauke Merauke Merauke

III AERODROME REFERENCE CODE 2B 2B 2C IV KATEGORI OPERASI RUNWAY Non Instrumen Non Instrumen Non Instrumen V FASILITAS SISI UDARA a. Runway 800 x 18 900 x 23 900 x 30 m2 b. Runway Strip 860 x 60 1020 x 80 1020x90 m2

c. Runway End Safety

Area TH. 16 - 90x46 90x60 m2 TH. 34 - 90x46 90x60 m2 d. Declared Distance TORA TH. 16 800 900 900 m TH. 34 800 900 900 m TODA TH. 16 800 1050 1050 m TH. 34 860 1050 1050 m ASDA TH. 16 800 900 900 m TH. 34 800 900 900 m LDA TH. 16 800 900 900 m TH. 34 800 900 900 m e. Turning Area TH. 16 -Turn Pad to Code Number B Turn Pad to Code Number C TH. 34 -Turn Pad to Code Number B Turn Pad to Code Number C f. Exit Taxiway - 1 1 - Dimensi (75 x 15) (72,5 x 15) (69 x 15) m2 h. Apron - Jumlah Pesawat di Apron Grand Caravan (Seat ± 12) 1 1 1 Pesawat N219 (Seat ± 19) -- 1 - Cadangan - 1 1 Pesawat

(9)

No, FASILITAS BANE

udAra"-Ek'sistiri'g ;!

Tahap i Tahap II KETERANGAN

- Dimensi Apron (60 x 40) (60 x 40) (95 x 40) -VI FASILITAS PENUNJANG 1 KATEGORI PKP-PK - 3 3 PELAYANAN LALU 2

LINTAS UDARA Un Attended AFIS AFIS

3 FASILITAS NAVIGASI NDB NDB NDB

HF-SSB trx HF-SSB trx

FASILITAS A/G;VHF A/G ; VHF

4 KOMUNIKASI - trx A/G, trx A/G,

PENERBANGAN ATIS, TTY,

DS, ATN

ATIS, TTY,

DS, ATN

Windsock Windsock

Signal lamp Signal lamp Apron Flood Apron Flood

Light Light

Obstruction Obstruction

light light Rotating Rotating

Beacon Beacon

ALAT BANTU Windsock PAPI PAPI

5

PENDARATAN VISUAL RTIL

R/WEdge light R/WEnd light T/ W Edge light T/H light Apron Edge

light "

RTIL R/WEdge light R/ W End light T/WEdge light T/H light Apron Edge

light *

Handheld MD Walk

FASILITAS Handheld MD Handheld MD Through

6 PERALATAN Handy Talky Handy Talky X-Ray Cabin

PENGAMANAN Pagar Pagar Motor Patroli

PENERBANGAN Bandara Bandara Handy Talky Pagar Bandara Power Supply: PLN 80 s/d Power Supply: 7 FASILITAS PENUNJANG Power Supply: 250 KVA Genset 80-250 KVA PLN 80 s/d 250 KVA Genset 80 -250 KVA JTM 6 KV JTR 220/380 PENERBANGAN Genset 15 KVA 2 unit JTM 6 KV JTR 220/380 V Control V Power Control Power Automathic Automathic

VII FASILITAS SISI

DARAT A ZONA UMUM 1 2 Terminal Penumpang Parkir 185 305 775 m2 m2 Parkir Mobil - 315 805 (23 unit / 35 m2 Tahap Ultimate) Parkir Taksi - 70 175 m2 (5 unit / 35 m2 Tahap Ultimate)

(10)

N° r

UDARA-

'2016

Tahap II .'.KETERANGAN Parkir Bus - 50 100 (2 unit / 50 m'2 Tahap Ultimate) Parkir Motor - 36 96 m2 (16 unit / 6 m'2 Tahap Ultimate)

Total Luas Parkir - 471 1176 m2

3 Tempat Ibadah - 150 150 m2 4 Terminal Kargo - 500 500 m2 (Penyediaan Lahan) B ZONA TEKNIS 1 Fasilitas Navigasi a. Menara Pengawas - 172 172 m2 (Penyediaan Lahan) b. Kantor Administrasi Airnav - 120 120 m2 (Penyediaan Lahan)

c. Menara Air Airnav - 20 20

m2 (Penyediaan Lahan) d. Genset Airnav - 24 24 m2 (Penyediaan Lahan) 2 Bangunan Administrasi - 185 185 m2 3 Bangunan Operasional 190 305 305 m2 4 Power House 35 202 202 m2

5 Power house lama 18 - - m2

6 Bangunan PKP-PK 125 325 325 m2 7 Rumah Pompa - 155 3 55 m2 8 Bak Sampah - 200 200 m2 9 Bengkel (Workshop Building) 153 221 221 m2 10 GSE Park - 100 100 m2 11 Fasilitas NDB 79 10000 10000 m2 (Penyediaan Lahan) C ZONA PENUNJANG 1 Kantin Umum - 283 283 m2 2 Fasilitas Meteorologi a. Taman Meteo - 900 900 m2 (Penyediaan Lahan) b. Kantor Meteo 365 365 m2 (Penyediaan • Lahan) 3 Pos Jaga - 20 20 m2 (5 unit, Uk. 2 m x 2 m) 4 Rumah Dinas Type 50/120(3) 120 120 360 m2 Type 36/100 (10) 800 500 1000 m2 5 Aula 252 252 m2 6 DPPU - 5000 5000 m2 (Penyediaan Lahan)

(11)

III.

Tata Letak Fasilitas dan Tahapan Pelaksanaan Pembangunan

Rencana

penggunaan

dan

pemanfaatan

lahan

untuk

keperluan

peningkatan pengoperasian, pelayanan, pengelolaan dan pengusahaan

serta pembangunan dan pengembangan bandar udara sebagaimana

tercantum pada Lampiran II. A dan II. B.

IV. Kebutuhan dan Pemanfaatan Lahan

1.

Untuk

menyelenggarakan

kegiatan

pengoperasian,

pelayanan,

pengelolaan dan pengusahaan serta pengembangan bandar udara

sesuai rencana induk, dengan rincian sebagai berikut:

2.

a. Luas lahan eksisting

b. Luas lahan pengembangan

Total kebutuhan Lahan Bandara

14,0624 Ha

15,5791 Ha

29,6415 Ha

Batas kebutuhan lahan sebagaimana dimaksud pada IV butir (1),

dinyatakan dalam Sistem Koordinat Bandar Udara Mindiptana

-Kabupaten Boven Digoel menggunakan titik referensi koordinat

bandar udara (X = 20000,000 m ; Y = 20000,000 m) yang merupakan

garis perpotongan sumbu X dengan sumbu Y. Sumbu X berhimpit

dengan garis as landas pacu dengan arah azimuth 164° 13' 30,936"

terhadap arah Utara geografis. Sumbu Y tegak lurus garis sumbu X

dan melalui ujung landas pacu 16, sebagaimana tercantum pada

Tabel III.

Kebutuhan luas lahan sebagaimana yang dimaksud pada butir 2

seperti yang tercantum pada Lampiran II. C.

Tabel III

KOORDINAT BATAS LAHAN EKSISTING BANDAR UDARA MINDIPTANA

TITIK

KOORDINAT ACS KOORDINAT UTM

KOORDINAT GEOGRAFIS WGS'84 LINTANG SELATAN BUJUR TIMUR X (M). Y (M) • X(M) Y(M) o : •• 1 • •• E.l 19845.255 20035.635 467800.003 9350684.254 5 52 27.413 140 42 32.798 E.2 21100.000 20035.635 468141.1129 9349476.765 5 53 6.742 140 42 43.872 E.3 21100.000 19962.315 468070.5543 9349456.833 5 53 7.390 140 42 41.576 E.4 20488.676 19962.315 467904.3622 9350045.133 5 52 48.228 140 42 36.181 E.5 20488.676 19780.175 467729.082. 9349995.617 5 52 49.838 140 42 30.480 E.6 20461.905 19780.175 467721.8041 9350021.38 5 52 48.999 140 42 30.244 E.7 20408.199 19768.794 467696.2514 9350069.969 5 52 47.416 140 42 29.414 E.8 20352.967 19766.742 467679.2616 9350122.563 5 52 45.703 140 42 28.862 E.9 20322.063 19769.207 467673.2323 9350152.973 5 52 44.713 140 42 28.667 E.10 20310.269 19775.757 467676.3293 9350166.104 5 52 44.285 140 42 28.767 E.ll 20201.229 19803.668 467673.546 9350278.625 5 52 40.620 140 42 28.679 E.12 20202.623 19973.405 467837.2693 9350323.427 5 52 39.164 140 42 34.004 E.13 19845.255 19973.862 467740.5565 9350667.461 5 52 27.959 140 42 30.865

(12)

KOORDINAT BATAS LAHAN PENGEMBANGAN BANDAR UDARA MINDIPTANA TITIK • . !••.,; •-.. .•• KOORDINAT GEOGRAFIS WGS'84

KOORDINAT ACS KOORDINAT UTM LINTANG

SELATAN BUJUR TIMUR X(M) • Y(M) X(M) o , •< o • •i P.l 19841.673 20065.000 467827.2882 9350695.684 5 52 27.04 1 140 42 33.686 P.2 21100.000 20065.000 468169.372 9349484.748 5 53 6.483 140 42 44.791 P.3 21100.000 19935.000 468044.268 9349449.407 5 53 7.631 140 42 40.721 P.4 20945.107 19935.000 468002.1595 9349598.466 5 53 2.776 140 42 39.354 P.5 20945.107 19751.128 467825.2124 9349548.48 5 53 4.401 140 42 33.599 P.6 20315.688 19751.128 467654.1011 9350154.193 5 52 44.672 140 42 28.044 P.7 20295.309 19753.343 467650.6925 9350174.407 5 52 44.014 140 42 27.934 P.8 20298.402 19778.795 467676.0268 9350178.35 5 52 43.886 140 42 28.758 P.9 20202.307 19935.000 467800.2248 9350313.291 5 52 39.494 140 42 32.799 P.10 19841.673 19935.000 467702.1843 9350660.343 5 52 28.190 140 42 29.617

V. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan

1. Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan terdiri dari :

a) Batas - batas ketinggian pada Kawasan Ancangan Pendaratan

dan Lepas Landas pada ujung landas pacu 16 ditentukan

dengan kemiringan dan jarak melalui perpanjangan sumbu landas pacu sebagai berikut:

1) Bagian pertama dengan kemiringan sebesar 4% arah ke atas dan ke luar dimulai dari ujung Permukaan Utama pada ketinggian ambang landas pacu 16 sampai jarak mendatar 1.125 m pada ketinggian 45 m di atas ambang

landas pacu 16;

2) Bagian kedua dengan kemiringan 0% sampai jarak mendatar tambahan 865 m pada ketinggian 45 m di atas ambang landas pacu 16;

3) Bagian ketiga dengan kemiringan 5% arah keatas dan keluar sampai jarak mendatar tambahan 1.100 m pada ketinggian 100 m di atas ambang landas pacu 16;

b) Batas - batas ketinggian pada Kawasan Ancangan Pendaratan

dan Lepas Landas pada ujung landas pacu 34 ditentukan dengan kemiringan dan jarak melalui perpanjangan sumbu

landas pacu sebagai berikut:

Bagian pertama dengan kemiringan sebesar 4% arah ke atas dan keluar dimulai dari ujung Permukaan Utama

pada ketinggian ambang landas pacu 34 sampai jarak mendatar 1.122 m pada ketinggian 45 m di atas ambang

(13)

11.

111.

Bagian kedua dengan kemiringan 0% sampai jarak mendatar tambahan 868 m pada ketinggian 45 m di atas

ambang landas pacu 16;

Bagian ketiga dengan kemiringan 5% sampai jarak mendatar tambahan 1.100 m pada ketinggian 100 m di

atas ambang landas pacu 16.

c) Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan, batas-batas ketinggian ditentukan oleh kemiringan 4% (empat persen) arah ke atas dan ke luar dimulai dari ujung Permukaan Utama pada ketinggian masing-masing ambang landas pacu sampai dengan ketinggian 45 m di atas ambang landas pacu 16 sepanjang jarak mendatar 2.500 m melalui perpanjangan sumbu landas

pacu;

d) Kawasan di Bawah Permukaan Transisi, batas-batas ketinggian ditentukan oleh kemiringan 20 % (dua puluh persen) arah ke atas dan ke luar, dimulai dari sisi panjang dan pada ketinggian yang sama seperti Permukaan Utama serta Permukaan Ancangan Pendaratan dan Lepas Landas menerus sampai memotong Permukaan Horizontal Dalam pada ketinggian 45 m di atas ketinggian ambang landas pacu 16, atau pada jarak mendatar 225 m dari sisi panjang permukaan

utama;

e) Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Dalam, batas-batas ketinggian ditentukan 45 m di atas ketinggian ambang landas

pacu 16;

f) Kawasan di Bawah Permukaan Kerucut, batas-batas ketinggian ditentukan oleh kemiringan 5% (lima persen) arah ke atas dan ke luar, dimulai dari tepi luar Kawasan di Bawah Permukaan Horizontal Dalam pada ketinggian 45 m sampai memotong Permukaan Horizontal Luar pada ketinggian 100 m .di atas ketinggian ambang landas pacu 16;

g) Titik Koordinat Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan sebagaimana dimaksud pada butir 1 sebagaimana tercantum pada Tabel IV.

Tabel IV

A. Kawasan Ancangan Pendaratan dan Lepas Landas

TITIK

SISTEM ACS SISTEM UTM

KOORDINAT GEOGRAFIS WGS'84

, LINTANG SELATAN BUJUR TIMUR

X(M) Y,(M) X(M) Y(M) 0 • 0 " A.l.l 19940,000 20075,000 227436,396 9251944,537 6 45 40,781 108 32 3,281 A. 1.2 19940,000 19925,000 227550,814 9251847,540 6 45 43,956 108 32 6,989 A. 1.3 4940,000 19400,000 218251,537 9240066,238 6 52 5,681 108 27 2,309 A. 1.4 4940,000 20600,000 217336,192 9240842,217 6 51 40,277 108 26 32,647 A.2.1 21342,304 20075,000 228343,196 9253014,197 6 45 6,128 108 32 32,970 A.2.2 36342,304 20600,000 237642,473 9264795,499 6 38 44,291 108 37 37,493 A.2.3 36342,304 19400,000 238557,818 9264019,520 6 39 9,683 108 38 7,159 A.2.4 21342,304 19925,000 228457,614 9252917,200 6 45 9,303 108 32 36,678

(14)

B. Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan

TITIK

SISTEM AGS SISTEM UTM

KOORDINAT GEOGRAFIS WGS'84

LINTANG SELATAN BUJUR TIMUR

X(M) Y(M) X(M) .. y tf 0 1 " 0 • " A.1.1 19940,000 20075,000 227436,396 9251944,537 6 45 40,781 108 32 3,281 A. 1.2 19940,000 19925,000 227550,814 9251847,540 6 45 43,956 108 32 6,989 A.1.5 16940,000 19625,000 225839,702 9249365,183 6 47 4,436 108 31 10,885 A. 1.6 16940,000 20375,000 225267,612 9249850,170 6 46 48,562 108 30 52.345 A.2.1 21342,304 20075,000 228343,196 9253014,197 6 45 6,128 108 32 32,970 A.2.5 24342,304 20375,000 230054,307 9255496,554 6 43 45,642 108 33 29,066 A.2.6 24342,304 19625,000 230626,398 9255011,567 6 44 1,515 108 33 47,606 A.2.4 21342,304 19925,000 228457,614 9252917,200 6 45 9,303 108 32 36,678

C. Kawasan Dibawah Permukaan Transisi

TITIK

SISTEM ACS SISTEM UTM

KOORDINAT GEOGRAFIS WGS'84

' LINTANG SELATAN BUJUR TIMUR

X(M) Y(M)- X(M) Y (M) 0 • " 0 • " A.1.1 19940,000 20075,000 227436,396 9251944,537 6 45 40,781 108 32 3,281 B.l.l 17781,063 20390,000 225800,043 9250501,421 6 46 27,462 108 31 9,783 B.1.2 23592,304 20390,000 229557,879 9254934,163 6 44 3,859 108 33 12,818 A.2.1 21342,304 20075,000 228343,196 9253014,197 6 45 6,128 108 32 32,970 A. 1.2 19940,000 19925,000 227550,814 9251847,540 6 45 43,956 108 32 6,989 A.2.4 21342,304 19925,000 228457,614 9252917,200 6 45 9,303 108 32 36,678 B.2.2 23592,304 19610,000 230152,853 9254429,777 6 44 20,367 108 33 32,100 B.2.1 17781,063 19610,000 226395,017 9249997,035 6 46 43,971 108 31 29,064

D. Kawasan Dibawah Permukaan Horizontal Dalam

TITIK

SISTEM ACS SISTEM UTM

KOORDINAT GEOGRAFIS WGS'84

LINTANG SELATAN BUJUR TIMUR

X(M) Y(M) X(M) Y(M)

Zj

; , " 0 B.l.l 17781,063 20390,000 225800,043 9250501,421 6 46 27,462 108 31 9,783 C.l.l 15982,955 20584,631 224488,836 9249255,705 6 6 47 7,773 108 30 26,898 CI.2 19940,000 24000,000 224442,456 9254482,636 44 17,708 108 30 26,261 C.1.3 21342,304 24000,000 225349,255 9255552,296 6 43 43,057 108 30 55,950 C.1.4 25299,349 20584,631 230513,276 9256362,134 6 43 17,554 108 33 44,144 B.1.2 23592,304 20390,000 229557,879 9254934,163 6 44 3,859 108 33 12,818 B.2.1 17781,063 19610,000 226395,017 9249997,035 6 46 43,971 108 31 29,064 B.2.2 23592,304 19610,000 230152,853 9254429,777 6 44 20,367 108 33 32,100 C.2.2 25299,349 19415,369 231405,174 9255606,031 6 43 42,299 108 34 13,048 C.2.3 21342,304 16000,000 231451,554 9250379,101 6 46 32,372 108 34 13,709 C.2.4 19940,000 16000,000 230544,755 9249309,441 6 47 7,027 108 33 44,019 C.2.1 15982,955 19415,369 225380,733 9248499,603 6 47 32,521 108 30 55,802

(15)

E. Kawasan Dibawah Permukaan Kerucut

TITIK

SISTEM ACS' SISTEM U T M

KOORDINAT GEOGRAFIS WGS'84

LINTANG SELATAN BUJUR TIMUR

X(M) Y (M) . X(M) Y (M) 0 1 " 0 " C.l.l 15982,955 20584,631 224488,836 9249255,705 6 47 7,773 108 30 26,898 D.l.l 14472,825 20600,000 223500,588 9248113,736 6 47 44,760 108 29 54,541 D.1.2 19940,000 25500,000 223298,275 9255452,610 6 43 45,960 108 29 49,186 D.1.3 21342,304 25500,000 224205,074 9256522,270 6 43 11,309 108 30 18,874 D.1.4 26809,479 20600,000 231478,077 9257523,980 6 42 39,908 108 34 15,731 C.1.4 25299,349 20584,631 230513,276 9256362,134 6 43 17,554 108 33 44,144 C.1.3 21342,304 24000,000 225349,255 9255552,296 6 43 43,057 108 30 55,950 C.1.2 19940,000 24000,000 224442,456 9254482,636 6 44 17,708 108 30 26,261 C.2.1 15982,955 19415,369 225380,733 9248499,603 6 47 32,521 108 30 55,802 C.2.4 19940,000 16000,000 230544,755 9249309,441 6 47 7,027 108 33 44,019 C.2.3 21342,304 16000,000 231451,554 9250379,101 6 46 32,372 108 34 13,709 C.2.2 25299,349 19415,369 231405,174 9255606,031 6 43 42,299 108 34 13,048 D.2.2 26809,479 19400,000 232393,422 9256748,001 6 43 5,303 108 34 45,396 D.2.3 21342,304 14500,000 232595,735 9249409,127 6 47 4,117 108 34 50,794 D.2.4 19940,000 14500,000 231688,936 9248339,467 6 47 38,773 108 34 21,103 D.2.1 14472,825 19400,000 224415,932 9247337,757 6 48 10,160 108 30 24,204

2. Kawasan Di Sekitar Penempatan Alat Bantu Navigasi Penerbangan,

batas-batas ketinggian ditentukan sebagai berikut:

a) Batas ketinggian di sekitar Non Directional Beacon (NDB)

ditentukan oleh kemiringan bidang kerucut dengan sudut 3° (tiga derajat) ke atas dan ke luar titik tengah dasar antena dan sampai radius 300 m dilarang ada bangunan metal seperti konstruksi rangka besi/baja, tiang listrik dan Iain-lain melebihi batas ketinggian tersebut;

b) Batas ketinggian di sekitar alat Very High Frequency Directional

Omni Range (VOR)/ Distance Measuring Equipment (DME)

ditentukan oleh kemiringan bidang kerucut dengan sudut 2°

(sepuluh derajat) ke atas dan keluar titik antena pada ketinggian bidang counterpois dan pada jarak radial kurang 600 m dilarang adanya transmisi tegangan tinggi, bangunan metal seperti konstruksi rangka besi, tiang listrik dan Iain-lain

melebihi batas ketinggian sudut tersebut;

c) Batas ketinggian pada penempatan Alat Bantu Navigasi sebagaimana di maksud pada butir (2) sebagaimana berikut: 1) Batas Ketinggian Pada Penempatan Alat Bantu Navigasi

(a) Batas-batas di Sekitar Penempatan Non Directional Beacon (NDB)

(16)

(1) Luas Tanah dan Lokasi Perletakan NDB

Luas Tanah : 100 m x 100 m

Tiang Antenna

Tiang Antenna

Gedung NDB

Jarmgani Kawat Tanah

100 M

Sumber : SKEP 113/VI/2002

(2) Persyaratan Batas Ketinggian di Sekitar NDB

40 M

1

Tiang Antenna Antenna 70 M 100 M Tiang Antenna Permukaan Kerucut Paqat Tanah

(3) Persyaratan Bangunan dan Benda Tumbuh

- Didalam batas tanah 100 m x 100 m: bebas

bangunan dan benda tumbuh;

- Sampai dengan radius 300 m dari titik tengah antena tidak diperkenankan ada bangunan metal seperti konstruksi baja, tiang listrik dan Iain-lain; - Sampai dengan radius 1.000 m dari titik tengah

antena tidak diperkenankan adanya kelompok

pohon dan bangunan melebihi batas ketinggian

permukaan kerucut.

(4) Fungsi NDB adalah sebagai berikut:

- Homing, untuk memandu penerbang dalam

mengemudikan pesawat udara menuju lokasi bandar udara;

- Locator, memberikan panduan arah pendaratan

kepada penerbang pada saat posisi pesawatnya

berada di kawasan pendekatan untuk melakukan

pendaratan;

- En Route, memberikan panduan kepada pesawat

yang melakukan penerbangan jelajah di jalur

Blank Spot;

- Holding,

untuk

memandu

penerbang

yang

melakukan

holding

yaitu

menunggu

antrian

dalam pendaratan yang diatur oleh ATC.

(17)

(b)

Batas-batas di Sekitar Penempatan Doppler Very High

Frequency Directional Omni Range (DVOR)/Distance Measuring Equipment (DME)

(1) Luas Tanah dan Lokasi Perletakan DVOR / DME

P»gsr.

Gcdunfl & Arrtcnr»o

VOft

>Monior

2MM

Luas Tanah : 200 m x 200 m

(2) Persyaratan Batas-Batas Ketinggian Disekitar VOR/DME

Permukaan Kerucut

2° Bidang Counterpoise

Tanah

(3) Persyaratan Bangunan dan Benda Tumbuh

- Didalam radius 100 m dari titik tengah lahan: bebas benda tumbuh dan bangunan

- Di dalam radius 100-200 m dari titik tengah

lahan: ketinggian bangunan dan benda tumbuh tidak melebihi bidang Counterpoise

- Sampai radius 600 m dari titik tengah lahan pada permukaan kerucut tidak diperkenankan terdapat Saluran Udara Tegangan Tinggi

- Di dalam batas-batas ketinggian bangunan dari benda tumbuh ditentukan oleh permukaan

kerucut sebagaimana ditunjukkan pada gambar

di atas

(4)

Fungsi VOR/DME adalah sebagai Homing, Enroute

dan Holding dengan maksud:

- Untuk menentukan azimuth, sudut searah jarum jam terhadap utara dari stasiun VOR

dengan garis yang menghubungkan stasiun tersebut dengan pesawat

- Menunjukkan

data

besarnya

deviasi

lepada

Penerbang, sehingga Penerbang dapat

(18)

mengetahui posisi pesawat yang berada di kiri atau kanan dari jalur penerbangan yang seharusnya.

- Menunjukkan apakah arah pesawat menuju ke atau meninggalkan stasiun VOR

2. Untuk mendirikan, mengubah atau melestarikan bangunan, serta

menanam atau memelihara benda tumbuh di dalam Kawasan

Keselamatan Operasi Penerbangan harus memenuhi batas-batas ketinggian sebagaimana dimaksud dalam butir (1) dan Butir (2). 3. Untuk mendirikan bangunan baru di dalam Kawasan Ancangan

Pendaratan dan Lepas Landas, harus memenuhi batas ketinggian dengan tidak melebihi kemiringan 1,6% (satu koma enam persen) arah ke atas dan ke luar dimulai ujung Permukaan Utama pada ketinggian masing-masing ambang landas pacu 16 dan landas pacu

34.

4. Pada Kawasan Kemungkinan Bahaya Kecelakaan sampai jarak

mendatar 1.100 m dari ujung - ujung Permukaan Utama hanya

digunakan untuk bangunan yang diperuntukkan bagi keselamatan operasi penerbangan dan benda tumbuh yang tidak membahayakan keselamatan operasi penerbangan dengan batas ketinggian sebagaimana diatur dalam keputusan ini.

5. Untuk mempergunakan tanah, perairan atau udara di setiap kawasan yang ditetapkan dalam Peraturan ini, harus mematuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

a. tidak menimbulkan gangguan terhadap isyarat-isyarat navigasi

penerbangan atau komunikasi radio antar bandar udara dan pesawat udara;

b. Tidak menyulitkan penerbang membedakan lampu-lampu rambu

udara dengan lampu-lampu lain;

c. tidak menyebabkan kesilauan pada mata penerbang yang

mempergunakan bandar udara;

d. tidak melemahkan jarak pandang sekitar bandar udara;

e. tidak menyebabkan timbulnya bahaya burung atau dengan cara

lain dapat membahayakan atau mengganggu pendaratan, lepas landas atau gerakan pesawat udara yang bermaksud

mempergunakan Bandar Udara.

6. Pengecualian terhadap ketentuan mendirikan, mengubah, atau melestarikan bangunan sebagaimana dimaksud pada Butir 1, Butir

2, Butir 3, Butir 4, Butir 5, dan Butir 6 harus mendapat persetujuan

Menteri, dan memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. merupakan fasilitas yang mutlak diperlukan untuk operasi penerbangan;

b. memenuhi kajian khusus aeronautika; dan

c. sesuai dengan ketentuan teknis keselamatan operasi penerbangan.

7.

Terhadap bangunan yang berupa benda tidak bergerak yang sifatnya

sementara maupun tetap yang didirikan atau dipasang oleh orang atau yang telah ada secara alami, sebelum diterbitkannya ini antara lain pepohonan dan antena yang sekarang ini menjadi penghalang

(19)

(obstacle) tetap diperkenankan sepanjang prosedur keselamatan

operasi penerbangan terpenuhi.

8.

Pemberian tanda dan/atau pemasangan lampu

a. Bangunan-bangunan

dan/atau

benda-benda

sebagaimana

dimaksud dalam Butir 9 harus diberi tanda atau dipasangi

lampu.

b. Pemberian

tanda

atau

pemasangan

lampu,

termasuk

pengoperasian dan pemeliharaannya dilaksanakan oleh dan atas biaya pemilik atau yang menguasainya dan dilaksanakan sesuai

dengan pedoman yang akan diatur lebih lanjut oleh Direktur

Jenderal Perhubungan Udara.

9.

Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan sebagaimana dimaksud

pada point (1) tercantum pada Lampiran II D dan II E.

Salman sesuai dengan aslinya

hr6 hukmm,

?.mb-ipaStama MudaN(IV/c)

rft\ 19620620 198903 2 001

MENTERI PERHUBUNGAN

t t d

BUDI KARYA SUMADI

(20)

KOORDINAT TITIK-TITIK UJUNG LANDAS PACU TITIK SISTEM ACS KOORDINAT GEOGRAFIS WGS'84 ELEVASI SISTEM UTM LINTANG SELATAN BUJUR TIMUR MSL AES X(M] Y(M) X(M) Y(M) ' (M) (M) TH.16.Eks 19850.000 20000 000 467767 000 9350670000 5 52 27.876 140 42 31.725 60.046 0 000 TH.34.Ele 20650.000 20000 000 467984.485 9349900.130 5 52 52.952 140 42 38.735 61.056 1010 LEGENDA : I I I LANDASAN f=^J RENCANA SALURAN t Z I| TIMBUNAN 1. TERMINAL PENUMPANG ~~~~ , u 2. KANTOR BANDARA P^H JALAN I + I GR'O ES3 K0LAM 3. GEOUNG PKP-PK KETERANGAN : l=S = g| PEMUKIMAN H~ 1 KE8UN OURIAN Y///X HUTAN KARET 4. GEDUNG WORKSHOP ° \.."..V.\ So-P0WER H0USE BARU I , ,.| pagar 1;-;:;H hutan Sb. POwer house lama E^ SUNGA, EME1 RAWASAGU «• J^™ D D n a 125 SSO —; > KE CHSIR1K MINMPTANA 0 250 -Y-20.000 di dengan aslinya , HUKUM LAMPIRAN I KEPUTUSW menteri perhubjngan REPUBLIK INOONESIA NOMOR : KP 660 TAHUN 2017 TANGGAL : 19 JUU 2017 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Muda (IV/c) 0 198903 2 001 MENTERI PERHU8UNGAN REPUBLIK INDONESIA BUDI KARYA SUMADI PEKERJAAN RENCANAINDUK BANDAR UDARA MINDIPTANA KABUPATEN BOVEN DIGOEL, PROVINSI PAPUA NAMA CAMBAR KONDISI EKSISTING BANDAR UDARA NOMOR 01/06

(21)

LEGENOA: \'f?t\ EKSISTINC t^iSjl TAHAP I ggjjg TAHAP P I 1 PAGAR BANOARA I 1 PEMBATAS FASJUTAS l=l JAIAN l~-l AfiAH AURAM V-OSUNCAI tEBJSANOWW I I PEMUKIUAN >.-.-, FASILITAS SISI CURAT •rv FASILITAS SISI DAHAT 1 2 'a Ter^>lnal Panurnpang 10 Aula/Ruang Saibaguna Pari* Mobfl Penumpang ii 12 Bangunan Rumah Pompa Pari* Teksi Gadung Operational 2b 3 1 5 f 8a en 6c 9 Part* EM 13 Bang B«ng«l; Workshop Peri* Rods tX>« DPPU <Fual Fami (UnilO Kaniln umurn. Powar Houaa/Ganaat 15 Biwgunan NCS (Lahan} Man in Panganan (lahnn) Tnman Maworobgi (Lahan) Kamor AdnMlBIfaai Atfclv (Lallan) 17. Bjngun.il PKP-PK Manan An Ajt'iav (Lahan) Bangunan Oansat Aifaw (Lahan) 17B BaKAl-PKPJIC RumatiDlna* Kim* ArtmJnWnal Bandana 19 Ana Pambakaran Sampan (laran) Tarmmal Katgj Minn) 20 PjuJooa Tampal Ibadah 21 GSE Pa:r. dengan oslinya 0 HUKUM RAHAYU ?ar>»$^g>tbrna Muda (IV/c) NIP~?=*362G620 198903 2 001 LAMPIRAN II A KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KP 660 TAHUN 2017 TANGGAL : 19 JUU 2017 MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA ltd BUDI KARYA SUMADI -r-19.800 -r-19.600 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN PEKERJAAN RENCANA INDUK BANDAR UDARA MINDIPTANA KABUPATEN BOVEN DIGOEL. PROVINSI PAPUA NAMA GAMBAR RENCANA INDUK BANDAR UDARA NOMOR 02/06

(22)

a=3 S3 0 5 !&is

II

iS _r

ill

!Qz Q CQ

(23)

C_5 CQ OS E— 5 X £ E 3 I ll i s I 8 Hi

II

I!

5 3

11

js

Q l j Z2UJ < Q q m K 5

(24)

»» 3 n & i It V 'Sips I tSSlSfM S3' 88 ; as its ~s SS (Mdi It h U U L 1 i ? 8 3 S 5 S ? - S 9 B S S S S S S S S 5.JLi.2. *.JLJL * * ' * 9 S . S 8 8 S S S ? iTT7i"i . s s ; » • ! 8 • i > ? i i a a i i a s j a s s a s s s s i s s s K J S s s s s s ? s s s 5 5 v . . . . V 5 O S5z II \V/S 1 z 6 G < < -:1 - I \ * 1 'i * i a ' ".' •;= fEj - . ? o i :II'{ 3 9 > 3 gS ? I-:I: i ; 5 ; i i :•'• ; ', :-< * • • n 3 •' ?.: B 3 * * r- s ;• s 3 ;, a a •-• £3i ; 2

I

5 5 5 s . ,3 :, •;•S', s s s s * o a « If !.- :; -:• 5 S! :;: - •-• « -> 5

1

j r-" :.; . » § • :

1

« 2 •: ;t 3 < I i | j^ i z - - -

(25)

TITIK JARAK (M) JUMLAH JARAK (M) KETINGGIAN (AES) (M) KETINGGIAN (MSL) (M) KEMIRINGAN (%) POTONGAN MEMANJANG A-A SKA1AHOR1SONTAL: SfcALAVERTKAL 100 no PERMUKAAN TRANSISI PERMUKAAN HORIZONTAL OALAM PERMUKAAN HORIZONTAL DAI AM A*

£

225MI225 i4040| 265 0265 4040 C2 ^ D2 160.046 105.046 105.046 105.046 60.046 60.046 105.046 160.046 POTONGAN MELINTANG B-B OS 14 U SKALAHOKlSONTAL: i ... I I . I SKA1AVERTIKAL SS^SS^^S^^^^SS^ 0 100 200 MOM 3 Km RENCANA INDUK BANDAR UDARA MINDIPTANA KABUPATEN BOVEN DIGOEL PROVINSI PAPUA NAMA GAMBAR POTONGAN MEMANJANG DAN MELINTANG KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN (KKOP) 6/6

Gambar

Tabel III.
Tabel IV

Referensi

Dokumen terkait

(Ada hubungan yang signifikan antara laju asupan dengan risiko kesehatan) Dari hasil analisis juga dapat dilihat bahwa nilai OR = 2,36, artinya penduduk yang laju konsumsi

Ketercapaian peserta diklat dalam mencapai kompetensi keahlian tersebut pasti sangat dipengaruhi oleh prestasi pembelajaran produktif dan prestasi prakerin, mengapa

ayat (2); 4) Kewajiban memberi kesaksian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 berlaku juga terhadap mereka yang menurut pekerjaan, harkat dan martabat atau jabatannya

Sehingga diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuan belajar kanji dan bisa mendapatkan hasil belajar sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah

hasil persamaan di atas menghasilkan x (optimal) yang dapat digunakan untuk * menghitung tingkat tangkapan dan upaya yang optimal. Dengan demikian maka dapat diketahui

Ciri-ciri legenda yaitu dianggap benar–benar terjadi , tidak dianggap suci oleh empunya cerita, tokoh manusia kadang dengan sifat luar biasa, setting di dunia,

http://rangkuman-pelajaran.blogspot.com Page 10 SKL 37 : Menentukan nilai rata-rata dari data yang disajikan dalam bentuk diagram batang.. Contoh soal

Menurut penulis dari berbagai defenisi tentang mediasi di atas penulis menarik kesimpulan bahwa, mediasi adalah suatu proses negosiasi untuk memecahkan masalah melalui