• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. KATA PENGANTAR...ii. PANITIA PENYUSUNAN LAPORAN. iv BAB I PENDAHULUAN. 1. A. Rasionalitas Riset B. Tujuan...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i. KATA PENGANTAR...ii. PANITIA PENYUSUNAN LAPORAN. iv BAB I PENDAHULUAN. 1. A. Rasionalitas Riset B. Tujuan..."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

(2) i. Riset Partisipasi Pemilu 2014. DAFTAR ISI Halaman. DAFTAR ISI…………………………………………………………………..………………………………….………i KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………..…………….ii PANITIA PENYUSUNAN LAPORAN…………………………………………………………….………………iv BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………….………………1 A.. Rasionalitas Riset………..………………………………………………………………..………………..…2. B.. Tujuan.………………………………………………………………………………………………………..……3. C.. Tema Riset……………………..…………………………………………………………………………………3. BAB II PARTISIPASI PEMILIH.…………………………………….………….…………………………7 BAB III MEDIA KAMPANYE….………..………………………………………….………………………24 BAB IV PERILAKU PEMILIH….……………………………………….…………….……………………36 BAB V POLITIK UANG….………………………………………………………………….…………………47 BAB VI INTEGRITAS DAN KINERJA KPU….……………………………………….………………69 PENUTUP DAN REKOMENDASI….……………………………………………………….………………76 LAMPIRAN…………..…………………………………………………………………………………….……..…81 Metodologi Riset…………………………………………………………………………………………….………81 Daftar Rujukan……………………………….……………………………….……………………….……………83 Guide Question (Pertanyaan Arahan)……………..…………………………………………………………84 Catatan Deskriptif…..………………………………………………………………………………………………84 Catatan Reflektif…………………………………………………………………….………………………………85 SK Pelaksana riset dan jumlah sample…….………………………….……………………..….………100 SK Penyusun laporan..……………………………………….…………………………….……..…..………102 Dokumentasi……………………..………………………………….…………………………….………………107.

(3) ii. Riset Partisipasi Pemilu 2014. KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya Laporan Riset Partisipasi Masyarakat. pada Pemilu 2014 di. Kabupaten Boalemo dapat diselesaikan. Riset ini merupakan salah satu amanah yang diberikan oleh Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia kepada Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Boalemo sebagai Penyelenggara Pemilu Tingkat Kabupaten Boalemo yang wajib dilaksanakan dengan penuh rasa tanggungjawab. Adapun tema riset Partisipasi masyarakat dalam pemilu yakni : Masalah Sosial Ekonomi, Kehadiran dan Ketidakhadiran Pemilih di TPS (Voter turnout), Perilaku memilih (Voting behaviour), Politik uang (Money politics/Vote buying), Tingkat melek politik warga (Political literacy), dan Kesukarelaan Warga dalam politik (Political voluntarism) Terselesaikannya laporan hasil riset ini tidak terlepas dari peran Komisi Pemilihan Umum Provinsi Gorontalo dan partisipasi aktif Anggota dan Sekretariat KPU Kabupaten Boalemo beserta rekan-rekan mitra kerja lainnya, mulai dari tahapan persiapan, pengambilan data di lapangan, pengolahan data sampai dengan penyusunan laporan ini. Melalui kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya. kepada. masyarakat. Kabupaten. Boalemo. yang. telah. bersedia. meluangkan waktu untuk menjadi mitra kerja sebagai responden pada pelaksanaan riset partisipasi pemilu di kabupaten Boalemo.

(4) iii. Riset Partisipasi Pemilu 2014. Akhir kata, dengan segala keterbatasan dan kekurangan atas laporan hasil pelaksanaan riset ini, kami haturkan permohonan maaf dan demi kesempurnaan kegiatan. riset-riset. dimasa. depan. diharapkan. masukan. yang. membangun... Tilamuta,. Oktober 2015 Ketua. Amir Dj Koem, S.Ag. sifatnya.

(5) iv. Riset Partisipasi Pemilu 2014 PANITIA PENYUSUNAN LAPORAN. LAPORAN RISET PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PEMILU TAHUN 2014. I.. PEMBAHAS 1. DR. Razak Umar, S.Ag, M.Pd 2. Ferdiyanto Abas, STP. II. KETUA PELAKSANA 1. Amir Dj. Koem, S.Ag. III.. WAKIL KETUA PELAKSANA 1. Asra Djibu, S.Pd.I. IV.. V.. VI.. ( Ketua KPU ). ( Anggota KPU ). PENANGGUNG JAWAB 1. Ismail Amalu, S.Pd,MM.Pub. ( Sekretaris KPUD Boalemo). 2. Saiful Kaku, SHI. ( Kasubbag Teknis). 3. Haris Sado, SE. ( Kasubbag Program & Data ). 4. Yasir Dunda. ( Staf Operator ). 5. Sadrin Harmain. ( Staf Operator). KOORDINATOR 1. Herman Bater. ( Anggota KPU ). 2. Drs. Jan P. Tuna. ( Anggota KPU ). 3. Noldy Biya, S.AP. ( Anggota KPU ). 4. Mukri Kadji, S,IPEM. ( Kasubbag Umum). 5. Abd. Haris Pomanto, SH. (Kasubbag Hukum). TENAGA PENDUKUNG : Staf dilingkungan Sekretariat KPU Kab. Boalemo.

(6) 1. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Ba b I. PENDAHULUAN.

(7) 2. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. PENDAHULUAN A. Rasionalitas Riset Riset pemilu merupakan salah satu elemen strategis dalam manajemen pemilu. Riset tidak hanya memberikan rasionalitas akademik mengenai suatu substansi pemilu. Riset lebih jauh memberikan pijakan empirik mengenai persoalan atas hal yang menjadi perdebatan. Hasil riset memastikan program dan kebijakan kepemiluan tidak dibangun atas postulat spekulatif, tetapi dikonstruksi berlandaskan pada argumen empirik dan rasional dengan proses yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam negara demokrasi, partisipasi pemilih menjadi elemen penting demokrasi perwakilan. Ia adalah fondasi praktik demokrasi perwakilan. Persoalannya, terdapat sejumlah masalah menyangkut partisipasi pemilih yang terus menggelayut dalam setiap pelaksanaan pemilu. Sayangnya, persoalan itu tidak banyak diungkap dan sebagian menjadi ruang gelap yang terus menyisakan pertanyaan.. Beberapa. persoalan terkait dengan partisipasi dalam pemilu diantaranya adalah fluktuasi kehadiran pemilih ke TPS, suara tidak sah yang tinggi, gejala politik uang, misteri derajat melek politik warga, dan langkanya kesukarelaan politik. Masalah tersebut perlu didedah sedemikian rupa untuk diketahui akar masalah dan dicari jalan keluarnya. Harapannya, partisipasi dalam pemilu.

(8) 3. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 berada pada idealitas yang diimajinasikan. Oleh karena itu, program riset menjadi aktivitas yang tidak terhindarkan dalam manajemen pemilu. B. Tujuan Tujuan dari Riset Pemilu 2014 adalah untuk mentradisikan kebijakan berbasis riset. atas persoalan-persoalan yang. berkaitan. dengan. manajemen pemilu serta menjadi Bahan penyusunan kebijakan untuk meningkatkan dan memperkuat. partisipasi warga dalam pemilu dan. setelahnya Secara khusus riset ini bermaksud untuk menemukan akar masalah atas persoalan-persoalan yang terkait dengan partisipasi dalam pemilu. serta. terumuskannya rekomendasi kebijakan atas permasalahan yang dihadapi dalam kaitannya dengan partisipasi dalam pemilu C. Tema Riset Terdapat sejumlah persoalan ditemukan dari setiap periode pemilu. Potret persoalan itu dilihat dalam rentang waktu pemilu-pemilu pada masa reformasi sampai dengan saat ini. Persoalan-persoalan yang dapat dijadikan tema potensial untuk diriset menyangkut partisipasi pemilih diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Masalah Sosial Ekonomi. menjadi bagian penting dari partisipasi. masyarakat. Rasionalitas pemilih untuk ikut serta dalam ivent demokrasi berkorelasi dengan kondisi ekonomi dan social masyarakat, oleh karena itu gambaran kondisi social ekonomi merupakan bagian informasi riset.

(9) 4. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 yang mengawali pembahasan kajian –kajian / tema tentang partisipasi masyarakat pada pemilu 2014 di Propinsi Gorontalo. 2. Kehadiran dan Ketidakhadiran Pemilih di TPS (Voter turnout) Partisipasi pemilih sejak pemilu 1999 sampai dengan pemilu 2014 bergerak fluktuatif. Pada pemilu legislatif, penurunan partisipasi pemilih sekitar 10% konsisten terjadi sampai pada pemilu 2009. Sementara itu pada pemilu 2014, angka partisipasinya naik sebesar 5%. Pada kasus pilpres, tercatat dalam pemilu 2014 pertama kalinya dalam sejarah angka partisipasinya lebih rendah dibandingkan pemilu legislatif. Pertanyaannya, kenapa angka partisipasi pemilu legislatif naik dibandingkan pemilu sebelumnya? Kenapa. angka partisipasi Pilpres menyimpang dari pola. pada pemilu-pemilu sebelumnya? Selain itu kenapa golput tetap saja hadir dalam setiap pemilu? Apa penyebabnya? 3. Perilaku memilih (Voting behaviour). Perilaku memilih adalah terkait dengan keputusan pemilih untuk memilih kandidat atau peserta pemilu tertentu. Kenapa seorang pemilih menjatuhkan pilihannya kepada kandidat atau peserta pemilu tertentu. Tentu beragam alasan yang dapat dikemukakan oleh setiap pemilih. Persoalannya adalah, sejauhmana pilihan-pilihan itu bersifat rasional? Dengan kata lain, sejauhmana pilihan politik mereka berdasarkan pertimbangan rasional menyangkut kandidat atau peserta pemilu itu. Apakah rekam jejak, program atau janji peseta pemilu menjadi bahan pertimbangan atau faktor lain. Riset ini penting untuk mengetahui tingat rasionalitas pemilih dalam pemilu..

(10) 5. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. 4. Politik uang (Money politics/Vote buying) Politik biaya tinggi menjadi keluhan sebagian peserta pemilu. Salah satu penyebabnya adalah fenomena politik uang. Peserta pemilu mengeluarkan sejumlah uang untuk mendapatkan dukungan pemilih, atau pemilih aktif meminta imbalan dari dukungan yang diberikannya. Fenomena ini sudah pasti menjadikan demokrasi kita tidak sehat. Pertanyaannya, bagaimana politik uang terjadi? Polanya seperti apa? Kenapa disebagian tempat terjadi politik uang, disebagian tempat kebalikannya? Faktor apa yang mempengaruhi? Kebiajakan apa yang perlu ditempuh untuk mengatasi mengatasi fenomena politik uang? 5. Tingkat melek politik warga (Political literacy) Terdapat keyakinan bahwa tingkat melek politik warga berpengaruh pada sikap dan perilaku politik warga negara. Muaranya adalah pada tingkat kedewasaan perilaku berdemokrasi. Relasi itu bersifat perbandingan lurus, yaitu semakin tinggi tingkat melek politik warga semakin matang perilaku demokrasinya, dan sebaliknya. Dengan kata lain, wajah demokrasi sebuah negara sebagian ditentukan oleh tingkat melek politik warga. Pertanyaannya adalah seberapa tinggi/dalam melek politik warga negara? bagaimana melek politik warga selama ini terbentuk? faktor apa saja yang mempengaruhi terbentuknya melek politik warga? Kebijakan apa saja yang perlu dirumuskan untuk meningkatkan melek politik warga?.

(11) 6. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 6.. Kesukarelaan. Warga. dalam. politik. (Political. voluntarism) Kesukarelaan warga dalam politik berpengaruh luas dalam kehidupan politik. Absennya kesukarelaan warga dapat merusak sendisendi demokrasi. Dalam jangka pendek, biaya politik mahal menjadi resiko yang harus ditanggung karena segalanya serba berbayar. Dalam jangka panjang,. korupsi. menjadi. virus. endemik. yang. pasti. menyerang.. Sebaliknya, tatanan demokrasi semakin kuat apabila kesukarelaan warga tumbuh. dan. hidup. didalam. masyarakat.. Dari. pemilu. kepemilu. kesukarelaan warga mengalami pasang surut. Kesukarelaan warga yang kehadirannya ditandai dengan munculnya relawan dari berbagai kalangan kuat muncul dalam pemilu 2014. Pertanyaannya, apa faktor yang mempengaruhi munculnya kesukarelaan politik warga dan faktor apa yang menghambatnya? Kebijakan apa saja yang dapat ditempuh untuk menumbuhkan dan mmperkuat kesukarelaan warga dalam politik? Potensial tema riset lain dapat ditambahkan sepanjang berkaitan dengan partisipasi pemilih dalam pemilu dan dikoordinasikan/disampaikan pilihan temanya dengan KPU pada struktur diatasnya. 7. Media Sosial. menjadi tren pelaksanaan pemilu dalam lima tahun. terakhir, berbagai kejutan dan efektifitas penggunaan media menjadi hal yang perlu dicermati dalam riset ini berikut efesiensi pemanfaatannya oleh Komisi pemilihan Umum..

(12) 7. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Bab II. PARTISIPASI PEMILIH.

(13) 8. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 Partisipasi Pemilih Hasil Survey partisipasi pemilih kali ini berhasil merekam fakta lapangan bahwa 86 persen responden menyatakan Ikut pada Pemilu 2014 tahun lalu dan hanya 14 persen sisanya tidak ikut . Hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil faktual Pemilu 2014 KPU Kabupaten Boalemo sebesar 84, 55 persen. terdapat selisih 1,45 persen sebagai selisih. standar error survey ini. Data ini menunjukan bahwa ekspektasi masyarakat pada pemilu 2014 tahun lalu di Kabupaten Boalemo cukup tinggi diatas tingkat Partisipasi pemilih Propinsi Gorontalo 81, 97 persen.. Responden yang ikut Pemilu 2014. tidak 14%. ya 86%. Tingkat Partisipasi pemilih di Kabupaten Boalemo jika dibandingkan dua pemilu antara Pemilihan Legislatif dan Presiden terjadi penurunan partisipasi. sebesar 6.12 persen (lihat Grafik ) angka penurunan ini. secara nasional juga terjadi di daerah –daerah lainnya di Indonesia. Faktor penyebabnya adanya gap (jarak) kepentingan individual (pemilih).

(14) 9. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. dengan calon yang dipilih (Presiden). Pada pemilihan presiden tingkat emosional. pemilih relatif rendah sehingga berpengaruh terhadap. kerelaan pemilih untuk mendatangi TPS. Sebaliknya pada pemilihan legislatif tingkat pengenalan dan kedekatan calon anggota legislatif dengan calon pemilih cukup tinggi karena adanya kekrabatan, intesitas loby, maupun mobilitas sumberdaya calon untuk mempengaruhi pemilih.. Tingkat Partisipasi Pemilih PEMILU LEGISLATIF. PEMILU PRESIDEN. 84.55%. 78.43%. Pada level daerah pemilihan di Kabupaten Boalemo, tingkat partisipasi pemilih berdasarkan hasil survey cukup variatif berada pada kisaran 29 – 39 persen, tertinggi di Dapil I dan terendah di Dapil 3..

(15) 10. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Ikut Pileg (baseline : dapil) Dapil 3 29%. Dapil I 39%. Dapil 2 32%. Gambar grafik di atas pada dasarnya menunjukkan tingkat partisipasi pemilih dalam pemilu tahun 2014 di Kabupaten Boalemo. Dari hasil penelusuran data, nampak bahwa tingkat partisipasi pemilih tertinggi berada di daerah pemilihan 1, yakni dengan tingkat partisipasi sebesar 39%; sementara di daerah pemilihan 2, tingkat partisipasi pemilih hanya mampu mencapai angka 32%; dan untuk daerah pemilihan 3, tingkat partisipasi pemilihnya merupakan yang terendah, yakni hanya mencapai 29%. Angka ini pada dasarnya hanya menggambarkan persebaran tingkat partisipasi masyarakat ditinjau dari dapil dan bukan merupakan angka partisipasi. mutlak. pemilu. tahun. 2014. di. Kabupaten. Boalemo..

(16) 11. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Alasan Ikut Pileg warga yang baik. 70%. ada perubahan. 16%. biasa memilih. 8%. caleg dipercaya. 5%. lainnya. 0%. dapat uang. 0% 0%. 10%. 20%. 30%. 40%. 50%. 60%. 70%. 80%. Gambar grafik di atas pada dasarnya menunjukkan sejumlah alasan. yang. mendasari. masyarakat. Kabupaten. Boalemo. dalam. berpartisipasi pada pemilu tahun 2014. Dari hasil penelusuran data, didapatkan bahwa masyarakat yang berpartisipasi dalam pemilu tahun 2014 di Kabupaten Boalemo cenderung dilandasi oleh alasan bahwa ikut serta dalam pemilu merupakan tanggung jawab sebagai “warga yang baik”. Secara statistik, alasan/argumentasi ini ternyata mendasari 70% masyarakat yang berpartisipasi dalam pemilu tahun 2014 kemarin. Hal ini sebagaimana dapat ditelusuri melalui hasil wawancara berikut.. “...Oh...jelas kita harus memilih...secara kita kan warga yang baik...pokoknya apapun yang terjadi, yang penting kewajiban memilih sudah terlaksana...” (Sumber: Hasil wawancara dengan informan 9).

(17) 12. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 Selanjutnya. Dari hasil penelusuran didapatkan pula sejumlah alasan lainnya yang mendasari warga dalam berpartisipasi, yakni harapan bahwa pemilu mampu menghasilkan perubahan dalam sendi-sendi kehidupan bermasyarakat yang mendasari 16 persen. pemilih; alasan. bahwa partisipasi dalam pemilu sudah merupakan kebiasaan, yang mendasari 8 persen pemilih; dan pandangan bahwa figur-figur yang mencalonkan diri merupakan orang/kalangan yang terpercaya turut mendasari 5 persen pemilih. Secara statistik, kecenderungan sebesar 70 persen dari warga masyarakat Kabupaten Boalemo yang memilih karena alasan “warga yang baik” merupakan hal yang positif bila ditinjau dari term “tingkat partisipasi”. Hal ini dikarenakan kecenderungan yang terjadi di negara-negara demokrasi pada umumnya, dalam hal ini terdapat anggapan bahwa semakin banyak partipasi masyarakat, maka hal tersebut menunjukkan kondisi yang baik pula bagi kehidupan demokrasi di negara tersebut. Dengan demikian, jika kita hendak meningkatkan partisipasi warga masyarakat Kabupaten Boalemo dalam pemilu, maka sosialiasi dan internalisasi bahwa “memilih merupakan perilaku warga yang baik” perlu lebih ditekankan dan digalakkan. Dalam perspektif. teoritik,. dipahami bahwa. pada dasarnya. partisipasi politik memiliki hubungan yang erat dengan kesadaran politik (Budiardjo, 2008). Warga negara yang terlibat pada proses politik (mis. pemilu) terdorong oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan tersebut.

(18) 13. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 kepentingan mereka akan tersalur atau sekurang-kurangnya diperhatikan, dan bahwa mereka sedikit banyak dapat mempengaruhi tindakan dari mereka yang berwenang untuk membuat keputusan yang mengikat. Dengan kata lain, mereka percaya bahwa kegiatan mereka mempunyai efek politik (political efficacy), dan inilah yang dinamakan partisipasi rasional dalam politik. Mencermati hal ini, maka kecenderungan warga Boalemo yang memilih hanya karena alasan “warga yang baik” atau sekedar menjalankan peran sebagai warga yang baik masih termasuk dalam kategori “partisipasi semu”, karena cenderung didorong oleh alasan yang dalam politik “kurang dapat dikatakan rasional”. Hanya sedikit warga yang memahami/menyadari bahwa keputusannya dalam pemilu sedikit banyak dapat berpengaruh dalam kehidupan politik-pemerintahan, dalam hal ini hanya terdapat 16 persen warga yang sadar bahwa keputusannya dapat menghasilkan perubahan. Dengan demikian, segenap stakeholder politik-pemerintahan Kabupaten Boalemo masih harus bekerja keras, tidak saja dalam meningkatkan angka partisipasi pemilu secara statistik, tetapi terlebih pada “kesadaran politik rasional” warga masyarakatnya..

(19) 14. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Alasan Tidak Ikut Pileg untungkan elit. 44%. .dak ada gunanya. 41%. tdk terdaPar. 7%. lainnya. 4%. parpol tdk dipercaya. 4%. Gambar grafik di atas menunjukkan sejumlah alasan yang mendasari sebagian responden (masyarakat) yang tidak berpartisipasi dalam pemilu tahun 2014 di Kabupaten Boalemo. Dari penelusuran data, anggapan bahwa pemilu hanya menguntungkan kalangan elit politik merupakan alasan utama, disamping anggapan bahwa pemilu sama sekali. tidak. ada. gunanya. bagi. perkembangan. kehidupan. sosial. kemasyarakatan, yang masing masing sebesar 44 persen dan 41 persen. Selain itu, tidak terdaftarnya masyarakat secara administratif dan hilangnya kepercayaan. terhadap. parpol. turut. mendasari. tidak. berpartisinya masyarakat, yang masing-masing sebesar 7 persen dan 4 persen. Kecenderungan ini sebagaimana nampak pada hasil wawancara berikut..

(20) 15. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 “...tidak ada gunanya kita ikut memilih...hanya calon yang terpilih lah yang diuntungkan dari pemilu ini...kita warga biasa hanya makan janji dari dulu sampai sekarang...” (Sumber: Hasil wawancara dengan informan 15) Dalam perspektif politik, fenomena tidak ikut berpartisipasinya / tidak ikutnya masyarakat dalam pemilu dikenal dengan istilah apati (apathy). Terkait fenomena ini, terdapat dua mainstream dalam tradisi pemikiran scholars politik. Di satu sisi, sikap apati masyarakat merupakan hal yang positif karena karena dapat memberikan fleksibilitas kepada sistem politik (McClosky, 1972); bahkan di negara-negara barat sikap apati justru menunjukkan manifestasi kepuasan/kepercayaan warga terhadap sistem politik, sehingga tidak sikap tidak memilihnya mencerminkan stabilitas politik (Lipset, 1960; Dahl, 1978); dan dalam beberapa keadaan tertentu, rasa puas menyebabkan partisipasi yang lebih rendah (Irwin, 1975). Sementara di sisi lain, sikap apati masyarakat merupakan masalah yang krusial di banyak negara berkembang (Budiardjo, 2008). Di kebanyakan negara tersebut, masyarakat cenderung acuh tak acuh/tidak memilih karena sejumlah alasan, diantaranya tidak tertarik/tidak paham mengenai. masalah. politik;. tidak. yakin. bahwa. usahanya. dapat. mempengaruhi kebijakan pemerintah; kekecewaan dan ketidakpuasan terhadap figur, rezim, dan sistem politik yang ada; buruknya sistem administrasi pemilu; dan sebagainya. Mencermati mainstream di atas, maka dapat dipahami bahwa fenomena apati yang terjadi di Kabupaten Boalemo merupakan masalah.

(21) 16. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 yang krusial. Alasan warga masyarakat Boalemo, yakni “untungkan elit”, “tidak ada gunanya”, “tidak terdaftar”, dan “parpol tidak dipercaya” pada dasarnya merupakan manifestasi kekecewaan/ketidakpuasan sebagian warga atas sistem politik dan kinerja stakeholder politik-pemerintahan. Dengan. demikian,. segenap. stakeholder. politik-pemerintahan. perlu. berbenah, merefleksi kinerja, dan mewujudkan hasil capaian tersebut dalam bentuk “bukti nyata” dan bukan “janji”; sehingga tingkat apati di Boalemo dapat ditekan seminimal mungkin. Banyak faktor yang menjadi akumulasi kekecewaan responden terhadap pelaksanaan Pemilu 2014 di Kabupaten Boalemo diantaranya. Pileg sesuai harapan tidak 18%. ya 82%. Gambar grafik di atas pada dasarnya menunjukkan tanggapan responden (masyarakat) terhadap hasil/penyelenggaraan pemilu 2014 di Kabupaten Boalemo. Dari hasil penelusuran data, terdapat sebanyak 82.

(22) 17. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 persen. responden. (masyarakat). yang. menganggap. bahwa. hasil/penyelenggaraan pemilu tahun 2014 di Kabupaten Boalemo sesuai dengan. harapannya;. sementara. hanya. sedikit,. yakni. 18. persen. masyarakat yang menganggap bahwa hasil/penyelenggaraan pemilu tahun 2014 di Kabupaten Boalemo yang tidak sesuai dengan harapannya.. Ikut Pileg (baseline ; Kondisi Ekonomi lbih buruk dari yg lalu 10%. lbh baik dri thn lalu 27%. sama saja dari tahun lalu 63%. Gambar grafik di atas menunjukkan tingkat ekonomi responden (masyarakat) yang berpartisipasi dalam pemilu tahun 2014 di Kabupaten Boalemo. Dari hasil penelusuran data, didapatkan bahwa mayoritas masyarakat cenderung merasakan stagnasi terhadap kondisi ekonominya, yang bila dipersentasekan sebanyak 63 persen. Bahkan terdapat 10 persen masyarakat yang justru merasa mengalami penurunan kondisi ekonomi yang jauh lebih buruk dari sebelumnya, sementara hanya 27 persen masyarakat yang menganggap adanya perbaikan kondisi ekonomi dibanding tahun sebelumnya..

(23) 18. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Ikut Pileg. (baseline : Lk-­‐Prp). Perempuan 47%. Laki-­‐Laki 53%. Gambar grafik di atas menunjukkan. perbandingan. jumlah. responden (masyarakat) yang berpartisipasi dalam pemilu tahun 2014 di Kabupaten Boalemo berdasarkan jenis kelamin. Dari hasil penelusuran data (masyarakat). yann. didapatkan. bahwa. responden. berjenis kelamin laki-laki jauh lebih banyak, yakni. sebesar 53 persen; sementara jumlah responden (masyarakat) yang berjenis. kelamin. perempuan. hanya. berjumlah. 47. persen..

(24) 19. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Wiraswasta 3%. Nelayan PNS / Pensiunan 8% 9%. Petani 14%. Ikut Pileg (baseline : Lk-­‐Prp). Ibu RumahTangga 29%. Buruh 33% Masih Sekolah/ kuliah 4%. Gambar grafik di atas menunjukkan latar belakang responden (masyarakat) yang berpartisipasi dalam pemilu 2014 di Kabupaten Boalemo ditinjau dari jenis pekerjaan. Dari penelusuran data yang ada, secara berturut-turut responden yang berpartisipasi dalam pemilu tahun 2014 di Kabupaten Boalemo terdiri dari masyarakat yang berlatarbelakang buruh (33 persen), ibu rumah tangga (29 persen), petani (14 persen), nelayan (9 persen), PNS/pensiunan (8 persen), pelajar/mahasiswa (4 persen), dan wiraswasta (3 persen)..

(25) 20. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Sarjana/SI/S2/S3 6% Diploma/Akdmk 1%. Tidak Sekolah 1%. SD Sederajat 23%. SLTA/Sederajat 43%. grafik. di. Ikut Pileg (baseline : Lk-­‐Prp). SLTP/Sederajat 26%. atas. menunjukkan. latar. belakang. responden. (masyarakat) yang berpartisipasi dalam pemilu tahun 2014 di Kabupaten Boalemo, ditinjau dari tingkat pendidikan. Dari hasil penelusuran data yang ada, responden yang berlatarbelakang pendidikan SMA/sederajat sebanyak 43 persen, SLTP/Sederajat sebanyak 26 persen, SD/Sederajat sebanyak 23 persen , Sarjana (S1, S2, dan S3) sebanyak 6 persen, dan diploma sebanyak 1 persen; sementara hanya terdapat 1 persen responden (masyarakat) yang sama tidak memiliki latar belakang pendidikan formal..

(26) 21. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Ikut Pileg (baseline : Usia) > 55 thn 12%. < 17 tahun 17-­‐24 thn 9% 1%. 45-­‐55 thn 22%. 25-­‐34 thn 25% 35-­‐44 thn 31%. Gambar grafik di atas menunjukkan karakteristik responden (masyarakat) yang berpartisipasi dalam pemilu tahun 2014 di Kabupaten Boalemo, ditinjau dari usia. Secara berturut-turut, terdapat 31 persen masyarakat yang berada pada rentang usia 35-44 tahun, 25 persen pada rentang usia 25-34 tahun, 22 persen pada rentang usia 45-55, 12 persen pada rentang usia > 55 tahun, dan terdapat 9 persen responden (masyarakat) pada rentang usia 17-24 tahun..

(27) 22. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Ikut Pileg (baseline : Pendapatan) rahasia/ tdk djwb 0% < 100.000 37%. > 5 juta 48%. 1 juta -­‐ 5 juta 0%. 500.000-­‐1 juta 6%. 100.000-­‐500.000 9%. Gambar grafik di atas menunjukkan karakteristik responden (masyarakat) berdasarkan tingkat pendapatan. Dari hasil penelusuran data, terdapat 48 persen masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan >5 juta, terdapat 37 persen yang memiliki pendapatan <100.000, terdapat 9 persen yang berada pada rentang pendapatan 100.000-500.000, dan hanya terdapat 6 persen responden (masyarakat) yang berada pada rentang pendapatan 500.000-1 Juta..

(28) 23. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Ikut Pileg (baseline Netralitas KPU) Tidak 12% Ragu-­‐Ragu 17%. Ya 71%. Gambar grafik di atas menunjukkan tanggapan responden (masyarakat) yang berpartisipasi dalam pemilu tahun 2014 di Kabupaten Boalemo tentang netralitas Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku penyelenggara pemilu. Dari hasil penelusuran data, mayoritas (71 persen) responden (masyarakat) menilai bahwa KPU berada pada posisi yang netral dalam penyelenggaraan pemilu; sementara hanya 12 persen masyarakat yang menilai bahwa KPU tidak netral, dan hanya terdapat 17 persen masyarakat yang meragukan netralitas KPU. Angka 71 persen yang didapatkan di atas pada dasarnya cukup menggembirakan, mengingat. posisi. penyelenggara. KPU. yang. memang. diharuskan. netral. selaku. pemilu. Hal ini sebagaimana nampak pada hasil. wawancara berikut.. “...Sejauh ini menurut saya KPU Kabupaten Boalemo berada pada posisi netral...saya berpendapat demikian karena saya saya menilai KPU independen dalam kebijakankebijakannya...Selain itu, pada umumnya tidak ada calon/pihak yang merasa keberatan, baik dengan pernyataan maupun kebijakan KPU...” (Sumber: Hasil wawancara dengan informan 12).

(29) 24. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Bab III. MEDIA KAMPANYE.

(30) 25. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Media Kampanye Gambar grafik di bawah ini menunjukkan sumber informasi responden (masyarakat) yang berpartisipasi dalam pemilu 2014 di Kabupaten Boalemo, terkait partai politik peserta pemilu. Dari hasil penelusuran data, terdapat 37 persen masyarakat yang mendapatkan informasi terkait parpol peserta pemilu dari spanduk, terdapat 25 persen masyarakat yang mendapatkan informasi dari dialog, terdapat 19 persen masyarakat yang mendapatkan informasi dari stiker, terdapat 11 persen masyarakat yang mendapatkan informasi dari TV, serta terdapat 4 persen responden (masyarakat) yang mendapatkan informasi mengenai parpol peserta pemilu dari media radio dan koran.. Sumber Informasi Parpol spanduk. 36.3%. dialog. 25.0%. s.ker. 18.3%. TV. 11.4%. radio. 4.6%. koran. 4.4%. 0.0%. 5.0%. 10.0%. 15.0%. 20.0%. 25.0%. 30.0%. 35.0%. 40.0%.

(31) 26. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Ikut Pileg (baseline : Sumber Informasi) 11% 25%. 4% 4%. 19%. 37%. dialog. spanduk. s.ker. radio. koran. TV. Dari data di atas dapat dipahami bahwa pada umumnya masyarakat Kabupaten Boalemo masih sangat bergantung pada peran media komunikasi politik konvensional, seperti spanduk, dialog, dan stiker; atau. dengan kata. lain,. pengaruh. media. informasi/komunikasi. konvensional tersebut jauh lebih besar kepada masyarakat Kabupaten Boalemo dibanding media informasi/komunikasi modern/elektronik. Hal ini pada dasarnya memiliki sisi positif dan negatif. Secara political economy, sejumlah media konvensional tersebut relatif mudah diakses/dimanfaatkan oleh stakeholder politik, dalam hal ini calon dan parpol, dengan derajat kebebasan dan kesempatan yang sama serta dengan biaya yang relatif terjangkau (Rodee dkk., 2006). Jadi, siapa yang mampu menampilkan bahan/materi. yang. menyentuh. kebutuhan/kepentingan. masyarakat. (pemilih), maka dialah yang akan memiliki keuntungan/pengaruh jauh lebih besar. Berbeda halnya dengan media elektronik seperti TV dan.

(32) 27. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 Radio, yang salurannya secara relatif didikte/dikendalikan oleh otoritas tertentu.. Namun,. dalam. praktiknya. penggunaan. media. ini. tidak. sesederhana yang dibayangkan karena jika informasi ingin disampaikan secara efektif kepada khalayak ramai, maka harus dihadirkan dalam jumlah yang banyak, sehingga dibutuhkan upaya ekstra; dan bahkan terkadang terdapat potensi merusak/mengganggu keindahan lingkungan akibat. penempatannya. yang. tidak. tepat/tidak. bertanggungjawab.. Sekalipun demikian, media tersebut tetap efektif. khususnya bagi. stakeholder politik (termasuk di dalamnya KPU selaku penyelenggara pemilu) dalam mensosialisasikan agenda/informasi politik.. Jenis kampanye yang disukai Dialogis Hiburan Acara Keagamaan Konvoi Pelayanan Kesehatan Pasar Murah Acara Tradisional lainnya Musik Sembako Kerja Bak. bagi-­‐bagi Uang Olah raga Bulusukan Jalan santai Film. 37% 14% 8% 8% 7% 5% 4% 3% 3% 3% 2% 2% 1% 1% 1% 0%. Gambar grafik di atas menunjukkan jenis kampanye yang menjadi favorit responden (masyarakat) di Kabupaten Boalemo. Dari hasil penelusuran. data,. ternyata. jenis. kampanye. yang. paling. disukai.

(33) 28. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 masyarakat cenderung berbentuk dialog, dalam hal ini suatu metode sosialisasi antara calon dan pemilih secara langsung dalam bertukar ide, program, dan aspirasi. Jenis kampanye ini menjadi favorit 37 persen responden (masyarakat). Selain itu, secara berturut-turut jenis kampanye yang disukai masyarakat Kabupaten Boalemo yakni berbentuk hiburan sebanyak 14 persen, religi 8 persen, konvoi 8 persen, pelayanan kesehatan 7 persen, pasar murah 5 persen, acara tradisional 4 persen, musik 3 persen, pembagian sembako 3 persen, kerja bakti 2 persen, bagibagi uang 2 persen, olah raga 1 persen, blusukan 1 persen, dan jalan santai 1 persen. Dari data tersebut dapat dilihat kecenderungan masyarakat Kabupaten Boalemo yang masih menyukai model kampanye konvensional.. Sekalipun. demikian,. jika. ada. calon/parpol. yang. menghadirkan kampanye dalam bentuk dialog dan hiburan, maka sedikit banyak telah mampu menarik atensi 51 persen masyarakat Kabupaten Boalemo; dan hal tersebut cukup efektif..

(34) 29. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Jenis Kampanye Parpol keagamaan. 27%. Baksos. 24%. hobi. 16%. olahraga. 15%. lainnya budaya wirausaha. 8% 5% 5%. Gambar grafik di atas menunjukkan jenis/bentuk kampanye yang dilakukan partai politik (parpol) dalam pemilu 2014 di Kabupaten Boalemo. Dari penelusuran data didapatkan bahwa jenis/bentuk kampanye yang dilakukan parpol dalam pemilu 2014 di Kabupaten Boalemo berupa kegiatan keagamaan 27 persen, bakti sosial 24 persen, hobi 16 persen, olahraga 15 persen, budaya 5 persen, dan kegiatan kewirausahaan 5 persen. Selanjutnya.. Jika. kita. membandingkan. data. tentang. jenis. kampanye parpol di atas dengan data sebelumnya tentang jenis kampanye yang disukai masyarakat Kabupaten Boalemo, maka kita dapat menilai bahwa model kampanye yang dilakukan parpol peserta pemilu di Kabupaten Boalemo kurang dapat menyentuh/meraih atensi mayoritas pemilih/masyarakat. Kabupaten. Boalemo,. sehingga. secara. relatif.

(35) 30. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 efektivitasnya dapat dikatakan rendah. Dari 3 model kampanye yang paling banyak dilakukan parpol, hanya model kampanye yang berkaitan dengan religi-lah yang dapat dikatakan efektif, itupun dengan tingkat efektivitas yang rendah karena hanya disukai oleh 8 persen masyarakat sebagaimana yang dikemukakan pada bagian sebelumnya. Jadi, jika parpol ingin kampanyenya lebih efektif, maka parpol peserta pemilu di Kabupaten Boalemo perlu melakukan kampanye dalam bentuk dialog dan hiburan, yang secara relatif disukai 51 persen masyarakat Kabupaten Boalemo.. Pengguna Media Sosial ya. 34%. 46%. Dapil I. .dak. 34%. 32%. 29%. 25%. Dapil 2. Dapil 3. Gambar grafik di atas menunjukkan jumlah masyarakat selaku pengguna media sosial berdasarkan daerah pemilihan di Kabupaten Boalemo. Terkait hal tersebut data menunjukkan bahwa pengguna media sosial terbesar berada pada daerah pemilihan 1, yakni sebanyak 46 persen; sementara di daerah pemilihan 2, jumlah pengguna media sosial.

(36) 31. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. hanya sebanyak 29 persen dan untuk di daerah pemilihan 3 hanya sebanyak 25 persen. Dengan jumlah pengguna yang demikian, maka media sosial perlu dijadikan bahan pertimbangan, baik bagi calon, parpol, maupun KPU selaku penyelenggara pemilu dalam menyampaikan informasi/agenda politik kepada masyarakat/pemilih.. Strata Pengguna Media Sosial ya. .dak. 68% 21%. 58%. 35% lebih baik dari tahun lalu. sama saja dari tahun lalu. 11% 7% lebih buruk dari yg lalu. Gambar grafik di atas menunjukkan strata ekonomi pengguna media sosial di Kabupaten Boalemo. Dari penelusuran data didapatkan bahwa ternyata mayoritas masyarakat pengguna media sosial di Kabupaten. Boalemo. merasa. mengalami. stagnasi. dalam. strata. ekonominya, yang bila dipersentasekan sebanyak 58 persen. Sementara hanya terdapat 35 persen pengguna media sosial yang merasakan adanya perbaikan strata ekonomi dan hanya terdapat 7 persen pengguna media sosial yang justru merasakan adanya penurunan strata ekonomi ke.

(37) 32. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. arah yang lebih buruk dibanding tahun sebelumnya. Dari data di atas dapat dipahami bahwa masyarakat yang cenderung menggunakan media sosial adalah mereka yang secara relatif mengalami peningkatan strata ekonomi. Hal ini pada dasarnya sejalan dengan hasil survei Kominfo RI dan UNICEF, yang menemukan bahwa media digital (internet) cenderung dimanfaatkan oleh kalangan yang lebih sejahtera (Kominfo, 2014).. Pendidikan Pengguna Media Sosial Sarjana/S1/S2/S3 Diploma/Akademik 2%. SD Sederajat Tidak Sekolah. 13%. 0%. 6%. SLTP/Sederajat 21%. SLTA/Sederajat 58%. Gambar grafik di atas menunjukkan strata pendidikan pengguna media sosial di Kabupaten Boalemo. Dari penelusuran data ternyata mayoritas pengguna media sosial di Kabupaten Boalemo didominasi oleh kalangan strata pendidikan SLTA/sederajat, yakni sebesar 58 persen. Selain itu, secara berturut-turut pengguna media sosial di Kabupaten Boalemo berstrata pendidikan SLTP/Sederajat (21 persen), Sarjana (13.

(38) 33. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 persen), SD/sederajat (6 persen), dan diploma sebanyak 2 persen. Berdasarkan data ini dapat dipahami bahwa mayoritas pengguna media sosial di Kabupaten Boalemo adalah mereka yang memiliki tingkat pendidikan menengah ke atas, yang notabene secara relatif memiliki pengetahuan memadai/melek teknologi atau internet.. Background Pekerja Media Sosial Wiraswasta 1%. Nelayan 12% Petani 16%. PNS / Pensiunan 12%. Ibu RumahTangga 28%. Buruh 21%. Masih Sekolah/Kuliah 10%. Gambar grafik di atas menunjukkan jenis pekerjaan dari pengguna media sosial di Kabupaten Boalemo. Dari data tersebut didapatkan bahwa secara berturut-turut pengguna media sosial di Kabupaten Boalemo berlatarbelakang ibu rumah tangga sebanyak 28 persen, buruh 21 persen, petani 16 persen, PNS/Pensiunan 12 persen, nelayan 12 persen, dan wiraswasta sebanyak 1 persen..

(39) 34. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Usia Pengguna Media Sosial >55 thn 4%. 35-­‐44 thn 29%. 45-55 thn 14%. < 17 thn 2%. 17-­‐24 thn 14%. 25-­‐34 thn 37%. Gambar grafik di atas menunjukkan jumlah pengguna media sosial ditinjau dari segi usia. Dari hasil penelusuran data didapatkan bahwa pengguna media sosial di Kabupaten Boalemo lebih banyak didominasi oleh kalangan usia 25-34 tahun sebanyak 37 persen. Sisanya sebanyak 29 persen berada pada rentang usia 35-44, 14 persen masingmasing pada rentang usia 45-55 dan 17-24, 4 persen pada rentang usia >55, serta 2 persen pada usia <17 tahun. Dari data tersebut dapat dipahami bahwa mayoritas pengguna media sosial di Kabupaten Boalemo adalah kalangan dewasa yang notabene termasuk dalam kategori wajib pilih. Dengan demikian, media sosial dapat dijadikan salah satu solusi bagi stakeholder politik dalam mensosialisasikan informasi terkait pemilu di Kabupaten Boalemo..

(40) 35. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Latar Belakang Pendapatan Media Sosial 41%. 37% 12%. 9% 1%. 0%. Gambar grafik di atas menunjukkan tingkat pendapatan pengguna media sosial di Kabupaten Boalemo. Dari hasil penelusuran data didapatkan bahwa pengguna media sosial terbanyak di Kabupaten Boalemo adalah mereka yang berpenghasilan di atas 5 juta, yakni sebesar 41 persen. Sisanya 37 persen berpendapatan <100.000, 12 persen pada rentang pendapatan 100.000-500.000, 9 persen pada rentang 500.000-1 Juta, dan hanya 1 persen pada rentang pendapatan 15 Juta. Data ini pada dasarnya kian menjustifikasi hasil penelusuran sebelumnya yang mengemukakan kecenderungan penggunaan media sosial oleh kalangan ekonomi sejahtera atau kalangan menengah ke atas..

(41) 36. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Bab IV. PERILAKU PEMILIH.

(42) 37. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 Perilaku Pemilih. Pengguna Media Sosial. ya 38% tidak 62%. Gambar kecenderungan merupakan. grafik. di. penggunaan. pemilih. dalam. atas media pemilu. pada. dasarnya. sosial di. oleh. menunjukkan. masyarakat. Kabupaten. Boalemo.. yang Dari. penelusuran data didapatkan bahwa mayoritas pemilih di Kabupaten Boalemo. justru. tidak. menggunakan. media. sosial,. yang. bila. dipersentasekan sebanyak 62%. Hanya terdapat 38% pemilih di Kabupaten Boalemo yang teridentifikasi menggunakan media sosial. Gambar grafik di atas pada dasarnya menunjukkan relevansi antara pengguna media sosial dengan partisipasinya dalam pemilu tahun 2014 di Kabupaten Boalemo. Dari hasil penelusuran data didapatkan bahwa ternyata mayoritas pengguna media sosial di Kabupaten Boalemo justru tidak menggunakan hak pilihnya/tidak berpartisipasi dalam pemilu.

(43) 38. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. tahun 2014, yang bila dipersentasekan sebesar 62 persen. Hanya terdapat 38 persen responden (masyarakat) yang merupakan pengguna media sosial yang teridentifikasi berpartisipasi dalam pemilu tahun 2014. Hasil ini pada dasarnya tidak serta merta menjustifikasi kecenderungan pengguna media sosial sebagai pihak yang potensial untuk apati (apathy), karena realitas menunjukkan justru media sosial banyak digunakan sebagai sarana untuk kampanye. Selain itu, disadari bahwa media sosial dalam derajat tertentu memiliki pengaruh yang relatif kuat dalam membentuk opini publik, yang pada gilirannya menentukan sikap mereka untuk memilih/tidak memilih. Oleh karena itu, masih diperlukan penelitian lanjutan guna membuktikan relevansi hal ini.. Aktifitas Sosial 34% 26% 13%. 12%. 8% 3%. 3%. 1%. Gambar grafik di atas menunjukkan aktivitas sosial pemilih dalam pemilu di Kabupaten Boalemo. Dari data yang ada didapatkan bahwa.

(44) 39. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 mayoritas pemilih di Kabupaten Boalemo tergabung dalam kelompok arisan, yakni sebanyak 34 persen. Sisanya tergabung dalam serikat pekerja sebanyak 13 persen, Karang Taruna 12 persen, organisasi pemuda 8 persen, organisasi laba 3 persen, komunitas seni budaya 3 persen, dan hanya 1 persen yang tergabung dalam partai politik. Dalam perkembangan kehidupan demokrasi, disadari bahwa di suatu wilayah/negara yang berpenduduk banyak, suara satu orang (dalam pemilu) relatif kecil pengaruhnya secara langsung dalam kehidupan politik pemerintahan. Pada titik ini lahir suatu gerakan sosial baru (new social movement) dalam partisipasi politik, atau sederhananya partisipasi politik melalui kelompok-kelompok kepentingan. Tentunya pada derajat tertentu, partisipasi melalui kelompok-kelompok ini jauh lebih besar pengaruhnya dalam menentukan kebijakan/agenda politik pemerintah. Selain itu, tingkat partisipasi kelompok kepentingan yang relatif heterogen di suatu wilayah/negara merupakan salah satu ciri demokrasi yang stabil (Budiardjo, 2008; Rodee dkk., 2006). Dengan demikian, berkembangnya sejumlah kelompok kepentingan di Kabupaten Boalemo merupakan hal yang. positif. dalam. kehidupan. demokrasi. di. wilayah. tersebut..

(45) 40. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Kinerja Anggota Legislatif Tidak Memuaskan 28%. Memuaskan 36% Kurang Memuaskan 36%. Gambar grafik di atas menunjukkan tanggapan responden (masyarakat) terhadap kinerja anggota legislatif di Kabupaten Boalemo. Hasil penelusuran data menunjukkan bahwa terdapat 36 persen responden (masyarakat) yang menilai kinerja anggota legislatif kurang memuaskan, terdapat 36 persen yang menilai kinerja anggota legislatif sudah memuaskan, dan terdapat 28 persen masyarakat yang menilai kinerja. anggota. legislatif. Kabupaten. Boalemo. sama. sekali. tidak. memuaskan. Bila data tersebut dicermati dengan baik, maka dapat dipahami bahwa jumlah masyarakat yang tidak puas dengan kinerja legislatif/parlemen justru jauh lebih banyak, yakni mencapai 64 persen, sekaligus menunjukkan bahwa kinerja legislatif/parlemen di Kabupaten Boalemo rendah/mengecewakan. Hal ini sebagaimana nampak pada hasil wawancara berikut..

(46) 41. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 “...menurut saya kinerja anggota dewan di sini (maksudnya kab. Boalemo) sangat mengecewakan...mereka turun ke masyarakat hanya pada saat kampanye...setelah itu entah apa kerjanya...aspirasi kita kurang diperhatikan...janji di awal banyak yang tidak terpenuhi...saya betul-betul kecewa...” (Sumber: Hasil wawancara dengan informan 20) Dalam perspektif politik, terdapat relasi antara menurunnya tingkat kepuasan/kepercayaan. (trust). publik/pemilih. kepada. parlemen/partai. politik dengan perkembangan kelompok-kelompok kepentingan pada data sebelumnya. masyarakat. Kebanyakan cenderung. pengamat. kehilangan. politik. menganggap. simpati/kepercayaan/tidak. bahwa puas. terhadap kinerja parlemen dikarenakan parlemen dianggap tidak lagi mewakili rakyat banyak. Hal ini pada dasarnya disebabkan kehidupan politik modern yang kian kompleks, sehingga parlemen cenderung tidak dapat menyelesaikan beragam masalah. Selain itu, banyak masalah baru yang bermunculan dan kurang mendapatkan perhatian parlemen. Terlebih banyak kritikan bermunculan akibat perilaku parlemen/anggota legislatif yang. korup,. mengutamakan. kepentingan. pribadi/golongan/partai,. kebijakan yang tidak pro rakyat, serta hanya menegejar kedekatan dengan kekuasaan dan senantiasa melupakan janji. Sejumlah hal inilah yang kemudian mengakibatkan rendahnya tingkat kepuasan/kepercayaan masyarakat,. sehingga. memicu. perkembangan. kelompok-kelompok. kepentingan guna mengisi kekosongan peran yang tidak mampu dijalankan dengan baik oleh parlemen (Budiardjo, 2008)..

(47) 42. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Mengikuti Perkembangan Berita tidak pernah 10% selalu 10%. sering 25%. kadang-­‐kadang 24% jarang 31%. Gambar grafik di atas menunjukkan sikap responden (masyarakat) Kabupaten Boalemo terhadap perkembangan berita/informasi khususnya terkait pemilu. Dari hasil penelusuran data didapatkan bahwa terdapat 31 persen masyarakat yang jarang mengikuti perkembangan berita/informasi, terdapat 25 persen yang sering mengikuti, 24 persen yang kadang-kadang mengikuti, 10% yang selalu mengikuti, dan terdapat 10% masyarakat yang sama sekali tidak pernah mengikuti perkembangan berita/informasi. Dari data di atas dapat dipahami bahwa hanya terdapat 35% responden. (masyarakat). Kabupaten. Boalemo. yang. selalu/sering. mengikuti perkembangan berita/informasi terkait politik/pemilu. Angka ini tentunya cukup rendah dan mengecewakan, mengingat tingkat informasi yang didapatkan masyarakat turut menentukan tingkat pengetahuan atau pemahamannya terkait permasalahan politik/pemilu (melek politik), yang pada gilirannya mempengaruhi kesadaran politik, yang pada tentu saja menentukan. partisipasinya.. Mencermati. hal. ini. maka. wajar. jika.

(48) 43. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 kecenderungan partisipasi masyarakat Kabupaten Boalemo dalam pemilu pada umumnya hanya didorong oleh alasan “warga. yang baik”. (sebagaimana yang ditunjukkan oleh data sebelumnya) dan bukan karena kesadaran politik/pilihan rasional, karena mayoritas masyarakat/pemilih di Kabupaten Boalemo kurang mengikuti perkembangan berita/informasi politik yang ada.. Sumber Informasi (%). 28%. 24%. 19% 10%. radio. dialog. baliho. medsos. 8% s.ker. 7% lainnya. 4%. selebaran. Gambar grafik di atas pada dasarnya menunjukkan media yang menjadi sumber informasi masyarakat khususnya berita terkait pemilu di Kabupaten Boalemo. Dari penelusuran data didapatkan bahwa ternyata media yang paling banyak menjadi sumber informasi masyarakat di Kabupaten Boalemo adalah radio, yakni sebanyak 28 persen. Selain itu, secara berturut-turut masyarakat Kabupaten Boalemo mendapatkan informasi dari media dialog (24 persen), baliho (19 persen), media sosial.

(49) 44. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 (10 persen), stiker (8 persen), dan selebaran (4 persen). Dari data di atas dapat dicermati bahwa radio sebagai media komunikasi informasi yang sudah sejak lama digunakan masyarakat Kabupaten Boalemo justru masih menjadi primadona masyarakat dalam mengakses berita sampai sekarang, sehingga perannya tidak dapat dipandang sebelah mata. Begitupula halnya dengan media informasi komunikasi konvensional seperti dialog dan baliho, perannya tetap signifikan dan belum tergantikan. Khusus untuk media sosial, sekalipun hanya terdapat 10% masyarakat yang mendapatkan informasi melalui sumber tersebut, namun perannya tidak dapat dipungkiri mengingat perkembangan modernisasi dan globalisasi yang mulai mengarahkan masyarakat kepada teknologi informasi dan komunikasi digital melalui internet, sehingga ke depannya peran media sosial tetap perlu ditingkatkan.. Jenis Radio lainnya 25%. Poliyama 9%. RRI 65%.

(50) 45. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Pada bagian sebelumnya telah didapatkan bahwa media yang paling banyak menjadi sumber informasi khususnya terkait politik/pemilu di Kabupaten Boalemo adalah radio. Bila ditelusuri lebih jauh, ternyata informasi mengenai pemilu dari radio diperoleh masyarakat dari saluran resmi pemerintah nasional, yakni Radio Republik Indonesia (RRI) dengan persentase sebesar 65 persen. Mencermati hal ini, RRI dapat dijadikan saluran yang efektif dalam menginformasikan berita/perkembangan politik khususnya seputar Kabupaten Boalemo guna menjadikan masyarakat melek politik.. Program Siaran Radio. 62%. 14% berita. keagamaan. 12% lainnya. 9% musik. 3% talkshow. Gambar grafik di atas menunjukkan jenis siaran radio yang sering diakses masyarakat Kabupaten Boalemo. Dari hasil penelusuran data nampak. bahwa. masyarakat. Kabupaten. Boalemo. cenderung. menggunakan radio sebagai media untuk mengakses informasi berupa berita (news), yakni sebesar 62 persen. Hal ini tentu saja relevan dengan.

(51) 46. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 data sebelumnya, yang mengungkapkan peran radio sebagai sumber berita politik primadona masyarakat Kabupaten Boalemo. Dengan demikian, informasi terkait politik/pemilu khususnya seputar Kabupaten Boalemo cukup efektif disampaikan melalui siaran berita pada media radio..

(52) 47. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Bab V. Politik Uang.

(53) 48. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. A. Politik Uang. Keadaan ekonomi Lebih buruk dari yg lalu Lebih baik dri thn 10% lalu 26%. sama saja dari tahun lalu 64%. Gambar grafik di atas menunjukkan keadaan ekonomi responden (masyarakat) di Kabupaten Boalemo. Dari hasil penelusuran data didapatkan bahwa mayoritas masyarakat Kabupaten Boalemo merasakan tidak adanya perubahan dalam kondisi ekonominya, atau terdapat 64 persen. responden. (masyarakat). yang. merasa. bahwa. keadaan. ekonominya sama saja seperti tahun sebelumnya. Sisanya, yakni sebanyak 26 persen masyarakat yang merasakan adanya perbaikan.

(54) 49. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 keadaan ekonomi dibanding tahun sebelumnya dan hanya terdapat 10 persen masyarakat yang merasakan penurunan keadaan ekonomi yang jauh lebih buruk dibanding tahun sebelumnya.. Toleransi Money Politik (Base line: Kondisi Ekonomi) Ya, Wajar diterima. Tidak bisa diterima. 62%. 29% 15% Lebih baik dari Tahun lalu. 70% Sama Saja dari Tahun lalu. 9% 15% Lebih buruk dari yg lalu. Gambar grafik di atas pada dasarnya menunjukkan relasi antara keadaan ekonomi masyarakat dengan perilaku/sikap terhadap money politics. Dari data di atas didapatkan bahwa masyarakat yang merasakan keadaan ekonomi “sama saja dengan tahun sebelumnya” relatif memiliki sikap menerima/toleran terhadap praktik money politik; sementara masyarakat yang merasakan keadaan ekonomi yang jauh lebih baik dari tahun sebelumnya cenderung memiliki sikap menolak terhadap praktik ini; dan bagi masyarakat yang merasa bahwa keadaan ekonominya jauh lebih buruk dari tahun sebelumnya cenderung menunjukkan sikap menerima terhadap praktik money politics. Hal ini sebagaimana dapat ditelusuri melalui wawancara berikut..

(55) 50. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 “...kalau mereka datang memberi uang, jelas saya ambil...bodoh saya kalau tidak mengambilnya...apalagi hargaharga barang naik terus...setidaknya dengan uang yang didapat sedikit banyak dapat menutupi kebutuhan sementara...” (Sumber: Hasil wawancara dengan informan 18). Dari data di atas dapat dicermati bahwa terdapat relevansi yang erat antara kondisi ekonomi masyarakat dengan sikapnya terkait money politics. Berdasarkan analisis kondisional didapatkan relasi yang kuat terkait hal tersebut, yakni kondisi ekonomi seseorang dapat menentukan sikapnya terhadap money politik, dalam hal ini seseorang yang mengalami kondisi ekonomi stagnan atau bahkan memburuk lebih potensial sebagai penerima. money. politics.. Namun,. kondisi. ekonomi. yang. dialami. seseorang tidak serta merta mengartikan orang tersebut menerima/setuju terhadap praktik money politics. Hal ini berdasarkan perspektif pilihan rasional, yakni kondisi/situasi yang dialami seseorang dapat dikatakan sebagai penyebab keputusan mereka, tetapi akibat yang ditimbulkan oleh situasi penentu tersebut bukan terjadi melalui hukum tetap atau generalisasi statistik yang menghubungkan antara variabel bebas (kondisi ekonomi) dan variabel terikat (sikap terhadap money politics), melainkan melalui. bagaimana. situasi. itu. dipahami. secara. rasional. (atau. disalahpahami) sebagai situasi pemilihan yang menawari tiap-tiap individu peluang yang lebih baik atau peluang lebih buruk untuk mengejar hal yang dianggapnya. baik. (Forbes. dalam. Gaus. dan. Kukathas,. 2012)..

(56) 51. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 Berdasarkan. perspektif. tersebut,. dapat. dipahami. bahwa. masyarakat kondisi ekonomi yang dialami seseorang tidak serta merta menunjukkan persetujuannya/penolakannya terhadap money politik. Hal ini dikarenakan sikap menolak/menerima money politics merupakan “prefensi seseorang”; dan jika individu dipandang sebagai makhluk yang rasional, maka yang bersangkutan tentu saja akan memilih mana yang dianggapnya lebih baik atau sederhananya “menguntungkan”. Selain itu, kita dapat menggeneralisasikan hal tersebut dikarenakan terdapat fakta bahwa orang yang mengalami peningkatan kondisi ekonomi pun ada yang setuju/menerima praktik ini, dalam hal ini data menunjukkan 15 persen. Mencermati hal ini,. maka. yang. dapat. ditarik. adalah. suatu. “kecenderungan” dan bukan suatu statistik kausal, sehingga dipahami bahwa “terdapat kecenderungan sikap penerimaan yang lebih besar terhadap praktik money politics, bagi masyarakat yang mengalami kondisi eknonomi. stagnan. atau. bahkan. memburuk”.. Sekalipun. demikian,. dikarenakan potensi money politics dapat terjadi/dapat diterima oleh masyarakat apapun latar belakang ekonominya, maka praktik money politics. di. Kabupaten. mengkhawatirkan.. Boalemo. telah. berada. pada. taraf. yang.

(57) 52. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Sikap terhadap Money Politik Ya, Wajar diterima 20%. Tidak bisa diterima 80%. Gambar grafik di atas menunjukkan sikap masyarakat Kabupaten Boalemo secara umum terhadap kasus money politics. Dari data tersebut dipahami bahwa mayoritas responden (masyarakat) cenderung tidak dapat menerima praktik money politics dalam penyelenggaraan pemilu, yang bila dipersentasekan sebesar 80 persen; sementara hanya terdapat 20 persen masyarakat yang secara terbuka menerima praktik tersebut. Bila ditelusuri lebih jauh, maka masyarakat/individu yang memilih untuk menerima/menganggap wajar terhadap praktik money politics jauh lebih “rasional” dibanding masyarakat/individu yang menolak/mengambil sikap tidak. dapat. menerima. masyarakat/individu yang. terhadap menolak. praktik akan. tersebut. dibahas. pada. (terkait bagian. selanjutnya). Khusus bagi masyarakat yang menerima/cenderung setuju terhadap praktik money politics, hasil penelusuran menunjukkan bahwa terdapat alasan yang bervariasi dan cenderung “rasional” disamping.

(58) 53. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 alasan ekonomi yang telah teridentifikasi pada bagian sebelumnya, sebagaimana yang nampak pada hasil wawancara berikut. “...ada tetangga saya yang mengatakan kepada saya bahwa yang bersangkutan menerima uang dari TS (tim sukses) karena memang lagi butuh uang...kalau saya sendiri pasti menerima kalau di kasih, apakah itu uang atau barang, yah namanya di kasih pasti saya ambil...soal memilih itu nanti urusannya di TPS (maksudnya tempat pemungutan suara)...” (Sumber: Hasil wawancara dengan informan 31) Dari. hasil. wawancara. di. atas. dapat. dipahami. bahwa. masyarakat/informan yang bersangkutan hanya bertindak berdasarkan pilihan yang dianggapnya rasional. Dengan kata lain, tindakan/sikap menerima atau menolak praktik money politics tidak serta merta merupakan konsekuensi logis dari kondisi yang dialami seseorang, melainkan respon individu rasional ketika berhadapan dengan kondisi tertentu, yang notabene individu tersebut cenderung memilih sesuatu yang “dianggapnya lebih baik”. Lebih jauh. Dari penelusuran data di atas didapatkan pula potensi “pengingkaran”, kemungkinan. yakni yang. dalam. sangat. fenomena. terbuka. bagi. money pihak. politik. terdapat. penerima. untuk. memenuhi/tidak memenuhi harapan/keinginan pihak pemberi. Hal ini dalam perspektif teoritik dipahami sebagai “ketidakpastian dan resiko dalam pertukaran sosial” (Ritzer dan Smart, 2011). Dalam perspektif tersebut, dipahami bahwa di dalam setiap pertukaran sosial terdapat potensi ketidakpastian dan resiko, khususnya bagi pertukaran yang yang tidak dinegoisasikan dan tidak memiliki perjanjian yang mengikat. Bila kita.

(59) 54. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. mencermati fenomena money politics, khususnya yang terjadi di Kabupaten Boalemo, hampir dapat dikatakan bahwa antara pihak pemberi dan penerima hampir tidak terdapat negoisasi dan perjanjian yang mengikat. Letak kekuatan pertukaran hanya terletak pada kepercayaan (trust) antara masing-masing pihak. Jadi dalam kondisi pertukaran pada fenomena money politics, pihak penerima memiliki kekuasaan yang jauh lebih besar di banding pihak pemberi karena pihak pemberi merupakan pihak yang sangat bergantung (berupa harapan) kepada pihak penerima; atau sebagaimana hasil kajian Cook dan Emerson (dalam Ritzer dan Smart), bahwa dalam lingkungan kekuasaan, terdapat ketergantungan struktural yang mengakibatkan jaringan/hubungan pertukaran yang tidak imbang, sehingga pertukaran yang ada lebih menguntungkan pihak yang ketergantungannya lebih kecil.. Toleransi Money Politik(Base line: Kecamatan) Ya, Wajar diterima 5% 22%. 10%. 21%. 12% 26%. 15%. Tidak bisa diterima. 6%. 24% 17%. 30%. 7%. 3%. 2% Tilamuta. Botumoito Mananggu. Dulupi. Wonosari Paguyaman Paguyaman Pantai. Gambar grafik di atas menunjukkan sikap responden (masyarakat.

(60) 55. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Kabupaten Boalemo terhadap money politics ditinjau dari wilayah kecamatan. Dari data tersebut didapatkan bahwa terdapat 3 wilayah di Kabupaten Boalemo yang masyarakatnya sangat potensial terlibat praktik money. politics,. yakni. Kecamatan. Paguyaman. (30%),. Kecamatan. Mananggu (26 persen), dan Kecamatan Dulupi (17 persen). Sementara sisanya merupakan wilayah kecamatan yang masyarakatnya cenderung menolak praktik money politics.. Toleransi Money Politik(Base line: Dapil) Ya, Wajar diterima. 191. Tidak bisa diterima. 136. 170. 58. 40. 23. Dapil I. Dapil 2. Dapil 3. Gambar grafik di atas menunjukkan sikap responden (masyarakat) terhadap praktik money politics ditinjau dari daerah pemilihan. Dari penelusuran data didapatkan bahwa pada umumnya masyarakat di masing-masing. dapil. Kabupaten. Boalemo. cenderung. tidak. dapat. menerima praktik money politics. Secara khusus perbandingan sikap masyarakat yang menolak-menerima di masing-masing dapil, yakni.

(61) 56. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. 195:58 di dapil 1, 170:23 di dapil 2, dan 136:40 orang di dapil 3; yang kesemuanya itu cenderung menolak praktik tersebut.. Alasan penolakan 60% 50%. 51%. 40% 30% 20% 19%. 10%. 13%. 12%. 4%. Pembagian Pakaian. Lainnya. 0%. perbaikan Pemberian Uang Fasilitas Umum. Gambar. grafik. di. Pembagian Sembako. atas. pada. dasarnya. menunjukkan. kecenderungan penolakan responden (masyarakat) Kabupaten Boalemo terhadap praktik money politics. Dari data tersebut didapatkan bahwa masyarakat cenderung menolak praktik money politics yang dilakukan dengan modus perbaikan fasilitas umum, yakni sebesar 51 persen. Sisanya yakni masyarakat cenderung menolak praktik money politics yang dilakukan dalam bentuk pemberian uang (19 persen), pembagian sembako (13 persen), dan pembagian pakaian (12 persen). Dari data hal di atas dapat dipahami bahwa pada dasarnya alasan sebagian masyarakat yang menolak praktik money politics bukanlah merupakan alasan yang rasional dalam menolak praktik tersebut sebagaimana alasan yang seringkali dikemukakan sejumlah pakar, seperti.

(62) 57. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. biaya ekonomi tinggi, potensi koruptif, dan sebagainya; melainkan yang ditolak oleh masyarakat tersebut hanyalah bentuk dari praktik money politics yang terjadi di Kabupaten Boalemo. Mencermati hal ini maka peneliti tidak mendapatkan alasan rasional dari masyarakat yang menolak praktik money politics, dikarenakan secara inheren masyarakat tersebut hanya menolak bentuknya dan bukan praktik itu sendiri.. Bentuk Pemberian Uang Lainnya 7% Perbaikan Fasilitas Umum 10%. Pembagian Pakaian 9%. Pemberian Uang 45% Pembagian Sembako 29%. Gambar grafik di atas menunjukkan bentuk praktik money politics yang terjadi di Kabupaten Boalemo. Dari data yang ada ternyata bentuk praktik money politics yang paling banyak terjadi berupa pemberian uang secara. langsung/terbuka. kepada. masyarakat,. yang. persentasenya. sebesar 45 persen. Selain itu, terdapat pula bentuk praktik money politics yang terjadi, seperti pembagian sembako (29 persen), perbaikan fasilitas umum (10 persen), dan pembagian pakaian (9 persen). Dari data ini kita mencermati bahwa praktik money politics di Kabupaten Boalemo telah.

(63) 58. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. dilakukan secara terang-terangan/terbuka dalam bentuk tunai. Selain itu, hal tersebut menunjukkan kecerdasan pihak pemberi dalam pratik money politics, karena hanya terdapat 19 persen masyarakat yang menolak bentuk pembagian uang secara langsung.. Tindakan terhadap Money Politik Akan membantu jika dibutuhkan 23%. cukup menyaksikan saja 29%. menegur & melaporkan kpd pngawas 48%. Gambar grafik di atas menunjukkan sikap yang ditunjukkan responden (masyarakat) ketika berada dalam kondisi mengetahui/melihat terjadinya praktik money politics. Dari hasil penelusuran data yang ada didapatkan bahwa tedapat 48 persen masyarakat yang mengambil sikap menegur dan melaporkan terjadinya praktik tersebut kepada pengawas pemilu, terdapat 29 persen masyarakat yang mengabil sikap apatis/cukup menyaksikan saja praktik/kejadian yang sedang berlangsung, dan terdapat 23 persen masyarakat yang dengan senang hati akan membantu melaksanakan praktik tersebut jika dibutuhkan..

(64) 59. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 Pada dasarnya, data di atas kian menjustifikasi bahwa masyarakat Kabupaten Boalemo memang toleran atau secara tidak langsung menyetujui praktik tersebut, “sekali lagi secara rasional”. Dari data di atas, secara akumulatif terdapat 52 persen masyarakat yang melakukan pembiaran terhadap praktik tersebut, dan secara spesifik terdapat 23 persen yang berbaik hati/bersedia membantu melakukan praktik tersebut jika diminta. Kondisi ini pada dasarnya merupakan “pilihan rasional” dari setiap individu ketika berhadapan dengan situasi tertentu, yang tentu saja merupakan pilihan terbaik yang menurut perspektif yang bersangkutan. Hal ini sebagaimana dapat ditelusuri melalui hasil wawancara sebagai berikut. “...kemarin banyak saya liat TS yang datang ke rumah warga...ada yang memberi sembako, pakaian, dan ada juga yang dalam bentuk uang...saya yang melihat kejadian tersebut sudah menganggap hal itu biasa dalam setiap pemilu...bahkan kalau saya diminta bantuan, tentu saya siap...siapa tau dapat cipratannya...” (Sumber: Hasil wawancara dengan informan 30) Hasil wawancara dengan sumber lainnya kian menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Boalemo memilih secara rasional untuk cukup menyaksikan saja praktik money politics yang terjadi di sekitarnya, sekalipun yang bersangkutan cenderung tidak setuju dengan praktik tersebut. Namun, secara spesifik yang bersangkutan tetap termasuk dalam kategori pihak yang memiliki toleransi terhadap praktik money politics.. Hal. ini. sebagaimana. dapat. ditelusuri. sebagai. berikut..

(65) 60. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 “...Sebenarnya saya tidak setuju dengan money politics..Tapi apa boleh buat...kalau saya laporkan, saya tidak punya bukti...kalaupun ada, saya ragu ditindaklanjuti...jadi, buat apa repot-repot melaporkan...biarkan saja mereka dengan urusannya masing-masing...lagian semua calon melakukan hal yang sama...” (Sumber: Hasil wawancara dengan informan 13). Lebih jauh. Sekalipun terdapat masyarakat yang menegur secara langsung terhadap pihak yagn melakukan praktik money politics dan bahkan. melaporkannya. kepada. pengawas. pemilu,. namun. yang. bersangkutan pada dasarnya hanya melakukan tindakan yang termasuk dalam kategori pilihan rasional; yang tentu saja dalam kondisi berbeda tidak bersedia melakukan hal yang sama. Jadi, dengan kata lain, apapun yang dilakukan masyarakat dalam konteks money politics tersebut secara inheren hanya menunjukkan pilihan rasionalnya dan secara tersirat tetap menunjukkan sikap toleransinya terhadap praktik tersebut. Hal ini sebagaimana dapat ditelusuri berikut.. “...kalau saya mendapati secara langsung ada yang melakukan praktik money politics, maka pasti saya tegur...kalau tetap tidak mengindahkan, pasti saya laporkan ke pengawas...tapi kalau ternyata yang melakukan praktik tersebut adalah dari pihak yang juga saya dukung, saya tidak tahu harus bagaimana...” (yang bersangkutan memilih menjawab secara diplomatis) (Sumber: Hasil wawancara dengan informan 21).

(66) 61. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Money Politik& Medsos Ya, Wajar diterima. ya. Tidak bisa diterima. 81%. 81%. 19%. 19% tidak. Gambar grafik di atas menunjukkan relasi antara praktik money politics dengan media sosial. Dari data tersebut didapatkan bahwa baik masyarakat pengguna media sosial, maupun yang tidak menggunakannya cenderung menganggap praktik money politics tidak dapat diterima, yang masing-masing penolakannya sebesar 81 persen. Mencermati data ini, maka dapat dipahami bahwa tidak terdapat relasi kausal/relasi yang signifikan antara penggunaan media sosial dengan sikap terhadap money politics. Satu hal yang pasti adalah baik pengguna media sosial maupun tidak tetap berpotensi terlibat praktik money politik..

(67) 62. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Toleransi Money Politik (Base line: Pendidikan) Ya, Wajar diterima. Tidak bisa diterima. 45% 21%. 27%. 31%. 24%. 0% 1. 37% 1% 0. 6% 7%. Gambar grafik di atas menunjukkan sikap responden (masyarakat) terhadap money politics, ditinjau dari latar belakang pendidikannya. Dari data tersebut didapatkan bahwa khusus untuk masyarakat yang berlatarbelakang pendidikan SD/sederajat, terdapat 21 persen yang mengambil sikap menolak dan 31 persen yang mengambil sikap menerima;. khusus. untuk. masyarakat. berlatarbelakang. pendidikan. SLTP/sederajat, terdapat 27 persen yang menolak dan 24% yang menerima; khusus untuk latar belakang pendidikan Sarjana (S1, S2, dan S3), terdapat 6 persen masyarakat yang mengambil sikap menolak dan 7 persen yang mengambil sikap menerima. Mencermati data tersebut kian meyakinkan kita bahwa praktik money politics telah merobos batasan tertentu dalam kehidupan masyarakat, terlepas dari apapun status sosialnya. Hal ini dikarenakan baik kalangan pendidikan dasar maupun.

(68) 63. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 kalangan pendidikan tinggi sama-sama menganggap wajar praktik tersebut.. Toleransi Money Politik (Base line: Pekerjaan) Ya, Wajar diterima. 34%. 28% 7% 10%. 34%. Tidak bisa diterima. 26%. 4%. 16% 10%. 2% 6. 9% 10%. Gambar grafik di atas menunjukkan sikap masyarakat terhadap praktik money politics ditinjau dari latar belakang pekerjaan. Dari data tersebut didapatkan bahwa khusus untuk masyarakat berlatarbelakang PNS/pensiunan, terdapat 7 persen yang mengambil sikap menolak dan 10 persen. yang. mengambil. sikap. menerima;. khusus. untuk. yang. berlatarbelakang ibu rumah tangga, terdapat 28 persen yang mengambil sikap menolak dan 34 persen yang mengambil sikap menerima; khusus untuk pelajar/mahasiswa, terdapat 4 persen yang menerima dan 4 persen yang menolak; khusus untuk kalangan buruh, terdapat 34 persen yang menolak dan 26 persen yang menerima; khusus untuk petani, terdapat 16 persen yang menolak dan 10 persen yang menerima; khusus untuk wiraswasta, terdapat 2 persen yang menolak dan 6 persen yang.

(69) 64. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. menerima; serta khusus untuk masyarakat yang bekerja sebagai belayan terdapat 9 persen masyarakat yang mengambil sikap menolak dan 10 persen masyarakat yang menbambil sikap menerima praktik money poltics. Mencermati data di atas maka kita dapat melihat tidak adanya relevansi signifikan antara background pekerjaan seseorang dengan sikapnya terhadap money politics, dikarenakan data di atas tetap menunjukkan potensi yang besar bagi praktik tersebut terlepas dari apapun jenis pekerjaan yang bersangkutan. Jadi, data di atas kurang lebih hanya menggambarkan pilihan rasional responden terhadap praktik money. politics. dan. sama. sekali. tidak. ada. hubungan. dengan. pekerjaannya.. Toleransi Money Politik(Base line: Pekerjaan) Ya, Wajar diterima. 24%. Tidak bisa diterima. 32% 21%. 10% 2% < 17 tahun. 29%. 27%. 9% 17-24 thn. 25-34 thn. 35-44 thn. 21% 45-55 thn. 12% 11% > 55 thn. Gambar grafik di atas menunjukkan sikap masyarakat terhadap praktik money politik berdasarkan usia. Dari data tersebut didapatkan bahwa khusus untuk masyarakat yang berusia <17 tahun, terdapat 2.

(70) 65. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 persen masyarakat yang mengambil sikap menerima dan 2 persen masyarakat yang mengambil sikap menolak; khusus untuk masyarakat pada rentang usia 17-24 tahun, terdapat 10 persen yang mengambil sikap menolak dan 9 persen yang mengambil sikap menerima; khusus untuk rentang usia 25-34, terdapat 24 persen yang menolak dan 29 persen yang menerima; khusus untuk rentang usia 35-44, terdapat 32 persen yang menolak dan 27 persen yang menerima; khusus untuk rentang usia 45-55, terdapat 21 persen yang menolak dan 21 persen yang menerima; sementara khusus untuk masyarakat yang berusia >55 tahun, terdapat 12 persen masyarakat yang mengambil sikap menolak dan 11 persen yang mengambil sikap menerima terhadap praktik money politics. Mencermati data di atas, maka kita dapat memahami bahwa tidak terdapat relevansi signifikan antara usia seseorang dengan sikapnya terhadap money politcs, karena di setiap rentang umur masih terdapat potensi penerimaan dan penolakan terhadap praktik tersebut yang tidak jauh berbeda. Dengan demikian, data ini hanya merupakan deskripsi responden atas sikapnya terhadap money politics, dan sama sekali tidak berhubungan dengan usia yang bersangkutan..

(71) 66. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014. Toleransi Money Politik (Base line: Sumber Informasi) Ya, Wajar diterima TV. 15%. Tidak bisa diterima. 11%. koran 2% 5% radio 3% stiker spanduk dialog. 5% 20%. 18% 27%. 39% 33%. 23%. Gambar grafik di atas menunjukkan relasi antara media yang menjadi sumber informasi masyarakat terkait pemilu dengan sikapnya terhadap praktik money politics. Dari data tersebut didapatkan bahwa khusus bagi masyarakat yang menjadikan TV sebagai sumber utama informasi pemilu, terdapat 15 persen yang mengambil sikap menerima dan 11% yang mengambil sikap menolak terhadap praktik money politics; khusus bagi masyarakat yang menjadikan koran sebagai sumber utama informasi pemilu, terdapat 2 persen yang mengambil sikap menerima dan 5 persen yang mengambil sikap menolak; khusus bagi masyarakat yang menjadikan radio sebagai sumber utama informasi pemilu, terdapat 3 persen masyarakat yang menerima dan 5 persen yang menolak; khusus bagi masyarakat yang mendapatkan informasi utama terkait pemilu dari stiker, terdapat 20 persen yang menerima dan 18 persen yang menolak; khusus bagi masyarakat yang mendapatkan informasi utama terkait.

(72) 67. Laporan Riset Partisipasi Pemilu 2014 pemilu dari media spanduk, terdapat 27 persen yang menerima dan 39 persen yang menolak; serta khusus bagi masyarakat yang mendapatkan informasi utama terkait pemilu dari forum dialog, terdapat 33% masyarakat yang mengambil sikap menerima dan 23 persen masyarakat yang mengambil sikap menolak terhadap praktik money politics. Mencermati data di atas maka tidak didapatkan pula relasi signifikan antara sumber informasi dengan sikap seseorang terhadap money politics.. Toleransi Money Politik (Base line: Pendapatan) Ya, Wajar diterima. Tidak bisa diterima. rahasia/ tdk djwb 10% > 5 juta. 53%. 47%. 1 juta -­‐ 5 juta 10% 500.000-­‐1 juta 100.000-­‐500.000 < 100.000. 6% 6% 9%. 9% 31%. 38%. Gambar grafik di atas menunjukkan relasi antara tingkap pendapatan masyarakat dengan sikapnya terhadap money politics. Dari data. tersebut. didapatkan. bahwa. khusus. bagi. masyarakat. yang. berpenghasilan >5 Juta, terdapat 53 persen yang mengambil sikap menerima dan 47 persen yang mengambil sikap menolak terhadap praktik.

Referensi

Dokumen terkait

Pada multifragmentary complex fracture tidak terdapat kontak antara fragmen proksimal dan distal setelah dilakukan reposisi. Complex spiral fracture terdapat dua atau

Jumlah asam pada sari buah dapat juga disebabkan oleh adanya mikrobia yang. menggunakan asam organik untuk pertumbuhannya (Frazeir and

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Menurut fuqaha dari kalangan mazhab hanafi, zina adalah hubungan seksual yang dilakukan seorang laki-laki secara sadar terhadap perempuan yang disertai nafsu

→ Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru melemparkan beberapa pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan materi Interaksi antarruang (distribusi potensi wilayah

Hasil evaluasi terhadap narasumber pelatihan menunjukkan bahwa lebih dari separuh peserta menyatakan narasumber pelatihan sangat baik, hal itu menggambarkan bahwa narasumber

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan YME, yang telah mengaruniakan berkat-Nya sehingga penyusun mampu menyelesaikan konsep Tugas Akhir yang berjudul “BARON

Pengelolaan risiko kredit dalam Bank juga dilakukan dengan melakukan proses analisa kredit atas potensi risiko yang timbul melalui proses Compliant Internal