• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 73/PUU-XII/2014 Kedudukan dan Pemilihan Ketua DPR dan Ketua Alat Kelengkapan Dewan Lainnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 73/PUU-XII/2014 Kedudukan dan Pemilihan Ketua DPR dan Ketua Alat Kelengkapan Dewan Lainnya"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 73/PUU-XII/2014 Kedudukan dan Pemilihan Ketua DPR dan Ketua Alat Kelengkapan Dewan Lainnya

I. PEMOHON

1. Megawati Soekarnoputri dan Tjahjo Kumolo, selaku Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dan Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, sebagai Pemohon I;

2. Dwi Ria Latifa, sebagai Pemohon II; 3. Junimart Girsang, sebagai Pemohon III; 4. Rahmani Yahya, sebagai Pemohon IV; 5. Sigit Widiarto, sebagai Pemohon V.

KUASA HUKUM

Muhammad Asrun, dkk berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 14 Juli 2014.

II. OBJEK PERMOHONAN

Pengujian Formil dan Materiil Undang-Undang Nomor ... Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (UU MD3) terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

Pemohon menjelaskan kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah:

1. Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 “Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum”.

(2)

2. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi “menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

3. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka Mahkamah Konstitusi berwenang untuk memeriksa dan mengadili permohonan para Pemohon a quo.

IV. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PEMOHON

Para Pemohon adalah badan hukum privat (Pemohon I) dan perorangan warga negara Indonesia (Pemohon II s.d Pemohon V) yang merasa hak-hak konstitusionalnya dirugikan atau berpotensi dirugikan dengan berlakunya Pasal 84, Pasal 97, Pasal 104, Pasal 115, Pasal 121, dan Pasal 152 Undang-Undang Nomor ... Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DI UJI A. NORMA FORMIL dan MATERIIL

Norma yang diujikan, yaitu:

Pasal 84 Undang-Undang tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(1) Pimpinan DPR terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 4 (empat) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota DPR.

(2) Pimpinan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dari dan oleh anggota DPR dalam satu paket yang bersifat tetap.

(3) Bakal calon pimpinan DPR berasal dari fraksi dan disampaikan dalam rapat paripurna DPR.

(4) Setiap fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat mengajukan 1 (satu) orang bakal calon pimpinan DPR.

(5) Pimpinan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih secara musyawarah untuk mufakat dan ditetapkan dalam rapat paripurna DPR.

(3)

(6) Dalam hal musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak tercapai, pimpinan DPR dipilih dengan pemungutan suara dan yang memperoleh suara terbanyak ditetapkan sebagai pimpinan DPR dalam rapat paripurna DPR.

(7) Selama pimpinan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum terbentuk, sidang DPR pertama kali untuk menetapkan pimpinan DPR dipimpin oleh pimpinan sementara DPR.

(8) Pimpinan sementara DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (7) berasal dari anggota DPR yang tertua dan termuda dari fraksi yang berbeda.

(9) Pimpinan DPR ditetapkan dengan keputusan DPR.

(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan pimpinan DPR diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.

Pasal 97 Undang-Undang tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(1) Pimpinan komisi merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial.

(2) Pimpinan komisi terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota komisi dalam satu paket yang bersifat tetap berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat.

(3) Setiap fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat mengajukan 1 (satu) orang bakal calon pimpinan komisi.

(4) Dalam hal pemilihan pimpinan komisi berdasarkan musyawarah untuk mufakat tidak tercapai sebagaimana dimaksud pada ayat b(2), keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

(5) Pemilihan pimpinan komisi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam rapat komisi yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan komisi.

(6) Pimpinan komisi ditetapkan dengan keputusan pimpinan DPR. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan pimpinan komisi

(4)

Pasal 104 Undang-Undang tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(1) Pimpinan Badan Legislasi merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial.

(2) Pimpinan Badan Legislasi terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dan oleh anggota Badan Legislasi dalam satu paket yang bersifat tetap berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat.

(3) Setiap fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat mengajukan 1 (satu) orang bakal calon pimpinan Badan Legislasi. (4) Dalam hal pemilihan pimpinan Badan Legislasi berdasarkan

musyawarah untuk mufakat tidak tercapai sebagaimana dimaksud pada ayat (2), keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. (5) Pemilihan pimpinan Badan Legislasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dilakukan dalam rapat Badan Legislasi yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan Badan Legislasi.

(6) Pimpinan Badan Legislasi ditetapkan dengan keputusan pimpinan DPR.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan pimpinan Badan Legislasi diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib. Pasal 109 Undang-Undang tentang Majelis Permusyawaratan

Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(1) Pimpinan Badan Anggaran merupakan satu kesatuan yang bersifat kolektif dan kolegial.

(2) Pimpinan Badan Anggaran terdiri dari 1 (satu) orang ketua dab paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh Badan Anggaran dalam satu paket yang bersifat tetap berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat.

(5)

(3) Setiap fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat mengajukan 1 (satu) orang bakal calon pimpinan Badan Anggaran. (4) Dalam hal pemilihan pimpinan Badan Anggaran berdasarkan

musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak tercapai, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. (5) Pemilihan pimpinan Badan Anggaran sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dilakukan dalam rapat Badan Anggaran yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan Badan Anggaran.

Pasal 115 Undang-Undang tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(1) Pimpinan BKSAP merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial.

(2) Pimpinan BKSAP terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota BKSAP dalam satu paket yang bersifat tetap berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip msuyawarah untuk mufakat.

(3) Setiap fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat mengajukan 1 (satu) orang bakal calon pimpinan BKSAP.

(4) Dalam hal pemilihan pimpinan BKSAP berdasarkan musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak tercapat, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

(5) Penetapan pimpinan BKSAP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam rapat BKSAP yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan BKSAP.

(6) Pimpinan BKSAP ditetapkan dengan keputusan pimpinan DPR. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan pimpinan

BKSAP diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.

Pasal 121 Undang-Undang tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(6)

(1) Pimpinan Mahkamah Kehormatan Dewan Dewan merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial.

(2) Pimpinan Mahkamah Kehormatan Dewan Dewan terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 2 (dua) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Mahkamah Kehormatan Dewan Dewan dalam satu paket yang bersifat tetap berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat.

(3) Setiap fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat mengajukan 1 (satu) orang bakal calon pimpinan Mahkamah Kehormatan Dewan Dewan.

(4) Dalam hal pemilihan pimpinan Mahkamah Kehormatan Dewan Dewan berdasarkan musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak tercapat, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

(5) Pemilihan pimpinan Mahkamah Kehormatan Dewan Dewan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam rapat Mahkamah Kehormatan Dewan Dewan yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan Mahkamah Kehormatan Dewan.

(6) Pimpinan Mahkamah Kehormatan Dewan ditetapkan dengan keputusan pimpinan DPR.

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan pimpinan Mahkamah Kehormatan Dewan diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.

Pasal 152 Undang-Undang tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

(1) Pimpinan BURT merupakan satu kesatuan pimpinan yang bersifat kolektif dan kolegial.

(2) Pimpinan BURT terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota BURT dalam satu paket yang bersifat tetap berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat.

(7)

(3) Setiap fraksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat mengajukan 1 (satu) orang bakal calon pimpinan BURT.

(4) Dalam hal pemilihan pimpinan BURT berdasarkan musyawarah untuk mufakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak tercapat, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak.

(5) Penetapan pimpinan BURT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dalam rapat BURT yang dipimpin oleh pimpinan DPR setelah penetapan susunan dan keanggotaan BURT.

(6) Pimpinan BURT ditetapkan dengan keputusan pimpinan DPR. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemilihan pimpinan BURT

diatur dalam peraturan DPR tentang tata tertib.

B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR 1945

Norma yang dijadikan sebagai dasar pengujian, yaitu : (1) Pasal 1 ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945

(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.

(3) Negara Indonesia adalah negara hukum. (2) Pasal 5 ayat (1) UUD 1945

Presiden berhak mengajukan rancangan Undang-Undang kepada Dewan Perwakilan Rakyat.

(3) Pasal 20 ayat (1) UUD 1945

Dewan Perwakilan Rakyat memegang kekuasaan membentuk undang-undang.

(4) Pasal 22E ayat (3) UUD 1945

Peserta pemilihan umum untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah partai politik.

(5) Pasal 28D UUD 1945

(1) Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.

(2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja.

(8)

(3) Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan.

(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan. (6) Pasal 28I ayat (2) UUD 1945

Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.

VI. ALASAN-ALASAN PEMOHON UNDANG-UNDANG A QUO

BERTENTANGAN DENGAN UUD 1945

1. Pasal 84, Pasal 97, Pasal 104, Pasal 115, Pasal 121, dan Pasal 152 Undang-Undang Nomor ... Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bertentangan dengan UUD 1945 karena tidak dibentuk secara terpisah sesuai dengan Pasal 2 ayat (1), Pasal 19 ayat (2), dan Pasal 22C ayat (4) UUD 1945;

2. Pembentukan Pasal 84, Pasal 97, Pasal 104, Pasal 115, Pasal 121, dan Pasal 152 Undang-Undang Nomor ... Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tidak sesuai dengan asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan terutama asas-asas keterbukaan, karena materi pembentukan ketentuan a quo tersebut tidak berasal dari naskah akademik yang diajukan di awal pembahasan DPR dan disampaikan kepada Pemerintah;

3. Pasal 84, Pasal 97, Pasal 104, Pasal 115, Pasal 121, dan Pasal 152 Undang-Undang Nomor ... Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bertentangan dengan UUD 1945, karena Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan sebagai pemenang Pemilu Legislatif Tahun 2014 sesuai dengan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 secara langsung menjadi pimpinan DPR;

4. Dengan diberlakukannya Pasal 84, Pasal 97, Pasal 104, Pasal 115, Pasal 121, dan Pasal 152 Undang-Undang Nomor ... Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

(9)

Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah untuk Pimpinan yang disebutkan dalam ketentuan-ketentuan a quo tersebut tidak lagi diberikan kepada partai politik sesuai dengan perolehan kursi secara proporsional melainkan dipilih langsung dari dan anggota DPR, dan hal ini merugikan hak-hak konstitusional para Pemohon.

VII. PETITUM

Dalam Penundaan

Menyatakan berlakunya Pasal 84, Pasal 97, Pasal 104, Pasal 115, Pasal 121, dan Pasal 152 Undang-Undang Nomor ... Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Dalam Pokok Permohonan

1. Mengabulkan permohonan para Pemohon untuk seluruhnya;

2. Menyatakan Undang-Undang Nomor ... Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah bertentangan dengan UUD 1945, atau setidak-tidaknya menyatakan:

(1) Pasal 84 tidak bertentangan dengan UUD 1945 sepanjang frasa”Pimpinan DPR terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 4 (empat) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota DPR” dimaknai sebagai “pimpinan DPR ialah anggota DPR yang berasal dari partai politik berdasarkan urutan perolehan kursi terbanyak di DPR”;

(2) Pasal 97 ayat (2) tidak bertentangan dengan UUD 1945 sepanjang frasa “Pimpinan komisi terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota komisi dalam satu paket yang bersifat tetap berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat” dimaknai sebagai “Pimpinan komisi terdiri dari 1 (Satu) orang ketua dan paling banya 3 (tiga) orang wakil ketua, yang dipilih dari dan oleh anggota komisi berdsarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi”;

(10)

(3) Pasal 104 ayat (2) tidak bertentangan dengan UUD 1945 sepanjang frasa “Pimpinan Badan Legislasi terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dan oleh anggota Badan Legislasi dalam satu paket yang bersifat tetap berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat” dimaknai sebagai “Pimpinan Badan Legislasi terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan Legislasi berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi”;

(4) Pasal 109 ayat (2) tidak bertentangan dengan UUD 1945 sepanjang frasa “Pimpinan Badan Anggaran terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dan oleh anggota Badan Anggaran berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat” dimaknai sebagai “Pimpinan Badan Anggaran terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan Anggaran berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi”; (5) Pasal 115 ayat (2) tidak bertentangan dengan UUD 1945 sepanjang

frasa “Pimpinan BKSAP terdiri dari 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dan oleh anggota BKSAP berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat” dimaknai sebagai “Pimpinan BKSAP terdiri dari 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota BKSAP berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi”;

(6) Pasal 121 ayat (2) tidak bertentangan dengan UUD 1945 sepanjang frasa “Pimpinan Mahkamah Kehormatan Dewan terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih

(11)

dan oleh anggota Mahkamah Kehormatan Dewan berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat” dimaknai sebagai “Pimpinan Mahkamah Kehormatan Dewan terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Mahkamah Kehormatan Dewan berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi”, dan;

(7) Pasal 152 ayat (2) tidak bertentangan dengan UUD 1945 sepanjang frasa “Pimpinan BURT terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dan oleh anggota BURT berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi”. 3. Menyatakan Undang-Undang Nomor ... Tahun 2014 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah tidak memiliki kekuatan hukum mengikat, atau setidak-tidaknya menyatakan:

(1) Pasal 84 tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang frasa ”Pimpinan DPR terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan 4 (empat) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota DPR” dimaknai sebagai “pimpinan DPR ialah anggota DPR yang berasal dari partai politik berdasarkan urutan perolehan kursi terbanyak di DPR”;

(2) Pasal 97 ayat (2) tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang frasa “Pimpinan komisi terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota komisi dalam satu paket yang bersifat tetap berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat” dimaknai sebagai “Pimpinan komisi terdiri dari 1 (Satu) orang ketua dan paling banya 3 (tiga) orang wakil ketua, yang dipilih dari dan oleh anggota komisi berdsarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi”;

(12)

(3) Pasal 104 ayat (2) tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang frasa “Pimpinan Badan Legislasi terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dan oleh anggota Badan Legislasi dalam satu paket yang bersifat tetap berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat” dimaknai sebagai “Pimpinan Badan Legislasi terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan Legislasi berdasarkan prinsip musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi”;

(4) Pasal 109 ayat (2) tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang frasa “Pimpinan Badan Anggaran terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dan oleh anggota Badan Anggaran berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat” dimaknai sebagai “Pimpinan Badan Anggaran terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Badan Anggaran berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi”;

(5) Pasal 115 ayat (2) tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang frasa “Pimpinan BKSAP terdiri dari 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dan oleh anggota BKSAP berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat” dimaknai sebagai “Pimpinan BKSAP terdiri dari 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota BKSAP berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi”;

(6) Pasal 121 ayat (2) tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang frasa “Pimpinan Mahkamah Kehormatan Dewan terdiri

(13)

atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dan oleh anggota Mahkamah Kehormatan Dewan berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat” dimaknai sebagai “Pimpinan Mahkamah Kehormatan Dewan terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dari dan oleh anggota Mahkamah Kehormatan Dewan berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi”, dan;

(7) Pasal 152 ayat (2) tidak memiliki kekuatan hukum mengikat sepanjang frasa “Pimpinan BURT terdiri atas 1 (satu) orang ketua dan paling banyak 3 (tiga) orang wakil ketua yang dipilih dan oleh anggota BURT berdasarkan usulan fraksi sesuai dengan prinsip musyawarah untuk mufakat dan proporsional dengan memperhatikan keterwakilan perempuan menurut perimbangan jumlah anggota tiap-tiap fraksi”. 4. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik

Indonesia sebagaimana mestinya;

Atau apabila Majelis Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Referensi

Dokumen terkait

mengenai bagaimana penerapan metode tilawati dalam pembelajaran membaca al- Qur‟an di Taman Pendidikan Al- Qur‟an (TPQ) Nurul Huda Desa Segawe Kecamatan Pagerwojo

Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran komponen cinta ( intimacy, passion, commitment ) pada sikap terhadap hubungan seksual pranikah remaja akhir yang berpacaran di Kabupaten

Sub Bidang Revalidasi selanjutnya disebut Subbid Reval, dipimpin oleh Kepala Sub Bidang Revalidasi disebut Kasubbid Reval, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

Penerapan teknik kultur jaringan didasarkan pada prinsip bahwa tanaman dapat ditumbuhkan dan diperbanyak secara in vitro dari sekelompok sel atau sebagian kecil

Ancak önemle belirtmek gerekir ki burada, üçüncü tür tasavvufta söz.. konusu olacak olan “be ş erî s ı fatlar ı n” kökünden temizlenmesi gibi

Daerah penghasil tembakau adalah Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Batang, Kabupaten Blora, Kabupaten Boyolali, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Demak,

Pada wilayah tersebut diperlukan langkah-langkah untuk meningkatkan APM sekolah jenjang pendidikan dasar (SD/MI) dengan target penduduk usia sekolah yang berasal dari rumah

Bagi guru: dapat dijadikan sebagai bahan kajian literatur untuk melakukan penelitian mengenai nilai APTI pada Ficus lyrata Warb dan tembesi Samanea saman (Jacq) Merr