• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Ignition Timing Mesin Otto Satu Silinder Empat Langkah Berkapasitas 65 cc

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisa Ignition Timing Mesin Otto Satu Silinder Empat Langkah Berkapasitas 65 cc"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Analisa Ignition Timing Mesin Otto Satu Silinder Empat Langkah

Berkapasitas 65 cc

Bagus Abimanyu, Bambang Sugiarto

Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok bgsbima@gmail.com

ABSTRAK

Pengembangan motor pembakaran dalam atau mesin Otto yang terus dilakukan membuat teknologi pada mesin Otto merupakan salah satu yang tercanggih di abad ini. Hal ini ditandai oleh pengembangan mesin Otto yang sudah dimulai dari tingkat universitas di berbagai penjuru dunia untuk riset ataupun untuk mengikuti kompetisi hemat energi atau Eco-marathon. Universitas Indonesia adalah salah satu universitas yang mengembangkan mesin Otto. Mesin yang dikembangkan yaitu mesin Otto satu silinder empat langkah berkapasitas 65 cc.

Mesin ini mempunyai spesifikasi yang berbeda dengan mesin pada umumnya, dan mempunyai pengaturan yang berbeda pula. Salah satu pengaturan penting pada mesin Otto yaitu ignition timing. Ignition timing berperan dalam penentuan waktu pembakaran pada mesin Otto. Penentuan waktu pengapian harus disesuaikan dengan parameter-parameter mesin lainnya seperti kompresi dan jenis bahan bakar yang digunakan. Pada pengukuran diperoleh ignition timing standar mesin Otto 65 cc berkisar antara 15 o - 40 o BTDC. Dengan kondisi pengapian standar didapatkan daya maksimum mesin pada 733Watt dan torsi maksimum 2,66 Nm. Selain itu dilakukan analisis pada proses dynotest dan failure yang terjadi pada pulley.

Kata Kunci : Mesin Otto, daya dan torsi, ignition timing

ABSTRACT

The continous development of internal combustion engine or spark-ignition engine makes its technology grow advanced on this century. It is shown by development of Otto engine by many universities around the world, either for the purpose of research or to compete in efficiency competition or Eco-marathon. Universitas Indonesia is one of the developer of spark-ignition engine, which is making a low fuel combustion engine, a 65 cc One-Cylinder Four-Stroke Spark-Ignition Engine.

This engine has different specification with other spark-ignition engines in general, it has different settings. One of the important settings is the ignition timing. Ignition timing influence the combustion time of an engine. It has to be calculated based on other engine parameters such as compression ratio and the fuel. Based on measurement, the basic ignition timing of the engine ranged from 15o-38 o BTDC. with the basic ignition timing, the engine generates the maximum power of 733 Watt and maximum torque of 2,66 Nm. Analysis also conducted on dynotest and pulley failure. Key words : Spark Ignition Engine, Customized Engine, Power and Torque, Timing Ignition

1. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Sampai saat ini, peran mesin pembakaran dalam atau internal combustion engine masih belum dapat tergantikan, baik di sektor pembangkit daya, industri, ataupun transportasi. Ketiga sektor tersebut masih mengandalkan mesin berbahan bakar fosil sebagai mesin/sumber tenaga, khususnya sektor transportasi. Walaupun berbagai macam jenis mesin telah dikembangkan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, namun tidak dapat dipungkiri bahwa internal combustion engine merupakan mesin yang paling mudah untuk digunakan.

Tenaga listrik, tenaga surya, dan hidrogen merupakan energi alternatif yang terus dikembangkan untuk menggantikan peran bahan bakar fosil. Namun masih mahalnya teknologi tersebut dan kurangnya sarana penunjang membuat pabrikan terus mengembangkan internal combustion engine, sehingga didapat internalcombustion engine yang irit bahan bakar, yang

sering disebut dengan LFCE (Low Fuel Consumption Engine).

Dengan LFCE, penggunaan bahan bakar fosil dapat ditekan dan emisi yang dihasilkan lebih rendah, sehingga lebih ramah lingkungan. Biaya produksi pun tidak semahal jika menggunakan tenaga listrik atau surya, dan tidak memerlukan pembangunan sarana penunjang. Adanya kompetisi hemat energi di berbagai negara membuktikan bahwa LFCE dapat menjadi alternatif. Salah satu kompetisi hemat energi tersebut adalah SEM (Shell Eco-Marathon).

Shell Eco-marathon merupakan kompetisi tahunan yang diselenggarakan oleh Shell untuk melombakan kendaraan hemat energi. Disini pelajar ditantang untuk membuat kendaraan yang dapat melaju sejauh mungkin dengan menggunakan bahan bakar yang seminimal mungkin. Untuk dapat mencapai kondisi tersebut sebuah kendaraan haruslah memiliki bobot yang ringan, mesin yang irit bahan bakar, dan cara mengemudi yang tepat. Biasanya mesin yang digunakan adalah mesin kendaraan roda dua atau motor, namun ada juga yang membuat

(2)

Eco-marathon membuat mesin sendiri untuk dilombakan pada ajang ini, yaitu mesin 4-tak berkapasitas 65cc.

Pada tulisan ini akan dibahas tentang rancangan mesin 4-tak 65cc tersebut, kajian teoritis dan aktualnya, dan analisa tentang mesin tersebut apakah mesin 4-tak 65cc yang dirancang khusus untuk ajang Shell Eco-Marathon ini dapat digunakan dengan baik pada kompetisi.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui ignition timing standar mesin Otto 65 cc dengan menggunakan CDI Honda Revo. 2. Mengetahui daya dan torsi yang dihasilkan

dengan ignition timing standar mesin Otto 65 cc. 1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian ini akan dilakukan pengambilan data dari mesin Otto satu silinder berkapasitas 65 cc hasil rancangan mahasiswa teknik mesin. , maka hal-hal yang akan dibahas pada tulisan ini terbatas pada:

1. Ignition timing standar pada mesin Otto berkapasitas 65 cc menggunakan CDI standar Honda Revo.

2. Pengujian daya dan torsi untuk mengetahui pengaruh dari ignition timing standar mesin Otto berkapasitas 65 cc.

2. Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara membuat variasi pada ignition timing pada mesin empat langkah satu silinder berkapasitas 65 cc. Bahan bakar yang digunakan oleh mesin itu yaitu bensin pertamax plus atau beroktan 95. Pengujian dilakukan dengan 3 variasi yaitu:

1. Sudut pengapian standar. 2. Sudut pengapian advance (-5o). 3. Sudut pengapian retarded (+5o).

Data ignition timing standar diperoleh dengan cara dilakukan pengukuran menggunakan timing light. Dari hasil pengukuran diperoleh data ignition timing standar mesin Otto 65 cc yaitu 15o BTDC pada kondisi idle.

Perubahan ignition dilakukan dengan cara menggeser posisi pickup pulser sesuai perubahan derajat yang diinginkan. Langkah langkah yang dilakukan dalam pengujian ini yaitu:

2.1.Mengetahui Ignition Timing Standar Mesin Otto 65 cc

Ignition timing standar mesin Otto 65 cc diperoleh dengan cara melakukan pembacaan dengan

Pengambilan data ignition timing dilakukan setelah menghubungkan seluruh clamp. Kemudian menyalakan mesin 65cc, lalu pembacaan data dilakukan di putaran mesin 1000-4500 RPM di setiap kenaikan 500 RPM. Pengambilan data dilakukan dengan cara memfoto agar mendapatkan hasil yang akurat. Pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali pada masing-masing kondisi ignition timing yang digunakan pada mesin 65 cc.

Gambar 1. Pengambilan Data Ignition Timing Standar

2.2.Melakukan pengujian dyno dengan ignition timing standar

Setelah mengetahui ignition timing standar, maka dilakukan pengujian daya dan torsi menggunakan dinamometer tipe dc yang dibuat oleh Cussons Technology. Pengambilan data daya dan torsi dilakukan setelah mesin dipasang di testbed dan dihubungkan dengan belt. Belt yang digunakan memiliki spesifikasi B 49 dan rasio pulley yang digunakan yaitu 1 : 2,053. Pengambilan data dilakukan sebanyak tiga kali repetisi pada wide open throttle pada kondisi ini.

Gambar 2. Pengambilan Data Dynotest .

(3)

2.3.Pengukuran diameter Gear Starter

Pengukuran ini berguna untuk perhitungan pergeseran per derajat pengapian, karena posisi trigger pada mesin Otto 65 cc terletak pada gear starter. Hasil pengukuran menggunakan jangka sorong yaitu didapat diameter yaitu 110mm. .

2.4.Modifikasi Posisi Pulser

Untuk mendapatkan ignition timing yang berbeda, maka dilakukan pergeseran pickup pulser. Rumus yang digunakan dalam menggeser pick up pulser yaitu:

Sehingga untuk merubah 1o timing ignition harus menggeser pick up pulser sejauh

3. Hasil dan Pembahasan

Dari hasil pengujian yang telah dilakukan didapat data sebagai berikut :

3.1.Ignition Timing Standar

Nilai derajat yang tercantum merupakan derajat sebelum TMA (BTDC)

Tabel 4. 1 Data Ignition Timing Standar (oBTDC)

RPM

Rep

etisi

1

Rep

etisi

2

Rep

etisi

3

Rata-rata

Standar

Deviasi

1000

15

o

15

o

15

o

15

o

0

1500

15

o

15

o

15

o

15

o

0

2000

15

o

15

o

15

o

15

o

0

2500

30

o

29

o

30

o

29.67

o

0.57

3000

40

o

40

o

41

o

40.33

o

0.57

40

o

40

o

40

o

35

o

0

40

o

40

o

40

o

40

o

40

o

0

40

o

38

o

38

o

38

o

38

o

0

38

o

Rata-rata

0.14

Kurva Ignition Timing Standar:

Gambar 3 Kurva Ignition Timing Standar

3.2.Ignition Timing Honda Revo

Berikut ini adalah data ignition timing standar Honda Revo/Blade dengan CDI BRT Dual Band Honda Revo/Blade pada motor Honda Revo/Blade yang diperoleh dari referensi :

Tabel 4. 2 Data Ignition Honda Revo/Blade

RPM

Ignition

Timing

1000

10

o

1500

10

o

2000

10

o

2500

25

o

3000

35

o

3500

35

o

4000

35

o

4500

33

o

Kurva Ignition Timing Honda Revo:

Gambar 4 Kurva Ignition Timing Honda Revo 0 20 40 60 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 Ign itio n Ti m in g (d egre e) RPM

Ignition Timing Standar

0 10 20 30 40 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 Ign itio n Ti m in g (d egre e) RPM

Ignition Timing Honda

Revo/Blade

(4)

3.3.Perbandingan Kurva Ignition

Berikut ini adalah perbandingan kurva ignition timing standar mesin Otto 65 cc dengan Honda Revo/Blade :

Gambar 5 Perbandingan Kurva Ignition Timing Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa mesin Otto 65cc mempunyai ignition timing yang berbeda dengan Honda Revo/Blade, dimana pada mesin Otto 65cc berkisar antara 15o sampai 38 o, sedangkan pada Honda Revo/Blade berkisar antara 10o-33o. Perbedaan ignition timing keduanya yaitu ±5o. Namun keduanya mempunyai bentuk kurva yang sama, faktor-faktor yang menyebabkan persamaan kurva pengapian ini antara lain :

1. CDI

Pada pengujian ini kedua mesin menggunakan CDI yang sama yaitu CDI standar Honda Revo/Blade, yang berarti menghasilkan mapping yang sama. 2. Diameter Trigger

Berdasarkan pengukuran, diameter centrifugal clutch pada Honda Revo/Blade adalah 110mm dan mempunyai panjang trigger 37,4mm.

Sedangkan trigger pada mesin Otto 65cc terletak pada gear starter, dan diameter gear tempat trigger yaitu 110 mm dan mempunyai panjang trigger 37,4 mm.

Gambar 6 Gear Starter Mesin Otto 65 cc Dengan CDI dan diameter trigger yang sama, perbedaan ignition timing pada mesin Otto 65 cc disebabkan oleh perbedaan posisi pick up pulser. Posisi pick up pulser mesin Otto 65 cc standar ditetapkan oleh tim riset yang terdahulu. Perbedaan ignition timing ini mungkin dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan mesin Otto 65 cc yang mempunyai spesifikasi yang berbeda dengan Honda Revo/Blade.

Tim riset terdahulu membuat ignition timing yang serupa dengan honda revo namun lebih maju (advanced), dikarenakan spesifikasi mesin Otto berkapasitas 65cc yang berbeda, dimana mesin ini merupakan customized engine yang dirancang untuk mengikuti kompetisi hemat energi. Perbedaan spesifikasi yang paling mencolok yaitu di perbandingan bore x stroke, kompresi yang mencapai 1:14, dan oktan bensin yang digunakan mencapai RON 95. Hal ini membuat ignition timing mesin Otto berkapasitas 65cc haruslah berbeda dengan Honda Revo .

3.4.Data Variasi ignition timing

Dalam penelitian ini dilakukan 2 variasi ignition timing dengan kondisi sebagai berikut:

1. Kondisi ignition timing advance

Kondisi iginition timing advance memiliki selisih sebesar -5o dari ignition timing standar.

RPM

Ignition

Timing

1000

10

o

1500

10

o

2000

10

o

2500

25

o 0 10 20 30 40 50 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 4500 Ign itio n Ti m in g (oBT

DC

) RPM

(5)

3000

35

o

3500

35

o

4000

35

o

4500

33

o

2. Kondisi ignition timing retard

Kondisi ignition timing retard memiliki selisih sebesar 5o dari ignition timing standar.

RPM

Ignition

Timing

1000

20

o

1500

20

o

2000

20

o

2500

35

o

3000

45

o

3500

45

o

4000

45

o

4500

43

o

3.5.Data Dynotest untuk Ignition Timing Standar

Berikut ini adalah data yang diperoleh melalui pengujian dyno test dengan ignition timing standar :

Dari gambar didapat nilai daya dan torsi tertinggi yang dicapai mesin Otto berkapasitas 65cc. Data ini belum merupakan daya dan torsi maksimum dari mesin satu silinder empat langkah berkapasitas 65 cc, dikarenakan adanya masalah yang terjadi saat pengujian. Namun kurva diatas menunjukkan bahwa mesin Otto 65 cc ini memiliki kenaikan daya dan torsi yang cukup signifikan pada putaran mesin setelah 2000 rpm.

4. Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut :

1. Mesin Otto berkapasitas 65 cc mempunyai ignition timing yang berbeda dengan motor Honda Revo dengan CDI yang sama, yaitu antara 15o-40o BTDC dan 10o-33o BTDC pada Honda Revo dikarenakan posisi pickup pulser yang berbeda. 2. Torsi tertinggi yang dicapai mesin Otto

berkapasitas 65 cc dengan ignition timing standar yaitu 2,66 Nm pada putaran mesin 2630 rpm. 3. Daya tertinggi yang dicapai mesin Otto

berkapasitas 65 cc dngan ignition timing standar yaitu sebesar 733 Watt pada putaran mesin 2630 rpm.

Referensi

[1] Heywood, John B., “Internal Combustion Engine Fundamentals”, McGraw Hill Int. Ed., New York, 1988.

[2] M. Khovakh, “Motor Vehicle Engines”, MIR Publishers, Moscow, 1979.

[3] Petrovsky, Nikandr A., “Marine Internal Combustion Engines”, MIR Publishers, Moscow, 1973.

[4] Pulkrabek, Willard W., “Engineering Fundamentals of the Internal Combustion Engine”, Prentice Hall, New Jersey, 2003.

[5] Serway, Raymond A., John W. Jewwet, “Physics for Scientists and Engineers with Modern Physics 7th Edition”, Thomson, California, 2007.

[6] http://welovehonda.com, diakses pada tanggal 1 Juni 2014. 0 100 200 300 400 500 600 700 800 0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 0 1000 2000 3000 D ay a (w att ) To rsi ( N m ) Putaran mesin (rpm)

Kurva Daya dan Torsi

Mesin 65cc

Torsi vs Putaran Daya vs Putaran

(6)

Gambar

Gambar 2. Pengambilan Data Dynotest  .
Tabel 4. 1 Data Ignition Timing Standar ( o BTDC)
Gambar 6 Gear Starter Mesin Otto 65 cc  Dengan  CDI  dan  diameter  trigger  yang  sama,  perbedaan  ignition  timing  pada  mesin  Otto  65  cc  disebabkan  oleh  perbedaan  posisi  pick  up  pulser

Referensi

Dokumen terkait

itu, siswa mengangap bahwa mata pelajaran IPS sebagian pelajaran yang tidak menarik, membosankan dan bersifat hafalan, akan tetapi siswa juga harus dapat menguasai

8 menunjukkan nilai packets end-to-end delay empat trafik data dengan ukuran paket 512 byte ketika melalui WMSN dengan metode EDCA diaktifkan.. Ketika jumlah node sensor

Retinoblastoma adalah tumor ganas okular yang sering ditemukan pada masa kanak-kanak, berasal dari sel retina embrional, dapat terjadi dalam bentuk herediter

Kemudian mereka melakukan latihan secara berkelompok dan kegiatan pembelajaran mulai berjalan dengan lebih baik dengan banyaknya minat siswa untuk terus

Web layanan digunakan untuk memonitoring parameter yang dikirim secara realtime melalui database (mysql). Dalam pengiriman data ini telah di lakukan analisa yang di dapat dari

Setelah hasil data terkumpul, dilakukan analisa validitas, uji reliabilitas, deskriptif dan kemudian data diuji menggunakan uji t- student satu sampel untuk dapat

Kalimat yang tidak padu atau sumbang dalam paragraf tersebut adalah nomor ..... Dari kumpulannya terbuang Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang

Dalam PERMENPAN ini pula telah ditetapkan pengaturan Pelatihan dalam jabatan bagi Penyuluhan Pertanian yaitu bahwa Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang akan atau telah