• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KENTANG MERAH PADA LAHAN DATARAN TINGGI KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KENTANG MERAH PADA LAHAN DATARAN TINGGI KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU ABSTRAK"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KENTANG MERAH PADA LAHAN DATARAN TINGGI KABUPATEN REJANG LEBONG BENGKULU

Ahmad Damiri, Dedi Sugandi dan Eddy Makruf Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu

ABSTRAK

Kentang Merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang dari waktu ke waktu semakin banyak diusahakan oleh petani Kabupaten Rejang Lebong, namun produktivitas yang dihasilkan masih rendah karena penerapan teknologi budidaya yang belum baik. Pengkajian bertujuan untuk : a) membandingkan paket dosis pupuk terhadap pertumbuhan, komponen produksi dan produksi Kentang Merah, b) membandingkan pengaruh jarak tanam terhadap pertumbuhan, komponen produksi dan produksi Kentang Merah. Metode pengkajian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan empat ulangan yang diuji lanjut dengan LSD. Perlakuan terdiri dari kombinasi antara paket pupuk dan jarak tanam dalam bedengan. Paket pupuk terdiri dari : a) paket yang dicoba petani yaitu pupuk NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha dan b) paket dosis pupuk anjuran Kentang Granola secara umum yaitu pupuk NPK Phonska 1.000 kg/ha). Sedangkan jarak tanam dalam bedengan terdiri dari : a) 30 cm, b) 35 cm, dan c) 40 cm). Pengkajian dilakukan pada bulan Mei sampai bulan Agustus 2012. Paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi tanaman Kentang Merah umur 6 mst, tetapi tidak berpengaruh terhadap tinggi tanaman umur 9 mst. Kombinasi paket pupuk NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha dengan jarak tanam dalam bedengan 30 cm menunjukkan tinggi tanaman tertinggi (75,800 cm) dan berbeda dengan kombinasi lainnya pada tinggi tanaman umur 6 mst. Kombinasi paket pupuk NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha dengan jarak tanam dalam bedengan 35 cm menunjukkan berat umbi pertanaman tertinggi (1,1989 kg). Kombinasi paket pupuk NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha dengan jarak tanam dalam bedengan 35 cm yang 22,500 ton, tidak menunjukkan perbedaan yang nyata dengan kombinasi paket pupuk NPK Phonska 1.000 kg/ha dengan jarak tanam dalam bedengan 35 cm yang 19,750 ton dan paket pupuk NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha dengan jarak tanam dalam bedengan 40 cm yang 18,000 ton.

Kata Kunci : kentang merah, dosis pupuk, jarak tanam, produksi

PENDAHULUAN

Kentang adalah salah satu jenis tanaman hortikultura yang dikonsumsi umbinya dan dikalangan masyarakat dikenal sebagai sayuran umbi. Kentang banyak mengandung zat karbohidrat, protein, mineral dan vitamin yang cukup baik, sedikit lemak dan tidak mengandung kolesterol, sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Tingginya kandungan karbohidrat menyebabkan kentang dikenal sebagai bahan pangan yang dapat mensubstitusi bahan pangan lain berasal dari beras, jagung (Departemen Pertanian, 2009).

Menurut Adiyoga et al., (2004), beberapa penelitian di negara berkembang mengindikasikan adanya hubungan positif antara pendapatan dan konsumsi kentang. Pada tingkat pendapatan per kapita yang relatif rendah, konsumsi kentang ternyata masih jauh dari titik saturasi. Dengan demikian, sejalan dengan peningkatan pendapatan, konsumsi kentang di negara-negara berkembang juga akan semakin meningkat. Disamping pendapatan per kapita, pertumbuhan konsumsi kentang per kapita juga dipengaruhi oleh harga relatif dan ketersediaan bahan substitusi. Tingkat pertumbuhan ini juga merupakan fungsi dari selera, preferensi serta berbagai faktor demografis dan kultural. Di negara maju, kentang secara tipikal dianggap sebagai komoditas murah yang merupakan bahan baku pati/tepung, sedangkan di negara berkembang cenderung dikategorikan sebagai sayuran mahal dan terkadang mewah. Sejalan dengan membaiknya perekonomian di Asia serta meningkatnya pendapatan pada beberapa dekade terakhir, konsumen semakin terdorong untuk melakukan diversifikasi pangan dan peningkatan konsumsi kentang termasuk di dalam upaya tersebut.

Provinsi Bengkulu merupakan salah satu daerah penghasil kentang sumatera, dimana produksi kentang Bengkulu banyak dijual ke provinsi tetangga selain dijual di dalam Provinsi Bengkulu sendiri, hal ini karena Provinsi Bengkulu memiliki dataran tinggi yang cocok untuk pengembangan kentang yaitu di Kabupaten Rejang Lebong. Rejang Lebong terletak di punggung pegunungan Bukit Barisan pada ketinggian antara 600 sampai lebih dari 1.000 meter di atas permukaan air laut, sebagai daerah penghasil sayuran. berbagai sayuran yang dihasilkan diantaranya adalah cabe, wortel, terung, timun, kacang panjang, buncis selain kentang itu sendiri.

(2)

Kabupaten Rejang Lebong mempunyai karakteristik wilayah dan agroekosistem yang sesuai, namun untuk pengembangannya, masih mempunyai keterbatasan teknologi produksi. Tingkat produktivitas kentang baru 13,65 ton/ha masih jauh dibawah produktivitas nasional (16,09 ton/ha), tingkat produktivitas di sentra produksi di pulau Jawa sebesar 17,81 ton/ha ataupun rekomendasi teknologi yang bisa diatas 30 ton/ha. Dengan demikian dalam penerapan budidaya di daerah ini masih belum begitu baik, sementara potensi pegembangan produksi melalui perluasan areal maupun peningkatan produktivitas masih sangat memungkinkan di daerah ini (Bahar, 2009).

Sebagai daerah penghasil kentang, saat ini banyak petani yang menanam Kentang Merah selain Granola. Selama ini pemasaran kentang merah mengalami kesulitan karena banyak masyarakat yang belum mengenal Kentang Merah bahkan masih banyak yang menganggap kentang merah sebagai ubi rambat. Sejalan dengan perkembangan waktu, semakin banyak masyarakat yang sudah mengenal kentang merah dan pemasarannya sudah tidak mengalami permasalahan lagi, bahkan harganya dipasaran lebih mahal dibandingkan dengan kentang lain yang lebih dahulu dikenal masyarakat. Saat ini sebagian petani mencoba menanam Kentang Merah, sehingga dari waktu kewaktu petani yang menanam Kentang Merah semakin banyak. Oleh karena itu, pengkajian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi Kentang Merah melalui penerapan paket dosis pemupukan dan jarak tanam dalam barisan.

BAHAN DAN METODA

Pengkajian dilaksanakan di agroekosistem lahan kering dataran tinggi iklim basah pada bulan Mei 2012 sampai bulan Agustus 2012 di Desa Talang Lahat, Kecamatan Sindang Kelingi, Kabupaten Rejang Lebong menggunakan lahan petani dan melibatkan petani secara partisipatif, sehingga apa yang dilakukan diketahui secara jelas oleh petani pelaksana kegiatan.

Paket dosis pupuk yang digunakan terdiri dari : a) paket dosis pupuk yang dicoba petani (1.400 kg NPK Phonska dan 400 kg SP-36/ha) dan b) dosis pemupukan anjuran Kentang Granola secara umum (NPK Phonska sebanyak 1.000 kg/ha). Sedangkan jarak tanam dalam bedengan masing-masing : a) 30 cm dengan luas lahan 18 x 45 cm = 810 m2, b) 35 cm dengan luas lahan 21 x 45 m = 945 m2, dan c) 40 cm dengan luas lahan 24 x 45 m = 1.080 m2. Ukuran bedengan; lebar 60 cm, jarak antar bedengan 40 cm dan setiap perlakuan dalam bedengan ditanam sebanyak 30 bibit dengan sistem tanam 1 baris. Untuk itu ukuran bedengan digunakan berbeda-beda panjangnya, tergantung jarak tanam yang digunakan.

Selanjutnya data ditabulasi menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang, terdiri 6 kombinasi perlakuan yaitu 2 paket dosis pupuk dan 3 jarak tanam dalam bedengan yang ulangan sebanyak 4 kali dan di uji lanjut menggunakan LSD bila menunjukan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Data yang diamati terdiri dari komponen pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman), komponen hasil (hasil per tanaman dan rata-rata bobot umbi berdasarkan ukurannya), dan hasil per hektar yang hitung dari konversi hasil ubinan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah

Lokasi pengkajian berada di Desa Talang Lahat, yang terletak lebih kurang 3 km dari ibu kota Kecamatan yaitu Sindang Kelingi dan lebih kurang 25 km dari ibu kota Kabupaten yaitu Curup. Luas wilayah Desa Talang lahat sekitar 340 ha dengan luas lahan tegalan 285 ha (83,82%), luas lahan perkebunan 30 ha (8,82%), dan pemukiman, pekarangan dan lain-lain seluas 25 ha (7,36%) dengan komoditas hortikultura yang diusahakan yaitu : cabai, kubis, sawi, kol bunga, tomat, daun bawang, wortel, kentang, terong, dan buncis.

(3)

Karakteristik tanah di Desa Talang Lahat dengan tofografi datar, bergelombang, hingga berbukit dengan tingkat kemiringan antara 8 – 60%. Tingkat kemasaman tanah antara 5,5 – 6,5 dengan ketinggian tempat antara 750 sampai lebih dari 1.000 m dpl. Jenis tanah didominasi oleh jenis andosol dengan drainase baik dan lapisan olah (top soil) 42 cm dan curah hujan rata-rata 2.850 mm per tahun dengan penyebaran hampir merata sepanjang tahun yang terdiri dari 9 bulan basah dan 3 bulan kering (Rohadin. 2011).

Tinggi Tanaman

Paket dosis pupuk berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 6 minggu setelah tanam (mst), tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 9 mst. Paket dosis pupuk yang dicoba petani (P1) menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan tinggi tanaman dengan dosis pupuk anjuran secara umum kentang Granola (P2) pada umur 6 mst, namun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman umur 9 mst. Namun tanaman umur 9 mst, daun sudah kelihatan mulai layu pada bagian atas (Tabel 1).

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman umur 6 dan 9 minggu setelah tanam, paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan.

Perlakuan Rata-rata tinggi tanaman umur 6 mst (cm) Rata-rata tinggi tanaman umur 9 mst (cm) Paket dosis pupuk

P1. NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg 69,100 a 72,133 a

P2. NPK Phonska 1.000 kg 64,167 b 69,433a

Jarak tanam dalam bedengan

JT 1. 30 cm 70,350 p 72,700 p

JT 2. 35 cm 67,000 q 70,050 p

JT 3. 40 cm 62,550 r 69,600 p

Keterangan: Angka-angka diikuti oleh huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji 0,05.

Pada Tabel 1 terlihat paket dosis pupuk yang dicoba petani menunjukkan pertumbuhan tinggi tanaman yang lebih tinggi pada tanaman umur 6 mst, diduga karena selain dosis pupuk NPK Phonska yang lebih tinggi, juga karena adanya pupuk SP-36. Menurut Hakim et al., (1986), fosfor berperan aktif dalam mentransfer energi di dalam sel dan juga berperan pada perkembangan akar. Gejala yang umum bila kekurangan fosfor adalah terhambatnya pertumbuhan, tanaman kerdil serta perakaran miskin dan produksi merosot. Akar berfungsi untuk mendukung tanaman secara kukuh dan melayani tanaman dengan pengambilan air dan hara (Fisher dan Dunham, 1992).

Begitu juga jarak tanam dalam bedengan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 6 mst, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 9 mst. Pada jarak tanam 30 cm dalam bedengan menunjukkan tinggi tanaman yang lebih tinggi dan berbeda nyata terhadap tinggi tanaman dengan jarak tanam dalam bedengan 35 maupun 40 cm pada umur 6 mst, namun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman umur 9 mst. Hal ini diduga karena selain karena dosis pupuk, juga pengaruh persaingan terhadap sinar matahari yang merupakan sumber energi bagi tumbuhan untuk fotosintesis. Selain itu pada tanaman yang rapat, akan memberikan tanggapan dalam memacu tinggi tanaman untuk mendapatkan sinar matahari yang dibutuhkan. Menurut Sitompul dan Bambang (1991), tanaman yang tumbuh pada lingkungan yang berbeda akan selalu dihadapkan pada keadaan yang berbeda, karena perubahan pada satu unsur lingkungan sering disertai dengan perubahan satu atau lebih unsur lain.

Kombinasi paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan berpengaruh terhadap rata-rata tinggi tanaman umur 6 mst. Kombinasi paket dosis pupuk P1 dan JT1 menunjukkan rata-rata-rata-rata tinggi tanaman tertinggi dan berbeda nyata dengan kombinasi lainnya seperti terlihat pada Tabel 2.

(4)

Tabel 2. kombinasi paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan terhadap rata-rata tinggi tanaman umur 6 mst.

Paket dosis pupuk

Tinggi tanaman 6 mst pada masing-masing jarak tanam dalam bedengan (cm) 30 cm (JT1) 35 cm (JT2) 40 cm (JT3)

P1. NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg 75,800 a 66,600 b 64,900 b

P2. NPK Phonska 1.000 kg 64,900 b 67,400 b 60,200 c

Keterangan: Angka-angka diikuti oleh huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji 0,05.

Kombinasi paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan berpengaruh terhadap rata-rata tinggi tanaman umur 9 mst. Dimana kombinasi paket dosis pupuk P2 dengan JT2, tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kombinasi P 1 dengan JT1 dan P1 dengan JT3 namun menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kombinasi P1 dengan JT2, P2 dengan JT1 dan P2 dengan JT3 seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kombinasi paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan terhadap rata-rata tinggi tanaman umur 9 mst.

Paket dosis pupuk

Tinggi tanaman 9 mst pada masing-masing jarak tanam dalam bedengan (cm) 30 cm (JT1) 35 cm (JT2) 40 cm (JT3)

P1. NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg 74,900 ab 69,700 bcd 71,800 abc

P2. NPK Phonska 1.000 kg 65,200 d 75,700 a 67,400 cd

Keterangan: Angka-angka diikuti oleh huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji 0,05.

Pada tanaman umur 9 mst, daun tanaman sudah mulai layu pada bagian atas. Berdasarkan pengalaman sebelumnya, umur 9 mst tanaman sudah mulai layu dan berangsur-angsur mati. Hal ini menyebabkan tinggi tanaman tidak terlihat jelas apakah pengaruh paket pupuk atau jarak tanam atau kombinasinya.

Berat Umbi Per Tanaman

Rata-rata berat umbi per tanaman dihitung dari rata-rata 10 tanaman yang diambil secara acak. Paket dosis pupuk berpengaruh nyata terhadap rata-rata berat umbi per tanaman (kg). Berdasarkan Tabel 4, paket dosis pupuk yang dicoba petani (P1) menunjukkan rata-rata berat umbi per tanaman yang lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan rata-rata berat umbi per tanaman dengan dosis pupuk anjuran secara umum Kentang Granola (P2). Berdasarkan pengkajian yang pernah dilakukan sebelumnya, bahwa tanaman Kentang Merah lebih besar pertumbuhan batangnya dibandingkan dengan Kentang Granola. Dengan demikian paket dosis pupuk yang diberikan berdasarkan dosis umum Kentang Granola diduga masih kurang bagi kebutuhan tanaman Kentang Merah.

Jarak tanam dalam bedengan berpengaruh nyata terhadap rata-rata berat umbi per tanaman (kg). Dimana jarak tanam 35 cm dalam bedengan menunjukkan rata-rata berat umbi per tanaman yang lebih tinggi dan berbeda nyata dengan rata-rata berat umbi per tanaman dengan jarak tanam dalam bedengan 30 maupun 40 cm (Tabel 4).

(5)

Tabel 4. Rata-rata berat umbi per tanaman dengan perlakuan pupuk dan jarak tanam dalam bedengan.

Perlakuan Berat umbi per tanaman (kg)

Paket dosis pupuk

P1. NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg 0,8469 a

P2. NPK Phonska 1.000 kg 0,5585 b

Jarak tanam dalam bedengan

JT 1. 30 cm 0,3501 r

JT 2. 35 cm 1,0247 p

JT 3. 40 cm 0,7334 q

Keterangan: Angka-angka diikuti oleh huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji 0,05.

Kombinasi paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan berpengaruh terhadap rata-rata berat umbi per tanaman (kg). Kombinasi paket dosis pupuk P1 dengan jarak tanam JT2, menunjukkan rata-rata berat umbi tertinggi dan beda nyata terhadap semua kombinasi lainnya seperti terlihat pada Tabel 5 berikut.

Tabel 5. Kombinasi paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan terhadap rata-rata berat umbi per tanaman.

Paket dosis pupuk

Rata rata berat umbi pada masing-masing jarak tanam dalam bedengan (cm)

30 cm (JT1) 35 cm (JT2) 40 cm (JT3)

P1. NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg 0,4996 d 1,1989 a 0,8423 bc

P2. NPK Phonska 1.000 kg 0,2005 e 0,8504 b 0,6245 cd

Keterangan: Angka-angka diikuti oleh huruf berbeda pada kolom maupun lajur berbeda nyata pada uji 0.05.

Menurut Badan Litbang Pertanian (1989), pada hasil panen kentang selalu di dapat umbi yang bervariasi besarnya mulai dari yang berukuran kurang dari 20 gram sampai yang lebih dari 150 gram. Apabila dikelompokkan berdasarkan besarnya maka persentase tiap kelompok selalu berbeda setiap pertanaman dan varietas, tergantung pada kesuburan, macam bibit yang ditanam (mutu dan besar), iklim dan faktor lainnya. Grading umbi secara keseluruhan (sesuai dengan sistem petani Pengalengan dan Wonosobo) seperti Tabel 6.

Tabel 6. Kelas umbi berdasarkan ukuran umbi hasil panen sesuai dengan sistem petani Pengalengan dan Wonosobo.

Kelas umbi Ukuran berat umbi (gram)

Umbi konsumsi 80

Umbi klas A (bibit besar) 60 – 80

Umbi klas B (bibit sedang) 45 – 60

Umbi klas C (bibit) 30 – 45

Umbi Ares (bibit kecil dan kriil) < 30

Bila dilihat umbi yang dihasilkan, terlihat bahwa kombinasi antara P1 maupun P2 terhadap JT2 dan JT3 menunjukkan jumlah umbi berukuran besar >50% yang merupakan umbi konsumsi. Sedangkan kombinasi P1 maupun P2 terhadap JT1 menunjukkan <50% umbi berukuran besar (Tabel 7). Menurut Adiyoga et al., (2004), volume lingkungan tumbuh yang lebih besar akan menghasilkan jumlah umbi lebih sedikit, akan tetapi dengan ukuran umbi lebih besar dan begitu juga sebaliknya volume lingkungan tumbuh yang kecil, akan menghasilkan jumlah umbi lebih banyak namun dengan ukuran umbi lebih kecil.

(6)

Tabel 7. Kombinasi paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan terhadap persentase ukuran umbi yang dihasilkan.

Paket dosis pupuk Ukuran umbi

Jumlah umbi pada masing-masing jarak tanam dalam bedengan (%) 30 cm (JT1) 35 cm (JT2) 40 cm (JT3) P1. (NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg) <30 g 25,6757 12,9496 17,8571 30 – 45 g 13,5135 10,7914 16,0714 45 – 60 g 17,5676 17,9856 7,1429 60 – 80 g 13,5135 10,7914 11,6071 > 80 g 29,7297 47,4820 47,3214 P2. (NPK Phonska 1.000 kg) <30 g 37,5000 7,0313 17,7778 30 – 45 g 25,0000 11,7188 13,3333 45 – 60 g 12,5000 23,4375 10,0000 60 – 80 g 20,8333 20,3125 21,1111 > 80 g 4,1667 37,5000 35,5556

Bila digunakan untuk bibit, kebiasaan petani setempat menggunakan hasil pertanaman yang berukuran umbi klas C (berat 30 – 45 grm) dan yang berukuran lebih besar dijual kepada pedagang pengumpul. Sedangkan yang berukuran umbi ares (bibit kecil dan kriil) dikonsumsi keluarga petani.

Hasil Per Hektar

Hasil per hektar dihitung berdasarkan konversi petak ubinan, dimana ukuran ubinan untuk jarak tanam dalam bedengan 30 cm menggunakan ukuran 1,8 x 5,0 m; untuk jarak tanam dalam bedengan 35 cm menggunakan ukuran 2,1 x 5,0 m; dan untuk jarak tanam dalam bedengan 40 cm digunakan ukuran 2,4 x 5,0 m.

Paket dosis pupuk yang dicoba petani (P1) menunjukkan hasil per hektar yang tidak berbeda nyata dibandingkan hasil per hektar dengan dosis pupuk anjuran secara umum kentang Granola (P2). Sedangkan jarak tanam 35 cm dalam bedengan (JT2) menunjukkan rata-rata hasil per hektar yang lebih tinggi dan berbeda nyata terhadap rata-rata hasil per hektar dengan jarak tanam dalam bedengan 30 maupun 40 cm (Tabel 8).

Tabel 8. Rata-rata hasil per hektar (ton), paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan.

Perlakuan Hasil per hektar (ton)

Paket dosis pupuk

P1. NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg 17,417 a

P2. NPK Phonska 1.000 kg 14,164 a

Jarak tanam dalam bedengan

JT 1. 30 cm 11,000 r

JT 2. 35 cm 21,000 p

JT 3. 40 cm 15,375 q

Keterangan: Angka-angka diikuti oleh huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada uji 0,05.

Kombinasi paket dosis pupuk P1 dengan JT2 (22,50 t/ha) menunjukkan rata-rata berat umbi tertinggi dan berbeda nyata terhadap kombinasi P1 dengan JT1(12,00 t/ha), P2 dengan JT1(10,00 t/ha) dan P2 dengan JT3 yang 12,75 t/ha ( Tabel 9 ).

(7)

Tabel 9. Kombinasi paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan terhadap rata-rata hasil umbi per ha (ton).

Dosis pemupukan

Rata-rata hasil umbi masing-masing jarak tanam dalam bedengan (ton/ha) 30 cm (JT 1) 35 cm (JT 2) 40 cm (JT 3)

P1. NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg 12,00 c 22,50 a 18,00 ab

P2. NPK Phonska 1.000 kg 10,00 c 19,75 a 12,75 bc

Keterangan: Angka-angka diikuti oleh huruf berbeda pada kolom maupun lajur berbeda nyata pada uji 0.05. Serangan Hama dan Penyakit

Pada awal pertumbuhan tanaman sampai berumur 6 minggu setelah tanam, tanaman terlihat sehat dan tumbuh bagus. Tidak terlihat serangan hama dan penyakit karena sudah kebiasaan petani selalu menyemprot pestisida untuk pengendalian hama dan penyakit. Pada sore, malam dan pagi hari, udara sering berkabut yang menyebabkan petani selalu menyemprot tanamannya dengan fungisida untuk menghindari serangan jamur. Berdasarkan pengalaman petani, bila ada kabut dan petani tidak segera melakukan penyemprotan tanaman dengan fungisida, tanaman akan layu. Oleh karena itu penggunaan fungisida di wilayah ini sangat tinggi. Penyemprotan fungisida dilakukan secara intensif mencapai 2-3 hari sekali dengan dosis yang lebih tinggi dari dosis anjuran.

Pada umur 7 - 9 mst, daun tanaman sudah mulai banyak yang layu karena siklus hidup menuju kematian, juga adanya serangan penyakit. Lebih kurang 10% umbi tanaman yang dibongkar terlihat berlendir yang disebabkan oleh bakteri. Berdasarkan informasi dari petani kooperator, lahan yang digunakan untuk penanaman kentang sebelumnnya ditanam cabai dan tanaman cabai banyak yang mati muda, diduga terserang bakteri.

KESIMPULAN

1. Kombinasi paket dosis pupuk NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha dengan jarak tanam dalam bedengan 30 cm menunjukkan rata-rata tinggi tanaman tertinggi (75,80 cm) pada tanaman umur 6 mst dan berbeda nyata dengan kombinasi lainnya.

2. Kombinasi paket dosis pupuk( NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha) dengan jarak tanam dalam bedengan 35 cm, menunjukkan rata-rata berat umbi per tanaman tertinggi (1,1989 cm) dan beda nyata terhadap semua kombinasi lainnya.

3. Kombinasi antara paket dosis pupuk (NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha) maupun (NPK Phonska 1.000 kg/ha) dengan jarak tanam dalam bedengan 35 cm dan 40 cm menunjukkan lebih dari 50% umbi berukuran besar (60 - 80 gram) dan bahkan berukuran umbi konsumsi (>80 gram). Sedangkan kombinasi paket dosis pupuk (NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha) maupun (NPK Phonska 1.000 kg/ha) dengan jarak tanam dalam bedengan 30 cm menunjukkan kurang dari 50% umbi berukuran besar.

4. Kombinasi paket dosis pupuk (NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha) dengan jarak tanam dalam bedengan 35 cm yang produktivitasnya 22,50 ton, tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kombinasi paket dosis pupuk (NPK Phonska 1.000 kg/ha) dengan jarak tanam dalam bedengan 35 cm yang produktivitasnya 19,75 t/ha dan kombinasi paket dosis pupuk (NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha) dengan jarak tanam dalam bedengan 40 cm yang produktivitasnya 18,00 t/ha. Kombinasi ini berbeda nyata dengan kombinasi paket dosis pupuk (NPK Phonska 1.000 kg/ha) dengan jarak tanam dalam bedengan 40 cm yang produktivitasnya 12,75 t/ha; paket dosis pupuk (NPK Phonska 1.000 kg/ha) dengan dengan jarak tanam dalam bedengan 30 cm yang produktivitasnya 12,00 t/ha; dan paket dosis pupuk (NPK Phonska 1.400 kg dan SP-36 400 kg/ha) dengan jarak tanam dalam bedengan 30 cm yang produktivitasnya 10,00 t/ha.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga, W., S. Rachman, T. Agoes, S. Budi. J, K. U. Bagus, R. Rini dan M. Darkam. 2004. Profil Komoditas Kentang. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Badan Litbang Pertanian. 1989. Kentang. Balai Penelitian Hortikultura Lembang. Bdg.

Bahar, Y.H. 2009. Panen Perdana Kentang Granola. http://ditsayur.hortikultura. deptan.go.id/index.php?itemid=39&id=43&option=com (03 Nov 09).

Departemen Pertanian. 2009. Prosd. Seminar Nasional Pekan Kentang 2008, Lembang 20 - 21 Agustus 2008. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Fisher, N.M. dan R.J. Dunham. 1992. Morfologi Akar dan Pengambilan Zat Hara. Institute For Agricultural Research, Ahmadu Bello University, PMB 1044, Zaria, Nigeria. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Fakultas Pertanian; Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hakim, N., N. Yusuf, A.M. Lubis, G.N. Sutopo, S. Rusdi, M. Amin. D, Go. B.H dan H.H. Bailey.

1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Rohadin. 2011. Data Potensi Wilayah dan Rencana Kerja Penyuluh Pertanian (RKPP) Tahun 2011. Desa Binaan Talang Lahat. BPP Mojorejo. Kab. Rejang Lebong.

Sitompul, S.M dan G. Bambang. 1991. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Gajah Mada University Press.

Gambar

Tabel 1.  Rata-rata tinggi tanaman umur 6 dan 9 minggu setelah tanam, paket dosis pupuk dan jarak  tanam dalam bedengan
Tabel   2.  kombinasi  paket  dosis  pupuk  dan  jarak  tanam  dalam  bedengan  terhadap  rata-rata  tinggi  tanaman umur 6 mst
Tabel   6.  Kelas umbi berdasarkan ukuran umbi hasil panen sesuai dengan sistem petani Pengalengan  dan Wonosobo
Tabel 7.  Kombinasi paket dosis pupuk dan jarak tanam dalam bedengan terhadap persentase ukuran  umbi yang dihasilkan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “EVALUASI

Pada kurun waktu jangka pendek sesuai dengan ketercapaian target sasaran jangka pendek, maka temuan hasil penelitian menunjukkan, program pembelajaran dengan

Dari hasil analisis diatas dapat dinyatakan bahwa alat TGDTA yang berada di laboratorium Instalasi Radiometalurgi BATAN mampu digunakan untuk menganalis

Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penambahan gliserol terhadap karakteristik fisik dan mekanik edible film tepung jali, serta mengetahui

Penggunaan tepung daun Kayambang (Salvinia molesta) sebagai bahan pakan alternatif sampai level 7,5% tidak menaikkan maupun menurunkan nilai konsumsi protein, rasio

Fokus penelitian ini adalah (1) Bagaimana Konseling Usrah Dalam Meningkatkan Semangat Beribadah Mahasiswa Ikatan Mahasiswa Negeri Sarawak (IKWANS) Di Universitas Islam Negeri

Hasil sidik ragam (Anova) menunjukkan terjadi pengaruh interaksi antara komposisi media tanam dan ukuran polybag terhadap berat buah per tanaman saat panen III

 peserta memerlukan pelayanan kesehatan ruukan &amp;in*kat ;anutan atas indikasi medis sesuai den*an sisitem ruukan yan* diatur dalam ketentuan peraturan