• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Menyimak Wawancara. sebagai sebuah kegiatan mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kemampuan Menyimak Wawancara. sebagai sebuah kegiatan mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Menyimak Wawancara

1. Pengertian Kemampuan Menyimak Wawancara

Salah satu kemampuan berbahasa adalah kemampuan menyimak. Setiap orang dapat melakukan kegiatan menyimak, jika ada bunyi bahasa atau lambang-lambang lisan yang didengar. Dengan kata lain, kegiatan menyimak dilakukan manusia apabila ada penutur dan lawan tutur. Secara sederhana, istilah menyimak dapat dipahami sebagai sebuah kegiatan mendengarkan atau memperhatikan baik-baik apa yang diucapkan orang, menangkap dan memahami makna yang didengar.

Menurut Tarigan (Nurbaya dan Nurhadi, 2011: 7), menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, dan interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi serta memahami makna komunikasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Di lain pihak, ada orang yang memaknai menyimak sebagai suatu proses penulisan bahasa yang dimaknai ke dalam pikiran (listening the process by which spoken language is cinverted to meaning in the mind).

Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, mengintepretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan pendengaran, penglihatan, penghayatan, ingatan, pengertian. Bahkan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimak pun harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya. Selanjutnya juga

(2)

dikemukakan oleh Tarigan (1994: 27), bahwa menyimak merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang dikandung di dalamnya. Pendapat yang dikemukakan oleh Heriyanto (2011: 3), mendengarkan adalah proses menangkap bunyi bahasa dengan disengaja tetapi belum memahami. Sementara menyimak adalah proses menangkap bunyi bahasa yang direncanakan, dipahami, diinterpretasi, diapresiasi, dievaluasi, ditanggapi, dan ditindaklanjuti.

Jadi yang dimaksud dengan menyimak adalah suatu proses mendengarkan lambang-lambang lisan atau bunyi-bunyi bahasa yang dilakukan dengan sengaja, penuh perhatian disertai pemahaman, apresiasi, dan interpretasi sehingga pesan atau maksud yang terkandung dalam lambang lisan yang disimak dapat diungkapkan secara baik.

Salah satu kegiatan menyimak dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak wawancara. Menyimak wawancara termasuk salah satu jenis menyimak pemahaman/komprehensif (comprehensive listening), yaitu menyimak untuk memahami isi pesan yang disampaikan para tokoh atau nara sumber dalam sebuah wawancara.

2. Tujuan Menyimak Wawancara

Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang masing-masing keterampilan tersebut mempunyai tujuan yang ingin dicapai dalam setiap pembelajaran bahasa. Tujuan orang menyimak itu beraneka ragam, seperti (Shrope dalam Tarigan 1987: 35) :

(3)

a. Menyimak dengan tujuan utama agar dapat memperoleh pengetahuan dari bahan ujar sang pembicara, dengan perkataan lain, dia menyimak untuk belajar.

b. Menyimak dengan penekanan pada penikmatan terhadap sesuatu dari materi yang diujarkan atau yang diperdengarkan atau dipergelarkan (terutama sekali dalam bidan seni), pendeknya dia menyimak untuk menikmati keindahan audial.

c. Menyimak dengan maksud agar dapat menilai apa-apa yang dia simak itu (baik-buruk, indah-jelek, dll), dia menyimak untuk mengevaluasi.

d. Menyimak agar dia dapat menikmati serta menghargai apa-apa yang disimaknya itu (pembacaan cerita, dialog, dll) orang itu menyimak untuk mengapresiasi materi simakan.

e. Menyimak dengan maksud agar dapat mengkomunikasikan ide-ide, gagasan-gagasan, maupun perasaan-perasaannya kepada orang lain dengan lancar dan tepat. Dia menyimak untuk mengkomunikasikan ide-ide.

f. Menyimak dengan maksud dan tujuan agar dia dapat membeda-bedakan bunyi dengan tepat. Biasanya ini terlihat nyata pada seseorang yang sedang belajar bahasa asing yang asyik mendengarkan ujaran pembicarara asli.

g. Menyimak dengan maksud agar dia memecahkan masalah secara kreatif dan analisis, sebab dari sang pembicara dia mungkin memperoleh banyak masukan berharga.

h. Selanjutnya ada lagi orang yang tekun menyimak sang pembicara untuk meyakinkan dirinya terhadap suatu masalah atau pendapat yang selama ini diragukan dengan perkataan lain, dia menyimak secara persuasif.

Tujuan menyimak adalah untuk memperoleh informasi, menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang hendak disampaikan sang pembicara melalui

(4)

ujaran (Tarigan, 1987: 35). Jadi pada situasi apapun harus diusahakan untuk selalu menentukan tujuan yang ingin didapatkan dari menyimak tersebut, misalnya agar lebih memahami topik yang sedang dipelajari, atau agar bisa mengungkapkan hasil simakan degan lebih baik. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan menyimak adalah untuk memberikan informasi, untuk memperoleh pengetahuan, atau untuk mendapatkan hiburan.

Menyimak wawancara termasuk salah satu jenis menyimak pemahaman atau komprehensif (comprehensive listening), yaitu menyimak untuk memahami isi pesan yang disampaikan para tokoh atau narasumber dalam sebuah wawancara. Tujuan pembelajaran menyimak wawancara adalah melatih kepekaan siswa dalam menerima atau mencari informasi. Informasi ini digunakan untuk mendukung keterampilan berbahasa yang lainnya seperti berbicara dan menulis. Menurut Wijayanti (2010), tujuan menyimak wawancara meliputi :

a. Menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan seorang tokoh atau narasumber yang disampaikan dalam wawancara.

b. Menulis dengan singkat hal-hal penting yang dikemukakan narasumber dalam wawancara.

3. Manfaat Menyimak Wawancara

Menurut Setiawan (dalam Darmawan, 2001: 11-12), manfaat dari kegiatan menyimak adalah sebagai berikut: pertama menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup yang berharga bagi kemanusiaan, sebab menyimak memiliki nilai informatif, yaitu memberikan masukan-masukan tertentu yang menjadikan seseorang lebih berpengalaman. Kedua, meningkatkan intelektualitas serta memperdalam penghayatan keilmuan dan khazanah ilmu. Ketiga, memperkaya kosa kata, menambah

(5)

perbendaharaan ungkapan yang tepat, bermutu, dan puitis. Orang yang banyak menyimak komunikasinya lebih lancar dan kata-kata yang digunakan lebih fariatif. Keempat, memperluas wawasan, meningkatkan penghayatan hidup, serta membina sifat terbuka, dan objektif. Orang yang banyak menyimak tidak picik, tidak sempit lapang dada, tidak fanatik kata, tetapi cenderung lebih lapang dada, dapat menghargai pendapat dan keberadaan orang lain. Kelima, meningkatkan kepekaan dan kepedulian sosial. Melalui menyimak akan dikenal berbagai seluk-beluk kehidupan dengan segala dimensinya. Keenam, meningkatkan citra artistik, karena dengan banyak menyimak dapat menumbuhsuburkan sikap apesiatif, sikap menghargai karya atau pendapat orang lain dan kehidupan serta meningkatkan selera estetis. Ketujuh, menggugah kreativitas dan semangat mencipta untuk mampu menghasilkan ujaran-ujaran dan tulisan-tulisan yang berjati diri.

Jadi dengan banyak melakukan kegiatan menyimak, maka akan didapatkan ide-ide yang cemerlang dan segar, sehingga pengalaman hidup akan berharga. Semua itu akan mendorong seseorang untuk lebih giat berkarya dan kreatif. Dalam kaitannya dengan pembelajaran menyimak wawancara, kompetensi yang akan dicapai melalui pembelajaran menyimak adalah agar siswa mampu menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan seorang tokoh atau narasumber yang disampaikan dalam wawancara serta siswa mampu menulis dengan singkat hal-hal penting yang dikemukakan narasumber dalam wawancara.

4. Jenis-jenis Menyimak

Menyimak sebagai salah satu bagian dari keterampilan berbahasa memiliki banyak jenis. Secara garis besar, Tarigan (1994: 35) membagi jenis menyimak menjadi dua jenis yaitu: (a) menyimak ekstensif, dan (b) menyimak intensif. Kedua

(6)

jenis menyimak ini sangatlah berbeda dan perbedaan itu tampak dalam cara melakukan kegiatan menyimak.

a. Menyimak Ekstensif

Menyimak ekstensif adalah kegiatan menyimak mengenai hal-hal yang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung seorang guru. Pada kegiatan menyimak ekstensif, proses menyimak yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, seperti: menyimak radio, televisi, percakapan orang di pasar, pengumuman, dan sebagainya. Menyimak siperti ini sering pula diartikan sebagai kegiatan menyimak yang berhubungan dengan hal-hal yang umum dan bebas terhadap suatu bahasa. Dalam prosesnya di sekolah tidak perlu langsung di bawah bimbingan guru. Pelaksanaannya tidak terlalu dituntut untuk memahami isi bahan simakan.

b. Menyimak Intensif

Menyimak intensif adalah kegiatan menyimak yang diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol terhadap suatu hal tertentu. Menyimak intensif merupakan kegiatan menyimak yang harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan konsentrasi yang tinggi untuk menangkap makna yang dikehendaki. Dengan cara menyimak yang intensif, penyimak melakukan penyimakan dengan penuh perhatian, ketelitian, dan ketekunan, sehingga penyimak memahami secara luas bahan simakannya.

Pada penelitian ini, jenis menyimak yang digunakan yaitu menyimak intensif. Melalui kegiatan menyimak intensif maka siswa akan memperoleh fakta yang diperlukan. Penyimak menilai gagasan, ide, informasi dari pembicara. Pada

(7)

pelaksanaan kegiatan menyimak intensif, guru mengawasi dan memantau proses jalannya kegiatan menyimak.

5. Tahap-tahap Menyimak

Ruth G. Strickland dalam Tarigan (1994: 29) menyebutkan ada sembilan tahap menyimak. Tahap-tahap menyimak tersebut adalah:

a. Menyimak berkala, yang terjadi pada saat-saat sang anak merasakan keterlibatan langsung dalam pembicaraan mengenai dirinya.

b. Menyimak dengan perhatian dangkal karena sering mendapat gangguan dengan adanya selingan-selingan perhatian kepada hal-hal di luar pembicara.

c. Setengah menyimak karena terganggu oleh kegiatan menunggu untuk mengekspresikan isi hati, mengutarakan apa yang telah terpendam dalam hati sang anak.

d. Menyimak serapan, yaitu kegiatan menyimak yang dilakukan karena anak keasyikan menyerap atau mengaborsi hal-hal yang kurang penting, jadi merupakan penjaringan pasif yang sesungguhnya.

e. Menyimak sesekali-sesekali, yaitu menyimak sebentar-sebentar apa yang disimak, karena perhatian berganti dengan keasyikan lain, hanya memperhatikan kata-kata sang pembicara yang menarik hatinya saja.

f. Menyimak asosiatif, hanya menyimak pengalaman-pengalaman pribadi secara konstan, yang mengakibatkan sang anak benar-benar tidak memberikan reaksi terhadap pesan yang disampaikan sang pembicara.

g. Menyimak dengan reaksi berkala terhadap pembicara dengan membuat komentar ataupun mengajukan pertanyaan.

(8)

h. Menyimak secara seksama, dengan sungguh-sungguh mengikuti jalan pikiran sang pembicara.

i. Menyimak secara aktif untuk mendapatkan serta menemukan pikiran, pendapat, dan gagasan sangat pembicara.

Sementara ini tahap-tahap menyimak menurut Logan (1972: 39) dan Loban (1969: 243) (dalam Tarigan, 1994: 58-59) antara lain:

a. Tahap mendengar (hearing) b. Tahap memahami (understanding) c. Tahap menginterpretasi (interpreting) d. Tahap mengevaluasi (evaluating) e. Tahap menanggapi (responding)

Dari dua tahap menyimak tersebut, peneliti setuju dengan pendapat Logan dan Loban yang menyatakan bahwa tahap menyimak meliputi: tahap mendengar dari sebuah wawancara. Setelah tahap mendengar kemudian tahap memahami isi dalam wawancara yang terdapat hal-hal penting yang dikemukakan oleh nara sumber, sehingga penyimak memahami isi dari wawancara tersebut. Tahap menginterpretasi yaitu pemberian kesan, pendapat atau pandangan teoritis terhadap wawancara. Tahap mengevaluasi yaitu memberikan penilaian terhadap isi wawancara dan yang terakhir yaitu tahap menanggapai apa yang disampaikan di dalam sebuah wawancara.

6. Ragam Menyimak

Menyimak memiliki beberapa tujuan yang beraneka ragam, diantaranya adalah sebagai berikut:

(9)

a. Menyimak ekstensif

Menyimak ekstensif adalah sejenis kegiatan menyimak yang mengenai hal-halyang lebih umum dan lebih bebas terhadap suatu ujaran, tidak perlu di bawah bimbingan langsung dari seorang guru. Menyimak ekstensif dapat memberi kesempatan dan kebebasan bagi para siswa untuk mendengar dan menyimak butir-butirkosa kata dan struktur-struktur yang masih asing atau baru yang terdapat dalam arus ujaran yang berada di dalam jangkauan dan kapasitas untuk menanganinya.

Jenis-jenis menyimak yang termasuk ke dalam kelompok menyimak ekstensif antaralain:

1) Menyimak Sosial

Menyimak sosial atau menyimak sopan biasanya berlangsung dalam situasi-situasisosial tempat orang-orang mengobrol atau bercengkeraman mengenai hal-halyang menarik perhatian semua orang yang hadir dan saling mendengarkan satu samalain untuk membuat responsi-responsi yang wajar, mengikuti hal-hal yang menarik, dan memperlihatkan perhatian yang wajar terhadap apa-apa yang dikemukakan, dikatakan oleh seorang rekan. Dawson [et all], dalam Tarigan (1994: 37).

2) Menyimak Sekunder

Menyimak sekunder adalah sejenis kegiatan menyimak secara kebetulan dan secara ekstensif. Berikut ini merupakan dua contoh menyimak sekunder.

(a) Menyimak pada musik yang mengiringi ritme-ritme atau tari-tarian rakyat disekolah dan pada acara-acara radio yang terdengar sayup-sayup sementara kita menulis surat pada seorang teman di rumah.

(10)

(b) Menikmati musik sementara ikut berpartisipasi dalam kegiatan tertentu di sekolah seperti melukis, hasta karya tanah liat, membuat sketsa, dan latihan menulis indah. Dawson (1963: 153) dan Anderson (1972: 69) (dalam Tarigan, 1994: 38).

b. Menyimak Ekstetik

Menyimak ekstetif atau menyimak apresiasif adalah fase teakhir dari kegiatan menyimak kebetulan termasuk ke dalam menyimak ekstensif. Berikut ini merupakan dua contoh menyimak ekstetik.

(a) Menyimak musik, puisi, pembacaan bersama, atau drama radio dan rekaman-rekaman.

(b) Menikmati cerita, puisi, teka-teki, gemrincing irama, dan lakon-lakon yang dibacakan atau diceritakan oleh guru, siswa, atau aktor. Dawson [et all], dalam Tarigan (1994:38).

c. Menyimak Pasif

Menyimak pasif ialah menyimak suatu bahasan yang dilakukan tanpa upaya sadar. Misalnya, dalam kehidupan sehari-hari, seseorang mendengarkan bahasa daerah, setelah itu dalam masa dua atau tiga tahun ia sudah mahir memahami pesan dalam bahasa daerah tersebut. Kemudian, dia mahir pula menggunakan bahasa daerah tersebut. Kemahiran menggunakan bahasa daerah tersebut dilakukan sebagai hasil menyimak pasif. Namun, pada akhirnya, orang itu dapat menggunakan bahasa daerah dengan baik. Kegiatan menyimak pasif banyak dilakukan oleh masyarakat awam dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pendidikan di sekolah tidak dikenal istilah

(11)

menyimak pasif. Pada umumnya, menyimak pasif terjadi karena kebetulan dan ketidaksengajaan.

d. Menyimak Intensif

Menyimak intensif adalah menyimak yang diarahkan pada suatu yang jauh lebih diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal tertentu. Dalam hal ini harus diadakan suatu pembagian penting yaitu diarahkan pada butir-butir bahasa sebagai bagian dari program pengajaran bahasa atau pada pemahaman serta pengertian umum. Jelas bahwa dalam kasus yang kedua ini maka bahasa secara umum sudah diketahui oleh para murid. Menyimak intensif diarahkan pada suatu kegiatan yang jauh lebih diawasi, dikontrol, terhadap suatu hal tertentu. Jenis-jenis yang termasuk ke dalam kelompok menyimak intensif antara lain.

1) Menyimak Kritis

Menyimak kritis adalah sejenis kegiatan menyimak yang berupa untuk mencari kesalahan atau kekeliruan bahkan juga butir-butir yang baik dan benar dariujaran seorang pembicara, dengan alasan-alasan yang kuat yang dapat diterima olehakal sehat. Pada umumnya menyimak kritis lebih cenderung meneliti di mana letak kekurangan, kekeliruan, ketidaktelitian yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraan seseorang. Dalam menyimak kritis para penyimak perlu menilai dengan teliti dan menyimak secara kritis segala ucapan atau informasi lisan yang diucapkan oleh pembicara.

2) Menyimak Konsentratif

Menyimak konsentratif sering juga disebut study-type listening atau menyimak yang merupakan jenis telaah. Kegiatan-kegiatan tercakup dalam menyimak konsentratif antara lain: menyimak untuk mengikuti petunjuk-petunjuk serta

(12)

menyimak urutan-urutan ide, fakta-fakta penting, dan sebab akibat. Menyimak konsentratif disebut juga menyimak yang merupakan sejenis telaah. Kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam menyimak konsentratif antara lain.

a) Mengikuti petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam pembicaraan.

b) Mencari dan merasakan hubungan-hubungan, seperti kelas, tempat, kualitas, waktu, urutan serta sebab-akibat.

c) Mendapatkan atau memperoleh butir-butir informasi tertentu. d) Memperoleh pemahaman dan pengertian yang mendalam.

e) Merasakan serta menghayati ide-ide sang pembicara, sasaran maupun pengorganisasiannya.

f) Memahami urutan ide-ide sang pembicara.

g) Mencari dan mencatat fakta-fakta penting. Anderson (1972:70) dan Dawson [etall] (1963:153) (dalam Tarigan, 1994:45).

3) Menyimak Kreatif

Menyimak kreatif adalah jenis menyimak yang mengakibatkan dalam pembentukan atau rekonstruksi seorang anak secara imaginatif kesenangan-kesenangan akan bunyi, visual atau penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestetik yang disarankan oleh apa-apa didengarnya. Menurut Dawson (et all) dalam Tarigan (1987: 46), menyimak kreatif adalah sejenis kegiatan dalam menyimak yang dapat mengakibatkan kesenangan rekonstruksi imajinatif para penyimak terhadap bunyi, penglihatan, gerakan, serta perasaan-perasaan kinestik yang disarankan atau dirangsang oleh apa-apa yang disimaknya.

(13)

4) Menyimak Eksploratif

Menyimak eksploratif, menyimak yang bersifat menyelidiki adalah sejenis kegiatan menyimak intensif dengan maksud dan tujuan menyelidiki sesuatu lebih terarah dan lebih sempit. Dalam kegiatan menyimak seperti ini sang penyimak menyiagakan perhatiannya untuk menjelajahi serta menemukan hal-hal baru yang menarik perhatian, informasi tambahan mengenai suatu topik, isyu, pergunjingan, atau buah mulut yang menarik.

5) Menyimak Interogatif

Menyimak interogatif adalah sejenis kegiatan menyimak intensif yang menuntut lebih banyak konsentrasi dan seleksi, pemusatan perhatian dan pemilihan butir-butir dan ujaran sang pembicara, karena sang penyimak akan mengajukan sebanyak pertanyaan. Dalam kegiatan menyimak interogatif ini sang penyimak mempersempit serta mengarahkan perhatiannya pada pemerolehan informasi dengan cara menginterogasi atau menanyai sang pembicara. Dawson [et all], dalam Tarigan (1994: 48).

6) Menyimak Selektif

Beberapa bahasa menuntut adaptasi atau penyesuaian tertentu terhadap urutan prosedur yang disarankan berikut ini, tetapi bagi sebagian terbesar ciri-ciri bahasayang berurutan ini hendaklah disimak secara selektif dalam urutan sebagai berikut; nada suara, bunyi-bunyi asing, bunyi-bunyi yang bersamaan, dan bentuk-bentuk ketatabahasaan (Tarigan, 1987:35).

7. Standar Kompetensi Menyimak Wawancara

Ruang lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan pada sekolah biasanya terbagi dalam empat aspek yakni menyimak (mendengarkan), berbicara,

(14)

menulis dan membaca. Aspek keterampilan yang difokuskan dalam penelitian ini adalah tentang keterampilan menyimak.

Dalam Standar Isi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (SI KTSP) untuk SMP dan MTs yang diberlakukan oleh pemerintah dan dalam tahap menuju penerapan di sekolah-sekolah, dinyatakan bahwa ruang lingkup mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia dibagi menjadi dua aspek, yaitu kemampuan kebahasaan dan kesusastraan. Masing-masing aspek ini dibagi lagi menjadi empat sub aspek, yaitu: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Menyimak dalam KTSP disebut juga sub aspek mendengarkan. Sub aspek ini memiliki beberapa standar kompetensi, yaitu standar kompetensi aspek kebahasaan dan standar kompetensi aspek kesusastraan. Berikut ini standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) keterampilan menyimak pada kelas VII semester 2 pada jenjang pendidikan SMP/MTs (Kemendiknas, 2011: 18):

a. Standar Kompetensi

Memahami wacana lisan melalui kegiatan wawancara. b. Kompetensi Dasar

Mampu menuliskan dengan singkat hal-hal penting yang dikemukakan narasumber dalam wawancara.

Aspek yang dinilai dalam menyimak didasarkan pada ruang lingkup dan tingkat kedalaman pembelajaran serta kompetensi dasar yang ditetapkan dalam kurikulum. Dalam melakukan penilaian menyimak harus menyesuaikan diri dengan indikator pencapaian suatu materi simakan terlebih dahulu, sehingga untuk mengukur keterampilan hasil belajar menyimak, maka alat tes yang dibuat oleh guru harus disesuaikan dengan indikator. Tujuan dari penilaian pembelajaran menyimak sesuai dengan kompetensi dasar khususnya dalam indikator.

(15)

8. Pembelajaran Menyimak Wawancara

Berdasarkan uraian terdahulu bahwa menyimak adalah suatu penerimaan pesan, gagasan atau pikiran sesorang. Pesan itu harus dipahami dengan jelas oleh penyimak. Sebagai bukti seseoraang memahami pesan itu, orang tersebut harus bereaksi memberi tanggapan atau respons. Jadi, kegiatan menyimak merupakan kegiatan disengaja, direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Kesadaran untuk mencapai tujuan itu menimbulkan aktivitas berfikir dalam menyimak. Aktivitas menyimak yang tidak tepat akan menimbulkan tujuan menyimak tidak tercapai.

Dalam proses pembelajaran di kelas, sebagian besar waktu yang digunakan oleh siswa adalah untuk kegiatan mendengar atau menyimak. Akan tetapi kegiatan tersebut bukanlah merupakan pengertian kegiatan menyimak dalam proses pembelajaran keterampilan menyimak yang sedang difokuskan. Proses menyimak ada dua aspek tujuan yang perlu diperhatikan yaitu; pertama adanya pemahaman dan tanggapan penyimak terhadap pesan pembicara. Kedua pemahaman dan tanggapan penyimak terhadap pesan itu sesuai dengan kehendak pembicara.

Berdasarkan dua aspek di atas kalau diperinci lebih jauh maka tujuan menyimak dapat disusun (Sutari, 1998: 44) sebagai berikut: (a) mendapatkan fakta, (b) menganalisis fakta, (c) emngevaluasi fakta, (d) mendapatkan isnpirasi, (e) mendapatkan hiburan, dan (f) memperbaiki kemampuan berbicara.

B. Model Pembelajaran Kooperatif TipeNumbered Head Together

1. Pengertian Model PembelajaranKooperatif TipeNumbered Head Together Pembelajaran kooperatif menurut Wena (2009: 189), merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok, yang memiliki

(16)

aturan-aturan tertentu. Prinsip dasar pemelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok-kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai tujuan bersama. Lie (2008: 12) mengatakan, pembelajaran kooperatif atau pembelajaran gotong royong adalah sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur.

Menurut Suyatno (2009: 51), model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohensif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri atas 4-5 orang, siswa heterogen (kemampuan, gender, karakter), ada kontrol dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.

Jadi pembelajaran kooperatif memiliki orientasi untuk menciptakan ikatan yang kuat antar siswa, membangun kecerdasan sosial dan emosional, sehingga pada akhirnya siswa bisa berinteraksi terhadap lingkungannya dengan segala kemampuan dan potensi diri yang berkembang dengan baik. Menurut Slavin (2005: 8), inti dari pembelajaran kooperatif adalah siswa akan duduk bersama dalam kelompok untuk menguasai materi yang disampaikan guru.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha memanfaatkan teman sejawat (siswa lain) sebagai sumber belajar, di samping guru dan sumber belajar yang lain. Pada pembelajaran kooperatif, guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya nara sumber dalam kegiatan pembelajaran, tetapi berperan sebagai mediator, stabilisator, dan manajer pembelajaran.

(17)

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah NHT (Numbered Heads) yang dikembangkan oleh Spencer Kagan (Lie: 2008). Tekhnik ini merupakan tekhnik pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, tekhnik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka.

Menurut Huda (2011: 130), NHT merupakan varian dari diskusi kelompok. Teknis pelaksanaannya hampir sama dengan diskusi kelompok. Pertama-tama, guru meminta siswa untuk duduk berkelompok-kelompok. Masing-masing anggota diberi nomor. Setelah selesai, guru memanggil nomor (baca: anggota) untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

Menurut Trianto (2009: 82), Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. Jadi pembelajaran kooperatif tipe NHT ini merupakan salah satu tipe pembelajaran yang dirancang khusus untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dalam memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan akademik.

2. Kelebihan dan Kelemahan Numbered Heads Together (NHT)

Numbered Head Together pada dasarnya merupakan sebuah variabs diskusi kelompok. Ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompok itu. Cara ini menjadi keterlibatan total semua siswa, cara ini juga merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok. Setiap model pembelajaran tentu memiliki kelebihan dan

(18)

kekurangan, demikian juga model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Menurut A’la (2010: 100), model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:

a. Kelebihan

1) Setiap siswa dalam belajar menjadi siap semua. 2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh,

3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. b. Kekurangan

1) Kemugkinan nomor yang sudah dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. 2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil guru.

Dari kelebihan dan kekurangan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT guru harus lebih berhati-hati dan teliti agar tidak ada kesalahan dalam memanggil nomor, namun demikian proses pembelajaran siswa tidak hanya sekedar paham dengan konsep yang diberikan, tetapi juga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan teman-temannya. Siswa juga belajar untuk mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat teman. Rasa kepedulian kepada teman satu kelompok agar dapat menguasai konsep, siswa dapat saling berbagi ilmu dan informasi, serta suasana kelas yang menyenangkan dan tidak terdapatnya siswa yang mendominasi dalam kegiatan pembelajaran karena semua siswa memiliki peluang yang sama untuk tampil menjawab pertanyaan.

3. Langkah-langkah Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Menurut Nurhadi (2004: 121) model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dikembangkan dengan melibatkan siswa dalam melihat

(19)

kembali bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Pada pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

Langkah-langkah pembelajaran tipe Numbered Heads Together sebagaimana dijelaskan oleh Suprijono (2009: 93) di bawah.

a. Apesepsi

b. Membagi siswa menjadi beberapa kelompok, jumlah anggota minimal 4 orang dan setiap siswa dalam kelompok diberi nomor.

c. Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai.

d. Guru membagikan lembar tugas pada masing-masing kelompok supaya dikerjakan.

e. Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap siswa dalam kelompoknya mengerjakan dan mengetahui jawabannya.

f. Guru memanggil salah satu nomor siswa untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya.

g. Siswa yang lain memberikan tanggapan atas laporan tersebut, kemudian guru menunjuk nomor yang lain untuk melaporkan hasil kerja kelompoknya secara bergantian.

h. Guru menyimpulkan dari laporan hasil kelompok siswa. i. Evaluasi.

Pada modelpembelajaran kooperatif tipe NHT siswa lebih bertanggungjawab terhadap tugas yang diberikan karena dalam tipe pembelajaran ini siswa dalam kelompok diberi nomor yang berbeda dan tiap anggota tahu bahwa hanya satu murid yang dipanggil untuk mempresentasikan jawaban. Setiap kelompok melakukan

(20)

diskusi untuk berbagi informasi antar anggota sehingga tiap anggota mengetahui jawabannya. Langkah-langkah pembelajaran dikemukakan sebagai struktur empat fase sintaksis NHT, yaitu (Trianto, 2009: 82):

a. Fase 1 : Penomoran

Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3 – 5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.

b. Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat diambil dari materi pelajaran yang memang sedang dipelajari. Pertanyaan dapat amat spesifik dalam bentuk kalimat tanya.

c. Fase 3 : Berpikir Bersama

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.

d. Fase 4 : Menjawab

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

C. Pembelajaran Menyimak Wawancara melalui Model Pembelajaran

Kooperatif TipeNumbered Head Together (NHT)

Keberhasilan siswa dalam menguasai suatu materi pembelajaran sangatlah tergantung dari bagaimana cara guru mengorganisasi kegiatan pembelajaran. Bagi pembelajaran bahasa, sangat ideal jika kegiatannya melibatkan aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Salah satu alternatif model pembelajaran yang bisa menjadi strategi untuk meningkatkan aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran

(21)

adalah model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Lungdren (dalam http://wawan-junaidi. blogspot. com, diakses tanggal 5 November 2012), menjelaskan bahwa manfaat dari pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut: penerimaan terhadap perbedaan individual lebih besar, perselisihan antar pribadi berkurang, sikap apatis berkurang, pemahaman lebih mendalam, motivasi lebih besar, hasil belajar lebih baik, dan meningkatkan budi pekerti, kepekaan dan toleransi.

Dengan memperhatikan karakteristik pembelajaran NHT yaitu memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dan mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka, maka dapat diterapkan pada pembelajaran menyimak karena siswa diarahkan untuk menyimpulkan pikiran, pendapat, dan gagasan yang disampaikan nara sumber. Dengan kata lain, melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan secara berdiskusi kelompok sehingga hal-hal penting yang ada didalam sebuah wawancara dapat disimpulkan melalui diskusi bersama yang pada akhirnya point-point penting dalam wawancara yang disimpulkan akan lebih baik karena mempertimbangkan masukan dari seluruh anggota.

Pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia materi menyimak wawancara melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT dilakukan dengan langkah-langlah sebagai berikut:

1. Kegiatan Awal

Pada kegiatan awal, guru mengkondisikan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok/tim yang

(22)

beranggotakan 4 – 5 kemudian memberikan nomor yang berbeda, melakukan apersepsi berkaitan dengan materi, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan memberikan pemahaman terhadap siswa tentang pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).

2. Kegiatan Inti

Kegiatan inti, terdiri dari eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi. Pada tahap eksplorasi guru mengajukan pertanyaan (questioning) untuk menggali pemahaman awal, memberikan penjelasan materi tentang menyimak, langkah-langkah menyimak dan pelaksanaannya. Kemudian guru mengajak siswa untuk melakukan kegiatan menyimak secara klasikal dan sesudah siswa dianggap memahami, guru membagikan LKS yang harus diselesaikan oleh tiap kelompok. Pelaksanaan menyimak wawancara dilakukan dengancara guru memutar kaset wawancara sebanyak 2 kali kemudian masing-masing kelompok mendiskusikan untuk menyimpulkan pertanyaan yang ada dalam LKS. Disini siswa diarahkan untuk berpikir bersama (Head Together) agar diperoleh kesimpulan yang tepat dan sesuai dengan materi. Setelah diskusi selesai, guru memanggil satu nomor tertentu dari tiap kelompok untuk pemberian jawaban (answering) dan siswa lain melakukan penilaian. Tahap konfirmasi, guru dan siswa mengulas materi dan dilanjutkan dengan pemberian motivasi oleh guru.

3. Kegiatan Akhir

Kegiatan akhir pelajaran, guru dan siswa menyimpulkan materi secara bersama-sama degan tujuan untuk menyamakan pemahaman siswa terhadap materi yang sudah dipelajari. Guru kemudian melanjutkan kegiatan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyerap materi melalui evaluasi. Pesan moral berkaitan

(23)

dengan pendidikan karakter yang dikembangkan antara lain disiplin, kejujuran dan kerjasama diberikan oleh guru. Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan doa dan salam.

D. Kerangka Pikir

Menyimak merupakan suatu proses kegiatan mendengarkan dengan penuh pemahaman untuk memperoleh suatu informasi dan menangkap isi atau pesan yang disampaikan oleh orang lain melalui ujaran atau bahasa lisan. Menyimak berperan penting dalam kehidupan sehari-hari, baik di masyarakat maupun di sekolah, sebab keterampilan menyimak memiliki pengaruh terhadap keterampilan berbahasa lainnya seperti berbicara, membaca dan menulis.

Dalam setiap kegiatan menyimak terdapat suatu tujuan yang hendak dicapai oleh sang penyimak. Salah satunya adalah memperoleh informasi dari hasil komunikasi dua orang atau lebih. Tujuan tersebut mengacu pada kegiatan menyimak wawancara. Wawancara yang dimaksud adalah tanya jawab dengan seseorang (tokoh/narasumber) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapat mengenai suatu hal. Untuk itu, penyimak (siswa) perlu mendengar proses wawancara tersebut. Dengan demikian, siswa akan mudah memahami informasi yang disampaikan.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan supaya kemampuan menyimak wawancara dapat meningkat adalah menggunakan metode audio berupa kaset dan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Penggunaan media kaset dalam pembelajaran sangat penting, salah satunya untuk mendukung proses pembelajaran menyimak wawancara.

Pembelajaran menyimak wawancara dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan dukungan media kaset bertujuan agar siswa

(24)

saling bekerja sama dengan teman satu kelompok dalam mengatasi suatu masalah, saling berbagi pikiran dan pendapat. Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dalam pembelajaran menyimak wawancara, dimaksudkan supaya siswa tidak hanya tergantung pada teman yang lebih pandai, masing-masing siswa harus tahu dan paham terhadap hasil yang disepakati dalam kelompok. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama.

Numbered Head Together terdiri atas empat unsur, yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan, berpikir bersama, dan pemberian jawaban. Penomoran dimaksudkan untuk mempermudah penelitian memberikan identitas kepada siswa dan kelompoknya. Pengajuan pertanyaan dimaksudkan agar siswa aktif, tanggap dan paham terhadap materi atau penjelasan yang mereka dapatkan dari guru. Berpikir bersama dimaksudkan agar siswa dapat bekerja sama dalam berdiskusi dan menentukan simpulan akhir dari hasil diskusi secara bersama-sama. Sedangkan pemberian jawaban dimaksudkan agar siswa memberikan jawaban dari soal-soal yang diberikan oleh guru, sehingga dapat diketahui tingkat pemahaman siswa tentang hasil diskusi kelompoknya.

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan dugaan sementara yang akan diuji kebenarannya. Berdasarkan kerangka berpikir diatas dapat diajukan hipotesis “Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan kemampuan menyimak wawancara pada siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Bobotsari”.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini dilakukan analisis pendahuluan terhadap material penyusun mortar yaitu agregat halus, limbah kulit kerang, dan air gambut. Pemeriksaan karakteristik

Perbandingan hasil pengukuran dengan BAPETEN (badan pengawas tenaga nuklir) di Rumah Sakit Universitas Hasanuddin dapat dilihat bahwa pada dinding primer memiliki

LQSXW HNVWULP NHULQJ GL VLQL DNDQ WHUMDGL GHILVLW DLU SDGD EXODQ - EXODQ 0HL VDPSDL 1RYHPEHU GL PDQD T WXUELQ EHUQLODL QHJDWLI %HJLWX SXOD GDODP SHQJJXQDDQ WUD\HN YROXPH ZDGXN

Resiko, Kemudahaan Penggunaan Terhadap Keputusan Menggunakan Kartu Kredit Bank BNI di Surabaya ”. 1.2

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Internet Financial Reporting dan Tingkat Pengungkapan Informasi Website Terhadap Frekuensi Perdagangan Saham Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar

Pada tabel 4.3 diatas dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat risiko kecelakaan kerja pada stasiun penebahan pada tingkat risiko moderate risk dengan score 5-9 yang

P.0100303016, mahasiswi konsentrasi Syari’ah/Hukum Islam Program Pascasarjana (PPS) UIN Alauddin Makassar, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi disertasi yang

Dalam tahap ini yang dilakukan adalah pengumpulan data. Setelah data terkumpul kemudian data dianalisis. Analisis data penelitian dilakukan dengan cara