• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pengadaan Barang/Jasa pada Pemerintah Daerah saat ini sangat rentan akan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pengadaan Barang/Jasa pada Pemerintah Daerah saat ini sangat rentan akan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Pengadaan Barang/Jasa pada Pemerintah Daerah saat ini sangat rentan akan adanya fraud. Jatiningtyas dan Kiswara (2013) menyatakan ada berbagai macam

fraud telah terjadi di lingkungan Instansi Pemerintah dan berlangsung terus

menerus seperti air yang mengalir tiada henti. Salah satu jenis yang paling banyak menimbulkan atau dapat juga disebut salah satu sumber kebocoran keuangan yang paling besar adalahfrauddalam pengadaan barang dan jasa. Pengadaan merupakan salah satu sumber korupsi terbesar dalam sektor keuangan publik. Setiap tahun, BPK maupun KPK melaporkan adanya kasus pengadaan yang mengandung tindak pidana korupsi, tetapi tidak banyak yang masuk ke persidangan pengadilan.

Fraud pengadaan barang/jasa pemerintah berpotensi terjadi pada

tahapan-tahapan proses yaitu (1) pada tahap perencanaan pengadaan, (2) pada tahap pelaksanaan lelang, dan (3) pada tahap pelaksanaan pekerjaan, sedangkan modus operandi yang digunakan sangat beraneka ragam dan selalu berkembang. Setiap tahap dalam proses pengadaan barang dan jasa memiliki potensi yang sama akan terjadinya fraud. Banyaknya pengadaan barang dan jasa yang harus dilaksanakan oleh pemerintah, dibanding dengan minimnya pengawasan dan terbatasnya sumber daya yang ada menyebabkan kecenderungan personal organisasi untuk melakukanfraud.

Berdasarkan data rekapitulasi dari Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) I Tahun 2014, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menemukan beberapa tipe kasus pengadaan barang dan jasa, yaitu kasus yang merugikan keuangan

(2)

negara (sebanyak 1.199 kasus senilai Rp 458.677,05 juta), berpotensi merugikan keuangan negara (sebanyak 162 kasus senilai Rp 404.296,18 juta), kekurangan penerimaan (sebanyak 334 kasus senilai Rp 93.430,94 juta), melanggar administrasi, menimbulkan ketidakhematan, dan menimbulkan ketidakefisienan. Kabupaten Temanggung sendiri berdasarkan hasil pemeriksaan BPK pada Pemerintah Daerah tahun 2014, jumlah temuan pemeriksaan BPK yang berkaitan dengan fraud pengadaan barang dan jasa sebanyak lima temuan dengan nilai Rp 251.238.730,-.

Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 dan Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012, APIP di daerah berperan sebagai pencegah, pendeteksi, pendamping dan pengawas pelaksanaan pemerintahan di daerah. APIP seharusnya dapat lebih efektif dalam menjalankan peranannya jika didukung oleh semua elemen organisasi dalam Pemerintahan Daerah yang bersama-sama mengimplementasikan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) dalam pelaksanaannya melibatkan semua unsur organisasi Satuan Kerja dari level terendah sampai tertinggi yang bersama-sama dan terus menerus berusaha memberikan keyakinan yang memadai demi tercapainya tujuan organisasi secara efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Wilopo (2006) menjelaskan bahwa perlaku tidak etis dan kecenderungan kecurangan akuntansi dapat diturunkan dengan meningkatkan pengendalian intern, ketaatan aturan akuntansi, moralitas manajemen serta menghilangkan asimetri informasi. Besarnya kasusfraudpengadaan barang dan jasa Pemerintah Daerah

(3)

yang ditangani penegak hukum baik itu kejaksaan, kepolisian, BPK ataupun KPK menandakan lemahnya fungsi Pengendalian Intern pada Pemerintah Daerah dalam mencegah dan mendeteksifraud.

Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung sendiri sampai dengan saat ini masih menghadapi berbagai masalah terkait temuan dari auditor eksternal maupun internal terkait fraud pengadaan barang dan jasa, minimnya kapasitas dan kualitas APIP Daerah, serta belum maksimalnya pelaksanaan SPIP di Daerah. Berdasarkan hal tersebut maka perlu dilakukan penelitian guna menguji keterkaitan antara pengaruh Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terhadapfraud pengadaan barang dan Jasa Pemerintah Daerah khususnya pada Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung, sehingga diketahui langkah-langkah yang seharusnya dilakukan untuk dapat meningkatkan pencegahan dan pendeteksian fraud pengadaan barang dana Jasa pada Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung.

Jatiningtyas dan Kiswara (2013) dalam penelitiannya menyatakan bahwa Lingkungan Pengadaaan Barang/Jasa bepengaruh secara signifikan terhadap fraud

Pengadaan Barang/Jasa pada Instansi Pemerintah dengan arah hubungan negatif. Penelitian lain oleh Kummer, Singh dan Best (2015) menyatakan daftar resiko

fraud, pelatihan kesadaran fraud, aturanwistle blowing, aturan pengendalianfraud,

dan hal yang belum terdeteksi dapat berfungsi efektif sebagai instrumen pendeteksi

fraud, sedangkan penilaian resiko, kode perilaku, rencana pengendalian fraud,

review pengendalian internal tidak berfungsi efektif sebagai instrumen pendeteksi

fraud.

(4)

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Wilopo (2006) dan Hermiyetti (2010) , perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut :

Tabel 1

Perbedaan Penelitian Dengan Penelitian Sebelumnya

Perbedaan (Gap) Penelitian saat ini Wilopo (2006) Hermiyetti (2010) Variabel penelitian Lingkungan

pengendalian, Penilaian resiko, Kegiatan pengendalian, Informasi dan komunikasi, Pemantauan,fraud pengadaan barang dan jasa Kefektifan pengendalian internal, Kesesuaian Kompensasi, Ketaatan aturan akuntansi, Asimetri informasi, Moralitas manajemen,

Perilaku tidak etis, Kecenderungan kecurangan akuntansi Lingkungan pengendalian, Penilaian resiko, Kegiatan pengendalian, Informasi dan komunikasi, Pemantauan, Pencegahanfraud pengadaan barang Objek Penelitian Kabupaten

Temanggung Perusahaan Publik dan BUMN di Indonesia Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta di kota Bandung

Pada penelitian ini penulis menggunakan instrumen Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 yang pelaksanaannya menyatu dan menjadi bagian integral dari kegiatan Instansi Pemerintah antara lain lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi serta pemantauan pengendalian intern.

Peneliti memilih objek penelitian Instansi Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung dikarenakan Pemerintah Daerah Kabupaten Temanggung telah Menerbitkan Peraturan Bupati Nomor 59 Tahun 2010 guna penyelenggaraan SPIP dengan Peraturan Bupati Temanggung nomor 15 Tahun 2015 sebagai Juklak Pelaksananya, namun berdasarkan hasil pemeriksaan dari BPK, BPKP, Inspektorat

(5)

Provinsi maupun Inspektorat Daerah masih menemukan adanya fraud dalam instansi terperiksa. Penelitian ini berusaha menguji pengaruh SPIP yang telah dilaksanakan oleh instansi Pemerintah Daerah terhadap fraud dalam pelaksanaan pengadaaan barang dan jasa.

1.2. Perumusan Masalah

Hillison, Pacini dan Sinason (1999) menyatakan bahwa sebagian besar praktisi akuntansi telah menyadari dan mengakui bahwa eksternal auditor seringkali tidak berada dalam posisi untuk mendeteksi terjadinya fraud,

dikarenakan auditor eksternal tidak selalu hadir guna mencegah terjadinya fraud

tersebut. Hal ini dapat diartikan bahwa seharusnya pendeteksian terjadinya fraud

pengadaan barang dan jasa tidak hanya mengandalkan pihak luar organisasi.

Tidak seperti kejahatan lain yang mungkin terdapat saksi, fraud dengan sangat alami dapat disembunyikan oleh pelakunya. Oleh sebab itu, diperlukan adanya suatu sistem dimana sistem tersebut dapat dengan mudah mendeteksi adanya penyimpangan yang dilakukan meskipun tidak dalam pengawasan auditor eksternal. Sistem ini salah satunya dapat dilakukan melalui pengendalian internal organisasi. AICPA (1947) dalam Wilopo (2006) menjelaskan bahwa pengendalian internal sangat penting, antara lain untuk memberikan perlindungan bagi entitas terhadap kelemahan manusia serta untuk mengurangi kemungkinan kesalahan dan tindakan yang sesuai dengan aturan.

Penelitian yang dilakukan oleh Wilopo (2006) dan Hermiyetti (2010) mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa pengendalian internal dapat menurunkan kecenderungan kecurangan akuntansi maupun fraud pengadaan barang/jasa, meskipun penelitian lain oleh Kummeret al(2015) menyatakan bahwa

(6)

penilaian resiko dan review pengendalian internal tidak secara efektif mendeteksi

fraud suatu organisasi. Masih adanya perbedaan pendapat antar penelitian

sebelumnya, menjadikan penulis merumuskan masalah - masalah yang menjadi pertanyaan dalam penelitian sebagai berikut :

1. Apakah lingkungan pengendalian pada suatu instansi Pemerintah Daerah mempengaruhi terjadinya fraud pada pengadaan barang dan jasa instansi Pemerintah Daerah?

2. Apakah penilaian resiko mempengaruhi terjadinya fraud pada pengadaan barang dan jasa instansi Pemerintah Daerah?

3. Apakah kegiatan pengendalian mempengaruhi terjadinya fraud pada pengadaan barang dan jasa instansi Pemerintah Daerah?

4. Apakah keterbukaan informasi dan kelancaran komunikasi yang ada mempengaruhi terjadinya fraud pada pengadaan barang dan jasa Instansi Pemerintah Daerah?

5. Apakah pemantauan pelaksanaan pengendalian intern yang ada mempengaruhi terjadinyafraudpada pengadaan barang dan jasa instansi Pemerintah Daerah? 1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan bertujuan antara lain sebagai berikut :

1. Untuk menguji pengaruh lingkungan pengendalian pada suatu instansi Pemerintah Daerah terhadap fraud pengadaan barang dan jasa instansi Pemerintah Daerah.

2. Untuk menguji pengaruh penilaian resiko terhadap terjadinya fraud pada pengadaan barang dan jasa instansi Pemerintah Daerah.

3. Untuk menguji pengaruh kegiatan pengendalian oleh instansi Pemerintah

(7)

Daerah terhadap terjadinya fraudpada pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Daerah.

4. Untuk menguji pengaruh keterbukaan informasi dan kelancaran komunikasi pada Instansi Pemerintah Daerah terhadap terjadinya fraud pada pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah Daerah.

5. Untuk menguji pengaruh pemantauan pelaksanaan pengendalian intern yang ada terhadap terjadinyafraudpengadaan barang dan Jasa Pemerintah Daerah. 1.4. Manfaat Penelitian

Diharapkan Penelitian dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Akademisi

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi dan menjadi bahan acuan atau referensi bagi penelitian berikutnya.

2. Bagi Praktisi

Diharapkan dapat memberikan masukan pada Pemerintah Daerah dalam menentukan hal-hal yang perlu dilakukan, pembuatan regulasi untuk meningkatkan efektivitasnya dalam upaya pencegahan dan pendeteksianfraud

Pengadaan Barang/jasa.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui apakah badan usaha yang nantinya akan menjadi calon rekanan pemerintah dalam pengadaan barang dan jasa di instansi terkait memang tepat, perlu dilakukan

Hal­hal lain yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa pada umumnya antara lain 

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan mengetahui pengaruh sistem pengendalian intern pemerintah terhadap efektifitas pengelolaan keuangan daerah pada

Indikasi belum optimalnya fungsi Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) di kabupaten dapat dilihat dari beberapa hal tersebut di atas, yaitu: (1) banyaknya kasus fraud

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah yang selanjutnya disebut LKPP adalah lembaga Pemerintah yang bertugas mengembangkan dan merumuskan kebijakan

beneficiaries pengadaan pemerintah dalam memantau kegiatan pengadaan barang pemerintah, akan dapat menjamin proses pengadaan yang tepat waktu, tepat. mutu, tepat target dan

Menyusun saran rekomendasi strategis terkait Pencegahan Korupsi pada Sistem Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah secara Nasional.. Tujuan secara umum:

Untuk mempermudah ditingkat pelaksanaannya, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) sebagai lembaga penyusun kebijakan dibidang pengadaan barang/jasa