• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG LAYANAN PENGUSAAN KONTEN DI KELAS VIII SMP NEGERI 7 PADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG LAYANAN PENGUSAAN KONTEN DI KELAS VIII SMP NEGERI 7 PADANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1

PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG LAYANAN

PENGUSAAN KONTEN DI KELAS VIII

SMP NEGERI 7 PADANG

Oleh:

Arni Rama Yanti

Ahamd Zaini, S.Ag., M.Pd

Fuaddillah Putra, M.Pd., Kons

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This research is motivated by learners who do not understand the purpose of the procurement of services and their content learners who thought that the service procurement of the content is not important. The purpose of this study describes the perception of students about the procurement of services seen from the content: 1) View from purpose, 2) View from, 3) View from methods, and 4) View from media. This research is quantitative descriptive. The population in this study were all students of class VIII SMP Negeri 7 totaled 253 students. The sampling used simple random sampling technique. Number of samples 92 learners. The instrument used was a questionnaire. The data analysis technique used percentages. Findings of the research showed that students perception on mastery of content service in grade VIII SMP N 7 Padang by subvariable are: 1) Students perception on mastery of content service could be seen from the goal of good category, 2) Students perception on mastery of content service could be seen from theme that was existed in good category, 3) Students perception on mastery of content could be seen from method of enough category, 4) Students perception on mastery of content could be seen from media of enough category.

Keywords: Perception, mastery of content services

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan hal yang sangat dibutuhkan bagi setiap individu. Pendidikan diawali dari dalam keluarga yang mengajarkan dasar-dasar etika, norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Pendidikan yang diperoleh dalam keluarga tidak cukup untuk mengembangkan potensi diri dan mencapai tujuan hidup. Untuk itu, individu dibekali ilmu, pengetahuan dan wawasan melalui jalur pendidikan formal di sekolah. Pendidikan dapat mengupayakan individu menjadi manusia yang cerdas, beriman, dan berakhlak mulia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Seperti yang telah dijelaskan dalam Undang-undang Dasar Tahun 1945 Pasal 31 ayat 1 dan 3 bahwa “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan pemerintah mengusahakan serta menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta

akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang”

Lebih lanjut dijelaskan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 yaitu:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, berbangsa dan bernegara.

Tujuan pendidikan berusaha mengembangkan potensi diri peserta didik, sehingga mereka betul-betul berpotensi dalam bidang keterampilan, nilai, sikap, serta memiliki kekuatan spritual keagamaan dan

(3)

2

dapat dimiliki kecerdasan emosional baik untuk keperluan secara pribadi maupun secara sosial dilingkungan masyarkat.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah memanusiakan manusia oleh manusia agar menjadi manusia yang cerdas, beriman dan bertaqwa. Maka diperlukan pendidik yang profesional yang memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal agar mampu menjawab tantangan kehidupan masa depan. Salah satu bagian dari pendidikan adalah adanya bimbingan dan konseling.

Menurut Prayitno (2002:3) bimbingan dan konseling adalah

Pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam 6 bidang bimbingan (pribadi, sosial, belajar, karir, keluarga dan agama), melalui 9 jenis layanan (orientasi, informasi, penempatan dan penyaluran, penguasaan konten, konseling individual, bimbingan kelompok dan konseling kelompok, konsultasi, dan mediasi), serta 6 kegiatan pendukung (aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, alih tangan kasus dan tampilan kepustakaan) berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Hikmawati (2011:1) menjelaskan bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan yang diberikan kepada peserta didik baik perorangan maupun kelompok agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal dalam 6 bidang pengembangan melalui 9 jenis layanan serta 6 kegiatan pendukung. Salah satu layanan bantuan yang terdapat pada bimbingan dan konseling adalah layanan penguasaan konten.

Menurut Prayitno (2012:89) layanan penguasaan konten, yaitu:

Layanan bantuan kepada individu (sendiri-sendiri ataupun dalam kelompok) untuk menguasai kemampuan ataupun kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar. Kemampuan atau kompetensi yang dipelajari itu meupakan suatu unit konten yang didalamnya terkandung fakta dan data, konsep, proses, hukum dan aturan, nilai, pesepsi, afeksi, sikap dan tindakan yang terkait di dalamnya. Kemudian Amin (Hallen, 2010:286) menjelaskan bahwa layanan penguasaan konten adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mengembangkan diri dengan sikap dan kebisaan belajar yang baik, materi belajar dengan kecepatan dan kesulitan belajar, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.

Prayitno dan Amti Erman (2004:279) juga mengemukakan bahwa layanan penguasaan konten merupakan salah satu bentuk layanan pembelajaran yang penting diselenggarakan di sekolah, pengalaman menunjukkan bahwa kegagalan-kegagalan yang dialami peserta didik dalam belajar tidak selalu disebabkan oleh kebodohan dan rendahnya intelegensi, sering kegagalan ini disebabkan mereka tidak mendapat layanan pembelajaran yang memadai.

Selanjutnya Sukardi dan Kusmawati (2008:62) mengemukakan bahwa layanan pengusaan konten merupakan layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa layanan pengusaan konten adalah layanan yang membantu individu atau peserta didik (sendiri-sendiri ataupun dalam kelompok) dalam rangka membantu peserta didik untuk menguasai konten, kemampuan, kompentesi tertentu melalui kegiatan belajar atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupannya di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Demikian juga halnya dengan kehadiran peserta didik di sekolah, tidak akan mendapatkan kemanfaatan yang berarti dari materi pelajaran yang disampaikan guru tanpa adanya persepsi yang benar. Persepsi peserta didik tentang layanan penguasaan konten berbeda-beda. (1) persepsi peserta didik tentang layanan penguasaan konten dilihat dari tujuan, (2) persepsi peserta didik tentang

(4)

3

layanan penguasaan konten dilihat dari tema layanan, (3) persepsi peserta didik tentang layanan pengusaan konten dilihat dari metode, (4) persepsi peserta didik tentang layanan penguasaan konten dilihat dari media.

Menurut Ruch (Marliani, 2010:188) persepsi adalah suatu proses tentang petunjuk-petunjuk indrawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang testruktur dan bermakna pada situasi tertentu. Kemudian Chaplin (Desmita, 2014:117) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indra.

Selanjutnya menurut Walgito (2004:88) persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indra atau juga disebut proses sensoris. Kemudian persepsi merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka dalam persepsi dapat dikemukakan karena perasaan, kemampuan berfikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama, maka dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lain.

Jadi dapat disimpulkan pendapat di atas bahwa persepsi adalah pengamatan, penilaian, pemahaman dan penerimaan seseorang terhadap suatu objek yang menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan tentang objek tersebut melalui proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera.

Berdasarkan obervasi penulis di SMP Negeri 7 Padang selama melakukan PPLBK Sekolah dan PPLBK Kependidikan sejak tanggal 3 Agustus sampai tanggal 16 Desember 2015 terlihat bahwa adanya peserta didik yang belum memahami layanan penguasaan konten, pelaksanaan layanan penguasaan konten oleh guru bimbingan dan konseling kurang efektif, adanya peserta didik yang tidak mau mempraktikan layanan penguasaan konten dan adanya peserta didik yang kurang berminat mengikuti layanan pengusaan konten.

Berdasarkan hasil wawancara dengan lima peserta didik SMP Negeri 7 Padang pada tanggal 18 November 2015 diperoleh beberapa informasi bahwa adanya peserta didik yang belum memahami tujuan layanan penguasaan konten secara baik, adanya

ketidakpuasan peserta didik dari metode/ teknik dalam pelaksanaan layanan penguasaan konten, adanya beberapa peserta didik yang beranggapan bahwa layanan yang diberikan di ruang kelas merupakan layanan informasi, adanya peserta didik yang berpersepsi bahwa layanan pengusaan konten tidak penting. Selain itu adanya adanya peserta didik beranggapan bahwa layanan penguasaan konten tidak ada manfaatnya.

Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik dengan mengangkat judul tentang “Persepsi Peserta Didik tentang Layanan Penguasaan Konten di Kelas VIII SMP Negeri 7 Padang”.

Dengan mempertimbangan beberapa hal, dalam penelitian ini permasalahan perlu di batasi pada persepsi peserta didik terhadap layanan penguasaan konten yang diselenggarakan oleh guru BK, seperti : 1. Persepsi peserta didik tentang layanan

penguasaan konten dilihat dari tujuan 2. Persepsi peserta didik tentang layanan

penguasaan konten dilihat dari tema 3. Persepsi peserta didik tentang layanan

penguasaan konten dilihat dari metode 4. Persepsi peserta didik tentang layanan

penguasaan konten dilihat dari media Berdasarkan batasan masalah di atas maka dapat dirumuskan “bagaimana persepsi peserta didik tentang layanan penguasaan konten di kelas VIII SMP Negeri 7 Padang?”

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Persepsi peserta didik tentang layanan penguasaan konten dilihat dari tujuan 2. Persepsi peserta didik tentang layanan

penguasaan konten dilihat dari tema 3. Persepsi peserta didik tentang layanan

penguasaan konten dilihat dari metode 4. Persepsi peserta didik tentang layanan

penguasaan konten dilihat dari media

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Yusuf (2007:83) bahwa penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu dan mencoba menggambarkan fenomena secara mendetail apa adanya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik di kelas VIII SMP Negeri 7 Padang yang sudah mendapatkan layanan penguasaan konten yang berjumlah 253 orang. Dalam pengambilan sampel,

(5)

4

peneliti menggunakan teknik simple random

sampling dengan jumlah 92 orang.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Menurut Bungin (2011:131) “Data interval adalah data yang memiliki ruas atau interval, atau jarak yang berdekatan dan sama”. Data yang akan diintervalkan adalah persepsi peserta didik tentang layanan penguasaan konten.

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah peserta didik di kelas VIII SMP Negeri 7 Padang, sedangkan data sekunder diperoleh dari tata usaha SMP Negeri 7 Padang.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Menurut Sugiyono (2011:199) angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis pada responden untuk dijawab. Untuk pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus persentase. Menurut Sudijono (2010: 43) persentase dapat dihitung dengan rumus, sebagai berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Persepsi Peserta Didik tentang Layanan Pengusaan Konten di Kelas VIII SMP Negeri 7 Padang Dilihat dari Tujuan

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, dapat diketahui bahwa pesepsi peserta didik tentang layanan pengusaan konten di kelas VIII SMP Negeri 7 Padang dilihat dari tujuan pelaksanaan layanan, terungkap bahwa dari 92 orang peserta didik terdapat 41 orang peserta didik dengan persentase 44,57% berada pada kategori baik, selanjutnya 29 orang peserta didik dengan persentase 31,52% berada pada kategori cukup baik, dan 22 orang peserta didik dengan persentase 23,91% berada pada kategori sangat baik.

Hal ini membuktikan bahwa sebagian besar peserta didik dalam mempersepsikan layanan pengusaan konten dilihat dari tujuan berada pada kategori baik. Namun data ini juga membuktikan bahwa masih ada peserta didik yang mempersepsikan layanan pengusaan konten dilihat dari tujuan berada pada kategori cukup baik. Sebanyak 29 orang peserta didik dengan persentase 31,52%, dan tidak terdapat

peserta didik yang berada pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik. Oleh karena itu, guru BK hendaknya dapat melaksanakan tujuan layanan pengusaan konten lebih tingkatkan dengan seefektif dan seefisian mungkin, agar persepsi peserta didik dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya, dapat mengarahkan potensi diri sesuai dengan potensi yang dimiliki, mampu mempunyai wawasan serta memiliki kemampuan dan kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar.

Sebagaimana menurut Tohirin (2011:159) tujuan layanan penguasaan konten, yaitu:

Agar peserta didik menguasai aspek-aspek konten (kemampuan atau kompetensi) tertentu secara terintegrasi. Dengan penguasaan konten (kemampuan atau kompetensi) oleh siswa, akan berguna untuk menambah wawasan dan pemahaman, mengarahkan penilaian dan sikap, menguasai cara-cara tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah-masalahnya. Menurut Prayitno (2012:90) bahwa tujuan layanan penguasaan konten ialah dikuasainya suatu konten tertentu. Penguasaan konten ini perlu bagi individu atau klien untuk menambah wawasan dan pemahaman, mengarahkan penilaian dan sikap, menguasai cara-cara atau kebiasaan tertentu, untuk memenuhi kebutuhannya dan mengatasi masalah-masalah.

Berdasarkan penjelasan di atas guru BK perlu memahami kebutuhan peserta didik terlebih dahulunya dalam mengikuti layanan pengusaan konten, sehingga tujuan dari layanan pengusaan konten ini tingkat keberhasilannya semakin tinggi dan semakin efektif.

2. Persepsi Peserta Didik tentang Layanan Pengusan Konten di Kelas VIII SMP Negeri 7 Padang Dilihat dari Tema

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, dapat diketahui bahwa pesepsi peserta didik tentang layanan pengusaan konten di kelas VIII SMP Negeri 7 Padang dilihat dari tema layanan, terungkap bahwa dari 92 orang peserta didik terdapat 41 orang peserta didik dengan persentase 44,57% berada pada kategori baik, selanjutnya 36 orang peserta didik dengan persentase 39,13%

(6)

5

berada pada kategori cukup baik, dan 15 orang peserta didik dengan persentase 16,30% berada pada kategori sangat baik, kemudian tidak terdapat peserta didik yang berada pada kategori kurang baik dan sangat kurang baik dalam hal pesepsi peserta didik tentang layanan pengusaan konten di kelas VIII SMP Negeri 7 Padang.

Persepsi peserta didik tentang layanan pengusaan konten dilihat dari tema terdapat sebanyak 41 orang peserta didik dengan persentase 44,57% berada pada kategori baik dan 36 orang peserta didik dengan persentase 39,13% berada pada kategori cukup baik. Jadi dari penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa layanan pengusaan konten dilihat dari tema berada pada kategori baik, itu berarti guru BK mampu memberikan tema layanan pengusaan konten sesuai dengan kebutuhan peserta didik.

Menurut Prayitno (2004:4) konten merupakan isi layanan penguasaan konten yaitu satu unit materi yang menjadi pokok bahasan atau materi latihan yang dikembangkan oleh konselor dan diikuti atau dijalani oleh individu perserta layanan.

Menurut Tohirin (2011:160) isi layanan penguasaan konten dapat diangkat dari bidang-bidang pelayanan konseling, yaitu:

a. Pengembangan kehidupan pribadi

b. Pengembangan kemampuan hubungan sosial

c. Pengembangan kegiatan belajar d. Pengembangan dan perencanaan

karir

e. Pengembangan kehidupan keluarga

f. Pengembangan kehidupan beragama

Berkenaan dengan semua bidang pelayanan yang dimaksudkan itu dapat diambil dan dikembangankan berbagai hal yang kemudian dikemas menjadi topik atau pokok bahasan, bahan latihan, dan isi kegiatan yang diikuti oleh peserta pelayanan penguasaan konten. Konten dalam layanan pengusaan konten itu sangat bervariasi, baik dalam bentuk, materi, maupun acuannya. Acuan yang termasuk itu dapat terkait dalam tugas-tugas perkembangan peserta didik; kegiatan dan hasil belajar siswa; nilai dan moral karakter-cerdas serta tatakrama pergaulan;

peraturan dan displin sekolah; bakat, minat, dan arah karir; ibadah keagamaan; kehidupan dalam keluarga dan berkeluarga; dan secara khusus permasalahan individu atau klien.

Berdasarkan penjelasan di atas guru BK memberikan konten atau tema dalam layanan pengusaan konten harus sesuai dengan bidang-bidang pelayanan yang bervariasi baik dalam bentuk materi, maupun terkait dalam tugas-tugas perkembangan peserta didik, kegiatan dan hasil belajar, nilai dan moral.

3. Persepsi Peserta Didik tentang Layanan Pengusaan Konten di Kelas VIII SMP Negeri 7 Padang Dilihat dari Metode

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, dapat diketahui bahwa pesepsi peserta didik tentang layanan pengusaan konten di kelas VIII SMP Negeri 7 Padang dilihat dari metode pelaksanaan layanan, terungkap bahwa dari 92 orang peserta didik terdapat 31 orang peserta didik dengan persentase 33,70% berada pada kategori kurang baik, sebanyak 30 orang peserta didik dengan persentase 32,61% berada pada kategori cukup baik, selanjutnya 21 orang peserta didik dengan persentase 22,83% berada pada kategori baik, kemudian 7 orang peserta didik dengan persentase 7,61% berada pada kategori sangat kurang baik, dan 3 orang peserta didik dengan persentase 3,26% berada pada kategori sangat baik dalam hal pesepsi peserta didik tentang layanan pengusaan konten di kelas VIII SMP Negeri 7 Padang.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa persepsi peserta didik tentang layanan pengusaan konten dilihat dari metode berada pada kategori cukup baik, terdapat 31 orang peserta didik dengan persentase 33,70% berada pada kategori kurang baik dan sebanyak 30 orang peserta didik dengan persentase 32,61% berada pada kategori cukup baik. Hal ini tentunya akan berdampak tidak baik pada pelaksanaan layanan pengusaan konten. Oleh karena itu, guru BK hendaknya menerapkan metode secara efektif dalam memberikan layanan pengusaan konten agar peserta didik tidak merasa bosan dengan metode yang diberikan guru BK pada layanan pengusaan konten.

(7)

6

Prayitno (2004:10) mengatakan teknik-teknik layanan penguasaan konten adalah: (1) Penyajian; konselor menyajikan materi pokok konten, setelah para peserta disiapkan sebagaimana mestinya. (2) Tanya jawab dan diskusi; konselor mendorong partisipasi aktif dan langsung para peserta melalui dinamika BMB3, kegiatan ini dapat berupa: diskusi kelompok, penugasan dan latihan terbatas survei lapangan; studi kepustakaan, percobaan (termasuk kegiatan laboratorium, bengkel, studio), latihan tindakan (dalam rangka pengubahan tingkah laku)

Menurut Tohirin (2011:160) layanan penguasaan konten umumnya diselenggarakan secara langsung (bersifat direktif) dan tatap muka melalui format klasikal, kelompok, atau individual. Pembimbing atau konselor secara aktif menyajikan bahan, memberi contoh, merangsang (memotivasi), mendorong dan menggerakkan siswa untuk berpartisipasi secara aktif mengikuti materi dan kegiatan layanan.

Berdasarkan penjelasan di atas guru BK dalam melaksanakan layanan pengusaan konten metode yang digunakan tidak hanya dengan metode ceramah saja karena itu akan membuat peserta didik merasa bosan dan jenuh agar peserta didik tidak merasakan jenuh dalam belajarnya sebaiknya guru BK menggukan metode secara efektif dengan tanya jawab, diskusi, serta memberi contoh dalam melaksanakan layanan pengusaan konten.

4. Persepsi Peserta Didik tentang Layanan Pengusaan Konten di Kelas VIII SMP Negeri 7 Padang Dilihat dari Media

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa pesepsi peserta didik tentang layanan pengusaan konten di kelas VIII SMP Negeri 7 Padang dilihat dari media pelaksanaan layanan, terungkap bahwa dari 92 orang peserta didik terdapat 40 orang peserta didik dengan persentase 43,48% berada pada kategori kurang baik, sebanyak 30 orang peserta didik dengan persentase 32,61% berada pada kategori baik, selanjutnya 20 orang peserta didik dengan persentase 21,74% berada pada kategori cukup baik, kemudian 1 orang peserta didik dengan persentase 1,09% berada pada kategori sangat kurang baik, dan 1 orang peserta didik dengan

persentase 1,09% berada pada kategori sangat baik dalam hal pesepsi peserta didik tentang layanan pengusaan konten di kelas VIII SMP Negeri 7 Padang.

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi peserta didik tentang layanan pengusaan konten dilihat dari media, terdapat 40 orang peserta didik dengan persentase 43,48% berada pada kategori kurang baik dan sebanyak 30 orang peserta didik dengan persentase 32,61% berada pada kategori cukup baik. Oleh karena itu, guru BK hendaknya menerapkan media pembelajaran secara efektif sehingga peserta didik termotivasi dalam mengikuti layanan pengusaan konten. Selain itu, guru BK dibutuhkan ide-ide yang kreatif dan media yang bervariasi agar peserta didik tidak merasa bosan dan jenuh pada saat layanan diberikan karena media merupakan salah satu penunjang terlaksanaknya layanan pengusaan konten dengan efektif.

Prayitno (2012:98) mengatakan untuk memperkuat proses pembelajaran dalam rangka penguasaan konten, konselor dapat menggunakan berbagai perangkat keras dan perangkat lunak media pembelajaran, meliputi alat peraga (alat peraga langsung, contoh, replika dan miniatur), media tulis dan grafis, peralatan dan program elektronik (radio dan rekaman, OHP, komputer, LCD, dan lain-lain). Penggunaan media ini akan meningkatkan aplikasi high-tech dalam layanan penguasaan konten.

Berdasarkan penjelasan di atas guru BK dalam melaksanakan layanan pengusaan konten dengan media sama halnya dengan metode pembelajaran tidak hanya menggunakan media papan tulis dan kertas chart saja akan tetapi gunakan media yang bervariasi yang membuat peserta didik lebih bersemangat dalam melaksanakan layanan pengusaan konten dengan alat peraga langsung, komputer, OHP, LCD dan canggih lainnya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa persepsi peserta didik tentang layanan pengusaan konten di kelas VIII SMP Negeri 7 Padang sebagai berikut:

1. Persepsi peserta didik tentang layanan pengusaan konten di kelas VIII SMP

(8)

7

Negeri 7 Padang dilihat dari tujuan berada pada kategori baik.

2. Persepsi peserta didik tentang layanan pengusaan konten di kelas VIII SMP Negeri 7 Padang dilihat dari tema berada pada kategori baik.

3. Persepsi peserta didik tentang layanan pengusaan konten di kelas VIII SMP Negeri 7 Padang dilihat dari metode berada pada kategori cukup baik

4. Persepsi peserta didik tentang layanan pengusaan konten di kelas VIII SMP Negeri 7 Padang dilihat dari media berada pada kategori cukup

baik.

SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diberikan saran kepada:

1. Guru Bimbingan dan Konseling, sebagai bahan masukan dalam upaya membantu untuk meningkatkan dan merubah persepsi peserta didik terhadap layanan penguasaan konten yang lebih baik, serta sebagai bahan acuan dalam membuat program untuk penyampaian tema layanan dan kepada guru BK hendaknya dapat melaksanakan layanan pengusaan konten dengan optimal, dengan cara menerapkan metode dan media yang baik dalam layanan pengusaan konten agar peserta didik dapat memiliki persepsi yang positif terhadap layanan pengusaan konten yang diberikan oleh guru BK.

2. Kepala sekolah, sebagai bahan masukan serta memfasilitaskan sarana dan prasarana di sekolah agar layanan pengusaan konten terlaksanak dengan efektif.

3. Pengola Program Studi Bimbingan dan Konseling, sebagai bahan masukan untuk mempersiapkan lulusan yang memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap (WPKNS) terutama mengenai layanan penguasaan konten ditinjau dari latar belakang Program Studi di STKIP PGRI Sumatera Barat.

4. Peneliti selanjutnya, melalui penelitian ini diharapkan bisa menjadi pedoman dan acuan untuk meneliti lebih lanjut khususnya mengenai persepsi peserta didik tentang layanan pengusaan konten.

KEPUSTAKAAN

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi Peneliti Kuantitatif. Jakarta: Kencana.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan

Peserta Didik. Bandung: PT

Rosdakarya Offset.

Hikmawati, Fenti.2011. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rajawali Pers. Marliani, Rosleny. 2010. Psikologi Umum.

Bandung: Pustaka Setia.

Prayitno dan Amti, Erman. 1994. Dasar-dasar

Bimbingan dan Konseling. Jakarta:

Rineka Cipta.

Prayitno. 2004. L1-L9. Padang: Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP UNP. Prayitno. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan

Pendukung Konseling. Padang: FIP

UNP.

Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian

Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sukardi, Dewa Ketut dan Kusmawati, Nila.

2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Tohirin. 2011. Bimbangan dan Konseling

Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Undang-undang Dasar. 1945. Pasal 31 ayat 1 dan 3 tentang pendidikan. Jakarta: Depdikbud.

Undang-undang RI. No.20 Tahun 2003.

Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Jakarta:Sinar Grafika.

Walgito, Bimo. 2004. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi.

Yusuf, Muri. 2007. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press.

Referensi

Dokumen terkait

Dimana ditampilkan peta buta Indonesia lalu akan ditanyakan pertanyaan tentang provinsi di Indonesia, kemudian pada bagian kanan layar, akan ada karakter yang memberikan soal yang

6 Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas menurut Propinsi, Kondisi Kesehatan (Hambatan yang Dihadapi dalam Pergaulan atau Melibatkan Diri dalam Kegiatan Masyarakat) selama

Kuisioner ini berisi beberapa pertanyaan yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan dan kepentingan bagi penumpang angkot dan pegawai Pemerintah Kota Sidoarjo terhadap sistem

Pemilihan judul dan permasalahan yang dijawab dalam penelitian ini bertitik tolak dari usia kongregasi yang sudah mencapai usia 70 tahun (pada tahun 2003) di Indonesia.

Penelitian ini difokuskan pada analisis buku siswa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam SMP/MTs Kelas VII Semester 1 Edisi Revisi Kurikulum 2013 yang

Akhir periode akuntansi 2010 diadakan penyesuaian untuk mencatat biaya asuransi sebesar 6.000..  Jurnal penyesuaian untuk mencatat biaya

Tujuan dari penelitian Mahdzan dan Victorian ini untuk meneliti faktor- faktor penentu permintaan asuransi jiwa di antara pemegang polis asuransi jiwa di