• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009). Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya kesehatan yang terus meningkat menimbulkan dampak positif terhadap pembangunan bidang kesehatan. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai penyedia pelayanan kesehatan, diantaranya rumah sakit, puskesmas, dokter praktik swasta, balai pengobatan, klinik 24 jam, dan dokter keluarga (Budi, 2011). Salah satu pelayanan kesehatan dasar sebagai garda depan pelayanan publik yaitu Puskesmas.

Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat ditengah-tengah masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit pelayanan kesehatan lainnya. Dalam Permenkes nomor 75 tahun 2014 menyebutkan puskesmas berwenang untuk melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan serta melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan pelayanan kesehatan. Puskesmas diharapkan mampu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan setiap puskesmas perlu mengembangkan pelayanan kesehatan perorangan maupun masyarakat terutama kepada penduduk usia lanjut.

Seiring kemajuan tingkat perawatan kesehatan dan penurunan jumlah kelahiran, jumlah penduduk usia lanjut juga semakin meningkat. Keadaan ini tidak hanya terjadi di negara industri tetapi juga di negara berkembang. BPS (2013) memperkirakan proyeksi penduduk Indonesia 2020 yang berusia 60 tahun ke atas mencapai 26 juta jiwa atau 9,99% dari total jumlah penduduk. Hal ini mengalami kenaikan dari tahun 2015 yang hanya sebesar 8,49%. Sedangkan penduduk usia lanjut berusia 65 tahun ke atas Provinsi Yogyakarta tahun 2035 diproyeksikan mencapai 14,0%,

(2)

sehingga bisa dikategorikan sebagai provinsi penduduk tua (aging population). Peningkatan jumlah usia lanjut tersebut diikuti dengan peningkatan umur harapan hidup dari usia 70,1 tahun pada tahun 2012 menjadi 70,9 tahun pada tahun 2020.

Berdasarkan review rencana strategis Dinkes Kulon Progo (2014), umur harapan hidup di DIY merupakan tertinggi di Indonesia yaitu 74,3 tahun dan capaian umur harapan hidup penduduk Kulon Progo mencapai 74,98 tahun pada tahun 2016. BPS (2013) menyebutkan dari tahun ke tahun umur harapan hidup penduduk usia lanjut di Kulon Progo masih lebih tinggi daripada kabupaten di sekitarnya yaitu Kota Yogyakarta 73,51 tahun, Bantul 71,62 tahun dan Gunung Kidul yang memiliki umur harapan hidup 71,36 tahun.

Menghadapi tantangan di masa yang akan datang, pembinaan kesehatan pada usia lanjut memerlukan penanganan yang lebih serius karena terjadinya perubahan demografi, pergeseran pola penyakit dan meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut. Oleh karena itu, Departemen Kesehatan Republik Indonesia mengembangkan suatu program pembinaan kesehatan usia lanjut dengan strategi pendekatan edukatif melalui institusi pelayanan kesehatan terutama puskesmas dan posyandu. Pelayanan kesehatan geriatri oleh puskesmas (puskesmas based geriatric services) yaitu pelayanan kesehatan warga usia lanjut yang diselenggarakan oleh puskesmas setempat. Menurut Permenkes Nomor 79 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri, Puskesmas merupakan unit terdepan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan bertindak sebagai konsultan terhadap pelayanan kesehatan warga usia lanjut di masyarakat. Kegiatan pelayanan kesehatan pada warga usia lanjut diberikan di dalam gedung puskesmas maupun di luar gedung.

Ukuran keberhasilan penyelenggaraan pelayanan ditentukan oleh tingkat kepuasan penerima pelayanan. Sesuai Permenkes Nomor 46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, kriteria 1.1.2 bahwa pengguna pelayanan diikutsertakan secara proaktif untuk memberikan umpan balik tentang mutu, kinerja pelayanan dan kepuasan terhadap pelayanan puskesmas. Kepuasan penerima pelayanan dicapai apabila penerima pelayanan atau pasien memperoleh pelayanan sesuai dengan yang

(3)

diharapkan (Ratminto dan Winarsih, 2010). Oleh karena itu dalam kaitannya dengan tingkat kepuasan masyarakat usia lanjut, agar setiap penyelenggara pelayanan secara berkala melakukan survei kepuasan masyarakat kepada usia lanjut baik pelayanan yang diberikan di dalam gedung puskesmas maupun di luar gedung puskesmas.

Berdasarkan studi pendahuluan bulan Maret 2016, Puskesmas Wates ditunjuk oleh Dinas Kesehatan Kulon Progo guna mengembangkan Puskesmas Santun Usila. Oleh karena itu, pasien usia lanjut di Puskesmas Wates menjadi jenis pasien yang diperhatikan dalam pelayanan. Puskesmas Wates juga telah melakukan akreditasi puskesmas pada Januari 2016. Sehingga Puskesmas Wates akan selalu memberikan pelayanan terbaik kepada pasien yang berkunjung baik upaya kesehatan dasar maupun upaya kesehatan pengembangan. Adanya Puskesmas Santun Usila dan akreditasi puskesmas sehingga diperlukan penilaian kepuasan pasien untuk menjaga mutu pelayanan, khususnya penilaian kepuasan dari pasien usia lanjut.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik ingin mengetahui alur pelaksanaan pelayanan serta kepuasan pasien usia lanjut terhadap pelayanan yang diberikan oleh Puskesmas Wates. Survei kepuasan pasien di Puskesmas Wates diadakan setiap tahun sekali oleh Sekretariat Daerah Kulon Progo Bagian Organisasi, namun survei kepuasan tersebut menyeluruh untuk semua pasien. Sedangkan dalam penelitian ini, survei kepuasan pasien dikhususkan untuk pasien usia lanjut. Penelitian ini diambil dengan judul : “Kepuasan Pelayanan Pasien Usia Lanjut di Puskesmas Wates Kulon Progo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, didapat rumusan masalah “Bagaimana alur pelaksanaan pelayanan klinik dan kesehatan masyarakat bagi pasien usia lanjut serta kepuasan pasiennya di Puskesmas Wates?”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui kepuasan pasien usia lanjut terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan di Puskesmas Wates Kulon Progo.

(4)

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui alur pelaksanaan pelayanan klinik bagi usia lanjut di Puskesmas Wates.

b. Mengetahui alur pelaksanaan pelayanan kesehatan masyarakat bagi usia lanjut di Puskesmas Wates.

c. Mengetahui kepuasan pasien usia lanjut terhadap pelayanan klinik di Puskesmas Wates.

D. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu responden kuesioner khusus untuk pasien usila yang berkunjung di pelayanan klinik Puskesmas Wates. Analisis data kuesioner kepuasan pasien menggunakan nilai rata-rata dari bobot masing-masing unsur pelayanan saja.

E. Manfaat

1. Manfaat Praktis a. Bagi Puskesmas

Sebagai bahan masukan dan bahan evaluasi bagi petugas puskesmas dan kader kesehatan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan lanjut usia.

b. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang berharga bagi peneliti mengenai pelaksanaan pelayanan usia lanjut baik di dalam puskesmas maupun luar gedung.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas disiplin ilmu rekam medis untuk kepentingan referensi dan meningkatkan pengetahuan tentang pelayanan usia lanjut di puskesmas.

b. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan wacana dalam pendalaman materi yang bersangkutan untuk kelanjutan penelitian yang relevan.

(5)

F. Keaslian Penelitian

1. Penelitian yang dilakukan oleh Syamsurizal (2007) dengan judul “Evaluasi Pelaksanaan Program Puskesmas Santun Usila di Kota Singkawang Kalimantan Barat”.

Tujuan penelitian Syamsurizal (2007) adalah untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program puskesmas santun usila di Kota Singkawang. Hasil dari penelitian Syamsurizal (2007) yaitu program Puskesmas Santun Usila telah dijalankan di Puskesmas Kota Singkawang, namun belum optimal karena belum menjadi program prioritas, hal ini berakibat pada cakupan kunjungan yang belum mencapai target nasional.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Syamsurizal (2007) adalah sama-sama membahas pelayanan kesehatan bagi usia lanjut di puskesmas. Perbedaannya penelitian Syamsurizal (2007) fokus pada program Puskesmas Santun Usila yang terdiri dari input, proses dan output. Sedangkan penelitian ini fokus pada pelaksanaan dan output yakni kepuasan pasien usila.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Nurcahyo (2015) dengan judul “Analisis Kualitas Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Margadana Kota Tegal di Era Jaminan Kesehatan Nasional terhadap Kepuasan Pasien”.

Tujuan Penelitian Nurcahyo (2015) adalah untuk mengetahui variabel bebas tangibles, reliability, responsiveness, assurance, dan empathy, masing-masing variabel paling dominan berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Hasil kualitas pelayanan rawat jalan Puskesmas Margadana Kota Tegal telah memperikan pelayanan dengan baik. Berdasarkan uji F variabel lima dimensi berpengaruh terhadap kepuasan konsumen ditunjukkan dari nilai F hitung sebesar 22,99 dengan angka signifikansi (p-value) sebesar 0,00<0,05.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Nurcahyo (2015) adalah sama-sama membahas pelayanan rawat jalan dan kepuasan pasien di puskesmas. Namun subjek dari penelitian Nurcahyo (2015) adalah semua pasien yang berkunjung ke Puskesmas. Sedangkan subjek penelitian ini yaitu pasien usia lanjut yang berkunjung ke puskesmas. Metode penelitian Nurcahyo (2015) menggunakan penelitian kuantitatif

(6)

lima dimensi kepuasan. Sedangkan penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan 14 unsur kepuasan pasien.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2014) dengan judul “Studi Indeks Kepuasan Pasien terhadap Pendaftaran di Klinik Dokter Keluarga Korpagama Yogyakarta”.

Penelitian Dewi (2014) bertujuan untuk mengetahui indeks kepuasan pasien berdasarkan 14 unsur dasar pengukuran indeks kepuasan di Klinik Dokter Keluarga Korpagama Yogyakarta. Hasilnya kepuasan pasien terhadap pelayanan pendaftaran secara keseluruhan dalam kategori baik, skor masing-masing unsur prosedur dalam kondisi baik (3,13), persyaratan dalam kondisi baik (3,05), kejelasan petugas dalam kondisi baik (3,05), kedisiplinan petugas dalam kondisi baik (3,02), tanggungjawab petugas dalam kondisi baik (3,09), kemampuan petugas dalam kondisi baik (3,09), kecepatan pelayanan dalam kondisi baik (2,81), keadilan pelayanan dalam kondisi baik (3,03), kesopanan dan keramahan petugas dalam kondisi baik (3,09), kewajaran biaya dalam kondisi baik (3,11), kepastian biaya dalam kondisi sangat baik (3,29), kepastian jadwal dalam kondisi baik (2,87), kenyamanan lingkungan dalam kondisi baik (2,97), keamanan pelayanan dalam kondisi baik (3,10). Nilai indeks tertinggi terdapat pada unsur kepastian biaya dan nilai indeks terendah adalah unsur kecepatan pelayanan.

Persamaan penelitian Dewi (2014) dengan penelitian ini yaitu sama-sama membahas mengenai kuesioner 14 unsur kepuasan pasien. Namun Dewi (2014) meneliti kepuasan pasien pada pelayanan pendaftaran. Sedangkan subjek penelitian ini adalah pasien usia lanjut yang berkunjung ke Puskesmas. Kepuasan pasien pada penelitian ini yaitu pelayanan klinik dari proses pendaftaran hingga pasien pulang, tidak hanya pada bagian pendaftaran.

G. Gambaran Umum Puskesmas Wates

Berdasarkan Profil Puskesmas Wates Tahun 2015, Puskesmas Wates merupakan salah satu dari dua puluh satu Puskesmas yang ada di Kabupaten Kulon Progo, yang terletak di Dusun Kularan, Desa Triharjo, Kecamatan Wates.

(7)

1. Luas Wilayah

Peta wilayah Puskesmas Wates sebagai berikut.

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Wates

Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Wates Tahun 2015 Luas wilayah kerja Puskesmas Wates adalah 32,48 km2 yang terbagi dalam tiga bagian yaitu sebelah timur merupakan dataran tinggi/perbukitan dengan ketinggian 250 – 500 meter diatas permukaan laut, bagian tengah merupakan dataran rendah sedang bagian selatan merupakan dataran rendah dan pantai dengan komposisi luas lahan yang hampir seimbang. Luas wilayah kerja Puskesmas Wates di batasi oleh batas utara yaitu Kecamatan Pengasih, batas timur Kecamatan Panjatan, batas selatan Samudera Indonesia, batas barat Kecamatan Temon.

2. Jumlah Desa dan Dusun di Wilayah Kerja Puskesmas Wates

Wilayah kerja Puskesmas Wates terdiri dari 7 desa dan 1 Kelurahan yang mana masing-masing desa terdiri dari beberapa dusun. Wilayah kerja tersebut adalah Desa Karangwuni, Desa Sogan, Desa Kulwaru, Desa Ngestiharjo, Desa Bendungan, Desa Triharjo, Desa Giripeni dan Kelurahan Wates.

Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Wates tahun 2015 adalah 46.043 orang (12.543 KK) yang terdiri dari laki-laki 23.937

(8)

orang (49,82%) dan perempuan 23.106 orang (50,18%). Kepadatan penduduknya mencapai 1.439 jiwa/km2 dengan rata-rata jumlah jiwa per rumah tangga sebanyak 4 orang.

3. Visi dan Misi

a. Visi Puskesmas Wates adalah menjadi puskesmas terbaik dan bermutu dalam pelayanan untuk mewujudkan masyarakat sehat. b. Misi Puskesmas Wates yaitu

1) Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan bidang kesehatan melalui pemberdayaan dalam penerapan konsep pembangunan berwawasan kesehatan dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

2) Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bermutu, merata dan terjangkau. Meningkatkan profesionalisme SDM.

3) Menyediakan informasi kesehatan yang tepat dan cepat serta manajemen kesehatan yang mantap dan berkelanjutan. c. Budaya Mutu Puskesmas Wates yaitu bekerja dengan efektif,

efisien dan melakukan upaya peningkatan terus menerus demi kepuasan pelanggan.

4. Jenis Pelayanan

a. Usaha Kesehatan Perorangan (UKP) 1) Klinik Umum;

2) Unit Gawat Darurat (UGD); 3) Klinik Gigi dan Mulut; 4) Klinik KIA dan KB; 5) Klinik MTBS; 6) Klinik Laboratorium; 7) Farmasi; 8) Puskesmas Pembantu; 9) Konsultasi Gizi; 10) Konsultasi Sanitasi; 11) Puskesmas Keliling.

b. Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM) 1) Promosi Kesehatan;

(9)

2) KIA dan KB (kesga dan Kespro); 3) Perbaikan Gizi Masyarakat; 4) Kesehatan Lingkungan;

5) Pencegahan Penyakit terdiri dari Pemberantasan Penyakit Menular dan Surveilans;

6) Program Usila;

7) Pelayanan kesehatan jiwa masyarakat; 8) Program Perkesmas;

5. Program Kesehatan Usila Puskesmas Wates

Pelayanan kesehatan usia lanjut diantaranya cakupan pelayanan kesehatan pra usila dan usila pencapaian tahun 2015 yaitu 26,92% dari target 70%, cakupan pembinaan kelompok pra usila dan usila pencapaian tahun 2015 yaitu 100% dengan target 70%, serta cakupan pelaksanaan senam usila pencapaian tahun 2015 sebesar 67,57% dari target 50%. Sampai dengan tahun 2015 Puskesmas Wates telah memiliki 37 Posyandu usila. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi pemeriksaan berkala kesehatan usila pada setiap hari kegiatan posyandu. Dari 37 posyandu usila tersebut baru ada 25 posyandu yang melaksanakan senam usila.

Jumlah pra usila dan usila dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Jumlah Sasaran Pra Usila dan Usila di wilayah Puskesmas Wates Tahun 2016

Sasaran

Pra Usila (45-59 tahun)

Usila (60 tahun keatas)

Jumlah 60-69 tahun >70 tahun L P L P L P Posyandu 201 235 152 215 98 199 1100 Puskesmas 2954 3932 1425 1542 1253 1470 12576 Total 3155 4167 1577 1757 1351 1669 13676 Sumber : Pencatatan Hasil Pelayanan Kesehatan Usila 2016

6. Performance

Kunjungan pasien tahun 2015 sebanyak 52.266 orang. Kunjungan per desa tahun 2015 adalah sebagai berikut :

(10)

Gambar 2. Grafik Kunjungan Berdasarkan Desa di Puskesmas Wates Tahun 2015

Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Wates Tahun 2015

Pola penyakit yang ada di masyarakat Puskesmas Wates dapat dilihat dari sepuluh besar penyakit pada tahun 2015 berikut :

Gambar 3. Grafik Pola 10 Besar Penyakit Pelayanan Rawat Jalan Puskesmas Wates tahun 2015

Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Wates Tahun 2015 Hipertensi adalah penyakit dengan kasus tertinggi di Puskesmas Wates dengan kasus sebanyak 6161.

0 5,000 10,000 15,000 1,456 2,620 3,937 4,224 9585 9,520 8,105 12,819 Grafik Kunjungan Berdasarkan Desa di

Gambar

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Wates
Tabel 1. Jumlah Sasaran Pra Usila dan Usila di wilayah Puskesmas  Wates Tahun 2016
Gambar 3. Grafik Pola 10 Besar Penyakit Pelayanan Rawat Jalan  Puskesmas Wates tahun 2015

Referensi

Dokumen terkait

In view of the complex interaction among L1 MA, L2 MA, L2 linguistic knowledge, and L2 word meaning inferencing, and the potential influence of word properties on the ease with

Masa dewasa madya ditandai dengan adanya perubahan-perubahan jasmani dan mentalPerubahan kejiwaan yang dialami seorang wanita menjelang prmenopause meliputi merasa

disimpulkan bahwa Gaya Kepemimpinan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Karena probabilitas signifikansi lebih kecil dengan sig. 0,05 maka model

Secara praktis, penelitian ini bermanfaat bagi penderita maloklusi bibir sumbing untuk dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasinya dengan menerapkan model terapi

penerapan Kejahatan ecocide terhadap 9 Perusahan Pertambang batu baru di Daerah Resapan Air dan/atau Kawasan Hutan DAS Air Bengkulu, karena melihat indikasi-indikasi secara

Sehingga dapat dilihat hasil penilaian rata – rata yang dicapai nilai dari kegiatan kondisi awal 64,77 dan pada silkus pertama nilai rata – rata yang dicapai 65,45

Karya seni merupakan hasil ciptaan manusia yang mengungkapkan pengalaman batin atau pangalaman estetik dari seorang seniman, selain itu karya seni diciptakan dalam upaya