• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Sikap Tanggung Jawab a. Pendidikan Karakter - UPAYA MENINGKATKAN SIKAP TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR PKN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BERBANTU MEDIA VIDEO DI KELAS V SDN PANAMBANGAN - reposit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Sikap Tanggung Jawab a. Pendidikan Karakter - UPAYA MENINGKATKAN SIKAP TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR PKN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) BERBANTU MEDIA VIDEO DI KELAS V SDN PANAMBANGAN - reposit"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Sikap Tanggung Jawab a. Pendidikan Karakter

Pendidikan merupakan salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa. Keberhasilan suatu pendidikan dapat dilihat dari karakter yang dimiliki pada siswa. Sesuai dengan sisdiknas (2003:4) Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 yang berbunyi Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta tanggung jawab.

(2)

yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik

(moral knowing), akan tetapi juga “merasakan dengan baik atau loving good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action).

Pendidikan karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus-menerus di praktikkan dan dilakukan.

b. Pengertian Tanggung Jawab

Tanggung jawab merupakan karakter positif yang dikembangkan di sekolah. Bertanggung jawab menurut Gunawan (2012: 33) yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan YME. Sependapat dengan Suyadi (2013: 9) berpendapat bahwa tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan diri sendiri, sosial, masyarakat, bangsa, negara maupun agama.

(3)

c. Indikator Tanggung Jawab

Indikator adalah suatu ukuran tidak langsung dari suatu kejadian atau kondisi. Indikator adalah variabel yang membantu kita dalam mengukur perubahan-perubahan yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Daryanto dan Darmiyatun (2013: 142) menjelaskan bahwa :

1) Indikator sekolah :

a) Membuat laporan setiap kegiatan yang dilakukan dalam bentuk lisan maupun tertulis

b) Melakukan tugas tanpa di suruh.

c) Menunjukkan prakarsa untuk mengatasi masalah dalam lingkup terdekat.

d) Menghindarakan kecurangan dalam pelaksanaan tugas. 2) indikator kelas :

a) Pelaksanaan tugas piket secara teratur. b) Peran serta aktif dalam kegiatan sekolah. c) Mengajukan usul pemecahan masalah.

Sesuai dengan pendapat tersebut yang digunakan oleh peneliti mengenai indikator tanggung jawab yaitu:

1) melakukan tugas tanpa disuruh

2) menghindari kecurangan dalam pelaksanaan tugas. 3) mengajukan usul pemecahan masalah.

4) melaksanakan tugas piket secara teratur.

(4)

membantu peneliti untuk membuat pertanyaan guna menggali sikap tanggung jawab siswa.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah proses dimana seseorang yang tidak tahu menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa, belajar di laksanakan sepanjang hayat (long life education). Menurut Slameto (2010: 2) mengatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Susanto (2015:4) berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berfikir, merasa maupun bertindak.

(5)

Teori kontruktivisme bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Berikut ini adalah implikasi penting dalam model pembelajaran dari teori Piaget :

1) Memusatkan perhatian pada berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar sekedar pada hasilnya.

2) Memperhatikan peranan pelik dari inisiatif anak sendiri, keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3) Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan.

Teori belajar dari Piaget mendukung pembelajaran dengan menggunakan Problem Based Learning.Teori belajar tersebut menekankan pada pembelajaran aktif yang berkaitan dengan interaksi lingkungan dan membangun pemikiran atau pengetahuannya melalui belajar berdasarkan masalah.

b. Ciri – ciri Belajar

Ciri-ciri belajar yaitu dengan adanya perubahan tertentu. Menurut Djamarah (2008:15) mengatakan bahwa :

1) Perubahan yang Terjadi Secara Sadar

Individu yang belajar akan mrnyadari terjadinya perubahan atau individu merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

2) Perubahan dalam Belajar bersifat fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerud dan tidak statis.

3) Perubahan dalam Belajar Bersifat Positif dan Aktif

(6)

4) Perubahan dalam Belajar Bukan Bersifat Sementara

Tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap. Kecakapan seseorang akan semakin berkembang bila terus dipergunakan atau dilatih.

5) Perubahan dalam Belajar Bertujuan atau Terarah

Perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai.

6) Perubahan Mencakup Seluruh Aspek Tingkah Laku

Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan ciri-ciri belajar yaitu terdapat input. Proses dan output. Input berupa pelaku sebagai pebelajar, proses berupa kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran dan output berupa hasil belajar selama proses pembelajaran. Ciri-ciri belajar dapat dilihat dari perubahan pola pikir siswa menjadi lebih baik.

c. Pengertian Prestasi Belajar

(7)

sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Prestasi belajar sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan kemampuan seseorang dalam memahami materi pelajaran yang telah dilaksanakan. Prestasi belajar berupa usaha belajar seseorang untuk menambah wawasan dan menjadi indikator tingkat kesuksesan di masyarakat.

d. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Slameto (2010:54) faktor yang mempengaruhi belajar digolongkan menjadi dua golongan yaitu faktor intern dan faktor eksternal. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern yaitu faktor yang ada di luar individu.

(8)

rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.

3. Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang di ajarkan di Sekolah Dasar. Susanto (2015: 225) berpendapat bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan milai luhur dan moral yang berakar pada budaya Bangsa Indonesia. Nilai luhur dan moral ini diharapkan dapat diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan siswa sehari-hari, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga dengan negara serta pendidikan pendahuluan bela negara agar menjadi warga negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan negara.

(9)

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang dilakukan lembaga pendidikan, membahas mengenai hak dan kewajiban warga negara yang meliputi ikut serta bela negara, mentaati hukum dan memiliki sikap dan perilaku memiliki kebanggaan menjadi bangsa Indonesia.

b. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Pembelajaran PKn bagi siswa selalu membutuhkan nilai, norma dan moral sehingga mereka dapat mengarahkan pada kehidupan yang lebih baik dan bermakna. Susanto (2015:227) mengatakan pembelajaran PKn di sekolah dasar dimaksudkan sebagai suatu proses belajar mengajar dalam rangka membantu siswa agar dapat belajar dengan baik dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya dalam pembentukan karakter bangsa yang diharapkan mengarah pada penciptaan suatu masyarakat yang menempatkan demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang berlandaskan pancasila, UUD, dan norma-norma yang berlaku di masyarakat yang diselenggarakan selama enam tahun.

(10)

1) PKn secara kurikuler dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi Individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggung jawab.

2) PKn secara teoritis dirancang sebagai subjek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif dan psikomotorik yang bersifat konfluens atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide, nilai, konsep, dan moral pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara.

3) PKn secara programatik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-nilai (content embedding values) dan pengalaman belajar (learning experiences) dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntutan hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sebagai penjabaran lebih lanjut ide, nnilai, konsep, dan moral pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela negara.

c. Tujuan Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan pembelajaran PKn di sekolah dasar adalah untuk membentuk watak atau karakteristik warga negara yang baik. Mulyasa (Susanto, 2015:231) mengatakan bahwa tujuan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah untuk menjadikan siswa agar :

1) Mampu berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi persoalan hidup maupun isu kewarganegaraan di negaranya.

2) Mampu berpartisipasi dalam segala bidang kegiatan, secara aktif dan bertanggung jawab, sehingga bisa bertindak secara cerdas dalam semua kegiatan.

(11)

Mata pelajaran pendidikan kewarganegaran di Sekolah Dasar memberikan pelajaran pada siswa untuk memahami dan membiasakan dirinya dalam kehidupan sekolah atau di luar sekolah, karena materi pendidikan kewarganegaraan menekankan pada pengalaman dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari yang ditunjang oleh pengetahuan dan pengertian sederhana untuk mengikuti pendidikan berikutnya.

d. Materi Menghargai Keputusan Bersama

Materi menghargai keputusan bersama merupakan materi pembelajaran PKn yang diharapkan dapat membekali siswa dalam bermasyarakat. Menurut Widihastuti dan Fajar mengatakan bahwa : 1) Pengertian keputusan bersama

Keputusan adalah apa yang diputuskan atau ketetapan yang diambil, jadi keputusan adalah segala keputusan yang telah ditetapkan berdasrkan pertimbangan dan pemikiran, penelitian yang matang. Kemudian keputusan ini menjadi pedoman dalam langkah-langkah berikutnya. Keputusan itu ditujukan untuk diri kita sendiri, karena keputusan itu hanya mempengaruhi diri kita sendiri. Di sisi lain ada pula keputusan yang harus melibatkan banyak orang untuk mengambil keputusan, karena dampak keputusan itu sangat besar, apabila kita salah dalam memutuskan sesuatu, bukan kita saja yang dirugikan, tapi juga orang lain. Keputusan yang diambil dengan melibatkan banyak orang dan keputusan itu untuk kepentingan bersama dinamakan kepentingan bersama.

Kamus Besar Bahasa Indonesia keputusan adalah apa yang diputuskan atau ketetapan yang diambil secara bersama-sama. Jadi, keputusan adalah segala putusan yang sudah di tetapkan berdasarkan pertimbangan, pemikiran dan penelitian yang matang. Keputusan merupakan pedoman dalam menentukan langkah-langkah berikutnya. Keputusan dibagi menjadi dua macam, yaitu : a) Keputusan Pribadi (Individu)

(12)

untuk memutuskan untuk pergi bermain atau menyelesaikan PR-mu terlebih dahulu. Keputusan yang kalian tetapkan tersebut akan menjadi tanggung jawabmu sendiri. Oleh karena itu berani mengambil keputusan maka berarti harus berani menanggung akibatnya.

b) Keputusan Bersama

Kepusan bersama adalah keputusan yang diambil atas dasar persetujuan atau kesepakatan bersama, keputusan bersama bersifat mengikat dan tidak dapat diganggu gugar. Hasil keputusan bersama biasanya diambil berdasar hasil musyawarah mufakat yang telah dipertimbangkan dengan baik dan benar. Keputusan bersama merupakan ketentuan, ketetapan, dan penyelesaian yang dilakukan sekelompok orang terhadap suatu hal atau permasalahan. Semua pihak diharapkan dapat menerima keputusan bersama dengan ikhlas, bertanggung jawab, dan lapang dada.pengambilan keputusan untuk kepentingan bersama berbeda dengan pengambilan keputusan untuk kepentingan perorangan, karena pengambilan keputusan untuk kepentingan bersama dilakukan dengan melibatkan banyak orang, baik secara langsung maupun tidak langsung.

2) Bentuk-bentuk keputusan bersama

Dalam pergaulan hidup antar manusia, sering terjadi perbedaan pendapat. Namun, sesungguhnya perbedaan pendapat diantara kita merupakan suatu yang lumrah dan wajar. Kita harus dasar bahwa pertentangan itu bukan untuk dipertentangkan atau diperebutkan melainkan untuk dicari solusi pemecahannya. Dalam sebuah organisasi, keputusan bersama dapat diambil melalui dua cara. Pertama, melalui musyawarah untuk mufakat. Kedua, melalui pemungutan suara atau voting.

a) Musyawarah untuk manfaat

Musyawarah termasuk salah satu bentuk atau cara untuk mencapai keputusan bersama. Musyawarah adalah membicarakan dan menyelesaikan bersama suatu persoalan dan maksut untuk mencapai kata mufakat atau kesepakatan. Kita mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama bukan untuk kepentingan pribadi atau golongan. Dalam musyawarah pasti akan ada pihak yang setuju maupun yang tidak setuju terhadap rancangan keputusan akan tetapi setelah melalui pertimbangan, dan tukar pikiran maka dicapailah titik temu atau kesepakatan bersama.

(13)

bersama. Dengan jalan mufakat, diharapkan keputusan bersama yang diambil mencerminkan semua pendapat. Dengan demikian, tidak ada lagi anggota yang merasa pendapatnya tidak diperhatikan. Musyawarah mufakat biasanya dilakukan dalam organisasi yang jumlah anggotanya sedikit. Misalnya, keluarga, Rukun Tetangga (RT), atau desa. Mereka berkumpul di suatu pertemuan atau majelis, semuanya duduk bersama membahas persoalan yang perlu mereka musyawarahkan. Ciri-ciri musyawarah untuk mufakat antara lain :

(1) Sesuai dengan kepentingan bersama.

(2) Pembicaraan harus dapat diterima dengan akal sehat sesuai hati nurani.

(3) Usul atau pendapat yang disampaikan mudah dipahami dan tidak memberatkan.

(4) Dalam proses musyawarah pertimbangan moral lebih diutamakan dan bersumber dari hati nurani yang luhur dan sebagainya.

Selain itu, dalam proses musyawarah kita harus menunjukkan sikap-sikap sebagai berikut:

(1) Menghargai pendapat orang lain.

(2) Mempu mengendalikan diri saat mengikuti musyawarah. (3) Bertenggang rasa terhadap teman yang mengajukan

pendapat.

(4) Bijaksana terhadap pendapat teman yang berbeda.

(5) Mematuhi semua aturan yang berlaku dalam musyawarah. (6) Bertanggung jawab dengan cara melaksanakan keputusan

hasil musyawarah.

Dalam pelaksanaan musyawarah untuk mencapai mufakat kita harus berpedoman pada prinsip-prinsip dan aturan musyawarah, antara lain :

(1) Musyawarah dilandasi dengan akal sehat dan hati nurani yang luhur.

(2) Musyawarah dilandasi semangat kekeluargaan dan gotong-royong.

(3) Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.

(4) Menghargai pendapat orang lain dan tidak melaksanakan kehendak dalam musyawarah.

(5) Keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan YME, menjunjung tinggi harat dan martabat, serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan, (6) Melaksanakan keputusan bersama dengan dilandasi itikad

baik dan penuh rasa tanggung jawab.

(14)

(1) Musyawarah di lingkungan keluarga. (2) Musyawarah di lingkungan sekolah. (3) Musyawarah di lingkungan masyarakat. (4) Musyawarah di lingkungan kenegaraan.

Pelaksanaan musyawarah untuk mufakat dapat terhambat atau sulit dilakukan apabila :

(1) Peserta musyawarah hanya mementingkan diri sendiri/golongannya.

(2) Peserta musyawarah tidak menggunakan akal sehat dan hati nurani yang luhur.

(3) Peserta musyawarah berlaku tidak sopan dan bertutur kata tidak baik.

(4) Peserta musyawarah memaksakan kehendaknya.

(5) Peserta musyawarah tidak mau menghargai pendapat orang lain.

Dengan musyawarah suatu persoalan akan mudah terpecahkan, sehingga dicapai suatu keputusan atau kata sepakat. Manfaat yang diperoleh jika menyelesaikan masalah secara musyawarah yaitu :

(1) Masalah dapat cepat terpecahkan.

(2) Keputusan yang diambil memiliki nilai keadilan. (3) Hasil keputusan menguntungkan semua pihak. (4) Dapat menyatukan pendapat yang saling berbeda.

Adanya kebersamaan, dan sebagainya. b) Pemungutan suara

Cara musyawarah untuk mufakat tidak selalu membuahkan hasil. Hal ini terjadi bila ada perbedaan pendapat tidak dapat diselesaikan. Misalnya, beberapa pendapat dianggap sama baiknya. Atau karena beberapa pendapat dianggap tidak menguntungkan semua pihak. Jika demikian, ditempuhlah pemungutan suara atau voting. Tujuannya untuk mendapatkan keputusan bersama.

Hasil keputusan melalui pemungutan suara juga harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Pengambilan keputusan bersama dengan cara pemungutan suara dapat kita jumpai dalam pemilihan presiden, pemilihan kepala daerah dan sebagainya. Keputusan berdasarkan pemungutan suara (voting) ditempuh apabila keputusan berdasarkan musyawarah mufakat tidak dapat dilakukan. Voting berarti sistem pengambilan keputusan berdasarkan pemungutan suara. Voting juga diartikan sebagai perolehan suara terbanyak.

Pengambilan suara berdasarkan voting dibagi menjadi dua macam, yaitu :

(1) Voting terbuka, yaitu setiap anggota rapat memberikan suara dengan mengatakan sutuju, menolak, atau abstain

(15)

dilaksanakan secara lisan. Caranya dengan mengangkat tangan atau berdiri. Kemudian petugas, menghitungnya secara langsung, dan saat itu juga dapat diketahui hasilnya.

Votting terbuka dilakukan terhadap hal yang menyangkut masalah keputusan atau kebijakan.

(2) Voting tertutup, yaitu setiap anggota rapat memberikan suara dengan cara menuliskan nama atau pilihannya dikertas yang telah disediakan lalu dikumpulkan dan dihitung. Keputusan dianggap sah apabila diambil dalam rapat yang dihadiri dua per tiga tambah satu anggota

kuorum dan disetujui lebih dari setengah dari jumlah yang hadir.

c) Aklamasi

Aklamasi adalah pernyataan setuju secara lisan dari seluruh anggota kelompok. Pernyataan setuju ini dilakukan untuk melahirkan keputusan bersama. Pernyataan setuju dilakukan tanpa melalui pemungutan suara. Aklamasi terjadi karena adanya pendapat yang dikehendaki semua anggota kelompok. Keputusan bersama yang disetujui dengan cara aklamasi ini harus dilaksanakan oleh seluruh anggota.

Sapto dan Sudarsih (2008:105-109) ) mengatakan bahwa

3) Melaksanakan Hasil Keputusan Bersama

Keputusan bersama dapat dicapai setelah masalah-masalah yang dimusyawarahkan dapat dicapai mufakat.

a) Menerima hasil keputusan bersama

Dalam musyawarah semua pihak harus mengutamakan kepentingan pribadi dan golongan. Bila musyawarah telah mencapai mufakat, maka hasil pemufakatan menjadi keputusan bersama. Semua pihak harus menerima keputusan bersama dengan ikhlas, penuh tanggung jawab, dan lapang dada.

Berikut ini adalah beberapa cara menerima hasil keputusan bersama, yaitu :

(1) Semua pihak mengutamakan kepentingan bersama dari pada kepentingan pribadi dan golongan.

(2) Semua pihak memahami dengan baik masalah yang dimusyawarahkan.

(3) Semua pihak menghormati dan menghargai perbedaan pendapat.

(4) Semua pihak harus menerima dan terbuka setiap kritik, usul, dan saran.

(5) Semua pihak harus menyadari bahwa keputusan yang dihasilkan adalah keputusan yang terbaik demi kepentingan bersama.

(16)

b) Melaksanakan hasil keputusan bersama

Setelah semua pihak dapat menerima hasil keputusan bersama, langkah selanjutnya adalah melaksanakan keputusan tersebut. Semua pihak harus ikhlas dan penuh tanggung jawab melaksanakan keputusan bersama. Keputusan bersama merupakan penyelesaian masalah dihasilkan melalui musyawarah, tukar pikiran, tukar pendapat, serta sumbang saran untuk mencapai mufakat. Hasil keputusan bersama mengikat semua pihak untuk memenuhinya.

Hasil keputusan bersama dilaksanakan dengan ikhlas dalam kehidupan sehari-hari. Melaksanakan keputusan dengan ikhlas berarti melaksanakan keputusan dengan hati yang bersih dan jujur. Dalam melaksanakan hasil keputusan bersama tidak boleh dengan rasa benci atau dendam. Karena keputusan tersebut adalah untuk kepentingan bersama. Jadi, dalam melaksanakan hasil keputusan bersama, hal-hal yang harus diperhatikan oleh semua pihak adalah :

(1) Hasil keputusan bersama harus dilaksanakan dengan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.

(2) Hasil keputusan bersama harus dilaksanakan dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa.

(3) Hasil keputusan bersama harus dilaksanakan dengan memerhatikan nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

Dengan begitu, keadilan ditegakkan. Tidak ada anggota yang merasa dirugikan. Semua melaksanakan kewajiban yang sama. semua juga mendapatkan hak yang seimbang. Melaksanakan keputusan bersama secara kekeluargaan mempunyai beberapa manfaat. Beberapa manfaat tersebut antara lain sebagai berikut,

(1) Semua anggota merasa kedudukan yang sama. (2) Terciptanya keadilan antar anggota.

(3) Setiap anhhota melaksanakan keputusan bersama dilandasi rasa tanggung jawab.

Dengan menerima dan menaati keputusan bersama kita telah mengamalkan pancasila. Tepatnya, kita telah mengamalkan sila keempat pancasila. Sila keempat tersebut

berbunyi “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksaan dalam permusyawaratan/perwakilan”.

Dalam sila tersebut, terkandung beberapa nilai yang harus kita amalkan. Berikut ini nilai-nilai sila keempat Pancssila.

(1) Setiap warga Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

(2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain. (3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan

(17)

(4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.

(5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah.

(6) Menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah dengan penuh tanggung jawab.

(7) Musyawarah mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.

(8) Musywarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.

(9) Kepentingan yang diambil harus dapat dipertanggung-jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa. (10) Keutusan tersebut menjunjung tinggi harkat dan martabat

manusia.

(11) Keputusan tersebut mencakup nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

(12) Keputusan bersama mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.

(13) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercaya untuk melaksanakan musyawarah.

Pelaksanaan hasil keputusan bersama dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat.

(1) Dalam lingkungan keluarga

Keputusan menyangkut tugas tiap anggota keluarga. Setiap anggota keluarga dengan ikhlas melaksanakan tugas yang menjadi bagiannya, seperti tugas menyapu lantai, mencuci piring, membersihkan halaman, dan sebagainya. (2) Dalam lingkungan sekolah

Keputusan bersama terlihat dalam pelaksanaan tata tertib sekolah. Misalnya: setiap siswa memakai seragam sekolah, guru mengajar dengan sungguh-sungguh, belajar dengan penuh disiplin, dan sebagainya.

(3) Dalam lingkungan masyarakat

Keputusan menyangkut peraturan mengikat seluruh warga masyarakat. Di lingkungan masyarakat biasanya ada kepala desa, lurah, rukun warga (RW), rukun tetangga (RT), dan pemuka masyarakat. Mereka biasanya memimpin musyawarah antarwarga.

4. Pembelajaran PKn di SD

(18)

materi menghargai keputusan bersama. Peneliti juga melakukan inovasi dalam proses pembelajaran berupa permainan hilang poin agar siswa termotivasi dalam belajar dan menikmati kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan sikap tanggung jawab dan prestasi belajar siswa. Penelitian ini menggunakan langkah-langkah pembelajaran PKn dengan menggunakan model PBL berbantu media video sebagai berikut :

a. Guru menyiapkan video, LCD, speaker yang telah disesuaikan dengan materi menghargai keputusan bersama.

b. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran materi menghargai keputusan bersama kepada siswa.

c. Guru menginformasikan materi pembelajaran yang akan dilakukan dengan menggunakan model Problem Based Learning dan meminta siswa untuk mempersiapkan alat tulis, buku tulis dan buku cetak.

d. Guru memotivasi siswa dengan cara memberikan motivasi berupa hadiah, nilai maupun nasehat yang di berikan guru kepada siswa. e. Guru membagi siswa menjadi lima kelompok, setiap kelompok

terdiri dari 5-6 siswa.

(19)

g. Siswa diberi tugas berdiskusi untuk mengerjakan LKS yang dibagikan guru.

h. Guru membimbing kelompok-kelompok yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKS.

i. Guru mendorong Siswa mengumpulkan informasi melalui buku cetak.

j. Siswa mengamati kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi menghargai keputusan bersama.

k. Siswa perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas dan kelompok lain menanggapi jawaban berdasarkan hasil diskusi kelompoknya.

l. Guru melaksanakan permainan hilang poin sebagai umpan balik dan memberikan reward berupa hadiah kepada kelompok yang mendapatkan poin terbanyak.

m. Guru memberi penguatan dan menyimpulkan materi yang telah dilaksanakan.

n. Guru memberikan soal evaluasi untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa.

5. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

(20)

bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Bern dan Erickson (Komalasari, 2013:59) menegaskan bahwa pembelajaran berbasis masalah (problem-based-learning) merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu. Strategi ini meliputi mengumpulkan dan menyatukan informasi, dan mempresentasikan penemuan. Menurut Suyadi (2013:130) mengatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah melibatkan siswa dalam proses pembelajaran aktif dan kolaboratif, serta berpusat kepada siswa, sehingga mampu mengembangkan kemampuan pemecahan masalah secara mandiri. Aspek terpenting dalam pembelajaran berbasis masalah adalah bahwa pembelajaran dimulai dengan permasalahan. Siswa di dorong untuk mencari informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan.

(21)

pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran melalui suatu permasalahan sehingga siswa dapat mengembangkan ketrampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa selain itu juga dapat meningkatkan rasa percayaan diri sendiri pada diri siswa. Siswa dilibatkan secara aktif dan kolaboratif dalam proses pembelajaran sehingga pembelajaran berpusat pada siswa.

b. Tujuan Pengajaran Berdasarkan Masalah

Tujuan belajar menggunakan PBL terkait dengan keterampilan menyelesaikan masalah. Trianto (2012:94) mengatakan bahwa :

1) Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah-masalah memberikan dorongan kepada siswa untuk tidak hanya sekedar berfikir sesuai yang bersifat konkrit, tetapi lebih dari itu berfikir terhadap ide-ide yang abstrak dan kompleks.

2) Belajar peranan orang dewasa yang autentik

Pembelajaran berdasarkan masalah memiliki implikasi mendorong kerja sama dalam menyelesaikan tugas; memiliki elemen-elemen belajar magang, hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan orang lain; Melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihansendiri,sehinggamemungkinkan mereka mengiinterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahaman terhadap fenomena tersebut secara mandiri.

3) Menjadi pembelajar yang mandiri

Berusaha membantu siswa menjadi pembelajaran yang mandiri dan otonom. Dengan bimbingan guru yang secara berulang-ulang mendorong dan mengarahkan mereka untuk mengajukan pertanyaan, mencari penyelesaikan terhadap masalah nyata oleh mereka sendiri, siswa belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas itu secara mandiri dalam hidupnya kelak.

(22)

masalah. PBM juga berhubungan dengan belajar tentang kehidupan yang lebih luas (lifewide learning), keterampilan memaknai informasi, kolboratif dan belajar tim, dan keterampilan berfikir reflektif dan evaluatif.

c. Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL)

Model pembelajaran memiliki langkah-langkah pembelajaran. Menurut Ibrohim dan Nur (Rusman, 2011: 243) mengemukakan bahwa langkah-langkah Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut:

1) Orientasi siswa pada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya. Guru mendiskusikan rubrik asesmen yang akan digunakan dalam menilai kegiatan/hasil karya siswa. 2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3) Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

4) Mengemmbangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, resum, media fisik, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan teman.

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

d. Keunggulan dan kelemahan model PBL

Model pembelajaran PBL memiliki beberapa keunggulan dan kelemahan. Sanjaya (2010: 220) mengatakan bahwa :

Keunggulan pembelajaran berbasis masalah antara lain:

(23)

2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

3) Pemecahan masalah dapat mengingkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata..

5) Pemecahan masalah dapat membantu siswa mengembangkan pengetahuan barunya, dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

6) Melalui pemecahan masalah bisa memperlihatkan pada siswa bahwa setiap mata pelajaran, pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh siswa.

7) Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan disukai siswa.

8) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan yang baru.

9) Pemechan masalah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

10) Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

Kelemahan pembelajaran berbasis masalah antara lain :

1) Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan enggan untuk mencoba.

2) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui PBL membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

3) Tanpa pemahaman “mengapa mereka berusaha” untuk

memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.

Dari kelemahan pembelajaran di atas, peneliti dalam meminimalisir kelemahan tersebut antara lain memberikan reward

(24)

memecahkan masalah. Guru juga harus memberikan batasan waktu dalam proses pembelajaran sehingga waktu yang digunakan sesuai dengan alokasi waktu yang telah ditentukan. Guru memberi tahu seluruh siswa, bahwa guru akan memberikan nilai lebih tinggi kepada siswa yang aktif pada proses memecahkan masalah yang sedang dipelajari sehingga timbul rasa kompetitif antar siswa untuk memahami pemecahan masalah yang sedang dipelajari.

6. Media Video

(25)

Media yang akan digunakan oleh peneliti adalah media video, video adalah sistem gambar hidup atau gambar gerak yang saling berurutan. Menurut Arsyad (2007: 172) mengatakan bahwa video merupakan informasi yang disajikan melalui multimedia berbentuk dokumen yang hidup, dapat dilihat di layar monitor atau ketika di proyeksikan ke layar lebar melalui overhead projector, dan dapat didengar suaranya, dilihat gerakannya.

Menurut sadiman, dkk (2009: 282) mengatakan bahwa video dalam penggunaannya sebagai peralatan pemain ulang (play back) dari suatu program. Video dalam durasi beberapa menit menyediakan fleksibilitas maksimum bagi guru dan meningkatkan pembelajaran secara spesifikasi terkait dengan kebutuhan siswa. Sependapat dengan Isjoni dan Ismail (2008: 46) berpendapat bahwa penggunaan video dapat membantu memudahkan pemahaman pelajar berkaitan dengan isi pelajaran yang dipelajari dan dapat membantu guru mencapai objektif pengajaran.

(26)

7. Permainan Hilang Poin

Pembelajaran menggunakan permainan akan lebih menarik. Menurut Nisak (2012: 127) berpendapat mengenai permainan hilang poin bahwa :

a. Tujuan permainan ini adalah sebagai berikut :

1) Melatih para siswa agar lebih bertanggung jawab.

2) Melatih siswa agar lebih berani dalam mengambil resiko. 3) Melatih ketangkasan dan kejelian para siswa.

4) Menumbuhkan semangat baru dalam proses belajar-mengajar. 5) Menghadirkan suasana yang lebih menggembirakan di dalam

kelas. b. Sifat Permainan

Sifat permainan ini yaitu kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa.

c. Bahan yang harus di siapkan

Berbagai bahan yang mesti dipersiapkan, yakni : daftar pertanyaan, kertas karton, spidol, pulpen dan whiteboard.

d. Aturan permainan

Beberapa aturan permainan adalah sebagai berikut :

1) Bagilah para siswa menjadi 3 kelompok, dan masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 siswa.

2) Buatlah daftar pertanyaan.

3) Setiap pertanyaan memiliki jawaban lebih dari 3.

4) Tuliskan jawaban secara acak pada kertas karton, kemudian tempelkan pada whiteboard.

5) Selipkan sekitar 3-5 jawaban yang salah dalam deretan jawaban pada whiteboard.

6) Berikan pertanyaan kepada masing-masing kelompok. 7) Mintalah kepada setiap kelompok untuk memilih jawaban. 8) Kelompok yang menjawab dengan benar akan mendapat poin. 9) jika jawaban kelompok tersebut keliru maka poin yang sudah

diperoleh akan hangus atau menghilang.

10) Selain bertugas sebagai juri dan membacakan pertanyaan, fasilitator juga bertugas mempengaruhi siswa agar jawabannya salah. Tujuannya adalah agar permainan tersebut menjadi lebih seru.

11) Pada akhir permainan, tentukan pemenang dengan cara menghitung poin yang diperoleh masihng-masing kelompok. 12) Diskusikan pertanyaan dan jawaban yang dikemukakan oleh

setiap kelompok yang terlibat dalam permainan.

(27)

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan journal internasional Chia-Wen Tsai,dkk (2015: 39) dalam penelitiannya berjudul The Effects of Problem-Based Learning with

flipped Clasroom on Elementary Students’ Computing Skills :A case study of

the Production of Ebooks, pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning dapat mengembangkan keterampilan siswa dan meningkatkan kualitas tugas siswa. Melalui pembelajaran berdasarkan masalah kelas menjadi lebih bermakna, waktu lebih efisien dan memungkinkan untuk diskusi masalah tingkat yang lebih tinggi dalam pemecahan masalah. Guru juga dapat menawarkan bantuan kepada siswa ketika mereka mengalami kesulitan dalam pemecahan masalah dengan tepat. Pada penelitiannya pembelajaran setelah satu semester kegiatan pembelajaran dalam lingkungan PBL, siswa menegaskan rangkaian pemecahan masalah dan pembelajaran proses. Siswa percaya bahwa PBL dapat meningkatkan motivasi belajar mereka dan mereka mampu mengatasi masalah yang dihadapi.

Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Chia-Wen Tsai

dengan penelitian ini adalahpenelitian Chia-Wen Tsai untuk meningkatkan motivasi belajar pada mata pelajaran ketrampilan komputing dalam produksi

(28)

Berdasarkan journal internasional Joerg Zumbach, dkk (2004: 33) dalam penelitiannya berjudul Using Multimedia to enhance Problem-based Learning in Elementary School, model pembelajaran Problem Based Learning

terbukti dapat meningkatkan prestasi dan motivasi belajar karena dapat membangun pengetahuan dengan cara eksplorasi, diskusi dan elaborasi tanpa intervensi guru langsung. Program PBL menawarkan siswa untuk belajar secara alami dengan belajar eksplorasi. PBL mempengaruhi cara belajar siswa. Pembelajaran pada kelas PBL bermakna mandiri. Jurnal Internasional Strobel, J dan van Barneveld, A (2009: 55) mengatakan bahwa PBL signifikan lebih efektif dari instruksi tradisional untuk melatih kompetensi dan ketrampilan praktisi dan untuk mempromosikan retensi jangka panjang ketrampilan pengetahuan yang diperoleh selama belajar pengalaman atau sesi pelatihan.

Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Joerg Zumbach

(29)

C. Kerangka Pikir

Berdasarkan wawancara dengan guru kelas V diperoleh penjelasan keadaan atau kondisi pada proses pembelajaran PKn yaitu kurangnya sikap tanggung jawab siswa dalam melaksanakan tugas dan prestasi belajar yang diperoleh siswa belum maksimal. Maka dibutuhkan suatu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan cara merubah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning berbantu media video dan permainan hilang poin. Penggunaan model pembelajaran melalui

Problem Based Learning diharapkan dapat meningkatkan sikap tanggung jawab dan prestasi belajar siswa pada setiap siklus.

(30)

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian D. Hipotesis Tindakan

1. Penggunaan model Problem Based Learning berbantu media video dan permainan hilang poin dapat meningkatkan sikap tanggung jawab siswa pada mata pelajaran PKn materi menghargai keputusan bersama di kelas V SD Negeri Panembangan

2. Penggunaan model Problem Based Learning berbantu media video dan permainan hilang poin dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi menghargai keputusan bersama di kelas V SD Negeri Panembangan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn.

KONDISI AWAL TINDAKAN KONDISI AKHIR

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dari uji aktivitas menggunakan uji ANOVA formula 3 dengan dengan perbandinga 3:1 yang terdiri dari ekstrak etanol seledri 7,5 % dan daun teh hijau 2,5 %, memiliki

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan judul “

Langkah-langkah penelitian yang dilakukan terhadap bursting test elbow dalam metode virtual dengan Metode Elemen Hingga menggunakan software ANSYS Workbench dan

Program simulasi ini akan menampilkan lima buah band pass filter (BPF) dan program akan menghitung koefisien filter dari pemberian sinyal masukanx. Perhitungan koefisien

Sesuai dengan UUD 1945 yang kemudian dituangkan dalam Undang- Undang (UU) Nomor 18 tahun 2012 tentang pangan dan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2012

Susu yang dikemas kemudian disusun dalan rak-rak besi kemudian dimasukkan dalam alat sterilisasi yang biasa disebut dengan Autoclave, didalam alat ini, susu dalam

Adapun tujuan khususnya yaitu (1) Mengidentifikasi karakteristik ibu, pengasuh TPA dan anak, (2) Mengidentifikasi aktivitas pengasuhan yang dilakukan ibu (pada hari

Penelitian sebelumnya mengenai katalis berbasis pengemban β -zeolit untuk konversi sitronelal telah banyak dilaporkan, antara lain adalah Ni/Zr-beta (Nie et