• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan tahapan-tahapan stimulasi yang perlu dilalui dan proses

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan tahapan-tahapan stimulasi yang perlu dilalui dan proses"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembentukan kepribadian bukanlah sesuatu yang langsung jadi, namun membutuhkan tahapan-tahapan stimulasi yang perlu dilalui dan proses intemalisasi yang akan menguatkan terbentuknya perilaku tertentu. Setiap individu pada dasamya memiliki keunikan tersendiri yang membedakan individu satu dengan individu lainnya, keunikan tersebut berupa kepribadiannya. Individu memiliki potensi bawaan yang berbeda seperti bentuk fisik, indera, bakat maupun pikiran dan perasaan. Potensi tersebut akan mempengaruhi proses komunikasi dan interaksi dengan lingkungan sekitar dalam pembentukan kepribadian. Komang (2013) mengatakan intensitas komunikasi memiliki hubungan dalam pembentukan kepribadian introvert dan ekstrovert, Intensitas komunikasi pada kepribadian ekstrovert lebih tinggi dibandingkan intensitas komunikasi pada kepribadian introvert.

Dalam pembentukan kepribadian anak kembar, hal yang utama dan pertama adalah dirumah, maka pola asuh orang tua merupakan hal yang pertama dalam membentuk kepribadian anak kembar. Nur (2012) mengatakan bahwa pola asuh orang tua memiliki pengaruh dalam pembentukan kepribadian anak, kebutuhan yang diberikan melalui pola asuh akan memberikan kesempatan pada anak untuk menunjukkan bahwa dirinya adalah sebagian orang-orang yang ada disekitamya. Kepribadian menjadi

(2)

dasar seseorang dalam bertingkah laku di dalam masyarakat ataupun lingkungan sekitar, seperti lingkungan keluarga, sekolah, maupun organisasi. Pada tahap awal pembentukan kepribadian, seorang anak muiai mempelajari pola-pola perilaku yang berlaku dalam lingkungan yang paling kecil yaitu keluarga. Grazyna,dkk (1997) kepribadian seorang ibu akan mempengaruhi gaya pengasuhan kepada anak serta membentuk kepribadian anak, dimana jika seorang ibu memiliki emosionalitas negatif yang tinggi akan mempengaruhi si anak, yang dimana anak akan mudah marah dan merasa kurang aman. Setelah dewasa, anak mulai membedakan dirinya dengan orang lain, begitu pula dengan anak kembar. Hurlock (1978) istilah kelahiran anak kembar mengacu pada kelahiran dua atau lebih bayi dalam jangka beberapa jam atau hari, dapat berupa kembar dua, kembar tiga, kembar empat, dan kembar lima. Salah satu suara pembaharuan online di Indonesia melaporkan bahwa di Amerika Serikat, 1 dari 30 kelahiran adalah anak kembar. Jumlah kelahiran bayi kembar naik dua kali lipat di tahun 2009 jika dibandingkan dengan tahun 1980, dengan kenaikan 68.339 menjadi 137.000 kelahiran.

Menurut National Center for Health Statistics, kenaikan kelahiran kembar melonjak 76% dalam 30 tahun terakhir. Dalam tiga dekade terakhir, jumlah kelahiran kembar meningkat di semua negara bagian, namun hampir 100% teijadi pada perempuan berusia 35-39 tahun dan sekitar 200% pada perempuan usia di atas 40 tahun (Kompas, 2012). Secara umum, anak kembar memiliki banyak kesamaan, baik secara fisik maupun sifat psikologis. Kesamaan secara fisik meliputi kesamaan dalam hal tinggi badan, bentuk muka, sampai bentuk tubuh.

(3)

Sedangkan kesamaan dalam sifat psikologis ini dilihat dari hasil observasi meliputi kesamaan dalam kepribadian, maupun kedekatan secara emosional. Tidak hanya memiliki kesamaan, anak kembar juga memiliki perbedaan. Hal tersebut di alami oleh kedua anak kembar identik yaitu KI dan KO. KI dan KO tinggal bersama kedua orang tua mereka. KI merupakan anak yang memiliki kepribadian ekstrovert dan KO merupakan anak yang memiliki kepribadian introvert. Perbedaan kepribadian KI dan KO terlihat dan dinilai dari lingkungan yang paling dekat yaitu keluarga dan tidak hanya dari lingkungan keluarga, tapi dari lingkungan sekitamya seperti lingkungan pertemanan dari kecil sampai dewasa awal.

Dalam hal ini keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang. Berdasarkan fakta, keluarga adalah faktor yang sangat mempengaruhi kepribadian anak. Keluarga memberikan dasar pembentukan kepribadian pada anak melalui pola asuh orang tua. Pola asuh orang tua sangat berpengaruh pada pembentukan kepribadian anak. Vivi (2013) mengatakan orang tua sebagai lingkungan awal anak dan penentu kepribadian anak dimasa depan, harus benar-benar memilih pola asuh untuk anak dan memberikan pengarahan akan kepribadian anak. Tumbuh kembang anak kembar juga di pengaruhi oleh pola asuh yang diberikan oleh orang tua. Pola asuh yang diberikan orangtua mempunyai dampak positif dan negatif untuk membangun kepribadian anak kembar.

Isti (2010) dalam penelitian menjelaskan bahwa pola asuh orang tua sangat berpengaruh pada kepribadian anak, terbukti pada penelitianya yang membahas

(4)

tentang dua orang anak yang memiliki kepribadian berbeda. Orang tua yang memiliki anak kembar pastinya akan memberikan pola asuh lebih ekstra karena yang dimaksud anak kembar adalah dua orang anak atau lebih yang lahir dari satu masa kehamilan yang sama. Tapi tidak semua orang tua memberikan pola asuh yang sama untuk anak kembamya karena orang tua sangat mengerti anaknya seperti apa dan orang tua mengerti bahwa setiap anak kembar tidak harus selalu sama kepribadiannya, sesuai sejauh mana anak menyerap pemahaman tentang pola asuh yang di terapkan orang tua pada anak kembar tersebut. Pola asuh yang sama yang diberikan dari orang tua pada anak kembar cenderung sama dimungkinkan karena orang tua belum mengerti cara memberikan pola asuh pada anak kembar, dan orang tua berpikir bahwa anak kembar selalu sama kepribadiannya.

Mariah (2008) dalam penelitianya memaparkan perbedaan kepribadian anak kembar yang dialami oleh Upi dan Nita yang merupakan kembar berbeda jenis kelamin. “Sewaktu kecil, Nita meniru semua perilaku Upi, sehingga bertingkah kelaki-lakian. Semua permainan Upi diikutinya. Seiring bertambahnya usia, dan akhimya Nita mulai mengenal dunia remaja, ia lalu mulai berubah dan meninggalkan penampilan kelaki-lakiannya. Mulailah ia menyukai rok dan kosmetika remaja. Sehingga mereka berdua semakin berbeda.” Hal tersebut teijadi karena orang tua Nita dan Upi saat mengasuh Nita dan Upi memberikan pola asuh yang sama saat masih kecil.

Tidak semua orang tua mengerti bahwa banyak sekali pola asuh yang berbeda yang dapat diberikan pada anaknya, terutama pada anak kembar.

(5)

Lingkungan membawa pengaruh yang besar bagi anak kembar. Kesamaan tingkah laku maupun pengalaman kontak batin yang mereka alami, juga disebabkan oleh faktor lingkungan. Pengaruh lingkungan akan mempengaruhi perkembangan pada anak selain pengaruh genetika (Santrock, 2009). Anak kembar juga tidak selamanya menjadi anak-anak, fisik dan emosi yang dimiliki anak kembar juga akan semakin bertumbuh dan terbentuk seiring bertambahnya usia. Pada saat anak kembar tumbuh menjadi dewasa, secara fisik, anak kembar akan tetap memiliki kesamaan tetapi secara psikologis perbedaan-perbedaan yang dimiliki juga semakin terlihat.

Yuli (2012) dalam penelitiannya tentang orang tua yang mengasuh anak kembar memaparkan YA dan DI memiliki anak kembar perempuan, tapi memiliki kepribadian berbeda. Si kakak orangnya senang main sendirian dan sangat pendiam. Si kakak bisa betah lama di kamamya, seringnya membaca buku-buku kesukaannya. Sedangkan si adik lebih aktif dan sangat senang bermain bersama teman-temannya. Si kakak ini agak susah bergaul. Kalau dibawa ke lingkungan barn atau dikenalkan dengan teman-teman baru, dia tidak cepat akrab, bahkan cenderung malu-malu dan canggung. YA dan DI juga mengasuh mereka dengan cara yang sama, tidak berbeda.

Bila dikaitkan dengan beberapa fenomena yang teijadi pada anak kembar di atas, anak kembar memiliki perbedaan dalam kepribadian dari pola asuh orang tua mereka. Robert (2009) mengatakan adanya hubungan dalam pola asuh orang tua dan kepribadian anak, tetapi tidak hanya dari orang tua saja melainkan ada faktor lain seperti interaksi gen sampai lingkungan.

(6)

Proses pola asuh yang diberikan orang tua pada anak kembar cenderung memiliki keunikan dibandingkan dengan anak biasa. Hal tersebut dikuatkan oleh (Indah, 2013) dalam penelitiannya mengatakan mengasuh dan mendidik anak kembar, memang memiliki keunikan tersendiri, keunikannya dapat terlihat dari kesamaan dan peibedaan yang anak kembar miliki. Hal inilah yang kemudian membuat peneliti ingin mengetahui lebih dalam bagaimana keterkaitan pola asuh orang tua dengan pembentukan kepribadian anak kembar. Pada penelitian ini memfokuskan terhadap tipe kepribadian introvert dan ekstrovert dengan maksud untuk menyederhanakan dan membatasi area permasalahan yang diteliti.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disampaikan, peneliti merumuskan permasalahan yang ingin diketahui dari penelitian ini yaitu bagaimana keterkaitan pola asuh orangtua terhadap pembentukan kepribadian anak kembar.

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana keterkaitan pola asuh orangtua dan pembentukan kepribadian anak kembar.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan memiliki dua manfaat yaitu : 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini di harapkan dapat memberi masukan yang berarti mengenai keterkaitan pola asuh orangtua dan pembentukan kepribadian anak kembar.

(7)

2. Manfaat Praktis

Memberikan informasi mengenai keterkaitan pola asuh orangtua dan pembentukan kepribadian anak kembar,sehingga menumbuhkan kesadaran orangtua tentang perana^a^ya dalam memberikan pola asuh terhadap anaknya terutama orangtua yang memiliki anak kembar.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian untuk mengevaluasi kelahiran pedet sapi perah dengan indikator jumlah kelahiran jantan dan betina, lama kebuntingan dan bobot lahir sapi yang

Fungsi dari aplikasi ini adalah untuk memasukan data barang masuk dan data barang keluar , pada aplikasi ini proses penginputan data barang dilakukan dengan cara memasukan

Data bahan makanan yang digunakan sebanyak 100 data dan dari hasil pengolahan data menggunakan algoritma genetika di dapatkan nilai dari rata- rata fitness adalah

Pada divisi pembatikan, diberikan usulan perbaikan yaitu kursi dengan tinggi yang dapat diatur ( adjustable ) sehingga kaki operator tidak tertekuk. Kursi tersebut

Lampiran 6 Lembar observasi B: kemandirian kebersihan diri pasien sebelum. diberikan strategi pelaksanaan defisit perawatan

4.3.3 Pengaruh Dukungan keluarga dan Pengalaman Praktik Kerja Industri secara bersama-sama terhadap Kesiapan Memasuki Karier Dikalangan Siswa Jurusan Administrasi Perkantoran di

Dalam melakukan ‘reportase’ tersebut, sang penutur sama sekali tidak memberikan informasi mengenai segala yang dipikirkan para tokoh maupun komentar akan semua yang

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Status