• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL KEANEKARAGAMAN JENIS ORDO COELOPTERA PADA PERTANAMAN SAYURAN DI KECAMATAN JAMBI SELATAN KOTA JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ARTIKEL KEANEKARAGAMAN JENIS ORDO COELOPTERA PADA PERTANAMAN SAYURAN DI KECAMATAN JAMBI SELATAN KOTA JAMBI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TESHA SUNDARI (AIC411024 | Pogram Studi pendidikan Biologi 0 ARTIKEL

KEANEKARAGAMAN JENIS ORDO COELOPTERA PADA PERTANAMAN SAYURAN DI KECAMATAN JAMBI SELATAN KOTA JAMBI

OLEH

TESHA SUNDARI A1C411024

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI

(2)

TESHA SUNDARI (AIC411024 | Pogram Studi pendidikan Biologi 1 Keanekaragaman Jenis Ordo Coeloptera Pada Pertanaman Sayuran Di Kecamatan

Jambi Selatan Kota Jambi

Tesha Sundari1), Asni Johari2), Winda Dwi Kartika3)

1)

Mahasiswa Pendidikan Biologi jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi

2)

Dosen Pendidikan Matematika Jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi Dosen Email: 1)Teshasundari@yahoo.co.id

Oleh: Tesha Sundari

Abstrak. Coleoptera merupakan serangga yang memiliki peranan penting penting pada pertanaman sayuran. Selain sebagai hama beberapa jenis dari Coleoptera juga berperan sebagai predator alami hama. Oleh sebab itu, penelitian mengenai keanekaragaman Coleoptera sangat penting dilakukan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jenis dan indeks keanekaragaman jenis dari Coleoptera pertanaman sayuran di Kecamatan Jambi Selatan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif. Penentuan lokasi pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan membuat garis transek sepanjang 10-15 meter melewati pertanaman sayuran pada 4 tempat yang menjadi stasiun penelitian. Stasiun I Kelurahan Eka Jaya, stasiun II Talang Bakung, stasiun III Paal Merah, dan stasiun IV Lingkar Selatan. Koleksi pengambilan sampel dilakukan dengan empat cara, yaitu mengambil serangga secara langsung (hand colection), menggunakan perangkat jaring (sweep net), perangkat perekat (sticky trap), dan menggunakan perangkat sumuran (pitfall trap). Penangkapan sampel dilakukan dari pukul 08.00-11.00 WIB dan 16.00-18.00 WIB. Berdasarkan hasil penelitian spesies Coleoptera yang ditemukan pertanaman sayuran adalah sebanyak 26 spesies yang terdiri dari 6 famili dan 20 genus. Nilai indeks keanekaragaman jenis dari yang paling tinggi yaitu Stasiun IV (Pal Merah) dengan nilai indeks 2,66 (kategori sedang), Stasiun I (Kelurahan Eka Jaya) dengan nilai indeks 2,63 (kategori sedang), Stasiun II (Talang Bakung) dengan nilai indeks 2,52 (kategori sedang), dan Stasiun III (Jambi Selatan) dengan nilai indeks 2,46 (kategori sedang).

Kata kunci: Keanekaragaman Jenis, Coleoptera, Pertanaman Sayuran, Jambi Selatan Jambi, Maret 2018

(3)

TESHA SUNDARI (AIC411024 | Pogram Studi pendidikan Biologi 2 Diversity of Coleoptera Order in Vegetable Cultivation in South Jambi

District Jambi City

Tesha Sundari1), Asni Johari2), Winda Dwi Kartika3)

1)Students of the Department of Biology Education PMIPA FKIP Jambi University 2) Department of Mathematics Education Lecturers PMIPA FKIP Jambi University Lecturer

Email: 1) teshasundari@yahoo.co.id By:

Tesha Sundari

Abstract. Coleoptera is an insect group that plays an important role in vegetable cultivation. Not only rolled as pest, several species of Coleoptera also acts as a natural predator of pests. Therefore, research on Coleoptera diversity is essential. The purpose of this research is to know the type and index of species diversity from Coleoptera which live in vegetable plantation in South Jambi District. This research used descriptive explorative method. Determination of sampling location is done by purposive sampling technique by making transect line along 10-15 meter through vegetable cultivation at 4 places which become research station: Station I in Eka Jaya Subdistrict, Station II in Talang Bakung, Station III in Paal Merah, and Station IV in Lingkar Selatan. Sampling is done in four ways: taking the insects directly (hand collection), using a net device (sweep net), sticky device (sticky trap), and using the pitfall (pitfall trap). Sampling was collected from 08.00-11.00 WIB and 16.00-18.00 WIB. Based on research results, there were 26 species of Coleoptera order, which grouped in 6 families and 20 genera. The value of species diversity index from the highest to the lowest is detected in the Station IV (Paal Merah) with an index value of 2.66 (medium category), Station I (Kelurahan Eka Jaya) with an index value of 2.63 (medium category), Station II (Talang Bakung) with index value 2.52 (medium category), and Station III (South Jambi) with index value 2,46 (medium category).

(4)

TESHA SUNDARI (AIC411024 | Pogram Studi pendidikan Biologi 3 PENDAHULUAN

Salah satu keanekaragaman hayati Indonesia yang terbesar adalah serangga. Serangga yang ada diperkirakan memiliki 250.000 jenis atau sekitar 15% dari jumlah biota utama yang diketahui di Indonesia. Hal demikian didukung oleh McGavin (2007:6) yang mengatakan bahwa serangga merupakan kelompok hewan yang paling dominan di muka bumi.

Menurut Gullan dan Graston (2010:3) serangga berperan penting dalam ekosistem. Peranannya sebagai degradasi kayu, penyebaran jamur, perbanyakan tanaman, berperan dalam penyerbukan dan penyebaran biji. Selain itu Ruslan (2009:43) mengatakan bahwa serangga penting dalam pemeliharaan komposisi komunitas tumbuhan. Peran lain dari serangga menurut Rizali, dkk (2000:41) sebagai bioindikator kondisi lingkungan merupakan keunggulan yang dapat digunakan untuk mengetahui suatu kondisi lingkungan yang diindikasikan tercemar.

Serangga juga berperan dalam bidang pertanian baik sebagai permasalahan maupun keuntungan. Permasalahan serangga di bidang pertanian tidak terlepas dari peran serangga sebagai hama. Serangga merupakan salah satu kelompok binatang yang merupakan hama utama bagi banyak jenis tanaman yang dibudidayakan manusia terutama pada pertanaman sayuran. Selain sebagai hama tanaman beberapa kelompok serangga dapat menjadi pembawa atau vektor penyakit tanaman yang berupa virus atau jamur. Akan tetapi menurut Pradhana, dkk (2014:59) tidak semua serangga bersifat merugikan karena juga ada serangga yang memiliki dampak positif. Sebagian serangga bersifat sebagai predator, parasitoid, atau musuh alami.

Pengendalian hama serangga sangat penting dilakukan pada pertanaman sayuran. Penggunaan pestisida pada tanaman justru akan memicu ledakan populasi hama. Timbulnya resistensi pada serangga merupakan dampak negatif dari pemakaian insektisida. Selain itu berkurangnya keanekaragaman serangga akibat organisme

bukan sasaran terkena pestisida tersebut. Padahal untuk mengurangi kerusakan akibat hama dapat digunakan agen hayati atau pengendali hama secara alami. Seperti yang dikatakan Khasanah (2011:57) musuh alami merupakan salah satu faktor penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Sehingga pengendali hayati dalam suatu ekosistem harus dipertahankan dan dilestarikan.

Menurut Riyanto, dkk (2011:60) diantara beberapa cara pengendalian hama tumbuhan yang ada, pengendalian biologis dengan memanfaatkan musuh alami merupakan alternatif pengendalian yang paling aman dan sangat direkomendasikan. Salah satu jenis musuh alami yang digunakan untuk memberantas hama pada pertanaman sayuran adalah serangga dari ordo Coleoptera. Selanjutnya Amir (2002:1) mengatakan bahwa Cleoptera yang bersifat oligofagus dan memakan berbagai jenis serangga kecil tertentu berpotensi besar dalam pengendalian populasi berbagai jenis hama tanaman.

Selain itu menurut Anamo dan Baraki (2008:33) ordo Coleptera memiliki jenis terbesar dibandingkan ordo lainnya dalam kelas serangga diperkirakan terdiri dari 277.000 jenis. Alford (1999:33) mengatakan empat puluh persen dari seluruh jenis serangga adalah kumbang. Ordo Coleoptera diperkirakan jumlah jenis terbesar di dunia. Pada kawasan pertaman sayuran anggota-anggota dari ordo Coleoptera memiliki peranan yang beragam. Ada yang bertindak sebagai hama tanaman, namun banyak bertindak sebagai pemangsa bagi serangga lain.

Serangga ordo Coleptera memiliki peran yang penting dalam ekosistem pertanaman sayuran dan didukung dengan keanekaragaman ordo Coleoptera yang besar di alam, oleh sebab itu peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian. Pentingnya penelitian ini untuk melihat dan mengetahui keanekaragaman serangga dari ordo Coleoptera yang terdapat pertanaman sayuran di kecamatan Jambi Selatan kota Jambi.

(5)

TESHA SUNDARI (AIC411024 | Pogram Studi pendidikan Biologi 4 METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif. Berdasarkan obervasi lapangan di kecamatan Jambi Selatan, maka diketahui 4 tempat yang terdapat pertanaman sayuran yaitu kelurahan Eka Jaya (Stasiun I), Talang Bakung (Stasiun II), Paal Merah

(Stasiun III), dan Lingkar Selatan (Stasiun IV). Penentuan lokasi pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan membuat garis transek sepanjang 10-15 meter melewati pertanaman sayuran seperti pada Gambar 3.1

Gambar 3.1 Rancangan lokasi pengamatan Keterangan gambar:

A. bedeng pertanaman sayuran sebagai plot pengamatan B. garis transek sepanjang 10-15 meter,

C. jarak antar bedeng tanaman 2-3 meter. Koleksi pengambilan sampel dilakukan dengan empat cara, yaitu mengambil serangga secara langsung (hand colection), menggunakan perangkat jaring (sweep net), perangkat perekat (sticky trap), dan menggunakan perangkat sumuran ( pitfall trap). Penangkapan sampel dilakukan dari pukul 08.00-11.00 WIB dan 16.00-18.00 WIB selama beberapa hari pada pertamanan sayuran yang telah ditentukan. Data lingkungan meliputi pengukuran kelembapan udara, pengukuran suhu, pengukuran intensitas cahaya, dan pH

tanah. Semua sampel yang berhasil ditangkap dibawa ke laboratorium dan selanjutnya dilakukan identifikasi menggunakan kunci determinasi serangga di laboratorium Universitas Jambi.

Data yang di analisis dalam penelitian ini meliputi: indeks keanekaragaman spesies, dan indeks dominansi. Untuk mencari data kelimpahan dan keanekaragaman jenis Coleoptera digunakan rumus indeks keanekaragaman jenis Shannon (Magguran, 2004:107), yaitu:

a. Kelimpahan jenis Kelimpahan Jenis (K) = Jumlah individu setiap jenis (ni) x 100%

Jumlah total semua individu (N) b. Indeks keanekaragaman jenis

H'= - ∑ (Pi ln Pi) Keterangan: Pi = ni/N

H' : indeks keanekaragaman Shannon Ln : logaritma natural

Pi : rasio jumlah individu jenis-i (ni) dengan jumlah individu seluruh jenis(N) ni : jumlah jenis individu dari jenis ke-i

N : jumlah total individu dari seluruh jenis

Semakin besar nilai H' menunjukkan semakin tinggi nilai kenekaragaman jenis. Besarnya nilai keanekaragaman jenis Shannon dapat didefinisikan sebagai berikut:

Nilai H' >3 : menunjukkan keanekaragaman tinggi Nilai H' 1≤ H’≤ 3 : menunjukkan keanekaragaman sedang Nilai H' <1 :

(6)

TESHA SUNDARI (AIC411024 | Pogram Studi pendidikan Biologi 5 c. Indeks Dominansi

Indeks dominansi dihitung menggunakan indeks Simpson sebagai berikut: C

Keterangan : C = indeks dominansi

ni = jumlah individu dari spesies ke-i N = Jumlah total dari seluruh individu Ʃ = Jumlah

dengan kriteria sebagai berikut:

Jika nilai C 0,5 maka tidak ada spesies yang mendominasi Jika nilai C ˃ 0,5 maka ada spesies yang mendominasi HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.2 Jenis dan Jumlah dari Coleoptera yang ditemukan di stasiun I-IV

Hasil pengambilan sampel dan jumlah total Coleoptera yang didapatkan di pertanaman sayuran pada setiap stasiun penelitian terdiri dari 26 jenis dari 20 genus dan 6 famili. Famili dengan jumlah jenis paling banyak adalah famili Chrysomelidae. Jenis-jenis dari famili Chrysomelidae diantaranya Agelastica sp1, Agelastica sp2, Agelastica alni, Aulacophora femoralis, Aulacophora frontalis, Aulacophora indica, Aulacophora similis, Colasposoma sellatum, Rhiparida sp, Podagrica sp, Deloyala sp. Famili yang hanya memiliki satu jenis (paling sedikit) dapat ditemukan pada beberapa famili yaitu Carabidae, dan Curculionidae.

Jumlah tangkapan Coleoptera pertanaman sayuran dengan 4 teknik penangkapan Berdasarkan hasil penelitian teknik penangkapan yang berhasil menangkap paling banyak adalah teknik penangkapan langsung (hand collecting) sebanyak 3719 individu. Selanjutnya

teknik jaring (sweeping) sebanyak 674 individu. Perangkap perekat (stiky trap) sebanyak 220 individu. Individu yang tertangkap paling sedikit menggunakan perangkap sumuran (pitfall trap) sebanyak 7 individu.

Jumlah lColeoptera pertanaman sayuran yang tertangkap adalah 4620 individu. Jumlah tersebut merupakan gabungan hasil tangkapan pada ke empat stasiun penelitian. Stasiun I individu yang tertangkap sebanyak 945 individu. Stasiun II individu yang tertangkap sebanyak 1254 individu. Stasiun III individu yang tertangkap sebanyak 1171 individu. Stasiun IV individu yang tertangkap sebanyak 1250 individu. Jenis Epilachna sp menjadi jenis dengan jumlah individu tertangkap paling banyak yaitu 919 individu. Sedangkan jenis dengan jumlah individu tertangkap paling sedikit adalah Oryctes rhinoceros yaitu sebanyak 1 individu.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat dilihat kelimpahan jenis Coleoptera pada Tabel 4.5 berikut Tabel 4.5 Kelimpahan Jenis dari Coleoptera

No Famili Nama Jenis

Jumlah/Stasiun Jmlh total K (Ni/N ) Kr I II III IV

1 Carabidae Lissapterus pelorides 0 2 2 0 4 0.001 0.087

2 Cerambycidae Chlorophorussp 0 5 2 0 7 0.002 0.152 Ptericoptus sp 0 3 0 1 4 0.001 0.087 3 Chrysomelida e Rhiparida sp 0 7 0 0 7 0.002 0.152 Podagrica sp 12 43 63 9 127 0.027 2.749 Agelastica sp1 35 0 21 39 95 0.021 2.056 Agelastica sp2 39 44 38 45 166 0.036 3.593

(7)

TESHA SUNDARI (AIC411024 | Pogram Studi pendidikan Biologi 6 Agelastica alni 73 29 85 90 277 0.060 5.996 Aulacophora femoralis 55 73 70 118 316 0.068 6.840 Aulacophora frontalis 39 66 80 49 234 0.051 5.065 Aulacophora indica 30 150 93 139 412 0.089 8.918 Aulacophora similis 64 60 12 50 186 0.040 4.026 Colasposoma sellatum 69 54 46 0 169 0.037 3.658 Deloyala sp 52 0 61 79 192 0.042 4.156 4 Coccinellidae Myzia subvittata 8 20 0 25 53 0.011 1.147 Cheilomenes sexmaculata 75 202 255 178 710 0.154 15.368 Coelophora inaequalis 3 0 51 33 87 0.019 1.883 Curinus coeruleus 11 40 32 26 109 0.024 2.359 Epilachna sp 227 291 217 184 919 0.199 19.892 Micraspis discolor 13 14 26 19 72 0.016 1.558 Micraspis liniata 11 51 17 31 110 0.024 2.381 5 Curculionidae Liophloeus sp 0 15 0 0 15 0.003 0.325 6 Scarabaeidae Exopholis sp 48 56 0 67 171 0.037 3.701 Oryctes rhinoceros 0 1 0 0 1 0.000 0.022 Glycyphana sp 25 0 0 49 74 0.016 1.602 Oxycetonia sp 56 28 0 19 103 0.022 2.229 Jumlah 945 125 4 117 1 125 0 4620 1 100

Keterangan: (K=Kelimpahan Jenis, Kr = Kelimpahanrelative, Ni = Jumlah Individu Jenis ke-i, N= Jumlah Total Semua Individu)

Tabel 4.5 merupakan hasil analisis data kelimpahan jenis dari Coleoptera pada pertanaman sayuran dengan kelimpahan jenis tertinggi adalah Epilachna sp (19,89%) dengan jumlah total individu 919. Epilachna sp yang terdapat pada stasiun I berjumlah 227, stasiun II sebanyak 291, stasiun III terdapat 217, dan stasiun IV sebanyak 184 individu. Sedangkan individu dengan kelimpahan

jenis terendah adalah Oryctes rhinoceros (0,02%) jumlah 1 individu yang didapatkan pada stasiun II.

4.1.5 Indeks Keanekaragaman dan Indeks Dominansi Coleoptera

Hasil untuk indeks

keanekaragaman dan indeks dominansi Coleoptera pada setiap stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 indeks keanekaragaman dan indeks dominansi Coleoptera

No Aspek Stasiun Penelitian Kriteria

I II III IV

1 Indeks Keanekaragaman Jenis 2,63 2,52 2,45 2,66 Sedang

2 Indeks Dominansi 0,09 0,11 0,11 0,08 Tidak terdapat jenis

mendominasi

Berdasarkan Tabel 4.6 indeks keanekaragaman di semua stasiun penelitian memiliki rentang nilai yang relatif sama yaitu dengan kriteria keanekaragaman sedang. Stasiun yang memiliki indeks keanekaragaman paling tinggi adalah stasiun IV (Paal Merah)

dengan nilai 2,66. Nilai keanekaragaman paling rendah stasiun III (Jambi Selatan) dengan nilai 2,45. Sedangkan Indeks dominasi di stasiun I adalah 0.09, Stasiun II 0.01, Stasiun III 0.11, dan indeks dominansi di Stasiun IV 0.08.

(8)

TESHA SUNDARI (AIC411024 | Pogram Studi pendidikan Biologi 7 4.1.6 Parameter Lingkungan

Parameter lingkungan yang diukur di antaranya adalah suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan kelembaban tanah.

Hasil untuk parameter lingkungan pada setiap stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut.

Tabel 4.7 Parameter lingkungan

No Parameter Stasiun

I II III IV

1 suhu (ºC) 27,1 32,4 34,3 33,9

2 Kelembaban (%) 69 74 71 69

3 Intensitas Cahaya (Lux) 2.960 6.700 5.320 2.140

4 pH Tanah 7 6,8 6 8

Berdasarkan Tabel 4.7 nilai suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan ketinggian tempat dapat ditentukan dari yang paling tinggi hingga paling rendah di setiap stasiun. Dengan demikian, stasiun 3 memiliki suhu paling tinggi yaitu 34,3ºC dan stasiun 1 memiliki suhu paling rendah yaitu 27,1ºC. Stasiun dengan persentase kelembaban paling tinggi adalah stasiun 2 yaitu 74% dan stasiun dengan kelembaban paling rendah adalah stasiun I dan IV dengan nilai persentase kelembaban yang sama yaitu 69%. Stasiun II memiliki intensitas cahaya paling tinggi yaitu 6.700 Lux, dan stasiun IV memiliki intensitas cahaya paling rendah yaitu 2.140 Lux. 4.2.2 Kelimpahan Jenis dari Coleoptera dan Indeks Dominansi

Famili Coccinellidae memiliki kelimpahan yang paling tinggi dari jenis famili lain yang ditemukan pada saat penelitian. Menurut Pracaya (2009:202) famili Coccinellidae ini memiliki peranan yang penting pada pertanaman sayuran. Secara ekologi famili dari jenis ini dapat digunakan sebagai predator hama alami, karena dapat memakan kutu-kutu daun seperti Aphis dan Aspidiotus destructor. Sedangkan menurut Amir (2002:12) kumbang ini juga memakan serangga dari kelompok homoptera pada fase telur, nimpa dan dewasa, serta memakan larva dari kumbang daun (Chrysomelidae).

Pada pertanaman sayuran kelompok Coccinellidae memiliki peran sebagai perdator bagi hama tanaman, tapi ada juga bertindak menjadi hama. Efendi, dkk (2016:68) mengatakan bahwa Coccinellidae yang merupakan predator memiliki pola sebaran yang cukup luas,

dan mampu hidup pada berbagai jenis habitat. Secara umum ada beberapa faktor

ekologi yang mempengaruhi

keanekaragaman dan kelimpahan Coccinellidae predator, antara lain jenis habitat, mangsa, penggunaan insektisida dan keanekaragaman tumbuhan. Salah satu faktor ekologi yang banyak diteliti berhubungan dengan keanekaragaman dan kelimpahan Coccinellidae yang merupakan predator hama adalah jenis mangsa dan habitat. Akan tetapi jenis Epilachna merupakan hama karena memakan daun (herbivora).

Chrysomelidae juga memiliki nilai kelimpahan yang cukup tinggi pada setiap stasiun penelitian. Tingginya nilai kelimpahan jenisdari famili Chrysomelidae memberikan rambu peringatan bagi petani sayuran di Kecamatan Jambi Selatan. Sebagian besar jenis-jenis dari famili

Chrysomelidae (kumbang daun)

merupakan hama dan dapat menyebabkan penyakit busuk daun pada tanaman sayuran. Hal ini sesuai dengan Falahudin, dkk (2015:15) yang mengatakan bahwa jenis-jenis dari famili Chrysomelidae pada umumnya adalah hama pengganggu yang menyerang pada tanaman sayuran sehingga dapat menyebabkan kematian pada tanaman terutama tanaman muda.

Chrysomelidae yang memiliki kelimpahan yang paling tinggi adalah jenis Aulacophora indica. Jenis ini ditemukan pada setiap stasiun dan semua jenis tanaman. Aulacophora indica merupakan hama pemakan daun, terutama daun yang masih muda, bunga dan larvanya menyerang akar tanaman. Keberadaan jenis ini sangat melimpah dikarenakan

(9)

TESHA SUNDARI (AIC411024 | Pogram Studi pendidikan Biologi 8

ketersediaan makanan cukup, reproduksi yang tinggi, pertahanan dan adaptasi dengan lingkungan yang baik. Aulacophora indica memiliki bahan kimia berupa feromon yang tidak disukai oleh pemangsa. Menurut Nino dan Cave (2005:20) Chrysoperla rufilabris merupakan salah satu pemangsa Chrisomelidae yang dapat efektif. Penggunaan pestisida pada lahan

pertanaman sayuran diduga

mengakibatkan keberadaan Chrysoperla rufilabris sayuran terancam. Sedikitnya predator Chrisomelidae menyebabkan keberadaannya melimpah di pertaman saruran.

Famili Scarabaidae ditemukan pada tanaman terung di stasiun II dengan menggunakan perangkap sumuran. Keberadan Scarabaidae sangat erat kaitannya dengan satwa lain. Hal tersebut disebabkan Scarabaidae sangat tergantung kepada tinja atau kotoran sebagai bahan pakan dan substrat untuk melakukan reproduksi. Tidak adanya ditemukan kotoran hewan lain pada saat penelitian menjadi salah satu penyebab rendahnya kelimpahan famili Scarabaidae di lapangan.

Kelimpahan Scarabaidae juga dipengaruhi tipe vegetasi, tanah dan intensitas cahaya. Di daerah yang bersemak populasi Scarabaidae jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan daerah agroekosistem. Menurut Hadi,dkk (2009:152) pemanfaatan lahan pertanaman yang merupakan monokultur dapat menguntungkan bagi beberapa jenis serangga tertentu. Akan tetapi jika keadaan lingkungan yang tidak mendukung untuk berkembang biak dan memperoleh cukup makanan maka jenis tertentu akan sedikit ditemukan. Scarabaidae yang paling sedikit didapatkan yaitu jenis Oryctes rhinoceros. Jenis tersebut tidak dapat terbang dan hanya ditemukan pada permukaan tanah.

Carabidae ditemukan pada stasiun II dan III pada tanaman terung dan kacang panjang. Carabidae adalah kumbang

permukaan tanah yang memiliki peranan penting dalam ekosistem. Sedangkan menurut Hangay dan Sborowski (2010:58) Carabidae merupakan kelompok kumbang yang menguntungkan pada hutan dan pertanian, karena efektif digunakan sebagai pengendali hayati (biological control). Lisapterus pelorides merupakan satu-satunya jenis dari famili Carabidae yang ditemukan pada saat penelitian.

Penggunaan insektida sebagai pemberantas hama yang digunakan pada lahan pertanaman sayuran juga menjadi salah satu penyebab sedikitnya jumlah Lisapterus pelorides yang didapatkan. Hal tersebut dikarenakan Lisapterus pelorides sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan. Jenis ini dapat digunakan sebagai indikator suatu lingkungan. Jika jumlah individu yang ditemukan banyak dalam suatu kawasan tertentu memberikan indikasi baik terhadap suatu lingkungan.

Cerambycidae ditemukan pada stasiun I, II, dan III dengan total jumlah 11 individu yang termasuk ke dalam jenis Chlorophorus sp, dan Ptericoptus sp. Menurut Nieto dan Alexander (2010:8) Kumbang antena panjang (Cerambycidae) berperan penting dalam proses dekomposisi dan siklus hara untuk keseimbangan ekosistem hutan. Beberapa Jenis kumbang ini berperan sebagai polinator. Populasi Jenis kumbang ini bervariasi, tergantung tipe habitat. Kehidupan kumbang antena panjang sangat tergantung pada tumbuhan, beberapa jenis dari Cerambydae dipakai sebagai indikator suatu kawasan.

Beberapa komponen penting yang mempengaruhi kelimpahan serangga adalah faktor biologis berupa parasitoid, predator dan entomopatogen. Sedangkan faktor fisik berupa suhu, kelembaban, cahaya, curah hujan dan angin. Selanjutnya faktor makanan karena adanya hubungan faktor makanan dengan populasi serangga itu disebut hubunganbertautan padat atau density independent. Ketiga komponen tersebut menurut Susniahti, dkk

(10)

TESHA SUNDARI (AIC411024 | Pogram Studi pendidikan Biologi 9

(2005:6-8) berpengaruh terhadap populasi serangga. Aktifitas organisme ada yang

menguntungkan dan ada yang

menguntungkan bagi kehidupan organisme lain, termasuk juga aktivitas manusia.

Coleoptera yang ditemukan pada saat pengamatan memiliki peranan yang berbeda-beda. Sebagian besar Coleoptera yang ditemukan adalah hama bagi pertanaman sayuran, akan tetapi ada juga yang memiliki peran sebagai predator hama tanaman. Coleoptera yang merupakan hama adalah Agelastica sp1, Agelastica sp2, Agelastica alni, Aulacophora femoralis, Aulacophora frontalis, Aulacophora indica, Aulacophora similis, Colasposoma sellatum, Rhyparida sp, Podagrica sp, Deloyalasp, dan Chorophorus sp. Sedangkan Epilachna sp, Liophloeus sp, Chlorophorus sp, Ptericoptus sp, Exopholis sp, Oryctes rhinoceros, dan Glycyphana sp. Sedangkan Coleoptera yang merupakan predator bagi hama adalah Cheilomenes sexmaculata, Choelophora inaequalis, Curinus coeruleus, Myzia subvittata, Micraspis discolor, dan Micraspis liniata, dan Lisapterus pelorides.

Hadi dkk. (2009:156) tanaman sayuran menyediakan sumber makanan berlimpah untuk beberapa jenis organisme. Populasi yang mendapatkan sumber makanan berlimpah akan berkembang baik dan mendominasi. Coleoptera di dalam ekosistem bergantung pada kondisi ketersediaan makanannya. Pada agroekosistem sumber makanan yang utama adalah tumbuhan sehingga menguntungkan bagi serangga herbivora. Menanam suatu varietas tanaman secara terus menerus sepanjang tahun menyediakan makanan dalam jumlah yang cukup dan terus menerus bagi hama-hama tanaman, sehingga serangga hamadapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik.

Berdasarkan kategori nilai indeks dominansi pada Tabel 4.6 maka tidak terdapat jenis Coleoptera yang mendominasi pada setiap stasiun

penelitian. Dominansi berdasarkan jumlah kuadrat total perbandingan antara jumlah individu suatu jenis yang ditemukan dengan jumlah total semua individu. Beberapa jenis individu dapat memberi arti yang lebih penting dari jenis lainnya dalam suatu komunitas, karena pengaruh ini dapat mengubah ekosistem karena bersifat dominan dari jenis lainnya. Selanjutnya dominansi serangga terkait dengan kemampuan berkembang biak dengan cepat, adaptasi dan daya kompetisi, sesuai dengan keleluasan mangsa, dan kemampuan makan dengan cepat pula. 4.2.3 Indeks Keanekaragaman Jenis dari Coleoptera

Keanekaragaman jenis Coleoptera dianalisis dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon-Wienner yang diperoleh dengan parameter kekayaan jenis dan proporsi kelimpahan masing-masing jenis Coleoptera di setiap stasiun penelitian penelitian. Nilai indeks keanekaragaman jenis setiap stasiun penelitian berdasarkan tabel 4.5 dari yang paling tinggi yaitu stasiun IV dengan nilai indeks 2,66 (kategori sedang), stasiun I dengan nilai indeks 2,63 (kategori sedang), stasiun II dengan nilai indeks 2,52 (kategori sedang), dan stasiun III dengan nilai indeks 2,46 (kategori sedang).

Nilai indeks keanekaragaman jenis tidak jauh berbeda dan masih pada kategori indeks keanekaragaman yang sama (kategori sedang). Nilai tersebut menunjukan tidak adanya perbedaan yang signifikan pada setiap stasiun penelitian. Baik dari segi parameter lingkungan yang diamati pada saat penelitian tidak jauh berbeda untuk tiap stasiunnya. Komponen iklim yang paling berpengaruh terhadap populasi dan keanekaragaman Coleoptera adalah suhu dan kelembaban udara. Suhu pada saat penelitian yaitu berkisar 27ºC sampai 33ºC merupakan kisaran suhu optimum untuk serangga. Menurut Untung (2015:55) zona optimum berada pada kurang berkisar pada suhu 28ºC,

(11)

TESHA SUNDARI (AIC411024 | Pogram Studi pendidikan Biologi 10

pada kisaran suhu ini serangga memiliki aktifitas yang tinggi.

Jenis sayuran yang ditanam pada tiap-tiap stasiun penelitian pada umumnya sama yaitu sawi, bayam, cabai, kangkung, selada, seledri, terung, kacang panjang, dan jagung. Lebih lanjut Nelly dkk. (2015:250) beberapa faktor saling berkaitan untuk menentukan turun naiknya derajat keanekaragaman pertanaman sayuran adalah waktu, heterogenitas ruang, kompetisi, pemangsaan, kestabilan iklim, produktivitas. Nilai keanekaragaman pada stasiun I-IV termasuk dalam katagori sedang. Nilai yang tidak jauh berbeda pada setiap stasiun juga dilihat dariparameter lingkungan yang diamati meliputi intensitas cahaya, kelembaban, suhu udara dan kelembaban tanah.

Busnia (2006:9) mengatakan keanekaragaman jenis serangga sangat tinggi dan keberhasilan hidupnya juga baik, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor pendukung. Faktor-faktor tersebut adalah serangga memiliki ukuran tubuh yang kecil, memiliki sistem indra dan neuromotorik yang baik, mempunyai eksoskleton, daur hidup serangga pendek, mengalami metamorfosis, dan gaya adaptasi serta seleksi yang tinggi atau terjadi koevolusi dengan tumbuhan serta organisme lain.

Keanekaragaman suatu komunitas dapat bertambah atau berkurang dengan sejalan waktu. Sedangkan semakin heterogen keadan suatu lingkungan fisik maka semakin tinggi keberagamannya. Selain itu kompetisi juga dapat mempengaruhi keanekaragaman apabila terjadi pemangsaan yang bertujuan untuk mempertahankan komunitas populasi sehingga dapat menekan populasi lainnya. Kestabilan iklim juga mempengaruhi keanekaragaman karena makin stabil iklim akan lebih mendukung bagi berlangsungan hidup Coleoptera.

Menurut Alford (1994:35) bahwa penggunaan insektisida menjadi penyebab utama rendahnya keanekaragaman serangga predator pada suatu habitat

pertanian. Coleotera sebagai predator dari kelompok kumbang Carabidae dan Coccinellidae adalah kelompok yang sangat rentan terhadap zat-zat kimia pembasmi hama yang digunakan oleh petani.Hangay dan Sborowsky (2010:1) menambahkan pertanaman agrikultural merupakan penyebab serius penentu tingkat keberagaman karena sistem pertanaman yang menyebabkan habitat homogen dan sedikitnya tempat untuk menopang kehidupan serangga lainnya. Karena habitat alami selayaknya menciptakan kehidupan ekologi yang seimbang.

4.2.4 Parameter Lingkungan

Berdasarkan Tabel 4.7 Stasiun III memiliki suhu paling tinggi yaitu 34,3ºC dan stasiun 1 memiliki suhu paling rendah yaitu 27,1ºC. Dalam perkembangannya Coleoptera memiliki kisaran suhu tertentu dimana dia dapat hidup. Diluar kisaran suhu tersebut serangga akan mati kedinginan atau kepanasan. Sejalan dengan Efendi dkk (2016:68) pengaruh suhu ini jelas terlihat pada proses fisiologi serangga. Pada waktu tertentu aktivitas Coleoptera tinggi, akan tetapi pada suhu yang lain akan berkurang (menurun). Pada umumnya kisaran suhu yang efektif adalah suhu minimum15 ºC, suhu optimum 25 ºC dan suhu maksimum 45 ºC. Pada suhu optimum kemampuan serangga untuk memiliki keturunan besar dan kematian (mortalitas) sebelum batas umur akan sedikit. Coleoptera merupakan organisme yang bersifat poikilotermal sehingga suhu badannya banyak dipengaruhi dan mengikuti perubahan suhu udara. Suhu yang sangat tinggi mempunyai pengaruh langsung terhadap denaturasi atau merusak sifat protein yang mengakibatkan Coleoptera mati. Pada suhu rendah kematian terjadi karena terbentukknya kristal es dalam sel.

Stasiun dengan persentase kelembaban paling tinggi adalah stasiun 2 yaitu 74% dan stasiun dengan kelembaban

(12)

TESHA SUNDARI (AIC411024 | Pogram Studi pendidikan Biologi 11

paling rendah adalah stasiun I dan IV dengan nilai persentase kelembaban yang sama yaitu 69%. Kelembaban merupakan faktor penting yang mempengaruhi distribusi, kegiatan, dan perkembangan Coleoptera. Dalam kelembaban yang sesuai Coleoptera biasanya lebih tahan. Pada umumnya lebih tahan terhadap lebih banyak air (kelembaban tinggi). Ditambahkan oleh Khasanah (2011:197) Coleoptera seperti juga hewan yang lain, yaitu harus memperhatikan kandungan air dalam tubuhnya serta kelembaban habitatnya. Coleoptera akan mati bila kandungan airnya turun melewati batas toleransinya. Berkurangnya kandungan air tersebut berakibat kerdilnya pertumbuhan dan rendahnya laju metabolisme. Kandungan air dalam tubuh serangga bervariasi dengan jenis serangga, pada umumnya berkisar antara 50-90% dari berat tubuhnya. Pada serangga berkulit tubuh tebal kandungan airnya lebih rendah. Agar dapat mempertahankan hidupnya serangga harus selalu berusaha agar terdapat keseimbangan air yang tepat. Oleh karena itu, Coleoptera akan mencari tempat dengan kelembaban yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Stasiun II memiliki intensitas cahaya paling tinggi yaitu 6.700 Lux, dan stasiun IV memiliki intensitas cahaya paling rendah yaitu 2.140 Lux. Beberapa aktivitas Coleoptera dipengarui oleh responnya terhadap cahaya sehingga timbul jenis yang aktif pada pagi, siang, sore atau malam hari. Setiap jenis dari ordo Coleoptera membutuhkan intensitas cahaya yang berbeda untuk aktifitasnya. Menurut Yasin (2009:103) Intensitas cahaya matahari dapat mempengarui aktifitas dan distribusi lokalnya. Habitat serangga dewasa (imago) dan serangga pradewasa (larva dan pupa) ada yang sama dan ada yang berbeda. Pada ordo coleoptera, umumnya larva dan imago aktif makan pada habitat yang sama. Cahaya mempunyai peranan penting dalam pertumbuhan, perkembangannya dan daya tahan kehidupannya baik secara langsung

maupun tidak langsung. Cahaya mempengaruhi aktifitas Coleoptera dalam mendapatkan makanan dan tempat hidup yang lebih sesuai.

Stasiun 1, hingga stasiun 4 memiliki pH tanah yang berkisar 6-8. Kisaran pH tanah masih berada di kategori non ekstrem. Coleoptera maupun tanaman sayuran masih dapat tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa terpengaruh langsung dengan angka derajat keasaman tanah tersebut. Ditambahkan oleh Santoso (2013:6) pH tanah memberikan pengaruh kesuburan terhadap tanaman yang ada di atasnya. Tanah dengah derajat keasaman sesuai akan mampu mendukung ketersediaan makanan bagi Coleoptera. Makanan merupakan sumber gizi yang dipergunakan oleh Coleoptera untuk hidup dan berkembang biak. Jika makanan tersedia dengan kualitas yang cocok, maka populasi akan naik cepat. Sebaliknya jika keadaan makanan kurang maka populasi Coleoptera juga akan menurun.

KESIMPULAN

Jenis Coleoptera yang ditemukan adalah sebanyak 26 jenis yang termasuk dalam 20 genus dan 6 famili. Selanjutnya, untuk nilai indeks keanekaragaman jenis dari ordo Coleoptera pada pertanaman sayuran di kecamatan Jambi Selatan Kota Jambi termasuk ke dalam kategori sedang. Stasiun I (Kelurahan Eka Jaya) dengan nilai indeks 2.63, Stasiun II (Talang Bakung) dengan nilai indeks 2.52, Stasiun III (Jambi Selatan) dengan nilai indeks 2.46 dan Stasiun IV (Pal Merah) dengan nilai indeks 2,66.

SARAN

1)Hasil dari data keanekaragaman jenis Coleoptera ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan salah satu materi penuntun praktikum dalam mata kuliah Entomologi. 2) Dari penelitian ini disarankan dapat dilakukan penelitian lebih lanjut tentang Coleoptera

(13)

TESHA SUNDARI (AIC411024 | Pogram Studi pendidikan Biologi 12

yang merupakan predator hama pada pertanaman sayuran.

DAFTAR PUSTAKA

Alford, D. 1994. Agricultural Entomology. Cambridge: Formerly Senior Advisry Entomologist and Head of the Entomology Department.

Anamo, Z., dan Baraki, N. 2008. Medical Entomology. Ethiopia: Haramaya University.

Amir, M. 2002. Kumbang Lembing

Pemangsa Coccinellidae

(Coccinellinae) di Indonesia. Bogor: Puslit Biologi LIPI.

Busnia, M., 2006. Entomologi. Padang: Andalas University Press.

Efendi, S., Yaherwandi, Nelly N. 2016.

Analisis Keanekaragaman

Coccinellidae Predator dan Kutu Daun (Aphididae spp) pada Ekosistem Pertanaman Cabai. Jurnal Bibiet. 1 (2):67-80.

Falahudin, I., Pane, E.R., Mawar, E. 2015. Identifikasi Serangga Ordo Coleoptera pada Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L) di Desa Tirta Mulya Kecamatan Makarti Jaya Kabupaten Banyuasin II. Jurnal Biota. 1(1):9-15.

Gullan dan Cranston. 2010. The Insect Third Edition. USA: Blackwell.

Hadi, M., Tarwotjo, U., dan Rahadian, R.

2009. Biologi Insekta

(Entomologi). Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hangay, G., dan Sborowski, P. 2010. A Guide to the Beeteles of Australia. Australia: Csiro Publishing.

Khasanah, N. 2011. Struktur Komunitas Arthropoda pada Ekosistem Cabai Tanpa Perlakuan Insektisida. Jurnal Media Litbang Sulteng. ISSN : 1979-5971.

Magguran, A. E. 2004. Measuring Biological Diversity. USA: Blackwell Publishing

McGavin , G. 2007. Expedition Field Techniques Insects and Other Terrestrial

Arthropods. London: Royal Geographical Society.

Nino, A., dan Cave., R.D. 2005. Suitability of Microtheca

ochroloma (Coleoptera:

Chrysomelidae) for the Development of the Predator Chrysoperlarufilabris

(Neuroptera:Chrysopidae). Environ entomol.44 (4):1220.

Pradhana, R.A.I., Mudjiono, G., dan

Karindah, S. 2014.

Keanekaragaman Serangga dan Laba-laba pada Pertanaman Padi Organik dan Konvensional. Jurnal Pro Sem Nas Masy Biodiv Indon

.

2 (2):3238-4336.

Riyanto, Herlinda, S., Irsan, C., dan Umayah, A. 2011. Kelimpahan dan Keanekaragaman Spesies Serangga Predator dan Parasitoid Aphis gossypii di Sumatra Selatan. Jurnal HTP Tropika. 11(1):57-68

Rizali, A., Buchori. D., dan Triwidodo. H. 2004. Keanekaragaman Serangga pada Lahan Persawahan Tepian Hutan: Indikator Untuk Kesehatan. Jurnal hayati. 9 (2): 41-42.

Ruslan, H. 2009. Komposisi dan

Keanekaragaman Serangga

Permukaan Tanah pada Habitat Hutan Homogen dan Heterogen di Pusat Pendidikan Konservasi Alam (PPKA) Bodogol, Sukabumi, Jawa Barat. Vis vitalis. 2 (1):2-5.

Untung, K. 2015. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta: UGM.

Yasin, M. 2009. Kemampuan Akses Makan Serangga Hama Kumbang Bubuk dan Faktor Fisikokimia yang Mempengaruhinya. Jakarta: Balai Penelitian Tanaman Serealia.

(14)

Gambar

Gambar 3.1 Rancangan lokasi pengamatan   Keterangan gambar:
Tabel 4.5 Kelimpahan Jenis dari Coleoptera
Tabel  4.5  merupakan  hasil  analisis  data kelimpahan jenis dari Coleoptera pada  pertanaman  sayuran  dengan  kelimpahan  jenis  tertinggi  adalah  Epilachna  sp  (19,89%)  dengan  jumlah  total  individu  919
Tabel 4.7 Parameter lingkungan

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Nonspeech Oral Motor Exercise: Active Muscle Exercise terhadap Kemampuan Komunikasi Pasien Stroke dengan Dysarthria di Wilayah Kerja Puskesmas Sumbersari

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA INDIVIDUAL DENGAN SELF ESTEEM DAN SELF EFFICACY SEBAGAI VAIABEL INTERVENING PADA KARYAWAN

Dari analisis ini dapat mengetahui dan mengoptimalkan persediaan barang pada warung affan dengan metode Mamdani pada bulan januari 2020 mendapatkan keakuratan data

Berdasarkan uji coba yang dilakukan dengan mengimplementasikan Fuzzy TOPSIS pada aplikasi penentuan skala prioritas peningkatan mutu layanan Rumah Singgah UIN Maulana

baik, hanya pada hari ke-1 kondisi badan pasien masih lemas dan nafsu baik, hanya pada hari ke-1 kondisi badan pasien masih lemas dan nafsu makan agak kurang sehingga asupan hari

Hasil penelitian dari hasil pengolahan atau perhitungan kuisioner pada Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong dengan

Daerah (Perda) dalam konsideran yang tercantum penulis melihat salah satu cara / strategi pemerintah dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sektor

Teknik pengumpulan data yang akan peneliti gunakan adalah Dalam penelitian tindakan kelas ini data yang hendak dikumpulkan antara lain: (1) Lembar observasi guru data ini