• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keberadaan kartun politik (political cartoon) sebagai salah satu bentuk karya seni rupa memiliki relasi dengan situasi sosial dan politik yang berkembang di tengah masyarakat. Kartun politik merupakan karya yang mengungkapkan opini dari seorang kartunis terhadap suatu peristiwa politik yang tengah terjadi. Peristiwa-peristiwa politik yang kerap kali menjadi tema dalam kartun politik diantaranya adalah tindakan yang dilakukan dan kebijakan yang diambil pemerintah dalam memecahkan permasalahan negara, figur-figur yang berhubungan dengan suatu isu politik dan sikap masyarakat dalam kehidupan berpolitik. Apabila kartunis tersebut dipekerjakan oleh sebuah media massa, maka opini yang disampaikan dapat dikatakan sebagai opini dari media massa tersebut. Kartun politik yang mewakili pandangan sebuah media massa disebut juga kartun editorial.

Media massa dapat dikatakan sebagai wahana utama sosialisasi karya-karya kartun politik. Walaupun demikian, ruang galeri tetap menjadi pilihan bagi sebagian kartunis agar karya-karyanya dapat dinikmati dan diapresiasi oleh masyarakat luas. Keeratan hubungan antara seni kartun dengan media massa cetak dilihat sebagai peluang besar untuk berkembang seperti diuraikan Mikke Susanto dalam (2003: 105), bahwa kartun-sebagai sebuah karya seni yang berkolaborasi dengan media massa- memiliki peluang dan fungsi efektif untuk memaparkan sebuah opini, kritik dan sikap politik

Dalam hubungannya dengan media massa, posisi kartunis dapat dibedakan menjadi dua kelompok. Pertama, kartunis yang direkrut oleh media massa sebagai kartunis yang mengisi secara rutin kolom kartun editorial dan yang kedua, kartunis yang tidak terikat oleh media massa. Pada kategori yang pertama, kartunis akan mengikuti berbagai kebijakan redaksi dalam menanggapi sebuah peristiwa. Proses berkaryanya pun dipengaruhi oleh sistem kerja dan kebijakan

(2)

yang berlaku di suatu media massa. Gagasan yang muncul dari kartunis baik secara tema maupun visualiasasi melampaui pembicaraan yang melibatkan redaksi agar sesuai dengan visi dan perspektif pemikiran media massa dalam menanggapi suatu peristiwa politik. Karya-karya dari kartunis yang berada dalam posisi yang demikian menjadi corong bagi media massa. Kelompok yang kedua adalah kartunis yang tidak terikat dengan media massa. Bagi kartunis yang berada dalam kelompok ini, kebebasan dalam mengekspresikan gagasan dan pemilihan tema relatif lebih leluasa. Walaupun demikian, pada akhirnya tetap menghadapi rambu-rambu yang ditetapkan oleh redaksi untuk menghindari perbedaan visi yang terlalu jauh.

Dalam sebuah karya kartun, penyampaian opini mengenai suatu permasalahan yang dapat dipahami oleh masyarakat menjadi tujuan utama. Penyampaian opini ini pada umumnya dilakukan dengan mengemasnya dalam suasana humor, satir dan penuh sindiran dan tidak lepas dari penggunaan bahasa-bahasa visual yang metaforis. Tampilan visual yang dilebih-lebihkan (hiperbolis) menjadi strategi agar mampu menarik perhatian dan memunculkan tanggapan serta apresiasi dari pembaca. Kekuatan visual menjadi tumpuan dalam upaya menyampaikan pesan sehingga dengan meminimalkan atau menghilangkan sama sekali penjelasan verbal, pesan tetap dapat dipahami oleh pembaca.

Dilihat dari materi, terdapat dua kategori karya kartun. Pertama, kartun politik yang materinya berhubungan dengan isu atau peristiwa politik. Kedua, gag cartoon, yang materinya berisi lelucon-lelucon tentang perilaku manusia sehari-hari atau suasana yang menggelitik. Karya-karya gag cartoon tidak bertendensi untuk mengkritik, tetapi lebih mengolah pembelokan logika dari suatu realitas sehingga menimbulkan kelucuan.

Konsep penyajian karya kartun ini umumnya terbagi menjadi dua cara. Pertama dengan mengemas suatu adegan dalam panel tunggal. Kedua dengan menciptakan beberapa panel sehingga memunculkan adegan-adengan yang berurutan. Cara

(3)

yang demikian serupa dengan karya komik strip, tetapi dengan penuntasan satu cerita dalam satu karya.

Gbr. I.1. Kartun dengan hiperbolisme visual yang dimuat pada katalog 10 Eme Salon International du Dessin d`Humour (1991) karya Jacquemin. Pada karya kartun ini tidak tampak teks verbal. Tetapi pesan yang ingin disampaikan cukup

mudah dipahami

Bagi sejumlah media massa cetak, keberadaan kartun terutama jenis kartun politik memegang peranan penting, Kartun politik ditempatkan sebagai media untuk menyampaikan isu tertentu dengan bahasa rupa. Penggunaan bahasa visual menimbulkan dampak yang berbeda dengan bahasa verbal-tulisan. Bahasa visual, menciptakan peluang untuk menyampaikan pesan atau informasi secara metafora yang memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi pembaca untuk melakukan penafsiran. Dengan potensi yang dimiliki oleh kartun politik, maka beberapa media massa cetak di Indonesia secara konsisten memberikan ruang khusus. Tema kartun politik pada suatu edisi penerbitan kerap kali disesuaikan dengan peristiwa politik yang tengah terjadi dengan sudut pandang yang mewakili sikap dari media massa cetak. Karya editorial ini bahkan ditetapkan sebagai identitas bagi media

(4)

massa yang menerbitkannya. Sejalan dengan pentingnya posisi karya kartun editorial di media massa cetak, maka peran seorang kartunis tidak bisa lagi diabaikan. Di Indonesia, beberapa kartunis yang masih aktif berkarya diantaranya adalah GM Sudharta (Kompas), T. Sutanto dan Didin Basoeni (Pikiran Rakyat), Najib (Rakyat Merdeka), Pramono R. Pramoedjo (Sinar Harapan, Suara Pembaruan) dan sebagainya.

Gbr. I.2. Kartun politik karya GM Sudharta yang dimuat di HU Kompas dengan isu dugaan adanya provakator pada berbagai

peristiwa kerusuhan di Indonesia.

Aktivitas mengapresiasi sebuah karya kartun politik pada dasarnya akan bermuara pada pencarian makna-makna yang tersirat. Pengamatan terhadap aspek unsur visual penting dilakukan tetapi penelaahan kandungan makna menjadi sesuatu yang jauh lebih penting. Karya kartun politik yang dalam penyajian visualnya terkesan sederhana tidak bisa langsung dikatakan sebagai karya yang tidak bermutu dan kehilangan bobot kualitasnya. Demikian pula sebaliknya, karya yang digarap dengan pendekatan visualisasi yang komplek dengan memaksimalkan unsur-unsur visual sehingga memunculkan “keindahan” visual, tidak secara langsung dapat dikategorikan sebagai karya yang berbobot. Harus dicermati, terjadinya kemungkinan kegagalan komunikasi karena perhatian pembaca lebih

(5)

terfokus pada tampilan fisik. Aspek unsur visual hanya menjadi jembatan dalam penyampaian suatu pesan. Dan dibalik pesan-pesan tersebut terdapat rangkaian makna yang merefleksikan kondisi sosial, cara pandang dan semangat jaman dari masyarakat pada saat karya ini diciptakan. Upaya untuk memahami makna yang terkandung dalam karya kartun politik, dapat dimulai dengan memeriksa kehadiran setiap gambar. Dengan didahului menumbuhkan keyakinan bahwa gambar-gambar tersebut adalah medium dari suatu kehadiran makna maka kita akan secara leluasa dapat melakukan proses interpretasi. Dan pada akhirnya, kita dapat menemukan makna yang tersirat.

Salah satu kartunis yang telah lama berkarya adalah Pramono R. Pramoedjo. Dengan rentang proses kreatif yang panjang selama hampir empat puluh tahun (tercatat mulai tahun 1968), Pramono telah mampu menunjukkan identitas dirinya sebagai kartunis yang kaya dengan gagasan dan konsisten dengan pilihan profesinya. Beberapa penghargaan penting yang diperoleh dari festival-festival kartun internasional menunjukkan pengakuan dunia terhadap karyanya. Kartun karya Pramono dikategorikan sebagai kartun politik karena karya-karyanya mengkritisi peristiwa-peristiwa sosial politik baik yang terjadi didalam negeri maupun luar negeri. Lulusan ASRI Yogyakarta ini, sampai sekarang masih aktif berkarya. Karya-karya Pramono merupakan interpretasi dari berbagai peristiwa sosial politik yang terjadi di lima periode pemerintahan negara Indonesia yaitu Pemerintahan Soeharto, Pemerintahan BJ Habibie, Pemerintahan Abdurahman Wahid, Pemerintahan Megawati Soekarnopoetri dan Pemerintahan Soesilo Bambang Yudhoyono. Selama proses berkarya, Pramono berhadapan dengan berbagai dinamika sosial dan politik masyarakat Indonesia.

Pramono mempublikasikan karya-karyanya melalui HU Sinar Harapan, HU Suara Pembaruan. Tercatat ontologi pertama Pramono yang memuat karya-karya dari tahun 1970-1980 diterbitkan tahun 1981 dan antologi kedua diterbitkan tahun 1996 memuat karya-karya dari tahun 1990-1995. Dengan rentang waktu proses kreatif yang cukup panjang serta kualitas dari karya yang sudah mendapat

(6)

pengakuan di tingkat internasional, maka sosok Pramono sebagai seorang kartunis dan keberadaan karya-karyanya penting untuk diteliti. Nilai penting dari penelitian terhadap karya-karya Pramono adalah mengetahui makna yang tersirat dalam karya dengan melihat keterkaitannya dengan situasi politik dan sosial yang tengah terjadi.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam sebuah karya kartun politik tidak hanya tersaji gambar-gambar yang mengomentari secara kritis sebuah peristiwa. Kartun politik merepresentasikan pandangan dari kartunis yang berpijak dari nilai-nilai atau falsafah hidup yang diyakininya. Dengan demikian, penelitian ini akan mengungkapkan makna yang terdapat pada karya kartun politik Pramono R. Pramoedjo yang dimuat di HU Sinar Harapan antara tahun 1980-1986 dengan mempertimbangkan konteks situasi politik Indonesia pada masa itu.

1.3 Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada kajian tentang makna yang terkandung dalam konfigurasi gambar-gambar yang muncul pada karya Pramono R. Pramoedjo. Objek penelitian dibatasi pada karya-karya Pramono R. Pramoedjo. yang dihasilkan pada periode 1980 – 1986 dan diterbitkan oleh HU Sinar Harapan. Dipilihnya kurun waktu tersebut dilatarbelakangi atas pertimbangan:

 Pada tahun 80-an, kondisi politik di Indonesia sering kali digambarkan sebagai periode yang secara politik stabil. Slogan stabilitas nasional pada periode ini sering kali dikemukakan untuk mendukung proses pembangunan nasional. Dengan memilih periode ini diharapkan, melalui kartun-kartun karya Pramono diketahui opini dari masyarakat terhadap kebijakan yang diambil pemerintah dan perilaku pejabat pemerintah. Jadi dengan memilih periode ini dapat diketahui dinamika politik seperti apa yang terjadi dibalik suasana yang dianggap stabil.

 Tahun 1986 merupakan saat HU Sinar Harapan mengalami pelarangan terbit karena dianggap melakukan pelanggaran pemberitaan dengan mendahului

(7)

pembahasan mengenai laporan kebijakan ekonomi Presiden Soeharto. Pelanggaran ini dianggap sangat berat sehingga izin penerbitan dicabut.

Karya Pramono yang menjadi sampel penelitian berjumlah delapan karya. Ke delapan karya ini mewakili berbagai bidang yang memiliki nuansa politik diantaranya kebijakan ekonomi, penegakkan hukum, lembaga pemerintah dan bidang media massa.

1.4 Tujuan Penelitian

a. Mengetahui makna yang terdapat pada karya kartun politik Pramono R. Pramoedjo.

b. Mengetahui pengaruh dari situasi politik terhadap proses berkarya Pramono serta tampilan visual.

1.5 Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi penting terhadap kajian kartun politik khususnya mengenai aspek makna pada karya kartun politik sehingga hasil dari penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan untuk penelitian selanjutnya.

b. Penelitian ini diharapkan dapat melengkapi pemetaan karya. kartun politik yang dikaitkan dengan kebijakan politik pemerintahan Orde Baru berikut pola-pola visual yang tampak.

1.6 Metode Penelitian

Sifat dari penelitian ini diletakan dengan pendekatan penelitian kualitatif karena proses penelitian akan banyak melakukan telaahan yang sifatnya interpretasi terhadap karya Pramono R. Pramoedjo. Deddy Mulyana dalam Metodologi Penelitian Kualitatif (2003: 147) menguraikan tujuan dari penelitian kualitatif adalah menangani hal-hal bersifat khusus, bukan hanya perilaku terbuka, tetapi juga proses yag tak terucapkan, dengan sampel kecil/purposif; memahami peristiwa yang punya makna historis; menekankan perbedaan individu;

(8)

mengembangkan hipotesis (teori) yang terikat oleh konteks dan waktu; membuat penilaian etis/estetis atas fenomena yang spesifik.

Untuk mengetahui pola visual dan makna yang terdapat pada kartun politik karya Pramono, maka pendekatan yang dipilih untuk penelitian ini adalah pendekatan ikonografi. Model pendekatan ikonografi menurut Adams (1996:36), “The iconographic approach to works of art primarily considers the meaning of subject matter.”

Karena penelitian ini menitikberatkan pada penelaahan makna maka metode yang digunakan adalah analisis ikonografi dan ikonologi. Erwin Panofsky menjelaskan, ikonografi merupakan kajian yang memperhatikan konfigurasi dari gambar pada suatu karya untuk mengetahui makna yang tersembunyi (hidden meaning). Pada kajian ini kondisi kreator menjadi penting untuk dibicarakan karena situasi sosial maupun kondisi psikologis dari kreator berpengaruh pada pengambilan keputusan dalam memunculkan suatu gambar visual. Walaupun demikian, aspek formal yang membahas kualitas visual tetap dikaji secara mendalam. Sehingga penelitian ini diharapkan menghasilkan suatu studi yang komprehensif yang melihat keterkaitan antara pola visual dan makna yang terkandung dalam sebuah karya.

Tahap-tahap penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

 Penelitian diawali dengan melakukan pendataan menyeluruh terhadap karya-karya Pramono yang dimuat di HU Sinar Harapan pada periode tahun 1980-1986.

 Melakukan kategorisasi dan pengambilan sampel karya yang akan diteliti dengan mempertimbangkan tema karya.

 Melakukan deskripsi gambar visual dan unsur visual yang tampak pada karya yang diteliti. Tahap ini disebut pra-ikonografi.

 Melakukan analisis terhadap gambar-gambar visual. Analisis dilakukan dengan merujuk pada literatur dan fakta-fakta visual sebagai pembanding. Karena kajian ikonografi memperhatikan aspek faktual dan ekspresional yang

(9)

muncul pada gambar visual maka literatur rujukan yang digunakan adalah literatur yang membahas tentang unsur-unsur visual dan bahasa nonverbal yang menguraikan tentang pesan kinesik (meliputi pesan fasial, gestural dan postural) dan pesan artifaktual. Pada tahap ini konteks sosial dan fakta peristiwa menjadi hal penting yang dipertimbangkan. Tahap ini disebut analisis ikonografi.

 Melakukan interpretasi dengan melihat hubungan makna antara gambar-gambar yang muncul pada karya. Uraian dari kartunis menjadi rujukan untuk memperoleh gambaran mengenai alasan-alasan pemunculan suatu gambar visual dan mengetahui latar belakang sosial yang disorot pada suatu karya. Tahap ini disebut interpretasi ikonologi.

1.7 Kerangka Penelitian Faktor Internal (Karakteristik pribadi, latar belakang budaya, pengalaman berkarya dan pandangan hidup) Faktor Eksternal (Kondisi sosial & politik masyarakat Indonesia,

kebijakan redaksi Sinar Harapan) Kartun Politik karya

Pramono

Deskripsi pra-ikonografi

Analisa ikonografi

Interpretasi Ikonologi

Makna Kartun Politik Karya Pramono

Pendekatan Ikonografi

(10)

1.8 Teknik Pengumpulan Data

Data-data untuk kepentingan penelitian ini diperoleh dengan beberapa teknik yaitu:

 Observasi ke institusi yang menyimpan dokumentasi surat kabar Sinar Harapan periode 1980-1986. Tujuannya untuk memperoleh karya kartun yang akan diteliti dan data tentang berita yang mendukung karya. Institusi yang dikunjungi adalah Perpustakaan Nasional Jakarta dan Pusat Dokumentasi HU Suara Pembaruan.

 Wawancara kepada Pramono R. Pramoedjo untuk memperoleh penjelasan mengenai pandangan hidup, prinsip-prinsip berkarya dan karya.

 Studi literatur yang berhubungan dengan kajian tentang ikonografi dan ikonologi, kartun, politik dan Orde Baru.

1.9 Sistematika Penulisan

Penulisan penelitian ini terbagi menjadi lima bab, yaitu:

Bab I : pada bab ini diuraikan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, kerangka penelitian, teknik pengumpulan data. Bab II : pada bab ini dijelaskan pengertian tentang politik, pers dan kartun

politik. Juga dijelaskan tentang makna yang dalam penelitian akan dikaji melalui pendekatan ikonografi dan ikonologi.

Bab III : pada bab ini diuraikan faktor-faktor internal yang mempengaruhi karya seperti latar belakang keluarga, pendidikan, budaya, pandangan hidup serta pengalaman-pengalaman profesional. Dijelaskan pula tentang Pemerintahan Indonesia pada masa Orde Baru dan keberadaan HU Sinar Harapan.

Bab IV : pada bab ini diuraikan makna kartun politik karya-karya Pramono. Pembahasan dilakukan melalui tahap-tahap pra-ikonografi, analisa ikonografi dan interpretasi ikonologi.

Referensi

Dokumen terkait

Gaji atau upah yang diberikan kepada karyawan dan karyawati setiap akhir periode tertentu (umumnya setiap akhir bulan), merupakan salah satu bentuk

Sumber tenaga yang digunakan oleh mobil listrik tidak berasal dari bahan bakar minyak (BBM) namun berasal dari baterai, oleh karena itu mobil listrik bisa dikatakan sebagai

1. Adanya perasaan senang terhadap belajar. Adanya keinginan yang tinggi terhadap penguasaan dan keterlibatan dengan kegiatan belajar. Adanya perasaan tertarik yang

Jika sumber air laut relatif keruh dan banyak mengandung partikel lumpur, maka air laut di sedimentasikan dalam bak pengendapan, selanjutnya bagian permukaan air yang relatif jernih

Pada saat biji gandum melewati alat ini, biji gandum dipisahkan antara separation round grain (biji bulat) dan separation long grain (biji panjang). Hal ini dilakukan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui adakah hubungan antara status sosial dengan hasil belajar siswa kelas V, (2)

NTN pada bulan Juli 2014 mengalami kenaikan indeks sebesar 1,05 persen yang disebabkan karena laju kenaikan indeks harga yang diterima petani yang sebesar 1,83 persen,

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja