PENGARUH JENIS AUKSIN DAN BOBOT SUCKER
TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT SAGU
DI PERSEMAIAN RAKIT
S . A M A R I L L I S , N . K H U M A I D A , M . H . B I N T O R O D J O E F R I E
Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
• Overview: Pendahuluan
• 1: Metode
• 2: Hasil Penelitian
• 3: Kesimpulan
D E PA R T E M E N A G R O N O M I D A N H O R T I K U LT U R A , F A K U LTA S P E R TA N I A N I P B
PENDAHULUAN
Potensi tanaman sagu memang sangat
menjanjikan bagi masa mendatang, tidak hanya
dalam mengatasi permasalahan pangan tetapi
juga kelangkaan energi, serat, dan pakan.
Perbanyakan bibit sagu menggunakan bobot
sucker 2-5 kg. Penggunaan bobot sucker yang lebih kecil diharapkan dapat meningkatkan
ketersediaan bibit sagu untuk pengembangan sagu skala luas.
Pengembangan secara nasional membutuhkan
ketersediaan bibit sagu dalam jumlah yang
banyak. Generatif >< Vegetatif
75%
Sagu Dunia
D E P A R T E M E N A G R O N O M I D A N H O R T I K U L T U R A , F A K U L T A S P E R T A N I A N I P B
PERMASALAHAN
Luasan hutan sagu di Indonesia sekitar 5,2 juta ha.
Dari luasan tersebut jika kita membutuhkan sekitar 25% saja untuk
replanting, berarti Indonesia membutuhkan 1,25 juta ha sucker sagu.
Pengembangan produksi sagu secara nasional juga didukung oleh
kontinuitas produksi, dan itu juga dapat diperoleh dari keberlanjutan
pertanaman sagu yang didukung oleh teknik budidaya persiapan
pembibitan yang baik.
Berbagai penelitian pembibitan sagu sudah banyak dilakukan. Inovasi
teknologi pembibitan dibutuhkan untuk mengatasi masih rendahnya
ketersediaan bibit sagu.
TUJUAN PENELITIAN
• memperoleh kombinasi jenis zat pengatur tumbuh (ZPT)
dengan bobot sucker yang terbaik untuk pertumbuhan bibit
sagu, menginduksi perakaran, serta meningkatkan persentase
bibit hidup.
D E P A R T E M E N A G R O N O M I D A N H O R T I K U L T U R A , F A K U L T A S P E R T A N I A N I P B
TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian persemaian sucker sagu di
persemaian rakit dilaksanakan mulai Juli
2012 sampai dengan Maret 2013,
di Desa Cikarawang Kecamatan Dramaga,
Kabupaten Bogor
Aksesi Dramaga
Tidak Berduri
D E P A R T E M E N A G R O N O M I D A N H O R T I K U L T U R A , F A K U L T A S P E R T A N I A N I P B D E P A R T E M E N A G R O N O M I D A N H O R T I K U L T U R A , F A K U L T A S P E R T A N I A N I P B
BAHAN DAN METODE
Faktor Utama, tiga macam bobot sucker yaitu
500-999 g,
1000-1499 g,
1500-2000 g
Faktor kedua, jenis auksin yang digunakan dalam penelitian :
IBA (indole-3-Butyric Acid),
NAA (α-Naphthalene Acetic Acid),
Auksin komersial (Naftalenasetamida
0.20%, 2-metil-1-naftalen asetat 0.03%,
Idol-3-butirat 0.06%, dan Thiram
4.00%).
Animation: Right-click, and click Play.K IAA IBA AK
D E P A R T E M E N A G R O N O M I D A N H O R T I K U L T U R A , F A K U L T A S P E R T A N I A N I P B
SEMILOKA NASIONAL 2016 :
SAGU
Percobaan tersebut terdiri atas 4 ulangan dengan 5 tanaman contoh untuk setiap ulangan. Dengan demikian, keseluruhan kombinasi percobaan pada persemaian rakit berjumlah 240 satuan percobaan
METODE PELAKSANA
Pestisida yang digunakan yaitu
fungisida (bahan aktif: benomyl), bakterisida (2 gL-1).
Perendaman dalam pestisida selama 30 menit dan dalam larutan penginisiasi perakaran (auksin) 7.4 mM.
Sucker diletakkan di atas rakit bambu yang diletakkan di atas kolam yang diberi paranet 55%.
Pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman dilakukan setiap bulannya.
PENGAMATAN
Jenis Auksin
Bobot Sucker (g)
500-999
1000-1499
1500-2000
0 mM
1.31e
4.58abc
4.86abc
7.40 mM IBA
3.76abcde
5.11ab
2.41bcde
7.40 mM NAA
1.94cde
3.63abcde
4.28abcd
7.40 mM AK
5.52a
1.50de
4.25abcd
Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5% menurut uji DMRT
P R E S E T A N D C U S T O M A N I M A T I O N
Interaksi jenis auksin dan bobot sucker terhadap akar terpanjang bibit sagu (Metroxylon spp.) pada 4 BSS di persemaian rakit
Perlakuan auksin diharapkan mampu menginduksi perakaran bibit sagu lebih banyak dibandingkan kontrol. Kombinasi bobot sucker 500-999 g dengan kontrol menghasilkan akar terpendek dibandingkan dengan perlakuan auksin komersial pada bobot sucker yang sama. Aplikasi auksin komersial lebih efektif digunakan pada bobot sucker 500-999 g untuk merangsang pemanjangan akar
PENGARUH PERLAKUAN JENIS AUKSIN TERHADAP PEUBAH TINGGI RACHIS KE-1,
Jenis Auksin Umur Bibit (BSS)
1 2 3 4
Tinggi Rachis ke 1 (cm)
0 mM 15.49a 30.72a 45.68a 64.31a
7.40 mM IBA 6.15b 17.86b 30.45b 54.42ab
7.40 mM NAA 2.35b 13.44b 25.73b 35.05b
7.40 mM AK 13.38a 32.83a 45.39a 65.77a
D E PA R T E M E N A G R O N O M I D A N H O R T I K U LT U R A , F A K U LTA S P E R TA N I A N I P B Salisbury dan Ross (1985) menyatakan bahwa tanaman yang memiliki karakteristik fotosintetik C3 tidak mungkin menunjukkan fotosintetik
optimum pada suhu di atas 300 C seperti halnya tanaman C4 yang
KERAGAAN TANAMAN SAGU
PENGARUH BOBOT SUCKER – TINGGI RACHIS KE-2
Bobot Sucker (g) Umur Bibit (BSS) 1 2 3 4 Tinggi Rachis ke 1 (cm) 500-999 5.46b 17.95b 29.02b 43.49b1000-1499 10.85ab 23.81ab 33.81b 52.30ab
1500-2000 11.96a 29.39ab 47.61a 68.87a
0 mM Kontrol 7.04 mM AK
7.04 mM NAA 7.04 mM IBA
HASIL DAN PEMBAHASAN
The Slide Design task
pane
Bobot Sucker (g)
% Bibit berakar Rataan Tanaman
Hidup (%)
Akar Primer Akar Nafas
500-999 18.75 75.00 32
1000-1499 21.15 80.77 52
1500-2000 34.62 76.92 52
Rata-rata 24.84 77.56 34.00
Sd 8.55 2.94 6.03
Pengaruh bobot sucker terhadap persentase bibit berakar dan rataan tanaman hidup pada 4 BSS di persemaian rakit
Hodel dan Pittenger (2003) Kemampuan berakar berkorelasi positif terhadap kandungan karbohidrat dan berkorelasi negatif dengan kandungan inhibitor akar. Offshoot yang lebih besar memiliki kandungan karbohidrat yang lebih banyak dan bahan kandungan inhibitor akar yang lebih kecil.
Induksi dan Pertumbuhan Akar
HASIL DAN PEMBAHASAN
The Slide Design task
pane
Bobot Sucker (g) Jumlah Akar Primer Jumlah Akar Nafas Akar Terpanjang (cm) 500-999 0.28a 4.55b 3.13a1000-1499 0.29a 6.62ab 3.70a
1500-2000 0.78a 8.38a 3.95a Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom perlakuan yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 5% menurut uji DMRT
Pengaruh perlakuan bobot sucker terhadap jumlah akar primer, jumlah akar nafas dan akar terpanjang pada 4 BSS
Keragaan perakaran bibit sagu
Induksi dan Pertumbuhan Akar
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Select No Animation to remove
the scheme from thumbnails
you've selected.
2. Click Apply to All Slides to
remove the scheme from all
slides.
The No Animation
command
Karakter Bobot Sucker (g)
500-999 1000-1499 1500-2000
Jumlah Anak Daun 24 38 23-44
Diameter Rachis (cm) 0.8 1.5 3.0
Lebar Anak Daun (cm) 1.0 1.2 1.5
Warna Daun Muda Merah, Hijau Merah, Hijau Merah, Hijau
Warna Daun Tua Hijau Tua
mengkilap Hijau Tua mengkilap Hijau Tua mengkilap Tinggi Rachis (cm) 60 105 150
Keragaan bibit sagu di persemaian polibag pada 7 BSS
Keragaan Bibit Sagu
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaan bibit sagu siap: transplanting pada 7 BSS
(a) 500-999 g, (b) (b) 1000-1499 g,
(c) (c) 1500-2000 g
Keragaan Bibit Sagu
KESIMPULAN
Perlakuan bobot sucker menghasilkan tinggi rachis ke-1 dan jumlah daun rachis ke-1 yang signifikan lebih tinggi pada bobot sucker 1500-2000 g dibandingkan dengan bobot 500-999 g di persemaian rakit.
Pada 4 BSS, peubah tinggi rachis ke-2, tinggi rachis ke-3, jumlah anak daun rachis ke-2, dan jumlah anak daun rachis ke-3 Aplikasi bobot sucker dan jenis auksin
Jenis auksin ternyata tidak memberikan hasil yang berbeda pada peubah jumlah akar primer, jumlah akar nafas, dan panjang akar terpanjang. Persentase bibit hidup rata-rata di akhir pengamatan sekitar 65% untuk kedua bobot sucker 1000-1499 g dan 1500-2000 g, sedangkan bobot sucker 500-999 g menghasilkan persentase bibit hidup yang lebih rendah yaitu 45%.