JURNAL
SELF HEALING CAPABILITY BETON
DENGAN PERSENTASE FLY ASH 0%, 20%, 25%, 30%, 35%, 45% DAN
55% SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN DITINJAU DARI
WORKABILITY, KUAT TEKAN DAN PERMEABILITAS
Oleh:
DWI BEAUTY RATNAWURI HANAFI
K1509014
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
SELF HEALING CAPABILITY BETON DENGAN PERSENTASE FLY ASH 0%, 20%,
25%, 30%, 35%, 45% DAN 55% SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN SEMEN DITINJAU DARI WORKABILITY, KUAT TEKAN DAN PERMEABILITAS
Dwi Beauty Ratnawuri Hanafi1), Rima Sri Agustin2), Eko Supri Murtiono3)
Abstrak: Tujuan penelitian ini: (1). Untuk mengetahui pengaruh Self Healing Capability
dengan fly ash sebagai pengganti sebagian semen terhadap workability beton. (2). Untuk mengetahui pengaruh Self Healing Capability dengan fly ash sebagai pengganti sebagian semen terhadap kuat tekan beton. (3). Untuk mengetahui pengaruh Self Healing Capability dengan fly
ash sebagai pengganti sebagian semen terhadap permeabilitas beton. (4). Untuk mengetahui
nilai optimal Self Healing Capability dengan fly ash sebagai pengganti sebagian semen terhadap
workability, kuat tekan dan permeabilitas. Hasil penelitian ini adalah (1). Untuk melihat workability dari Self Healing Capability beton, dilakukan pengujian slump flow dan slump, hasil
pengujian slump flow terlihat bahwa kadar fly ash 55% mempunyai kecepatan sebaran diameter 500 mm (t500) paling cepat dibanding dengan penggantian kadar fly ash yang lain dan hasil
pengujian slump menunjukkan semakin banyak penggantian persentase fly ash maka semakin tinggi nilai slump-nya. (2). Penggantian sebagian fly ash sebagai pengganti sebagian semen diperoleh nilai tertinggi kuat tekan sebesar 35,819 MPa dari variasi 35% pada pengujian 56 hari, karena setelah 28 hari proses hidrasi masih berlangsung sehingga kuat tekan beton masih mengalami kenaikan. (3). Hasil pengujian permeabilitas yaitu semakin besar persentase pencampuran fly ash, maka semakin kecil nilai permeabilitasnya. Pada persentase fly ash 55%, pada pengujian 56 hari nilai permeabilitas yang dihasilkan adalah 1.10-10 m/dt. Penurunan permeabilitas yang terjadi menunjukkan Self Healing Capability, namun hasil yang diperoleh belum memenuhi persyaratan ACI 301-729 yaitu hasil yang disyaratkan sebesar 1,5.10-11 m/dt (1,5.10-9 cm/dt). (4). Penggantian fly ash optimal adalah sebesar 35% dengan nilai optimal dari
workability slump flow 28,277 mm/dt, nilai optimal workability slump 13,043 cm, nilai optimal
kuat tekan 35,819 MPa dan nilai optimal permeabilitas 1,85E–09 m/dt.
Kata Kunci: Fly ash, workability, kuat tekan, permeabilitas, Self Healing Capability
Abstract: The purpose of this research: (1). To determine the effect of Self Healing Capability
with fly ash as a partial replacement of cement on concrete workability. (2). To determine the effect of Self Healing Capability with fly ash as a partial replacement of cement on concrete compressive strength. (3). To To determine the effect of Self Healing Capability with fly ash as a partial replacement of cement on concrete permeability. (4). To find the optimal value of Self Healing Capability with fly ash as a partial replacement of cement on the workability, compressive strength & permeability. The results of this study were: (1). To see the Self Healing Capability workability of concrete, slump flow testing & slump, slump flow test results shows that the fly ash content of 55% has a speed of 500 mm diameter distribution (t500) faster than
most with replacement levels of fly ash and other test results Slump shows a growing number of fly ash replacement percentage, the higher its value Slump. (2). Partial replacement of fly ash as a partial substitutionof cement obtained the highest score of 35.819 MPa compressive strength of variation of 35% at 56 days of testing, because after 28 days of hydration process still on going the compressive strength of the concrete still up. (3). The results of the permeability testing that the greater the percentage of mixing fly ash, the smaller the value of permeability. At 55% the percentage of fly ash, the 56 day testing the resulting permeability value is 1.10-10 m/s. The decrease in permeability that occurs indicates Self Healing Capability, but the results haven’t met the requirements of ACI 301-729 are required for result 1,5.10-11m/sec (1,5.10-9 cm/s). (4). Replacement fly ash is optimal at 35% with the optimal value of Workability Slump flow 28.277 mm/sec, the optimal value of 13,043 cm slump workability, the optimum value of 35,819 MPa compressive strength & permeability of the optimal value of 1,85 E-09 m/sec.
Keywords: Fly ash , workability, compressive strength , permeability , Self Healing Capability 1. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas Sebelas Maret 2. Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas Sebelas Maret 3. Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,Universitas Sebelas Maret
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan beton untuk pem-bangunan semakin meningkat, oleh karena itu beberapa ilmuan mencari bahan yang dapat meningkatkan mutu beton, salah satu caranya yaitu mengganti semen dengan abu terbang (fly ash). Fly ash merupakan sisa pembakaran batu bara yang sangat halus yang berasal dari unit pembangkit uap
(boiler). Peneliti memilih menggunakan abu
terbang (fly ash) sebagai bahan pengganti semen karena dilihat dari bentuknya. Fly ash mempunyai bentuk berupa butiran bulat yang ukuran butirannya lebih kecil dari semen, maka dari itu fly ash dinilai lebih tepat sebagai pengganti sebagian semen. Selain itu, fly ash merupakan aditif mineral yang baik untuk beton karena material ini mempunyai kadar bahan semen (SiO2,
Al2O3, P2O5, dan Fe2O3) yang tinggi dan
mempunyai sifat pozzolanic, yaitu bahan yang mengandung senyawa silika & alumina dimana bahan pozzolan itu sendiri tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen, akan tetapi dengan bentuknya yang halus dan dengan adanya air, maka senyawa tersebut akan bereaksi dengan Kalsium hidroksida (hasil reaksi antara semen dan air) dan membentuk senyawa Kalsium Aluminat hidrat yang bersifat seperti semen
(http://rdianto.wordpress.com/).
Penggantian sebagian semen dengan
fly ash ini diharapkan dapat meningkatkan workability, kuat tekan dan permeabilitas
beton. Kandungan yang ada pada fly ash, dapat memperlambat panas hidrasi dari beton tersebut, dimana pada saat umur 28 hari beton normal diangap mempunyai kekuatan yang maksimum, sedang dengan penggantian
fly ash setelah 28 hari diharapkan ada
peningkatan kekuatan dan proses hidrasi terus berlangsung.
Jika kuat tekan meningkat dan koefisien permeabilitas beton menurun, maka hal ini menunjukkan pori pada beton terisi oleh tobermorite cadangan dari fly ash. Selain fly ash dapat memperlambat panas hidrasi, reaksi cadangan dari fly ash dapat mengisi pori–pori pada beton, sehingga
beton dapat mengantisipasi terjadinya retak sebelum dibebani (Self Healing Capability).
Tjokrodimuljo (2004: V–2), Unsur silikat dan aluminat yang reaktif akan bereaksi dengan (Ca(OH)2) yang merupakan
hasil sampingan dari proses hidrasi antara semen portland dan air menjadi kalsium silikat hidrat (C3S2H3 atau “tobermorite”).
Sisa fly ash pada reaksi tersebut tersisa menjadi tobermorite cadangan. Tobermorite cadangan ini akan mengisi ruang yang kosong pada beton.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk dalam pe-nelitian eksperimental, yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan adanya hubungan antar variabel, yang dilakukan dengan memberikan suatu perlakuan terhadap obyek yang diteliti dalam kondisi terkontrol dengan urutan kegiatan yang sistematis dalam memperoleh data sampai data tersebut ber-guna sebagai dasar pembuatan keputusan/ kesimpulan. Teknik pengumpulan data : data primer (data yang diperoleh dari hasil pengujian & pengamatan di laboratorium) dan data sekunder (data dari referensi yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan). Analisis data yang digunakan adalah analisis regresi, sebelum analisa regresi, diadakan pengujian prasyarat analisis berupa uji normalitas dan uji linearitas. Berdasarkan gambar 1 terlihat bahwa, sebelum peneliti melakukan pengumpulan data, peneliti melakukan tahap pengujian bahan-bahan yang akan digunakan untuk pembuatan benda uji. Jika semua bahan telah memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam spesifikasi SK SNI S-04-1989-F, data hasil pengujian bahan tersebut akan digunakan untuk rancang campur (mix
design) SHC, setelah diketahui hasil mix design barulah membuat adukan beton.
Sebelum mencetak benda uji dilakukan pengujian beton segar, setelah didapat data dari pengujian beton segar, dilakukan proses mencetak benda uji. Untuk tahap selanjutnya dapat dilihat pada gambar 1 berikut:
PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS 1. Workability
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui seberapa besar pengaruh variasi penggunaan kadar fly ash terhadap sifat
workability campuran beton. Pengaruh
variasi penggunaan kadar fly ash pada
Self Healing Capability dapat dilihat pada
hasil pengujian slump flow table dan pengujian slump pada tabel 1 dibawah ini:
Tabel 1. Pengujian Slump Flow dan Slump Kadar FA Sampel Campur Flow Table Slump (cm) Diameter Maximal Waktu Kecepatan
(mm/dt) d1 d2 drata-rata t500 tmax 0% Campur 1 680 680 680 9,34 55,21 12,32 11,5 Campur 2 680 685 682,5 9,47 55,01 12,40 Campur 3 685 684 684,5 9,29 55,11 12,42 Rata-rata 682,33 9,37 55,11 12,38 20% Campur 1 709 709 709 7,69 35,71 19,85 12,3 Campur 2 709 710 709,5 7,58 35,65 19,90 Campur 3 709 711 710 7,5 35,67 19,91 Rata-rata 709,5 7,59 35,67 19,89 25% Campur 1 714 716 715 7,11 30 23,83 12,5 Campur 2 714 715 714,5 7,15 30,1 23,74 Campur 3 715 715 715 7,12 30,29 23,60 Rata-rata 714,83 7,13 30,13 23,72 30% Campur 1 719 718 718,5 6,46 27,51 26,12 12,8 Campur 2 720 719 719,5 6,4 27,42 26,24 Campur 3 719 718 718,5 6,48 27,58 26,05 Rata-rata 718,83 6,45 27,53 26,14 35% Campur 1 724 725 724,5 6,04 25,07 28,89 13,1 Campur 2 724 723 723,5 6,02 25,02 28,92 Campur 3 726 724 725 6,03 25,07 28,92 Rata-rata 724,33 6,03 25,05 28,91 45% Campur 1 729 726 727,5 5,68 23 31,63 13,5 Campur 2 730 728 729 5,6 22,98 31,72 Campur 3 732 730 731 5,59 23,04 31,73 Rata-rata 729,17 5,623 23,01 31,69 55% Campur 1 740 735 737,5 4,56 19,04 38,73 14 Campur 2 735 735 735 4,58 18,98 38,73 Campur 3 735 737 736 4,56 18,99 38,76 Rata-rata 736,17 4,57 19,00 38,74
Dari tabel 1 di atas telah disajikan hasil dari pengujian slump flow table slump dengan beberapa variasi kadar penggantian
fly ash yaitu 0%, 20%, 25%, 30%, 35%, 45%
55% dari berat semen yang digunakan. Dari tabel tersebut didapatkan nilai hasil pengujian slump flow table dari penggantian 0%, 20%, 25%, 30%, 35% memiliki
workability lebih rendah dibandingkan dari
nilai slump flow yang dihasilkan dari penggantian kadar fly ash sebesar 45% dan 55%. Terlihat pada Tabel 1 bahwa penggantian kadar fly ash sebesar 0% memiliki sifat flowability yang paling kecil dibandingkan menggukan penggantian fly
ash > 35% (penggantian kadar fly ash
sebesar 35%, 45% dan 55%) karena aliran campuran beton yang di-hasilkan memiliki diameter sebaran maksimal sebesar 736,17
Gambar 1. Bagan alir tahap–tahap penelitian Mencetak Benda Uji
Perawatan (Curing)
Pengujian Kuat Tekan dan Permeabilitas Pembuatan Adukan Beton
Pengujian Sifat Beton Segar (workability)
Analisis Data dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran Uji Bahan:
- KadarKumpur - Kadar Organik - Specific Gravity - Gradasi
Rancang Campur (Mix Design) SHC
Kadar Fly ash %, 20%, 25%, 30%, 35%,45%,55% Uji Bahan : - Abrasi - Specific Gravity - Gradasi Agregat Kasar Air Semen Fly ash Agregat
Halus Mulai Persiapan
mm, waktu alir yang dibutuhkan untuk mencapai diameter 500 mm (t500) sebesar
4,57 detik serta kecepatan aliran sebesar 38,74 mm/detik.
Dengan meningkatkan penggantian kadar fly ash dari kadar fly ash 0% menjadi kadar fly ash >35% dapat meningkatkan diameter sebaran maksimal sebesar 5,80% dengan kadar fly ash 35 %, kemudian 6,42% untuk fly ash 45% & 7,32% untuk kadar fly
ash 55% dan dapat meningkatkan kecepatan
aliran sebesar 57,17% dengan kadar fly ash 35%, kemudian 61% untuk kadar fly ash 45% & 68% untuk kadar fly ash 55%.
Sedangkan hasil pengujian slump pada tabel 1 menunjukkan semakin banyak penggantian fly ash semakin tinggi nilai
slump yang dihasilkan. Pengujian slump flow
dan slump menunjukkan bahwa pemakaian
fly ash kadar tertentu dapat mempengaruhi
sifat workability dari campuran beton yang dihasilkan. Hal ini dikerenakan ukuran butir
fly ash yang cenderung berbentuk bulat maka
gesekan antar butir yang dihasilkan sangat kecil sehingga akan menghasilkan sifat
flowability yang semakin baik pula. 2. Kuat Tekan
Dari hasil penelitian ini dapat di-ketahui seberapa besar pengaruh variasi penggantian fly ash terhadap nilai kuat tekan beton.
Tabel 2. Rekapitulasi pengujian kuat tekan
Kadar FA Umur 7 hari Umur 28 hari Umur 56 hari 0% 19,195 26,393 26,993 20% 14,396 26,993 27,593 25% 13,197 28,793 30,592 30% 11,997 31,192 31,792 35% 9,596 33,591 35,991 45% 7,198 34,791 35,391 55% 5,998 23,994 25,194
Berdasarkan Tabel 2 penggunaan kadar fly ash di atas > 20% memiliki nilai kuat tekan awal yang kurang baik untuk pengerjaan beton yang memerlukan waktu pengerasan dan kekuatan awal yang tinggi, karena proses pengerasan (setting time)dan penggantian kekuatan betonnya agak lambat pada umur beton kurang dari 28 hari.
Dimana pada umur 7 hari selisih kekuatan beton terhadap penggunaan kadar
fly ash > 20% cenderung terus menurun dari
beton normal. Hal ini disebabkan karena pengaruh penggantian kadar fly ash dengan kadar > 20% memberi dampak pada proses perkerasan yang lebih lama dibandingkan pada beton normal. Pada umur beton 28 hari, nilai kuat tekan beton mulai mengalami peningkatan, selisih peningkatan kuat tekan dari beton normal, untuk kadar fly ash30% meningkat sebesar 18,2%, kemudian 27,3% untuk penggantian kadar fly ash 35%, beton dengan kadar fly ash45% sebesar 31,8%, dari kuat tekan umur 7 hari. Untuk tetapi pada penggantian fly ash 55% kuat tekan beton justru menurun dari beton normal 28 hari, yaitu turun 9,9%, tetapi untuk selisih kuat tekan penggantian fly ash 55% dengan lama perawatan 7 hari meningkat. Pada saat umur beton 56 hari, nilai kuat tekan pada kadar fly
ash 30–45% mulai mengalami peningkatan
dari umur beton 28 hari, pada 30% mengalami peningkatan sebesar 1,8%, 35% sebesar 7,1%, tetapi untuk 45% nilai kuat tekan turun sebesar 1,7%, dan kuat tekan untuk kadar fly ash55% mengalami kenaikan sebesar 5%.
Dari hasil penelitian ini dapat diketahui seberapa besar pengaruh variasi penggunaan fly ash sebagai pengganti sebagian semen, terlihat pada umur 28 & 56 hari semakin tinggi kadar fly ash semakin meningkat kuat tekannya. Hasil proses hidrasi semen banyak menghasilkan hasil sampingan yaitu Ca(OH)2 atau kalsium
hidroksida, Ca(OH)2 yang relatif lemah
menghasilkan ruang keropos pada beton yang mengandung retak mikro (microcrack), sehingga akan mengurangi kepadatan dan kekuatan beton. Dengan adanya abu terbang di dalam beton, maka kristal Ca(OH)2 akan bereaksi dengan unsur silikat dan aluminat yang terkandung dalam fly ash dan menghasilkan tobermorite. Tobermorite
tersebut berfungsi untuk mengisi pori–pori yang terdapat dalam beton. Kualitas aliran dan terjadinya bleeding juga mempengaruhi hasil pengujian kuat tekan beton, tetapi
bleeding pada penelitian ini tidak begitu
tampak.
Untuk pengujian kuat tekan pada beton SHC mengalami peningkatan kuat tekan yang lebih besar terjadi pada pengagantian fly ash 35% dengan lama perawatan 56hari. Peng-gunaan fly ash pada campuran 35% jika diterapkan di lapangan dapat menurunkan biaya produksi untuk beton normal, karena bisa menghemat penggunaan semen dengan pemakaian seharusnya.
3. Permeabilitas
Hasil pengujian permeabilitas beton dilihat dari nilai koefisien permeabilitas beton tersebut dengan menggunkan variasi kadar penggantian sebagian semen dengan
fly ash yang disajikan pada Tabel 3 di bawah
ini :
Tabel 3. Rekapitulasi pengujian kuat tekan
Kadar FA Umur 7 hari Umur 28 hari Umur 56 hari 0% 7,309E-09 6,887E-09 6,56E-09 20% 6,029E-09 5,146E-09 3,664E-09 25% 5,381E-09 4,248E-09 3,046E-09 30% 4,816E-09 3,828E-09 2,059E-09 35% 4,419E-09 2,944E-09 1,339E-09 45% 3,867E-09 2,665E-09 4,43E-10 55% 3,45E-09 1,186E-09 1,259E-10
Pada tabel 3 di atas dapat diketahui bahwa nilai koefisien permeabilitas beton yang paling rendah terjadi pada beton dengan kadar fly ash sebesar 55 % dengan nilai koefisien permeabilitas 1,26.10-10 m/dt, Terlihat dalam tabel koefisien terendah terdapat pada lama perawatan 56 hari, perbandingan antara lama perawatan selama7 hari dan 56 hari adalah sebesar 57,24% untuk kadar fly ash 30%, 69,7% dengan kadar fly ash 35%, 88,54% dengan kadar fly ash 45% dan 96,35% dengan penggunaan kadar fly ash 55%, Hal ini di-sebabkan karena unsur silikat dan aluminat yang reaktif akan bereaksi dengan (Ca(OH)2)
yang merupakan hasil sampingan dari proses hidrasi antara semen portland dan air menjadi kalsium silikat hidrat (C3S2H3 atau
“tobermorite”), Sisa fly ash pada reaksi
tersebut tersisa menjadi tobermorite
cadangan, tobermorite cadangan ini akan mengisi ruang yang kosong pada beton, sehingga semakin rendah nilai koefisien permeabilitas beton menunjukkan bahwa beton tersebut semakin impermeable
sehingga sulit dilewati oleh gas atau cairan, Beton yang padat dan sulit dilewati oleh gas maupun cairan membuat durabilitas beton semakin baik,
Berdasarkan ACI 301-729 (revisi 1975) (dalam Neville dan Brooks, 1987) nilai koefisien permeabilitas maksimum yang disyaratkan sebesar 1,5,10-11m/dt (1,5,10-9 cm/dt), Dari hasil perhitungan terlihat bahwa keseluruhan nilai koefisien permeabilitas beton tersebut tidak memnuhi syarat ACI 301-729, Tetapi dengan hasil perhitungan tersebut beton dengan fly ash sebagai bahan pengganti semen sudah mengalami peningkatan permeabilitas yang cukup baik.
KESIMPULAN
Dari hasil yang telah diperoleh melalui pelaksanaan penelitian serta pembahasan yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Untuk melihat tingkat workability dari adukan beton dilakukan pengujian slump
flow, dari hasil pengujian terlihat bahwa
adukan beton kadar fly ash 55% mempunyai kecepatan sebaran diameter 500 mm (t500) paling cepat dibanding
dengan penambahan kadar fly ash yang lain.
2. Dari hasil penelitian penggantian fly ash sebagai pengganti sebagian semen dapat disimpulkan bahwa diperoleh nilai maksimal kuat tekan sebesar 35,819 MPa dari variasi fly ash 35%, pada pengujian 56 hari, karena setelah 28 hari proses hidrasi masih berlangsung sehingga beton masih mengalami kenaikan.
3. Pada penelitian ini didapatkan hasil pengujian permeabilitas yaitu semakin besar persentase pencampuran fly ash, maka semakin kecil nilai permeabilitas-nya. Pada persentase fly ash 55%, pada
pengujian 56 hari nilai permeabilitas yang dihasilkan adalah 1.10-10 m/dt. Penurunan permeabilitas yang terjadi menunjukkan Self Healing Capability, namun hasil yang diperoleh belum memenuhi persyaratan ACI 301-729 yaitu hasil yang disyaratkan sebesar 1,5.10-11 m/dt (1,5.10-9 cm/dt).
4. Penggantian fly ash optimal adalah sebesar 35 % dengan nilai optimal dari
workability slump flow 28,277 mm/dt,
nilai optimal workability slump 13,043 cm, nilai optimal kuat tekan 35,819 MPa dan nilai optimal permeabilitas 1,85E– 09 m/dt.
IMPLIKASI
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka dapat dikemukakan implikasi sebagai berikut:
1. Penggantian fly ash sebesar 35% pada beton memberi pengaruh positif terhadap kuat tekan beton. kuat tekan yang dihasilkan semakin meningkat. 2. Penggantian fly ash sebesar 55% pada
beton memberi pengaruh positif terhadap workability dan permeabilitas.
Workabilty atau kemudahan dalam
pengerjaan beton semakin meningkat begitu juga dengan permeabilitas beton, dimana nilai koefisisen permeabilitas beton menurun (beton semakin kedap). 3. Penggunaan fly ash pada beton dapat
menurunkan biaya produksi untuk beton normal yang memiliki sifat Self Healing
Capability karena bisa menghemat
penggunaan semen dengan pemakaian seharusnya.
Penggunaan fly ash pada beton dapat mengurangi limbah dari batu bara, dimana limbah batu bara itu sendiri dapat memberikan dampak negatif bagi lingkungan sekitar.
SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian-penelitian lebih lanjut dengan membandingkan fly
ash tipe C dengan tipe lain–lain sebagai
bahan pengganti sebagian semen pada beton.
2. Perlu penelitian lebih lanjut tentang fly
ash sebagai bahan tambah sebagian
semen.
3. Dalam pembuatan beton dengan fly ash sebagai pengganti sebagian semen diperlukan metode perencanaan selain
mix design, perencanaan campuran
dengan metode lain misalnya metode perbandingan 1 : 2 : 3, metode trial and
error, metode Ruddlof, metode ACI,
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2002, SNI 03-2847-2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung, Perhitungan Struktur Beton untuk banguan Gedung, Jakarta
Artha, Hebri Nugroho, 2011, Pengaruh Penggunaan Fly Ash sebagai Pengganti sebagian Semen Terhadap Slump Flow dan Kuat Tekan pada High Volume Fly Ash – Self
Cmpacting Concrete” Pengaruh Komposisi Fly Ash Sebagai Pengganti Semen dan
Pengganti Agregat halus Terhadap Porositas, Kuat Tekan, dan Kualitas Permukaan Beton Memadat Mandiri,
Handayani, Santi, 2008, Mencari Hubungan Antara Kuat Tekan dengan Faktor Air Semen dari Campuran Beton Menggunakan Material Lokal, Depok,
Asroni, A,2007, Balok dan Pelat Beton Bertulang, Yogyakarta : Graha Ilmu
Bentz, Dale,P, and Hansen, Andrew S,2011, Optimization of Cement and Fly Ash
Particlesizes to Produce Sustainable Concretes, Cement and Concrete Composite, Vol
33, National Institute of Standard and Technology, Pp 824-831
Ahmed, Izhar, 2009, Effects of Fly Ash on Properties of Concrete as Per Is: 10262-2009, Sahmaran, Mustafa, 2012, Self-healing capability of cementitious composites incorporating
different supplementary cementitious materials,
Mulyono, T, 2003, Teknologi Beton, Andi: Yogyakarta,
Neville, A,M dan Brooks, J,J, 1987, Concrete Technology, John Wiley & Sons,Inc, New York: United State
Nugraha, P & Antoni, 2007, Teknologi Beton, Andi: Yogyakarta, Samekto dan Rahmadiyanto, 2001, Teknologi Beton, Kanisius: Jakarta
SK-SNI-S-04-1989-F, Spesifikasi Agregat sebagai Bahan Bangunan, Yayasan LPMB,
Bandung,
Sudjana, (1996),Metode Statistik, Bandung: Tarsito,
Sugiyono, (2010),Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Penerbit Alfabeta,
Tjkrodimuljo, 2004,Teknologi Beton, Universitas Gajah Mada: Yogyakarta,
Rdianto (2010), Pengertian Pozzolan, Diperoleh 05 Desember 2013, dari