• Tidak ada hasil yang ditemukan

Reduksi Waste pada Proses Produksi Kacang Garing Medium Grade dengan Pendekatan Lean Six Sigma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Reduksi Waste pada Proses Produksi Kacang Garing Medium Grade dengan Pendekatan Lean Six Sigma"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak—Kacang Garing merupakan produk pertama dan menjadi salah satu produk unggulan dari sebuah Perusahaan Kacang (PK). Kacang garing memiliki tiga jenis varian produk, yaitu Kacang Garing, Garlic, dan Sangrai. Masing-masing varian tersebut terbagi menjadi dua tingkatan kualitas, yaitu kualitas first grade dan kualitas medium grade. Dalam proses produksi Kacang Garing medium grade, masih sering ditemukan beberapa produk yang defect. Terdapat lima jenis defect, yaitu berat gramatur yang tidak sesuai, kemasan terlipat, end seal bermasalah, long seal bermasalah, dan kemasan bocor. Adanya defect mengindikasikan adanya waste dalam proses produksi. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan dengan menggunakan pendekatan Lean Six Sigma. Value Stream Mapping digunakan untuk menggambarkan aliran fisik dan informasi yang terjadi pada proses produksi. Berdasarkan identfikasi waste yang telah dilakukan, didapatkan waste kritis adalah waste defect. Hasil dari kapabilitas proses menunjukkan nilai level sigma untuk defect gramatur tidak sesuai, kemasan terlipat, dan end seal bermasalah masih sangat rendah, yaitu 2,69; 2,21; dan 2,24. Sedangkan nilai level sigma untuk defect long seal bermasalah dan kemasan bocor adalah 3,02 dan 3,45. Kemudian dilakukan analisis akar penyebab waste untuk kelima defect tersebut dengan menggunakan 5 whys. Dari semua akar penyebab waste, dipilih akar penyebab yang paling kritis dengan menggunakan matriks penilaian risiko. Rekomendasi perbaikan diberikan untuk mengurangi terjadinya akar permasalahan tersebut. Apabila rekomendasi tersebut diterapkan maka akan terjadi peningkatan level sigma.

Kata Kunci— Kapabilitas Proses, Lean Six Sigma, Matriks Penilaian Risiko, Waste.

I. PENDAHULUAN

ACANG garing memiliki tiga jenis varian produk, yaitu Kacang Garing, Garlic, dan Sangrai. Proses produksi Kacang Garing dan Garlic hampir sama, hanya terdapat penambahan bumbu bawang putih pada proses pengovenan untuk produk Garlic. Sedangkan untuk produk Sangrai, memiliki proses yang berbeda dari awal.

Gambar 1. menunjukkan jumlah produksi masing-masing varian produk kacang garing, terlihat bahwa produk Kacang Garing medium grade merupakan produk yang paling banyak diproduksi oleh perusahaan ini dengan total 11,30 ton atau setara dengan 41% dari keseluruhan produksi.

Dalam proses produksi Kacang Garing tersebut masih terjadi beberapa pemborosan antara lain, produk yang mengalami kecacatan (defect), inventory berupa produk dengan kemasan bocor, mesin rusak, dan lain-lain. Pemborosan yang terjadi akibat produk defect dapat dilihat dari jumlah afal film yang dihasilkan oleh masing-masing produk. Film merupakan bahan baku yang digunakan untuk mengemas kacang. data. Adanya afal film menunjukkan adanya defect yang merugikan perusahaan, selain menimbulkan biaya untuk afal film, pekerja juga harus membongkar ulang kemasan yang mengalami defect. Terdapat beberapa jenis defect yang terjadi, yaitu kemasan terlipat, long

seal bermasalah, end seal bermasalah, berat gramatur yang tidak sesuai, dan kemasan bocor. Produk dengan kemasan bocor, akan didiamkan terlebih dahulu selama 5-10 hari untuk kemudian dibongkar ulang. Hal ini akan menimbulkan adanya

inventory produk work in process, dimana produk tersebut

diletakkan satu area dengan proses pengemasan.

Permasalahan tersebut dapat dikatakan sebagai pemborosan. Pemborosan (waste) sebagai segala aktivitas kerja yang menggunakan sumber daya namun tidak menghasilkan nilai [1]. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengurangi waste tersebut adalah Lean Six Sigma. Lean six sigma merupakan salah satu metodologi yang dapat digunakan untuk meningkatkan shareholder value dengan melakukan perbaikan yang berfokus pada kepuasan pelanggan, biaya,

Reduksi Waste pada Proses Produksi Kacang Garing

Medium Grade

dengan Pendekatan Lean Six Sigma

Ikha Sriutami dan Moses Laksono Singgih

Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia

e-mail

: moseslsinggih@ie.its.ac.id

K

Gambar. 1. Jumlah Produksi Masing-Masing Varian Produk Kacang Garing Bulan Desember 2016 (Data Perusahaan, 2017)

(2)

kualitas, kecepatan proses, dan modal investasi [2]. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain:

1. Menggambarkan proses produksi dalam Value Stream

Mapping.

2. Mengidentifikasi waste kritis yang ada di proses produksi.

3. Mengetahui performansi perusahaan berdasarkan level sigma.

4. Mengetahui akar penyebab terjadinya waste. 5. Memberikan rekomendasi perbaikan.

II. METODOLOGIPENELITIAN

Menunjukkan Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 2.

III. HASILDANDISKUSI

A. Proses Produksi

Proses produksi diawali dengan penerimaan kacang basah dengan melakukan pembongkaran dan penghamparan kacang tanah ke lantai. Kemudian kacang mengalami proses pembersihan dan pencucian. Proses selanjutnya adalah perebusan kacang dimana ada penambahan garam dan air untuk memberi rasa asin pada kacang. Kacang hasil rebusan masuk ke dalam tabung dryer untuk pengeringan kacang. Kacang yang telah kering masuk ke dalam mesin gravity untuk mengelompokkan kacang berdasarkan berat kacang tersebut. Setelah itu kacang masuk ke dalam penyimpanan (sackbin). Penggunaan kacang dalam sackbin induk disesuaikan dengan jadwal produksi yang telah dibuat oleh PPIC. Kacang akan dipisah sesuai dengan tingkatan grade yang menunjukkan kualitas kacang dengan mesin sortex. Proses pengovenan dilakukan dengan menggunakan mesin termoplex. Selanjutnya, proses pengemasan dilakukan dengan menggunakan mesin Cing Fong. Proses produksi Kacang Garing dapat dilihat pada Gambar 3.

B. Define

Pada tahap define, dilakukan penggambaran keseluruhan aliran proses dan aliran informasi dengan menggunakan Value

Stream Mapping (VSM). VSM merupakan salah satu tool

yang efektif untuk menilai kondisi proses bisnis eksisting dan melakukan re-design berdasarkan konsep Lean [3]. Penggambaran VSM pada proses produksi Kacang Garing dapat dilihat pada Gambar 4.

Pada tahap define juga dilakukan identifikasi terhadap seven

waste.

1. Transportation

Jarak antar bagian yang saling berkaitan terletak pada area yang berdekatan sehingga hanya memerlukan waktu yang singkat untuk memindahkan work in process dari satu bagian ke bagian selanjutnya. Pemindahan raw

material dari gudang bahan baku ke bagian packaging

menggunakan forklift dengan jarak sekitar delapan meter. sedangkan pemindahan finished good dari packaging ke gudang finished good dilakukan menggunakan hand

pallet dengan jarak sekitar tiga meter. Pemilihan alat

sudah tepat dan pemindahan dari satu bagian ke bagian lain sudah baik, sehingga tidak ada waste yang teridentifikasi.

2. Waiting

Pemborosan jenis waiting pada proses produksi Kacang Garing disebabkan oleh adanya breakdown pada mesin. Pada Bulan Desember 2016 terjadi satu kali breakdown pada mesin cooking dan 274 kali breakdown pada mesin Cing Fong. waktu yang hilang pada mesin cooking dan

Gambar. 3. Proses Produksi Kacang Garing

(3)

mesin Cing Fong adalah 840 menit dan 93.660 menit. 3. Overproduction

Produksi Kacang Garing dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat oleh PPIC. PPIC menentukan waktu dan jumlah produksi sehingga output yang dihasilkan sesuai dengan permintaan pelanggan. Dalam penentuan jumlah produksi, PPIC menambahkan safety stock untuk mengantisipasi adanya stockout. Jadwal yang dibuat oleh PPIC disesuaikan dengan permintaan konsumen yang diperoleh dari bagian logistik. Produksi dilakukan pada waktu dan jumlah yang tepat, sehingga tidak ada waste

yang teridentifikasi. 4. Defect

Produk yang defect tidak layak untuk dikirim ke konsumen, sehingga harus ada proses rework, dimana akan menimbulkan kerugian berupa material film yang terbuang. Terdapat lima jenis defect, yaitu berat gramatur yang tidak sesuai, kemasan terlipat, end seal bermasalah,

long seal bermasalah, dan kemasan bocor. Pada Bulan

Desember 2016, jumlah produk defect adalah sebesar 192.118 unit atau sekitar 33% dari jumlah keseluruhan produksi. Supplier Perebusan Kacang Pengeringan Kacang Gravity Pengovenan Kacang

Sortir Kacang Pengemasan

Kacang 485 menit Pembongkaran Kacang Penerimaan Kacang Produksi PPIC Logistik Cutomer Sales

1224 menit 143 menit 1270 menit 2926 menit 1575 menit

7 21 10 45 7 22

L/T = 8898 menit VA = 6988 menit

120 menit 165 menit 20 menit

45 menit 45 menit 850 menit C/T = 485 menit Shift = 1 C/T = 1224 menit Shift = 3 C/T = 143 menit Shift = 3 C/T = 1315 menit Shift = 3 C/T = 2926 menit Shift = 3 order information C/T = 2425 menit Shift = 3 30 menit I I I

Gambar. 4. Value Stream Mapping Proses Produksi Kacang Garing

5. Inventory

Pemesanan bahan baku kemasan dan proses produksi dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat oleh bagian PPIC, sehingga tidak ada inventori yang berlebih dalam bentuk raw material dan finished good. Namun, dalam proses produksi, terjadi penumpukan work in

process yang disebabkan oleh adanya produk yang

didiamkan karena terindikasi bocor saat inspeksi. Inspeksi dilakukan setiap setengah jam sekali dengan mengambil sampel satu renteng dari masing-masing mesin packaging. Apabila dalam inspeksi ditemukan produk yang bocor, maka produk yang dihasilkan dari mesin tersebut akan didiamkan selama 5-10 hari.

6. Movement

Dalam proses produksi Kacang Garing kualitas medium

grade, terdapat beberapa pergerakan pekerja yang

berlebihan. Beberapa pergerakan yang berlebihan yang dilakukan oleh pekerja adalah mengobrol dan mencari peralatan. Pekerja yang mengobrol masih tetap

melakukan pekerjaannya, namun terkadang berhenti sejenak karena terbawa suasana saat mengobrol. Pergerakan mencari peralatan tidak sering terjadi karena peralatan yang diperlukan oleh pekerja tersedia di dekat mereka, namun terkadang terjadi pencarian alat ketika alat tersebut tidak diletakkan kembali ke tempat semula. 7. Excess Processing

Proses yang tidak diinginkan oleh pelanggan atau konsumen dapat disebut sebagai aktivitas non value

added. Terdapat dua akitivitas yang termasuk dalam

aktivitas NVA. Kedua aktivitas tersebut terjadi karena adanya produk yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan.

Waste kritis merupakan waste yang menimbulkan kerugian

yang besar bagi perusahaan. Waste kritis tersebut yang kemudian menjadi prioritas perusahaan untuk dilakukan perbaikan. Penentuan waste kritis dilakukan dengan menggunakan metode AHP. Kuisioner AHP diberikan kepada tiga orang responden yang memahami dan mengetahui proses

(4)

produksi beserta pemborosan yang terjadi di dalam proses produksi. Ketiga responden tersebut adalah Manajer Produksi Kacang Garing, Asisten Manajer Kacang Garing Dan Kepala Bagian Quality Control. Dari hasil pembobotan waste, dapat diketahui bahwa waste kritis pada proses produksi Kacang Garing adalah waste defect. Hasil pembobotan untuk semua

waste dapat dilihat pada Tabel. 1.

Tabel 1. Hasil Pembobotan Waste

Waste Responden 1 Responden 2 Responden 3 Rata-Rata Transportation 0,063 0,049 0,061 0,058 Waiting 0,202 0,205 0,224 0,210 Overproduction 0,063 0,049 0,058 0,057 Defect 0,319 0,395 0,324 0,346 Motion 0,105 0,073 0,091 0,090 Inventory 0,130 0,143 0,147 0,140 Excess Processing 0,119 0,086 0,096 0,100 C. Tahap Measure

Pada tahap ini dilakukan pengukuran performansi perusahaan pada saat ini. Pengukuran performansi perusahaan dilakukan dengan menghitung nilai sigma dari kriteria kualitas yang memberikan kontribusi besar terhadap defect [4]. Pada penelitian ini dilakukan perhitungan nilai sigma dari masing-masing jenis defect, dimana terdapat lima defect yang terjadi pada kemasan Kacang Garing, yaitu berat gramatur tidak sesuai, kemasan terlipat, end seal bermasalah, long seal bermasalah, dan kemasan bocor. Data dari masing-masing jenis defect diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan selama 5 hari, dimana dalam satu hari dilakukan pengambilan sampel sebanyak 31 produk. Perhitungan kapabilitas proses dilakukan dengan menggunakan software Minitab. Perhitungan kapabilitas proses dapat dilakukan apabila data tersebut berada dalam batas kontrol dan berdistribusi normal. Berdasarkan Gambar 5. dan 6. data berat gramatur berada dalam batas kontrol namun tidak berdistribusi normal, oleh karena itu untuk melakukan analisis kapabilitas proses data harus ditransformasikan terlebih dahulu. Salah satu cara untuk melakukan transformasi data adalah dengan menggunakan Box

Cox Transformation [5]. 5 4 3 2 1 22,0 21,8 21,6 21,4 21,2 Sample S a m p le M e a n _ _ X=21,54 U C L=21,9070 LC L=21,1730 5 4 3 2 1 4 3 2 1 Sample S a m p le R a n g e _ R=2,801 U C L=4,212 LC L=1,390 Xbar-R Chart of Gramatur

Gambar. 5. Xbar-R Chart Data Gramatur Kacang Garing

24 23 22 21 20 19 99,9 99 95 90 80 70 60 50 40 30 20 10 5 1 0,1 Gramatur P e rc e n t Mean 21,54 StDev 0,7060 N 155 AD 3,960 P-Value <0,005

Normality Test Data Gramatur

Normal

Gambar. 6. Normality Test Data Gramatur

Perhitungan kapabilitas proses untuk data atribut, seperti data kemasan terlipat, end seal bermasalah, long seal bermasalah, dan kemasan bocor dilakukan dengan menggunakan Binomial Process Capability Analysis. Perhitungan kapabilitas untuk data berat gramatur dapat dilihat pada Gambar 7. 6000 000 5500 000 5000 000 4500 000 4000 000 3500 000 3000 000 2500 000 transformed data LS L* U S L*

S ample M ean* 4,6849e+006

S tD ev (Within)* 691326 LS L 19,3 Target * U S L 22,3 S ample M ean 21,54 S ample N 155 S tD ev (Within) 0,681042 LS L* 2,67785e+006 Target* * U S L* 5,51473e+006 A fter Transformation P rocess D ata Z.Bench 1,19 Low er C L 0,92 Z.LS L 2,90 Z.U S L 1,20 C pk 0,40 Low er C L 0,33 U pper C L 0,47 P otential (Within) C apability

P P M < LS L 6451,61 P P M > U S L 51612,90 P P M Total 58064,52 O bserv ed P erformance P P M < LS L* 1846,94 P P M > U S L* 115002,16 P P M Total 116849,10 E xp. Within P erformance

Process Capability of Gramatur

Using Box-Cox Transformation With Lambda = 5 (using 95,0% confidence)

Gambar. 7. Kapabilitas Proses Gramatur dengan Box Cox Transformation

Sedangkan perhitungan kapabilitas proses untuk data kemasan terlipat dapat dilihat pada Gambar 8.

5 4 3 2 1 0,45 0,30 0,15 0,00 Sample P r o p o r ti o n _ P =0,2387 U C L=0,4684 LC L=0,0090 5 4 3 2 1 32 28 24 20 Sample % D e fe c ti v e U pper C I: 0,9385 % Defectiv e: 23,87 Low er C I: 17,40 U pper C I: 31,37 Target: 0,00 P P M Def: 238710 Low er C I: 173982 U pper C I: 313701 P rocess Z: 0,7105 Low er C I: 0,4854 (95,0% confidence) S ummary S tats 8 7 6 9,0 7,5 6,0

O bser ved Defectives

E x p e c te d D e fe c ti v e s 24 20 16 12 8 4 0 3 2 1 0 % Defective F r e q u e n c y Tar Binomial Process Capability Analysis of Kemasan Terlipat

P C har t

C umulative % Defective

Binomial P lot

H istogr am

Gambar. 8. Kapabilitas Proses Kemasan terlipat dengan Binomial Process

(5)

Level sigma untuk masing-masing defect dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.

Level Sigma Masing-Masing Defect

No Jenis Defect Level Sigma

1 Berat gramatur tidak sesuai 2,69

2 Kemasan terlipat 2,21

3 End seal bermasalah 2,44

4 Long seal bermasalah 3,02

5 Kemasan bocor 3,45

D. Tahap Analyze

Berdasarkan hasil identifikasi waste, yang termasuk dalam

waste kritis adalah waste defect. Dari hasil analisis penyebab

waste defect, terdapat tiga akar penyebab dari adanya defect,

yaitu:

1. Timbangan pada mesin pengemasan menggunakan sistem timbangan volumetrik, berbeda dengan timbangan massa. Terdapat kacang biji tiga yang akan memenuhi takaran timbangan, padahal berat kacang tersebut belum memenuhi standar yang telah ditentukan.

2. Tidak ada pengecekkan kondisi mesin secara rutin. 3. Operator kurang hati-hati ketika memasang klem.

Penilaian dampak dari ketiga akar penyebab defect dengan menggunakan matriks penilaian risiko dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar. 9. Matriks Penilaian Risiko

Akar penyebab defect nomor 2, yaitu tidak ada pengecekkan mesin secara rutin merupakan akar penyebab yang moderate. Alternatif perbaikan yang akan diberikan adalah untuk akar penyebab waste yang bersifat extreme atau berada pada zona merah [6]. Risiko moderate termasuk dalam zona merah, yang menunjukkan bahwa akar penyebab tersebut harus segera diperbaiki. Akar penyebab nomor 2 termasuk dalam kategori

moderate karena akar penyebab tersebut sering terjadi dan

menimbulkan dampak yang cukup besar terhadap terjadinya

defect. Oleh karena itu, harus dilakukan perbaikan untuk

mengatasi akar penyebab tersebut.

E. Tahap Improve

1) Rekomendasi perbaikan

Rekomendasi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan akar penyebab masalah:

1. Melakukan pengecekkan dan pembersihan mesin pengemasan secara berkala.

Pengecekkan terhadap mesin pengemasan perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi dari komponen mesin pengemasan. Pengecekkan dapat dilakukan sebelum melakukan set up mesin. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya breakdown mesin yang

diakibatkan oleh komponen yang aus, kotor, ataupun berkarat. Apabila ditemukan komponen yang kotor, operator dapat langsung membersihkan komponen tersebut sehingga tidak akan mengganggu mesin beroperasi. Apabila ditemukan komponen yang sudah aus atau berkarat, maka dilakukan penggantian komponen sehingga komponen tersebut dapat bekerja secara optimal.

2. Membuat form pengecekkan sebagai kontrol terhadap kondisi mesin.

Pembuatan form pengecekkan dilakukan untuk megetahui kondisi mesin berdasarkan pengecekkan yang telah dilakukan. Form ini berguna untuk mengetahui komponen-komponen yang mengalami masalah dan seberapa sering komponen tersebut bermasalah. Dengan adanya form ini, pihak perusahaan dapat menentukan kapan dilakukan perawatan dan kapan dilakukan penggantian untuk masing-masing komponen.

3. Melakukan pelaporan kondisi mesin secara periodik. Laporan kondisi mesin juga penting untuk dilakukan, sehingga apabila terjadi masalah yang cukup serius terhadap komponen mesin, pihak perusahaan dapat langsung memberikan solusi.

2) Target setelah perbaikan

Rekomendasi perbaikan yang telah dijelaskan sebelumnya dapat meminimasi terjadinya defect. Hal tersebut dikarenakan komponen mesin dalam kondisi yang baik sehingga mampu bekerja dengan baik dalam menghasilkan kemasan produk. Target setelah perbaikan diperlukan sehingga dapat megukur seberapa besar pengurangan defect setelah perbaikan tersebut diterapkan. Perbandingan antara level sigma saat ini dengan target level sigma setelah perbaikan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3.

Perbandingan Level Sigma Eksisting dengan Target Level Sigma Setelah Perbaikan

No Jenis Defect Level Sigma

Eksisting Target 1 Berat gramatur tidak sesuai 2,69 2,69

2 Kemasan terlipat 2,21 2,84

3 End seal bermasalah 2,44 2,80

4 Long seal bermasalah 3,02 3,27

5 Kemasan bocor 3,45 2,57

IV. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapatkan dari penelitian ini adalah: 1. Dari hasil value stream mapping, cycle time untuk 31 ton

kacang adalah 8.898 menit. Dari total cycle time tersebut, waktu untuk aktivitas value added hanya 78,5% dari total

cycle time. Sedangkan untuk aktivitas necessary non

value added dan non value added secara berturut-turut

adalah 11,4% dan 10,1% dari total cycle time.

2. Hasil dari identifikasi seven waste pada proses produksi Kacang Garing kualitas medium grade menunjukkan bahwa waste defect merupakan waste kritis. Pada bulan Desember 2016, terdapat 33% produk defect dari

(6)

keseluruhan proses produksi.

3. Terdapat lima jenis defect, yaitu berat gramatur yang tidak sesuai, kemasan terlipat, end seal yang bermasalah,

long seal yang bermasalah, dan kemasan bocor.

Berdasarkan analisis kapabilitas proses masing-masing

defect, didapatkan nilai level sigma untuk kelima defect

tersebut secara berturut-turut adalah 2,69; 2,21; 2,24; 3,02; dan 3,45.

4. Akar penyebab dari defect adalah timbangan pada mesin pengemasan menggunakan sistem timbangan volumetric yang berbeda dengan mesin timbangan massa, tidak ada pengecekkan kondisi mesin secara rutin, dan operator kurang hati-hati ketika memasang klem. Dari ketiga akar penyebab defect tersebut, akar penyebab yang paling kritis adalah tidak ada pengecekkan kondisi mesin secara rutin.

5. Rekomendasi perbaikan yang diberikan adalah melakukan pengecekkan mesin pengemas secara berkala, membuat form pengecekkan sebagai kontrol terhadap kondisi mesin, dan melakukan pelaporan kondisi mesin secara periodik. Apabila rekomendasi perbaikan tersebut diterapkan, maka akan terjadi penurunan defect dengan target level sigma masing-masing jenis defect adalah 2,69; 2,84; 2,80; 3,27; dan 3,57.

DAFTARPUSTAKA

[1] Womack, J.P dan D.T. Jones., 2003, Lean Thinking, Free Press, United States of America.

[2] George, M.L., 2002, Lean Six Sigma, McGraw-Hill, United States of America.

[3] Locher, D 2008, A Value Stream Mapping for Lean Development, Taylor & Francis Group, New York.

[4] Singgih, M.L dan Renanda., 2008, Peningkatan Kualitas Produk

Kertas dengan Menggunakan Pendekatan Six Sigma di Pabrik Kertas Y, Seminar Teknosim 2008, ISSN: 1978-6522

[5] Henderson, G. Robin 2011, Six Sigma Quality Improvement with

Minitab, Jhon Wiley & Sons, Inc, United Kingdom.

[6] Valentine, H.F, P.D. Karningsih, dan D.Anggraini., 2013, Penerapan

Lean Manufacturing untuk Mengidentifikasi dan Meminimasi Waste

pada PT. Mutiara Dewi Jayanti, Jurnal Teknik POMITS, Vol. 2, No. 1,

Gambar

Gambar  1.  menunjukkan  jumlah  produksi  masing-masing  varian  produk  kacang  garing,  terlihat  bahwa  produk  Kacang  Garing  medium  grade  merupakan  produk  yang  paling  banyak  diproduksi  oleh  perusahaan  ini  dengan  total  11,30  ton  atau

Referensi

Dokumen terkait

Survey pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 28 April sampai dengan 4 Mei 2012 di SD 1 &amp; SD 2 Yayasan Perguruan Al-Azhar Medan, di peroleh data bahwa dari 6 guru

Beberapa pasien dengan hasil protein urin positif atau proteinuria memiliki faktor resiko penyakit penyerta yang dapat mengintervensi hasil urinalisis protein.. Simpulan:

c. Pada pekerjaan pemasangan keramik biaya pemeliharaan untuk upah pekerja, harga material dan volume kerusakan pada gedung A sangat tinggi dari Gedung B. Sedangkan pada

Hal ini tidak masalah jika perangkat IoT hanya 2 atau 3 perangkat namun akan menjadi masalah jika perangkat Io Tada diberbagai tempat seluruh penjuruh dunia.Solusi yang

(1) Lembaga Penyiaran Swasta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf b adalah lembaga penyiaran yang bersifat komersial berbentuk badan hukum Indonesia, yang

 Wadah A dan tanah tidak diberi pupuk merupakan jenis tanah yang tidak subur karena tanah tersebut tidak mengandung unsur hara dan mineral yang seharusnya diperlukan oleh tanaman

Plotëso katrorët me numra më të vegjël se numri i dhënë... Plotëso etiketën me numrin

Metode observasi dilakukan terhadap siswa low vision kelas II di SLB A Yaketunis Yogyakarta yang bertujuan untuk memperoleh data partisipasi siswa pada saat