• Tidak ada hasil yang ditemukan

* * * * * * * * * * KOREKSIAN MOHON DISAMPAIKAN KEPADA PIMPINAN PANJA RISALAH PANS US RAPAT SEMENTARA 4 RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU PERPAJAKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "* * * * * * * * * * KOREKSIAN MOHON DISAMPAIKAN KEPADA PIMPINAN PANJA RISALAH PANS US RAPAT SEMENTARA 4 RUU TENTANG PERUBAHAN ATAS UU PERPAJAKAN"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

RISALAH PANS US

RAPAT SEMENTARA

4 RUU TENTANG

PERUBAHAN ATAS UU PERPAJAKAN

*

*

*

*

*

*

*

*

*

RAPAT PANJA I KE 7

*

*

*

*

*

*

*

SEKRETARIAT JENDERAL DPR RI J A K A R T A 1 9 9 4

(2)

-UU N0.6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN DAN ATAS UU NO.l2 TAHUN 1985 TENTANG PAJAK BUM! DAN BANGUNAN

---Masa Persidangan Tahun Sidang Rapat Jenis Rapat

s

i f a t Hari/tanggal p u k u 1 T e m p a t Ketua Rapat Sekretaris Rapat A c a r a H a d i r I . ANGGOTA PANJA I F.ABRI 1 • OEDIYANTO. HS 2 . DRS. SOETIKNO 3 • KARSONO 4 . DJOKO SANTOSO 5 . HAD I SUTRISNO 6. DARYANTO I 1994-1995 Ke-11

Rapat Panitia Kerja

I.

Ke-7 Tertutup

Selasa. 4 Oktober 1994

08.00 WIB

Java Ball Room I Oediyanto. HS Drs. Mahmudi

Melanjutkan pembahasan materi.

1. Drs. H. AWANO FAROEK ISHAK 2. DRS. H. ASNAWI HUSIN

3. drs. INRIA ASIKIN NATANEGARA

4. NY. SRI REJEKI SUMARYOTO. SH 5. DEWI PARAMATASARI YUNUS

6. H. HUSNI THAMRIN. SH

7. DRA.NY. NANNY DADING KALBUADI

8. ANDI MATTALATTA. SH~ MH 9. DRS. THOMAS SUYATNO 10. H. JUSUF TALIB. SH

(3)

1. DRS. JUSUF SYAKIR

2. ALIMARWAN HANAN. SH

3. DRA. H.A. CHOZIN CHUMAIDY

4. H. BACTIAR CHAMSYAH F.PDI 1. SETYADJI LAW!. BA 2. DRS. IGN. SUWARDI J. DJUPRI. SH II. PEMERINTAH 1. DR. MANSURY 2. DRS. ABRON! NASUTION 3. DRS. IMAN SAMARYO 4. DRS. ROESDIJONO

5. DRS. NURYADI. MA. MPA 6. DRS. ARIE SOELENDRO. MA 7. MAKMUN GUMAY. SH 8. DRS. M. SOEBAKIR 9. DRS. RUSLI TAIB 10. WIDAYATNO SASTROHARDJONO. SH. MA 11. DJADJA ZAKARIA. SH. MSc

12. IR. SERIRAMA BUTAR BUTAR 13. DRS. DJAZOELI SADHANI 14. DRS. SOENARI 15. DJOKO SUGIONO. SH 16. DR. M. PALAL SANTOSO\ 17. DRS. M. HUSIN 18. DJUNAEDI ARIEF. SH

(4)

KETUA RAPAT (OEDIYANTO HS)

bapak-bapak sekalian yang saya hormati, assalamualaikuM warohmatullahi wabarokatuh. Sesuai laporan dari Sekretariat pada hari ini Rapat hari ke-7 Panja telah dihadiri oleh 19 orang anggota DPR-RI dari 27 anggota Panja. Dengan d~mikian telah mencapai quorum. Dengan mengucap bismillahirohmanirrohim rapat panja kami buka.

Ibu-ibu dan Bapak-bapak sekalian, sesuai dengan konsensus kita kemarin yang disampaikan juga dalam rapat ini, bahwa sebelu kita beranjak untuk membahas lebih lanjut khususnya yang berkaitan dengan hal-hal yang pending RUU KUP maka akan didahului dengan pembahasan RUU PBB. Sebelumnya kami ingin mengingatkan kepada Bapak-bapak sekalian bahwa besok hari Rabu

jam 20.00 akan diadakan rapat gabungan panja-panja untuk melaporkan basil pembahasan RUU di masing-masing panja. Tentunya pada kesempatan itu harapan kita telah menyelesaikan seluruh beban yang diberikan kepada kita baik yang berkaitan dengan KUP maupun PBB. OLeh karena itu harapan kami pada kesempatan ini hendaknya ki ta nanti bisa melakukan pembahasan RUU PBB maupun hal-hal yang pending dari RUU KUP dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien mengingaT waktu yang sangat terbatas. Mudah-mudahan pembahasan RUU PBB ini sudah dapat kita selesaikan sebelum istirahat siang ini, sehingga kita bisa memasuki hal-hal yang pending dari KUP. Demikian sebagai kata pernbukaan dari pagi hari ini, saya ucapkan assalamu'alaikum wr.wb.

Selanjutnya kami berikan kesempatan kepada Pemerintah untuk menjelaskan latar balakang tentang perubahan dari Pasal 3 dari undang-undang PBB, kami persilakan.

PEMERINTAH (DR. MANSURY)

Kami akan jelaskan Pasal-pasal dari Undang-undang Nomor 12

Tahun 1985 tentang pajak bumi dan bangunan yang dengan RUU Pemerintah usulkan beberapa ayatnya dirobah. Nilrnun demikian pasal yang ayatnya dirobah itu kami juga akan jelaskan kenapa ada ayat-ayat yang tetap tidak berobah. Selanjutnya tiap pasal akan jelaskan juga latarp belakang perobahan itu dan penjc, :1san yang Pemerintah anggap perlu untuk diberikan pada perobah I-~= r lJ.J.:than tersebut. Untuk selanjutnya penjelasan akan disar11 ,aikan oleh Pak Machfud Sidik, SE, MSC.

(5)

PEMERINTAH (MACHFUD SIDIK, SE.MSC.) Terima kasih Ketua, mengenai drfat undang perubahan PB khususnya Pasal 3, sebagai berikut :

rancangan undang-bisa kami jelaskan

Pasal 3 ini sebenarnya yang berubah hanya ayat (3) dan (4). Ayat (1) dan (2) ini tetap . Kemudian saya langsung saja menitik beratkan pada ayat {3) dan ayat (4) dari Pasal 3 tersebut. Beberapa tahun terakhir ini banyak diusulkan mengenai wajib pajak PBB khususnya didaerah pedesaan ini dengan tingkat pemilikan atau tingkat penguasaan obyek tertentu ini bisa dibebaskan. Tetapi satu dan lain hal karena undang-undangnya ini tidak memungkinkan untuk memberikan pembebasan sehingga kami sebagai aparat pelaksana tidak dapat berbuat lain kecuali tetap mengenakannya. Yang ada didalam undang-undang yaitu khususnya Pasal 3 ayat (3) hanya bangunan tidak kena pajak dengan nilai tertentu yaitu berdasarkan undang-undang nomor 12 dengan nilai Rp. 2. 000.000,-ini tidak dikenakan PBB. Nah kemudian dengan keputusan Manteri Keuangan secara berturut turut sampai saat ini dua kali, nilai dua juta itu sudah ditingkatkan menjadi 7 juta. Tetapi sekali lagi ini hanya diberlakukan bagi bangunan saja. Nah filosopi pada undang-undang nomor 12 ini t i t i k beratnya itu adalah kegotong royongan. Sehingga walaupun sedikit sehingga masyarakat wajib pajak ini supaya berkontribusi didalam rangka pembangunan nasional. Ini f ilosopinya, tetapi dalam per j alanannya ternyata walaupun sedikit ini cukup memberatkan juga. Lima ribu bagi seorang petani jauh lebih berat seratur ribu dikenakan di perkotaan. Lha disinilah kemudian berdasarkan masukan dari berbagai pihak termasuk Anggota DPR, kemudian Pemerintah dalam kesempatan ini mengusulkan perubahan pasal 3 ayat (3) kemudian sedikit beban redaksional ayat (4) nya, yang tadinya itu bangunan tidak kena pajak sebesar Rp. 2 juta kita usulkan dirubah menjadi Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kana Pajak. Artinya ini tidak hanya diberlakukan terhadap bangunan tetapi apakah i tu bumi atau bangunan. Nah sebagai gambaran untuk kepemilikan kepemanfaatan disektor perkotaan pada dasarnya tidak menjadi diuntungkan atau dirugikan. Sebagai gambaran di DKI dengan adanya ketentua:n ini paling-paling itu · cuma 1% kehilangan. Itu dengan asumsi tidak ada peningkatan NJOP dan lain sebagainya.

(6)

paj ak disektor pedesaan terutama daerah pertanian, apakah i tu wajib pajak yang memiliki pekarangan saja atau sawah yang tadinya sama sekali itu tidak mendapatkan eksensem sekarang mendapatkan dengan nilai 7 juta tadi, artinya dengan nilai SPPT sebesar 7.000 rupiah, jadi ·kalau tanahnya itu bernilai Rp.lO.OOO.OOO,-dulunya i tu membayar Rp .10. 000,- sekarang hanya Rp. 3. 000,- nab kalau itu kurang atau sama dengan 7.000.000 bebas tidak kena. Nah ini kira-kira, kemudian keuntungan yang lain ini bisa ter j adi wajib pajak yang tadinya itu hanya mendapatkan eksemsen misalnay bangunan, bangunannya umpamanya 5 juta tanahnya 10 juta, dia kena PBB 5 ribu, tetapi sekarang dijumlah semuanya Rp.10 juta kemudian dikurangi Rp. 7 juta akhirnya dia kena hanya Rp.3 ribu. Nah ini kira-kira sebagai ilustrasi daripada implikasi mengenai ketentuan Pasal 3 ayat (3), kemudian yang ayat (4). kalau ayat (4) yang lama penyesuaiannya itu dengan suatu faktor tertentu. Ini hanyalah masalah praktis saj a. Nah sehingga didalam keputusan Menteri Keuangan ini ya karena faktor tertentu akhirnya tadinya Rp.2 juta kemudian didalam keputusan Menteri Keuangan itu menjadi misalnya yang Rp. 7 juta itu adalah dua setengah kali dari Undang-Undang, kadang-kadang kalau angkanya i tu tidak bisa dua setengah pas ini bisa agak merepotkan, sehingga didalam hal ini kami usulkan adalah penyesuaian besarnya Nilai Jual Obyek Pajak Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) ditetapkan oleh Menteri Keuangan. nanti bisa 8 juta, bisa 9 juta tidak menyangkut koma-koma an, karena faktor

x

itu adalah sekian kali lipat, ini kira-kira masalah praktis saja. Barangkali untuk sementara penjelasan sampai disini saja, untuk meneriman masukan daripada fraksi-fraksi. Terima kasih,

KETUA RAPAT (OEDIYANTO HS)

Terima kasih Pemerintah yang telah menjelaskan Pasal 3 ayat (3) dari RUU PBB ini, selanjutnya kami persilakan dari F.KP untuk menanggapi,

JURU BICARA F.KP (H. JUSUF TALIB, SH)

Terima kasih Bapak pimpinan,

dari

i

raksi

Karya

Pembangunan, ada. baiknya secara keseluruhan

saja ?ak, atau yang

dari dirubah itu secara keseluruhan itu kita bahas.

(7)

Pasal saja dulu Pak.

JURU BICARA F.KP (H. JUSUF TALIB, SH)

Baik kalau dimulai Pasal, pasal 3 ayat (3) seperti juga di dalam pemandangan umum dan musyawarah fraksi Karya Pembangunan dapat menyetujui pembangunan ini karena ini dipertingkan dan diperhitungkan akan lebih menguntungkan pada lapisan wajib pajak PBB dibawah. Namun pada waktu i tu pada j awaban Pemer intah dan ini mohon dicatat benar bahwa Pemerintah akan mengakomodir didalam penetapan pelaksaan pasal 19 ayat ( 2) yai tu penetapan Menteri yang akan di tetapkan oleh Menteri Keuangan yang diistilahkan penguranga kolektif terhadap wajib pajak di lapisan bawah yang meskipun nilai jual tanahnya itu tidak kena pajak itu melebihi 7 juta, namun kondisi sosial ekonominya tidak memungkinkan dia membayar sesuai dengan NJOP maka disepakati akan diatur dalam keputusan Menteri pelaksanaan pasal 19 ayat

{ 2) yai tu yang diistilahkan pengurangan kolektif. Yang dimulai da:ri tingkat bawah yaitu RT, RW 1 dan Tingkat Bupati dan DPRD

Tingkat II sehingga ditetapkan satu keputusan dari Bupati yang menetapkan sejumlah warga yang tidak mungkin membayar PBBnya sesuai dengan standar NJ0P, itu akan dikenakan pengurangan dan itu akan sangat-sangat memberikan keuntungan buat rakyat kecil dibawah, jadi Pasal 3 ayat (3) kami setujui dengan catatan tadi dan itu sudah dijawab oleh Saudara Menteri.

Kemudian ayat (4) kita sepakat untuk keseragaman didalam penulisan pasal-pasal dan sebagainya, waktu ki ta membahas KUP konon ada petunjuk dari Sekneg dan saya itu bisa kita sepakati tetapi harus konsisten penyebutan ayat itu kalau masih didalam tubuh pasal yang sama i tu bukan dengan kata-kata dalam tetapi ''pada" tetapi yang dirujuk itu diluar pasal yang bersangkutan itu dipergunakan kata-kata "dalam". Ayat (4) disini merujuk ayat ( 3) dalam pasal yang sama disini ditulis dalam tentunya "pada" sama dengan yang ada pada KUP 1 itu saya kira pasal 3 ayat ( 3)

dan aya t ( 4) .

KETUA RAPAT (OEDIYANTO HS)

(8)

JURU BICARA F.PP(DRS. JUSUF SYAKIR)

Dalam pengantar musyawarah waktu sidang-sidang Pansus I

fraksi persatuan mengajukan usulan besarnya NJO PTKP pada ayat (3) Pasal 3 ini tidak 7 juta rupiah tetapi 10 juta rupiah. Pertimbangannya adalah seperti tadi dikatakan oleh Pemerintah uang 5 ribu rupiah bagi masyaiakat pedesaan jauh lebih berharga daripada 5 ribu rupiah untuk masyarakat di perkotaan pada umumnya. Dan sekarang ini terutama di Pulau Jawa dan sebagian besar Sumatera dimana hampir 70% rakyat Indonesia berternpat tinggal masyarakatnya sekitar 60% tinggal atau 70% masyarakatnya tinggal di pedesaan. Karena i tu sekali lagi F. PP mohon dengan seluruh kerendahan hatinya untuk Pemerintah dan fraksi-fraksi mempertimbangkan kembali angka 7 juta ini, karena ·bagi masyarakat pedesaan apalagi yang kena IDT dan jumlahnya tidak kecil, NJOP 7 juta rupiah memang sudah alhamdulillah dibanding dengan undang-undang yang lama. Namun menurut pengamatan F. PP didesa-desa hal ini cukup masih memberatkan dan meperihatinkan. Karena itu kami tidak perlu memberikan alasan-alasan yaog terlalu tinggi 1 alasan kami adalah alasan yang betul-betul

praktis dan fragmatis angka 7 juta ini rnohon untuk dipertimbangkan kembali menjadi 10 juta 1 alasan yang

disampaikan Pemerintah tentang berkurangnya pendapatan Pemda tingkat II kami bisa memahami, dan dengan naiknya NJOP PTKP menjadi 10 juta maka kemungkinan beberapa Pemda tingkat II mengalami penurunan pendapatan daerah daerah dari sektor PBB ini. Tetapi apalah artinya pengurangan sekian ratus juta bagi suatu Pemda dibandingkan dengan suatu kepentingan beratus-ratus ribu bahkan berjuta-juta orang yang tinggal di pedesaan untuk menolong nasib mereka saya kira ini mesti memperoleh perhatian kita bersama. Jadi inilah yang

kami

mohonkan agar angka 7 juta ini dapat dipetimbangkan kembali untuk dinaikkan menjadi 10 juta. disamping tentu saja tetap kemungkinan dipakainya pasal 19 seperti tadi diceritakan oleh F.KP didalam rangka tetap menolong kepada rakyat bawah. Jangan kita bikin undang-undang yang rakyat bawah tetap akan mengalami kesilitan seperti PBB kemarin, sewaktu kita bersama-sama Pemerintah menyusun undang-undang ini kita lalai semua:nya, DPR-RI dan Pemerintah lalai betapa perlunya kalau di pajak penghasilan ada PPKP maka di PBB undang-undang yang dahulu yang sekarang berlaku tidak ada NJOP PTKP.Dan alahamdulillah kesadaran ki ta bersama makd ·ki ta tetapkan NJOP

(9)

yang perlu kami sampaikan, yang lain lainya nanti bersifat teknis. Terima kasih.

KETUA RAPAT (OEDIYANTO HS)

Terima kasih Pak Jusuf silakan dari F.PDI

JURU BICARA F.PDI(STYADJI LAW!, BA)

Saudara sekalian, seperti telah kami sampaikan pada pemandangan umum dan pengantar musyawarah bahwa fraksi PDI mengusulkan agar didalam cara pengenaan terhadap PBB ini tidak diperlakukan secara sektor persektor bumi dan bangunan. Tetapi yang diharapkan oleh Fraksi PDI bahwa itu meruapakan satu-kesatuan yang pengenaannya diberlakukan kepada jumlah akumulasi daripada harga. Nilai jabar lebih ini akan lebih adil bila kita mengenakan seperti itu karena dalam hal kepemilikan itu ada berupa bangunan dan tanah andaikata itu akan dijual toh itu akan diberlakukan dua-duanya dalam satu harga, orang tidak mungkin membeli tanah harganya dihargai berapa dan kemudian bangunannya berapa. Tapi kedua itu merupakan satu kesatuan harga, karena itu pengenaannya diperhitungkan dengan jabar nilai seperti itu. Andaikan karena undang-undang ini menghitung pajak bumi dan bangunan maka

berikut :

kami akan mengusulkan dengan rasio sebagai

pada pengantar musyawarah kami sudah menyampaikan, bahwa kalau petani didesa mempunyai satu bahu katakanlah satu setengah hektar yaitu yang disebut petani gurem oleh Bapak Menteri Pertanian dan Bapak Menteri Koperasi. Itu sulitnya diadakan intensifikasi di bidang pertanian karena semakin banyaknya petani gurem yang hanya mempunyai tanah kurang lebih setengah hektar dan paling satu bahu. Satu bahu itu

±

3.000 meter seperempat hektar itu paling 2500 meter. Kalau petani gurem mempunyai tanah satu bahu atau seperempat hektar, kemudian dia tanami padi, didalam satu kali panen paling bisa menghasilkan satu setengah tono gabah atau satu hektar

±

6 ton Pak. Masa tanamnya selama 4 bulan, kalau harga beras itu 700.000 kemudian dikurangi biaya-biaya untuk penanaman, pupuk, perawatan, dan sebagainya kurang lebih 300.000, maka selama 4 bulan dia hanya akan memperoleh 400 ribu atau dengan perkataan lain 100 ribu perbulan. Dibandingkan dengan pengahasilan tidak kena pajak yang diajukan oleh Pemerintah di

(10)

PPH berkisar 145.000 perbulan bagi penerimaan seorang bujangan. Maka pengahasilan petani ini sudah dibawah jauh penghasilan tidak kena pajak dari masyarakat yang berpenghasilan 145 itu. Katakanlah andaikata ukuran ini adalah pegawai golongan II 145.000 oleh karena itu F.PDI mengusulkan kalau kita sudah mengambil penghasilan tidak kena pajak yang diusulkan 145.000 bagaimana kalau petani itu bisa makan seperti itu, yaitu 145.000 bukan seratus ribu seperti penghasilan tanam padi tersebut. Kalau

i

tu dihi tung kemudian disamakan

yai

tu penghasilan tidak kena pajak sebesar 145.000 maka NJOP TKP yang tidak kena pajak seharusnya lalu rnenjadi 11.000.000 1 - yai tu perkalian dari

145.000 per 100.000 x 7 juta1 ini yang diusulkan oleh rekan

F.PP kalau diperkalikannya dengan 10 juta rnaka akan menjadi seki tar 14 jut a. F. PDI mengusulkan kelayakan saj a 1 kelayakan

yang disepakati atau yang diperhitungkan oleh Pemerintah didalam· menghi tung penghasilan tidak kena paj ak bagi seorang buj angan. Padahal petani itu selalu tidak bujangan. Petani itu selalu berkeluarga karena i tu andaikata NJOP ini dipersamakan dengan penghasilan tidak kena pajak menurut F.PDI layak untuk dinaikkan NJOP menjadi 11 juta. Perhitungannya dengan apa yang saya perhitungkan tadi bahwa itu sama dengan kesamaan penghasilan tidak kena pajak bagi wajib pajak dalam PPh.

Kemudian pada ayat ( 4) "penyesuaian besarnya nilai jual obyek pajak tidak kana pajak sebagaimana dimaksud ·ayat (3) karena ini merupakan pernbebanan kepada rakyat, rnaka seyogyanya undang-undang rakyatlah yang menentukan yang menentukannya. Bukan dilirnpahkan Menteri Keuangan, Untuk agar tidak perlu terjadi perubahan undang-undang untuk melaksanakan penyesuaian besarnya nilai jual obyek paj ak. F. PDI mengusulkan agar penyesuaian i tu disesuaikan dengan perkembangan indeks harga. Dengan demikian secara sendirinya terjadi penyesuaian-penyesuaian terhadap NJOP tersebut. Lalu ayat ( 4) akan berbunyi sebagai berikut "Penyesuaian besarnya nilai jual obyek pajak tidak kena pajak sebagaimana dimaksud pada ayat ( 3} disesuaikan dengan perkembangan indeks harga yang dimulai pada awal tahun." Dengan demikian akan selalu ada perubahan kenaikan atau penyesuaian yang diamanatkan oleh undang-undang ini, demikian untuk pasal 3. Untuk selanjutnya nanti pasal-pasal berikutnya kami akan menyampaikan pendapat. Terima kasih.

(11)

KETUA RAPAT :

Terima kasih, silakan dari F.ABRI.

JURU BICARA F.ABRI (KARSONO) :

Terima kasih, Pimpinan, mengenai perubahan Pasa 3 ayat (3) dan Ayat (4) sebagaimana pemandangan umum F.ABRI yang lalu bahwa F.ABRI menghargai perubahan yang dulu nilai bangunan jual tidak kena pajak ditetapkan sebesar 2.000.000, kini menjadi 7.~00.000, tetapi kr iter ia yang dikehendaki oleh F. ABRI nilai ini adalah nilai dari rumah sangat sederhana, tanpa subsidi. Kita lihat apakah nilai 7. 000.000 ini sudah memadai dengan rumah sangat sederhana pada dewasa ini,karena dihaparkan agar masyarakat yang dibawah untuk mampu membeli RSS itu dibebaskan dari obyek tidak kena pajak. Meskipun nilainya ini pada ayat (4) ada penyesuaian, hendaknya kami ingin menanyakan lebih lanjut mengenai waktu penyelesaiannya. Apakah tiap tahun, apakah 2 tahun sekali apakah 3 tahun sekali. Idealnya adalah disesuaikan dengan perkembangan harga pada saat tersebut, tetapi tentunya ini akan menimbulkan kerepotan tersendiri, minimal kami harapkan 2 tahun sekali sudah ditinjau, sokor bisa tiap tahun, tetapi minimal 2 tahun sekali bagi kami harus ditinjau nilai jual obyek pajak tidak kena pajak, sehingga dalam rangka perhitungan uang masukan bisa lebih direncanakan. Kami ingin meng~tahui pada pasal 3 ayat (4) ini berapa faktur yang diperlukan untuk penyesuaian tersebut. Untuk sementara saya kira hal tersebut kami mohon penjelasan, terirna kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih pak Karsono. Demikian pihak Pemerintah tanggapan dari fraksi-fraksi, selanjutnya barangkali bisa dijelaskan lebih jauh masalah pertanyaan yang disampaikan.

PEMERINTAH (MACHFUD SIDIK, SE, MSc) :

Ter~ma kasih tanggapan dri masing-masing fraksi sebagai jawaban terhadap komentar dari F.KP bahwa pada dasarnya sesuai dengan jawaban Pemerintah pada jawaban terhadap pemandangan umum fraksi-fraksi termasuk juga pengantar musyawarah, memang didalam rangka pelaksanaan RUU ini setelah disahkan, Pasal 19 mengenai pengurangan yang sekarang ini dituangkan dengan suatu keputusan

(12)

Menteri Keuangan Nomor 158 tahun 1991 nantinya akan kita revisi,

r

ki ta sesuaikan dengan usul F. KP yai tu dimungkinkan adanya pengurangan secara kolektif ini untuk mempermudah waj ib pajak yang berhak untuk mengajukan pengurangan terutama pada golongan masyarakat kecil. Secara tehnis nanti kami akan bicarakan dalam l.i.ngkungan Dir j en Pajak, karena terus terang saj a kami bel urn mempersiapkan kearah yang lebih tehnis. Tetapi pada prinsipnya usulan dari

FKP

ini bisa diterima oleh Pemerintah.

Kemudian menjawab usulan dari FPP mengenai NJOP tidak kena paj ak f?ebesar 10. 000. 000 dengan tetap bahwa Pasal 19 ini juga bisa dipakai oleh wajib pajak untuk mengajukan haknya untuk minta pengurangan. Pada dasarnya semangat untuk orang kecil itu untuk tidak dibebani pajak yang diluar kemampuannya ini juga Pemerintah sependapat. Tetapi dilain pihak Pemerintah juga mempunyai misi ba~aimaria kita didalam membiayai pembangunan ini terutama dalam PJP I I ini lebih mandiri 1 termasuk juga untuk

Pemerintah daerah. PBB ini dana yang oleh Pemda secara pleksibel bisa dimanfaatkan apa saja untuk keperluan Pemda yang dianggap prioritas oleh Pemda. Ini juga cermin kemandirian pada tingkat daerah. Dengan adanya dua misi yang i tu tidak selalu sama, tidak selalu searah yaitu wajib pajak jangan dibebani diluar kemampuannya dengan kemandirian didalam rangka pernbiayaan 1 ini kami ilustrasikan bahwa walaupun ada j awaban

Menteri Keuangan terdahulu sudah diberikan yaitu dengan pembebritahuan NJOP TKP sebesar 7.000.000 saja, ini jumlah obyek pajak yang berkurang cukup besar. Jumlah obyek PBB ·ini ada 75 jutal kemudian wajib pajaknya hampir 40.000.000. 17 juta yang nantinya itu bebas dari pengenaan PBB. Ini meliputi prosentasE-: 22 % dari jumlah obyek pajak, Penerimaan meliputi jumlah rupiah yang berkurang itu 95 miliart. Ini merupakan 12 % daripada potensi penerimaan PBB sektor perdesaann, perkotaan tahun 1995. Akibat penerapan ini ada gaerah tingkat II yang tergantung

kepada sektor pedesaan ini sudah 35 % itu akan habis. Kalau 10 juta jumlah obyeknya akan berkurang 26 juta1 prosentasennya juga

otomatis naik yitu 35 %, rupiahnya 151 miliart1 kemudian potensi

yang berkurang.19

%.

Kemudian daerah yang paling parah mengurangi penerimaan daerah tingkat II seperti daerah NTB, NTT dan bebepara dikawasan Timur, termasuk juga beberapa daerah di Sumatra itu 51%, ini juga perlu ki ta pertimbangkan. Kalau

(13)

dinaikkan lagi menjadi katakanlah 15 juta, ini sudah 192 miliart penerimaan yang hilang. Rencananya yang hilang ini akan dikonpensasi dengan 10 % ini. Ini tidak marnpu lagi bagian dari Pernerintah Pusat yang sebenarnya 10 % itu dikompensir kepada daerah dirugikan, kemudian sisanya baru dibagi, ini tinggal 15 jut a ini sudah tidak ada lagi yang dib.agi yang 10 % i tu, ini hanya cukup untuk mengkonpensir daerah-daerah yang kehilangan penerimaan. Padahal yang 10 % itu pada tahun 1994/1995 ini sudah dialokasikan pada masing-masing daerah tingkat II yaitu sebesar 537 juta tiap daerah tingkat II. Kalau itu sesuai dengan usul FPP supaya ini ditmbahkan dari dana APBN seperti Bapak ketahui dengan adanya tarif PPh yang diturunkan ini penerimaan dari pajak penghasilan ini juga kita perkirakan akan turun untuk tahun pertama. Ini merupakan beban yang cukup berat, kemandirian pembangunan ini juga akan kita korbankan. Ini kira-kira sebagai bahan renungan Bapak-bapak sekalian yang disatu pihak memang kita punya semangat untuk membantu rakyat kecil, tetapi dilain pihak ki ta tetap bahwa pembangunan ini tetap ber j alan. Memang sebenarnya kita tidak perlu kuatir yaitu didalam ayat (4) ini akan ada penyesuaian secara periodik walaupun tidak tiap tahun yaitu berdasarkan pengalaman kami untuk PBB ini sudah diadakan penyesuaian 2 kali dari 2 juta sekarang menjadi 7 juta.

Kemudian beralih kepada FPDI cara pengenaan ini untun NJOP TKP ini jumlah kumulatif. Ini memang didalam ketentuan ini sudah kumulatif, jadi tanah digabung dengan bangunannya nilainya berapa, bahkan tidak itu saja kumulatif kepemilikan atau kemanfaatan ini.tadi belum kami jelaskan. Bagi wajib pajak yang memiliki obyek pajak lebih dari satu ini dia tidak mendapatkan untuk yang keduanya. Jadi ini kumulatif dijumlah kalau seseorang misalnya Ali punya 3 bidang tanah masing-masing 25 juta, 30 juta, 30 juta jadi juml~hnya 85 juta, ini dijumlah dulu kemudian dikurangkan 7. 000.000. Salah satunya yang diberikan NJOP TKP. Hanya mengenai Pak Setyadi tadi yaitu dengan perhitungan penghasilan sawah kemudian ketemu angka kurang lebih 11 juta ini juga sama seperti jawaban kami dengan Pak Yusuf bahwa keadaannya demikianlah kita dihadapkan pada penerimaan daerah yang tidak bisa kita bantu lagi melalui tambahan APBN yang dialokasikan daripada kerugian penurunan penerimaan PBB.

Kemudian dari F.ABRI mengenai penyesuaian ini dengan rumah

(14)

sangat sederhana tanpa subsidi, ini saya kira mungkin RSS itu ·juga berfariasi antara di Jakarta, Surabaya apalagi dikota kecil, tetapi pada dasarnya akan ketemu angka yang ini juga bisa kita diskusikan, nungkin akhirnya lebih · dari 7 juta juga. Ini memang tergantung kepada spirit daripada para Angota Dewan yang terhormat dengan Pemerintah dengan gambaran yang kami kemukakan tadi agaknya Pemerintah pada posisi yang sulit untuk pada tahun 1995 ini meningkatkan NJOP TKP lebih dati 7 juta tadi. Pertanyaan kapan ini diseuaikan, penyesuaiannya ini berdasarkan penjelasan dari ayat (4) ini sesuai dengan tadi diusulkan oleh FPDI juga sekalian menjawabnya, berdasarkan mungkin katakanlah konsumer price indek dansebagainya 1 tetapi angka ini juga _bisa

diperdebatkan yang mana yang nanti akan dipakai. Disini secara urnum kita tuangkan didalam penjelasan yaitu dapat diseuaikan dengan perkembangan ekonomi nasional, ini juga termasuk mengenai otomatis itu, tetapi juga secara eksplisit, kemudian juga kemamupan keuangan negara~ pendapatan masyarakan dan sebagainya,

ini lebih makro Pemerintah untuk mengadakan penyesuaian, tetapi sepirit untuk mengadakan penyesuaian tiap periodik ini akan kita lakukan, bahkan barang kali ini bisa dipertanyakan didalam

sesi--~.

__..,..--sesi pembahasan RAPBN masing-masing tahun anggaran 1 say a kira

demikian untuk sementara, terima kasih.

KETUA RAPAT :

terima kasih kepada Pemerintah jawaban terhadap keinginan hampir semua dinaikkan tentunya umumnya adalah naik yang 11 juta, ada yang patokannya RSS

yang telah memberikan fraksi agar NJOP TKP itu lebih dari 7 juta, ada tambah subsidi. Namun demikian nampaknya dari pihak Pemerintah merasa keberatan untuk meningkatkan lebih dari 7 juta dengan beberapa resening yang tadi diajukan oleh Pemerintah. Untuk ini saya kembalikan kepada fraksi-fraksi sejauh mana kita bia mengakomodir apa yang telah dijelaskan oleh Pemerintah tadio Silakan dari FKPo

JURU BICRA FoKP (H. JUSUF TALIB, SH) :

Saudara Pimpinan, seperti kami kemukakan tadi dari FKP sejak pemandangan umum sampai pengantar musyawarah . dapat menerima nilai obyek pajak tidak kena pajak NJOP TKP ini sebesar 7 juta, disamping reseningnya itu memang dibanding dengan

(15)

s,ebelumnya itu menguntungkan rakyat 1 disatu segi juga dengan

penetapan ini seperti diberikan j awaban tertulis oleh Menteri . sekitar 17 juta obyek pajak PBB ini akan hilang1 dengan

nilai

nominal sebesar 95 miliart dan sudah dinyatakan oleh Menteri sesuai dengan apa yang diajukan oleh FKP bahwa 95 miliart itu tidak akan dibebankan kepada daerah tingkat

II

dan tingkat

I,

melainkan akan diambilkan dari jatahnya pusat yang 10 % jatah pusat selama ini sekitar 60 miliart jadi dikurangi 95 miliart dengan demikian masih utuh untuk kepentingan pembngunan daerah khususnya daerah tingkat

II.

Jadi FKP melihatnya dari dua sisi, tetap sepenuhnya ki ta memperhatikan kepentingan yang dibawah 1

tetapi kepentingan penerimaan negarapun harus kita pertimbangkan. Jadi dengan perhi tung an bahwa nilai jual obyek pajak tidak kena pajak ini tech tidak bersifat standart yang tetap, akan selalu diadakan perubahan sesuai dengan perkembangan. Jadi dari FKP melihatnya nilai 7 juta itu diberlakukannya untuk tahun 1994. Jadi 1995 kemungkinan berubah, bisa menjadi 10 juta mungkin lebih1 dan kewengan itu diberikan

didalam ayat

{2)

1 dan kami sependapat kewenangan itu tetap

seperti didalam konsep

RUU

yaitu ditetapkan oleh Menteri Keungan. Dan ternyata ini kan kecenderungan kuat makin lama itu makin menguntungkan untuk yang lapisan bawah, dan pemerintah, Menteri KKeuangan kalau saya tidak salah tangkap bisa kita

teliti lagi di notulen itu mengatakan bahwa penetapan 7 juta itu diberlakukan untuk 1994, ini berarti untuk tahun pajak 1995 itu nilainya diperkirakan akan berubah. Jadi akau sekarang kita sudah menetapkannya lebih dari itu 10 juta dan sebagainya, barangkali perlu kita perhitungkan kembali tidak semata-mata pengurangan beban rakyat yang tadi 17 juta itu obyek pajaknya hilang, tetapi juga perlu diperhitungkan tentang penerimaan pendapatan negara, saya kira itu pak terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih Pak Yusuf, barang kali dari FPP ?

JURU BICARA F.PP (DRS. JUSUF SYAKIR) :

Pertama kami terima kasih kepada jawaban pemerintah yang telah menjelaskan mengenai masalah 7 juta yang penjelasannya sama persis dengan penjelasan sewaktu di rapat Pansus. Jadi

(16)

kelihatannya posisinya masih belum berubah khusus dipenjelasannya masih sama dan kami masih juga mohon dengan seluruh kerendahan hati untuk, bukan be las kasihan untuk ini, mohon pengertian saja dan juga kami mohon pengertian fraksi-fraksi lain untuk bersama-sama ki ta untuk memper juangkan NJOP TKP itu dinaikkan dari 7 juta menjadi 10 juta. Jadi posisi kami masih tetap sama. Kemudian yang kedua mengenai faktor menyesuaian yang disini istilahnya penyesuaian besarnya NJOP TKP ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Saya kira ini perlu kita· sesuaikan dengan kesepakatan yang mungkin ini di Undang-undang PPh juga ada. PPKP, faktor penyesuaian -PP"KP diserahkan kepada

--·----Menteri Keuangan konsepnya.- Tetapi fraksi-fraksi juga rnenghendaki supaya penyesuaian PPKP i tu juga dengan undanga-undang, dan kami setuju sekali penyesuaian besarnya NJOP TKP itu

j u g a den g an un dang- u n dang tid a k de n g an k e put us a·n Menter i

Keuangan. Cara yang bisa diambil adalah karena setiap tahun kita mengluarkan undang-undang APBN itu dua kali, pada akhir Pebruari keluar Undang-undang Pokok APBN, kemudian pada bulan awal Juli keluar UU APBN TP dan itu dikerjakan tiap tahun, sehingga

kesempatan untuk memasukna NJOP TKP dan memasukkan PTKP kedalam undang-undang bukan sesuuatu kesuli tan tehni us yang istimewa. Karena itu kami mohon supaya penyesuaian NJOP TKP itu juga dengan undng-undang atau lewat Undang-undang APBN induk atau lewat Unndang-undang APBN TP yang setahun dua kali dilaksanakan. Jadi kami yakin bahwa Pemerintah tidak keberatan mengenai masalah ini, karena masalah tehnis semata-mata ini dan ini untuk mendidik, untuk pendidikan politik rakyat, karena didalam Pasal 23 UUD 1945 rakyatlah yang menentukan berapa besar yang hahrus dia pikul sehingga penentuan besarnya pajakpun itu rakyat melalui perwakilannya yaitu DPR, kata UUD 1945. Marilah kita coba sekarang ini kita mulaiu penentuan besarnya tarif pajak kita tetpkan dengan undang-undang artinya deng3n persetujuan DPR, sehingga penyesuaian faktor penyesuaian dan yang ada di UU PPh dan UU PBB itu penyesuaiannya dikerjakan bersama-sarna antara Pernerintah dengan DPR toch kesempatannya 2 kali. Dalam prakteknya penyesuaian PTKP dikerjakan paling cepat setahun sekali, bahkan saya kira dua tahun sekali. Saya tidak tahu persis berapa sejak tahun 1984 sampai sekarang disesuaikan berapa kali, saya kira paling lama setahun sekali, padahal kita

(17)

punya kesempatan setahun 2 kali kita bisa bicara Menteri Keuangan dengan DPR dalam hubungannya dengan masalah anggaran. Kaarena besarnta PTKP dan besarnya NJOPTKP itu juga menyangkut besarnya anggaran negara dan itu bersama-sama bisa dibicarakan didalam UU APBN induk yang dibicarakan pada bulan Januari dn Pebruari, atau dibicarakan pada UU APBN TP yang dibicarakan pada bulan Juni dan Juli setiap tahun, ini usulan kami dan untuk itu kami ucapkan terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih Pak Jusuf, silakan dari F.PDI.

JURU BICARA F.PDI (SETYADI LAWI, BA) :

Pada pikiran kami terbayang bahwa kalau undng-undng ini diumumkan maka berlakulah undng-undang initerutama yang menyangkut masalah NJOP. Kamipun memcatat bahwa pengenaan ini adalah diberlakukan untuk tahun 1994 seperti yang diutarakan oleh Menteri Keuangan. Karenammemang hakekatnya 7 juta ini sudh mulai diberlakukan sejak tahun 1992 yaitu dengan surat Ketatap menteri 1291/KMK 04/1991 tanggal 13 Desember 1991, sehingga pengenaanya diberlakukan pad :Qulan Januari 1992. Jadi sarnpai sekarang sudah 3 tahun. Apabila kita sekarang membicarakan untuk perubahan hakekatnya adalah untuk mengawali suatu perubahan penyesuaian. Tadi kami sampaikan bahwa kami belum tabu apakah di PPh, PPKP itu sudah selesai berapa yang disepakkati. Disini kami mengambil ancang-ancang dengan apa yang diajukan oleh Pemerint~h yaitu PPKP 145.000 penghhasilan tidak kena pajak. Kalau petani

juga kita anggap punya penghasilan dari tanh yang dia miliki, kami sudah menghitung tadi bahwa maksimum yang dia peroleh hanya 100.000. Jadi apakah ki ta ingin meletakkan pet ani i tu justru dibawah penghasilan tidak kena pajak dari starta penghasilan orang bawah yaitu 145.000. Untuk perbandingannya menurut penyelidikan bahwa Pegawai Negweri di Indo~esia ini 70 % berada di Go long an I I yang penghasilannya berkisar an tara 145.000 -150.000 itu. Apakah petani akan diletakkan dibawah garis itu, padahal dia adalah orang-oorang swasta yang bberjuang untuk menghidupi diri sendiri, dia menghadapi tantangan mungkin fuso, mungkin kena wereng dan segala macam yang tidak lain juga disana terancam kemungkinan terikat pada hutang-hutang diluar bank. Jadi golongan-golongan yang saya ajukan ini adalah golongan yang

(18)

benar-benar mempunyai resiko tinggi, stragle untuk hidupnya berat, apakah kita akan tetap juga mengenakan pajak kepada mereka yang untuk mempertahankan hidup sendiripun masih dengan stragle yang be rat. Dengan Rp .100. 000 untuk 3 anak satu bulan yakin kami bahwa itu tidak cukup. Janagan hendaknya kita rnengukur bahwa garis kerniskinan adalah 28.600 untuk kota, 19.600 untuk tingkat desa. Apakah kita juga tidak mempunyai rencana untuk supaya mereka itu terangkat dari garis itu. Kalau kami menggunakan ukuran apa yang sudah diajukan oleh Pemerintah, semata-rnata hanya untuk memudahkan supaya tidak ter jadi suatu debat tentang seberapa yang dibutuhkan oleh masyarakat layak hidup. Kami mengambil satu sikap bahwa 145.000 ini sebagai penghasilan tidak kena pajak.dapat dijadikan ukuran. Ini Pemrintah yang mengajukan sendiri dan kami mengikuti itu, tetapi hendaknya adil, kalau strata itu mau dipergunakan, ya disemua penghasilan sebesar i tulah yang tidak kena pajak. Dengan karni mengusulkan Rp.245.000 mengikuti Pemerintah, hendaknya pendapatan petani itu diukur dati situ Rp.145.000 juga. Kalau itu yang kemudian yang kita perhitungkan maka sebetulnya kalau 145~ooo ini didalam kehidupan satu bulan untuk satu orang, sekarang yang 145.000 itu untuk satu keluarga. Karena itu kami mengulangi lagi, dengan mengikuti perhitungan dari pihak Pemerintah kami ingin mengusulkan itu sekitar 11 juta, semata-mata mengikuti dengan apa yang sudah diajukan Pemerintah dengan PTKP 145.000.

Kemudian yang kedua, andaikata dengan itu akan kehilangan b any a k p e n d a p a t an: u n t u k d a e r a h t in ~k a-n I I , s e p e r t i k a rn i sarnpaikan

(19)

dengan itu akan kehilangan banyak pendapatan untuk Daerah Tingkat II se-perti kami aampaikan pada Pengantar Musyawarah banyak di dalam APBN itu yang bisa diaederhanakan, yang bisa dihemat untuk menolong rakyat kecil ini, banyak contoh disana yang kami sudah sampa.ikan bahwa terhadap pos -pos tertentu yang tidak ada sangkut pautnya aama sekali terhadap pengen-taaan kemiskinan itu nailc:n¥a luar biasa. Banyak pos-pos yang tidak ada sangkut pautnya dengan rakyat kecil naiknya luar biaaa, tetapi untuk poa yang seperti ini justeru diperhitungkan akan kehilangaD dan lain se~.! nya. Kalau dikompenaasikan dengan peaghematan APBN, kami yalcin bahwa un-.

tuk menutup .Yens 170 mU,-ar bukan hal-bal yang aulit kalau kita ada ke -mauan untuk menutup kekura.ngan penerimaan Daerah. Tingkat II dan ada ke -mauan untuk lebih concem/peduli kepada ralcyat··, ·kecil, kepada rakyat yang mempertaha.nkan hidup aaja sudah susah. Tentu kami akan mencoba d.i da.laa mekaniame APBN beruaaha agar apa yang kita sampaikan itu akan kami per

-juangkan agar biaa ditutup dari APBN, manakala nilai jual obyek pajak biaa ditetapkan seldtar 11 sampai 11i' juta.

Yang ketiga, pa.da ayat

(4)

kita sudah ada keaepakatan bahwa hal yg langsung membebani kepada ralcy'at hend~ tidak dilimpahkan kewenangan kepada eiapapun, tetapi ralcy'atlah yang akan menentukan lewat undangun -dang ini. Karena itu tadi kami mengusulkan dengan amanat undang-undang _!

ni diadakan penyesuaian berd.asa.rkan indeka harga 9 bahan pokok,

maar

ca-tatan saya t idak dibaoa tadi, diseau.aikan dengan perkembangan indeka ba~ ga

9

bahan pokok. Kalau 1ndek8 harga terhadap BBM, terb.adap apa, ini B_!-ya anggap terlalu rislcan, tetapi kalau 9, ,baha.n pokok nailc:n¥a tidak terl.! lu banyak, dan itu mengikuti kemampuan masyarakat. Kami tidak menghitung dari diaesuaikan dengan perkembanpn inflasi, tidak, hanya indeks harga

9

bahan pokok.

Dengan amanat itu mslca denpn sendiriJl1'a, apaka.h itu akan terjadi aetiap

tahun,

apakah terjad.i dua tahun eekali, ada penyeauaian, ya.ng penyesuaiJ.i.. an itu secara otomatis, tidalc perlu lagi kita kemudian mendesak-deaak k.! pads. Pemerintah untuk menyesuaikan dan tidak perlu lagi kita me:mbah un-dang-undang, dan aebagainya. Ini bukan karena tidak mempercayai Menteri Keuangan, tetapi ada hal-hal tertentu yang keweDangannya. itu haru.s bera-da di tangan ralqat sendiri dan pa.da hal-hal tertentu dapat diberilcan ke

-pada Mepteri Keuangan bahkan kepa.da mungkin eselon eli bawabnya.

Demikian Sauda.ra Pimpinan dari Pemerintah bahwa untuk ma.salab ini bagi kam1 merupakan hal yang prinsip, karena ini betul-betul menyangkut beban kepada rakyat keoil, dan kami berusaha mengusulkan kepa.da Bapak-b,! pale sekalian dalam rapat ini untuk seti~, kalau tidak bisa melepas-kan seluruhnya, aedilcit mengu.rangi beban itu supaya mereka bisa agak le-bih leluaaa hidu:p.

(20)

Demikian Pak Ketua dan Saudara-saudara sekalian yang terhormat. Terima kasih.

Km'UA RAPAT :

Terima kasih dar! Frakei PDI, silakan dari Fra.ksi ABRI.

JURU BICARA FABRI (KARSONO) : Terima kasih Pimpinan,

Fraksi ABRI dapat memahami penjelasan Pemerintah, tetapi mengenai a-yat

(4)

kami sebetulnya ingin waktunya lebih ditentukan, karena pad.a pen-jelasan disini disebutkan nilai jual obyek pajak tidak kena pajak dapat disesuaikan dengan memperhatikan perkembangan ekonomi naaional. Dapat ini biea diaesuaikan, bisa tidak. Jadi kami ingin langsung saja kata dapat i-ni dihapus. Jadi nllai jual obyek pajak tidak kena pajalc disesuaikan,

we:!

tunya kalau bisa aetiap tahun bagus syukur alhamdulillab, tetapi minimal dua tahun sekali haru.s ditinjau diseeuaikan, kalau tiap tahun aesuai de-ngan APBN, ideal, tetapi minimal dua tahun sekal i dieesuaikan dengan per-kembangan ekonomi nasional.

Demikian usulan kami, terima kasih.

KEl'UA RAP AT :

Silakan Pak .Daryanto.

JURU BICARA FABRI (DARYANTO) Terima kasih,

Bapalc-bapak dan Ibu-ibu,

--Pe~anyaan Fralcsi ABRI masalah rumah RSS, apakah itu tidak sesuai harganya

7

jut a. Memang menurut pengamatan kami, dan in! sudah kaai ada -kan peninjauan ke Karawang, ba.rga RSS tidak ba;oya satu macam, tetapi ada t:Lp macu, J&rli

palin&

murah memana

7

juta, kalau kita bel! haws membe-rilam down payment 1 juta dan oicilan setiap bulannya

65

ribu selama lima be las tahun. Yang kami sakaikan memang menyedihkan, gente:ngnya mungkin yg paling jelek, batalto, mungkin untuk kandang kambing baik aekal.i.

Ada tiga aacam :ass, yang tad! dilcatalcan

7

juta, kemudian yan1 kedua nama-nya sama RSS tetapi harga.nama-nya

17

juta, k•udian yang ketiga harganya lebih mahal kira-kira

17

juta, luaeeya sama, yang berbeda h.a.nya materialnya.

(21)

Jadi yang terbaik itu bawahnya pakai keraaik, temboknya plaster dengan b.! ta, kayunya lebih baik, gentengnya lebih baik.

Jadi kami mohon penjelasan lagi, apakah betul RSS yang ditanyakan ABRI t.,! di itu

7

juta. Kalau itu betul memang RSS ya.ng paling jelek. Jad.i kalau saya beli RSS yang

7

juta, mungkin d.alaa tempo 1 tahun saja sudah banyalt yang rusak. Kalau sqa mau memperba.iki, mungkin nilainya sudah lebih dari

7

juta, mungkin bisa 10 jut a a tau 12 jut a.

Saya hanya mau menjelaakan, apaka.h tadi yang dikatakan/ditanyakan Fraksi ABRI itu berarti BSS yang paling DNrah, jad.i bukan yang agak menengah.

Saya klra cukup eekian, terima kaeih.

KF!PUA RAPAT 1

Terima kasih Frakai ABRI,

Demikian pihak Pemerintah, nampaknya dengan segala argumentaainya Frakai-f'ralcsi melibat 7 juta tadi adalah ma.sih belum reaainable untuk me!! bantu kehidupan rak;yat.

Barangkal.i d.i bena.k Pemerintah ada euatu kata kunci, artlilya illmgkin ti-dak bisa memenuhi apa yang dikebenda.ki oleh Fraksi-f'raksi secara penuh Xl;! mun bara.ngkali kalau masih ada kata kunci dari Pemerintah, eehingga kita

ini masih memperhatikan kehidupan rakyat yang kecil dibandingkan tad.i ka.-lau. Fraksi PDI menjelaekan kalau di kota pegawai negeri bisa. memberikan bataa tidak kena :pajak adalah

145,

baga.imana kalau di daerah pertanian. Yang kedua tentunya, tadi d.ari Fra.ksi-fraksi mengharapkan utamanya di ayat_(2)maaalah ketentuan itu oleh Menteri, umumnya mengharapkan bahwa itu dengan undang-undang. Dapat saja itu dengan undang-undang langeung B.!

perti tadi disarankan oleh FPDI langeung dijelaakan kriteria yang diperl~ kan disitu. Namun demikian na.nti kalau duduk di Pimpinan boleh menguaul -kan kita mengetahui bahwa masala.h perpaja-kan ini merupa-kan beba.n kepad.a. rakyat, tentunya haru.s ditentukan dengan undang-und.ang. Namun demikian k.! ta mengetahui bahwa tidak semudah itu membuat undang-undang, artinya

tidak bisa dalam waktu singkat. Oleh karena itu kalau boleh dami meja Pim -ptnan menyarankan bahwa kriteria itu atau penyeauaian itu ditetapkan oleh Pemerintah aeaudah konsul taai dengan DPR. Denga.n demikian makna dari bah-w.a DPR atau wakU rakyat tadi turut aktif menentukan beban rakyat ini ma-aih bisa diikutkan. Hal ini kami katakan adalah masih ada undang-undang ya:ng lain aeperti ini adalah kalau kita lihat Undang-undang Pertambangan Nomor 11 Tahun 1967 kontrak-kontrak karya yang aeha.ruanya dilaku.kan ·de-ngan pihak a.aing itu harus konaul taai de·de-ngan DPR, biarpun tidak berupa ~

dang-undang.

Untuk ini saya kembalikan kepada Pemerintah.

(22)

PEMERINTAH (DR. MANSURY) :

Jawaban akan disampaikan oleh Bapak Abron!, sesudah itu mungkin ada hal-hal yang lebih teknis ak:an disampaikan oleh Pak Mahf'ud.

PEm!RINTAB (DRS. ABRONI NASUTION) Terima kasih Pak,

Saya akan menyampaikan yang umum, yaitu pertama persia seperti yang disampaikan .Bapak Ketua tadi.

Memang

pajak inikan be ban raJQrat, tetapi kalau kita bicara mengenai NJOP

Pl'XP, itu semua sebena:reya penyesuaiannya mengarah kepada mengurangi be~ ban ra.kyat , bulain menamba.h.

···emang kalau kita kaji bahwa semu.a yang menyangkut beban ralqat dan se -mua yang menyangkut penerimaan negara, itu dengan undang-undang, itu be-nar. Tetapi perlu dicatat ini bukan yang menambah tetapi justeru. mengu -rang!. Namun berakibat juga ke APBN, oleh sebab itu benar juga kalau be~ dasar undang-undang, jadi sama-sama benarnya.

BaransJcali b&f3US jusa kita lihat apa yang terjadi sekarang di Panja PPh, disana juga membicarakan tapisan

(?)

tarip, juga Pl'KP. Saya dengar info~ maai penyesuaiannya sudah dapat diterima juga disana dengan SK Menter! Keuangan. Dan selama ini, sampai dengan hari ini, ini memang kewenangan oleh undang-undang diberikan kepada Menter!. Jadi tinggal kemauan kita

s.!:

ja sebenarnya, kalau undang-undang memberikan kepada Menter! lean tidak.! da masalah, dan kalau kita mau, itu tentu undang-undang akan memberikan kewenangan itu kepada Meateri.

Tadi dikait-kaitkan NJOP Pl'KP dengan PBB, sebenamya kalau kita lihat, inikan jenis pajak yang undang-undanpya sendiri-aendiri, kalau Pl'KP itu Penghasilan Tidak Kana Pajak, seorang yang tidak ~ rumah dan tanah sekalipun bataseya ya itu, kalau d1a penghasilannya kurans dari itu, dia tidak kena pajalc penghaailan, dia memanc tidak punya. rumah, tid.alc ~a tanah, apakah banyak yang begitu, ba.:'~~ sekali masyarakat kita yang be-gitu.

Ini yang satu pajak penghasilan dan yang satuupajak kebendaan yang kita bandingkan. Jadi kalau tadi batas penghasilan, sekarang batas harta be~ pa ru.mah dan atau tanah. Kalau tad! dicontohkan di Karawang, barangkali itu persia saja memang kenyataannya begitu, tetapi apa memang contoh itu bisa mewakili, saya kira tidak, saya sendiri dari kampung, kalau

7

juta di kampung·· aaya bisa dapat

4

hektar lebih sawah, itu cukup membiayai dua orang anak sampai mahasiswa, kalau sekolahnya di Medan. Barangkali ban -dingannya kita harus lihat jangan di Karawang daerah industri yang demi-kian mahal, kami maunya batas ini mewa.kili semua, sebab ini menyangkut

penerimaan daerah.

(23)

Jadi kalau tadi Karawang dengan daerah aaya barangkali sudah tidak kena,.-; dan saya kira 'Kalimantan juga tidak kena, miaalnya tanah Grogot sana itu mungkin dengan 7 juta bisa 6 hektar aawah atau kebun, itu bisa. Kalau 6 hektar sawah di kampung, itu sudah temaauk lcaya, dan aaya yakin orang itu jadi obyek PPh, te:rma.sulc orang yans terkena PPh. Ini mungkin perlu kita timbang mengenai penentuan bataa ini, dan yang paling panting, lea-leu sampai saat ini kewenangan itu bisa diberikan kepada Menter!, kenapa kita sekarang mau merubah, padahal aebena:t"nl'a di a l • keterbukaan, kepe~ cccy-aan meetinya malcin banyak, sehingga roda Pemerintaha.n makin lancar. Jadi barangkali hal-hal yang pokok saja, tidalt kenanya bandinga;n NJOPPICP dibandingkan dengan Pl'KP, apalagi dengan mengaabU contoh di pinggiran Jakarta.

Demikian aaja barangkali sekedar penjelasan yang WIIWil, nanti Pale

Machmud bisa memberilcan lebih detail. Terima kasih.

PF.MERINTAH (DR. MANSURY) :

Sebelum Pak Macbmud, saya kira perlu juga ditambahkan bahwa Pemer~ tah itu adalah Pemerintahnya rakyat juga, .dan oleh lcarena itu Pemerintah memperhatika.n seluruh rakyat. Dengan demikian malta Pemerintah itu barus memperhatikan bukan saja pengurangan pajak, tetapi juga pengurangan

pen.!

rimaan yang diperlukan untulc membiayai pengeluaranpengeluaran Pemerin -tah te:rmaauk pengeluaran-pengeluaran d1 bidang eosial yang ditujukan te_£ utama bagi rakyat kecil.

Mengenai peningkatan batas nllai jual yang semula bangunan aaja dan selcarang diperluas menjadi selurW1 obyek dan dengan demikian meliputi j_!

ga bumi disamping bangunan saja, itu sudah akan menyebabkan pengurangan obyek pajak

17

juta. Jadi keseimbangan inllah yang dicari oleh Pemerin -tah bagaimana klta bisa memperhatikan supaya. rakyat kecil tidak ken.a. pa-jalc, tetapi juga penerimaan yang hilang adalah tidak demikian besar, dan kita. harua memperhatikan demi keadilan malca apabila pengurangan itu di-tingkatkan maka yang menikmati pengurangan itu bukan hanya rakyat k.ecil saja, tetapi semaa yang di atas menikmati sehingga alcibatnya jumlah pen.! · rimaan aemakin besar yang berkurang.

Ini klmsi mohon diperha.tikan, dengan ini kami ingin menyatakan bahwa se-mua usul atau maaukan yang disampaikan oleh Fra.k.si-!raksi itu sangat ka-m.i hargai dan kami mamahami sepenuhnya, tetapi Pemerintah juga mohon un-tuk dipahami dan dimengerti bahwa ldta juga perlu maaih memperhatikan k,! seimbangan antara. pengurangan pajak yang a.kan diberikan pa.da rakyat ke -ell dengan pengu.rangan penerimaan yang juga nantinya akan menyebabkan P.! ngurangan pengeluaran Pemerintah.

(24)

Demikian Bapak Ketua, dan sekarang saya persilakan Pale Mach!'ud men-jawab hal-hal yang lebih teknis.

PEMERINTAH (MACHFUD SIDIK, SE, MSc) :

Saya kira saya juga tidalc begitu banyak tambahan, hanya. ada beberapa point untuk menambablcan keterangan dari Pak Abron! dan Pak Mansur.y, sepe_£ t i tadi sudah disitir Pale Jusut Syakir bahwa disamping NJOPl'KP, sqa ula-ngi lagi bahwa wajib pajak kalau miaalnya merasa bahwa penetapan P1m itu masih dirasa berat, ini bisa mengajulcan pengurangan, bahkan dijanjikan di dalam Penjelasan Pemerintah bahwa pengurangan itupun yang tadinya itu in-dividual, sekarang ini bisa dil~ ___ secara kolektit.

Yang berlaku sekarang, pengu.rangan itu bisa sampai

75%

bahkan untuk laban yang tadi disinggang-singgung oleh Pak Setyadji.Lawi yang tidak berbasil dan sebagainya, ini bisa 100)6. Faktanya memang sudah pemah kita lakukan, bahkan yang mengalami bencana alam dan seba&ainya seperti Maumere, B8lJ1U-wangi, bebas 100}6 tidak dipungut untuk tahun-tahun yang bersangkutan.

Ini sebagai tambahan bahwa Pasal 19 ini masih bisa dipakai Wltuk me-ngurangi lagi beban wajib pajak yang meraaa masih lebih berat.

Kemudian mengenai qat

(4),

ini konaisten dengan Pl'KP kelihatannya juga, yang tadi sudah dijelaskan oleh Pak l~ansury dan Pa.k Abron!, kami

B.!

rahkan saja kepada Panja yang lain konsiatenainya.

Saya hazlya tambahkan mengenai praktek, ini untuk menjelaskan juga ayat

(4)

yang dilalcukan oleh Pemerint ah mengenai Pl'KP, kalau itu dilakukan menurut

indeks, katakan indeks

9

bahan pokok, ini malah tidak sampai

7

jut a. :Berdasarkan pengalaman sekarang, aijak tahun 1986 sampai 1994, ini

menja-di

3i

kali, sekarang tingkat inflasi c\Uil8. 10}6, di bawah 10)6 dan sebagai -nya.

Sebagai bandingan, untuk P.rKP maka sejak diperla.k:ukan Undang-undang PPh tahun 1984 sampai 1993, maka sudab 1, 721 kali, jadi masih b~ak PBB. Jadi kekhawatiran pelaksanaan ~at

(4)

ini nantinya kalau tidak diikat d.! ngan 2 tahun sekali atau dengan indeka 9 bahan pokok, saya kira tadi juga

disebutkan oleh Pale Mansury, Pemer:.lntah ini juga Pemerintahnya rakyat. Demikian sebagai tambahan, terima kasih.

PEME:RINTAH (DR. MANSURY) :

Sebaga.i kesimpulan,r iengan demikian Pemerintah mengbarapkan supqa pemberian pengurangan ;yang bersif'at 'WIIWil ini dapat diteria, dan bagi ra;!

;yat keoil yang masih mengalaai atau yang meraaa pengenaan PBB ini terlalu

(25)

tinggi seca.ra kelompok-kelompok itu akan dllalcukan pengu.rangan kolelctit. Saya kira itu yang perlu ditegaslcan, dan untuk itu biarlah kewenangan yg sekarang telah diberikan kepada Menteri Keu.angan itu masih bisa diberi -kan terus aehingga bisa lebih fiekaibel Pemerintah melalalkan penyeauaian Demilcian Bapala~.K.etua.

KETUA RAPAT :

Terima kasih kepada Pemerintah,

Barangkali kesempatan untuk kit a skors, mungkin aambil lobby, mud.al! mudahan seaudah istirahat ada satu berita yang lebih bailc pada Panja ini.

JURU BICARA FKP (DRS. THOMAS SUYATNO) : Sedikit saja Pak,

Sambil diekors, karena masalah NJOPTICP ini berhubungan dengan Panja yang lain, selama. masa akorsing barangkali Bapa.k Pimpinan Sidang bisa m_! ngadakan pembicaraan, mengadaka.n koDIWlikasi dengan Pimpinan Panja yang lain, mungkin bisa mend.apat kabat yang bailc.

Demikian Bapak Ketua, terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kaaih Pak Thomas atas inf'orma.sinya, apaka.h ma.sih ada ? • Silakan Pak Karaono.

JURU BICARA FABRI (KARSONO) :

Usulan kami pada penjelasan nilai obyek paja.k tidak kena pajak dapat dihapuskan, belum dijawab.

PEMERINTAH :

Kami rasa tidak ada keberatan, biaa dicabut.

XEIT'UA RAP AT

Demikian Bapak-bapak sekal ian akora eampai eetengah jam.

( Palu diketok satu.kali dan rapat diekore pukul 11.30- 11.00)

(26)

Selanjutnya kami ingin menanyakan kepada Fraksi-fraksi dan Pemerin-tah apakah yang berkaitan dengan NJOP.PKP telah diadakan suatu lobpy dan mendapatkan satu kesimpulan yang posit if. Kal~~_belum melakukan lobby,

.!

pakah perlu diskors lagi untuk lobby.--Kami tanyakan dari FPP.

JURU :BICARA FPP (DRS. JUSUF SYAKIR) Terima kasih Pak Ketua,

Tadi Pemerintah telah menjelaskan kembali hal-hal yang berhubungan dengan masalah penyesuaian besal."n1'a NJOPPTKP yang oleh rancangan ini di-tetapkan oleh Menter! Keuangan.

Kalau Fraksi Persatuan mengusulkan ini ditetapkan melalui DPR, tidak be_E ~1 bahwa Fraksi Persatuan menganggap Pemerintah ini bukan Pemerintah -nya rak:yat atau menganggap bahwa Fraksi Persatuan tidak percaya kepa.da

~lenteri Keuangan atau menganggap bahwa kini bukan saatnya lagi keterbuk,! an, sama sikali bukan itu, sama sekali tidak ada kaitannya dan saya kira tida seoransPUfl yang duduk disini •nganggap Pemerintah ini hukan Peme rintalmya rakyat, saya kira bukan j&Dl81lnya lagi kita membicara.ka:n masa -lah itu.

'radi yang kami usulkan adalah masalah pendidikan politik rakyat. Jadi hal semaoam in!, ini bukan hanya sekali ini kita kemuk:akan, setiap kita bicara ma.salah penentuan besarnya su.atu tarip selalu Frakai Persatuan

t,!

dale pernah tid.ak untuk mengusulkan itu diterapkan dengan undang-undang, dan berapa tahun lagi kita juga akan membicarak:an itu lagi, ini meJDaDC ya d.asarnya itu, seperti kalau ~a masalah Jjapak-bapak mengetahui umpamanya saja melihat Sidang Umum MPR, sejak 1973-1978 sampai 1988-1993 suaranya sama saja, walaupun kalah tetapi tetap dikemukakan. Jadi jangan dianggap lho kok baru kali ini dikemukalcan, bukan aekali ini, Bapak saja

yens

tidak memperhatikan, malahan kaai ini kadang-kadang bosan juga kar.! na kami mengemunkan hal-hal yang sama, tetapi kami juga dengar alasan yang sama dari pihak lain, tetapi kami tidak bosan, karena tugasnya me -:nyampaikan, soal bagaimaua itu soal kedua.

K.al.au Pemerintah belum yakin atau belWI mau, Fraksi lain belum yakin

be-lua mau, itu urusannya

seniiri-sendiri,_ tetapi kami tetap akan menge~ kan itu. Jadi Bapak-bapak jangan kaget, itu sudah biasa sudah rutin kami kemukakan, walaupun kadang-kadang akhirnya, Bapak-bapak mungkin berpikir akhirnya menyerah juga, kan begitu biasanya, itu juga saya sadari, teta-pi maaa tidak berbicara, kita .mesti bioara dulu dong, itukan kira-kira. Jadi tadi dikemukakan hal-hal itulah tuntutan kami.

Jadi ini kami kemukakan dimana saja ya seperti itu, tetapikan dalam bidang

politik •••••••••

(27)

politik kata Pak Ketua itu yang panting menoiptakan keiDWlgkinan-kemungki£ an dulu, dan kalau kemungkinan-kemuiigkinan itu bisa dioiptakan lalu kita melaksanakan .yang mungkin-mungkin dilaksanakan, yang tidak mungkin jangan dilak:sanakan, itulah politik. Jadi kalau suatu idealisme belum mungkin di laksanakan, orang politik akan melihat kenyataan, akan melihat realita, dan saya kira kita disini semua orang politik, akhimya juga ak:an melihat realita, tetapi realita yang bagaimana, itulah yang sedang kita bioarakan ini. Ini uneg-uneg pengantar, karena saya agk kaget juga tadi Pemerintah mengatakan Pemerintah ini Pemerintahnya rakyat, lho kok ma.sih ada kata-k.! ta itu, lalu ada dikatakan bahwa ada tendensi kurang keterbukaan atau k:u-rang kepercayaan, saya jadi heran k:arena itu saya tergugah juga untuk me-lakukan hal-hal yang saya kemukalcan ini.

Saudara-aaudara sekalian,

Tadi saya mengusulkan supaya faktor penyesuaian itu dibicarakan da -lam Undang-undang APBN, TP ataupun APBN induk, intinya itu adalah dibica-rakan dengan DPR.

Tadi Pak Ketua sudah menyampaikan jalan tengah, artinya sebelum menentu -kan NJOPTKP konsu.ltasi dulu dengan DPR, ini jalan tengah yang saya kira perlu dipertimbangkan,mdan kalau kita lihat basil Panja PPh pada sidang -nya kemarin, maka 'Wltuk rumusan PTKP itu bahwa P.l'KP itu setiap sekian ka-linya setiap walctu akan disesuaikan dengan bobot penyesuaian dan akan di-tentukan oleh Menteri Keuangan dalam penjelasannya Pemerintah tidak kebe-ratan untuk mengemukakan bahwa PrKP akan dieesuaikan dengan perkembangan perekonomian moneter dan perkembangan kebutuhan pokok sehari-hari masyar~ kat setiap tah'\liUlYa, itu untuk Pl'KP. Artinya setiap tahun itu Pemerintah bicara dengan DPR sewaktu APBN, jadi mungkin di dalam Nota Keuangan itu ,!· ka.n ditentukan, setiap berbicara disitu, jadi mungkin tidak ba.1'US di da -lam batang tubuhnya undang-undang .APBN, yang namanya APBN dibioarakan de-ngan Pemerintah atau antara Pemerintah dengan DPR, bukan hanya yang d1 b.! tang tubuhnya menimbang, mengingat iPaaal 1, Pasal 2, Pasal

3

dan penjel8!_ an, bukan hanya itu, tena.suk di dalamn.ya adalah Nota Keuangan Pemerintah Jadi kalau itu su.dah terbioarakan dalam Nota Keuangan, dan dibioarakan P.! merintah dengan DPR, tiap tahun naik atau tid.ak itu soal. lain, tetapi di-bioarakan tiap tahun.

Jadi nanti rwnueannya kita cari dalam penjelasan NJOPI'.KP itu disampaikau penjelasan yang isinya kira-kira begitu, kami aapendapat dengan itu. Namun tentang besarnya NJOPI'KP

7

juta, inilah rae~ kok belwa pas, ini apa saya haru.s lllinta maat atau tidak, saya juga tidak tahu, tetapi orans J awa 1 tu kalau beda pendapat pa.ka1 rquwun JlB&punt~n, nyuwun sew. moho:a maaf •• Jadi eaya kira maealah

7

juta ini masih perlu kit a rembug, jadi

di-oarilah titik-titik temunya dimana. Tetapi kalau yang ditentukan oleh Me,!l

teri tadi mohon penjelasannya saja ditambah eedemikian rupa seperti

yang disampaikan di dalam Panja PPh.

Saya •••••••••

(28)

Saya kira aementara itu d.ahulu Pak Ketua. Terima kasih.

KE:l'UA RAP AT :

Terima kasih Pale Jusuf,

Saya kira tadi Pemerintah mengatakan bahwa Pemerintah itu Pemerinta.!! nya rakyat mudah-mudahan hanya keaeleo, mudah-mudahan tidak aampai ma.auk

ke ha ti, nuwun aewu Pak. Bukan membela Pemerintah barangkali aga.k seleo aaja, karena mestinya tidak coook lagi barangkali kondisi saat ini untuk disampaikan· seperti itu.

Silakan dari PDI.

JURU BI CARA FPDI ( S E1rY ADJI LA WI, BA) : Terima lcasib Pale,

Untuk ayat (4) informasinya eama dengan yang diterima. oleh FPP, ae hingga bagaimana bentuknya kita eesuaikan saja dengan yang sudah diaepa -kati disana. Saya dengan itu nanti dalam penjelasan akan diurai aebagai

auatu ama.nat pelakaanaan daripada batang tubuhnya itu, ak:an ditinjau ee -tiap tahun, redaksinya sa.ma. dengan di PP.

Kemudian tad! da.ri Pemerint ah memberikan tanggapan terhadap u.sul-usul Di d.alam menghitung tentang perolehan penghasilan petani itu kami tidalc menggunakan petani Karawang, tetapi daerah yang saya pikir merupakan ba -sis pertanian tetapi yang tidak dekat kota, saya ambil disana di daerah Karanganyar

24

Km dari Pekalongan juruean ke gunung yang maaih berbau ta-ni, diaamping itu uku.ran ini ukuran rata disa.na, petani ••••••••• yang a-da petani yang memiliki makaimum hanya eatu bahu atau eeperempat hektar, dan eatu dua yang memiliki 1 hektar.

Kemudian pikiran atau dasar bertolak:nya FPDI mengusulkan demikian karena antara lain concern kita kepad.a pengentasan kemiskinan. Saat ini aekali -pun sud.ah ada Inpres Desa Tertinggal, tetapi pola penyalura.nnya masih te_£ aendat-aendat, rakyat belwn mengetahui secara paati, benarkah mereka. itu a.kan dientae kemiskinannya, banyak daerah yang belum sap&.i. menyalurkan i-tu.

Kewajiban kita sekarang adalah membuktik:an bahwa pengentasa:n kemiakinan bukan hanya slogan. Salah satu bentuk pengentasan kemiskinan lewat apa yg kami aampaikan tadi bahwa aebetulnya kepada mereka itu hand.aknya d.i.kura -ngi aebanyak-banyaknya beban, terlebih-lebih kepada rakyat yang untulc me.! pertaha.nk:an hidup berat. Disamping itu aecara paychologis masyarakat di desa, P1m ini merupakan salah satu dari aekian baeyak saomok, mom.ok karena beban itu .kalau tidalc bisa dibayar bersangkutan perlalcuan peme.intaha.n k,! pada rakyat, surat-aurat tidak alcan diberi kal.au tida.k lunas PBB, kadang-kadang kemudian dalam cara mengemongi rakyat ya modalnya seperti itu •.

(29)

Kami tidak lllenyalahkan aparat seperti itu, karena desa yang tidak memenuhi target PBB dilcerek bendera hitam, yang itu merupakan suatu punishment dari pibak atasa.mqa bahwa desa itu tidak mampu berswaaembada, akibat:eya lurah dengan segala upqanya harua biaa aemenuhi target PBB. Kalau Kecamatan ti-dak biaa memenuhi target PBB • kembal i lagi oamatnya yang dikerek ben·iera hitam lagi, dan itu diumumkan di surat kabar. Bagaimamapun akhirnya yang

jatuh atau yang terkena paling bawah yaitu rakyat.

lYlengurangi rasa tidak tentram itu dan untuk membuktikan bahwa kita concern sangat peduli terhadap pengentaaan kemiskinan, membebaskan mereka dari ke-takutan ini aalah satu bagian missi kita seha.rusnya, karena itu menaikkan menjadi 11 juta NJOPrKP rasanya bukan hal yang sulit. Sekali lagi kalau P,! merintah mau, masalahnya t inggal kemauan.

Kalau untuk menutup 170 @iliar, tadi diutarakan ka.lau kit a menaikkan menj.! di 12 juta itu Pemerintah Daerah akan kehilangan 170 miliar dari penerima-an PBB. Mungkin pa.gi-pagi sekali lagi, penghematan d1 aektor-sektor lain yang tidak ada aangkut pautnya dengan rakyat kecil biaa dilakukan.

Kami yak:in bahwa. Menteri Keuangan di dalam hal mengurangi alokasi APBN ke departemen-dipartemen adalah layak, apalagi dengan alasan bahwa itu karena PBB. Berapa beaarnya 170 mil iar kalau satu departemen atau salah satu sek-tor biaa menaikkan

551

miliar, ini sudah kami aampaikan pada waktu Pengan-tar Muayawarah. ~lau aatu departem$n atau aatu sektor itu bisa naik

551

mUiar kenapa tidak bisa mengurangi 170 miliar, dan apalagi kalau kita bi-cara maaalah bagaimana pengetrapannya ini lalu ombro-ombro.

Karena itu sekali lagi, kami menyampaikan bahwa di dalam masalah NJOP.l'KP ini bagi kami prinsip, terutama ada tiga unsur meeyangkut masyarakat kecil dengan strata rendah di bawah yang disebutkan TKP penerima penghasilan, i-tu dialami oleh ma.syarakat banyak yang berjumlah banyak terutama di sekto,:: sektor pedeaaan.

Kemudian yang kedua politis, kita ingin menunjukkan kepada rakyat b~ wa mengentas kemiskinan itu tidak banya slogan, kita lamia-lamia lambe, P.! mania bibir, tetapi kita betul-betul perduli terhadap itu.

Yang ketiga, memacu kita untulc lebih berhemat terhadap hal-hal yang lain untuk menutup kekurans;an di bidans-bidang kelemahan yang lain, istimewa di dalam anggaran belanja negara.

Dengan t iga hal sepert 1 ini kami sampaikan bahwa kami tetap pa.da pen-dirian agar NJOP.I'KP ini berada pada poaiai 11 sampai 12 juta rupiah.

Terima lcasih.

K&'roA RAPAT 1

Silakan dari FrakBi ABBI.

(30)

JURU BICARA FABRI (KARSONO) Terima kasih,

Tadi mengenai masalah lobby s~ kira usulan Fraksi ABRI tentang pe.!!

jelaaan ayat

(4)

kata dapat dihilangkan sudah da.pat diterilla, cuma ma.sa -lah waktu tida.k seoara ekspliait diteranglcan, meald.pun di dalam lobby au-dab disinggul'l8-8inggung tetapi belum secara re8Bli dikatakan bagaimana ao-al walctu.

Terima kaaih.

Kml'UA RAPAT :

Apa.kah Frakai ABRI sependapat dengan apa yang terungkap oleh PPDI d!, ngan PP bahwa kalau bisa kita mengacu. da.ri Panja PPh, kriteria dan waktu tad! nampaknya kita akan mengacu kepada Panja PPh yang aungkin telah ada satu kesepakatan.

JURU BICARA FABRI {KARSONO) :

Xalau memang Panja PPh audah ada kesepakatan saya kira ka.rena Pansua ini merupakan aatu kesatuan aaya kira lebih baik raenga.cu kesana., sehingga tidak berlarut-larut kita mend!akusikan masalah yang sama padahal masalab itu sudah diputus oleh Panja yang lain.

Terima kaaih.

KEI'UA RAPAT : S ilakan dari FKP.

JURU BICARA FKP (H. JUSUF TALIB, SH) :

Kalau posisi

7

juta audah kami kemukakan, aekarang masalah ayat {2). Setelah dikemulcakan oleh Pak Juauf Syakir tad!, dikaitkan dengan pe_! bicaraan RAPBN, jadi tida.k: berarti bahwa di dalam bata.ng tubuh undang-un-dang ten tang APBN dicantumkan hal yang barkaitan dengan NJOPl'KP. Kami be~ pend.apa.t kalau itu diakomodir di dalam penjalasan bahwa di dalam, saya k.! ra bukan di dalam pembicaraan pendahu.luah, Nota Keua.ngan itu lazilnnya di-sampaikan pada Rapat Kerja yang semester I, oh makau.dnya nota keuangan yang, cuma pembicara.annya biaaanya pa.da tahap pembicaraan pendahuluan da-lam rapat kerja pembicaraan pelakaanaan pendahuluan dengan DPR kalau for-mulasinya itu Pemerintah mencantumkan perkiraan atau rencana penyesuaian

(31)

aepert i bunyi ayat ( 2) NJOPPJ.1KP dalam tahun anggaran mendatang, aaya kira itu tidak terlalu menjadi pemaaalahan, aebab itu tidak masuk di dalam b.!: tang tubuhnya Undang-undang APBN. Jadi itu lebih bersifat informasi a tau pemberitahuan dari Pemerintah bahwa pada tahun anggaran yang aka.n datang penerimaan negara dari sumber PBB diperkirakan akan mengalami kenaikan

a-~

tau penurunan berdasarkan penetapan NJOPI'KP. Kalau itu aaya kira tidak

menjadi permasalahan,

namun

penetapannya itu tetap oleh Menter! Keuangan. Barangkali pemikiran-pemikiran itu says. kira bisa kita terima dengan pe -ngertian tadi, dan tentUilYa ini nantinya aeperti dijelaskan tadi dar! Fraksi ABRI atau FPDI say.a kira, nanti dalam _rangka sinkroniaasi dengan Panja PPh bagaimana mereka memtormulaaikan di dalam penjelaaan tent8118 PrKP yang ditetapkan juga dengan SK !Wlenteri, jadi jangan sampai terjadi penjelasen yang berkaitan sama-eama Pl'XP nya, disini NJOP!'KP kaitannya

d.!

ngan PBB, disana Pl'KP kaitannya dengan pajak pengbaailan, itu tentunya ~ ru.s sinrkon di dalam penjelasannya.

Saya kira itu.

KEn'UA RAP AT :

Terima kasih Pale Jusut,

Barangkali masih ada tanggapan ? • Silakan Pale Thomas.

JURU BICARA FKP (DRS. THOMAS SUYA'l'NO) :

Bapak Ketua, rupanya memang ada dua masalah yang secara substanaial perlu kita aelesaikan segera, oleh karena saya mengusulkan mekaniame pembicaraan kita. Itu tetap kita bagi menjadi dua, satu, kita bicara menge -nai NJOPl'KP, dan yang kedua, pembicaraan mengenai ayat (

4).

Saya kira pada bakelcatnya ayat

(4)

itu sud.ah disepakati semua tinggal pe-rumusannya saja di dalam penjelasan, lalu yang berikutnya ini mengenai NJOP.rKP, apapun juga ya begitu-begitu aaja, tidak ada kemajuan yang dioa-pai dan IDUilgkin kita terpaksa menangguhkan dahulu maaalah ini, apapan ju-ga akan berapa round kita akan diputar poaiainya akan hampir eama, tetap aeperti itu. Kami menya.ranlcan ayat

(4)

ini dahulu yang kita tuntaskan. Demikian Bapak Ketua, terima kasih.

Terima kaaih Pak Thomas,

Barangkali lcalau dari pihalc Pemerintab tadi telah mendapatkan suatu informaei dari Panja PPh mengenai 1'UJIIU8aD di Pmja PPh kemudian itu bisa

Referensi

Dokumen terkait

Pembantu Tadbir (Perkeranian/Operasi) Pejabat Daerah Dan Tanah Kuala Langat, Persiaran Sultan Abdul Aziz Shah, Kota Seri Langat (Sungai Sedu), 42700 Banting.. Jawatan Alamat : :

Ini usul Pemerintah itu memang PAW itu kalau menyelesaikan masa jabatan sangat tidak menarik sebetulnya andai sudah mengalami 4 tahun setengah tinggal mengisi 6 bulan lagi,

Bandum geutanyoe bebah tapeumeugah bebah tasanggah, bebah tapeunyoe hana sidroe ureung jit diceugah peu-peu nyang tapeugah ban saban uroe mita, teurimong ngon peutrok informasi

8 JADWAL PEMBELAJARAN/KULIAH MINGGU KE CAPAIAN PEMBELAJARAN (Tujuan) BAHAN KAJIAN (Pokok Bahasan) SUB BAHAN KAJIAN (Pokok Bahasan) METODE PEMBELAJA RAN ALOKASI WAKTU

Materi yang didapatkan dari hasil analisis kebutuhan materi layanan bimbingan dan konseling yaitu (1) pengembangan perilaku sosial yang bertanggung jawab, (2)

Persamaan penelitian ini dengan penelitian Negara (2011) yang berjudul “Karakteristik Diksi dalam Rubrik “Email dari Amerika” Surat Kabar Harian Surya Edisi Tahun 2009”

Wilmar Nabati Indonesia Dumai dengan judul “Gambaran Persepsi Pekerja tentang Risiko Kecelakaan Kerja di Departemen Produksi dan Utility PT.. Wilmar Nabati Indonesia Dumai

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara Tenaga Kerja Wanita (TKW) informal dengan tingkat pengangguran terbuka wanita di Indonesia dan menganalisis