• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANI Informasi Pertanian Terbaru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TANI Informasi Pertanian Terbaru"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PB

DISTANBUN ACEH

Edisi V/2020

DISTANBUN ACEH

Edisi V/2020

1

10

12

Email: distanbun[at]acehprov.go.id

HABA

TANI

Informasi Pertanian Terbaru

EDISI V/2020

09

Bawang Merah,

Primadona Baru

Petani Aceh Tamiang

Poniman tersenyum puas. Bawang merah yang ia tanam di lahan pe­ karangan miliknya kawa san Kampung Sukajadi, Banda Mulia, Aceh Tamiang, berhasil.

Mengendalikan OPT pada

Tanaman Hortikultura

dengan Trichokompos

Organisme Pengganggu Ta naman (OPT) adalah salah satu faktor pembatas atau kendala dalam usaha tani hortikultura seperti bawang me rah, cabai merah, kubis, to mat, dan kentang.

Untuk menyukseskan Ge rakan Aceh Man diri Pa ngan (GAMPANG) yang di ca nangkan beberapa wak tu lalu, Pe­ me rintah Aceh meng gandeng se jum lah pihak ter masuk TNI.

Kodim 0115/Simeulue

Pelopori Tanam Padi

Serentak

03

Aceh Terus Tingkatkan

Kualitas SDM Pertanian

407 Penyuluh

Pertanian Aceh

Lulus Uji

Kompetensi

(2)

2

DISTANBUN ACEH

Edisi V/2020

TANI

OPINI

DISTANBUN ACEH

Edisi V/2020

3

HABA

TANI

PENGARAH: Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, A. Hanan, SP, MM

PENANGGUNG JAWAB: Kabid Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Perkebunan Distanbun Aceh,

Mukhlis, SP, MA

PEMIMPIN REDAKSI: Nurlisma, SP, MP

DEWAN REDAKSI: Sabri, S.Hut, M.Si dan Syafiie Saleh, SP, MM

SEKRETARIAT: Junaidi, SP dan Ir. Rosdiana

REPORTER/LAYOUTER/ILUSTRATOR: Tim Serambi Indonesia

EMAIL: seksipenyuluhan.aceh@gmail.com, seksipenyuluhan_aceh@yahoo.com

Salam Redaksi

Nurlisma, SP, MP

Pemimpin Redaksi

U

ntuk jangka waktu 25-50 ta-hun ke depan, tantangan pem-bangunan sektor pertanian yang akan kita hadapi cukup berat. Hal ini, menurut penulis, ter-indikasi pada empat hal yaitu adanya dampak perubahan iklim, krisis pa-ngan dan energi, peningkatan jumlah pen duduk, dan perkembangan per-ubahan-perubahan yang ada ter-utama teknologi informasi (TI).

Pertama, dampak perubahan iklim. Hal ini sangat berpengaruh terhadap pro duksi pertanian. Alasannya, ji ka biasanya ada musim hujan dan mu-sim kemarau, tapi dengan adanya dam pak perubahan iklim nanti akan ada musim kemarau yang panjang ta pi tetap terjadi hujan. Ini semua je las berpengaruh kepada produksi ha sil pertanian yang tentunya harus diantisipasi.

Kedua, soal krisis pangan dan ener gi. Ini jug akan terjadi yang harus kita antisipasi khususnya dalam upa-ya mencukupi kebutuhan pangan ba gi seluruh rakyat Indonesia. Se-bagai contoh, saat ini konsumsi be-ras masyarakat kita sebesar 130 ki-logram (Kg) per orang per kapita. Coba bayangkan, berapa banyak be-ras yang harus tersedia untuk 270 juta penduduk. Jumlah itu lebih besar dibandingkan dengan negara lain se-perti Malaysia dan Jepang yang mem-butuhkan beras 95 dan 45 Kg per ka-pita per tahun.

Makanya, perlu terobosan untuk mengantispasi hal ini. Menurut pe-nulis, pembangunan pertanian tak ha-nya fokus pada peningkatan produksi saja, tapi juga perlu program-program lain. Misalnya, divesifikasi pangan atau penyediaan pangan lokal. Pangan tak harus beras, sebab ke depan tak bisa lagi mengimpor pangan. Kon-disi ini terjadi karena masing-masing negara akan mengamakan atau mencu-kupkan pangan untuk kebu tuhan ma-syarakatnya. Ini yang harus kita an-tisipasi sehingga tidak terjadi krisis pangan. Ke depan, perang tak hanya menyangkut fisik atau perebutan wila­ yah. Tapi, pangan dan energi bisa juga menjadi pemicu keributan,

Ketiga, peningkatan jumlah

pen-duduk. Dari tahun ke tahun, jum-lah penduduk kita terus. Hal ini oto matis membuat jumlah bahan pangan, sandang, dan papan yang harus dipenuhi atau dicukupi ju-ga akan meningkat. Terakhir atau keempat, perkembangan per-ubahan-perubahan yang ada ter-uta ma teknologi informasi (TI). Un tuk hal ini, mau tidak mau, suka tidak suka, kita harus menyikapinya secara arif dan bijaksana. Jika tidak mau, makan kita akan ketinggalan teknologi termasuk dalam hal me-ning katkan produksi pertanian.

Dalam menyikapi keempat hal tersebut, Kementerian Pertanian (Kementan) RI di bawah pimpinan Bapak menteri Dr Ir Syahrul Yasin Limpo SH MH, sudah menanangkan tiga hal yaitu bagaimana tujuan pembangunan pertanian untuk men cukupi kebutuhan pangan bagi 270 juta penduduk dapat tercapai, meningkatkan kesejahteraan pe-tani, dan meningkatkan ekspor komo ditas pertanian.

Caranya, kita harus mening-katkan produksi dengan ber bagai tantangan tadi secara berke lan-jutan (kontinyuitas) dan tetap men-jaga kualitasnya. Untuk itu, kita tentu harus mempunyai stra tegi. Salah satunya, fokus pem bangu-nan pertanian ada di keca matan. Sehingga kecamatan mela lui ba-dan penyuluh pertanian (BPP) se-tempat menjadi Komando stra tegis pembangunan pertanian (kos-tratani) atau pihak yang berada di garda terdepan dalam me nyuk-seskan pembangunan per tanian di wilayahnya.

Untuk menggerakkan ini tentu perlu sumber daya manusia (SDM), dukungan dari berbagai pihak,

regulasi, serta prasarana dan sarana. Prasarana dan sarana itu seperti irigasi, pupuk, benih, serta alat dan mesin pertanian (alsintan). Jika kita persentasikan, pengaruh regulasi sekitar 10 persen, pra-sarana dan pra-sarana sekitar 40 persen, dan yang paling besar atau sekitar 50 persen adalah SDM yang berkualitas. Ini berarti bahwa semua itu tidak dikelola oleh SDM yang kompeten dan profesional akan sulit mencapai hasil yang baik.

Makanya, menurut penulis, SDM itu harus unggul dan pro-fesional. Dalam konteks ini, SDM yang dimaksud adalah penyuluh pertanian profesional itu bisa bekerja sesuai dengan tugas dan fungsi pokok (tupoksi) masing-ma sing. Penyuluh pertanian yang pro fesional setidaknya memiliki empat ciri yaitu memiliki keahlian, akuntabilitas publik, harus ada ren tang kendali dalam bekerja, dan penyuluh harus memiliki ser-tifikat kompetensi.

Keahlian antara lain bisa dipe-roleh melalui pendidikan dan pela-tihan, magang, seminar, video con-ference (vidcom). Tak cukup sama di situ, keahlian juga haru terus diperbaharui atau di-upgrade. Akun-tanbilitas publik maksunya pe nyuluh atau SDM tersebut ha rus diakui oleh masyarakat. Layak nya dokter, guru, lawyer, pilot, wartawan, dan berbagai pro fesi, maka penyuluh pertanian juga harus ada pengakuan dari masya rakat. Kalau tidak, semuanya per cuma saja.

Selanjutnya, perlu ada sema-cam rentang kendali. Ini artinya, penyuluh pertanian dalam be kerja harus ada organisasi, kode etik, dan aturan yang perlu di tata semuanya. Terakhir, pro fesi penyuluh itu harus ber ser tifikat. Dengan em pat sya rat mi ni mal empat itu, me nu rut pe-nulis, penyuluh per ta nian baru bisa menjadi SDM unggul dan profesional. Kira nya belum terlambat bagi kita untuk me la kukan hal itu. Se hingga pada saatnya nanti kita bisa meng-hadapi tantangan pem bangunan pertanian. (*)

n Penulis adalah

Penyuluh Pertanian Pusat Kementan RI

Oleh:

Dr. Ir. Bambang Gatot Nuryanto, M.Sc

Mengantisipasi Tantangan

Pembangunan Pertanian

M

eski pertanian menjadi penyangga ekonomi nasional di masa pandemi Covid-19, namun tantangan pembangunan sektor ini makin hari sepertinya semakin berat. Tantangan itu antara lain harus dipastikan bahwa pangan masyarakat selalu tersedia, perlunya memperkuat cadangan pangan nasional, serta bagaimana caranya meningkatkan kesejahteraan petani dan regenerasi pelaku usaha di bidang pertanian.

Karena itu, pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) pertanian untuk mendukung ketahanan pangan nasional merupakan salah satu langkah prioritas yang harus dilakukan. Sebab, pandemi juga ikut mengganggu sistem pertanian di Indonesia. Banyak dampak dari wabah virus Corona terhadap sektor pertanian. Di antaranya, suplai pangan terhambat, permintaan produk pertanian menurun, ancaman krisis pangan, serta pembatasan ekspor pangan global. Selain itu, FHO juga memprediksi akan terjadi kekeringan sehingga kita harus melakukan percepatan tanam dengan disertifikasi pangan yang mutlak.

Itu belum lagi kita membicarakan tantangan pembangunan pertanian yang mungkin terjadi dalam waktu 25-50 tahun ke depan. Tantangan itu antara lain dampak perubahan iklim, krisis pangan dan energi, peningkatan jumlah penduduk, dan perkembangan perubahan-perubahan yang ada terutama teknologi informasi (TI). Makanya, perlu terobosan untuk mengantispasi hal ini. Caranya, pembangunan pertanian tak hanya fokus pada peningkatan produksi saja, tapi juga perlu program-program lain. Misalnya, divesifikasi pangan, penyediaan pangan lokal.

Kementerian Pertanian (Kementan) RI melalui berbagai program dan terobosan terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) pertanian agar sektor pertanian menjadi lebih menarik dan menguntungkan. Dengan demikian sektor pertanian bisa mandiri dan modern sehingga petani makin sejahtera. Seiring dengan hal itu, pemerintah terus berusaha untuk meningkatkan kualitas SDM pertanian mulai dari petani, penyuluh, hingga ke pejabat di instansi terkait.

Pembangunan SDM pertanian wajib dilakukan karena SDM yang ada saat ini masih didominasi oleh generasi tua dengan pendidikan yang terbilang rendah. Kondisi ini diperparah dengan penguasaan lahan yang relatif sempit. Untuk itulah, pemerintah saat ini sedang berusaha menarik minat generasi muda untuk menjadi petani. Dalam kawasan ini nantinya akan dikembangkan pertanian modern yang didukung teknologi informasi yang memadai.

SDM pertanian lain yang juga harus ditingkatkan kualitasnya adalah penyuluh. Salah satu caranya, melalui uji kompetensi dan setifikasi. Dengan mengikuti uji kompetensi, diharapkan kemampuan penyuluh pertanian dalam mengorganisasi tugas, mengaktualisasikan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan, dan kemampuan dialogis dua arah, akan makin meningkat. Uji kompentensi bagi penyuluh pertanian juga kita harapkan dapat membantu menghadapi berbagai tantangan tersebut. Semoga! (*)

Sektor Pertanian

Butuh SDM Unggul

(3)

2

DISTANBUN ACEH

Edisi V/2020

TANI

KARTUN

DISTANBUN ACEH

Edisi V/2020

3

U

ntuk menyukseskan Ger-akan Aceh Mandiri Pan-gan (GAMPANG) yang dicanangkan beberapa waktu lalu, Pemerintah Aceh menggandeng sejumlah pihak ter-masuk TNI. Inti dari program ini adalah pengembangan tanaman padi dan jagung, ikan lele, sayur mayur, telur ayam, dan tersedi-anya air di lahan pertanian pro-duktif. Salah satu kegiatan untuk mendukung pengembangan tana-man padi adalah Pemerintah Aceh menggratiskan biaya pengolahan tani kepada petani.

Sebagai contoh di Simeulue. Dalam pengolahan tanah,

Pemer-intah Aceh melalui Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh bekerja sama dengan Kodim 0115/ Simeulue. Anggota TNI dari Kodim setempat beserta jajarannya mem-bantu mengolah sawah masyarakat seluas 1.000 hektare (Ha) yang tersebar di 15 desa dalam wilayah Kecamatan Salang. Tak hanya itu, prajurit TNI juga membantu petani menanam padi hingga tuntas. “Proses olah tanam dan tanam padi kita lakukan bersama masyarakat. Kita harus cepat karena sekarang musim tanam gadu. Kalau kita ti-dak membantu penanaman padi, takutnya tanah yang sudah diolah akan tumbuh rumput lagi. Sebab,

Kodim 0115/Simeulue

Pelopori Tanam Padi

Serentak

... ini merupakan yang pertama kali penanaman padi

seren-tak di Kabupaten Simeulue. Sebab, hampir semua petani di

wilayah kepulauan tersebut juga menanam padi pada waktu

yang bersamaan, sesuai dengan program dari Pemda yang

dilaksanakan bersama Kodim 0115/Simeulue dengan

semboy-an Humasa sebbel khumaha heba”

LETKOL INF YOGI BAHTIAR, S.KOM, MBA

Dandim 0115/Simeulue

ada petani yang suka mengulur-ulur waktu menanam. Tapi, Alhamdulil-lah sekarang semuanya sudah sele-sai dan tanaman padi sudah beru-mur sekitar dua bulan. Kita tinggal tunggu panen pada bulan Januari atau Februari tahun depan,” jelas Dandim 0115/Simeulue, Letkol Inf Yogi Bahtiar SKom MBA, kepada Haba Tani, beberapa hari lalu.

Dalam membantu petani, me-nurut Dandim, pihaknya juga didukung oleh Distanbun Aceh den-gan lima alat jonder, Distan Simeu-lue, penyuluh pertanian kabupaten, camat dan masyarakat. Untuk me-mastikan tanaman padi yang sudah ditanam tersebut tetap terjaga

den-gan baik hingga penen, sebut Letkol Yogi Bahtiar, pihaknya juga terus memantau perkembangannya. “Ini semua kita lakukan sebagai bentuk tanggung jawab moral kepada mas-yarakat,” ujarnya. Bahkan, sambung Dandim, saat Pangdam Iskandar Muda berkunjung ke kabupaten itu akhir Oktober lalu, juga menyerah-kan bantuan berupa pupuk dan pes-tisida kepada petani.

Ditanya bagaimana sambutan masyarakat terhadap kegiatan yang dilakukan pihaknya den-gan melibatkan puluhan prajurit, Letkol Yogi mengatakan, warga khususnya petani sangat antusias dengan bantuan yang diberikan tersebut. Bahkan, tambahnya, ini merupakan yang pertama kali atau pelopor penanaman padi serentak di Kabupaten Simeulue. Sebab, hampir semua petani di wilayah

kepulauan tersebut--walau tidak ada bantuan--juga menanam padi pada waktu yang bersamaan. Hal ini sesuai dengan program dari Pemda yang dilaksanakan bersa-ma Kodim 0115/Simeulue dengan semboyan Humasa sebbel

khuma-ha heba.

“Semoga hasil panennya nan-ti akan lebih baik dari selama ini. Sebab, dengan penanaman seren-tak, kecil peluang tanaman padi tersebut diserang hama,” ungkap Dandim. Hal ini, tambah Letkol Yogi, sangat penting karena men-jadi bagian dari usaha menuju swasembada pangan seperti yang sudah dicanangkan pemerintah. Secara lebih khusus, menurutnya, program GAMPANG yang dilaku-kan ini menjadi bagian dari upa-ya menjaga ketahanan pangani di masa pandemi Covid-19. (*)

Peninjauan tanaman padi di Kecamatan Salang, Simeulue, yang ditanam anggota TNI bersama penyuluh dan warga setempat, beberapa waktu lalu.

(4)

4

DISTANBUN ACEH

Edisi V/2020

TANI

KEBIJAKAN

DISTANBUN ACEH

Edisi V/2020

5

Strategis Pembangunan Perta nian (Konstratani) dengan ban tuan kon-sultan bank dan mitra tani. Dari Rp 50 triliun KUR yang dikucurkan Kementerian Per tanian (Kementan) RI pada tahun ini, sebut A Hanan, Aceh mendapat kuota senilai Rp 923.066 miliar.

Dana itu, menurut A Ha nan, diperuntukkan bagi pengem ba-ngan tanaman paba-ngan sebanyak Rp 176,350 miliar, hortikultura Rp143,886 miliar, perkebunan Rp 570,360 miliar, dan peternakan Rp 32,470 miliar. Adapun realisasi penyaluran KUR Pertanian me lalui lima bank di Aceh hingga Oktober 2020 sebesar Rp 882.612.082.343 atau 95,62 persen dari total kuota yang diberikan senilai Rp 923.066.000.000. Sementara

debiturnya sebanyak 33.412 orang. Adapun tujuan penyaluran KUR Pertanian, tambah A Hanan, adalah untuk meningkatkan dan memperluas jaringan kredit kepada usaha produktif; meningkatkan kapasitas daya saing usaha mi kro, kecil dan menengah; serta men-dorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.

Kepada pelaku usaha tani yang ingin memperoleh dapat se-gera mengajukan ke bank-bank yang dditujuk dengan melengkapi persyaratan yang ditetapkan yaitu Warga Negara Indonesia (WNI) dan wajib memiliki Nomor Induk Ke-pendudukan (NIK), usaha sudah berjalan 6 bulan, tidak sedang me-nerima kredit produktif dari per-bankan, serta boleh memiliki kredit pemilikan rumah, kendaraan, dan kartu kredit dalam kondisi lancar. (*)

Mulai tahun 2021, peme-rintah mengefektifkan penggu-na an Kartu Tani untuk penya-luran pu puk subsidi. Se kitar 419.720 petani yang terdaftar dalam e-RDKK pupuk bersubsidi akan dimasukkan sebagai calon penerima Kartu Tani. Dalam pe ngadaan Kar tu Tani tersebut, Pemerintah Pusat me lalui Kemen-terian Pertanian (Ke mentan) RI, bekerja sama dengan sejumlah bank yang tergabung dalam Him-punan Bank Negara (Himbara).

Kabid Sarana dan Pra sarana Dinas Pertanian dan Per kebunan (Distanbun) Aceh, Fakhrurrazi SP MSc, menye butkan, ada li ma jenis pupuk subsidi yang dise-diakan untuk pemegang Kartu Tani. Kelima jenis pupuk tersebut adalah urea, SP-36, ZA, NPK, dan pupuk organik.

Untuk Aceh, sebut Fakhrurrazi, penerima Kartu Tani akan

dive-Aceh Sudah Realisasikan

95,62 Persen

Adapun realisasi penyaluran KUR

Pertanian di Aceh hingga Oktober 2020

sebesar Rp 882.612.082.343 dari total kuota

yang diberikan senilai Rp 923.066.000.000.

Sementara debiturnya sebanyak 33.412

orang.”

A. HANAN, SP, MM

Kadistanbun Aceh

KUR Pertanian ‘Angin

Segar’ Bagi Petani

Turunnya suku bunga

KUR tentu menjadi ‘angin

segar’ bagi petani. Petani

mendapatkan keringanan

untuk membayarnya yakni

dapat dibayar dan boleh

dicicil pada saat panen.”

DR. SARWO EDHY, SP, MM

Dirjen PSP Kementan RI

Tahun ini, pemerintah me-ngeluarkan Kredit Usaha Usaha Rakyat (KUR) Pertanian dengan bunga rendah yaitu 6 persen per tahun dan tanpa agunan untuk pinjaman maksimal Rp 50 juta. “Tahun sebelumnya bunga KUR 7 sampai 8 persen, tapi sekarang menjadi 6 persen. Jadi, ini jelas tidak akan memberatkan petani,” ungkap Direktur Jenderal (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kemen tan) RI, Sarwo Edhy, dalam keterangan tertulis yang diterima

Kompas.com, beberapa waktu lalu.

Menurut Sarwo, turunnya suku bunga KUR ini tentu menjadi ‘angin segar’ bagi petani. Selain itu, sambungnya, skema KUR untuk petani berbeda dengan KUR pada umumnya. Dia menerangkan, pe-tani mendapatkan keringanan un tuk membayarnya yakni dapat dibayar dan boleh dicicil pada saat produk pertaniannya sudah menghasilkan (panen). “Ini ten tu memudahkan para petani. Misalnya petani mengajukan KUR Rp 50 juta (tanpa agunan) untuk modal usaha taninya yang berupa tanaman padi atau jagung,” ceritanya.

Sarwo menggambarkan, tana-man tersebut baru menghasilkan setelah kurang lebih tiga bulan. “Jadi, ketika sudah 3 bulan, mereka (petani) dapat melunasinya, bu-nga nya hanya 0,2 persen atau sekitar Rp 8.000 saja,” jelasnya. Ia menjelaskan, perumusan KUR Pertanian ini dilandasi kebu tu-han petani pada KUR untuk me-lanjutkan usaha taninya.

Sarwo pun mengakui ma sa-lah pem biayaan masih menjadi

ken dala karena petani agak kesulitan ke tika akan meminjam ke bank. Biasanya yang men jadi kendalah dalam pem-biayaan tersebut ada lah keharusan adanya agu-nan atau jamiagu-nan dan angsurannya yang cukup besar. “Karena usaha tani ini berbeda dengan usaha-usaha lainnya, pastinya petani akan kesulitan men-dapatkan per mo dalan,” je-lasnya.

Sementara itu, Direktur Pem biayaan Pertanian, In-dah Megah wati mengatakan, KUR yang disediakan Kementan sa-at ini sebesar Rp 50 triliun. Dia merincikan, pembagian pem bi-ayaan tersebut meliputi Rp 20 triliun Bank BNI, Rp 20 triliun Bank BRI, dan Rp 10 triliun Bank Mandiri. Lebih lanjut, Indah menga-takan KUR yang nanti dikeluarkan bukanlah berbentuk uang, me-lainkan berbentuk sarana pro-duksi pertanian. Untuk itu, da erah (dinas) dan bank sudah

beker-turut berperan agar KUR ini da-pat tersalurkan secara adil dan merata. Apalagi, lanjutnya, Kepala Dinas Pertanian berperan untuk mengeluarkan surat pernyataan bah wa petani atau kelompok tani ter-sebut berhak mendapatkan KUR. (*)

Penyaluran Kredit Usaha Rak yat (KUR) Pertanian menjadi pri oritas pemerintah dan me-rupakan langkah strategis dalam meningkatkan akses pembiayaan bagi pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Dalam konteks Aceh, Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh melalui Bidang Prasarana dan Sarana terus memacu agar rea lisasi KUR bisa tercapai sesuai dengan target.

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Kadistanbun) Aceh, A Hanan SP MM, mengatakan, pe ngajuan dan penyaluran KUR bisa dilakukan melalui Koman do

Kartu Tani untuk

Penyaluran Pupuk

Subsidi Tepat Sasaran

Untuk Aceh, total alokasi

pupuk subsidi untuk tahun

ini sebanyak 155.932 ton.

Adapun realisasi total sejak

Januari hingga November

2020 sebanyak 134.402,

73 ton (86,19 persen) dari

total kuota.”

FAKHRURRAZI, SP, M.Sc

Kabid Sarana dan

Prasarana Distanbun Aceh

rifikasi oleh Bank BNI 46. Ada­ pun total alokasi kelima jenis pupuk tersebut untuk Aceh tahun ini sebanyak 155.932 ton. Adapun realisasi total sejak Januari hingga November 2020 sebanyak 134.402, 73 ton (86,19 persen) dari total kuota.

Rincian alokasi, realisasi, dan sisa pupuk subsidi untuk setiap kabupaten/kota di Aceh, menurut Fakhrurrazi, yaitu pupuk urea alokasinya 68.960 ton, realisasi 64.205,10 ton (93,10 persen), dan sisa 4.754,90 ton. Pupuk SP-36 alokasinya 17.960 ton, realisasi 13.510,45 ton (75,23 persen), dan sisanya 4.449,55 ton.

Pupuk ZA alokasinya 16.983 ton, realisasi 13.153,80 ton (77,45 persen), dan sisa 3.829,20 ton. Sementara pupuk NPK, alokasinya 45.020 ton, realisasi 38.286,50 ton (85,04 persen), dan sisa 6.733,50 ton. Sedangkan pu-puk organik, tambah Fakhrurrazi, alokasinya 7.009 ton, realisasi 5.246,88 ton (74,86 persen), dan sisa 1.762,12 ton. (*)

jasama dengan para off taker yang dibutuhkan para petani untuk mendapatkan KUR ini. “Off taker yang dimaksud adalah penyalur pupuk, benih, bahkan hingga alat dan mesin pertanian,” tambahnya. Dia pun berharap daerah

(5)

4

DISTANBUN ACEH

Edisi V/2020

TANI

EDUKASI

DISTANBUN ACEH

Edisi V/2020

5

Prestasi menggembirakan kem bali ditoreh siswa Sekolah Me nengah Negeri Pembangunan Per tanian (SMK-PP) Negeri Saree, Aceh Besar, kembali meraih pres-tasi di Lomba Kompetensi Siswa (LKS) SMK Tingkat Nasional Ke-28 Tahun 2020. Kali ini, peng-hargargaan berupa Medalion of Excellence bidang Teknologi Pe-ternakan (Livestoc) diraih Adinda Sabrina. Siswi Kelas 3 Jurusan Agribisnis Ternak Unggas, ini berada di urutan delapan cabang lom ba tersebut.

Selain Adinda Sabrina, be lasan siswa SMK dari sejumlah kabu-paten/kota lain juga mendapat peng hargaan yang sama. Bahkan ada yang meraih juara kedua dan ketiga. Dengan prestasi yang diraih para siswa tersebut, Aceh berada di urutan ke-11 pada LKS SMK tingkat nasional tahun ini yang dilaksanakan Beberapa waktu lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Men dikbud), Nadiem Anwar Makarim, mengatakan, kepala se kolah menengah kejuruan (SMK) selaku manajer di satuan pendidikan harus seperti Chief

Executive Officer (CEO) atau

Pejabat Eksekutif Tertinggi/ Direk tur Utama di perusahaan. Tu juannya, agar kepala SMK juga harus bisa mengelola seko-lahnya dalam mencari dan me-ngembangkan peluang kerja sama dengan industri dan dunia kerja. Guru-guru dan instruktur harus mau berlatih dan mening-katkan kompetensinya agar terus relevan dengan kompetensi yang digunakan dan dibutuhkan oleh industri dan dunia kerja.

Menindaklanjuti pernya ta-an Nadiem, Direktorat Jen de-ral Pendidikan Vokasi Kemen-dikbud, sejak Oktober lalu

me-Kepala SMK-PP Saree

Masuk Nominator CEO SMK

Jika kepala sekolahnya

sudah mendapat sertifikat

CEO SMK, katanya, maka

SMK tersebut akan menjadi

pusat layanan unggulan atau

Center of Excellence (CEO).”

MUHAMMAD AMIN, SP, MP

Kepala SMK-PP Negeri Saree

Siswi SMK-PP Negeri Saree Raih

Penghargaan Tingkat Nasional

secara daring. Sementara juara hingga ketiga masing-masing diraih Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DKI Jakarta.

Adapun siswa Aceh yang

me-raih juara adalah Anna M Tam-bunan (SMKN 1 Kutacane, Aceh Teng gara) tampil sebagai juara kedua bidang lomba Hairdressing, Nurmeria Agustin dan Frenddy

Wibowo (SMKN 1 Karang Baru, Aceh Tamiang) juara ketiga bidang landscape and gardening, serta Teuku Agusdian Azimi (SMKN 1 Banda Aceh) sebagai juara ketiga graphic design technology.

Sementara 12 siswa yang juga mendapatkan medalion for excellence yaitu Apliandi dan Tulus Aldino (SMKN 2 Banda Aceh) untuk cabang mechanical engineering cad dan CNC Milling, Lukmanul Hakim (SMKN 1 Bireuen) cabang welding, Muhajir Fikri Ardiansyah (SMKN 2 Langsa) cabang wall and floor tilling, Zulfahmi (SMKN 1 Lhokseumawe) cabang web technologies, serta Arjuna Winata (SMKN 2 Langsa) cabang electrical installation.

Selanjutnya, Julia Zahara dan Amirah Nisrina (SMKN 3 Banda Aceh) cabang fashion tech nology dan restoran service. La lu, Teuku Hafiez Ramadhan (SMKN 1 Banda Aceh) cabang IT networking system sdministrasi, Syifaul Rahmah (SMK Farmasi Cut Meutia) cabang farmasi, Adinda Sabrina (SMKPP Negeri Saree) ca bang technolgi peternakan,

ser ta Ivanatiara (SMKN 4 Lhok-seumawe) cabang textile. Semen-tara Al Munawar Gayo (SMKN 1 Takengon) cabang hotel reseption meraih penghargaan khusus seba-gai peserta tergigih.

Kepala SMK-PP Negeri Sa ree, Muhammad Amin SP MP, me-ngatakan Adinda Sabrina men-dapat kesempatan mengikuti LKS SMK tingkat nasional tahun ini setelah sebelumnya tampil se-bagai juara pertama event yang sama tingkat Provinsi Aceh. Keber-hasilan yang diraih Adinda Sabrina, menurut Muhammad Amin, tak lepas dari dukungan dan bantuan semua pihak terutama guru pembimbingnya drh Hermawaty Tarigan MSi. “Atas nama pimpinan sekolah, saya mengucapkan terima kasih kepada Kadistanbun Aceh, Bapak A Hanan SP MM, bersama Sekrataris, para Kabid, Kepala UPTD, para kasie, dan staf Distanbun Aceh, serta Kadis Pendidikan Aceg yang sudah memberi dukungan hingga siswa kami mendapat penghargaan di LKS SMK tingkat nasional tahun ini,” ungkapnya. (*)

ngadakan seleksi calon CEO SMK. Untuk tahap awal, seleksi itu diikuti 1.100 kepala SMK negeri dan swasta dari seluruh Indonesia. Hasilnya, 420 orang dinyatakan lulus dan mereka berhak mengikuti pelatihan secara daring dan luring sebelum akhirnya ditentukan kepala se-kolah (kepsok) yang lulus sebagai CEO SMK untuk masing-masing bidang berdasarkan hasil tes sertifikasi oleh Kemendikbud yang akan dilaksanakan awal bu lan depan.

Dari 420 kepala sekolah yang lulus seleksi tahap awal, empat orang di antaranya berasal da ri Aceh. Mereka adalah Muhammad Amin SP MP (Kepala SMK-PP Negeri Saree, Aceh Besar) untuk bidang pertanian, Tarmidhi SSt (Kepala SMK Negeri 2 Meulaboh, Aceh Barat)untuk bidang teknologi, M Saifullah S (Kepala SMKN Negeri 1 Singkil Utara, Aceh Singkil) untuk bidang hospitality, serta Hajarussalam MPd (Kepala SMKN Negeri 1 Takengon, Aceh Tengah) untuk bidang bisnis dan manajemen.

Kepala Sekolah Menengah Pembangunan Pertanian (SMK-PP) Negeri Saree, Muhammad Amin SP MP, kepada Haba Tani, pekan lalu, menyebutkan, seleksi tahap awal dilaksanakan oleh Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta

secara daring selama satu hari. “Seleksi tahap awalterdiri atas menjawab 250 soal psikologi, lalu dilanjutkan dengan dis kusi kelompok, dan terakhir wawan-cara dengan assesor dari UGM,” jelas Muhammad Amin.

Saat diumumkan hasilnya, se but Muhammad Amin, ia dan tiga kepala SMK lain di Aceh dinyatakan lulus bersama 416 kepala SMK dari seluruh Indo nesia. Untuk tahap selan-jutnya, seluruh kepala sekolah yang lulus seleksi tahap awal diharuskan mengikuti pelatihan secara daring dan luring. Pela-tihan selama tiga bulan tersebut, kata Muhammad Amin, meliputi kegiatan daring selama 20 ha-ri, belajar pada universitas ter-buka seperti Intitut Pertanian

Bogor (IPB) dan Universitas Indo nesia (UI) Jakarta selama 14 hari, dan terakhir menyusun proyek pembangunan sekolah di sekolah masing-masing selama 25 hari.

“Dalam pelatihan itu, kami juga ikut diberikan materi oleh sejumlah CEO perusahaan na-sional seperti Astra Group dan Garuda Indonesia. Proyek pem-bangunan sekolah yang sedang kita susun ini nantinya akan dipresentasikan di depan para assesor di UI Jakarta pada 7 sampai Desember mendatang,” ungkapnya.

Berdasarkan hasil tes serti-fi kasi yang dilaksanakanoleh Ke mendikbud tersebut, tambah Muhammad Amin, baru diten-tukan kepala sekolah (kepsek)

mana yang dinyatakan lulus sebagai CEO SMK untuk masing-masing bidang. “Kepala sekolah yang lulus sertifikasi tersebut akan diberikan sertifikat CEO SMK. Kami mohon dukungan dari semua pihak agar ada kepala SMK di Aceh yang lulus sebagai CEO SMK,” harap Muhammad Amin.

Jika kepala sekolahnya su-dah mendapat sertifikat CEO SMK, katanya, maka SMK ter-sebut akan menjadi pusat laya-nan unggulan atau Center of

Excellence (CEO). “Artinya, SMK

tersebut akan menjadi pusat pe ngembangan pengetahuan un tuk petani, SMK-SMK lain da lam bidang yang sama, dan masyarakat,” pungkas Kepala SMK-PP Negeri Saree. (*)

Siswi SMK-PP Negeri Saree, Aceh Besar, foto bersama dengan guru pembimbingnya, drh Hermawaty Tarigan MSi.

(6)

6

DISTANBUN ACEH

Edisi V/2020

TANI

INSPIRASI

DISTANBUN ACEH

Edisi V/2020

7

Dalam proses penggilingan pa di menjadi beras, biasanya akan diperoleh hasil sampingan be rupa sekam (15-20%), dedak/ bekatul (8-12%), dan menir (±5%). Hasil sampingan ini memiliki sejumlah manfaat seperti sekam pa di yang berfungsi untuk meng-gemburkan tanah, abu dari sekam padi ternyata mengandung berbagai jenis unsur-unsur kimia yang baik untuk kesuburan dan dapat menggemburkan tanah. Se dangkan dedak/bekatul beras kaya akan vitamin B kompleks, komponen mineralnya antara lain besi, aluminium, fosfor, dan seng. Kandungan gizi dan karakteristik fungsional yang dimiliki dedak dan bekatul beras merupakan suatu potensi yang bisa dimanfaatkan sebagai pangan fungsional dan food ingredient

Untuk itu, Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh pada tahun ini melaksanakan Pelatihan Pemanfaatan Sisa Rendemen Ga-bah yang bisa menghasilkan pro duk bernilai ekonomi seperti pupuk cair dari bahan dasar sekam dan aneka olahan pagan dari bekatul beras yang nantinya akan

Mengolah Sisa Rendemen Gabah

Jadi Produk Bernilai Ekonomi

Aceh memiliki luas la-han kering mencapai 530.638 hektare (lahan tegal/ ke-bun), dan lahan yang baru dimanfaatkan seluas 2.563 hektare (Ha). Dalam artikel ini akan di ulas tentang usaha tani jagung pa da lahan kering yang sudah di lak sanakan di Kabupaten Bi reuen. BPS (2019) mencatat bah wa produktivitas jagung di Aceh masih sangat rendah yakni hanya 4,80 ton/Ha, kecuali pada sentra produksi jagung di Aceh Tenggara de-ngan produktivitas mencapai 6,67 ton/Ha. Sedangkan pro-duktivitas jagung di Bireuen masih 5,04 ton/Ha dengan luas tanam 1.149 hektare.

“Di antara faktor mening-katnya luas tanam jagung di Kabupaten Bireuen adalah minat petani, serta jaminan harga dan nilai jual yang lebih

dapat meningkatkan pendapatan petani/pelaku usaha.

Pelatihan yang berlangsung di Kabupaten Pidie Jaya (Pijay) ter-laksana atas kerja sama dengan Dinas Pertanian dan Pangan Pijay. Pesertanya sebanyak 50 orang dan mereka adalah pemuda/ pe mudi tani asal Kecamatan Trieng Gadeng. Kegiatan ini di-awali dengan pembukaan dan penyerahan bantuan peralatan alat pengolahan kepada kelompok tani serta kemudian diikuti dengan pemaparan teori dan praktek pemanfaatan sisa rendemen gabah

Untuk membuat sekam padi men jadi pupuk nanobiosilika, di-awali dengan memasukkan air 10 liter ke dandang dan dipanaskan. Kemudian, masukkan 0,5 hingga 1 kilogram alkali (koh) ke dandang yang sudah panas, lalu diaduk rata. Setelah itu, masukkan 2 kilogram abu sekam ke dandang yang sudah dipanaskan, serta aduk seluruh campuran sekam dan alkali sam pai merata dan dididihkan selama 15 hingga 60 menit

Campuran sekam dan alkali yang dididihkan itu harus diaduk

setiap 5 menit sekali. Setelah men-didih biarkan selama 60 me nit, tuangkan campuran ke dan dang penyaring yang sudah dibe rikan kain saring. Kemudian, tam-pung cairan tersebut ke dalam dandang penampung. Cairan dari hasil penyaringan inilah yang me-rupakan proses akhir dan sudah menjadi pupuk biosilika yang siap

digunakan. Nanobiosilika sangat bermanfaat untuk mengantisipasi kondisi pertanian Aceh di tengah kelangkaan pupuk dan mencegah permasalahan lingkungan

Sedangkan bekatul dapat di-olah menjadi produk pangan se-perti kue kering dan bolu yang me-miliki kandungan gizi lebih tinggi, serta kaya akan serat, vitamin B1,

dan tinggi antioksidan dibanding dengan beras. Bahkan kandungan gizi dan karakteristik bekatul be-ras memiliki cita be-rasa khas yang sangat enak dikonsumsi.

Sementara untuk pembuatan kue kering (Rice Bran Cookies Be-katul), bahan yang diperlukan ada-lah 200 gram mentega, 200 gram butter, 2 butir telur, 200 gram tepung bekatul, 100 gram coco chips dan 100 gram kacang mete. Cara membuatnya diawali dengan mengaduk margarin, butter, dan telur menjadi satu menggunakan spatula. Kemudian, bahan terigu, bekatul, dan baking powder di-aduk hingga merata.

Selanjutnya ma sukkan cam-puran tepung dan palm sugar, untuk menambahkan sensasi yang lebih menarik ado nan dapat ditambahkan dengan bubuk ka-yu manis, bubuk coklat atau susu bubuk kedalam adonan mar-garin dan diaduk rata, selan-jutnya masukkan coco chips, kis-mis dan kacang mete kedalam ado nan dan diaduk sampai rata, lang kah terakhir bentuk adonan sesuai selera dan panggang atau diovenkan hingga matang

Sedangkan untuk pembuatan bolu bekatul (Bolu Tiramisu), sejumlah bahan yang dibutuhkan diantaranya 4 butir telur, 100 gram bekatul, tepung terigu, coklat bubuk, santan, backing powder dan vanili. Bahan – bahan tersebut diaduk secara merata dan pada tahapan akhirnya bahan tersebut dikukus selama 15 menit dan siap dinikmati

Tidak hanya itu, Distanbun Aceh juga terus membina kelompok tani dan kelompok wanita tani Kecamatan Trienggadeng dengan cara memfasilitasi pengurusan PIRT dan sertifikat halal. Sehingga produk olahan yang mereka hasilkan menjadi produk unggulan Aceh khususnya di Kabupaten Pidie Jaya. (*)

Jagung, Peluang Ekonomi

Potensial di Lahan Kering

Potensi pengembangan

komoditas jagung di

Kabupaten Bireuen sangat

menjanjikan dalam rangka

meningkatkan perekonomian

masyarakat dan menambah

PAD dari sektor pertanian.”

HUSAINI YUSUF, SP, M.Si

Peneliti pada BPTP

Balitbangtan Aceh

menguntungkan dibanding komo-ditas kedelai. Apalagi, kini Aceh sudah memiliki pabrik jagung yakni PT Golden Dara Utama yang notabene adalah sebagai wadah penampung produksi jagung pe-tani,” jelas Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Balitbangtan Aceh, Husaini Yusuf SP MSi, pekan lalu.

Menurut Husaini, penggu naan varietas unggul yang ber daya hasil tinggi merupakan sa lah satu faktor yang me miliki peran penting da-lam peningkatan produktivitas ja gung, disamping pendekatan lain seperti Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan varietas unggul mampu mening-katkan hasil sebesar 20 persen.

Pada tahun 2019, sebut Husaini, BPTP Aceh melakukan uji adaptasi beberapa varietas unggul jagung di Kabupaten Bireuen seperti Bima 19, Bima 20, NASA-29 dan Bisi 18 sebagai varietas yang sering di gunakan petani. Yang menarik pe tani adalah varietas Nasa-29 yang memiliki keunggulan tongkol

dua. Nasa-29, secara des kripsi memiliki potensi pro duksi men capai 13 ton/ha (Balit se-realia, 2016), sedangkan hasil pengkajian lapangan, produksi rata-rata mencapai 8-9 ton/Ha.

Potensi Peningkatan Ekonomi

Penggunaan varietas NASA-29 merupakan salah satu alternatif dan peluang untuk meningkatkan produktivitas jagung di lahan kering. Diantara keempat varietas yang diuji, maka keuntungan yang paling tinggi terdapat pada varietas

Nasa 29 dengan Revenue cost ratio (R/C rasio) 1,9. Artinya, usaha tani tersebut layak untuk dilaksanakan.

Merujuk pada hasil yang sudah dilakukan di lapangan, dengan penggunaan varietas NASA-29 diasumsikan dapat meningkatkan produksi se-besar 4,1 ton/ha. Secara eko-nomi, penerimaan usaha tani petani akan meningkat sebesar 14.460.000/Ha, dengan asumsi harga jagung di pasaran sebesar 3.500/Kg. (*)

Pemuda tani asal Kecamatan Trienggadeng, Pidie Jaya, mengikuti pelatihan pemanfaatan sisa rendemen gabah.

Peneliti pada BPTP Balitbangtan Aceh, Husaini Yusuf SP MSi, melakukan pengamatan vegetatif upsus jagung di Bireuen.

(7)

6

DISTANBUN ACEH

Edisi V/2020

TANI

INOVASI

DISTANBUN ACEH

Edisi V/2020

7

Dilihat dari beberapa ke-lema han yang harus diperbaiki ke depan, Dosen Program Studi (Pro di) Agribisnis Fakultas Perta-nian Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Dr Ir Agussabti MSi, me ngatakan, peran pemerintah dalam mendorong percepatan pe-nerapan pertanian pintar (smart

farming) amat lah penting. Peran

utama yang harus dimainkan oleh pemerintah, menurutnya, ber kaitan dengan “political will” dalam menggeser kebijakan pem-bangunan pertanian dari fokus pada pertumbuhan produksi ke-pada pembangunan sumber daya petani dan penyuluh.

“Sebab, perubahan kapasitas sumber daya manusia (SDM) per-tanian akan mempermudah pe-nerapan pertanian pintar di Aceh. Melalui pertanian pintar, petani dan penyuluh sudah dapat melakukan check harga, check input pertanian, check pemasaran secara online

dari rumahnya,” jelas Dr Agussabti yang juga Ketua Komisi Penyuluhan Pertanian Aceh.

Untuk mempercepat pene-rapan pertanian pintar di Aceh, sebut Agussabti, ada beberapa perubahan arah kebijakan pem-bangunan pertanian yang perlu dilakukan pemerintah bersama perguruan tinggi, pelaku usaha, dan petani. Fokus utama perubahan kebijakan harus diarahkan pada peningkatan sumberdaya manusia serta penyediaan sarana dan pra-sarana dalam mendukung per-tanian pintar. Karena itu, revi-ta lisasi penyuluhan pertanian dan pengembangan sarana dan prasarana teknologi komunikasi pada tinggat BPP merupakan kunci penting dalam menjamin dan memperlancar penerapan per tanian pintar di Aceh.

Pertanian pintar, tambah Dr Agussabti, dapat dipercepat melalui Pe ningkatan sumberdaya Pertanian pintar (smart far ming)

merupakan sebuah sis tem pertanian mutakhir yang di dukung dengan teknologi masa kini atau revolusi industry 4.0 untuk menunjang produktivitas hasil pertanian agar lebih mak simal (S. Trilles, A. Calia, Ó. Bel monte, J. Torres-Sospedra, R. Mon toliu, and J. Huerta, 2017). Kare nanya. keberhasilan dalam penerapan teknologi mutakhir di bidang pertanian merupakan in-dikator penting keberhasilan pem-bangunan pertanian Aceh. Persoalan yang muncul umumnya terkait kesiapan SDM petani dan penyuluh, kelembagaan per ta nian, perangkat prasarana dan pen dukung lainnya, serta kebi jakan Pemerintah Aceh un tuk mempercepat penerapan tek-nologi mutakhir di bidang per tanian. Aceh, saat ini memiliki 3.885 penyuluh yang terdiri atas 1.696 penyuluh PNS, 1.216 penyuluh THL, dan 1.113 penyuluh swadaya. Selain itu, juga memiliki 273 Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). Dilihat dari sisi kinerja penyuluh, hasil penelitian menunjukkan yang paling tinggi kinerjanya adalah penyuluh THL disbanding penyuluh PNS dan penyuluh swadaya. Faktor penting yang berkontribusi terhadap kinerja adalah ketersediaan prasarana pe-nunjang dan insentif tambahan (Agussabti dan Rahmadiansyah, 2019).

Hadirnya fasilitas teknologi in formasi yang menjangkau ham-pir seluruh wilayah Aceh me-rupakan peluang terbesar yang memungkinkan pertanian pintar diimplementasikan di Aceh. Selain itu, kerja sama yang harmonis antara Unsyiah sebagai salah satu perguruan tinggi maju di Aceh dan pengusaha bidang pertanian juga merupakan peluang yang selama ini belum tergarap dengan baik dalam mengoptimalkan pene-rapan pertanian pintar di Aceh.

Dosen Program Studi (Prodi) Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Dr Ir Agussabti MSi, mengatakan, pertanian pintar dapat diterapkan sebagai alat berupa inovasi atau

Pemgembangan SDM Petani dan

Penyuluh Harus Jadi Fokus

Aceh Menuju

Pertanian Pintar

Pertanian pintar dapat

meningkatkan kualitas dan

kuantitas produk pertanian,

meningkatkan nilai tambah

bagi petani, dan dapat

menghemat biaya sehingga

usaha tani lebih efisien dan

produktif.”

DR. IR. AGUSSABTI, MSi

Dosen Fakultas

Pertanian Unsyiah

dapat juga sebagai metode dalam penyampaian informasi atau data yang dibutuhkan petani, pengusaha tani atau pemerintah dalam memajukan pertaniannya. Pertanian pintar, menurutnya, se-bagai alat (inovasi) dapat be rupa teknologi sensor, drone, ro bot pintar, dan alat kecerdasar buatan lainnya.

“Teknologi sensor dapat mem -permudah menditeksi dan me-nge nali gejala akibat serangan pe nyakit dan hama tertentu, men-diteksi kesuburan lahan, menmen-diteksi

kematangan buah, menditeksi kan-dungan kadar air dan lemak pada produk komoditas tertentu. Se-hingga berdasarkan hasil informasi dan data yang diperoleh dari hasil penditeksian tadi dapat dilakukan penanggulangan dan penanganan secara baik dan benar yang hasilnya berdampak positif terhadap nilai tambah petani,” jelas Dr Agussabti yang juga Ketua Komisi Penyuluhan Pertanian Aceh.

Prinsip yang sama dapat dite rapkan pada teknologi dro-ne dengan tujuan dapat

memu-dahkan pengukuran luas lahan, topografi, dan foto lahan. Begitu juga dengan pemanfaatan robot pintar, dan teknologi kecerdasan pintar lainnya sangat bermanfaat untuk mempermudah, mem-permurah dan mempercepat ber bagai kegiatan dalam upaya me ningkatkan kualitas dan nilai tambah di bidang usaha pertanian.

Selain itu, menurut Agussabti, pertanian pintar juga dapat dite-rapkan sebagai moteda dalam upaya untuk mempercepat pro-ses penyampaian informasi dan

data yang dibutuhkan petani, petugas pertanian, pelaku usaha dan stakeholder lainnya berupa teknologi informasi yang bersifat online seperti aplikasi internet, WhatsApp (WA) dan metoda komunikasi online lainnya ter masuk pemasaran online. Se hing ga dapat menghemat biaya, waktu dan tenaga yang dibu tuh kan dibanding de ngan metode konvensional (Ske matik pertanian pintar dapat diterapkan dalam memajukan pertanian Aceh ke de pan lihat gambar).

Agussabti mengungkapkan, per-tanian pintar sangat ber dampak positif dalam memajukan pertanian Aceh ke depan. Per tanian pintar, sambungnya, da pat meningkatkan kualitas dan kuantitas produk pertanian, me ningkatkan nilai tam-bah yang diterima petani, serta da pat menghemat biaya dalam ke-giatan pertanian sehingga usaha nya menjadi lebih efisien dan produktif.

Untuk menerapkan pertanian pintar secara optimal di Aceh, se but Agussabti, ada beberapa kelemahan yang perlu diperbaiki. Pertama, Sumber daya manusia petani dan penyuluh terkait de-ngan pemahaman dan akses mereka terhadap teknologi pin-tar. Kedua, pembangunan prasa-rana dan saprasa-rana yang mendukung penerapan pertanian pintar beserta akses petani dan punyuluh sehingga mereka dapat memanfaatkan sa -rana dan prasa-rana tersebut se-cara optimal. Ketiga, Skala usaha dan kualitas produk pertanian. Keempat, Kedinamisan kelompok tani, kelembagaan keuangan, dan kelembagaan pendukung lain-nya sehingga dapat berfungsi op-timal sebagai wadah yang dapat memepercepat proses difusi adopsi inovasi pertanian pintar di kalangan petani dan penyuluh. (*)

petani dan penyuluh dengan memperkuat lem baga penyuluhan pertanian yang disertai dengan alokasi ang garan yang memadai.

Kedua, Pe nguatan kelembagaan petani dan pengembangan ke-mitraan an tara pemerintah, pelaku usaha, perguruan tinggi dan petani sehingga penerapat pertanian

pin-tar dapat berkelanjutan. Ketiga,

“political will” yang kuat dari

pimpinan daerah, baik dari sisi alokasi anggaran dan kebijakan yang menempatkan pertanian pintar sebagai kunci penting dalam membuka pintu kemajuan pertanian Aceh pada masa mendatang. (*)

RALAT

Dalam berita bagian bawah di halaman 7 Haba Tani Edisi IV/2020 terjadi kesalahan judul. Tertulis,

Pengembangan Losed Loop Cabai di Garut Jadi Pilot Project. Seharusnya, Pengembangan Closed

Loop Cabai di Garut Jadi Pilot Project. Dengan demikian sudah diperbaiki dan kepada pihak yang

merasa dirugikan kami mohon maaf

Redaksi

Rapat Komisi Penyuluhan Pertanian Aceh membahas Rancangan Pertanian Pinter di Aceh.

(8)

8

DISTANBUN ACEH

Edisi V/2020

TANI

UTAMA

DISTANBUN ACEH

Edisi V/2020

9

Kementerian Pertanian (Ke-mentan) RI melalui berbagai pro gram dan terobosan te rus meningkatkan kualitas sum ber daya manusia (SDM) per tanian agar sektor pertanian men-jadi lebih menarik dan meng-untungkan. Dengan demikian sektor pertanian bisa mandiri dan modern sehingga petani makin sejahtera. Di samping itu, pertanian harus bisa menarik minat generasi muda agar me-reka memahami bahwa petani termasuk pekerjaan yang tak kalah menjanjikan dibanding de-ngan profesi lain.

Seiring dengan hal itu, Peme-rintah Aceh melalui Dinas Per-tanian dan Perkebunan (Dis-tanbun) Aceh terus berusaha untuk meningkatkan kualitas

SDM pertanian mulai dari pe-tani, penyuluh, hingga ke pejabat di instansi terkait. Hal ini masuk dalam program prioritas yang dilakukan terintegrasi pada pem-bentukan Komando Strategis Per tanian (Kostratani) yang ber-basis di Balai Penyuluhan Per-tanian (BPP) Kecamatan.

“Kostratani punya peran stra tegis terutama dalam pe-ngelolaan data dan informasi serta pusat per gerakan pem ba-ngunan per tanian. Kostratani juga harus menjadi pusat pem-belajaran dan pelatihan, kon-sultasi agribisnis, dan pu sat pe-ngembangan jejaring ke mitra an bagi semua pihak yang terlibat dalam sektor per tanian,” jelas Kadistanbun Aceh, A Hanan SP MM, kepada Haba Tani, beberapa

hari lalu.

Pemerintah Aceh, sebut A Hanan, juga memiliki komitmen yang kuat dalam meningkatkan kesejahterakan petani sebagai pelaku utama produsen pangan. “Keberhasilan pembangunan per tanian di daerah kita ter gan-tung pada kekuatan para pe tani. Karena itu, kesejahteraan me reka harus menjadi salah satu tujuan dari program kita “ katanya.

Lebih lanjut A Hanan me-ngatakan, pembangunan SDM pertanian juga wajib dilakukan karena SDM yang ada saat ini masih didominasi oleh generasi tua dengan pendidikan yang ter bilang rendah. Kondisi ini di-perparah dengan penguasaan lahan yang relatif sempit. “Un-tuk mengatasi hal itu, kita

ber-Ratusan tenaga harian le-pas tenaga bantu penyuluh pertanian (THL-TBPP) di Aceh, 3-12 November 2020, mengikuti uji kompetensi yang dilaksanakan Tempat Uji Kompetensi (TUK) Politeknik Pem bangunan

Per-Menakar Kemampuan Penyuluh

Melalui Uji Kompetensi

Aceh Terus Tingkatkan

Kualitas SDM Pertanian

tanian (Polbangtan) Medan. Kegiatan itu berlangsung di Ba dan Diklat Dinas Pertanian dan Perkebunan (BLPP) Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dis-tan bun) Aceh, kawasan Saree, Kecamatan Lembah Seulawah,

Aceh Besar.

Selain untuk memperoleh ser tifikat sebagai penyuluh yang kom peten dan profesional di bi dang nya seperti yang disyarat kan oleh Kemenpan-RB, kegiatan ini menjadi bagian dari persiapan pengangkatan mereka sebagai Apa ratur Sipil Negara Pegawai Peme rintah dengan Perjanjian Ker ja (ASN P3K).

Master/Koordinator Asesor Lem baga Sertifikasi Profesi (LSP) Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan) RI, Dr Ir Bambang Gatot Nuryanto MSc, mengatakan, uji kompetensi ini dilaksanakan karena penyuluh PNS yang ada saat ini sudah terbatas ka rena banyak yang pensiun. Un tuk menggantikan

mereka, me nurut, THL-TBPP yang lulus uji kompetensi nantinya berpeluang diangkat sebagai ASN P3K.

“Sesuai dengan yang disya-ratkan oleh Kemenpan-RB, se-mua penyuluh harus punya ser-tifikat kompetensi. Jadi, tujuan kami adalah untuk memastikan semua penyuluh yang ikut uji kompetensi ini dinyatakan kompeten ber dasarkan rekom

dari tim asesor. Ada sembilan asesor LSP untuk hadir ke sini dan seorang di anta ranya berasal dari Aceh yaitu Ibu Nurlisma SP MP,” jelas Dr Bambang kepada

Haba Tani, di sela-sela acara

tersebut.

Jika dinyatakan kompeten oleh tim asesor, sambung Bam-bang, Badan Nasional Sertifi kasi Profesi (BNSP) nantinya akan mengeleluarkan sertifikat un­

Peningkatan kualitas

SDM pertanian wajib

dilakukan karena sumber

daya manusia yang ada

saat ini masih didominasi

oleh generasi tua

dengan pendidikan yang

terbilang rendah. Kondisi

ini diperparah dengan

penguasaan lahan yang

relatif sempit.”

A. HANAN, SP, MM

Kadistanbun Aceh

upaya melakukan efisiensi usa­ ha tani melalui modernisasi per tanian. Kita tentu juga masih mem butuhkan waktu dalam me-ngejar ketertinggalan petani kita dari negara-negara lain,” timpal A Hanan.

Untuk itu, tambah A Hanan, pihaknya saat ini sedang ber-usaha menarik minat generasi mu da untuk menjadi petani melalui pelaksanaan program kawasan pertanian terintegrasi maju, mandiri, dan modern. Dalam kawasan ini nantinya akan dikembangkan pertanian modern yang didukung teknologi informasi yang memadai.

SDM pertanian lain yang juga harus ditingkatkan kualitasnya adalah penyuluh. Salah satu ca-ranya, sebut A Hanan, melalui uji kompetensi dan setifikasi. Hal ini sesudai dengan amanah Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil, salah satu-nya untuk penyuluh per tanian. “Selain untuk mewujudkan SDM pertanian yang profesional, ser-tifikasi bagi penyuluh meru­ pakan hal yang diwajibkan oleh Kemenpan-RB agar me re-ka tetap bertugas di garda ter-depan membantu petani men-jalankan usaha taninya,” jelas Kadistanbun Aceh.

Dengan mengikuti uji kom-petensi, ia berharap kemampuan

penyuluh pertanian dalam me -ng organisasi tugas, meng ak-tualisasi kan nilai-nilai ke bai kan dalam kehidupan, dan kemam-puan dialogis dua arah, akan me ningkat secara signifikan. Se­ lain itu, penyuluh juga mampu membangun kemitraan dan jejaring serta mengorganisasikan petani dalam peningkatan kapasi-tasnya dapat terus meningkat.

Sertifikasi bagi penyuluh pertanian di Aceh seperti yang berlangsung di Saree, Aceh Besar, baru-baru ini, menurut A Hanan, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap para penyuluh, sehingga ke depan mereka siap menghadapi tantangan dan masalah di lapangan pada masa mendatang. (*)

Tujuan kami adalah

untuk memastikan semua

penyuluh yang ikut uji

kompetensi ini dinyatakan

kompeten berdasarkan

rekom dari tim assesor.”

DR. IR. BAMBANG GATOT

NURYANTO, M.Sc

Koordinator Asesor LSP Pertanian

Penyuluh pertanian mengikuti uji kompetensi di Saree, Aceh Besar.

Penyuluh pertanian THL yang mengikuti uji kompetensi di Saree, Aceh Besar, melakukan salam komando dengan asesor setelah direkomendasikan kompeten.

(9)

8

DISTANBUN ACEH

Edisi V/2020

TANI

UTAMA

DISTANBUN ACEH

Edisi V/2020

9

Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Med-an selaku salah satu Tempat Uji Kompetensi (TUK) sudah selesai melaksanakan uji kom-petensi untuk ratusan tenaga harian lepas tenaga bantu pen-yuluh pertanian (THL-TBPP) di Aceh. Hasilnya, seluruh peserta sebanyak 407 orang dinyatakan lulus (kompeten) oleh tim asesor nasional dan mereka berhak memperoleh sertifikat kompe-tensi dari Badan Nasional Serti-fikasi Profesi (BNSP).

Kabid Penyuluhan dan Pe-ngembangan SDM Pertanian Perkebunan Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Muklis SP MA, mengatakan, dengan lulus uji kompetensi, 407 THL-TBPP di provinsi ujung barat Pulau Sumatera, ini sudah me-menuhi salah satu syarat un-tuk diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara Pegawai Pemer-intah dengan Perjanjian Kerja (ASN P3K). “407 penyuluh per-tanian di Aceh yang berstatus THL-TBPP tersebut sudah me-nerima sertifikat kompetensi dari BNSP,” ungkap Muklis.

Karena itu, ia berharap semu penyuluh yang sudah dinyatakan kompeten yang nanti akan diangkat menjadi ASN P3K agar dapat mening-katkan kemampuan, sehing-ga bisa melaksanakan tusehing-gas dengan baik. “Dengan men-gantongi sertifikat kompetensi berarti penyuluh pertanian makin cerdas dan kompeten serta wawasannya bertambah. Hal ini tentunya kita harapkan berdampak pada peningkatan produktivitas pertanian,” de-mikian Muklis SP MP.

Sementara itu, Kepala Di-nas Pertanian dan Perkebunan (Kadistanbun) Aceh, A Hanan SP MM, mengatakan, sertifikat kompetensi sangat diperlukan oleh penyuluh pertanian se-bagai salah satu syarat untuk Uji kompetensi yang

di-ikuti ratusan tenaga harian le-pas tenaga bantu penyuluh per tanian (THL-TBPP) di Saree, Keca matan Lembah Seulawah, Aceh Besar, pada 3-12 November 2020, merupakan ser tifikasi le­ vel fasilitator. Sebab, semua peserta merupakan lulusan SMA sederajat hingga diploma dua (D2). Politeknik Pembangunan Per-tanian (Polbangtan) Me dan, diberi tanggung jawab oleh Ke menterian Pertanian (Ke men tan) RI sebagai Tempat Uji Kom petensi (TUK) un-tuk Aceh dan Sumatera Utara.

Direktur Polbangtan Me dan, Ir Yuliana Kansrini MSi, me-ngatakan, di Sumatera Utara, uji sertifikasi penyuluh pertanian yang diikuti 361 peserta sudah selesai dilaksanakan beberapa waktu lalu. Untuk Aceh, sebut Yuliana, seharusnya peserta

se-Sertifikasi Level Fasilitator

407 Penyuluh Pertanian

Aceh Lulus Uji Kompetensi

diangkat sebagai ASN P3K. “Uji kompetensi merupakan proses pemberian sertifikat kompe-tensi kepada penyuluh perta-nian yang dilakukan secara sistematis dan obyektif dengan mengacu kepada standar kom-petensi kerja nasional Indone-sia, standar internasional dan atau standar khusus,” jelasnya.

A Hanan menambahkan, sertifikat kompetensi juga se bagai bentuk pengakuan ter hadap kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh penyuluh pertanian. Pros-esnya, sambung Kadistanbun Aceh, dilakukan sesuai atur-an dari BNSP dengatur-an statur-andar operasional prosedur (SOP) yang fleksibel. “Saya menyam-paikan terima kasih kepada Kementan RI, Polbangtan Med-an, dan seluruh pihak yang su-dah ikut serta menyukseskan uji kompetensi penyuluh per-tanian di Aceh pada tahun ini,” tutup A Hanan. (*)

tuk setiap peserta. “Tugas kita menyiapkan mereka agar kom-peten di bidangnya. Kalau nggak kompeten, bisa repot karena me-reka mau diangkat sebagai ASN P3K. Jika belum kompeten, me-reka kita beri kesempatan untuk remedial sampai dinyatakan kom peten,” ungkap Dr Bambang yang juga Penyuluh Pertanian

Pu sat Ke mentan RI.

Jika mereka diangkat men-jadi ASN P3K, menurut Bam-bang, pe nyuluh tersebut harus siap bekerja keras. Tak hanya itu, katanya, penyuluh juga ha rus selalu meng-upgrade ilmu dan keahliannya agar bisa se lalu ditransfer kepada petani. “Penyuluh adalah ujong

tombak dalam pembangunan pertanian. Karena ujung tom-bak, maka harus selalu diasah. Kalau tidak, mereka akan ja di sasaran tembak,” timpal Bam-bang bertamsil.

Setelah penyuluh mengikuti uji kompetensi yang menerapkan protokol kesehatan (protkes) se cara ketat ini, ia berharap

407 penyuluh pertanian

di Aceh yang berstatus

THL-TBPP tersebut sudah

menerima sertifikat

kom-petensi dari BNSP.”

MUKLIS, SP, MA

Kabid Penyuluhan dan

Pengembangan SDM

Pertanian Perkebunan

Distanbun Aceh

ada perubahan perilaku untuk jang ka pendek, peningkatan pro -duk si per tanian untuk jang ka me nengah, dan makin membaik-nya kesejah tera an petani untuk jangka panjang.

Ditanya bagaiamana proses uji kompetensi itu dilakukan, Dr Bambang mengatakan, kegia tan itu dilakukan dengan menggu na-kan dua pendekatan yaitu ases-men fortopolio dan assesases-men uji kompentensi. “Uji kompetensi un tuk penyuluh yang belum ber pe ngalaman, sementara for-topolio untuk penyuluh yang

su dah ber pengalaman seperti yang kita lak sanakan saat ini,” imbuhnya.

Karena rata-rata penyuluh yang mengikuti uji kompetensi itu sudah bekerja belasan ta-hun, tambah Bambang, mereka cukup membawa dokumen yang ada dan bukti yang diminta oleh tim asesor harus dipenuhi. “Dokumen yang mereka bawa akan kita verifikasi lagi dan kemudian diwa wancarai. Kami berharap semua peserta lulus dan nantinya bisa bekerja dengan lebih baik lagi,” pungkasnya. (*)

Uji kompetensi yang diikuti

ratusan penyuluh pertanian

merupakan sertifikasi level

fasilitator. Sebab, semua

peserta merupakan lulusan

SMA sederajat hingga

diploma dua (D2).”

IR. YULIANA KANSRINI, M.Si

Direktur Polbangtan Medan

banyak 415 orang. Tapi, karena delapan orang berhalangan (mun dur, purna tugas, dan ada yang sudah meninggal dunia), ma ka yang ikut uji kompetensi kali ini sebanyak 407 orang.

Di Aceh, lanjutnya, penyuluh pertanian uji kompetensi dibagi dalam lima angkatan. Angkatan per tama sampai keempat, peser-tanya masing-masing 90 orang. Sedangkan sisanya menjadi pe-serta angkatan terakhir atau kelima. “Total peserta di Aceh dan Sumut sebanyak 768 orang, sedangkan kuota yang diberikan oleh Kementan RI untuk kedua provinsi ini sebanyak 780 orang,” rinci Yuliana.

Menurutnya, latar belakang di laksanakan uji kompetensi penyuluh pertanian ini adalah Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 38 Tahun 2020 tentang Peng gajian Aparatur Sipil Negara

Pe gawai Pemerintah dengan Per-janjian Kerja (ASN P3K). “Untuk seluruh Indonesia, THL-TBPP ber ijazah SMA sederajat hingga diploma dua (D2) yang diangkat menjadi ASN P3K sebanyak 4.920 orang. Sedangkan total yang ikut uji kompetensi ini sebanyak 11.500-an orang. Salah satu syarat yang ditetapkan oleh Menpan-RB adalah penyuluh harus memiliki sertifikat kompetensi bidang per­ tanian. Makanya mereka semua harus uji kompetensi ini,” jelasnya.

Ia berharap semua peserta kom peten sesuai dengan rekom dari tim assesor. “Kami selaku panitia akan mengajukan hasil sertifikasi ini ke LSP. Selanjutnya, LSP mengadakan rapat pleno dan kemudian LSP meneruskannya ke BNSP untuk dikeluarkan ser-tifikat. Terakhir, sertifikat itu didistribusikan kepada para pe-nyuluh,” imbuh Yuliana.

Dalam kegiatan itu, sebutnya, ada lima unit kompetensi yang diuji yaitu programa, materi, me-dia, metode, dan evaluasi pelak-sanaan. Ia menambahkan, semua tahapan uji kompetensi tersebut harus dilaksanakan dengan cepat. Sebab, menurut Yuliana, dalam minggu ketiga November 2020 semua sertifikat kompetensi dan berkas calon ASN P3K harus sudah diterima oleh Kemenpan-RB. (*)

Penyuluh pertanian foto bersama seusai mengikuti uji kompetensi di Saree, Aceh Besar.

(10)

10

DISTANBUN ACEH

Edisi V/2020

TANI

INVESTIGASI

DISTANBUN ACEH

Edisi V/2020

11

P

oniman tersenyum puas. Bawang merah yang ia tanam di lahan pe-karangan miliknya kawa-san Kampung Sukajadi, Banda Mulia, Aceh Tamiang, berhasil. Sebagai pemula, Poniman bisa memanen 500 kilogram (kg) bawang kering panen dari la han seluas 400 meter persegi. Hasil-nya, satu sepeda motor matik baru kini terparkir di beranda rumahnya. Harga jual hasil panen bawang merah menjelang Lebaran 1442 Hijriah memang bikin petani tersenyum. Pasalnya, bawang merah kering panen mereka dihargai Rp 42 ribu-Rp 50 ribu per kilogram, tergantung kadar keringnya.

Hasil serupa juga dinikmati Aan Rasyidin, pembudidaya ba-wang merah di Kampung Suka Ramai I, Seruway, Aceh Tamiang. Namun, hasil yang didapati Aan lebih menakjubkan yaitu 670 Kg bawang kering panen dari lahan seluas 400 meter persegi. Secara total, Aan memanen lebih dari 1,6 ton bawang merah hasil pertanaman yang ia usahakan pada areal selebar 1.000 meter persegi.

Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Balai Benih Hortikultura, Tanaman Pangan, dan Tanaman Perkebunan (BBHTPP) Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Aceh merupakan salah satu lembaga perbenihan dan pembibitan hortikultura yang berlokasi di kawasan Saree, Kecamatan Lembah Seulawah, Aceh Besar. Salah satu tugas utamanya adalah menyediakan benih, data dan informasi perbenihan, serta kebun koleksi varietas unggul dan agrowisata, untuk kebutuhan lembaga-lembaga pemerintah/swatas dan masyarakat.

Dalam menjalankan tugas tersebut, UPTD yang sekarang ‘dinakhodai’ oleh Ir Mahdi, se-lama ini menyediakan berbagai macam pohon induk dari lokal dan luar daerah. “Pohon induk yang ada sama kita sekarang cukup banyak.

Di antaranya, mangga golek, durian, manggis, lengkeng, sirsak, belimbing, dan jeruk. Kita siap jual kepada siapa saja baik itu instansi pemerintah atau swasta maupun masyarakat umum,” ungkap Kepala UPTD BBHTPP Saree, Ir Mahdi, kepada Haba Tani, beberapa waktu lalu.

Sayangnya, menurut Mahdi,

Bawang Merah, Primadona Baru

Petani Aceh Tamiang

BBH Saree Siap Sediakan

Benih Hortikultura untuk

Kebutuhan Daerah

selama ini belum banyak instansi pemerintah yang mau membeli bibit berbagai tanaman yang sudah tersedia di lembaga yang dipimpinnya. Padahal, kata Mahdi, harga jual bibit tanaman hortikultura di UPTD tersebut lebih murah dibanding dengan tempat-tempat lain. “Paling mahal, di sini kita jual bibit 75 ribu rupiah per polybag. Kecuali untuk pohon induk harnya bisa 1 sampai 1,5 juta rupiah per batang,” ungkap pria berkacamata ini.

Dinas-dinas, sambung Mahdi, lebih tertarik untuk membeli benih di tempat-tempat lain yang belum tentu sudah tersertifikasi. “Tapi, kalau dibeli dari kita, benihnya sudah pasti bersertifikat dan hasil penjualannya kita ke setor sebagai pendapatan asli daerah (PAD),” timpalnya. Karena itu, menurut Mahdi, pihaknya selama ini lebih banyak menjual bibit-bibit tersebut kepada masyarakat umum.

Masih minimnya pendapatan dari hasil penjualan bibit dan pohon induk, tambah Mahdi, membuat pihaknya me man-faatkan lahan di UPTD ter sebut untuk menanam sayur-sayuran seperti bawang, sawi, bayam, dan kangkung. Hasil penjualan sayur-sayuran tersebut, kata Mahdi, digunakan untuk membayar jerih 10 tenaga bakti yang selama ini menjadi ‘tulang punggung’ operasional UPTD BBHTPP Saree. “Selebihnya dikem balikan ke kantor untuk dibagi sama kepada semua karyawan kontrak yang berjumlah 22 orang,” tuturnya.

Di luar itu, lanjut Mahdi, di lahan UPTD tersebut juga ada tanaman biofarma seperti jahe dan kunyit. Untuk tanaman ini, menurut Mahdi, pihaknya jual menjual kepada siapa saja sesuai dengan permintaan sampai ke Bireuen, Lambaro, dan Meulaboh. “Kita juga membudidaya pohon seleksi seperti batang naga,

nenas, dan manggis,” ujar Mahdi seraya menyatakan pihaknya juga menjual berbagai jenis bunga tanaman hias.

Ditanya apa masalah yang dihadapi, Mahid mengatakan, kendala utama selama ini adalah anggaran yang diplot untuk UPTD BBHTPP Saree masih sangat kecil. “Akibat kekurangan anggaran, kita baru bisa manfaatkan lahan seluas 22 hektare dari total 44 hektare. Selain itu, pekerja kita juga masih sedikit dibanding dengan luas lahan,” keluhnya.

Kendala itu, tambah Mahdi, sudah berkali-kali disampaikan dalam berbagai forum. Namun, hingga kini belum juga ada tanda-tanda akan ditambah anggaranya. “Itu belum lagi kami minta uang untuk menjadikan areal UPTD ini sebagai kawasan agrowisata. Karenanya, saya berharap perhatian serius dari pemerintah agar dapat menambah anggaran untuk UPTD BBHTPP Saree. (*) Inilah yang membuat bawang

merah kini menjadi primadona baru para petani di Aceh Tamiang. Tanaman bernama latin Allium

sativar L tersebut saat ini banyak

dibudidayakan di tiga kecamatan yakni Seruway, Rantau, dan Keca-matan Banda Mulia. Di Banda Mulia, pengembangan bawang merah paling gencar dilakukan petani secara mandiri.

Kepala Dinas Pertanian, Per-ke bunan, dan Peternakan Aceh Tamiang, Yunus, menyebut-kan, di antara tiga kecamatan (Seruway, Rantau, dan Banda Mulia) yang dicanangkan sebagai sentra bawang, petani di Banda Mulia adalah yang paling agresif. Di kecamatan itu, bawang merah dibudidayakan di lahan-lahan sawah.

Akibat kehadiran bawang, sebagian petani di kawasan itu sudah sepakat mengubah pola penggunaan lahan sawah me-reka. Pola awalnya adalah Padi-Palawija/buah-Padi, menjadi Padi-Bawang Merah-Padi. Seku-rangnya 100 Ha lahan sawah Banda Mulia siap memulai pola baru tersebut pada musim tanam ke depan.

Temui Petani

Sementara itu, Ketua Tim Peng-gerak PKK Aceh, Dyah Erti Idawati, beberapa waktu lalu, menemui petani bawang merah di Desa Telaga Muku Dua, Kecamatan Banda Mulia, Aceh Tamiang. Selain untuk melihat perkembangan

budi daya bawang merah di ka-wasan itu, kunjungan Dyah juga rangka mengampanyekan per-lunya upaya menjaga ketahanan pangan di masa pandemi Covid-19. Hal tersebut juga untuk menin-daklanjuti program Gerakan Aceh Mandiri Pangan (GAMPANG) yang

dicanangkan Gubernur Aceh, Ir Nova Iriansyah MT, beberapa waktu lalu.

Dyah juga memberi semangat kepada petani untuk terus ber-upaya meningkatkan hasil panen agar ekonomi keluarga mereka semakin membaik. (*)

Ketua Tim Penggerak PKK Aceh, Dyah Erti Idawati, bersama pejabat lainnya memperlihatkan bawang merah milik petani Desa Telaga Muku Dua, Kecamatan Banda Mulia, Aceh Tamiang, beberapa waktu lalu.

Kepala UPTD BBHTPP Saree, Ir Mahdi (kiri), memperlihatkan sejumlah bibit tanaman yang tersedia di kompleks UPTD tersebut.

(11)

10

DISTANBUN ACEH

Edisi V/2020

TANI

PROMOSI

DISTANBUN ACEH

Edisi V/2020

11

Saat ini, dinamika pada ling kup sektor pertanian sudah berubah dari sistem konvensional menuju sistem pertanian berbasis inovasi teknologi. Hal ini tidak dapat dihin dari sebagai akibat dari era industri 4.0 yang sudah dijalani bersama. Hubungan era Industri 4.0 sa ngat erat dengan upaya pengem bangan sektor pertanian, dimana penggunaan instrument-instrumen dalam era Industri 4.0 tersebut se perti pengelolaan big data, kecer dasan buatan (artificial

Dalam upaya mengimple-men tasikan teknologi tersebut, kemudian muncul pertanyaan bagaimana dapat mengadopsi dan mengimplementasikan ino vasi teknologi tersebut pa da dunia nyata. Tentunya, diper-lukan usaha (effort) yang besar dari setiap insan yang terlibat langsung dalam sisten pertanian tersebut. Salah satunya adalah para penyuluh lapangan. De-ngan demikian, sangat pen ting bagi para penyuluh perta nian lapangan (PPL) untuk me ning-katkan kompetensinya agar dapat beradaptasi dan pro duk-tif pada era berbeda dengan sebelumnya.

“Di sinilah menurut saya peran dari Komisi Penyuluhan Aceh sebagai mitra pemerintah untuk memberikan advokasi ter hadap kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah ten tu nya melalui Distanbun Aceh,” ungkap Sekretaris Dinas Pertanian dan

Irigasi Lhok Guci Mendukung

Program GAMPANG

Uji coba irigasi Lhok

Guci dan pemberian

bantuan kepada petani

juga merupakan bagian

dari upaya mendukung

Gerakan Aceh Mandiri

Pangan (GAMPANG) yang

dicanangkan beberapa

waktu lalu.”

H. T. AHMAD DADEK, SH

Asisten II Sekda Aceh

Smart Farming Bisa Menekan

Biaya Produksi

... Pelaksanaan pertanian

pintar memungkinkan biaya

produksi menjadi lebih

rendah dan menjadi solusi

terhadap makin kurangnya

tenaga kerja di sektor

pertanian.”

A. HANAN, SP, MM

Kadistanbun Aceh

intelegence), innternet of thing

(IoT), internet of person (IoP) su-dah semakin massif. Pada ling kup pertanian, tata kelola air diatur berbasis computer. Demikian juga traktor, transpalnter, dan combine har vester, sudah dilakukan secara autonomus (dapat dilakukan tan-pa operator langsung).

Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Kadistanbun) Aceh, A Hanan SP MM, mengatakan, feno-mena tersebut menjadi salah satu alasan utama sudah saatnya Aceh menuju pertanian pintar (smart

far ming). Apalagi, meurutnya,

tek-nologi ini dapat membantu pe tani menghasilkan padi dengan biaya murah. Dengan kata lain, pelak-sanaan pertanian pintar memung-kinkan biaya produksi menjadi lebih rendah dan menjadi solusi terhadap makin kurangnya tenaga kerja di sektor pertanian. Terlebih, sebut A Hanan, Aceh merupakan provinsi terluas kedua yang melaksanakan perluasan areal tanam baru (PATB) di Indonesia setelah Kalimantan Barat.

Teknologi baru dalam perta nian pintar termasuk drone pe nyemprot tanaman dan mesin tanam padi yang dilengkapi GPS, menurutnya, berpotensi menurunkan harga pangan di pasaran. Tek nologi ini juga diharapkan membantu bisnis pertanian agar tetap eksis meski di masa pandemi. “Pertanian pintar dapat membuat proses produksi jadi lebih efisien dan produktivitas hasil pertanian meningkat,” ung kap Kadistanbun Aceh. (*)

Penyuluh Harus Berada

di Garda Terdepan

Saya yakin, Komisi

Penyuluhan Aceh memiliki

sense untuk meningkatkan

kompetensi penyuluh Aceh

melalui advokasi

program-program operasional berbasis

pertanian pintar (smart

farming).”

AZANUDDIN KURNIA, SP, MP

Sekretaris Distanbun Aceh

Perkebunan (Distanbun) Aceh, Azanuddin Kurnia SP MP.

Pria yang akrab disapa Azan ini yakin, Komisi Penyu-luhan Aceh yang beranggotakan kaum intelektual memiliki

sense terhadap peningkatan

kompetensi penyuluh melalui advokasi program-program operasional berbasis pertanian pintar (smart farming). Sebab, penyuluh be rada di garda terdepan untuk menyukseskan terlaksananya sis tem pertanian pintar tersebut.

Sejumlah forum seperti ra pat komisi penyuluhan Aceh, me-nurut Azanuddin, harus menjadi wadah bagi semua pihak terkait untuk dapat memberikan saran dan masukan kepada Pemerintah Aceh melalui Distanbun Aceh guna dapat melaksanakan pro-gram-program yang ber muara pada peningkatan kompe tensi penyuluh. “Sehingga, penyu luh bisa melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan kon disi kekinian. (*)

Asisten II Sekda Aceh, HT Ahmad Dadek SH, melakukan kun-jungan kerja ke Aceh Barat, Sabtu (24/10/2020). Dalam kunjungan itu, Dadek meresmikan uji coba fung sional irigasi Lhok Guci serta menyerahkan bantuan Gubernur Aceh, berupa sarana produksi (saprodi) padi untuk petani di ka-bu paten itu dengan luas lahan 385 hektare.

“Alhamdulillah kita sudah me-lakukan uji coba pintu air untuk difungsikan di lahan seluas 400 hektare. Ini (irigasi) hanya akan diuji coba terlebih dulu, karena peresmian (Bendungan Lhok Guci)

rencananya akan dihadiri Bapak Presiden Jokowi,” ungkap Dadek dalam kunjungan yang didampingi Kepala Dinas Pertanian dan Perke-bunan Aceh, A Hanan SP MM, Ke-pala Biro Humas dan Protokol Setda Aceh, Muhammad Iswanto SSTP MM, dan para Kepala SKPK terkait lainnya.

Pemungsian irigasi Lhok Gu ci dilakukan tanpa menunggu tun-tasnya pembangunan bendungan yang termasuk dalam salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN). Artinya, sebagian masyarakat yang punya lahan di kawasan aliran irigasi sudah bisa memanfaatkan air dari irigasi itu untuk lahan sawah mereka. “Uji coba irigasi Lhok Guci dan pemberian bantuan kepada petani juga merupakan bagian dari upaya untuk mendukung Gerakan Aceh Mandiri Pangan (GAMPANG) yang dicanangkan Pemerintah Aceh be berapa waktu lalu,” ungkap Dadek.

Ia menambahkan, fungsiona-lisasi Daerah Irigasi Lhok Guci akan dilakukan secara bertahap. Sementara itu, Kepala Dinas Per-tanian dan Perkebunan (Kadis tan-bun) Aceh, A Hanan SP MM, bantuan gubernur yang diserahkan Asisten II Setda Aceh pada kegiatan tersebut meliputi pupuk NPK sebanyak 100 kilogram (Kg) per hektare dan benih varietas Impari-32 sebanyak 25 Kg per hektare.

Seiring dengan pengoperasian

Daerah Irigasi (DI) Lhok Guci, menurut A Hanan, pihaknya juga mendukung Pemkab Aceh Barat untuk mengusulkan program cetak sawah baru pada tahun depan. “Sawah yang sudah dialiri air irigasi, minimal bisa ditanami padi dua kali dalam setahun,” kata A Hanan didampingi Kabid Tanaman Pangan, Safrizal, SP, MPA.

Sebab, menurut A Hanan, di lintasan jaringan air irigasi Lhok Guci sekitar 5.700 hektare semak belukar belum digarap menjadi

sawah irigasi teknis. Semak belukar tersebut, sambungnya, bisa djadikan target utama Pemkab Aceh Barat untuk diusulkan

sebagai lahan cetak sawah baru. “Dananya bisa bersumber dari APBA maupun APBN tahun depan,” pungkasnya. (*)

Asisten II Sekda Aceh, T Ahmad Dadek, bersama Bupati Aceh Barat, Ramli MS melakukan uji coba fungsional Daerah Irigasi Lhok Guci, Aceh Barat, beberapa waktu lalu.

Referensi

Dokumen terkait

Memahami faktor eksternal yang mendorong konsumen dalam membeli sepatu JK Collection dapat dilihat dari empat faktor eksternal yaitu kebudayaan, kelas sosial, kelompok

Menilai perbedaan nilai range of motion (ROM) sendi ekstremitas atas sebelum dan sesudah pelatihan senam lansia MENPORA pada kelompok lansia Kemuning,

Jumlah tangki yang digunakan beserta spesifikasinya dapat dilihat pada Lampiran 2, sedangkan untuk perhitungan energi manusia dan kebutuhan steam pada tahap

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Teori Graf 2.1.1 Definisi Graf Definisi 2.1 Suatu graf G adalah sebuah himpunan V,E dan V adalah himpunan tidak kosong dan berhingga dari objek-objek

Karena itu, dengan menggunakan pendekatan teori hukum konstitusi yang mengemukakan bahwa dalam sistem presidensial sebagaimana yang dianut bangsa Indonesia tidak

Rencana pengembangan produk berupa media pembelajaran berbasis multimedia interaktif pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial materi mengenal jenis-jenis pekerjaan untuk

Adapun dari ke empat kategori karakteristik budaya Melayu tersebut, yang mendominasi adalah kategori identitas etnis.Pada penelitian ditemukan identitas etnis berupa bahasa

Penelitian ini difokuskan pada Anlisis Penggunaan Model E-CRM Pada Perusahaan Smartfren Kota Tasikmalaya (Suatu Studi Pada Distributor Smartfren Utama Jaya Kota