• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yuni Maliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Yuni Maliani 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

LOKASI PENYEBARAN KOMODITAS UNGGULAN SUBSEKTOR PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR

KABUPATEN TASIKMALAYA

(THE DISTRIBUTION LOCATION OF SUPERIOR COMMODITIES

OF CULTURED FRESH WATER FISHERIES SUBSECTOR IN TASIKMALAYA REGANCY)

Yuni Maliani1)

Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi [email protected]

Suyudi2)

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi [email protected]

Riantin Hikmah Widi3)

Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi [email protected]

ABSTRACT

This study aims to determine the type of fish that become superior commodities and it’s locations distribution in the fishery subsector of freshwater aquaculture in Tasikmalaya regency. The method used is the case study method using secondary data from the fishery production in years 2007-2011 (times series and cross section) were processed by the method of Location Quotient (LQ) analysis. Superior commodities based on the method of analysis LQ as one indicator in determining the commodity is Nilem Fish, gouramis and Tawes. The distribution location Nilem fish are in Parungponteng, Bojongasih, Taraju, Puspahiang, Tanjungjaya, Sukaraja, Salopa, Leuwisari, Padakembang, Sariwangi and Sukaratu subdistrict. Gouramis fish in the Singaparna, Mangunreja, Sukarame, Cigalontang, Leuwisari, Padakembang, Sariwangi, Sukaratu and Cisayong subdistrict. Tawes fish in Cipatujah, Karangnunggal, Cikalong, Cibalong, Bojongasih, Puspahiang, Tanjungjaya, Talbot, Salopa, Jatiwaras, Cineam, Karangjaya, Manonjaya, Gunungtanjung, Cigalontang, Cisayong, Sukahening, Rajapolah and Jamanis subdistrict.

Key Word: Superior commodities, locations distribution, method of Location Quotient (LQ) .

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis ikan yang menjadi komoditas unggulan serta lokasi penyebarannya pada subsektor perikanan budidaya air tawar di Kabupaten Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus dengan menggunakan data sekunder berupa data time serries dan cross section produksi perikanan budidaya air tawar kabupaten Tasikmalaya dan Provinsi Jawa Barat dari tahun 2007-2011 yang diolah dengan metode analisis Location Quotient (LQ). Komoditas unggulan berdasarkan metode analisis LQ sebagai salah satu indikator dalam penentuan komoditas adalah Ikan Nilem, Tambakan dan Tawes. Lokasi penyebaran ikan Nilem terdapat di Kecamatan Parungponteng, Bojongasih, Taraju, Puspahiang, Tanjungjaya, Sukaraja, Salopa, Leuwisari, Padakembang, Sariwangi dan Sukaratu. Ikan Tambakan di Kecamatan Singaparna, Mangunreja, Sukarame, Cigalontang, Leuwisari, Padakembang, Sariwangi, Sukaratu dan Cisayong. Ikan Tawes tersebar di Kecamatan Cipatujah, Karangnunggal,

(2)

2 Cikalong, Cibalong, Bojongasih, Puspahiang, Tanjungjaya, Sukaraja, Salopa, Jatiwaras, Cineam, Karangjaya, Manonjaya, Gunungtanjung, Cigalontang, Cisayong, Sukahening, Rajapolah dan Jamanis.

Kata Kunci: Komoditas Unggulan, Lokasi penyebaran, Metode Location Quotient (LQ). PENDAHULUAN

Potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah relatif berbeda dengan potensi yang dimiliki oleh wilayah lain. Perbedaan potensi tersebut disebabkan oleh perbedaan karaktristik sumber daya fisik dan non fisiknya sehingga menyebabkan tidak meratanya pembangunan antar daerah maupun antar sektor. Terjadinya ketimpangan antar wilayah ini membawa implikasi terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat antar wilayah (Bambang Wahyu ponco aji, 2008). Kebijakan Pemerintah sebagai salah satu upaya mengurangi ketimpangan antar wilayah adalah dengan memberlakukan Undang Undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah serta Undang Undang No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah (Bungaran Saragih 2002).

Robinson Tarigan (2012) mengatakan bahwa masing-masing daerah dengan kebijakan otonomi daerah sudah lebih bebas dalam menetapkan sektor/komoditi unggulan yang diprioritaskan pengembangannya. Kemampuan pemerintah daerah untuk melihat sektor yang memiliki keunggulan atau kelemahan di wilayahnya menjadi semakin penting. Sektor yang memiliki keunggulan mempunyai prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang.

Kabupaten Tasikmalaya sebagai salah satu daerah otonom dituntut untuk melakukan pembenahan dan pengembangan potensi-potensi lokal secara produktif serta menetapkan kebijakan yang menitikberatkan pada sektor-sektor yang memberikan kontribusi terbesar bagi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB). Kabupaten Tasikmalaya sudah sejak lama dikenal sebagai salah satu sentra produksi perikanan khususnya perikanan darat di Provinsi Jawa Barat. Kabupaten Tasikmalaya merupakan salah satu Kabupaten/Kota yang menjadi lokasi pengembangan kawasan minapolitan dari 197 Kabupaten/Kota pada 33 Provinsi di seluruh Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 32 Tahun 2010 tentang penetapan lokasi minapolitan guna mendukung keberhasilan pelaksanaan revitalisasi perikanan. Subsektor perikanan masih dikategorikan sebagai basis di Kabupaten Tasikmalaya.

Penelitian Marenda Ishak (2008) tentang pergeseran sektor unggulan Kabupaten Tasikmalaya menyimpulkan bahwa umumnya sejak pemekaran wilayah tahun 2004, Kabupaten Tasikmalaya belum mengalami pergeseran basis pertanian. Secara umum sektor

(3)

3 pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan adalah sektor basis yang menopang kegiatan ekonomi yang ada di Kabupaten Tasikmalaya yang sesuai dengan kebijakan tata ruang dan wilayah yang berorientasi agroindustri.

Penelitian tersebut perlu dilanjutkan dengan menetukan jenis ikan apa saja yang menjadi unggulan di Kabupaten Tasikmalaya serta dimana saja lokasi penyebaran komoditas unggulan tersebut. Penentuan komoditas perikanan air tawar unggulan di Kabupaten Tasikmalaya merupakan langkah awal menuju pembangunan perikanan air tawar yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan dalam menghadapi globalisasi perdagangan yang akan dihadapi Kabupaten Tasikmalaya.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui penelusuran dokumen resmi yang dikeluarkan oleh instansi yang berwenang. Data tersebut berupa data deret waktu (time series) dan data Cross Section. Data ini diperoleh dari Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tasikmalaya, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, Badan Pusat Statistik Kabupaten Tasikmalaya dan Provinsi Jawa Barat. Data sekunder yang diambil adalah data produksi perikanan air tawar di tingkat kecamatan, Kabupaten Tasikmalaya dan Provinsi Jawa Barat.

Metode analisis Location Quotient (LQ) merupakan salah satu alat analisis yang dapat digunakan dalam menentukan alternatif komoditas unggulan suatu daerah berdasarkan keunggulan komparatif. Analisis LQ ini digunakan untuk mengetahui apakah suatu komoditas pada subsektor perikanan budidaya air tawar merupakan komoditas basis atau komoditas nonbasis, rumus LQ dari Rachmat Hendayana (2003) adalah sebagai berikut:

Keterangan :

*Istilah nasional adalah wilayah yang lebih tinggi jenjangnya, misalnya apabila wilayah analisis adalah Kabupaten maka wilayah nasional adalah provinsi dan apabila wilayah analisis adalah kecamatan maka istilah nasional yang digunakan adalah wilayah Kabupaten.

LQ = Koefisien Location Quotient

pi = Produksi Ikan Jenis j di wilayah analisis

Pij = Total produksi subsektor perikanan budidaya air tawar di wilayah analisis

Ps = Produksi total jenis ikan j secara nasional*

(4)

4 Hasil perhitungan LQ menghasilkan tiga (3) kriteria yaitu:

(a) LQ > 1

Kondisi ini berarti komoditas itu menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan. Komoditas mempunyai keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah bersangkutan akan tetapi juga dapat diekspor ke luar wilayah. (b) LQ = 1

Komoditas itu tergolong non basis, tidak memiliki keunggulan komparatif. Produksinya hanya cukup untuk untuk memenuhi kebutuhan wilayah sendiri dan tidak mampu untuk diekspor.

(c) LQ < 1

Komoditas ini juga termasuk non basis. Produksi komoditas di suatu wilayah tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri sehingga perlu pasokan atau impor dari luar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Komoditas Unggulan Subsektor Perikanan Budidaya Air Tawar KabupatenTasikmalaya.

Kabupaten Tasikmalaya secara umum merupakan daerah tangkapan air. Kondisi ini menyebabkan persedian air di Kabupaten Tasikmalaya cukup melimpah. Pemerintah pada era otonomi daerah perlu menetapkan komoditas perikanan mana saja yang menjadi komoditas unggulan mengingat komoditas unggulan sebagai komoditas basis diharapkan mampu berperan sebagai prime mover dalam perekonomian Kabupaten Tasikmalaya. Data produksi perikanan budidaya air tawar berdasarkan jenis ikan di Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2007 sampai tahun 2011 dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :

Tabel 1. Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar Menurut Jenis Ikan di Kabupaten Tasikmalaya tahun 2007-2011 No Jenis Ikan Produksi (Ton) Rata-rata 2007 2008 2009 2010 2011 1 Mas 8.509,32 8.217,64 9.214,89 11.657,06 11.942,73 9.908,33 2 Tawes 1.313,94 1.378,79 1.545,46 1.827,43 1.911,37 1.595,39 3 Mujair 652,64 625,07 704,25 643,69 377,65 600,66 4 Tambakan 872,58 865,02 970,50 1.199,20 1.317,83 1.045,03 5 Nilem 7.282,75 6.864,85 7.660,31 9.004,20 9.273,24 8.017,07 6 Gurame 363,95 463,20 509,35 636,93 808,83 556,45 7 Nila 4.090,20 3.994,11 4.474,23 6.064,19 8.649,64 5.454,47 Total 23.085,33 22.408,68 25.078,99 31.032,70 34.281,29 27.177,40 Pertumbuhan - (2,93) 11,91 21,11 9,47 9,89

Sumber : Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tasikmalaya (2012)

Produksi perikanan budidaya air tawar di Kabupaten Tasikmalaya dari tahun 2007 sampai 2011 cenderung meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 9,89 persen per

(5)

5 tahun. Peningkatan produksi perikanan subsektor perikanan budidaya air tawar ini selain disebabkan karena potensi sumber daya alam yang dimiliki, juga karena ditetapkannya Kabupaten Tasikmalaya sebagai salah satu kawasan minapolitan sehingga kebijakan-kebijakan pemerintah untuk mendukung pengembangan perikanan budidaya di Kabupaten Tasikmalaya ini diarahkan untuk dapat meningkatkan produksi perikanan air tawar di Kabupaten Tasikmalaya.

Gambar 1. Pertumbuhan Komoditas Perikanan Budidaya Air Tawar Kabupaten Tasikmalaya tahun 2007- 2011

Ikan mas memberikan kontribusi paling besar terhadap total produksi perikanan budidaya air tawar di Kabupaten Tasikmalaya. Produksi ikan mas sebesar 9.908,33 ton per tahun, disusul kemudian ikan nilem dan ikan nila dengan rata-rata pertumbuhan masing-masing secara berturut-turut adalah 9,41 persen, 6,59 persen dan 21,96 persen. Komoditas perikanan yang menunjukan pertumbuhan paling besar selama lima tahun terakhir adalah ikan gurame yaitu sebesar 22,31 persen pertahun. Sementara itu produksi ikan mujair cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun (Gambar 1).

Provinsi Jawa Barat merupakan wilayah yang memiliki cakupan lebih luas dimana Kabupaten Tasikmalaya berada didalamnya. Jenis-jenis ikan di Jawa Barat (Tabel 2) telah disesuaikan dengan jenis-jenis ikan yang diproduksi di Kabupaten Tasikmalaya selama lima tahun terakhir. Jenis-jenis ikan di Jawa Barat Sebenarnya lebih banyak lagi karena merupakan akumulasi jenis-jenis ikan yang berasal dari Kabupaten lainnya seperti Cirebon, Indramayu, Bekasi, Subang, dan sebagainya, akan tetapi jenis-jenis ikan yang tidak dibudidayakan di Kabupaten Tasikmalaya tidak dimasukkan dalam proses perhitungan nilai

2008 2009 2010 2011 Nila -2,35 12,02 35,54 42,63 Gurame 27,27 9,96 25,05 26,99 Nilem -5,74 11,59 17,54 2,99 Tambakan -0,87 12,19 23,57 9,89 Mujair -4,22 12,67 -8,60 -41,33 Tawes 4,94 12,09 18,25 4,59 Mas -3,43 12,14 26,50 2,45 -60,00 -40,00 -20,00 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 160,00

(6)

6 LQ karena nilai produksi yang bernilai 0 (nol) ton ini akan menghasilkan nilai LQ yang juga bernilai 0 (nol). Data produksi perikanan budidaya air tawar berdasarkan jenis ikan di Jawa Barat selama tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini:

Tabel 2. Produksi Perikanan Budidaya Air Tawar Menurut Jenis Ikan di Provinsi Jawa Barat Tahun 2007-2011.

No Jenis Ikan Produksi (Ton) Rata-rata 2007 2008 2009 2010 2011 1 Mas 122.466,10 110.889,53 129.302,19 151.782,00 165.733,90 136.034,80 2 Tawes 4994,98 7.343,84 5.022,17 5.734,56 4.857,81 5.590,67 3 Mujair 12.385,30 12.492,47 123.42,06 15.909,46 20.037,72 14.633,40 4 Tambakan 3314,62 3.099,61 2.722,10 4.264,35 4.176,28 3.515,39 5 Nilem 13.493,28 14.163,57 12.069,52 19.181,64 20.074,88 15.796,58 6 Gurame 11.171,72 10.182,92 13.021,15 12.973,08 13.776,39 12.225,05 7 Nila 91.267,54 100.583,84 87.398,19 107.027,90 134.380,70 10.4131,60 Total 259.093,60 258.755,78 261.877,38 316.873,00 363.037,60 291.927,50

Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat, 2012

Pangsa produksi perikanan budidaya air tawar Kabupaten Tasikmalaya terhadap total produksi perikanan budidaya air tawar Provinsi Jawa Barat berfluktuasi pada kisaran 8,6 sampai 9,7 persen. Komoditas perikanan budidaya air tawar Kabupaten Tasikmalaya yang memiliki pangsa terbesar di Jawa Barat adalah nilem, tawes dan tambakan. Komoditas ikan mas yang memiliki produksi paling tinggi di tingkat Kabupaten Tasikmalaya ternyata pangsanya hanya mencapai 7,68 persen. Hal berbeda terjadi pada komoditas ikan tambakan, meskipun produksinya di tingkat kabupaten tidak masuk tiga terbesar tetapi pangsanya di Jawa Barat mencapai 35,65 persen. Pangsa produksi perikanan budidaya air tawar Kabupaten Tasikmalaya terhadap produksi perikanan budidaya air tawar pada tingkat Jawa Barat dapat kita lihat pada Gambar 2 berikut:

Gambar 2. Pangsa produksi perikanan budidaya air tawar Kabupaten Tasikmalaya terhadap produksi perikanan budidaya air tawar pada tingkat Jawa Barat.

2007 2008 2009 2010 2011 Mas 6,95 7,41 7,13 7,68 7,21 Tawes 26,31 18,77 30,77 31,87 39,35 Mujair 5,27 5,00 5,71 4,05 1,88 Tambak 26,33 27,91 35,65 28,12 31,56 Nilem 53,97 48,47 63,47 46,94 46,19 Gurame 3,26 4,55 3,91 4,91 5,87 Nila 4,48 3,97 5,12 5,67 6,44 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 Da la m persen

(7)

7 Penentuan komoditas unggulan perikanan budidaya air tawar Kabupaten Tasikmalaya dilakukan dengan menghitung dengan menghitung perbandingan relatif produksi jenis ikan budidaya air tawar di Kabupaten Tasikmalaya dengan total produksi perikanan budidaya air tawar di Provinsi Jawa Barat dari tahun 2007-2011.

Tabel 3. Hasil Perhitungan Dynamic LQ pada Subsektor Perikanan Budidaya Air Tawar Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2007-2011

Jenis Ikan Nilai LQ Dynamic LQ Keterangan

2007 2008 2009 2010 2011

Mas 0,78 0,86 0,74 0,78 0,76 0,79 Non Basis

Tawes 2,95 2,17 3,21 3,25 4,17 3,15 Basis

Mujair 0,59 0,58 0,60 0,41 0,20 0,48 Non Basis

Tambakan 2,95 3,22 3,72 2,87 3,34 3,22 Basis

Nilem 6,06 5,60 6,63 4,79 4,89 5,59 Basis

Gurame 0,37 0,53 0,41 0,50 0,62 0,48 Non Basis

Nila 0,50 0,46 0,53 0,58 0,68 0,55 Non Basis

Sumber: Data Sekunder diolah, 2013

Hasil analisis dengan menggunakan metode Loqation Quotien (LQ). menunjukkan bahwa dari tujuh komoditas perikanan budidaya air tawar yang dianalisis ternyata terdapat tiga jenis ikan yang memiliki nilai LQ lebih dari satu yaitu ikan tawes, ikan tambak dan ikan nilem. Nilai Dynamic LQ untuk masing-masing ikan tersebut secara berturut-turut adalah 3,15, 3,22 dan 5,59. Hasil ini sesuai dengan pangsa komoditas-komoditas tersebut seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa permintaan ikan nilem di Provinsi Jawa Barat 51,81 persennya sudah dapat di penuhi oleh produksi ikan nilem Kabupaten Tasikmalaya. Pemasaran ikan nilem pada saat ini ke wilayah Purwakarta, Cianjur dan Bandung yang merupakan wilayah jaring apung (sebagai pengisi jaring apung terluar) dan ke Jawa Tengah Wilayah Guci.

Produksi ikan tambakan dan ikan tawes merupakan jenis ikan yang mempunyai nilai produksi yang tergolong lebih rendah dibandingkan dengan nilai produksi ikan lainnya di Kabupaten Tasikmalaya seperti ikan mas, nila, gurame dan mujair, akan tetapi dengan menggunakan perhitungan Loqation Quotient (LQ) ikan tambakan dan ikan tawes dikategorikan sebagai komoditas basis, ini berarti kedua jenis ikan tersebut mempunyai keunggulan komparatif dibandingkan dengan produksi kedua ikan ini di Provinsi Jawa Barat.

Jenis-jenis ikan yang dikategorikan sebagai non basis (bukan unggulan) antara lain adalah Ikan mas dengan perhitungan nilai Dynamic LQ sebesar 0,79, Gurame 0,48, Nila 0,55. dan Mujair 0,48. Berdasarkan data dari Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tasikmalaya menyatakan bahwa ikan air tawar konsumsi terutama ikan mas, gurame, dan

(8)

8 nila masih harus di datangkan dari daerah lain antara lain Ciamis, Cianjur, Bandung dan Purwokerto.

Lokasi Penyebaran Komoditas Unggulan Sub Sektor Perikanan Budidaya Air Tawar Kabupaten Tasikmalaya.

a) Ikan Nilem.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis Location Quotient (LQ) pada Tabel 10, terdapat sebelas kecamatan yang nilai LQ-nya lebih dari satu yaitu yaitu Kecamatan Parungponteng, Bojongasih, Taraju, Puspahiang, Tanjungjaya, Sukaraja, Salopa, Leuwisari, Padakembang, Sariwangi dan Sukaratu. Hasil perhitungan LQ jenis ikan nilem pada tiap kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya tersaji pada Tabel 4 di bawah ini

Tabel 4. Nilai LQ Produksi Ikan Nilem Tiap Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2007-2011.

Sumber: Data Sekunder Diolah, 2013

No Kecamatan Nilai LQ Dynamic LQ Keterangan

2007 2008 2009 2010 2011

1 Cipatujah 1,55 1,02 0,85 0,28 0,25 0,79 Non Basis

2 Karangnunggal 1,02 1,16 0,83 0,64 0,58 0,85 Non Basis

3 Cikalong 0,99 0,99 0,78 0,64 0,58 0,80 Non Basis

4 Pancatengah 1,43 1,16 0,82 0,73 0,66 0,96 Non Basis

5 Cikatomas 0,97 1,23 0,88 0,82 0,75 0,93 Non Basis

6 Cibalong 0,79 0,35 0,30 1,34 1,27 0,81 Non Basis

7 Parung ponteng 1,04 1,06 0,90 1,22 1,14 1,07 Basis

8 Bantarkalong 0,67 1,32 1,33 0,26 0,23 0,76 Non Basis

9 Bojongasih 0,91 0,92 0,93 1,34 1,27 1,07 Basis

10 Culamega 0,81 1,08 1,07 0,56 0,51 0,81 Non Basis

11 Bojonggambir 0,41 1,04 1,00 1,10 1,03 0,92 Non Basis

12 Sodonghilir 0,95 0,41 0,39 0,93 0,87 0,71 Non Basis

13 Taraju 0,87 1,05 1,06 1,26 1,21 1,09 Basis

14 Salawu 0,69 1,02 1,02 1,10 1,17 1,00 Non Basis

15 Puspahiang 0,77 1,20 1,23 1,18 0,97 1,07 Basis

16 Tanjungjaya 0,68 0,96 0,97 1,62 1,65 1,18 Basis

17 Sukaraja 0,49 0,30 0,33 2,15 2,07 1,07 Basis

18 Salopa 1,21 0,86 0,82 1,14 1,15 1,04 Basis

19 Jatiwaras 0,78 1,01 1,00 0,43 0,37 0,72 Non Basis

20 Cineam 0,64 0,75 0,75 0,65 0,64 0,69 Non Basis

21 Karangjaya 1,15 0,84 0,84 1,14 0,94 0,98 Non Basis

22 Manongjaya 0,48 0,79 0,81 1,04 1,03 0,83 Non Basis

23 Gunungtanjung 0,69 0,75 0,80 1,02 0,90 0,83 Non Basis

24 Singaparna 0,87 0,94 0,77 0,95 1,04 0,91 Non Basis

25 Mangunreja 0,93 0,98 0,98 0,58 1,01 0,90 Non Basis

26 Sukarame 0,96 0,79 1,02 1,29 0,80 0,97 Non Basis

27 Cigalontang 1,15 1,01 0,98 0,13 0,12 0,68 Non Basis

28 Leuwisari 0,97 1,04 1,13 1,21 1,09 1,09 Basis

29 Padakembang 1,07 1,19 1,20 1,46 1,37 1,26 Basis

30 Sariwangi 0,88 0,91 1,20 0,97 1,15 1,02 Basis

31 Sukaratu 1,09 1,13 1,05 1,66 1,70 1,33 Basis

32 Cisayong 1,19 1,05 1,16 0,63 0,60 0,93 Non Basis

33 Sukahening 1,13 0,88 0,98 0,62 0,50 0,82 Non Basis

34 Rajapolah 1,45 1,00 0,89 0,28 0,26 0,78 Non Basis

35 Jamanis 1,39 0,97 1,18 0,81 0,62 0,99 Non Basis

36 Ciawi 1,06 1,03 1,18 0,36 0,38 0,80 Non Basis

37 Kadipaten 1,91 1,04 1,21 0,26 0,23 0,93 Non Basis

38 Pagerageng 1,24 0,85 1,06 0,30 0,31 0,75 Non Basis

(9)

9 Kecamatan Padakembang dan Kecamatan Sukaratu merupakan lokasi yang mempunyai nilai LQ lebih dari satu setiap tahunnya, artinya kedua kecamatan ini mempunyai keunggulan komparatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan kecamatan lainnya karena kedua kecamatan ini mampu mempertahankan produksi ikan nilem pada setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan Kecamatan Padakembang merupakan lokasi yang menjadi sentra pengembangan kawasan minapolitan yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai serta terjalinnya kemitraan pada sub sektor perikanan budidaya air tawar antara BBI (Balai benih ikan) Rancapaku Kecamatan Padakembang dengan kelompok tani ikan yang tersebar di berbagai kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya. Lokasi penyebaran ikan nilem berdasarkan hasil perhitungan Dynamic LQ dari tahun 2007-2011 secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3 berikut

Peta Lokasi Penyebaran Ikan Nilem Kabupaten Tasikmalaya

1 2 3 4 5 18 19 6 9 8 10 11 12 7 17 23 20 21 22 16 26 25 14 27 30 28 29 31 32 34 33 36 39 39 37 13 15 24 35 KETERANGAN

= Lokasi Basis Ikan Nilem di Kabupaten Tasikmalaya

1. Cipatujah 2. Karangnunggal 3. Cikalong 4. Pancatengah 5. Cikatomas 6. Cibalong 7. Parungponteng 8. Bantarkalong 9. Bojongasih 10. Culamega 11. Bojonggambir 12. Sodonghilir 13. Taraju 14. Salawu 15. Puspahiang 16. Tanjungjaya 17. Sukaraja 18. Salopa 19. Jatiwaras 20. Cineam 21. Karangjaya 22. Manonjaya 23. Gunungtanjung 24. Singaparna 25. Mangunreja 26. Sukarame 27. Cigalontang 28. Leuwisari 29. Padakembang 30. Sariwangi 31. Sukaratu 32. Cisayong 33. Sukahening 34. Rajapolah 35. Jamanis 36. Ciawi 37. Kadipaten 38. Pagerageung 39. Sukaresik

Gambar 3. Peta Lokasi Penyebaran Ikan Nilem Kabupaten Tasikmalaya Berdasarkan Hasil Perhitungan

Dynamic LQ Tahun 2007-2011 .

(10)

10 b) Ikan Tambakan

Hasil perhitungan Dynamic LQ pada produksi ikan tambakan pada tiap Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya diketahui terdapat 9 kecamatan yang tergolong basis yaitu Kecamatan Singaparna, Mangunreja, Sukarame, Cigalontang, Leuwisari, Padakembang, Sariwangi, Sukaratu dan Cisayong.

Tabel 5. Nilai LQ Produksi Ikan Tambakan Tiap Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2007-2011

Sumber: Data Sekunder Diolah, 2013

No Kecamatan Tahun Dynamic LQ

Keterangan

2007 2008 2009 2010 2011

1 Cipatujah 0,33 0,04 0,00 0,00 0,00 0,07 Non basis

2 Karangnunggal 0,20 0,05 0,00 0,00 0,00 0,05 Non basis

3 Cikalong 0,36 0,08 0,00 0,00 0,00 0,09 Non basis

4 Pancatengah 0,40 0,07 0,00 0,00 0,00 0,09 Non basis

5 Cikatomas 0,24 0,05 0,00 1,94 1,81 0,81 Non basis

6 Cibalong 0,20 0,47 0,00 1,56 1,49 0,74 Non basis

7 Parungponteng 0,26 0,08 0,00 1,65 1,57 0,71 Non basis

8 Bantarkalong 0,19 0,05 0,00 2,36 2,13 0,95 Non basis

9 Bojongasih 0,35 0,12 0,00 1,56 1,49 0,70 Non basis

10 Culamega 0,40 0,05 0,00 2,04 1,90 0,88 Non basis

11 Bojonggambir 0,28 0,04 0,00 1,79 1,69 0,76 Non basis

12 Sodonghilir 0,35 0,06 0,00 1,71 1,63 0,75 Non basis

13 Taraju 0,20 0,03 0,00 1,46 1,42 0,62 Non basis

14 Salawu 0,24 0,23 0,00 1,28 1,38 0,62 Non basis

15 Puspahiang 0,24 0,10 0,00 1,37 1,14 0,57 Non basis

16 Tanjungjaya 0,29 0,07 0,00 1,08 1,12 0,51 Non basis

17 Sukaraja 0,54 0,48 0,00 0,72 0,70 0,49 Non basis

18 Salopa 0,47 0,05 0,00 1,32 1,35 0,64 Non basis

19 Jatiwaras 0,45 0,04 0,00 1,76 1,52 0,75 Non basis

20 Cineam 1,11 0,39 0,00 1,74 1,75 1,00 Non basis

21 Karangjaya 0,53 0,12 0,00 1,34 1,12 0,62 Non basis

22 Manongjaya 1,15 0,66 0,00 1,21 1,21 0,85 Non basis

23 Gunungtanjung 0,91 0,69 0,00 1,19 1,06 0,77 Non basis

24 Singaparna 1,36 2,45 2,66 0,81 0,88 1,63 Basis 25 Mangunreja 1,67 2,96 3,28 0,70 1,18 1,96 Basis 26 Sukarame 1,32 4,10 0,00 1,12 0,70 1,45 Basis 27 Cigalontang 0,97 2,01 3,51 1,67 1,63 1,96 Basis 28 Leuwisari 1,19 1,56 1,90 0,63 0,74 1,20 Basis 29 Padakembang 1,14 1,36 1,82 0,82 0,77 1,18 Basis 30 Sariwangi 0,93 2,07 2,40 0,73 0,65 1,36 Basis 31 Sukaratu 1,01 1,46 1,41 0,94 0,96 1,16 Basis 32 Cisayong 0,46 0,41 1,65 1,31 1,26 1,02 Basis

33 Sukahening 0,33 0,25 0,00 1,34 1,10 0,60 Non basis

34 Rajapolah 0,61 0,27 0,00 1,80 1,74 0,88 Non basis

35 Jamanis 0,78 0,92 0,00 1,67 1,29 0,93 Non basis

36 Ciawi 0,71 0,71 0,00 0,97 1,03 0,68 Non basis

37 Kadipaten 0,57 0,21 0,00 2,14 1,95 0,97 Non basis

38 Pagerageng 0,61 0,57 0,00 1,12 1,17 0,69 Non basis

(11)

11 Kecamatan Mangunreja memiliki nilai LQ rata-rata sebesar 1,96 yang berarti Kecamatan Mangunreja mempunyai keunggulan komparatif dalam memproduksi ikan tambakan dan memiliki kelebihan produksi untuk ekspor ke wilayah lain seperti halnya kecamatan-kecamatan lain yang memiliki nilai Dynamic LQ lebih dari satu. Tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat tiga puluh kecamatan yang tergolong non basis untuk produksi ikan tambakan di Kabupaten Tasikmalaya ini menunjukkan bahwasannya untuk memenuhi kebutuhan ikan tambakan di Kecamatan Jamanis maka harus mendatangkan ikan tambakan dari luar wilayahnya. Lokasi penyebaran ikan tambakan berdasarkan hasil perhitungan Dynamic LQ dari tahun 2007-2011 secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4 berikut

Peta Lokasi Penyebaran Ikan Tambakan Kabupaten Tasikmalaya 1 2 3 4 5 18 19 6 9 8 10 11 12 7 17 23 20 21 22 16 26 25 14 27 30 28 29 31 32 34 33 36 39 39 37 13 15 24 35 KETERANGAN = Lokasi Basis Ikan Tambakan di Kabupaten Tasikmalaya 1. Cipatujah 2. Karangnunggal 3. Cikalong 4. Pancatengah 5. Cikatomas 6. Cibalong 7. Parungponteng 8. Bantarkalong 9. Bojongasih 10. Culamega 11. Bojonggambir 12. Sodonghilir 13. Taraju 14. Salawu 15. Puspahiang 16. Tanjungjaya 17. Sukaraja 18. Salopa 19. Jatiwaras 20. Cineam 21. Karangjaya 22. Manonjaya 23. Gunungtanjung 24. Singaparna 25. Mangunreja 26. Sukarame 27. Cigalontang 28. Leuwisari 29. Padakembang 30. Sariwangi 31. Sukaratu 32. Cisayong 33. Sukahening 34. Rajapolah 35. Jamanis 36. Ciawi 37. Kadipaten 38. Pagerageung 39. Sukaresik

Gambar 4. Peta Lokasi Penyebaran Ikan Tambakan di Kabupaten Tasikmalaya Berdasarkan Hasil

Perhitungan Dynamic LQ Tahun 2007-2011

(12)

12 Berdasarkan peta penyebaran lokasi basis ikan tambakan pada Gambar 4 menunjukkan bahwa kecamatan yang tergolong sebagai basis berada pada lokasi yang secara administrasi mengelompok, berdekatan satu sama lainnya. Hal ini berkaitan erat dengan kondisi geografis yang hampir homogen pada kecamatan-kecamatan tersebut sehingga dengan lokasi yang secara administratif berdekatan maka proses adopsi inovasi dalam kegiatan budidaya ikan tambakan dapat secara cepat menyebar di kawasan tersebut

c) Ikan Tawes

Berdasarkan hasil analisis LQ ikan tawes tiap kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2007 - 2011 pada tiap kecamatan mengalami fluktuasi pada setiap tahunnya. Tabel 6. Nilai LQ Produksi Ikan Tawes Tiap Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya Tahun

2007-2011

No Kecamatan Tahun Dynamic

LQ Keterangan

2007 2008 2009 2010 2011

1 Cipatujah 2,75 2,20 2,27 0,00 0,00 1,44 Basis

2 Karangnunggal 2,56 2,32 2,58 0,00 0,00 1,49 Basis

3 Cikalong 2,03 2,30 2,47 0,00 0,00 1,36 Basis

4 Pancatengah 1,67 1,14 1,26 0,00 0,00 0,81 Non basis

5 Cikatomas 1,35 0,66 0,74 0,00 0,00 0,55 Non basis

6 Cibalong 1,56 4,53 5,54 0,00 0,00 2,33 Basis

7 Parungponteng 1,44 1,71 1,85 0,00 0,00 1,00 Non basis

8 Bantarkalong 1,36 0,80 0,82 0,00 0,00 0,60 Non basis

9 Bojongasih 0,98 2,04 2,09 0,00 0,00 1,02 Basis

10 Culamega 1,13 1,22 1,22 0,00 0,00 0,71 Non basis

11 Bojonggambir 1,97 1,24 1,20 0,00 0,00 0,88 Non basis

12 Sodonghilir 2,19 1,32 1,28 0,00 0,00 0,96 Non basis

13 Taraju 0,83 1,41 1,43 0,00 0,00 0,73 Non basis

14 Salawu 1,00 0,52 0,53 1,55 0,00 0,72 Non basis

15 Puspahiang 1,19 0,90 0,93 1,66 3,90 1,71 Basis 16 Tanjungjaya 1,92 1,13 1,14 1,32 0,66 1,24 Basis 17 Sukaraja 1,26 1,29 1,42 0,87 1,80 1,33 Basis 18 Salopa 1,31 1,22 1,18 1,60 0,87 1,24 Basis 19 Jatiwaras 1,26 1,95 1,96 2,13 3,41 2,14 Basis 20 Cineam 1,64 0,94 0,95 2,11 0,90 1,31 Basis 21 Karangjaya 1,12 1,89 1,91 1,63 3,96 2,10 Basis 22 Manongjaya 1,68 1,11 1,15 1,46 0,76 1,23 Basis 23 Gunungtanjung 1,43 1,67 1,71 1,44 3,16 1,88 Basis

24 Singaparna 0,99 0,70 0,76 0,88 0,15 0,69 Non basis

25 Mangunreja 0,65 0,38 0,38 0,85 1,95 0,84 Non basis

26 Sukarame 1,12 0,73 0,90 1,36 0,81 0,98 Non basis

27 Cigalontang 1,26 1,04 0,97 2,51 1,93 1,54 Basis

28 Leuwisari 0,92 0,71 0,67 0,83 0,52 0,73 Non basis

29 Padakembang 0,90 0,37 0,36 1,16 0,94 0,75 Non basis

30 Sariwangi 1,01 0,48 0,44 1,05 1,87 0,97 Non basis

31 Sukaratu 0,84 0,97 0,95 1,27 0,80 0,96 Non basis

32 Cisayong 0,88 0,40 0,35 1,67 2,04 1,07 Basis

33 Sukahening 0,70 1,26 1,20 1,63 3,96 1,75 Basis

34 Rajapolah 0,86 0,79 0,82 2,19 1,50 1,23 Basis

35 Jamanis 1,02 1,67 1,68 0,00 3,40 1,56 Basis

36 Ciawi 0,86 1,67 1,68 0,16 0,00 0,87 Non basis

37 Kadipaten 0,20 0,95 0,92 0,00 0,40 0,49 Non basis

38 Pagerageng 0,53 1,23 1,16 0,00 0,00 0,59 Non basis

39 Sukaresik 0,55 1,40 1,45 0,00 0,00 0,68 Non basis

(13)

13 Berdasarkan perhitungan Dynamic LQ ikan Tawes pada tiap Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya selama lima tahun, diketahui terdapat sembilan belas kecamatan yang memiliki nilai Dynamic LQ lebih dari satu yaitu Kecamatan Cipatujah, Karangnunggal, Cikalong, Cibalong, Bojongasih, Puspahiang, Tanjungjaya, Sukaraja, Salopa, Jatiwaras, Cineam, Karangjaya, Manonjaya, Gunungtanjung, Cigalontang, Cisayong, Sukahening, Rajapolah dan Ciawi dengan rata-rata nilai basis produksi ikan tawes terendah dari tahun 2007-2011 berada di Kecamatan Bojongasih dengan nilai basis 1,02 dan nilai tertinggi mencapai 2,33 di Kecamatan Cibalong. Lokasi penyebaran ikan tawes berdasarkan hasil perhitungan Dynamic LQ dari tahun 2007-2011 secara lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 5

Peta Lokasi Penyebaran Ikan Tawes di Kabupaten Tasikmalaya

Gambar 5. Peta Lokasi Penyebaran Ikan Tawes Kabupaten Tasikmalaya berdasarkan Hasil perhitungan Dynamic LQ dari tahun 2007-2011.

KETERANGAN

= Lokasi Basis Ikan Tawes di Kabupaten Tasikmalaya

1. Cipatujah 2. Karangnunggal 3. Cikalong 4. Pancatengah 5. Cikatomas 6. Cibalong 7. Parungponteng 8. Bantarkalong 9. Bojongasih 10. Culamega 11. Bojonggambir 12. Sodonghilir 13. Taraju 14. Salawu 15. Puspahiang 16. Tanjungjaya 17. Sukaraja 18. Salopa 19. Jatiwaras 20. Cineam 21. Karangjaya 22. Manonjaya 23. Gunungtanjung 24. Singaparna 25. Mangunreja 26. Sukarame 27. Cigalontang 28. Leuwisari 29. Padakembang 30. Sariwangi 31. Sukaratu 32. Cisayong 33. Sukahening 34. Rajapolah 35. Jamanis 36. Ciawi 37. Kadipaten 38. Pagerageung 39. Sukaresik U

(14)

14 Dari tiga puluh sembilan kecamatan, 59 persen kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya tergolong non basis, salah satunya adalah di Kecamatan Pancatengah dengan nilai Dynamic LQ 0,81, ini menunjukkan bahwa permintaan ikan tawes di lokasi ini masih didatangkan dari luar wilayahnya. Kecamatan lainnya yang tergolong non basis merupakan kecamatan-kecamatan yang memiliki nilai LQ kurang dari satu sehingga masih memerlukan pasokan ikan tawes dari wilayah lain.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut :

1) Komoditas unggulan pada subsektor perikanan budidaya air tawar di Kabupaten Tasikmalaya berdasarkan hasil analisis Location Quotien (LQ) sebagai salah satu indikator dalam menentukan komoditas unggulan adalah ikan nilem, tambakan dan tawes.

2) Lokasi penyebaran ikan nilem terdapat di Kecamatan Parungponteng, Bojongasih, Taraju, Puspahiang, Tanjungjaya, Sukaraja, Salopa, Leuwisari, Padakembang, Sariwangi dan Sukaratu. Ikan tambakan mempunyai lokasi penyebaran di Kecamatan Singaparna, Mangunreja, Sukarame, Cigalontang, Leuwisari, Padakembang, Sariwangi, Sukaratu dan Cisayong. Lokasi penyebaran ikan tawes terdapat di Kecamatan Cipatujah, Karangnunggal, Cikalong, Bojongasih, Puspahiang, Tanjungjaya, Sukaraja, Salopa, Jatiwaras, Cineam, Karangjaya, Manonjaya, Gunungtanjung, Cigalontang, Cisayong, Sukahening, Rajapolah dan Ciawi.

Saran

1) Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya dalam merencanakan pembangunan sektor perikanan kedepannya diharapkan dapat lebih fokus pada komoditas-komoditas yang menjadi unggulan melalui pembinaan lebih lanjut terhadap komoditas unggulan yang diharapkan dapat berkembang sebagai motor penggerak ekonomi masyarakat yang bersangkutan agar pendapatan petani meningkat serta jangkauan pasar komoditas tidak terbatas pada pasar lokal tetapi memiliki jangkauan lebih luas lagi.

2) Untuk melengkapi kajian ini perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam dengan menggunakan analisis lain sebagai indikator penentuan komoditas unggulan, seperti analisis input-output dan analisis shift share sehingga akan dihasilkan rujukan kebijakan yang lebih terfokus, jelas dan akurat.

(15)

15

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tasikmalaya. 2007. Kabupaten Tasikmalaya Dalam Angka. Tasikmalaya.

Kabupaten Tasikmalaya. 2008. Kabupaten Tasikmalaya Dalam Angka. Tasikmalaya.

Kabupaten Tasikmalaya. 2009. Kabupaten Tasikmalaya Dalam Angka. Tasikmalaya

Kabupaten Tasikmalaya. 2010. Kabupaten Tasikmalaya Dalam Angka. Tasikmalaya

Kabupaten Tasikmalaya. 2011. Kabupaten Tasikmalaya Dalam Angka. Tasikmalaya

Bambang Wahyu Ponco Aji. 2008. Identifikasi Sektor Basis dan Ketmpangan Antar Wilayah di Provinsi Papua. [Skripsi]. Departemen Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Bungaran Saragih. 2002. Pembangunan Nasional Pada Era Otonomi Daerah. Keynote Speech Seminar Nasional dan Rekonsiliasi Mahasiswa Pertanian Indonesia Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat. 2012. Buku Statistik Perikanan Budidaya Jawa Barat. Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Jawa Barat. Bandung.

Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tasikmalaya. 2012. Laporan Tahunan DPKK. Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tasikmalaya. Kabupaten Tasikmalaya.

Marenda Ishak. 2008. Identifikasi Pergeseran Sektor Unggulan Kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat Untuk Evaluasi Kebijakan Pertanian. Jurnal Agrikultura. Volume 19 No. 3. Hlm : 179-183.

Rachmat Hendayana. 2003. Aplikasi Metode Location Quotient (LQ) dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Informatika Pertanian. Edisi 12 Desember. Hlm : 1-20.

Gambar

Gambar 1. Pertumbuhan Komoditas Perikanan Budidaya Air Tawar  Kabupaten Tasikmalaya tahun 2007- 2011
Tabel  2.  Produksi  Perikanan  Budidaya  Air  Tawar  Menurut  Jenis  Ikan  di  Provinsi                                                        Jawa Barat Tahun 2007-2011
Gambar  3.  Peta  Lokasi  Penyebaran  Ikan  Nilem  Kabupaten  Tasikmalaya  Berdasarkan  Hasil  Perhitungan  Dynamic LQ Tahun 2007-2011
Gambar  4.    Peta  Lokasi  Penyebaran  Ikan  Tambakan  di  Kabupaten  Tasikmalaya  Berdasarkan  Hasil  Perhitungan Dynamic LQ  Tahun 2007-2011
+2

Referensi

Dokumen terkait

15 responden pada kelompok intervensi I yang dilakukan intervensi posisi semi- fowler mengalami perubahan saturasi oksigen sebesar 4.07. 15 responden pada kelompok intervensi II

Dengan demikian F hitung lebih besar dari F tabel yaitu 4.678 &gt; 3.138, hal ini memberikan arti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan dari customer reletionship dan

Dina éta karangan kudu digunakeun bagan, kalimah ngantét (bebas), wanda kalimah (bébas), bituna rasa (bébas), jeung parobahan

Alfi Mulikhah Lestari, Pengaruh Religiusitas, Produk Bank, Kepercayaan, Pengetahuan, Dan Pelayanan Terhadap Preferensi Menabung Pada Perbankan Syariah (Studi Kasus Pada

Pada bulan Desember 2018, pengamatan hanya dilakukan terhadap kondisi lingkungan, sementara pada bulan Mei 2019, disamping kondisi lingkungan juga dilakukan pengamatan serapan

Sesuai dengan hukum Lenz, arah dari arus ini (seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.27) adalah sedemikian rupa sehingga medan magnet yang dihasilkan melawan

Perbedaan mendasar antara Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan Undang-Undang n adalah adanya penguatan yang terdapat

Alat fetal simulator dapat dipergunakan sebagai simulator detak jantung oleh teknisi elektromedis atau user RS (rumah sakit) jika terjadi kejanggalan saat pemeriksaan