• Tidak ada hasil yang ditemukan

KLINIK HUKUM LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KLINIK HUKUM LINGKUNGAN"

Copied!
231
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Pengembangan Metode Pembelajaran

KLINIK HUKUM

LINGKUNGAN

(3)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

Lingkup Hak Cipta Pasal 1

1. Hak Cpta adalah hak eksklusf pencpta yang tmbul secara otomats berdasarkan prnsp deklaratf setelah suatu cptaan dwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurang pembatasan sesua dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ketentuan Pidana Pasal 113

1. Setap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonom sebagamana dmaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf I untuk Penggunaan Secara Komersal dpdana dengan pdana penjara palng lama 1 (satu) tahun dan / atau pdana denda palng banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupah).

2. Setap Orang yang dengan tanpa hak dan / atau tanpa zn Pencpta atau pemegang Hak Cpta melakukan pelanggaran hak ekonom Pencpta sebagamana dmaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan / atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersal dpdana dengan pdana penjara palng lama 3 (tga) tahun dan / atau pdana denda palng banyak Rp. 500.000.000,00 (lma ratus juta rupah).

(4)

TIM PENYUSUN:

Kadek Sarna

Nyoman Satyayudha Dananjaya

Putu Ade Harriestha Martana

Kadek Agus Sudiarawan

Cok. Diah Widyantari Pradnya Dewi

I Gusti Ngurah Wairocana

I Ketut Sudiarta

I Putu Tuni Cakabawa Landra

I Nyoman Suyatna

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

TAHUN 2016

Pengembangan Metode Pembelajaran

KLINIK HUKUM

LINGKUNGAN

(5)

Hak Cipta pada Penulis. Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang :

Dlarang mengutp atau memperbanyak sebagan atau seluruh s buku n tanpa zn tertuls dar penerbt. Tim Penyusun: Kadek Sarna Nyoman Satyayudha Dananjaya Putu Ade Harrestha Martana Kadek Agus Sudarawan Cok. Dah Wdyantar Pradnya Dew I Gust Ngurah Warocana I Ketut Sudarta I Putu Tun Cakabawa Landra I Nyoman Suyatna

Cover & Ilustrasi:

Repro

Design & Lay Out:

I Putu Mertadana Diterbitkan oleh: Udayana Unversty Press Kampus Unverstas Udayana Denpasar, Jl. P.B. Sudrman, Denpasar - Bal Telp. (0361) 255128 unudpress@gmail.com htp://penerbit.unud.ac.id Cetakan Pertama: 2016, x + 218 hlm, 15 x 23 cm ISBN: 978-602-294-159-0

Pengembangan Metode Pembelajaran

KLINIK HUKUM LINGKUNGAN

(6)

L

mpahan syukur mendalam penuls panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Wdh Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat karuna belau, akhrnya Buku Klnk Hukum Lngkungan n dapat selesa tepat pada waktunya. Buku Klnk Hukum Lngkungan n memuat substans nt pokok-pokok pembahasan dan pengembangan metode pembelajaran Klnk Hukum Lngkungan d Fakultas Hukum Unverstas Udayana.

Buku Klnk Hukum Lngkungan n, melengkap Buku Ajar & Klnk Manual Klnk Hukum Lngkungan FH Unud yang dterbtkan pada tahun 2015. Buku n secara khusus memaparkan substans mater berkatan dengan pengembangan metode pembelajaran Klnk Hukum sebaga salah satu penddkan hukum klns d perguruan tngg.

Buku yang memuat mater Klnk Hukum Lngkungan n (berbass pada pengembangan metode pembelajaran pada

Planning, Experiential dan Relection Component), pengkajannya

bersumber dar berbaga pengembangan metode yang telah daplkaskan dalam pelaksanaan perkulahan klnk hukum lngkungan Fakultas Hukum Unverstas Udayana pada Tahun 2015-2016. Buku Klnk Hukum Lngkungan n dharapkan menjad salah satu buku penunjang/penguatan dalam proses pembelajaran Klnk Hukum Lngkungan d Fakultas Hukum Unverstas Udayana juga d seluruh Fakultas Hukum d Indonesa.

(7)

Akhrnya, atas dukungan bak yang bersfat morl maupun inansial berkaitan dengan penerbitan buku ini, kami mengucapkan terma kash kepada semua phak yang terlbat, khususnya kepada seluruh jajaran Pmpnan, Tm Pengajar dan Unt Klnk Hukum Fakultas Hukum Unverstas Udayana. Semoga buku n dapat member manfaat dan sumbangsh pemkran baru dalampengembangan proses pembelajaran Klnk Hukum d Fakultas Hukum Unverstas Udayana.

Denpasar, 15 Oktober 2016 Tm Penuls

(8)

SAMBUTAN

DEKAN FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

Om Swastiastu,

K

am memanjatkan puj syukur kehadapan Ida Sang

Hyang Wdh Wasa/Tuhan Yang Maha Esa,karena atas lmpahan anugrah dan karuna-Nya, telah terbt Buku Klnk Hukum Lngkungan, sebaga mater ajar dalam proses pembelajaran Klnk Hukum Lngkungan d Fakultas Hukum Unverstas Udayana (FH UNUD). Kam menyambut bak terbtnya Buku Klnk Hukum Lngkungan n, semoga buku n bermanfaat tdak hanya bag para mahasswa d FH UNUD, namun juga dpergunakan sebaga bahan referens bag para penelt, maupun prakts yang menekun perkembangan hukum d bdang Klnk Hukum Lngkungan.

Dengan terbtnya Buku Klnk Hukum Lngkungan n, maka bertambah pula koleks buku yang dsusun oleh para dosen dar FH UNUD, perkembangan tersebut tentu sangat menggembrakan dan kam menyambut dengan bak. Para penuls agar secara berkesnambungan mencermat dan mengkaj perkembangan terkn dar hukum yang berkatan dengan Klnk Hukum Lngkungan, bak dalam katannya dengan tatanan hukum lokal, nasonal maupun global, agar senantasa relevan dengan hukum postf yang berlaku d masyarakat.

Kam mengucapkan selamat atas telah terbtnya Buku Klnk Hukum Lngkungan n semoga bermanfaat, bak secara teorts maupun prakts. Semoga para penuls terus berkarya

(9)

dan melahrkan cptaan-cptaan buku lannya untuk menambah khasanah lmu pengetahuan hukum.

Denpasar, 21 Oktober 2016

Dekan Fakultas Hukum Unverstas Udayana

Prof. Dr. I Made Arya Utama,SH,M.Hum.

(10)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... v

SAMBUTAN DEKAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA Prof. Dr. I Made Arya Utama, S.H., M.H. ...vii

BAB I PENGANTAR KLINIK HUKUM ...1

1.1 Latar Belakang Pengembangan Klnk Hukum Berbass Penddkan Klns ...1

1.2 Karakterstk Klnk Hukum ...3

1.3 Model-Model Pelaksanaan Klnk Hukum ...4

1.4 Komponen Metode Pengajaran Klinik Hukum ...5

BAB II KLINIK HUKUM LINGKUNGAN FH UNUD ...6

2.1 Sejarah Sngkat ...6

2.2 Deskrps Mata Kulah ...6

2.3 Tujuan Mata Kulah ...8

2.4 Manfaat Mata Kuliah ...8

2.5 Persyaratan Mata Kulah ...9

2.6 Kompetens ...9

2.7 Ruang Lingkup Materi Klinik Hukum Lingkungan ...9

2.8 Kode Etk Klnk Hukum Lngkungan ...11

2.9 Metode Pembelajaran dan Model Pelaksanaan Klnk Hukum Lngkungan ...13

(11)

BAB III

PENGANTAR HUKUM LINGKUNGAN ...14

3.1 Pengertan Lngkungan Hdup ...14

3.2 Pengertan Ekolog dan Ekosstem ...16

3.3 Ruang Lngkup Hukum Lngkungan ...17

3.4 Lingkungan dan Pembangunan ...18

3.5 Permasalahan Lngkungan Hdup ...19

3.6 Konsep Perlndungan dan Pengelolaan Lngkungan Hdup ...20

3.7 Hukum Lingkungan Internasional ...23

BAB IV PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN PREVENTIF ...29

4.1 Penegakan Hukum Lingkungan ...29

4.2 Ruang Lingkup Penegakan Hukum Lingkungan Secara Admnstratf Berdasarkan UUPPLH ...32

BAB V PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN REPRESIF DENGAN MENGGUNAKAN INSTRUMEN HUKUM PERDATA, HUKUM PIDANA DAN ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA ...44

5.1 Instrumen Hukum Perdata ...44

5.2 Instrumen Hukum Pdana ...61

5.3 Alternatf Penyelesaan Sengketa ...66

BAB VI KONSERVASI LINGKUNGAN HIDUP ...69

6.1 Urgens Konservas Sumber Daya Alam dan Lngkungan Hdup ...69 6.2. Pengaturan Konservas dalam Peraturan Perundang- Undangan Republk Indonesa ...76 6.3. Peran Pemerntah, Masyarakat, Swasta dan LSM Dalam Konservas ...81

(12)

BAB VII

PENGEMBANGAN METODE PEMBELAJARAN KLINIK HUKUM LINGKUNGAN (PLANNING, EXPERIENTAL, DAN REFLECTION COMPONENT)...96

7.1. Sekilas Perjalanan Klinik Hukum Lingkungan

FH UNUD ...96 7.2 Tahapan Pelaksanaan Klinik Hukum Lingkungan

FH UNUD 2015-2016 ...98 7.3 Model Street Law Pada Klnk Hukum Lngkungan ...107

(13)
(14)

BAB I

PENGANTAR KLINIK HUKUM

1.1 Latar Belakang Pengembangan Klinik Hukum Berbasis Pendidikan Klinis

U

paya reformas sektor peradlan d Indonesa saat n menjad sangat dperlukan untuk menngkatkan akses masyarakat terhadap keadlan, hak-hak dasar dan keamanan, serta untuk menegakkan negara hukum. Meskpun demkan, para reforms kemudan prhatn dengan beberapa kendala terkat reformas yang dbutuhkan d sektor peradlan. Tngkat penermaan lulusan baru fakultas hukum untuk bekerja d sektor pelayanan publk menurun.Para lulusan terbak dar fakultas hukum lebh banyak memlh untuk bekerja menjad pengacara atau ment karr d duna bsns. Selan tu, fakultas hukum yang menjad tempat untuk menghaslkan sebagan besar lulusan yang akan menjad pegawa neger kurang membekal mahasswanya dengan keteramplan prakts yang dperlukan untuk menjalankan tugas sebaga hakm atau jaksa. Upaya mencptakan penngkatan kapastas lulusan fakultas hukum untuk bekerja d sektor peradlan, dlakukan dengan dua strateg yang berbeda namun bersfat melengkap. Strateg yang pertama adalah dengan menngkatkan kualtas program stud yang dtawarkan d fakultas hukum dengan menentukan cara bagamana mata kulah tersebut dajarkan. Strateg lannya adalah dengan menawarkan pengalaman prakts kepada mahasswa melalu pengembangan klnk hukum d fakultas-fakultas hukum. D fakultas-fakultas-fakultas hukum perlu dupayakan untuk mencptakan berbaga klnk hukum untuk memfasltas kepentngan serta aspras dan kengnan para mahasswa yang tertark untuk bekerja d sektor peradlan. Dengan menbentuk

(15)

klnk-klnk hukum, maka dapat memberkan pengalaman kepada para mahasswa untuk nantnya sap bekerja d sektor peradlan. Klnk-klnk n dcptakan untuk menawarkan pengalaman bekerja dengan jaksa penuntut umum dan bekerja dengan organsas masyarakat spl yang relevan. Hal nlah yang dsebut dengan sstem klns.

Dlhat dar perspektf sejarah, penddkan klnk hukum telah dmula d Amerka Serkat sejak tahun 1960-an yang dmasukan kedalam kurkulum penddkan Amerka Serkat. Penddkan klnk hukum n ddasarkan pada pemkran atas kebutuhan dan pengabdan terhadap masyarakat yang merupakan pengembangan dar lembaga kampus untuk mewujudkan kepedulan terhadap keadlan.D Indonesa klnk hukum telah dikenal sejak tahun 1970-an, dimana konsep klinik hukum lebih darahkan pada kontrbus penddkan hukum bag masyarakat yatu dengan pembentukan Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Kampus yang secara sstem belum mampu dhubungkan dengan kurkulum dan metode pengajaran. Proses reformas hukum utamanya d sektor peradlan d Indonesa memerlukan program klnk hukum yang dserta dengan pengembangan kurkulum kemudan menawarkan kepada mahasswa pengalaman menangan kasus-kasus hukum d bdangkeperdataan, pdana, antkorups, lngkungan serta berbaga su lannya. Klnk hukum kemudan menjad sebuah pembelajaran dengan maksud menyedakan dan mempersapkanmahasswa hukum yang memlk pengetahuan prakts, keahlan skll, nla-nla dalam rangka mewujudkan pelayanan hukum dan keadlan sosal.

Klnk hukum / Clinical Legal Education (CLE) kemudan dmakna sebaga sebuah program penddkan yang ddasarkan pada metode pengajaran yang interaktif dan relektif berisikan pengetahuan, nla dan keahlan prakts yang memampukan mahasswa untuk memberkan pelayanan hukum dan mencptakan keadlan sosal. Adapun tujuan dar CLE melput : Pelayanan Masyarakat (Public Service), Keadlan Sosal (Social

(16)

Pelayanan Masyarakat (Public Service)

- HAM (Human Rights)

- Lngkungan (Environment)

- Perawatan Kesehatan (Health Care)

- Penddkan (Education)

- Penegakan Hukum (Law Enforcement)

Keadlan Sosal (Social Justice)

- Prnsp Persamaan dan Keadlan

- Akses yang sama terhadap berbaga kesempatan dan hak

- Sstem dan Prosedur Hukum yang adl.

1.2 Karakteristik Klinik Hukum

Karakterstk Klnk Hukum / Clinical Legal Education (CLE) adalah sebaga sebuah program penddkan dan sebaga sebuah metode pembelajaran.

a. Klinik Hukum sebagai Program Pendidikan :

1) Terstruktur

a) Masuk dalam kurkulum b) Memlk SKS

c) Memlk Menajemen (bagan dar unt)

d) Sumber Daya Manusa terlath, berpengalaman dan berkomtmen

2) Melbatkan Mahasswa

3) Mendapat dukungan pmpnan 4) Mempunyai anggaran kegiatan

b. Klinik Hukum sebagai Metode Pembelajaran :

Metode pembelajaran dalam klnk hukum dlakukan dengan metode pembelajaran interaktif-relektif. Metode

pembelajaran tersebut merupakan bagan dar penerapan Student

Centered Learning (SCL), dmana mahasswa dharapkan aktf

serta mampu mengembangkan pengetahuan dan keteramplan pskomotork dengan secara langsung kut berkontrbus dalam proses pembelajaran. Metode pengembangan pembelajaran

(17)

interktif-relektif sebagaimana dimaksud meliputi : 1) Metode Pembelajaran “Interaktif” :

a) Berman peran (Role Play) b) Smulas (Simulation)

c) Dskus Kelompok (Group Discussion)

d) Curah Pendapat/Gagasan (Brainstroming)

e) Peradlan Semu (Moot Court) f) Analss Kasus (Case Analysis)

2) Metode Pembelajaran “Relektif” :

a) Evaluas mater dan sstem pengajaran

b) Evaluas efekttas mater dan sstem pengajaran terhadap penngkatan dan derajat pemahaman mahasswa c) Evaluas sejauh mana mahasswa telah belajar dar

mater dan sstem pembelajaran tersebut (Student

Feedback)

1.3 Model-Model Pelaksanaan Klinik Hukum

Bentuk klnk hukum yang dapat dkembangkan d Fakultas Hukum meliputi :

1) In-House Clinics

Klnk yang dbentuk d Fakultas Hukum dan semua kegatan

pengajaran dan pengawasan dlakukan d Fakultas Hukum. 2) External or Out-House Clinics

(Externships, Community Clinics, Mobile Clinics) 3) Kombnas antara In-House and Out- House Clinics

Semua kegatan pengajaran dan pengawasan dlakukan d

Fakultas Hukum (In-House Clinics), mahasswa kemudan dkrm ke pengadlan, kejaksaan dan organsas masyarakat spl untuk melakukan externship (Out-House Clinics)

(18)

1.4 Komponen Metode Pengajaran Klinik Hukum

Komponen metode pengajaran Klinik Hukum meliputi :

1) Plannng Component(Teor hukum, permasalahan hukum, pelayanan hukum)

2) Experiental Component (Keahlan beracara, kegatan prakts,

penyuluhan hukum)

(19)

BAB II

KLINIK HUKUM LINGKUNGAN

FH UNUD

2.1 Sejarah Singkat

M

ata kulah Klnk Hukum Lngkunganterbentuk pada tahun 2013 sebaga salah satu wujud pentngnya klnk hukum bag mahasswa yang juga merupakan salah satu klnk hukum yang pertama terbentuk d FH UNUD. Klnk hukum n bertujuan agar nantnya lulusan mahasswa FH UNUD mampu berpraktk saat terjun ke dalam duna kerja, klnk hukum lngkungan menawarkan suatu wawasan praktk dan advokas dalam bdang lngkungan hdup.

2.2 Deskripsi Mata Kuliah

Substans mata kulah Klnk Hukum Lngkungan mencakup aspek-aspek mengena permasalahan lngkungan hdup bak secara umum maupun yang khusus yang terjad d Bal serta bagamana penegakan hukumnya. Klnk Hukum Lngkungan juga melput pengenalan Kode Etk Klnk Hukum bag dosen pembmbng, mahasswa, klen dan mtra kerja kemudan dlanjutkan dengan Pendahuluan (pengertan ekolog, ekosstem, lngkungan hdup dan pembangunan lngkungan hdup ang berkelanjutan),ruang lngkup hukum lngkungan, permasalahan lngkungan hdup global maupun nasonal, bak dnegara maju maupun negara berkembang, konsep perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup. Klnk hukum lngkungan juga memperkenalkan kepada mahasswa tentang Instrumen Hukum Administrasi meliputi: Baku Mutu Lingkungan, Perijinan,

(20)

Analss mengena dampak lngkungan, Audt lngkungan,

Pengawasan dan penataan (Monitoring and Compliance) dan

Penegakan Hukum Admnstras, juga tentang Instrumen Hukum Perdata meliputi: pengajuan gugatan (gugatan ganti rugi acara basa, gugatan perwaklan kelompok, Legal Standing organsas lngkungan hdup serta citizen lawsuit) serta Instrumen Hukum Pidana meliputi: macam-macam tindak pidana lingkungan dan acaman hukuman, tndakan tata tertb, kejahatan korporas dbdang lngkungan hdup dan pertanggung jawaban pdana dan membahas juga mengena Alternatf Penyelesaan Sengketa Lngkungan Hdup.

Selan tu dalam pengajaran mata kulah Klnk Hukum Lngkungan juga membahas, mengkaj dan menganalsa kasus melalu stud kasus tentang permasalahan lngkungan hdup dalam teor dan praktk serta konsep pengelolaan dan perlndungan lngkungan hdup. Kajan tentang perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup, kajan tentang perjnan pengendalan dan pencemaran lngkunganhdup. Kajan tentang penanggulangan perusakan lngkungan hdup. Mekansme penyelesaan permasalahan pencemaran lngkungan dan sstem perjnan dalam pengelolaan lngkungan hdup Pengenalan organsas-organsas lngkungan hdup (struktur, kewenangan, tanggung jawab dan pengawasan), pengenalan konsep advokas dalam bdang lngkungan hdup dan konsep pengelolaan sampah dan lmbah serta konservas sumber daya alam.

Dalam pelaksanaannya, kulah klnk hukum lngkunganakan bekerja sama dengan beberapa mtra antara lan Instans

Pemerntah maupun Non Government Organization (NGO),

agar mahasswa dapat berpraktk melaksanakan hal-hal yang terkat dengan pelestaran lngkungan hdup, penanggulangan perusakan dan pencemaran lngkungan hdup dan penegakan lngkungan hdup. Untuk menngkatkan kemampuan mahasswa agar mampu menerapkan lmunya saat terjun ke dalam duna kerja, maka perkulahan klnk hukum lngkungan selan dlaksanakan d dalam kelas mahasswa langsung dterjunkan

(21)

untuk magang d mtra-mtra yang ada dan juga melaksanakan

street law ke masyarakat dalam bentuk penyuluhan maupun public campaign mengena Pelestaran fungs lngkungan hdup

serta perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup.

2.3 Tujuan Mata Kuliah

1) Mahasswa dharapkan mampu untuk mengert, memaham dasar-dasar umum serta konsep hukum lngkungan dalam teor dan praktek khususnya mengena su-su lngkungan, dan permasalahan lingkungan hidup seperti: brown issue (pencemaran, polus), natural resource right (kerusakan lngkungan, hak-hak sosal ekonom lngkungan).

2) Mahasswa dharapkan mampu menjelaskan, menganalsa dan memecahkan persoalan-persoalan hukum dalam kenyataanya (das sein) berkatan dengan permasalahan lngkungan hdup dalam teor dan praktk serta konsep pengelolaan dan perlndungan lngkungan hdup.

3) Memberkan kemampuan dasar advokas kepada mahasswa untuk berpkr komprehensf dan responsf terhadap perkembangan masyarakat, dmana hukum sebaga plar utama dalam menjawab permasalahan lngkungan hdup.

2.4 Manfaat Mata Kuliah

Selama perkulahan, mahasswa dharapkan mampu

memaham prnsp-prnsp hukum lngkungan dalam teor (das

sollen) dan praktek (das sein). Untuk memperoleh manfaat tersebut,

maka pelaksanaan kulah dadakan dalam bentuk tatap muka berupa pertemuan dkelas, dskus, pemberan tugas terstruktur dan tugas mandr ddalam dan luar kelas bekerja sama dengan NGO‘s lngkungan dan Badan Lngkungan Hdup Propns Bal yang telah berpengalaman dalam Evironmental Research Based

(22)

2.5 Persyaratan Mata Kuliah

Secara formal, mahasswa yang akan menempuh mata kulah Klnk Hukum Lngkungan harus telah menempuh mata kulah wajb nasonal dan nsttusonal. Karena merupakan mata kulah plhan keteramplan khusus maka mahasswa wajb sudah menempuh Mata Kulah Hukum Lngkungan, Hukum Admnstras Negara, Hukum Acara, Hukum Perdata, Hukum Pdana dan Hukum Internasonal sebaga dasar dalam mengkut perkulahan n.

2.6 Kompetensi

1.

Mahasswa memlk kemampuan tentang teor dan aspek-aspek Hukum Lngkungan.

2. Mahasiswa mampu mengidentiikasi, menganalisa efektiitas suatu peraturan perundang-undangan d bdang lngkungan hdup.

3. Mahasswa memlk kemampuan, keberanan, serta

ntegrtas moral d bdang Environment Based Advocacy.

2.7 Ruang Lingkup Materi Klinik Hukum Lingkungan

Klinik Hukum Lingkungan ini terbagi dalam 14 komponen mater perkulahan yang memadukan tga (3) komponen untuk mendukung proses pembelajaran dan praktk d tempat mtra yang interaktif dan relektif, yaitu 6 kali planning component, 8 kal experiential component dan ssanya merupakan evaluation and

relection component.

Komponen pertama hngga komponen keenam merupakan

bagan dar planning component. Pada komponen pertama

mahasswa akan dberkan mater pengantar mengena hukum lngkungan. Adapun mater yang dpaparkan dawal dengan mater mengena pengenalan Kode Etk Klnk Hukum bag dosen pembmbng, mahasswa, klen dan mtra kerja. Berkutnya adalah materi mengenai deinisi.

(23)

Komponen kedua dan ketga adalah pemaparan mengena pengetahun dasar tentang pengertan ekolog, ekosstem, lngkungan dan pembangunan, ruang lngkup hukum lngkungan, permasalahan lngkungan hdup global maupun nasonal, bak dnegara maju maupun negara berkembang, konsep perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup. Pengenalan tentang instrumen hukum administrasi meliputi : Baku Mutu Lngkungan, Perjnan, Analss mengena Dampak Lngkungan, Audt Lngkungan, Pengawasan dan Penataan (monitoring and

compliance) dan Penegakan Hukum Admnstras.

Komponen keempat dan kelma mempelajar dan mendskuskan persoalan-persoalan hukum dalam kenyataanya yang berkatan dengan permasalahan dan kasus-kasus lngkungan hdup dalam teor dan praktk serta konsep pengelolaan dan perlndungan lngkungan hdup, djelaskan dan durakan tentang konsep penegakan hukum lngkungan represf dengan menggunakan Instrumen Hukum Perdata: pengajuan gugatan (gugatan gant rug acara basa, gugatan perwaklan kelompok

Class Action, Legal Standing organsas lngkungan hdup serta citizen lawsuit).Instrumen hukum pidana : macam-macam tindak

pdana lngkungan dan acaman hukuman, tndakan tata tertb, kejahatan korporas dbdang lngkungan hdup dan pertanggung jawaban pdana serta alternatf penyelesaan sengketa lngkungan hdup. Mempelajar dan mendskuskan persoalan-persoalan hukum dalam kenyataanya yang berkatan dengan permasalahan dan kasus-kasus lngkungan hdup dalam teor dan praktk serta konsep pengelolaan dan perlndungan lngkungan hdup.

Pada komponen keenam mempelajar dan mendskuskan serta mengkaj keterkatan perusakan dan pencemaran lngkungan hdup dengan sstem perjnan dan perlndungan lngkungan hdup serta pengelolaan lngkungan hdup dkatkan dengan pengembangan parwsata d Propns Bal.

Komponen kedua adalah experiential component, yatu

mahasswa terjun langsung berpraktk d tempat mtra yang akan dlaksanakan selama pertemuan kedelapan hngga pertemuan keempat belas. Dalam pertemuan kedelapan n mahasswa

(24)

akan dantarkan oleh para staf pengajar Klnk Hukum. Dalam hal pelaksanaan street law sebaga perwujudan dar experiential

component, mahasswa dajak untuk melakukan kampanye

publc (public campaign) tentang lngkungan hdup bak berupa penyuluhan, sosalsas dan kegatan lan yang menark serta bermanfaat. Selanjutnya tahap terakhr yatu berskan evaluas dan releksi yang akan dilaksanakan dalam Pertemuan ke-14. Sebaga penutup perkulahan Klnk Hukum n, pada komponen keenam belas akan dlaksanakan Ujan Akhr Semester.

2.8 Kode Etik Klinik Hukum Lingkungan

Ketentuan Kode Etk Klnk Hukum Lngkungan melingkupi:

1) Kelembagaan

a. Lembaga wajb menerapkan kegatan klnk sesua

dengan Vs dan Ms fakultas;

b. Lembaga wajb berkomtmen untuk melaksanakan

kegatan klnk dengan tanpa adanya pembebanan baya kepada mahasswa;

c. Lembaga wajb menyusun dan menetapkan maklumat

pelayanan prma bag mtra dan klen.

d. Lembaga wajb menjaga hubungan kerjasama yang harmons dan berkelanjutan dengan mtra.

e. Lembaga harus mengembangkan hubungan kerja sama

dengan lembaga, nstans pemerntah maupun swasta untuk melakukan pengembangan klnk.

f. Lembaga berkewajban memberkan nsentf bag

pengajar yang melaksanakan tugas dengan bak g. Lembaga wajb menjatuhkan sanks bag pengajar klnk dan mahasswa yang melanggar kode etk. h. Lembaga harus menyusun dan menetapkan road map klnk yang akan dkembangkan. . Lembaga harus mengembangkan hubungan kerjasama

dengan mtra dengan mempertmbangkan keadlan dengan prnsp persamaan dan keadlan.

(25)

2) Pengajar klnk

a. Setap pengajar klnk wajb memaham dan

mengmplementaskan slabus dan Satuan Acara Pengajaran (SAP) klnk (sesua dengan teaching plan);

b. Setap pengajar klnk harus mampu membmbng dan

mendampng mahasswa selama proses pembelajaran; c. Setap pengajar klnk wajb melakukan pengawasan

terhadap kegatan mahasswa

d. Setap pengajar klnk harus mampu menunjukkan perlaku yang sesua dengan norma-norma yang berlaku;

e. Setap pengajar klnk wajb mengembangkan skap

profesonalsme mahasswa;

f. Setap pengajar klnk harus mampu menjaln hubungan

yang profesonal dengan mahasswa, klen, dan mtra; g. Setap pengajar klnk dlarang menerma berbaga

bentuk gratiikasi; h. Setap pengajar klnk wajb mengenakan busana yang sopan dan rap; . Setap pengajar klnk wajb menggunakan tata bahasa yang sopan; j. Setap pengajar klnk tdak boleh menerma klen yang menmbulkan conlict of interest;

k. Setap pengajar klnk wajb memberkan penlaan yang terukur dan transparan ;

l. Setap pengajar klnk wajb memperlakukan mahasswa

dengan adl tdak dskrmntf. 3) Mahasswa

a. Setap mahasswa wajb berskap profesonal dalam menangan kasus d mata kulah klnk;

b. Setap mahasswa harus mampu untuk bertndak non dskrmnatf dengan mtra dan klen;

c. Setap mahasswa wajb bertndak transparan dalam menyelesakan permasalahan hukum;

(26)

sesua dengan norma – norma yang berlaku;

e. Setap mahasswa wajb mentaat kode etk klnk dan

pedoman etka mahasswa yang dtentukan ddalam buku pedoman dalam penyelenggaraan klnk;

2.9 Metode Pembelajaran dan Model Pelaksanaan Klinik Hukum Lingkungan

Metode pembelajaran yang dgunakan dalam kulah Klnk Hukum Lingkunganini adalah interaktif dan reletif. Metode pembelajaran nteraktf dalam perkulahan n akan terdr dar berbagai kegiatan, yaitu:

1) Role Play

2) Smulas

3) Dskus kelompok

4) Curah pendapat/gagasan

5) Analss Kasus (kasus nyata dan majner)

Metode pembelajaran relektif yaitu terdiri dari kegiatan evaluas efektvtas mater hukum lngkungandan sstem pengajaran terhadap penngkatan dan derajat pemahaman mahasswa serta evaluas sejauh mana mahasswa telah belajar dar mater dan sstem pebelajaran tersebut. Dalam metode ini akan dilibatkan 3 pihak yaitu: dosen pengajar, mitra kerja dan mahasswa untuk dapat memberkan feed back. Dalam hal

pelaksanaan street law mahasswa mampu mensosalsaskan

suatu aturan dan su yang terkat dengan lngkungan hdup. Adapun model pelaksanaan klnk hukum lngkungan yang dtawarkan dalam mata kulah n yatu kombnas In-house,External

clinic dan Street Law. In house clinic akan dlaksanakan d ruang

perkulahan Fakultas Hukum Unverstas Udayana. Sedangkan

External clinic akan dlaksanakan d berbaga tempat mtra kerja

sepert Badan Lngkungan Hdup dan NGO’s yang ada d Bal dan juga melaksanakan Street Law ke masyarakat.

(27)

BAB III

PENGANTAR HUKUM LINGKUNGAN

3.1 Pengertian Lingkungan Hidup

L

ngkungan Hdupsebaga bagan yang tak terpsahkan

dar kehdupan manusa mempunya berbaga

penamaan sesua tempat dmana manusa tu berada, d Belanda dsebut Mlleu, d Inggrs dsebut Envronment, d Jerman dsebut Umwelt, d Perancs dsebut l’envronment, d Malaysa dsebut Alam Sektar dan kta menyebutnya sebagaLngkungan / Lngkungan Hdup.

Dalam penggunaannya, stlah “lngkungan” dgunakan dalam pengertan yang sama dengan stlah “lngkungan hdup”. Hal n secara yurds dnyatakan dalam bagan Penjelasan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lngkungan Hdup, yang menyatakan: Istilah “lingkungan hidup” dan “lingkungan dpaka dalam pengertan yang sama. Ketentuan mana tdak terdapat dalam Undang- Undang penggantnya termasuk Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlndungan dan Pengelolaan Lngkungan Hdup (UUPPLH).

Deinisi lebih lanjut dari lingkungan atau lingkungan hidup, dapat dtelusur berdasarkan pendapat para ahl d bdang lngkungan hdup, dantaranya adalah pendapat Eml Salm yang menyatakan bahwa lngkungan hdup dartkan sebaga segala benda, konds/keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kta tempat dan mempengaruh hal yang hdup

(28)

termasuk kehdupan manusa.1Dalam Pasal 1 UU No. 32 Tahun

2009 tentang Perlndungan dan Pengelolaan Lngkungan Hdup (UUPPLH) disebutkan bahwa:

“Lngkungan Hdup adalah kesatuan ruang dengan semua

benda, daya keadaan dan makhluk hdup, termasuk manusa dan perlakunya, yang mempengaruh alam tu sendr, kelangsungan perkehdupan, dan kesejahteraan manusa serta makhluk hdup lan”

Dar rumusan Pasal 1 UUPPLH tersebut unsur-unsur lingkungan hidup terdiri dari:

• Benda, merupakan sesuatu yang berwujud dapatberupa

hasl buatan manusa, sepert bangunan, alat transportas dlsb; maupun hasl cptaan alam, sepert tanah, bebatuan dlsb;

• Daya (energ), yang member kemampuan dan

sebagapendukung segala bentuk kehdupan, sepert cahaya matahar, angn, panas bum dlsb;

• Keadaan (konds/stuas), segala sesuatu yang tdak

berwujud yang mempengaruh kelangsungan segala bentuk kehidupan, mis: kepadatan penduduk, kemiskinan, kesuburan, kekerngan;

• Mahluk hdup (selan manusa), organsme hdup selan

manusia, baik itu hewan (fauna) dan tumbuhan (lora);

• Manusa dan perlakunya, manusa dalam berbaga aspek

kehdupannya, sepert aspek ekonom, sosal dan budaya;

• Ruang, tempat damana semua unsur d atas berada sebaga

suatu kesatuan yang salng mempengaruh.

Lngkungan dar pengertan-pengertan tersebut tdak hanya mencakup lngkungan dalam art lngkungan yang sfatnya bologs (hayat/organk) tetap termasuk juga pengertan lngkungan dalam artian yang luas, termasuk lingkungan isik, dan juga 1 Emil Salim, 1979, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Mutara, Jakarta, hal.

(29)

lngkungan sosal.Sehngga harus dpelajar secara komprehensf (luas/utuh) dengan pendekatan yang multdsplner.Dmana dspln lmu yang mempelajar mengena lngkungan adalah “lmu lngkungan”.

3.2 Pengertian Ekologi dan Ekosistem

Ekolog berasal dar bahasa Yunan, yang terdr dar dua kata, yatu oikos yang artnya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berart ilmu.Ekolog dartkan sebaga lmu yang mempelajar bak nteraks antar makhluk hdup maupun nteraks antara makhluk hdup dan lngkungannya.Hubungan ekolog dan lmu lngkungan adalah bahwa lmu lngkungan tersebut merupakan ekolog terapan (applied ecology).

Konsep sentral dalam ekolog alah “ekosstem”, yatu suatu sstem ekolog yang terbentuk oleh hubungan tmbal balk

antara mahluk hdup dengan lngkungannya.2Konsep ekosstem

menyatakan bahwa manusa merupakan bagan dar tempat atau lngkungan hdupnya.3 Pengertan ekosstem dapat kta temu

pada Pasal 1 angka 5 UUPPLH, yaitu: “Tatanan unsur lingkungan hdup yang merupakan kesatuan yang utuh-menyeluruh dan salng mempengaruh dalam membentuk kesembangan, stabltas, dan produktvtas lngkungan hdup”. Dar pengertan tersebut menyratkan bahwa jka ekosstem terganggu, kesembangan, stabilitas dan produktiitas dari lingkungan hidup pun akan terganggu. Dan manusa sebaga bagan dar ekosstem tersebut dapat hdup karena nteraks dengan unsur/ komponen lan yang terdapat dalam ekosstem tersebut, sehngga sudah seharusnya manusa menjaga kesembangan ekosstem.

2 Oto Soemarwoto, 1983, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Djambatan, Jakarta, hal. 23.

(30)

3.3 Ruang Lingkup Hukum Lingkungan

Pengertan hukum serng dartkan sebaga kadah-kadah yang mengatur tngkah laku manusa yang snya adalah kewajban, larangan dan sanks.Dalam perkembangannya manusa berpandangan bahwa dengan memandang “manusa dalam kesatuan dengan tempat dmana a berada”, ternyata kepentngan manusa tu sendr lebn dapat terpelhara dan terjamn.Atas dasar pengertan dan kesadaran tersebut, lahrlah konsep untuk melndung dan memelhara “tempat hdup manusa” atau lngkungan atau lngkungan hdup.Agar perlndungan dan pemelharaan / pengelolaan lngkungan dapat terselenggara dengan teratur dan past, dan agar dapat dkut dan dtaat semua phak, maka perlndungan dan pemelharaan / pengelolaannya dtuangkan ke dalam peraturan hukum.Sehngga lahrlah hukum yang memperhatkan kepentngan lngkungan atau hukum yang berorentas kepada kepentngan lngkungan (environment oriented law) atau dsebut hukum lngkungan.

Menurut Takdr Rahmad hukum lngkungan merupakan sebuah cabang dalam dspln lmu hukum yang berkatan dengan pengaturan hukum terhadap perlaku atau kegatan-kegatan subjek hukum dalam pemanfaatan dan perlndungan sumber daya alam dan lngkungan hdup serta perlndungan manusa dar dampak negatf yang tmbul akbat pemanfaatan sumber daya alam.4

Ruang lngkup hukum lngkungan dtnjau dar wlayah kerjanya menurut Munadjat Danusaputro membedakan hukum lingkungan sebagai berikut:5

a. Hukum lngkungan nasonal, yatu hukum lngkungan yang

dtetapkan oleh suatu negara;

b. Hukum lngkungan nternasonal, yatu hukum lngkungan

yang dtetapkan oleh Persekutuan Hukum Bangsa-Bangsa; dan

4 Takdir Rahmadi, 2014, Hukum Lingkungan di Indonesia, Raja Graindo Persada, Jakarta, hal. 27.

(31)

c. Hukum lngkungan transnasonal, yatu hukum lngkungan yang mengatur suatu masalah lngkungan yang melntas batas negara.

Berdasarkan snya Munadjat Danusaputro membag hukum lingkungan ke dalan dua jenis, yaitu:6

a. Hukum lngkungan publk; dan

b. Hukum lngkungan perdata.

Terdapat ketdaksamaan pandangan d antara para sarjana tentang perbedaan hukum lngkungan publk dan hukum lngkungan perdata atau apakah hukum lngkungan dapat dtempatkan dalam salah satu bdang hukum tersebut, karena luasnya substans yang tercakup dalam hukum lngkungan tu sendr.Tetap menurut St Sundar Rangkut sebagan besar mater hukum lngkungan merupakan bagan dar hukum admnstras (administratiefrecht), dan mengandung pula aspek hukum perdata, pdana, pajak, nternasonal dan penataan ruang.7Nantnya hal n berkatan dengan penegakan hukum lngkungan tu sendr, dmana dapat menggunakan nstrumen hukum perdata, nstrumen hukum admnstras dan nstrumen hukum perdata.

3.4 Lingkungan dan Pembangunan

Pembangunan yang dlakukan selama n dbanyak negara-negara d duna telah menghaslkan 2 dampak pentng yatu dampak postf dan dampak negatf.

1. Dampak Postf berupa kemajuan d berbaga bdang sepert

kemajuan d bdang teknolog, produks,manjemen, dan nformas, yang kesemuanya telah menngkatkan kualtas hdup manusa.

6 Ibd, hal. 109.

7 Siti Sundari Rangkuti, 1996, Hukum Lingkungan dan Kebijaksanaan Nasional, Airlangga University Press, Surabaya, hal. 3-7.

(32)

2. Dampak Negatf berupa pecemaran dan kerusakan lngkungan, bak darat, ar, maupun udara yang menmbulkan berbaga petaka lngkungan, sepert hujan asam, pemanasan global, penyakt kanker, paru-paru, kult dan sebaganya. Kegatan Pembangunan Yang Menmbulkan Pencemaran misalnya:

1. Kegatan ndustr yang membentuk lmbah, sepert ndustr

kma menghaslkan zat-zat buagan bahan berbahaya dan beracun (B-3)

2. Kegatan pertambangan, berupa terjadnya perusakan

nstalas, kebocoran, pencemaran udara dan rusaknya lahan bekas pertambangan.

3. Kegatan Transportas, berupa kepulan asap yang

mengakbatkan naknya suhu udara d kota, kebsngan kendaraan bermotor, dan tumpahan BBM dar kapal tangker.

4. Kegiatan pertanian, akibat dari residu pemakaian zat-zat kmah (Herbsda, nsektsda, pestsda, fungsda, pupuk anorgank).

3.5 Permasalahan Lingkungan Hidup

NHT Sahaan mengemukakan bahwa lngkungan hdup dsebut “harmons” (seras) selama nteraks manusa dengan lngkungannya berada dalam batas-batas kesembangan dan dapat pulh seketka dalam kesembangan.Sedangkan lngkungan hdup dkatakan “tdak harmons” bla tmbul ketergangguan nteraks antara manusa dengan lngkungannya yang dsebabkan batas-batas kemampuan salah satu sub-sstem sudah terlampau, tdak sembang, atau tdak mampu memankan fungsnya. Dsnlah tmbul apa yang dsebut sebaga “masalah lngkungan”.

Permasalahan lngkungan hdup sangat kompleks,

karena unsur-unsur lngkungan hdup tersebut merupakan kesatuan yang utuh-menyeluruh dan salng mempengaruh dalam membentuk kesembangan, stabltas, dan produktvtas

(33)

lngkungan hdup dalam suatu bentuk yang dsebut ekosstem. Sehngga permasalahan lngkungan umumnya tdak hanya bersfat lokal atau pada wlayah tertentu saja, tetap berpengaruh pada lngkup wlayah ekosstem yang luas.Sehngga masalah lngkungan tdak hanya menjad masalah nasonal, tetap telah menjad masalah regonal (antar negara) dan global.Permasalahan lngkungan hdup d negara maju pada umumnya dkarenakan penguasaan teknolog yang maju, sehngga menyebabkan terjadnya over development, sedangkan d negara berkembang, justru terjad kotradks antara pembangunan dan kemsknan berkatan dengan permasalahan lngkungan hdup.D negara berkembang umumnya menngkatnya pembangunan berbandng lurus dengan terjadnya pencemaran dan kerusakan lngkungan hdup. D ss lan kemsknan merupakan faktor penghalang dalam penanggulangan masalah lngkungan hdup yang dapat dselesakan melalu pembangunan.

3.6 Konsep Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Konsep perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup dapat dtelusur dar peraturan perundang-undangan yang mengatur mengena masalah lngkungan hdup. Dalam rezm hukum lngkungan nasonal, setelah berlakunnya Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lngkungan (UULH 1982) dpandang sebaga tonggak dmulanya rezm hukum lngkungan nasonal modern sebaga pembeda dar rezm hukum lngkungan nasonal klask. Dmana terjad perubahan dar cara pandangnya terhadap lngkungan atau orentasnya, sfatnya dan metode pendekatannya.

Sebelum berlakunya UULH 1982 masalah lngkungan datur dalam berbaga peraturan perundang-undangan sehngga pendekatannya adalah pendekatan sektoral.Untuk mengatas masalah-masalah lngkungan yang semakn kompleks dperlukan peraturan d bdang lngkungan hdup yang menggunakan

(34)

pendekatan yang komprehensf ntegral.UULH 1982 memuat konsep-konsep dan nstrumen-nstrumen pengelolaan lngkungan hdup yang tdak dtemukan dalam peraturan perundang-undangan lngkungan hdup klask, yang memberkan landasan bag kebjakan pengelolaan lngkungan hdup.8

Karena dar seg penegakan hukum UULH 1982 tersebut dpandang mash lemah, maka UULH 1982 tersebut dpandang perlu untuk dsempurnakan melalu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UULH 1997). Dan perkembangan yang terbaru adalah dengan dundangkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlndungan dan Pengelolaan Lngkungan Hdup (UUPPLH).

Perbedaan mendasar antara Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dengan Undang-Undang n adalah adanya penguatan yang terdapat dalamUndang-Undang n tentang prnsp-prnsp perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup yang ddasarkan pada tata kelola pemerntahan yang bak karena dalam setap proses perumusan dan penerapan nstrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lngkungan hdup serta penanggulangan dan penegakan hukum mewajbkan pengntegrasan aspek transparans, partspas, akuntabltas, dan keadlan.

Bahwa, dasar pertmbangan pengaturan perlndungan dan pengelolaan lingkungan hidup (PPLH) adalah:

a. Lngkungan hdup yang bak dan sehat merupakan hak asas

setap warga negara Indonesa sebagamana damanatkan dalam Pasal 28H Undang-Undang Dasar Negara Republk Indonesia Tahun 1945;

b. Pembangunan ekonom nasonal sebagamana damanatkan

oleh Undang-Undang Dasar Negara Republk Indonesa Tahun 1945 diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lngkungan;

c. Semangat otonom daerah dalam penyelenggaraan

pemerntahan Negara KesatuanRepublk Indonesa telah 8 Takdir Rahmadi, Ibid, hal. 47-50.

(35)

membawa perubahan hubungan dan kewenangan antara Pemerntah dan pemerntah daerah, termasuk d bdang perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup;

d. Kualtas lngkungan hdup yang semakn menurun telah

mengancam kelangsungan perkehdupan manusa

dan makhluk hdup lannya sehngga perlu dlakukan perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup yang sungguhsungguh dan konssten oleh semua pemangku kepentngan;

e. Pemanasan global yang semakn menngkat mengakbatkan

perubahan klm sehngga memperparah penurunan kualtas lngkungan hdup karena tu perlu dlakukan perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup;

f. Agar lebh menjamn kepastan hukum dan memberkan

perlndungan terhadap hak setap orang untuk mendapatkan lngkungan hdup yang bak dan sehat sebaga bagan dar perlndungan terhadap keseluruhan ekosstem, perlu dlakukan pembaruan terhadap Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

g. Perlu membentuk Undang-Undang tentang Perlndungan dan Pengelolaan Lngkungan Hdup;

Dalam Pasal 1 angka 2 UUPPLH perlndungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah: “upaya sistematis dan terpadu yang dlakukan untuk melestarkan fungs lngkungan hdup dan mencegah terjadnya pencemaran dan/atau kerusakan lngkungan hdup yang melput perencanaan, pemanfaatan, pengendalan, pemelharaan pengawasan dan penegakan hukum. Dar pengertan tersebut dapat dsmpulkan mengena ruang lngkup perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup sebagaimana diatur pula dalam Pasal 4 UUPPLH, yaitu:

a. Perencanaan,

b. Pemanfaatan,

c. Pengendalan,

(36)

e. Pengawasan dan,

f. Penegakan hukum.

Untuk menghndar tumpang tndh wewenang dan benturan kepentngan maka dkembangkan suatu sstem dengan keterpaduan sebaga cr utama.Keterpaduan dmaksudkan adanya penyatuan/pengntegrasan dar wewenang dalam melaksanakan perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup (PPLH).Sehngga dtetapkanlah kebjakan nasonal PPLH yang melput perencanaan, pemanfaatan, pengendalan, pemelharaan, pengawasan, dan penegakan hukum yang harus dlaksanakan secara konsekuen dan konssten dar tngkat pusat sampa tngkat daerah.

3.7 Hukum Lingkungan Internasional

Konseps hukum lngkungan nternasonal sebaga bagan dar dar hukum nternasonal berdasarkan universal consent

of nation states pada waktu n dan bersfattentative character of international environmental law. Dlham oleh natural law, projecting concepts of natural order, human reason and moral authority, pengertan

hukum lngkungan nternasonal akan memperlhatkan akarnya pada classical principles of international legal system.

Menurut Golde untuk membahas sstem hukum lngkungan nternasonal dapat dkaj dalam kerangka hukum nternasonal berdasarkan, hukum kebasaan nternasonal dan perjanjan nternasonal. Dalam kerangka hukum kebasaan nternasonal

berkembangnya doktrn state responsibility yang merupakan

penerapan secara modern konsep state liability akbat kerusakan lngkungan pada negara lan dan beberapa prnsp lannya yang pernah dpergunakan dalam penyelesaan kasus yang berkatan dengan lngkungan nternasonal yang mash dperdebatkan sampa sekarang. Dalam kerangka perjanjan dan persetujuan nternasonal terbtnya persetujuan dan perjanjan sejak tahun 1800an dan kemudan dkut dengan terbentuknya perjanjan dan persetujuan tentang perlndungan bnatang lar, perlndungan

(37)

tanaman, bnatang dan pengendalan penyakt, konservas sumber daya hayat laut, pengendalan bahan berbahaya pada lngkungan.

Kesadaran lngkungan global atau nternasonal tdak tmbul seketka, a merupakan akumulas dar berbaga rententan kejadan yang membuat para pemmpn dan masyarakat duna tersentak terhadap akbat yang dtmbulkan. Salah satu masalah lingkungan yang mendapat perhatian dunia pada tahun 1940-an d1940-an 1950-1940-an terjad d Jepang karena pencemar1940-an oleh ar raksa (Hg) dar lmbah ndustr dan oleh kadmun (Cd) dar lmbah pertambangan seng (Zn) yang menmbulkan penyakt keracunan yang dsebut penyakt mnamata (mnamata dsease) dan penyakt Ita-ta9.

Rachel Carson pada tahun 1962, yang merupakan seorang penuls kelautan menerbtkan hasl karyanya yang berjudul Silent

Spring, yang mencertakan bahaya pestsda. Novel vsoner n telah menyadarkan duna bahwa ada hal lan perlu mendapat perhatan serus yatu alam dan lngkungan kta. D Amerka novel tersebut mengahaslkan gelombang protes yang puncaknya adalah dhaslkannya undang-undang nasonal perlndungan lngkungan (NEPA-Natonal Envronment Protecton Act)

pada tahun 1969.10Kemudan yang juga menjad sorotan adalah

karamnya kapal Torrey Canyon pada tahun 1967 di perairan tenggara Inggrs, yang menumpahkan lebh dar 100.000 ton crude

oil pada tanggal 20 Maret 196711. Karena terpaan angn akhrnya

tumpahan mnyak tersebut meluas ke laut tertoral perbatasan antara nggrs dan prancs.Meluasnya pencemaran mnyak dar kapal Torrey Canyon, telah mendorong negara-negara duna memberkan perhatan serus terhadap masalah lngkungan hdup global guna menyelamatkan kehdupan d muka bum 9 Oto Soemarwoto,1992,Indonesia dalam Kancah Isu lingkungan Global,

Grameda Pustaka utama, Jakarta, hal. 3.

10 Tatang Sopan,Rachel Carson,Kesunyian Musim Semi Akibat Pestisida ditulis

oada 12 Mei 2005 dipublikasikan oleh htp//www.aham.is-py.org.

11 RR. Churcll and A.V. Lowe, The Law of The Sea, Great Britain, Manchester University press, Inggris, 1955, hal. 241.

(38)

n12. Traged Torrey Canyon, n melatarbelakang dbuatnya

International Convention Relating to intervention on the High Seas in The Cases of the oil pollution 1969 tanggal 29 November 1969.

Berbaga gerakan yang membahas perkembangan su global lngkungan kemudan muncul, termasuk ddalamnya konferens-konferens nternasonal yang menjad puncak kesadaran lngkungan global. Adapun konferens-konferens yang membahas permasalahan lingkungan dunia antara lain :

1. Konferensi Stockholm, Swedia

Gerakan terhadap kepedulan lngkungan global dawal dar perhatan terhadap masalah lngkungan hdup dmula d kalangan Ekonom dan Sosal PBB (ECOSOC) pada waktu

dadakan pennjauan hasl-hasl gerakan Dasawarsa Pembangunan

Dunia ke-1 (1960-1970) guna merumuskan strategi Dasawarsa Pembangunan Dunia ke-2 (1970-1980).13

Untuk meletakkan landasan bag nternatonal legal prncples d bdang lngkungan, perlu adanya perseps yang benar tentang lngkungan sebaga mlk bersama. Maurce Strong yang menjadi Sekjen Konferensi Stockholm 1972 menganggap deklaras n sebaga sebuah hal yang baru dan pentng yang merupakan upaya awal untuk mengartkulaskan kode etk nternasonal untuk lngkungan.

Akhirnya pada tanggal 5-16 Juni 1972 diadakanlah Konferensi PBB pertama mengena Lngkungan Hdup dan Manusa (Unted Natons Conference on Human Envronment) d Stockholm Swedia, yang menghasilkan:

1) Deklaras Stockholm yang terdr dar atas preambul dan 26 prnsp/asas yang mengaku hak azas manusa yatu hak untuk menkmat lngkungan yang bak dan sehat serta kewajban untuk memelhara lngkungan hdup agar dapat dnkmat generas mendatang.

12 Daud Slalah, Hukum Lingkungan Dalam Sistem Penegakan Hukum Lingkungan

di Indonesia, Bandung, Alumni, 2001, hal.24.

(39)

2) Action Plan yang terdiri dari 3 kerangka:

a. Penlaan masalah lngkungan (A global Assesment

programme) yang dkenal sebaga Earth Watch

b. Pengelolaan lngkungan (Environmental Management

activities)

c. Perangkat pendukung (supporting Measure, education

and training, public information and organizational and inancing arrangements)

3) Penetapan Tanggal 5 jun har lngkungan hdup duna.

2. Konferensi Rio de Janeiro, Brasil

Konferens Ro de Janero, Brasl dengan tajuk United Nations

Canference on Environment and Development (UNCED) dadakan

pada tanggal 3-14 Juni 1992 yang lebih populer dengan nama KTT Bum d Ro. Hasl yang dcapa dalam KTT Bum d Ro adalah :

a. Deklrasi Rio (terdiri dari 27 prinsip)

b. Agenda 21

c. Konvens tentang Perubahan Iklm

d. Konvensas tentang Keanekaragaman Hayat e. Prnsp-prnsp tentang Hutan14

3. Konferensi Johanesburg, Afrika Selatan.

KTT n dlaksanakan tanggal 1-5 September 2002 d Johanesburg, Afrka Selatan.KTT n lebh memfokuskan pada Pembangunan Berkelanjutan oleh sebab tulah Konferens n bertajuk “World Summit on Sustaibnable Development” (WSSD). Pada dasarnya Konferens n berupakan kelanjutan dar dua konferens sebelumnya yatu Konferens Stockholm dan Konferens Ro de Janero, yang fokus membahas masalah lngkungan dan pembangunan.

Konferens n menghaslkan dokumen rencana pelaksanaan (Plan of Implementaton) sebanyak 153 paragraf, yang 14 Siahaan, N.H.T,2004,Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan, Edisi

(40)

komprehensf menyangkut semua seg kehdupan dengan 3 hal pokok yang dagendakan yatu15 : 1) Pemberantasan Kemsknan 2) Perubahan pola konsums dan produks 3) Pengelolaan sumber daya alam. 4. Konferensi Rio+20 Konferens n berlangsung pada tanggal 13 – 22 Jun 2012, d Ro de Janero, Brazl, yang selanjutnya lebh dkenal dengan

KTT Ro+20.KTT Ro+20 menghaslkan dokumen The Future

We Want yang menjad arahan bag pelaksanaan pembangunan

berkelanjutan d tngkat global, regonal, dan nasonal. Dokumen n memperkuat penerapan Rio Declaration 1992 dan Johannesburg

Plan of Implementation 2002.16

Dalam dokumen The Future We Want, terdapat 3 (tga) su utama bagi pelaksanaan pembangunan berkelanjutan, yaitu: 1) Green Economy n the context of sustanable development

and poverty eradcaton,

2) pengembangan kerangka kelembagaan pembangunan berkelanjutan tngkat global (Insttutonal Framework for Sustanable Development), serta

3) kerangka aks dan nstrumen pelaksanaan pembangunan

berkelanjutan (Framework for Acton and Means of

Implementation).17

Dar uraan datas, maka dapat dsmpulkan bahwa sejarah perkembangan hukum lngkungan global tdak terlepas tmbulnya kesadaran global dar lngkungan dan konferens-konferesi internasional yang ada sampai saat ini, yaitu :

1) Konferensi Stockholm pada tanggal 5-16 Juni 1972 di Stockholm, Sweda.

15 Sahaan,N.H.T, Ibid, hal 150.

16 http://www.menlh.go.id/konferensi-pbb-untuk-pembangunan-berkelanjutan-ro20-masa-depan-yang-kta-ngnkan/

(41)

2) Konferensi Rio de Janeiro pada tanggal 3-14 Juni 1992 di Rio de Janero Brasl.

3) Konferens Johanesburg, Afrka Selatan pada tanggal 1-5 September.

4) Konferensi Rio+20, di rio de Janeiro Brasil pada tanggal 13 – 22 Jun 2012.

Hukum yang mengatur dampak lngkungan yang bersfat lntas batas nasonal terntegras juga dengan ketentuan-ketentuan hukum nternasonal dalam konvens-konvens yang telah diratiikasi oleh Indonesia.Karena itu, pelaksanaan ketentuan hukum nasonal harus memperhatkan prnsp-prnsp hukum lntas batas nasonal yang telah berkembang secara nternasonal

maupun regonal bak yang hard law maupun soft law.Meskpun

demkan, penerapan prnsp-prnsp nternasonal n harus memperhatkan keadaan dan sfat-sfat khusus lngkungan nasonal dan peruntukannya.

(42)

BAB IV

PENEGAKAN HUKUM

LINGKUNGAN PREVENTIF

4.1 Penegakan Hukum Lingkungan

M

enurut Satjpto Rahardjo, penegakan hukum adalah

suatu proses untuk mewujudkan kengnan-kengnan hukum menjad kenyataan. Yang d sebut kengnan-kengnan hukum dalam hal n adalah pkran-pkran badan pembuat undang-undang yang drumuskan dalam peraturan-peraturan hukum tu.1 Dengan uraan d atas, dapat dkatakan bahwa

penegakan hukum merupakan serangkaan aktvtas, upaya, atau tndakan mengorgansas sebaga nstrumen untuk mewujudkan apa yang d cta-ctakan oleh pembentuk hukum. Perumusan cta hukum tersebut dalam norma hukum seharusnya mampu mengakomodr kepentngan dar aspek keadlan, kepastan dan kemanfaatan hukum tu sendr sehngga penegakan hukum tdak hanya dmakna sebaga tndakan memaksa orang dengan sanks sebaga senjata terakhr (ultimum remidium) atau phak yang tdak mantaat ketentuan yang berlaku supaya menjad

patuh(represif). Penegakan hukum juga dapat dmakna sebaga

kemungknan mempengaruh orang atau berbaga phak yang terkat pelaksanaan ketentuan hukum sehngga hukum dapat berlaku sebagamana adanya dan sebagamana mestnya atau upaya tndakan yang dmaksud sebaga pencegahan agar tdak terjad pelanggaran atau penympangan ketentuan yang ada(preventif).

1 Satjpto Rahardjo, 1993, Masalah Penegakan Hukum, Suatu Tinjauan Sosiologis, Sinar baru, Bandung, hal. 24.

(43)

Senada dengan hal tersebut datas bahwa upaya untuk menngkatkan penegakan hukum d bdang lngkungan harus mencakup kedua aspek bak preventf maupun represf. Pengertan n sesua dengan pendapat Biezeveld tentang penegakan hukum lingkungan yang terdiri dari beberapa aktivitas yaitu :

Environmental law enforcement can be deined as the application of legal governmental powers to ensure compliance with environmental regulations by means of :

a. Administrative supervision of the compliance with environmental regulations (inspection) (=mainly preventive activity);

b. Administrative measures or sanction in case of non compliance (=corrective activity);

c. Criminal investigation in case presumed ofences (=repressive activity);

d. Criminal measures or sanction in case of ofences (=repressive activity);

e. Civil action (law suit) in case of (threatening) non compliance (=preventive or corrective activity)

Penerapan kedua aspek tersebut dapat dmakna sebaga penggunaan penerapan nstrument-nstrumen dan sanks-sanks dalam lapangan hukum admnstras, hukum pdana dan hukum perdata. Ruang lngkup penegakan hukum lngkungan hdup yang melput penegakan hukum admnstras, pdana dan perdata n sudah dnormakan dalam 3 jens Undang-Undang Lngkungan Hdup yang pernah berlaku d Indonesa. Undang-undang tersebut yaituUndang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Lngkungan Hdup yang dicabut dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lngkungan Hdup dan terakhr yang mash berlaku sampa saat n adalah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlndungan dan Pengelolaan Lngkungan Hdup 2 G.A. Bezeveld, 1995,Course on Environmental Law Enforcement, Syllabus,

(44)

(selanjutnya dsebut UUPPLH). Undang-Undang d bdang pengelolaan lngkungan datas mempunya fungs strategs dan vtal sebaga payung hukum (Umbrella act) atau bass yurds yatu dmana semua produk hukum yang mengadung ketentuan lngkungan hdup bak yang sudah ada (lex lata) maupun yang akan berlaku (lex veranda) harus menyesuakan atau mengacu pada Undang-Undang tersebut datas.

Apabla dbandngkan dengan kedua Undang-Undang d bdang pengelolaan lngkungan yang sudah pernah berlaku sebelumnya, hal menonjol yang datur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 n adalah dalam Pasal 63 dan Pasal 64pemerintah daerah diberikan kewenangan untuk mengatur upaya pengendalan dan perlndungan lngkungan hdup. Pemberan kewenangan n sesua dengan semangat otonom dan asas desentralsas yang datur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Kewenangan yang dberkan melput pengembangan dan penerapan nstrumen pencegahan, pencemaran dan/atau kerusakan lngkungan hdup termasuk ddalamnya nstrumen kajan lngkungan hdup strategs (KLHS), dmana pemerntah daerah maupun pusat dwajbkan untuk membuat dan memastkan bahwa prnsp pembangunan berkelanjutan telah menjad dasar dan terntegras dalam pembangunan suatu wlayah dan/atau kebjakan, rencana, dan/atau program perlndungan dan pengelolaan lngkungan.

Selanjutnya Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 memasukan pengaturan beberapa instrumen pengendalian baru, antara lain: KLHS, tata ruang, krtera baku kerusakan lngkungan hdup, AMDAL, UKL-UPL, perznan, nstrumen ekonom lngkungan hdup, peraturan perundangundangan berbass lngkungan hdup, anggaran berbass lngkungan hdup, analss resko lngkungan hdup, audt lngkungan hdup, dan nstrumen lan sesua dengan kebutuhan dan/atau perkembangan lmu pengetahuan. Undang-Undang n juga mengatur pendekatan pendayagunaan ekosstem dengan penetapan wlayah ekoregon yaitu wilayah geograis yang memiliki kesamaan ciri iklim, tanah,

(45)

air, lora, dan fauna asli, serta pola interaksi manusia dengan alam yang menggambarkan ntegrtas sstem alam dan lngkungan hdup. Hal n menjad hal baru karena pada Undang-Undang lngkungan sebelumnya penetapan wlayah ekoregon tdak datur.

Dsampng hal tersebut datas, Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 juga mengatur penguatan demokras lngkungan melalu akses nformas, akses partspas, dan akses keadlan serta penguatan hak-hak masyarakat dalam perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup. Dsampng tu penegakan hukum perdata, admnstras, dan ketentuan pdana yang tercantum secara lebh jelas lebh berat dar Undang-Undang lngkungan sebelumnya; Penguatan kelembagaan perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup yang lebh efektf serta responsf; dan Penguatan kewenangan pejabat pengawas lngkungan hdup dan penydk pegawa neger spl lngkungan hdup.

4.2 Ruang Lingkup Penegakan Hukum Lingkungan Secara Administratif Berdasarkan UUPPLH

4.2.1 Penegakan Hukum Lingkungan Administratif

Penegakan Hukum admnstras dalam perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup secara substans melput pengawasan lngkungan hdup dan penerapan sanks admnstratf.Senada dengan hal tersebutmengena ruang lngkup penegakan hukum admnstras Tatek Sr Djatmatmenyatakan bahwa penegakan hukum d bdang hukum admnstras mempunya dua unsur pokok, yatu3:

1) Pengawasan; dan 2) Sanks.

Sesua dengan pengertan tersebut, maka pengawasan merupakan bagan dar tndak pemerntahan untuk mencegah terjadnya pelanggaran atau penympangan dar ketentuan yang 3 Tatiek Sri Djatmiati, 2004, Prinsip Izin Usaha Industri Di Indonesia, Dsertas,

(46)

berlaku.Pengawasan merupakan bagan dar ruang lngkup penegakan hukum admnstras yang bersfat preventif, karena pengawasan merupakan langkah preventf untuk memaksakan kepatuhan, sedangkan penerapan sanks admnstratf merupakan langkah penegakan hukum yang bersfat repartoir condemnatoir. Sesua dengan jens dan prosedur penerapan sanks admnstras, maka penegakan hukum admnstras merupakan penegakan hukum yang memlk sfat preventif - repartoir condemnatoir. Hal n dapat dtnjau dar tujuan penerapan sanks admnstratf dalam perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup, yatu4:

a. melndung lngkungan hdup dar pencemaran dan/atau

perusakan akbat dar suatu usaha dan/atau kegatan;

b. menanggulang pencemaran dan/atau perusakan lngkungan

hdup;

c. memulhkan kualtas lngkungan hdup akbat pencemaran

dan/atau perusakan lngkungan hdup; dan

d. member efek jera bag penanggung jawab usaha dan/atau kegatan yang melanggar peraturan perundang-undangan d bdang perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup dan ketentuan dalam Izn Lngkungan.

Pengawasan lingkungan hidup berdasarkan Pasal 71 UU PPLH dlaksanakan oleh Menter, Gubernur atau Bupat/Walkota atas ketentuan yang dtetapkan dalam zn lngkungan dan peraturan perundang-undangan d bdang perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup. Dsampng tu Menter memlk kewenangan untuk melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegatan yang zn lngkungannya dterbtkan oleh pemerntah daerah, jka pemerntah menganggap terjad pelanggaran yang serus d bdang perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup sebagamana tertuang dalam Pasal 73 UU PPLH.Dengan dilakukannya pengawasan atau pemantauan 4 Pasal 2 Peraturan Menter Lngkungan Hdup Republk Indonesa Nomor 02 Tahun 2013 tentang Pedoman Penerapan Sanks Admnstratf d Bdang Perlndungan dan Pengelolaan Hdup

(47)

lngkungan menunjukan bahwa pemerntah bersungguh-sungguh menegakan peraturan perundang-undangan d bdang lngkungan, selan tu pengawasan juga bertujuan untuk sebaga bentuk pembnaan terhadap pelaku usaha sebelum penerapkan sanks admnstras.

Untuk penerapan sanks admnstras dalam perlndungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam Pasal 71 sampai dengan Pasal 75 UUPPLH diatur sebagai berikut:

a. Kewenangan Menter, Gubernur atau Bupat/Walkota dalam

melakukan pengawasan terhadap peraturan perundang-undangan d bdang lngkungan dan zn lngkungan;

b. Pelmpahan kewenangan pengawasan dar Menter,

Gubernur atau Bupat/Walkota kepada nstans tekns yang bertanggungjawab d bdang perlndungan dan pengelolaan serta mengangkat Pejabat Pengawas Lngkungan Hdup (PPLH) atau Pejabat Pengawas Lngkungan Hdup Daerah (PPLHD);

c. Menter dapat melakukan pengawasan terhadap ketaatan

penanggungjawab kegatan dan/atau usaha yang zn lngkungannya dterbtkan oleh pemerntah daerah jka pemerntah menanggap telah terjad pelanggaran serus dbdang perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup; d. Rncan kegatan yang dapat dlakukan dalam upaya

pengawasan.

Sanks admnstratf sebaga tndak lanjut dar pengawasan lingkungan hidup telah dituangkan secara tegas dalam Pasal 76 – Pasal 83 UUPPLH, dimana, Jenis sanksi administratif meliputi: 1. Teguran tertuls;

2. Paksaan pemerintahan yang meliputi :

a) penghentan sementara kegatan produks; b) pemndahan sarana produks;

c) penutupan saluran pembuangan ar lmbah atau ems;

(48)

e) penytaan terhadap barang atau alat yang berpotens menmbulkan pelanggaran;

f) penghentan sementara seluruh kegatan; atau

g) tndakan lan yang bertujuan untuk menghentkan pelanggaran dan tndakan memulhkan fungs lngkungan hdup.

3. pembekuan zn lngkungan; atau

4. pencabutan izin lingkungan.

5. Pengenaan Sanksi Administratif bertujuan untuk:

6. melndung lngkungan hdup dar pencemaran dan/atau

perusakan akbat dar suatu usaha dan/atau kegatan;

7. menanggulangi pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hdup;

8. memulhkan kualtas lngkungan hdup akbat pencemaran

dan/atau perusakan lngkungan hdup; dan

9. member efek jera bag penanggung jawab usaha dan/atau kegatan yang melanggar peraturan perundang-undangan d bdang perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup dan ketentuan dalam Izn Lngkungan

Sesuai dengan Ketentuan Pasal 71 UUPPLH, maka instansi yang berwenang menerapkan sanks admnstras adalah Pejabat Pemerntahan, sehngga sanks admnstratf merupakan tndak pemerntahan dan sanks admnstratve dtetapkan dalam bentuk Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN). Sesua dengan tujuan sanks admnstras yang tertuang dalam Pasal 2 Peraturan Menter Lngkungan Hdup RI tentang Penerapan Sanks Admnstratf adalah untuk menghentkan pelanggaran atau memulhkan pada konds keadaan semula, maka sanks admnstras memlk peranan pentng dalam penegakan hukum khususnya penegakan hukum admnstras.

(49)

4.2.2 Instrumen Pencegahan

Menurut Sukanda Husen ada 5 pendekatan penataan

(Compliance Approach) dalam Hukum Lingkungan yaitu:5

1) Pendekatan Atur dan awas (Command and Control atau CAC Approach)

2) Pendekatan Atur Dr Sendr (ADS)

3) Pendekatan Ekonom (Economc Approach) 4) Pendekatan Prilaku (Behaviour Approach)

5) Pendekatan Tekanan Publk (Publc Presure Approach)

1) Pendekatan Atur dan awasi (Command and Control atau CAC Approach)

Merupakan penekanan pada upaya pencegahan pencemaran melalu peraturan perundang-undangan terkat mekansme penerbtan zn melalu persayaratan-persyaratan lngkungan hdup yang dkut oleh pengawasan (control)

Ada 6 nstrumen hukum (legal tools) yang dapat dipergunakan untuk mewujudkan CAC Approach yaitu :

a) Baku Mutu Lngkungan b) Perznan c) Amdal d) Audt lngkungan e) Pengawasan penataan (montorong Complance) f) Penjatuhan Sanks Admnstras

a. Baku mutu lingkungan hidup (Psl 1 angka 13 UU No. 32 Tahun 2009)

Baku Mutu Lngkungan adalah ukuran batas atau kadar makhluk hdup, zat, energ, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang dtenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebaga unsur lngkungan hidup.Baku mutu lingkungan hidup meliputi: (pasal 20 ayat 2 UU No.32 Tahun 2009)

Referensi

Dokumen terkait

Variabel pada penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, status pernikahan, dan daerah tempat tinggal pada karakteristik

Penyebaran Kempas pada jalur 1 dengan 25 petak pengamatan tidak memiliki perbedaan secara signifikan terhadap keberadaan Kempas disetiap tingkat pertumbuhan pada petak

Sehingga ada nilai positif dan negatif terhadap ukuran dewan tersebut dalam konteks struktur kepemilikan, akan tetapi untuk hasil yang negatif seharusnya memang dengan

1) Kriteria penilaian dari hasil kuesioner yang berhubungan dengan efektivitas pengendalian intern adalah sbb :.

Oleh sebab itu, semakin tinggi tarif dikenakan oleh suatu negara terhadap barang tekstil Indonesia dapat turun ekspor tekstil Indonesia ke negara anggota NAFTA.

Pada Tabel 3 terlihat bahwa hubungan waktu terjadinya relaps (minggu) yang bermakna antara SN relaps jarang, SN relaps sering, dan SN dependen steroid (p <

bahwa sehubungan dengan maksud tersebut pada huruf a, perlu membentuk Tim Penilai Pemberian Penghargaan kepada Guru, Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah Berprestasi

Nova Atlantis'te, Yunan­ lılarda (Aiskhilos'un günümüze yalnızca bir bölümü kalmış olan triolojisinde Zeus'un zincire vurdurduğu ve akbabaların didikledi- ği bir titan