• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pemerintah Dalam Konservasi

Dalam dokumen KLINIK HUKUM LINGKUNGAN (Halaman 94-102)

KONSERVASI LINGKUNGAN HIDUP

6.3. Peran Pemerintah, Masyarakat, Swasta dan LSM Dalam Konservasi

6.3.1 Peran Pemerintah Dalam Konservasi

Seluruh wlayah Negara Kesatuan Republk Indonesa adalah merupakan karuna Tuhan Yang Maha Esa bag seluruh Bangsa Indonesa. Bahwa hak bangsa Indonesa atas seluruh wlayah Negara Kesatuan Republk Indonesa berdasarkan amanat konsttus dalam Pasal 33 ayat (3) dlmpahkan kepada negara. Negara mempunya hak menguasa atas bum, ar dan kekayaan alam yang terkandung d dalamnya, hak menguasa negara dsn menmbulkan kewenangan untuk mengatur peruntukan, penggunaan, persedaan dan pemelharaan bum, ar dan ruang angkasa tersebut. Bum, ar dan ruang angkasa secara luas termasuk pula lngkungan hdup d dalamnya, yang terdr dar berbaga jens ekosstem yang salng berkatan satu sama lan. Jad negara punya kewenangan untuk mengatur peruntukan, penggunaan, persedaan dan pemelharaan lngkungan hdup d wlayah Indonesa, dan kewenangan negara tersebut kemudan dlaksanakan oleh pemerntah sebaga

pelaksana. Kewenangan tersebut dalam Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlndungan dan Pengelolaan Lngkungan Hdup (UUPPLH) merupakan kewenangan untuk melakukan perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup. Perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup menurut Pasal 1 angka 2 UUPPLH adalah upaya sstemats dan terpadu yang dlakukan untuk melestarkan fungs lngkungan hdup dan mencegah terjadnya pencemaran dan/atau kerusakan lngkungan hdup yang melput perencanaan, pemanfaatan, pengendalan, pemelharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Berdasarkan kewenangan tersebut maka dapat terlhat bagamana pemerntah dapat berperan dalam perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup termasuk dalam konservas lngkungan hdup. Kewenangan pemerntah termasuk mengena perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup dalam era otonom daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerntahan Daerah sebagamana telah beberapa kal drubah, terakhr dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerntahan Daerah (UU Pemerntahan Daerah) tdak hanya dlaksanakan oleh pemerntah pusat, tetap juga dlaksanakan oleh pemerntah daerah. Kewenangan Presden yang adalah pemegang kekuasaan pemerntahan tertngg yang kemudan dlaksanakan oleh kementeran negara dan penyelenggara pemerntahan daerah dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 disebut sebagai urusan pemerintahan. Dalam undang-undang tersebut kewenangan d bdang lngkungan hdup termasuk dalam urusan pemerntahan konkuren yang sfatnya wajb yang tdak berkatan dengan pelayanan dasar. Urusan pemerntahan konkuren yang sfatnya wajb yang tdak berkatan dengan pelayanan dasar datur dalam Pasal 12 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014. Berdasarkan Pasal 12 Ayat (2) huruf (e)Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerntahan Daerah,lngkungan hdup menjad kewenangan wajb yang tdak terkat dengan pelayanan dasar bag pemerntah daerah.

Dalam UU Pemerntahan Daerah terdapat beberapa pasal yang secara jelas mengatur kewenangan pemerntah d bdang lingkungan hidup. Di antaranya Pasal 14 ayat (1), (2), (3) dan ayat (4) UU Nomor 23 Tahun 2014, yang mengatur mengenai kewenangan penyelenggaraan urusan pemerntahan d bdang kehutanan kelautan, serta energ dan sumber daya mneral yang dbag antara pemerntah pusat dan pemerntah daerah. Dmana Urusan Pemerntahan bdang kehutananyang berkatan dengan pengelolaan taman hutan raya kabupaten/kota menjad kewenangan Daerah kabupaten/kota, dan urusan pemerntahan bdang energ dan sumber daya mneral yang berkatan dengan pemanfaatan langsung panas bum dalam daerah kabupaten/kota menjad kewenangan daerah kabupaten/kota. Sedangkan urusan pemerntahan bdang energ dan sumber daya mneral yang berkatan dengan pengelolaan mnyak dan gas bum menjad kewenangan pemerntah pusat.

Mengena pengelolaan sumber daya alam d laut yang ada di daerah Pasal 27 (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 member kewenangan pengelolaannya kepada pemerntah daerah provns. Kewenangan provns dalam pengelolaan sumber daya alam di laut tersebut meliputikewenangan di bidang:eksplorasi, eksplotas, konservas, dan pengelolaan kekayaan laut d luar mnyak dan gas bum.

Pembagan kewenangan antara pemerntah dan pemerntah daerah khusus dalam bdang lngkungan hdup terdapat pada Pasal 63 ayat (1), (2) dan (3) UUPPLH. Dalam hal perlndungan dan pengelolaan lngkungan hdup, tugas dan wewenang pemerntah adalah sebagamana datur dalam Pasal 63 ayat (1) UUPPLH, sedangkan tugas dan wewenang pemerntah provns adalah sebagamana datur dalam Pasal 63 ayat (2) UUPPLH, kemudan tugas dan wewenang pemerntah kabupaten/kota adalah sebagamana datur dalam Pasal 63 ayat (3) UUPPLH.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang

Perlndungan dan Pengelolaan Lngkungan Hdup (UUPPLH) pada Pasal 1 angka 18 member pengertan bahwa konservas sumber daya alam adalah pengelolaan sumber daya alam untuk menjamn pemanfaatannya secara bjaksana serta kesnambungan ketersedaannya dengan tetap memelhara dan menngkatkan kualtas nla serta keanekaragamannya. Kemudan menurut Pasal 1 angka 9 UUPPLH Sumber daya alam adalah unsur lngkungan hdup yang terdr atas sumber daya hayat dan nonhayat yang secara keseluruhan membentuk kesatuan ekosstem.

Istlah konservas erat katannya dengan pengelolaan sumber daya alam, dmana stlah tersebut dpandang sepadan dengan stlah pengelolaan6. Istlah pengelolaan dapat kta temui salah satunya dalam UU No. 23/1997 tentang Pengelolaan Lngkungan Hdup (UUPLH) dmana pengelolaan adalah upaya terpadu untuk melestarkan fungs lngkungan hdup yang 6 Mara S.W Sumardjono et.al. (Tm Penyusun), 2009, Final Report Kajian Kritis Undang-Undang Terkait Penataan Ruang & Sumber Daya Alam, Deput Bdang

Tata Lngkungan Kementeran Negara Lngkungan Hdup Bekerjasama dengan ESP2 – DANIDA, Jakarta, hal. 17.

melput kebjaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemelharaan, pemulhan, pengawasan, dan pengendalan lngkungan hdup.

Konservas sebaga bagan dar proses perlndungan dan pengelolaan sumber daya hayat dan ekosstem secara khusus datur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservas Sumber Daya Alam Hayat dan Ekosstemnya. Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang tersebut sumber daya alam hayat adalah unsur-unsur hayat d alam yang terdr dar sumber daya alam nabat (tumbuhan) dan sumber daya alam hewan(satwa) yang bersama dengan unsur nonhayat d sektarnya secara keseluruhan membentuk ekosstem. Pengertan ekosstem dar sumber daya alam hayat kemudan mengacu pada Pasal 1 angka 3 UU Nomor 5 Tahun 1990, yatu sstem hubungan tmbal balk antara unsur dalam alam, bak hayat maupun nonhayat yang salng tergantung dan pengaruh mempengaruh. Berdasarkan pasal-pasal tersebut dapat dsmpulakan pengertan konservas ekosstem dalam undang-undang n mencakup pula unsur nonhayat d dalamnya.

Pengertan konservas sumber daya alam hayat menurut UU Nomor 5 Tahun 1990 terdapat dalam Pasal 1 ayat (2), dmana dsebutkan bahwa konservas sumber daya alam hayat adalah pengelolaan sumber daya alam hayat yang pemanfaatannya dlakukan secara bjaksana untuk menjamn kesnambungan persedaannya dengan tetap memelhara dan menngkatkan kualtas keanekaragaman dan nlanya.Pengertan konservas yang serupa juga terdapat dalam Peraturan Menter Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.31/Menhut-II/2012tentang Lembaga Konservas. Pasal 1 angka 1 Peraturan Menter Kehutanan tersebut mengatur bahwa Konservas adalah langkah-langkah pengelolaan tumbuhan dan/atau satwa lar yang dambl secara bjaksana dalam rangka memenuh kebutuhan generas saat n dan generas masa mendatang.

Menurut Prof. Takdr Rahmad konservas mengandung pengertan adanya usaha pemanfaatan terhadap sumber daya

alam hayat, tetap juga adanya usaha untuk mencegah terjadnya pengurasan sumber daya alam sehngga sumber daya alam tetap terseda7. Hal tersebut bersesuaan dengan asas konservas sumber daya alam hayat dan ekosstemnya yang terdapat dalam Pasal 2 UU Nomor 5 Tahun 1990 yang berasaskan pelestaran kemampuan dan pemanfaatan sumber daya alam hayat dan ekosstemnya secara seras dan sembang. Berdasarkan Pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 1990 konservas tersebut melputkegatan yang meliputi:

a. Perlndungan sstem penyangga kehdupan;

b. Pengawetan keanekaragaman jens tumbuhan dan satwa

beserta ekosstemnya;

c. Pemanfaatan secara lestar sumber daya alam hayat dan ekosstemnya.

Bahwa konservas sumber daya alam hayat dan ekosstemnya menurut Pasal 4UU Nomor 5 Tahun 1990 merupakan tanggung jawab dan kewajban Pemerntah serta masyarakat. Namun peran pemerntah dalam konservas sumber daya alam hayat dan ekosstemnya dalam UU Nomor 5 Tahun 1990 lebh domnan, hal n dapat terlhat dar pengaturan pasal-pasal dalam undang-undang tersebut. Salah satunya yang terdapat dalam Pasal 8 ayat (1) UU Nomor 5 Tahun 1990 yang memberkan wewenang pemerntah dalam rangka mewujudkan perlndungan sstem penyangga kehdupan yang dtujukan bag terpelharanya proses ekologs yang menunjang kelangsungan kehdupan untuk menngkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehdupan manusia, untuk kemudian dapat menetapkan:

a. wlayah tertentu sebaga wlayah perlndungan sstem

penyangga kehdupan;

b. pola dasar pembnaan wlayah perlndungan sstem

penyangga kehdupan;

c. pengaturan cara pemanfaatan wlayah perlndungan sstem penyangga kehdupan.

Jad pemerntah dapat menetapkan suatu wlayah sebaga wlayah perlndungan sstem penyangga kehdupan, bagamana pola pembnaan wlayah tersebut dan menentukan bagamana pengaturan dan cara pemanfaatan wlayah tersebut.

Kemudan dalam rangka pelaksanaan perlndungan sstem penyangga kehdupan, Pasal 9 ayat (2) UU Nomor 5 Tahun 1990 member pemerntah kewenangan untuk mengatur serta melakukan tndakan penertban terhadap penggunaan dan pengelolaan tanah dan hak pengusahaan d peraran yang terletak dalam wlayah perlndungan sstem penyangga kehdupan.

Terkat dengan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosstemnya, dalam Pasal 16 (1) UU Nomor 5 Tahun 1990 dsebutkan bahwa pengelolaan kawasan suaka alam dlaksanakan oleh pemerntah sebaga upaya pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa beserta ekosstemnya. Kemudan Pasal 22 ayat (2) UU Nomor 5 Tahun 1990 mengatur bahwa dalam rangka penyelamatan jens tumbuhan dan satwa yang dlndung maka pemberan atau penukaran jens tumbuhan dan satwa kepada phak lan d luar neger harus dengan jn Pemerntah.

Dalam hal pemanfaatan secara lestar sumber daya alam hayat dan ekosstemnya, peran pemerntah adalah sebagamana diatur dalam Pasal 34 ayat (1) UU Nomor 5 Tahun 1990 yang menyatakan bahwa pengelolaan taman nasonal, taman hutan raya, dan taman wsata alam dlaksanakan oleh Pemerntah.

Peran pemerntah terkat dengan partspas masyarakat yang akan bermbas pada akuntabltas juga datur dalam UU Nomor 5 Tahun 1990. Telah dsebutkan d awal bahwa konservas sumber daya alam hayat dan ekosstemnyamerupakan tanggung jawab dan kewajban pemerntah serta masyarakat menurut Pasal 4UU Nomor 5 Tahun 1990. Secara lebih jelas peran pemerintah ini diatur lebih lanjut dalam Pasal 37 ayat (1) dan ayat (2) UU Nomor

5 Tahun 1990, bahwa peranserta rakyat dalam konservas sumber daya alam hayat dan ekosstemnya darahkan dan dgerakkan serta dkembangkan oleh Pemerntah melalu berbaga kegatan yang berdaya guna dan berhasl guna dantaranya mealu penddkan dan penyuluhan.

Bahwa konservas terkat lngkungan hdup wajb dlakukan dengan cara mengntegraskan kegatan, tdak saja secara vertkal antara pemerntah dan pemerntah daerah, tetap juga secara horzontal antar pemerntah daerah dan juga antarsektor. Dan bahwa ada berbaga ketentuan yang tercantum dalam berbaga peraturan perundang-undangan yang sfatnya sektoral yang harus dharmonsaskan terkat dengan konservas lngkungan hidup, antara lain:

a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960Tentang Peraturan

Dasar Pokok-Pokok Agrara (Lembaran Negara Republk Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043);

b. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republk Indonesa Tahun 1999 Nomor 167,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888);

c. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republk Indonesa Nomor 4433) sebagaimana telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan (Lembaran Negara Republk Indonesa Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);

d. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republk Indonesa Nomor 4725);

e. Dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wlayah Pessr dan Pulau-Pulau Kecl

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4739) sebagaimana telah dirubah dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pessr dan Pulau-pulau Kecl (Lembaran Negara Republk Indonesia Tahun 2014 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5490);

f. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republk Indonesa Nomor 4746);

g. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mneral Dan Batubara (Lembaran Negara Republk Indonesa Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);

h. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlndungan dan Pengelolaan Lngkungan Hdup (UUPPLH) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republk Indonesa Nomor 5059);

. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2013 Tentang Pencegahan

dan Pemberantasan Perusakan Hutan (Lembaran Negara Republk Indonesa Tahun 2013 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5432);

j. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2014 Tentang Panas Bum (Lembaran Negara Republk Indonesa Tahun 2014 Nomor 217, Tambahan Lembaran Negara Republk Indonesa Nomor 5585);

k. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah sebagamana telah beberapa kal drubah, terakhr dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;

l. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2014 Tentang kelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5603);

m. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2014 Tentang Konservasi Tanah dan Ar (Lembaran Negara Republk Indonesa Tahun 2014 Nomor 299, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesa Nomor 5608).

n. Dan undang-undang lan yang terkat.

Peraturan perundang-undangan tersebut d atas

menggambarkan luasnya lngkup konservas lngkungan hdup yang d dalamnya mengatur mengena bagamana peran pemerntah dalam kegatan konservas.

Dalam dokumen KLINIK HUKUM LINGKUNGAN (Halaman 94-102)